Contoh Surat

download Contoh Surat

of 49

description

CONTOH FORMAT

Transcript of Contoh Surat

BAB II

PAGE

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN GASTRITIS

A. Konsep Dasar Medis1. PengertianGastritis adalah inflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung termasuk gastritis erosiva yang disebabkan oleh iritasi, refluks cairan kandung empedu dan pankreas, hemoragic gastritis, infeksi gastritis dan atropi mukosa lambung. (www.fortunestar.co.id/healt, 2007)Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa lambung. (suyono slamet,et all,2001. hal 127)Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gastritis di bagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Gastritis akut

Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas.Biasanya ditemukan sel inflamasi dan neutrofil. b. Gastritis kronik

Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifactor dengan perjalanan klinik yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan infeksi H. pylori. (Mansjoer Arif, et all, 2001. hal. 492)2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan a. Anatomi system pencernaanBerdasarkan gambar diatas, anatomi sistem pencernaan terdiri atas organ-organ yang telah tersusun dengan fungsinya masing-masing. Sistem pencernaan dimulai dari rongga mulut dan berakhir pada anus.1. Lambung

Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak diantara ujung esofagus dan pangkal usus halus. Lambung berbentuk seperti huruf J dan mempunyai kapasitas normal 1 sampai 2 L. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorikum atau pilorus. Sebelah atas lambung terdapat kuvatora mayor. Sfingter akrdia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan yang masuk ke dalam lambung dan mencegah rufluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.Lambung terdiri dari empat lapisan : Tunika surosa atau lapisan luar merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum dan terus memanjang kearah hati, membentuk omentum minus. Lapisan peritoneum yang keluar menuju satu organ ke organ lain disebut sebagai ligamentum. Jadi omentum minor menyokong lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati. Pada kurvatura mayor, peritoneum terus kebawah membentuk omentum mayus, yang menutupi usus dari depan seperti aprori besar. sakus omentum minus adalah tempat yang sering terjadi penimbunan cairan akibat komplikasi pankreatitis akut.

Sub mukosa terdiri dari jaringan areolar jarang yang menghubungkan lapisan mukosa dan lapisan maskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan peristaltik. Lapisan ini juga mengandung fleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe.

Mukosa, lapisan dalam lambung, tersusun dari lipatan-lipatan longitudinal yang disebut rugae. Dengan adanya lipatan-lipatan ini lambung dapat berdistensi sewaktu diisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenajr fundus atau gastric terletak difundus dan pada hampir selurus korpus lambung. Kelenjar gastric memiliki tipe-tipe utama sel-Sel-sel zimogenik atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel perietal mensekresikan asam hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik diperlukan untuk absorpsi vitamin B12 didalam usus halus. Kekurangan faktor instrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel murkus (leher) ditemukan di leher fundus atau kelenjar-kelenjar gastric. Sel-sel ini mensekresikan murkus. Hormon gastrin diproduksi olah sel G yang terletak pada daerah pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam hidoklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan klorida.Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus menabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatic dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena vagotomi selektif merupakan tindakan pembedahan primer yang penting dalam mengobati rukak duodenum.Persarafan simpatis adalah melalui saraf splangnikus major dan ganglia saliakum. serabut-serabut eferen menghantarkan implus nyeri yang dirangsang oleh peregangan, dan dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut eferen simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mensenterikus (auerbach) dan submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan mengkoordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa lambung.

Seluruh suplai darah di lambung dan pangkreas (serta hari, empedu, dan limpa) terutama beasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang mempercabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteria gastroduodenalis dan arteria pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteria ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta berasal dari pancreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan ke hati melalui vena porta.(Price Sylvia, 1995. hal. 372-375)

Gambar 2.2 Anatomi Lambung2. FisiologiFungsi utama pencernaan dari saluran gastrointestinal yaitu :

1. Memecahkan aprtikel makanan ke dalam bentuk molekul untuk dicerna.

2. Mengeleminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produk sisa lain dari tubuh.3. Proses pencernaan mulai dengan mengunyah, dimana makanan diperoleh ke dalam partikel kecil-kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim pencernaan. Saliva merupakan sekresi pertama yang kontak dengan makanan yang membantu melumasi makanan saat dikunyah sehingga memudahkan menelan.4. Menelan sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh pusat menelan di medula oblongata di sistem saraf pusat. Saat makanan ditelan, epiglotis bergerak menutup lubang trakhea. Otot halus di dinding esofagus berkontraksi dalam uratan irama dari esofagus ke arah lambung untuk mendorong bolus makanan sepanjang saluran.

5. Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berespon atau sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Kontraksi peristaltik di dalam lambung mendorong isi slambungnya ke arah pilorus. Karena partikel makanan besar tidak dapat meleawati sfingter pilorus, partikel ini diaduk kembali ke korpus lambung. Dengan cara ini makanan di dalam lambung secara mekanis dicampur dan dihancurkan menjadi partikel lebih kecil dan memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus pada kecepatan yang memungkinkan absorbsi nutrien efisien.

1) Fungsi motorik a. Fungsi reservoir

Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambahkan tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos, diperantai oleh saraf vagus dan dirangsang oleh gastrin.

b. Fungsi mencampurMemecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur suatu irama listrik intrinsik dasar.

c. Fungsi pengosongan lambung Diatur oleh pembukaan sfinter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktifitas osmotik, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-obatan, dan kerja. Pengosongan lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal.

2) Fungsi pencernaan dan sekresi

a. Pencernaan protein oleh pasien pepsin dan HCl dimulai disini; pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil peranannya.b. Simetris dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum, dan rangsangan vagus.

c. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.

d. Sekresi murkus membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.

Fungsi motorik terdiri atas penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan klinus (makanan yang bercampur dengan sekret lambung) kedalam duodenum. Pengertian tentang regulasi dan pengawasan sekresi lambung penting untuk mengetahui patogenesis dan pengobatan tukak lambung secara rasional.Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik, dan intestinal. Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan masuk lambung, yaitu sebagai akibat melihat, mencium, memikir, atau mengecap makanan. Saraf ini diperantai seluruhnya oleh saraf vagus dan dihilangkan dengan vagotomi. Sinyal neurogenik yang menyebabkan sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan. impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hasilnya, kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCl, pepsinogen dan menambah mukus. Fase sefalik menghasilkan sekitar 10% dari sekresi lambung normal yang berhubungan dengan makanan.

Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus. Distensi yang terjadi pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls tersebut berjalan menuju medula melalui eferen vagus dan kembali ke lambung melalui eferen vagus; impuls-impuls ini merangnsang pelepasan hormon gastrin dan secara langsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawah oleh aliran darah menuju kelenjar lambung, untuk merangsang sekresi. Pelepasan gastrin juga dirangsang oleh pH alkali, garam empedu di antrum, dan terutama oleh protein makanan dan alkohol. Gastrin adalah stimulus utama sekresi asam hidroklorida.Efek-efek yang ditimbulkan oleh gastrin dapat dilihat pada tabel

KERJA MAKNA FISIOLOGIS

Merangsang sekresi asam dan pepsinMempermudah pencernaan

Merangsang sekresi faktor intrinstikMempermudah absorpsi vitamin B12 dalam usus halus.

Merangsang sekresi enzim pankreasMempermudah pencernaan

Merangsang peningkatan aliran empedu hatiMempermudah pencernaan

Merangsang pengeluaran insulinMempermudah metabolisme glukosa

Merangsang pergerakan lambung dan ususMempermudah pencampuran dan pendorongan makanan yang telah ditelan.

Mempermudah relaksasi reseptif lambungLambung dapat merubah volumenya dengan sangat mudah tanpa peningkatan tekanan

Meningkatkan tonus istirahat sfingter esofagus bagian bawahMencegah refluks lambung waktu pencampuran dan pengadukan.

Menghambat pengosongan lambungMemungkinkan pencampuran seluruh isi lambung sebelum diteruskan ke usus.

Fase sekresi gastrin menghasilkan lebih dari dua pertiga sekresi lambung total setelah makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari total sekresi lambung harian yang berjumlah sekitar 2.000 ml. Fase gastrin dapat terpengaruh pada reseki bedah antrum pylorus, sebab di tempat inilah gastrin diproduksi.Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Fase sereksi lambung ini diduga sebagian besar bersifat hormonal. Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus, suatu hormonal yang menyeabbkan lambung terus-menerus mensekresikan cairan lambung. Tetapi, peranan usus kecil sebagian penghambat sekresi lambung jauh lebih besar.

b. EtiologiPenyebab gastritis antara lain :

i. Infeksi bakteri

ii. Obat analgetik anti inflamasi

iii. Alkohol

iv. Stres fisik

v. Radiasi dan kemoterapi

vi. Kelainan autoimun. (www.indofarma.com)

Penyebab lain adalah :

a. Diet yang semborono.

b. Refluks usus lambung.

c. Endotoksin

c. InsidenGastritis dapat dialami oleh semua usia namun pada anak-anak jarang ditemukan karena pada anak-anak masih jarang mengkonsumsi makanan yang bersifat iritan terhadap lambung. Orang dewasa yang mengkonsumsi makanan yang bersifat iritan seperti makanan pedas, kebiasaan merokok, minum alkohol, maka akan lebih besar kemungkinan untuk terkena penyakit Gastritis. Penelitian di Indonesia, baik dengan cara serologik maupun test uria (CLO test) juga menunjukkan frekuensi yang sangat bervariasi tergantung daerah dimana dikerjakan. Pada kelompok donor darah dari individu sehat dibeberapa kota (Malang, Solo, dan Medan) menunjukkan frekuensi 34-37%, sementara di Mataram lebih tinggi sekitar 54%. Pada anak usia < 14 tahun, frekuensi infeksi H. pylori juga ditemukan lebih rendah di Malang dan Solo (< 7%), dibanding di Mataram (35%) dan Denpasar (35%) pada penyakit saluran cerna, prevalensi HP sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Namun pada umumnya frekuensinya (tinggi 90-95%) pada gastritis kronik. (www.pgh.or.id)d. PatofisiologiInfeksi bakteri, obat analgetik, alkohol, stres fisik, diet yang sembrono masuk ke tubuh manusia melalui mulut. Semua agen penyebab tersebut bersifat iritan terhadap lambung kemudian masuk ke gaster. Endoksi bakteri yang masuk bersama makanan akan dimusnahkan oleh asam lambung, tapi sebagian lagi menetap disekitar lambung. Bakteri dan agen tadi, akan mengganggu pertahanan mukosa lambung sehingga terjadi respon dari lambung dengan cara meningkatkan produksi HCl dan enzim pepsin untuk memfagositosisnya. kemudian lambung akan teriritasi sehingga timbul peradangan pada mukosa lambung dan biasa menyebabkan nekrosis pada dinding lambung karena masuknya zat-zat asam dan basa yang bersifat korosif. Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya adalah pendarahan.

Dari masuknya zat-zat yang bersifat korosif maka akan menyebabkan pengikisan atau erosi dan ulserasi pada mukosa lambung akan hilang dan akan timbul kontuinitas jaringan akan terputus. Akibat dari peningkatan asam basa tadi akan menyebabkan mual dan muntah sehingga biasa timbul anoreksia.

e. Manifestasi Klinik

a. Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan

b. Mual

c. Muntah

d. Kehilangan selera

e. Kembungf. Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan

g. Kehilangan berat badan

Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun. Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera. Penatalaksanaan Medika. Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.

b. Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.c. Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.

d. Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.

e. Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.

f. Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.f. Ikuti rekomendasi dokter. 3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatana. PengkajianMenurut suddart dan brunner:

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu : mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan penyakit gastritis meliputi adanya nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau muntah, apakah sebelum makan atau setelah makan, setelah mencerna makanan pedas, obat-obat tertentu atau alkohol, timbulnya gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat, sifat gejalanya berkurang atau hilang, mempunyai riwayat penyakit lambung sebelumnya, ada perasaan muntah darah atau tidak, timbulnya nyeri tekan abdomen, dehidrasi atau perubahan turgor kulit atau membran mukosa kering.3. Diagnosa KeperawatanMenurut suddart & brunner 2002, diagnosa yang lajim terjadi pada klien dengan gangguan sistem pencernaan : gastritis adalah :i. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.Data yang menunjang :

1) Apakah pasien mengeluh nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual dan muntah.

2) Kapan terjadinya gejala, apakah sebelum makan, setelah makan, setelah mencerna makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alkohol.

ii. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.Data yang menunjang :

1) Apakah pasien mengeluh tidak dapat makan, mual dan muntah

2) Apakah pasien mengeluh rasa cepat kenyang dan perut kembung.

3) Apakah terdapat regurgitasi (keluarnya cairan dari lambung secara tiba-tiba).

iii. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntahData yang menunjang :

1. Klien tidak dapat makan, mual dan muntah.

2. Apakah terdapat regusgitasi (keluar dari lambung secara tiba-tiba)iv. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya.Data yang menunjang :

1. Pola koping individu

2. Terdapat ansietas, stres.

4. Rencana Tindakan KeperawatanMenurut Suddart dan Brunner :Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan :a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

Tujuan:Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri.Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional Diagnosa. a

:NTERVENSIRASIONAL

1) Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 1 10)

2) Berikan istirahat dengan posisi semi fowler.

3) Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja sama lambung.

4) Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya.

5) Observasi TTV tiap 24 jam.

6) Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi.

7) Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik.1) Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.

2) Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telenetang.

3) Dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas pristaltik.

4) Mencegah terjadinya pedih pada ulu hati/efigastrium.

5) Sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya.

6) Mengurangi rasa nyeri atau nyeri dapat terkontrol.

7) Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat.

Tujuan:Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi.Tabel 2.3 Intervensi dan Rasional diagnosa. bINTERVENSIRASIONAL

1) Buat tujuan berat badan minimun dan kaji kebutuhan nutrisi harian.

2) Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan klien saat makan ; sediakan dan buang makanan tanpa persuai atau komentar. Tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan.

3) Berikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering.

4) Buatlah pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

5) Lakukan penimbangan berat badan satu kali seminggu.1) Malnutrisi adalah kondisi gangguan minta yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif/pengambilan keputusan perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berfikir dan kerja psikologis.2) Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat beraksi terhadap tekanan. Komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan. Bila saraf berespons secara konsisten, pasien dapat mulai mempercayai respon staf.

3) Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu banyak.

4) Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.5) Penimbangan berat badan secara teratur sebagai salah satu indikator untuk mengetahui status nutrisi.

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntahTujuan:Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.Tabel 2.4 Intervensi dan Rasional Diagnosa. cINTERVENSIRASIONAL

1) Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit.

2) Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat.

3) Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik.

4) Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan.5) Berikan/awasi hiperalimentasi IV.1) Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.2) Pasien tidka mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.

3) Membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/ diuretik mencegah kehilangan cairan.

4) Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil.

5) Tindakan darurat untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan elektrolit.

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya.

Tujuan:Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.Tabel 2.5 Intervensi dan Rasional Diagnosa. INTERVENSIRASIONAL

1) Kaji tingkat kecemasan.

2) Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua keluhannya.

3) Jelaskan semua prosedur dan pengobatan.

4) Beri dorongan spiritual.1) Mengetahui sejauhmana tingkat kecemasan yang dirasakan klien, sehingga memudahkan dalam pemberian tindakan selanjutnya.2) Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala hal tindakan yang diberikan.

3) Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekerjasama dalam perawatannya/ pengobatan.

4) Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

5. ImplementasiImplementasi keperawatan selalu mengacu pada rencana asuhan keperawatan yang disusun sebelumnya pada tiap diagnosa keperawatan yang kemungkinan dapat terjadi.6. EvaluasiTahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon klien dalam keefektifan intervensi.CONTOH KASUS

A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

a. Biodata klien

Nama

: Umur

:

Jenis kelamin

:

Agama

:

Suku/Bangsa

:

Status pernikahan

:

Pekerjaan

:

Alamat

:

Tanggal masuk

:

Tanggal pengkajian:

No. MR

:

Diagnosa medis

: GastritisIdentitas penanggung:

b. Keluhan Utama

1). Keluhan utama : nyeri ulu hati

2). Riwayat keluhan utama

Nyeri ulu hati dialami + 1 minggu yang lalu disertai dengan mual muntah berwarna kekuning-kuningan + 2x sehari. Nyeri tersebut dirasakan hilang timbul dengan skala nyeri sedang (4 6), sifat nyeri seperti ditusuk, lamanya nyeri + 10 menit, faktor yang memperberat jika klien terlambat makan, faktor yang memperingan jika klien istirahat dan minum obat sanmagh.

c. Riwayat kesehatan

1). Riwayat kesehatan sekarang

Sebelum masuk RS klien sering mengalami nyeri ulu hati dan terjadi apabila klien terlambat makan.2) Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah Klien pernah dirawat di RS dengan diagnosa medik : gastritis, Riwayat kesehatan keluarga

Keterangan :

:Laki-laki

: Perempuan

:Klien

?:Umur tidak diketahui

:Garis keturunan

-------:Tinggal serumah

:Meninggal

GI:Kakek dan nenek klien meninggal karena faktor usia

GII:Paman klien meninggal karena kecelakaan

GIII:Klien anak ke-2 dari 2 bersaudara dan saat ini klien menderita penyakit gastritis.

d. Riwayat Psikososial

1) Pola konsep diria). Citra diri

:

b). Identitas diri:

c). Peran diri : d). Harga diri: e). Ideal diri

: 2) Pola kognitif

Apakah mampu mengingat kejadian masa lalu dan mampu menjawab semua pertanyyan yang diberikan.

3) Pola Koping

Apakah Dalam mengambil atau pemecahan masalah yang dihadapi diselesaikan secara musyawarah bersama anggota keluarga.

4) Pola interaksi

Apakah Klien nampak kooperatif dan mau bekerja sama dengan perawat dan orang disekitarnya.

e. Riwayat Spiritual

1. Ketaatan klien beribadah

Apakah Sebelum sakit klien rajin menjalankan sholat bersama keluarga dan salama sakit klien menjalankan sholat ditempat tidur.

2. Dukungan keluarga klien

Apakah Keluarga klien selalu mendoakan semoga klien cepat sembuh

3. Ritual yang biasa dijalankan klien

Apakah ada ritual keagamaan yang biasa dilakukan

f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadan umum klien/kesadaran : 2) Tanda-tanda vital :

Suhu:38 Nadi: 96x\menitTD: 90/60Pernafasan:

3) Sistem pernafasan

a) Hidung

Inspeksi:Apakah Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis.

Palpasi :Apakah ada nyeri tekan

b) Leher

Inspeksi:Apakah ada tampak pembesaran kelenjar tyroid

Palpasi :Apakah ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid.

c) Dada

Inspeksi:Apakah Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan dada mengikuti nafas, frekuensi pernafasan 20x/menit tidak menggunakan otot bahu.

Palpasi:Apakah Dada normal dengan perbandingan diameter anterior posterior dan tidak ada nyeri tekan.Perkusi:Bagaimana Auskultasi :Apakah Suara nafas vasikuler, tidak terdengar adanya bunyi tambahan.4) Sistem Kardiovaskuler

a) Konjungtiva anemis, arteri karotis teraba, bibir tidak sianosis

b) Ukuran jantung normal terletak pada ICS 2 kanan, ICS 5 kiri, ictus kordis teraba pada apex ICS 5, suara jantung normal S1 (IUD) terdengar murni karena menutupnya katub mitralis dan trikuspidalis serta terbukanya katub aorta dan katub pulmonalis, SII (Dup) murni karena menutupnya katub aorta dan pulmonal serta membukanya katub mitralis dan trikuspidalis.5) Sistem Pencernaan

a) Mulut

Inspeksi:Bibir tidak ada stomatis, lidah nampak bersih, tidak ada kesulitan menelan, jumlah gigi lengkap.

b) Abdomen

Inspeksi:Pergerakan mengikuti pola nafas tidak nampak ada pembengkakan/bentuk tampak

Palpasi:Adanya nyeri tekan pada abdomen bagian kiri atas

Perkusi:Bunyi tympani

Auskultasi :Terdapat paristaltik usus, gerakan normal 15x/menit

c) Gaster

Tidak kembung, terdapat nyeri pada daerah epigastrium dengan skala nyeri 4-6d) Anus

Tidak ada lesi, tidak terdapat hemorhoid

6) Sistem indera

a) Mata

Inspeksi:Bentuk simetris kiri dan kanan, kelopak mata normal, alis dan bulu mata simetris.

Palpasi:Tidak teraba adanya benjolan, tidak teraba adanya nyeri

b) Hidung

Inspeksi:Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada polip dan epitaksis, tidak ada sekret pada hidung, dan dapat membedakan bau dengan baik.

Palpasi:Tidak teraba adanya benjolan, tidak teraba adanya nyeri tekan.

c) Telinga

Inspeksi:Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen

Palpasi:Tidak teraba adanya benjolan, tidak teraba adanya nyeri tekan

7) Sistem Saraf

a) Fungsi cerebral

(1) Status mental baik, orientasi klien terhadap waktu, tempat dan orang baik, daya ingat masa lalu baik, klien mampu berhitung dan berbahasa Indonesia dengan baik.

(2) Kesadaran : composmentis( GCS 15 )Eye:Dapat membuka mata secara spontan (4)

Motorik:Orientasi baik (5)

Verbal :Klien mampu melaksanakan perintah (6)b) Fungsi cranial

(1) Nervus I (Ulfaktorius)

Klien mampu membedakan antara bau balsem dengan minyak kayu putih dengan mata tertutup.

(2) Nervus II (Optikus)

Visus klien mampu membaca buku dalam jarak 30 cm

(3) Nervus III, IV, VI (Okkulomotorius, troklearism abddusen)

Klien mampu menggerakkan bola mata keatas, bawah, samping, kiri dan kanan, pupil isokor.

(4) Nervus V (tigeminus)

Sensorik:Klien merasakan rangsangan dari perawat yang menyentuhkan tangan pada pipi klien.

Motorik :Klien dapat mengunyah dengan baik

(5) Nervus VI (Fasialis)

Sensorik :Klien meringis bila dicubit

Motorik :Klien dapat tersenyum

(6) Nervus VIII (Akustikus)Klien dapat mengulang kata-kata yang diberikan

(7) Nervus IX (glosofanigeus)

Klien mampu membedakan rasa asin, manis dan pahit

(8) Nervus X (vagus)

Ovula nampak tertarik keatas saat mengucapkan ah

(9) Nervus XI (Assecories)

Klien dapat melawan kekuatan pada wajah

(10) Nervus XII (hipoglossus)

Klien mampu menarik dan mengeluarkan lidah dan mengarahkan lidahnya ke kiri dan ke kanan.

c) Fungsi motorik

Masa otot: Tidak ada atrofi otot

Tonus otot: Klien mampu melawan tekanan

Nilainya 4 4

4 4

d) Fungsi sensorik

Suhu:Bisa membedakan suhu panas dan suhu dingin

Nyeri:Dapat merasakan nyeri bila dicubit

e) Fungsi cerebellum

(1) Koordinasi:Sistem koordinasi dan keseimbangan baik, karena klien mampu menunjukkan mata dan hidung bila diperintah.

(2) Keseimbangan:Klien tidak mampu berdiri sendiri

f) Refleks

(1) Bisef:++ (Dapat berkontrasi dengan fleksi pada lengan)

(2) Trisep:++ (Dapat berkontrasi dengan ekstensi pada lengan atas)

(3) Patella:++ (ekstensi pada lutut)

(4) Babinski :+- (ibu jari tidak ekstensi tapi jari-jari kaki lainnya meregang atau fleksi)

8) Sistem Muskulos keletal

a) Kepala

(1) Bentuk kepala mesochepal

(2) Klien mampu menggerakkan kepala ke kanan, kiri, atas dan bawah

(3) Tidak ada nyeri tekan

(4) Rambut tidak mudah tercabut

b) Vertebrae

Tidak ada scoliosis, kiposis dan lordosis

c) Pelvis

Gaya jalan pelan

d) Lutut

Tidak ada bengkak, tidak kaku, gerakan baik

e) Ekstermitas bawah

Tidak bengkak, klien mampu berjalan dengan bantuan keluarganya.

f) Ekstermitas bawah

Tidak bengkak, gerakan baik

9) Sistem integumen

a) Rambut hitam dan tidak mudah dicabut

b) Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kulit kelihatan kotor

c) Warna kuku putih kemerahan, tidak mudah patah, kuku klien nampak panjang dan kotor10) Sistem endokrin

a) Tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroidb) Suhu tubuh 380C11) Sistem imunologi

Tidak ada riwayat alergi terhadap cuaca, debu, makanan dan zat kimia

12) Sistem perkemihan

Fungsi perkemihan baik, tidak ada riwayat kencing batu

13) Sistem reproduksi

Tidak dikaji karena pasien tidak bersedia

7. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)Tabel 3.1 pola aktivitas sehari-hariNo Jenis KegiatanSebelum SakitSaat Sakit

1Nutrisi

Menu

Frekuensi

Nafsu makanNasi + sayur lauk

3 x sehari

Baik (porsi makan dihabiskan)Bubur + sayur + lauk

3 x sehari

Porsi makan tidak dihabiskan hanya 1 sendok makan

2Cairan

Jenis muinuman

Jumlah

Frekuensi BB

TBAir putih + the/susu

+ 200-3000 x/1/hari

8 10 gelas40

160Air putih + susu

+ 250-300 ml/hari

7 11 gelas38160

3Eliminasi

BAK

Frekuensi

Warna

Resistensi

Kesulitan

BAB

Frekuensi

Warna

Resistensi

Kesulitan 4 5 x/hari

Kuning

Amoniak

Tidak ada

1 x /hari

Kuning

Lunak

Tidak ada2 3 x/hari

Kuning

Amoniak

Tidak ada

1 x/hari

Kuning

Lunak

Tidak ada

4Istirahat dan tidur

Malam

Siang 22.00 - 06.00

Tidak tentu20.00 06.00

Tidak tentu

5Personal hygiene

Mandi

Gosok gigi

Gunting kuku2 x /kali (pagi dan sore)

3 x / hari

1 x / mingguTidak pernah hanya dilap dengan waslap basahNampak kuningNampak panjang dan kotor

6Pola aktivitas

Olah raga

Frekuensi Lari pagi

Tidak teraturTidak ada

Tidak ada

7Rokok dan alkohol

a. Rokok

b. Alkohol Tidak pernah

Tidak pernahTidak pernah

Tidak pernah

8. Test Diagnostik

Hasil: Laboratorium

Tanggal : 05 Juni 2008

Pemeriksaan Hasil

NormalTrombosit247.000/mm3 200.000-400.000/mm3Slide widal

Sal. Typhi OD1/320

Sal. Typhi HD1/160

Sal. Paratyphi 1/80

Tanggal 09 Juni 2008

Pemeriksaan widal

Sal. Typhi OD1/160

Sal. Typhi OA1/80

9. Therapy obat-obatan

Diet lunak TKTP

Infus RL 28 tts/mnt

Dexanta 3 x 1 / oral

Sotatic 3 x 1 / oral

Ranitidin 1 amp / 8jam/IV

Paracetamol 3 x 1 / oral

2. Data Fokus ( cp. 1.a)Table 3.2 Data FokusData ObjektifData Subjektif

Wajah klien nampak meringis

Porsi makan tidak dihabiskan (hanya 1 sendok makan)

Kuku klien nampak panjang dan kotor

Klien tidak bisa melakukan aktivitas

Terpasang infuse RL 28 tts/i

Klien nampak lemah

Tanda-tanda vital

TD: 90/60

N: 96 x/menit

P: 20 x/menit

S: 380C Berat badan menurun, sebelum sakit BB : 40 saat sakit BB : 38 kg

Nampak muntah klien berwarna kekuningan

Wajah klien nampak merah

Nyeri tekan daerah abdomen kiri atas

Gigi klien nampak kuning

Penampilan klien nampak kotor

Klien mengatakan nyeri ulu hati disertai mual dan muntah + 2x sehari Keluarga klien mengatakan selama sakit klien tidak pernah mandi, sikat gigi dan gunting kuku

klien menganggap dengan terpasangnya infus dapat menghambat perawatan diri

Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas karena lemah

Klien mengatakan BAK dibantu oleh keluarganya

Klien mengatakan badannya panas.

3. Analisa Data( cp 1. b)

Table 3.3 Analisa DataData Etiologi Masalah

DS :

Klien mengatakan badannya panas

DO :

Suhu tubuh 380C

Nadi : 96 x/menit

Wajah klien nampak merahTerlambat makan, stress fisik,konsumsi obat-obatan,alcohol(Peningkatan HCL

(Peradangan pada mukosa lambung

(Merangsang terjadinya proses reaksi

endogen/firogen

(Dihantar ke hypotalamus terjadi termoregulator

(Hipertermi

Hypertermi

DS :

Klien mengatakan nyeri ulu hati( skala nyeri 4-6)DO :

Wajah klien nampak meringis

Klien nampak lemah

Nampak muntah klien berwarna kekuningan + 2x sehari Nyeri tekan daerah abdomen kiri atasAdanya peradangan

peningkatan HCL lambung

Merangsang pengeluaran zat bradikinin histamin dan serotin

(Naciseptor

(Rangsangan dihantar ke thalamus

(Cortek cerebi

(Nyeri

Nyeri epigastrium

DS :

Klien mengatakan nyeri ulu hati disertai mual dan muntah + 2x sehariDO :

Klien nampak lemah

Porsi makan tidak dihabiskan (hanya 1 sendok makan)

BB menurun, sebelum sakit BB : 40 kg, saat sakit BB : 37 kgIntake nutrisi kurang

(Lambung kosong

(Peningkatan asam lambung

(Mual, muntah

(Anoreksia

(Nutrisi tidak adekuatGangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

DS :

Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas karena lemah

Klien mengatakan selama sakit klien tidak pernah mandi, sikat gigi, dan gunting kuku

Klien mengatakan BAK dibantu oleh keluarganya

DO :

Terpasang infuse RL : 28/tts

Kuku klien nampak panjang dan kotor

Gigi klien nampak kuning

Klien nampak lemah

Klien tidak bisa melakukan aktivitasIntake nutrisi kurang

(Produksi energi menurun

(Kelemahan

(Aktivitas menurun

(ADL terganggu

(Keburuhan klien dipenuhi ditempat tidur

(Personal hygiene kurangPersonal hygiene kurang

DS :

Tidak ada keluhan

DO :

Nampak terpasang infuse RL 28 tts/menitTerpasang infus

(Port the entry

(Media berkembangnya kuman patogen

(Resiko infeksiResiko infeksi

4. Diagnosa Keperawatan( cp. 2)

Table 3.4 Diagnosa keperawatanNoDiagosa KeperawatanTgl. Ditemukan Tgl. Teratasi

1

2

3

4

5

Hypertermi b/d proses peradangan pada mukosa lambung

Nyeri epigastrium b/d peningkatan asam lambung

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d intake tidak adekuat

Personal hygiene kurang b/d gangguan pemenuhan ADL

Resiko infeksi b/d terpasangnya infus06 Juni 2008

06 Juni 2008

06 Juni 2008

06 Juni 2008

06 Juni 2008

O8 Juni 2008

09 Juni 2008

07 Juli 2008

06 Juni 2008

B. Rencana Kerawatan( cp. 3)

Table 3.5 Rencana Keperawatan Hari/TglDiagnosa keperawatanTujuanIntervensiRasional

Hypertermi b/d proses peradangan pada mukosa lambung

DS :

Klien mengatakan badannya panas

DO :

Suhu tubuh 380C

Nadi : 96 x/menit

Wajah klien nampak merahKlien akan menunjukan suhu kembali normal dengan kriteria : Suhu tubuh 36-370C

Wajah klien tidak merah1. Kaji TTV

2. Beri kompres air hangat pada dahi.

3. Anjurkan pakai pakaian yang tipis.

4. Penatalaksanaan pemberian obat anti piretik :

Parasetamol 3 x 1 / oral

1. Memastikan tidak terjadi komplikasi dan sebagai langkah awal untuk menentuksn intervensi selanjutnya.

2. Kompres air hangat dapat merangsang vasodilatasi sehingga aliran darah lancar keseluruh tubuh.

3. Dapat memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis merangsang peningkatan suhu tubuh.

4. Antipiretik berfungsi menurunkan suhu tubuh karena mengandung analgetik.

Nyeri epigastrium b/d peningkatan asam lambung

DS :

Klien mengatakan nyeri ulu hati(skala nyeri 4-6)

DO :

Wajah klien nampak meringis

Klien nampak lemah

Nampak muntah klien berwarna kekuningan

Terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen kiri atasKlien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria:

Klien tidak mengeluh nyeri1. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan menggunakan skala

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2. Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi nafas dalam bila nyeri timbul 3. Beri posisi yang nyaman sesuai kondisi yang klien inginkan (berbaring miring)4. Pemberian obat antasida

- Dexanta 3 x 1/oral

08.30, 16.30, 24.00

- Sotatic 3 x 1/oral

08.30, 16.30, 24.00

- Ranitidin 1 amp/8 jam13.05, 21.05, 05.301. Mengetahui sejauh mana nyeri dirasakan klien guna menentukan intervensi selanjutnya

2. Nafas dalam dapat meningkatkan suplai oksigen sehingga metabolisme anaerob tidak terjadi dan nyeri tidak diteruskan ke otak dan meningkatkan kenyamanan3. Posisi yang nyaman dapat merelaksasikan otot sehingga sensasi nyeri dapat berkurang4. Antasida dapat mengurangi peningkatakan asam lambung

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d intake tidak adekuat

DS :

Klien mengatakan nyeri ulu hati disertai mual muntahDO :

Klien nampak lemah

Porsi makan tidak dihabiskan (hanya 1 sendok makan)

BB menurun, sebelum sakit BB : 40 kg saat sakit BB : 38kgKlien menunjukkan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria :

Nafsu makan baik

Porsi makan dihabiskan1. Kaji dan catat status nutrisi klien

2. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering secara teratur

3. Timbang BB tiap hari4. Beri makanan yang bervariasi sesuai dengan selera klien

.

1. Mengetahui pemasukan makanan yang adekuat dan mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan2. Meminimalkan toleran terhadap makanan porsi besar bagi klien

3. Untuk mengetahui status gizi dan mengawasi penurunan BB4. Dengan makanan yang bervariasi dapat menambah nafsu makan klien

Personal hygiene kurang b/d gangguan pemenuhan ADL ditandai dengan :

DS :

Keluarga klien mengatakan selama sakit klien tidak pernah mandi, sikat gigi, dan gunting kuku

Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas karena lemah

DO :

Klien tidak bisa melakukanPersonal hygiene klien teratasi, dengan kriteria :

Klien mengatakan mampu mandi, sikat gigi dan gunting kuku sendiri1. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene kebersihan diri memandikan, gunting kuku, membersihkan gigi2. HE tentang personal hygiene kepada klien dan keluarga mengenai tata cara memandikan, mencuci rambut, dan gunting kuku ditempat tidur

3. Kaji tingkat ketidak mampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri

4. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan

5. Anjurkan klien melakukan perawatan diri secara bertahap

1. Memenuhi kebutuhan personal hygiene dan membantu klien menjaga kesehatan serta kebersihan dirinya2. Menambah pengetahuan klien dan keluarganya tentang personal hygiene agar klien dan keluarga mengerti dandapat mendemonstrasikannya3. Dengan mengkaji tingkat ketidakmampuan klien melakukan aktivitas perawatan diri akan mempermudah intervensi selanjutnya

4. Memudahkan klien untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri

5. Aktivitas yang dilakukan secara bertahap dapat mengurangi terjadinya kelemahan yang dapat memperberat kerja paru-paru dan pemenuhan kebutuhan sendiri secara bertahap

Resiko infeksi b/d terpasangnya infus, ditandai dengan :

DS :

Tidak ada keluhan

DO :

Nampak terpasang infus RL : 28 tts/menitInfeksi tidak terjadi, dengan kriteria :

Daerah terpasang infus tidak bengkak, merah, dan panas1. Kaji tanda-tanda adanya infeksi :

Rubor : kemerahan

Dolor : nyeri

Kolor : panas

Tumor : bengkak

2. Berikan perawatan daerah pemasangan infus1. Infeksi dapat menyebabkan kerusakan jaringan sehingga mengakibatkan terjadinya komplikasi2. Untuk mencegah terjadinya perkembangbiakan mikroorganisme

C. Catatan Tindakan( cp. 4) Table 3.6 Catatan TindakanHari/TglNDXWaktuTindakan Keperawatan

I

I

II

III

llV

V12.00

12.15

13.05

13.15

14.45

15.15

16.00

1. Mengkaji tanda-tanda vital

Hasil :

TD : 90/60 mmHg

N : 96 x/menit

P : 20 x/menit

S : 380C2. Beri kompres air hangat

Hasil : klien tenang

3. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami klien

Hasil : Skala nyeri yang dirasakan klien sedang (4-6)

4. Mengikuti intake nutrisi klien

Hasil :Klien mengatakan hanya makan 5 sendok teh5. Mengganti pakaian klien dengan pakaian yang tipis

Hasil : klien mengatakan badannya masih panas6. Menggunting kuku jari tangan dan kaki

Hasil :Kuku jari tangan dan kaki klien nampak bersih

7. Mengkaji daerah yang terpasang infus

Hasil :Tidak ada pembengkakan dan kemerahan pada daerah yang terpasang infuse

I

I

IllI

lllIVIVV

lllll08.15

08.30

08.40

09.05

09.35

09.45

10.15

11.15

12.35

13.051. Mengkaji tanda-tanda vital

Hasil :

TD : 90/80 mmHg

N : 88 x/menit

P : 24 x/menit

S : 37,50C

2.pemberian obat anti piretik, parasetamol 1x1/ oral

Hasil : Klien mau melakukannya

3. Mengkaji tingkat nyeri

Hasil : Klien mengatakan nyeri ulu hati4. Mengajarkan teknik relaksasi

Hasil : Klien mau melakukannya

5. Mengkaji intake nutrisi

Hasil : Keluarga klien mengatakan klien hanya makan bubur 5 sendok teh

6. Memandikan klien

Hasil : Badan klien nampak bersih

7. HE tentang personal hygiene kepada klien dan keluarga klien

Hasil :Klien dan Keluarga tampak mengerti

8. Mengkaji daerah yang terpasang infus

Hasil : Tidak nampak pembengkakan

9. Menimbang BB

Hasil : BB : 38 kg10. Memberikan obat antasida

Hasil : dexanta 1x1/oral, sotatik 1x1/oral, ranitidin 1 amp/ IV

I

II

II

IIl

III

lll

V

lV

ll08.00

08.15

08.35

09.05

10.15

11.15

11.30

12.05

13.051. Mengkaji tanda-tanda vital

Hasil :

TD : 90/80 mmHg

N : 88 x/menit

P : 22 x/menit

S : 36,50C

2.Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan klien

Hasil :Klien mengatakan nyeri pada ulu hati

3. Memberikan posisi yang nyaman sesuai kondisi yang klien inginkanHasil : Klien mau melakukannya

4. Mengkaji intake nutrisi

Hasil : Klien mengatakan hanya menghabiskan dari porsi makan yang diberikan

5. Menimbang BB

Hasil : BB klien : 38

6. Menganjurkan klien makan dalam porsi sedikit tapi sering

Hasil : klien mau melakukannya

7. Mengganti plester dan membersihkan daerah tempat pemasangan infuse

Hasil : Daerah pemasangan infuse nampak bersih

8. Mengatur dan mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien Hasil : Nampak sebagian pergerakan klien dibantu oleh keluarganya

9. Memberikan obat antasida

Hasil : dexanta 1x1/oral, sotatik 1x1/oral, ranitidin 1 amp/ IV

I

II

III

Ill

lV

13.15

13.35

13.40

14.05

14.301. Mengkaji tanda-tanda vital

Hasil :

TD : 90/80 mmHg

N : 88 x/menit

P : 24 x/menit

S : 36,50C

2. Mengkaji tingkat nyeri

Hasil : Klien mengatakan nyeri ulu hatinya hilang

3. Mengkaji intake nutrisi

Hasil : Klien mengatakan kalau makan, klien mual4. Timbang BB

Hasil : BB klien 38 kg

5. Menganjurkan klien untuk melakukan perawatan diri secara bertahap

Hasil : nampak klien mangganti bajunya sendiri

I

III

III

V

lll

13.15

13.45

13.55

15.05

15.351. Mengkaji tanda-tanda vital

Hasil :

TD : 100/80 mmHg

N : 88 x/menit

P : 24 x/menit

S : 36,50C

2.Mengkaji intake nutrisi

Hasil : Klien hanya menghabiskan 2 sendok makan

3.Menganjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering secara teratur

Hasil : Keluarga klien mengatakan, kalau makan, klien mual

4. Mengkaji daerah yang terpasang infus

Hasil : Tidak nampak pembengkakan

5. Menimbang BB

Hasil : BB klien : 38 kg

I

III

lll08.00

08.35

09.151. Mengkaji tanda-tanda vital

Hasil :

TD : 100/80 mmHg

N : 84 x/menit

P : 24 x/menit

S : 36,50C

2.Mengkaji intake nutris

Hasil : Klien hanya menghabiskan porsi dari porsi makan yang diberikan

3. Menimbang BB

Hasil : BB klien : 38 kg

D. Catatan Perkembangan ( cp. 5)Table 3.7 Catatan PerkembanganHari/TglNDXWaktuEvaluasi

Jumat

06/06/2008I20.15S :klien mengatakan badannya masih panasO:TTV

TD : 90/60 mmHg

N : 96 x/menit

P : 20 x/menit

S : 38,0C

A:Masalah belum teratasi

P:Lanjutkan intervensi 1, 4

1. Kaji TTV

2. Memberikan obat antipiretik yaitu paracetamol 3 x l / oral

II20.30S:Klien mengatakan nyeri ulu hati

O:Ekspresi wajah meringis

A:Masalah belum teratasi

P:Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 41. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2. Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi nafas dalam bila nyeri timbul

3. Beri posisis yang nyaman sesuai kiondisi yang klien inginkan (berbaring miring)

4. Pemberian obat antasida

Dexanta 3 x 1/oral

Sotatic 3 x 1/oral

Ranitidin 1 Amp/IV

III21.55S:Klien mengatakan ia hanya makan 5 sendok tehO:Porsi makan tidak dihabiskan

BB Sebelum sakit : 40 kg

BB saat sakit : 38 kgA:Masalah belum teratasi

P:Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5

1. Kaji dan catat status nutrisi klien2. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering secara teratur3. Timbang BB tiap hari

4. Beri makanan yan bervariasi sesuai dengan selera klien

lV

21.35S:Tidak ada keluhanO:kuku tangan dan kaki klien nampak bersih

A:Masalah belum teratasi

P:Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 51. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene

2. HE tentang personal hygiene kepada klien dan keluarga tentang personal hygiene

3. Kaji tingkat ketidakmampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri

4. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan

5. Anjurkan kilen melakukan perawatan diri secara bertahap

V22.05S:Tidak ada keluhan

O:Tidak nampak pembengakakn

A:Masalah teratasi

P:Pertahankan intervensi

I15.00S:Tidak ada keluhan

O:Ekspresi wajah meringis

Tanda-tanda vital

TD : 90/60 mmHg

N : 88 x/menit

P : 24 x/menit

S : 37,50C

A:Masalah belum teratasi

P:Lanjutkan intervensi 11. Kaji TTV

II15.15S:Klien mengatakan nyeri ulu hatiO : wajah klien nampak meringis

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 4

1. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan menggunakan skala nyeri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2. Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi nafas dalam bila nyeri timbul

3. Pembeian obat antasida

Dexanta 3 x 1/oral

Sotatic 3 x 1/oral

Ranitidin 1 Amp/lV

Ill15.35S:keluarga klien mengatakan klien hanya menghabiskan 5 sendok teh buburO:BB klien 38 kg

A:Masalah belum teratasi

P:Lanjutkan intervensi

lV16.05S:Tidak ada keluhan

O:klien nampak bersih

Klien dan keluarga nampak mengerti akan pentingnya persona hygieneA:Masalah sebagian teratasi

P:Pertahankan intervensi

V16.15S:Tidak ada keluhan

O:Tempat terpasang infuse nampak bersih A:Masalah teratasi

P:Pertahankan intervensi

l08.15S:Tidak ada keluhan

O:TTV

TD : 90/80 mmHg

N : 88 x/menit

P : 22 x/menit

S : 36,50C

A:Masalah teratasi

P:Pertahankan intervensi

IIl

12.35

S:Klien hanya menghabiskan dari porsi makan yang diberikan

O:Porsi makan tidak dihabiskan

BB :saat sakit: 38 kg

A:Masalah belum teratasi

P:Lanjutnya intervensi 3, 41. Timbang BB tiap hari

2. Beri makanan yang bervariasi sesuai dengan selera klien

ll13.15S:klien mengatakan nyeri ulu hatiO:klien nampak melakukan posisi yang menurutnya dapat mengurangi nyerinyaA:Masalah belum teratasi

P:Lanjutnya intervensi 1

1. Mengkaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

lV13.30S:tidak ada keluhanO:nampak sebagian pergerakan dibantu oleh keluargaA:Masalah sebagian teratasi

P:Lanjutnya intervensi 5

1. Anjurkan klien melakukan perawatan diri secara bertahap

V13.45S:tidak ada keluhanO:tempat terpasangnya infuse nampak bersihA:Masalah teratasi

P:pertahankan intervensi

l13.20S:Tidak ada keluhan

O:TTV

TD : 90/80 mmHg

N : 88 x/menit

P : 24 x/menit

S : 36,50C

A:Masalah teratasi

P:Pertahankan intervensi

ll13.35S:klien mengatakan nyeri ulu hati hilangO:wajah klien nampak cerah

A:Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

lll14.55S:Klien mengatakan kalau makan klien muntah

O:BB klien : 38 kgA:Masalah belum teratasiP: lanjutkan intervensi 1, 2, 31. Kaji dan catat status nutrisi klien

Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi serin2. Timbang BB tiap hari

lV15.00S:tidak keluhanO:klien nampak memakai bajunya sendiriA:Masalah sebagisn teratasi

P: Pertahankan intervensi

l13.15S:Tidak ada keluhan

O:TTV

TD : 90/80 mmHg

N : 88 x/menit

P : 24 x/menit

S : 36,50C

A:Masalah teratasi

P:Pertahankan intervensi

V15.10S:Tidak ada keluhan

O:Tempat terpasang infuse nampak bersih A:Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

lll15.55S:keluarga klien mengatakan kalau makan klien muntah

O:BB klien : 38 kg

Klien hanya menghabiskan 2 sendok makan dari porsi makan yang disediakanA:Masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi 1, 21. Kaji dan catat status nutrisi klien

2. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering secara teratur

l08.15S:Tidak ada keluhan

O:TTV

TD : 100/80 mmHg

N : 84 x/menit

P : 24 x/menit

S : 36,50C

A:Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

lll09.30S:tidak ada keluhanO:BB klien : 38 kgKlien hanya menghabiskan dari porsi makan yang diberikanA:Masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi 1, 2, 31. Kaji dan catat status nutrisimklien2. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering secara teratur

3. Timbang BB tiap hari

E. Resume Keperawatan( cp. 6)Nama klien :

Umur

:Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Alamat : Minasaupa

A. Masalah keperawatan yang muncul

1. Hypertermi b/d proses peradangan pada mukosa lambung

2. Nyeri epigastrium b/d peningkatan asam lambung

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d intake tidak adekuat

4. Personal hygiene kurang b/d gangguan pemenuhan ADL

5. Resiko infeksi b/d terpasangnya infus

B. Tindakan keperawatan

1. Mengkaji tanda-tanda vital

2. Memberikan kompres air hangat didahi

3. Mengkaji tingkat nyeri

4. Mengikuti intake nutrisi

5. Menggunting kuku jari tangan dan kaki klien

6. Mengkaji daerah yang dipasang infuse

7. Mengganti pakaian klien dengan pakaian yang tipis8. Memberikan terapi IV dan obat-obatan analgetik sesuai instruksi dokter

9. Menganjurkan teknik relaksasi

10. Memandikan klien

11. HE tentang personal hygiene

12. Menganjurkan klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering secara teratur13. Menimbang BB

14. Memberikan posisi yang nyaman sesuai kondisi yang klien inginkan15. Menganjurkan klien untuk melakukan perawatan diri secara bertahap

16. Mengganti plester dan membersihkan daerah tempat pemasangan infuse

17. Mengatur dan mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien C. Masalah yang belum teratasi

1. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidak adekuat

D. Nasehat yang disampaikan sebelum pulang

1. Hendaknya klien dan keluarga mampu untuk mengenali secara dini tanda dan gejala, perawatan serta pencegahan yang dapat timbul akibat penyakit gastritis

2. Hendaknya keluarga mampu mengambil tindakan yang tepat jika timbul penyakit dengan menggunakan terapi anjuran atau membawa ke pusat pelayanan kesehatan

3. Diharapkan kepada klien untuk menjaga kondisi personal hygiene4. Diharapkan kepada klien untuk tidak menunda-nunda rasa lapar Kesimpulan

1. Data dasar pengkajian yang biasanya didapatkan pada klien dengan gastritis adalah : pasien mengeluh nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual dan muntah, waktu terjadinya gejala, apakah sebelum amakan, setelah makan, setelah mencerna makanan pedas, obat-obatan tertentu, atau alkohol, timbulnya gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan minum terlalu banyak atau makan terlalu cepat, sifat gejalanya berkurang atau hilang, mempunyai riwayat penyakit lambung sebelumnya, ada perasaan muntah darah atau tidak, timbulnya nyeri tekan abdomen, dehidrasi, atau perubahan turgor kulit atau membran mukosa kering.

Sedangkan data yang ditemukan pada kasus adalah hypertermi, nyeri pada ulu hati disertai mual muntah berwarna kekuning-kuningan, meringis, nafsu makan menurun, selama sakit klien tidak pernah mandi, gosok gigi, gunting kuku, lemah, klien tidak bisa melakukan aktivitas,gigi klien nampak kuning,klien mengatakan BAK dibantu oleh keluarganya, wajah klien nampak merah, klien mengatakan badanya panas TD : 90/60 mmHg, N : 96 x/menit, P : 20 x/menit, S : 380C. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah hypertemi berhubungan dengan proses peradangan pada mukosa lambung, nyeri epigastrium berhubungan dengan peningkatan asam lambung, gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat, personal hygiene kurang berhubungan dengan gangguan pemenuhan ADL, resiko infeksi berhubungan dengan terpasangnya infuse.

2. Perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis mengacu pada masalah keperawatan yang muncul dengan berpedoman pada teori dan tetap memperhatikan kondisi klien dengan melibatkan keluarga, fasilitas yang ada dan kebijakan rumah sakit.

3. Pelaksanaan rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang muncul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dengan mencantumkan waktu pelaksanaan implementasi sesuai dengan respon dan kondisi klien.

4. Setelah penulis mengevaluasi, masalah yang teratasi yaitu hypertemi, nyeri epigastrium, personal hygine kurang dan resiko infeksi. Sedangkan masalah yang belum teratasi yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart, 2002, Keperawatann Medikal Bedah, edisi 8, Vol. 2, Jakarta, EGC

Dogoes. E, Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC

Mansjoer, A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta, Medika Aesculapius

Prince sylvia A, Wilson Lorrain. M, 1994, Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta, EGC

Suyono Slamet, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Edisi 3, Jakarta, FKUI

Inayah Iin, 2004, Askep Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan, Edisi 1, Jakarta, Medika Salemba

http://www.indofarma.co.id/index.php?optiom=Gastritis(magh)=view&id=277Ite=125http://www.info-sehat.com/content.php?ketika gangguan magh melanda=sid=826

htp://www.siaksoft.net/indekx.php?option=com=Penanganan Penyakit Gastritis=content&task=view&id=2477&item id=100

Hardi, 2007. Sehat Berpuasa. (on line), (http://mataharihati.multiply.com/reviews/item), diakses 5 maret 2008

Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Pokok Bahasan: Kebetuhan dasar manusia

Sub Pokok Bahasan: Personal hygiene

Hari / Tanggal

: Sabtu, 07 juni 2008

Waktu

: 15 menit

Tempat

: Baji Dakka I kamar 301

I. Tujuan

a. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan pasien/keluarga diharapkan mampu memahami tentang personal hygiene

b. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah penyuluhan diharapkan pasien / keluarga mampu :

1. Dapat menyebutkan pengertian personal hygiene

2. Dapat menyebutkan macam-macam personal hygiene

3. Dapat menyebutkan tujuan perawatan personal hygiene

4. Dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

II. Materi

terlampir.

III. Metode

a. Ceramah.

b. Tanya jawab.

IV. Kegiatan Belajar Mengajar

a. Pembukaan dengan penjelasan materi yang akan disampaikan.

b. Penjelasan materi.

c. Tanya jawab.

d. Menyimpulkan materi yang sudah disampaikan.

e. Evaluasi dengan cara bertanya kepada pasien / keluarga.

V. Media

a. Plester.

b. Flip Chart.

VI. Evaluasi

Klien / keluarga klien dapat menyebutkan :

a. Pengertian personal hygiene

b. Macam-macam personal hygiene

c. Tujuan perawatan personal hygiened. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

PERSONAL HYGIENE

1. Pengertian

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.

Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisikdan psikis.

2. Macam-macam personal hygiene

a. Perawatan kulit kepala dan rambut

b. Perawatan mata

c. Perawatan hidung

d. Perawatan telinga

e. Perawatan kuku kaki dan tangan

f. Perawatan genetalia

g. Perawatan kulit seluruh tubuh

h. Perawatan tubuh secara keseluruhan

3. Tujuan perawatan personal hygiene

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang b. Memelihara kebersihan diri seseorang

c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang

d. Pencegahan penyakit

e. Meningkatkan percaya diri seseorang

f. Menciptakan keindahan

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

a. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak pedulli dengan kebersihannya

b. Praktek sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene

c. Status sosioekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlika uang untuk menyediakannya

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan

19

23

43

47

?

?

?

?

PAGE