Contoh Sumber Dana Bank

39
CONTOH SUMBER DANA BANK Akuntansi Perbankan: Dana Intern Dana yang bersumber dari dalam bank c/: modal inti dan modal pelengkap Dana Ekstern Dana Dana yang berasal dari masyarakat luas c/: Giro (Demand Deposit) Tabungan (Saving Deposit) Deposito (Time Deposit) Dana yang bersumber dari lembaga lainnya c/: Kredit Likuiditas Bank Indonesia Pinjaman Antar Bank (call money), Pinjaman dari bank-bank luar negeri Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), SUMBER DANABANK DARILUAR NEGERI Bagi negara-negara yang belum atau tida mampu menghimpun tabungan domestic yang memadai guna mendorong pertumbuhan ekonominya,maka negara tersebut dapat pula mencari sumber pembiayaan dari luar negeri ( negara-negara lain ). Bab ini mencoba untuk menjelaskan peranan tabungan luar negeri dalam pembangunan dan mengungkap beberapa kontroversi dan implikasi yang ditimbulkannya. Namun, sebelum kita melakukan pembahasan yang lebih mendalam, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu tentang beberapa konsep penting yang akan di bahas dalam bab ini. Bantuan asing ( luar negeri ) yang dimaksudkan di sini adalah meliputi bantuan yang bersumber dari pemerintah maupun swasta dari negara lain. Jenis bantuan ini dapat di bagi lagi menjadi dua jenis, yaitu : (1) bantuan bilateral, sebuah bantuan yang di berikan langsung oleh sebuah negara kepada negara lainnya, dan (2) bantuan multilateral, sebuah bantuan yang dananya mengalir ke sebuah badan badan internasional, seperti PBB,Bank Dunia, dan Bank pembangunan regional ( misalnya, The Asian Development Bank untu negara-negara di kawasan Asia ), yang selanjutnya badan-badan internasional tersebut meminjamkan atau menyalurkan dana yang tersedia ke NSB.

description

contoh

Transcript of Contoh Sumber Dana Bank

CONTOH SUMBER DANA BANKAkuntansi Perbankan: Dana InternDana yang bersumber dari dalam bankc/: modal inti dan modal pelengkap Dana EksternDana Dana yang berasal dari masyarakat luasc/: Giro (Demand Deposit)Tabungan (Saving Deposit)Deposito (Time Deposit) Dana yang bersumber dari lembaga lainnyac/: Kredit Likuiditas Bank IndonesiaPinjaman Antar Bank (call money),Pinjaman dari bank-bank luar negeriSurat Berharga Pasar Uang (SBPU),

SUMBER DANABANK DARILUAR NEGERIBagi negara-negara yang belum atau tida mampu menghimpun tabungan domestic yang memadai guna mendorong pertumbuhan ekonominya,maka negara tersebut dapat pula mencari sumber pembiayaan dari luar negeri ( negara-negara lain ).Bab ini mencoba untuk menjelaskan peranan tabungan luar negeri dalam pembangunan dan mengungkap beberapa kontroversi dan implikasi yang ditimbulkannya.

Namun, sebelum kita melakukan pembahasan yang lebih mendalam, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu tentang beberapa konsep penting yang akan di bahas dalam bab ini.Bantuan asing ( luar negeri ) yang dimaksudkan di sini adalah meliputi bantuan yang bersumber dari pemerintah maupun swasta dari negara lain.

Jenis bantuan ini dapat di bagi lagi menjadi dua jenis, yaitu : (1) bantuan bilateral, sebuah bantuan yang di berikan langsung oleh sebuah negara kepada negara lainnya, dan (2) bantuan multilateral, sebuah bantuan yang dananya mengalir ke sebuah badan badan internasional, seperti PBB,Bank Dunia, dan Bank pembangunan regional ( misalnya, The Asian Development Bank untu negara-negara di kawasan Asia ), yang selanjutnya badan-badan internasional tersebut meminjamkan atau menyalurkan dana yang tersedia ke NSB.

BANTUAN LUAR NEGERIBantuan asing yang ada sekarang ini merupakan kelanjutan dari era sesudah Perang Dunia II. Bantuan tersebut berawal dari adanya Rencana Marshall ( Marshall Plan ), di mana pada waktu AS menyaluan dananya sebesar US $ 17 miliar ( sekitar 1,5 persen dari GNP AS per tahunnya ) selama kurang lebih empat tahun guna membantu pembangunan kembali Eropa sesudah Perang Dunia ke II.

LEMBAGA-LEMBAGA BANTUAN INTERNASIONALThe Asian Development Bank (ADB)The Asian Development Bank ( ADB ) berdiri pada tahun 1996, dan bertugas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta bekerja sama dengan semua pihak yang berkepentingan di kawasan Asia.ADB merupakan lembaga pengembangan keuangan internasional yang melaksanakan penyaluran dana, menyokong investasi, dan memberikan kerja sama teknis ( technical assistance ) kepada NSB yang menjadi anggotanya.

Latar Belakang Berdirinya ADBPada pertengahan tahun 1960-an, negara- negara di kawasan Asia sangat membutuhkan bantuan ekonomi untuk membiayai pertumbuhan dan pembangunannya. Kemudian dari berbagai penjuru dunia datanglah bantuan untuk negara-negara Asia baik berupa dukungan politik maupun bantuan ekonomi.Pada awalnya, bantuan ini diharapkan datang dari negara-negara Barat, namun terdorong oleh adanya rasa nasionalisme yang begitu menggebu ( terutama setelah usainya Perang Dunia II ) mendorong timbulnya rasa solidaritas dan kerjasama di antara negara-negara di kawasan Asia, dengan berusaha memperoleh batuan politik maupun ekonomi dari kalangan negara-negara di kawasan Asia sendiri.Kesemuanya ini tercermin dalam pembentukan berbagai organisasi Asia, seperti Economic Commission for Asia and the Far East ( ECAFE ) yang anggotanya terdiri dari negara-negara di kawasan Asia yang telah menjadi anggota PBB pada masa itu, SEATO dan lain sebagainya.

Bank Dunia ( The World Bank )Pada awal Perang Dunia II ( PD II , para ahli keuangan dari gabungan beberapa negra memandang bahwa setelah PD II akan membawa pengaruh akan adanya kebutuhan atas peraturan-peraturan mengenai kerjasama internasional untuk memecahkan masalah dalam hal moneter dan permasalahan-permasalahan keuangan lainnya. Dengan adanya beberapa pertemuan yang diselenggarakan oleh gabungan beberapa negara, pada bulan Juli 1944, 44 buah negara mendirikan United Nations Moonetary and Financial Conference di Bretton Woods, New Hampshire, USA. Pada konferensi ini di canangkan beberapa Anggaran Dasar, yaitu dengan terbentunya dua lembaga keuangan internasional yaitu :1. IMF ( International Monetary Fund )2. IBRD ( International Bank for Reconstruction and Development ) kemudian lebih dikenal dengan nama World Bank

IBRD ( International Bank for Reconstruction and Development ) atau lebih dikenal sebagai Bank Dunia merupakan sebuah lembaga keuangan internasional yang pertama.

Fungsi Utama Bank Dunia Pada dasarnya, Bank Dunia memiliki dua keanggotaan, yaitu :1. IFC ( International Finance Corporation ) yang memulai kegiatannya pada tahun 1956. Kegiatannya ditujukan untuk pengembangan sector swasta di NSB.2. IDA ( International Development Association ) yang memulai kegiatannya pada tahun 1960. Kegiatannya ditunjukan untuk sektor yang sama dan sesuai dengan kebijakan Bank Dunia. Secara bersama-sama, Bank Dunia, IFC, dan IDA diarahkan sebagai Grup Bank Dunia. IDA dan Bank Dunia mempunyai staf dan manajemen yang sama, namun staf IFC terpisah. Ketiganya memiliki presidan dan dewan direktur eksekutif yang sama, yang meninjau dan menyetujui kebijakan pinjaman serta investasi mereka. IDA dan IFC memiliki Anggaran Dasar yang terpisah, yang sedikit berbeda dari Piagam Bank Dunia.

DAMPAK BANTUAN LUAR NEGERI TERHADAP PEMBANGUNANDengan mengguanakan pendekatan Harrod-Domar, mungkin akan lebih mudah bagi kita untuk menjelaskan peranan bantuan dan tabungan luar negeri dalam pembangunan. Menurut Horrad-Domar, peranan tabungan luar negeri adalah untuk menumbuh kembangkan tabungam domestic sehingga dapat meningkatkan investasi pada akhirnya akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Atau dengan kata lain, tabungan luar negeri biasanya digunakan untuk menutupi kesenjangan tabungan-investasi (saving-investment gap) yang terjadi di tingkat domestic.

MANFAAT INVESTASI ASINGAdanya serangkaian peraturan perundang-undangan negara tuan rumah (host country) berkenaan dengan investasi asing menunjukan bahwa NSB tentang cukup untuk aktif untuk mencari investor asing dan mengharapkan berbagai manfaat yang nyata dari investasi asing tersebut. Biasanya tujuan yang paling umum dikemukakan adalah untuk menciptakan lapangan kerja, proses alih teknologi dan keterampilan yang bermanfaat dan berbagai sumber tabungan atau devisa.

Perluasan Kesempatan KerjaBukti empiris di beberapa negara menunjukkan bahwa manfaat perluasan kesempatan kerja yang dihasilkan oleh adanya investasi asing karena suatu hal menjadi nampak kurang begitu nyata.

Alih teknologiManfaat pokok keduan yang diharapkan dari adanya investasi asing adalah proses alih teknologi, ketrampilan, dan know-how. Oleh karena banyak riset lapangan dan kegiatan-kegiatan pembangunan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Utara, Eropa, da Jepang, maka perusahaan-perusahaan tersebut sangat potensial sebagai sumber yang kaya akan informasi yang bernilai tentang teknologi, proses-proses, metode pemasaran dan pendekatan-pendekatan manajerial yang baru.

Manfaat Perolehan DevisaManfaat ketiga yang diterima oleh NSB dari investasi asing adalah memperoleh tabungan dan mendapatkan cadangan devisa. Dampak investasi-investasi TNC ini terhadap neraca pembayaran NSB telah menjadi sebuah kontroversi. Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 1973 dan meliputi ebih dari 100 TNC di seluruh dunia, menyimpulkan bahwa pada akhir tahun 1960-an pengaruh positif neto pada neraca pembayaran TNC tidak dapat diabaikan. Menurut studi tersebut, pada hampir setengah dari TNC yang diteliti diperolh temuan bahwa TNC-TNC tersebut lebih banyak mengekspor devisa ( melalui impor dan repatriasi laba ) dibandingkan devisa yang mereka peroleh. Jika keadaannya seperti demikian, mka nampaknya repatriasi laba merupakan salah satu penyebab hilangnya devisa seharusnya diperoleh negara tuan rumah.

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN NSB TERHADAP INVESTASI ASINGPemerintah NSB biasanya menggunakan berbagai kebijakan yang bersifat restriktif dan insentif bagi perusahaan-perusahaan asing. Kebijakan yang bersifat restriktif tersebut antara lain : (1) prasyarat kinerja, (2) hukum kejenuhan (saturation), dan (3) pengendalian repatrisi laba. Sedang kebijakan yang berupa rangsangan adalah insentif pajak.

PINJAMAN KOMERSIALBelakangan ini sumber dana dari luar negeri yang sangat cepat perkembangannya adalah injaman swasta yang berasal dari tiga sumber, yaitu (1) bond lending, (2) pinjaman komersial, dan (3) kredit ekspor. Bond Lending ini merupakan salah satu bentuk dari investasi portofolio. Bentuk lainnya adalah pembelian saham perusahaan-perusahaan NHB oleh pihak asing. Bentuk kedua dan relati paling baru adalah pinjaman komersial dari bank-bank di luar negeri, baik dari pasar Eurocurrency maupun pinjaman biasa dari bank-bank di luar negeri dengan menggunaan dana mereka sendiri. Jumlah pinjaman seperti itu pada akhir tahun 1984 sebesar 2,5 miliar dolar AS, dan sebesar 2 miliar dolar AS berasal dari Eurocurrency. Kredit Eurocurrency ini biasanya dilakukan oleh suatu sindikat bank, bukan oleh sebuah bank secara individual. Pinjaman jenis ini biasanya untuk jangka watu yang jauh lebih pendek dari pada bond issues dan tingkat bunga yang sama jika bank-bank tersebut meminjamkannya pada bank lainnya.Biasanya tingkat suku bunga yang ditetapkan berdasarkan suku bunga pada LIBOR ( the London interbank borrowing rate ) yang nilainya berfluktuasi dari waktu ke waktu.

SUMBER PINJAMAN LUAR NEGERI BAGI PEMBANGUNAN DI INDONESIAThe Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI)Sejak tahun 1966, pemerintah Orde Baru mulai mengambil langkah kebijakan stabilisasi, reorganisasi, dan rehabilitasi terhadap system perekonomian sebagai basis yang penting untuk pertumbuhan ekonomi. Dalam bidang keuangan internasional, pemerintah Orde Baru berusaha memperbaikinya dengan cara mencari penyelesaian pinjaman Orde Lama dan menari investasi asing serta meminta bantuan keuangan dan bantuan teknik. Sejak awal tahun 1967, pertemuan-pertemuan untuk membantu Indonesia dikoordinasikan dalam satu wadah kerjasama yang disebut The Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI). Dalam perkembangannya, IGGI tumbuh sebagai suatu mekanisme koordinasi negara-negara donor yang bersifat internasional yang merupaka kelompok pertemuan konsulatif. IGGI adalah forum tempat pertemuan berkala antara Indonesia dengan negara-negara donor dan lembaga-lembaga keuangan internasional yang dibentuk tidak berdasarkan perjanjian.

Consultative Group on Indonesia ( CGI )Latar belakang pembentukan CGI berawal pada adanya insiden Dilli (Timor Timur) pada bulan November tahun 1991. Adanya sikap beberpa negara yang ingin mengaitkan pemberian pinjaman atau bantuan dengan insiden Dilli tersebut jelas-jelas bertentangan dengan garis politik pemerintah RI sesuai dengan TAP MPR No.IV/MPR/1978 tentang GBHN, Bab IV, Bagian D, Arah dan Kebijakan Pembangunan, Ayat 12.

1. Pinjaman BilateralPinjaman bilateral adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa maupun dalam bentuk barang atau jasa yang diperoleh dari pemberi Pinjaman Luar Negeri yang berasal dari pemerintah suatu negara melaui suatu lembaga atau badan keuangan yang dibentuk oleh pemerintah negara yang bersangkutan untuk melaksanakan pemberian pinjaman yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.2. Pinjaman MultilateralPinjaman multilateral adalah setiap penerimaan negara, baik dalam bentuk devisa maupun dalam bentuk barang atau jasa yang diperoleh dari pemberian pinjaman luar negeri yang berasal dari lembaga keuangan internasional maupun regional dan biasanya Indonesia merupakan anggota dari lembaga keuangan tersebut.

Pinjaman di Luar IGGI/CGI Golongan negara-negara ini tidak ikut serta dalam perundingan di Tokyo maupun di Paris dalam rangka penyelesaian utang-utang Indonesia, maupun dalam sidang-sidang IGGI maupun CGI.Alasan klasik yang di kemukakan golongan negara-negara tersebut adalah, justru utang-utang tersebut timbul karena politik imperialis atau colonial negara barat, dan mereka tidak ikut bertangggung jawab. Sehubung dengan alas an klasik yang di kemukakan tersebut, utang atau bantuan mereka akan diselesaikan melaui perundingan bilateral dan tidak berdasarkan pola paris dan Amsterdam.

SEKILAS TENTENG UTANG LUAR NEGERI INDONESIASejatinya, utang luar negeri pemerintah merupakan salah satu sumber pembiayaan anggaran pemerintah dan pembangunan ekonomi secara umum di gunakan selain penerimaan dalam negeri pemerintah. Pemenfaatan tang luar negeri pemerintah untuk membiayai belanja negara sedemikian rupa sehingga dapat mendukung kegiatan ekonomi, terutama kegiatan yang produktif sehingga pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam hal pembiayaan anggaran pemerintah, utang luar negeri pemerintah berperan untuk membiayai deficit anggaran yang tercipta dari selisih antara penerimaan domestic dan belanja pemerintah. Belanja pemerintah ini kemudian akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui belanja-belanja pembangunan yang sifat produktif. Sejarah telahmembuktikan bahwa kegagalan dalam pengelolaan portofolio utang dapat memicu terjadinya krisis ekonomi yang mendalam. Jika tidak hati-hati, perkembangan utang luar negeri Indonesia dapat membaha perekonomian pada jebakan ketergantungan atas utang luar negeri(debt trab) (Arsyad, 1991a; Arsyad 1991b) Utang luar negeri pemerintah seyogyanyaberperan dalam pembiayaan deficit anggran dan pembangunan ekonomi secara umum . Namun di Indonesia, perkembangan utang luar negeri yang sedemikian pesat telah menciptakan masalah tersendiri bagi anggaran pemerintah dan perekonomian secara umumnya.BAB IIISI2.1Mengapa Diperlukan Dana Luar NegeriSejarah mencatat bahwa pada tahap awal pembangunanya, Negara Negara yang sekarang dianggap maju pun memanfaatkan dana asing. Hollis B. Chennery dan Alan Strout, dalam sebuah model berdasar bukti empiris dari 50 negara berkembang dari tahun 1957 sampai 1962, mengidentifikasikan tiga tahap pembangunan, yang masing masing dicirikan oleh faktor kendala pembangunan. Tahap tahap sekaligus faktor faktor kendala tersebut yaitu:1.Keterbatasan skill,2.Gap tabungan, yaitu investasi dikurangi tabungan.3.Gap devisa, yaitu impor dikurangi ekspor.Pada tahap pertama aliran skill dan teknologi dari luar negeri mampu memecahkan, paling tidak mengurangi, masalah pembangunan akibat keterbatasan skil. Akan tetapi dua ekonom tersebut lebih memusatkan perhatian pada tahap 2, pertumbuhan yang terbatasi oleh kurangnya investasi, dan tahap 3, pertumbuhan yang terbatasi oleh gap perdagangan. Dua tahap terakhir diduga sedang menjadi fenomena di Negara berkembang saat ini, dan diharapkan akan bisa diatasi dengan aliran dana luar negeri.Bukti-bukti Chenery dan Strout mengindikasikan bahwa pada awal-awal tahap pembangunan, pertumbuhan terkendala oleh terbatasnya investasi. Misalnya sebuah perekonomian mentargetkan untuk tumbuh 4 persen per tahun. Jika ICOR negara tersebut adalah 3, maka akan diperlukan investasi (tambahan kapital) sebesar 12 persen GNP. Jika tabungan yang tersedia hanya 10 persen GNP, maka terdapat gap tabungan-investasi sebesar 2 persen GNP, yang bisa ditutup dengan dana luar negeri. Impor kapital ini akan mengatasi masalah keterbatasan pertumbuhan akibat gap investasi-tabungan.Untuk menutup gap-gap tersebut diperlukan aliran dana luar negeri. Impor kapital ini akan mengatasi masalah keterbatasan pertumbuhan akibat gap investasi-tabungan serta menghilangkan keterbatasan pertumbuhan akibat gap devisa. Bantuan luar negeri yang diperlukan ditentukan oleh jumlah gap terbesar dari dua gap tersebut. Dalam jangka panjang, dana luar negeri akan menyamakan laju pertumbuhan antara investasi dan tabungan sehingga negara tersebut bisa berhenti meminjam dan membangun dengan dana sendiri.2.2Sumber dan Pengguna Dana Luar NegeriBantuan luar negeri bersumber dari pemerintah-pemerintah negara asing. Bantuan ini bisa datang dari sebuah pemerintah asing langsung diberikan ke sebuah negara berkembang, bisa juga datang dari lembaga-lembaga internasional. Kesimpulannya adalah bahwa bantuan luar negeri berasal dari pemerintah negara asing, baik langsung (bilateral) maupun melewati lembaga-lembaga internasional (multilaateral).Dana luar negeri berikutnya adalah pinjaman dari bank-bank komersial. Pinjaman komersial ini biasanya berbungan lebih tinggi dan berjangka lebih pendek dari bantuan internasional. Sumber berikutnya adalah investasi dari luar negeri. Investasi ini bisa dibedakan menjadi dua, yaitu investasi asing portofolio berupa pembelian saham dan obligasi, dimana investor tidak mempunyai kontrol langsung atas perusahaan) dan investasi asing langsung (investor membuka cabang perusahaan di negara berkembang dan mempunyai kontrol langsung terhadap perusahaan tersebut).Sumber dana berikutnya, yang meskipun tidak berjumlah besar, adalah kiriman dari warga negara yang bekerja di negara lain (remittances), dan juga kredit ekspor. Kredit ekspor adalah penangguhan pembayaran ekspor untuk jangka waktu tertentu sehingga importir bisa mengimpor tanpa uang kas. Untuk negara yang sangat terbuka, yaitu negara yang tingkat perdagangan dunianya sangat tinggi.Siapa yang memerlukan dana luar negeri tersebut ? negara-negara Eropa Barat dan Timur serta Amerika dan pada awal pembangunannya juga memerlukan modal asing. Setelah Perang Dunia II, negara-negara Eropa yang kalah perang memerlukan dana untuk membangun kembali negaranya. Pemerintah Amerika Serikat waktu itu, dengan program yang terkenal sebagai Marshall Plan, menyediakan dana untuk pembanguna tersebut. Pembanguna tersebut relatif berhasil. Demikian pula beberapa negara yang baru merdeka memerlukan dana untuk membangun, yang sebagian dibantu oleh negara-negara bekas penjajahnya.2.3Tabungan Pemerintah Asing (Bantuan Asing) sebagai Sumber DanaPembangunanPinjaman resmi pemerintah asing (Sgo) sering disebut sebagai bantuan asing atau official development assistance (ODA) karena mempunyai syarat-syarat yang lebih ringan dalam pembayarannya dibandingkan dengan pinjaman asing swasta. Bantuan asing bisa berupa pinjaman lunak, hibah, atau bantuan teknis. Sumbernya bisa berupa sebuah pemerintah negara asing, tetapi bisa juga agen-agen internasional. Pinjaman ke negara-negara berkembang dianggap sebagai bantuan asing jika mengandung elemen bantuan, yaitu jika penerima dana mendapatkan kemudahan-kemudahan dibanding jika dia meminjam dari bank-bank komersial dunia. Kemudahan itu bisa berbentuk tiga hal, pertama, tingkat bunga yang rendah, kedua, periode pembayaran yang lebih lama, dan ketiga, grace period (periode dari saat dana tersebut diberikan sampai kewajiban mengangsur pertama kali) yang lebih lama.Pinjaman resmi bisa digolongkan ke dua kategori, keras atau lunak, tergantung pada seberapa besar elemen hibahnya. Pinjaman Bank Dunia lebih banyak bebentuk pinjaman keras, akan tetapi pinjaman dari cabang-cabang Bank Dunia, yaitu Internasional Developmant Association (IDA) biasanya bersifat lunak, karena IDA memang dibentuk untuk membantu negara-negara berkembang.Bantuan bisa bersifat mengikat atau tidak mengikat. Dikatakan mengikat jika negara donor menekankan bahwa semua impor yang berkaitan dengan bantuan tersebut harus berasal dari negara donor. Pengikatan bisa berbentuk lain, misalnya negara-negara donor hanya mau menyediakan bantuan jika bantuan tersebut bisa memberikan kepada mereka tambahan kesempatan kerja, bisnis atau ekspor.Bantuan bisa berbentuk proyek atau program. Bantuan proyek memungkinkan negara donor untuk mengontrol penggunaan uang tersebut. Akan tetapi negara berkembang sering membutuhkan bantuan untuk tujuan-tujuan yang tidak bisa dipaket dalam sebuah proyek seperti itu. Para donor-Bank Dunia dan beberapa lembaga dunai lainnya sebenarnya telah menyadari hal ini dan sejak tahun 1980an telah menyediakan jumlah bantuan yang semakin besar untuk bantuan program ini, dalam rangka mempromosikan apa yang kemudian disebut sebagai penyesuaian struktural. Penyesuaian struktural adalah suatu proses reformasi untuk meningkatkan efisiensi ekonomi.Bantuan Teknis danOrganisasi Non PemerintahSatu bentuk khusus dari bantuan asing adalah bantuan teknis atau bantuan kerjasama. Sasarannya adalah untuk menciptakan tenaga berskil dan lembaga-lembaga pendukung akselerasi pembangunan. Wujudnya bisa berupa pengiriman tenaga-tenaga ahli di bidang tertentu ke negara-negara berkembang, bisa juga berupa pendidikan atau training bertempat di negar donor.Jika dihitung dari seluruh negara OECD, kerjasama teknis terhitung sekitar 25 persen dari bantuan total, dengan variasi yang besar antar negara. Kebanyakan bantuan teknis disalurkan melalui agen-agen khusus dari PBB, misalnya Food and Agricultural Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO). Kebanyakan pendanaan PBB yang berupa bantuan teknis datang dari United Nations Development Program (UNDP). Proyek-proyek Bank Dunia juga sering mengandung elemen bantuan teknis yang besar.Terdapat beberapa masalah dengan bantuan teknis, pertama, bantuan ini sering tidak sesuai dengan kondisi negara penerima. Masalah kedua berhubungan dengan bentuk paling umum dari bantuan teknis tersebut, yaitu pengiriman pakar asing ke negara berkembang, yang di antaranya bertugas melatih tenaga domestik. Meningkatnya penggunaan para sukarelawan dan orang-orang yang bekerja dengan NGO sebagian merupakan tanggapan dari kesulitan-kesulitan semacam ini.Peran NGO semakin hari semakin penting dalam pembangunan di negara-negara berkembang. Yang dilakukan oleh NGO-NGO tersebut adalah memberikan bantuan teknis. Kebanyakan berupa sukarelawan muda yang mempersiapkan diri untuk bekerja dengan bayaran kecil dan hidup menyatu dengan masyarakat yang akan mereka tolong. Tugasnya sangat bervariasi. Beberapa dari NGO tersebut telah sangat berperan dalam upaya membangun masyarakat termiskin di negara-negara berkembang, khususnya dengan mengajarkan kemampuan-kemampuan dasar.Bantuan Bilateral dan Bantuan MultilateralBantuan bilateral adalah bantuan yang langsung diberikan sebuah negara donor ke sebuah negara penerima, sedangkan bantuan Miltilateral adalah bantuan yang tidak langsung diberikan oleh negara donor ke negara penerimanya, tetapi terlebih dahulu melewati lembaga-lembaga keuangan internasional. Negara donor secara umum lebih suka mengalirkan dananya secara balateral karena dengan cara ini mereka bisa mengontrol penggunaan dana tersebut dengan lebih mudah. Biasanya bantuan bilateral lebih mengandung pertimbangan politik di bandingkan dengan bantuan multilateral, sehingga negara penerima bantuan lebih menyukai dana multilateral. Lembaga-lembaga bantuan internasional, terutama Bank Dunia, mempunyai satu peran yang sukar digantikan oleh satu negara donor secara individu, yaitu mengkoordinasi bantuan-bantuan dari berbagai negara donor sehingga tidak terjadi duplikasi. Dengan koordinasi Bank Dunia, maka hal itu bisa dihindari.Untuk mendapatkan dana, Bank Dunia mengeluarkan obligasi yang dinominasikan dsalam dolar Amerika di pasar internasional. Bank Dunia meminjamkan lebih dari $30 miliar ke pemerintah-pemerintah negara berkembang secara tahunan, termasuk dana-dana untuk investasi sosial di negara-negara berkembang. Bank Dunia juga menggunakan ahli-ahli perencanaan dan teknisnya untuk meningkatkan standar proyek-proyek di negara berkembang supaya memenuhi standar perbankan sehingga lebih mudah mengakses pasar uang.IMF menyediakan kredit bagi negara berkembang yang mengalami masalah neraca pembayaran senilai porsi cadangan yang dimiliki. Jika masalah yang dihadapi lebih serius, IMF memberikan skema-skema pinjaman khusus yang lain.Kritik negara-negara berkembang terhadap IMF adalah bahwa IMF menganggap masalah-masalah neraca pembayaran internasional hanya bisa dipecahkan dengan mengurangi program-program sosial, memotong subsidi, mendepresikan mata uang, dan mengadakan restrukturasi. Mereka menganggap bahwa tekanan IMF pada tindakan drastis dalam jangka pendek seperti itu akan membebani negara-negara berpendapatan rendah yang akan mengurangi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.Selain Bank Dunia dan IMF, sumber multilateral yang lain dari pinjaman luar negeri adalah Asian Development Bank.bertusas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia.VolumeBantuanBantuan asing adalah bagian dari aliran sumber dana ke negara berkembang. Komponen bantuan dalam aliran total sumber dana ke negara-negara berkembang tidak banyak berubah, meskipun porsi negara-negara yang menyumbang mengalami perubahan.Sepanjang tahun-tahun 1980an bantuan negara-negara OECD adalah 80 persen dari bantuan pembangunan resmi bilateral dunia ke negara-negara berkembang. Akan tetapi pada awal tahun-tahun 1990an, setelah tumbangnya sosialisme dan sekitar satu dekade turunnya surplus OPEC, sumbangan OECD meningkat menjadi 98 persen dari total bantuan.Bantuan asing (ODA) Amerika Serikat pada tahun-yahun 1960an, 1970an dan 1980an merupakan yang tertinggi di antara negara-negara OECD. Sepanjang periode yang sama, persentase bantuan terhadap GNP negara-negara OECD yang lain berada pada tingkat lebih dari 0,40 persen sebelum turun menjadi 0,39 pada tahun 1992 dan 0,38 persen pada tahun 1993.SASARAN DAN TUJUAN BANTUANBantuan asing menjadi dana tambahan bagi tabungan domestik negara berkembang untuk meningkatkan pembangunan ekonomi. Bantuan tersebut untuk membangun sarana dan prasarana. Selain itu bantuan juga bisa berbentuk upaya menolong penduduk dari musibah.Bantuan dimotivasi berbagai hal seperti motivasi moral, politik maupun komersial. Motivasi moral bisa berupa keinginan untuk menyeimbangkan kehidupan negara maju negara berkembang atau kompensasi negara-negara Barat atas penjajahan di masa kolonial ( politik etis). Motivasi komersial bisa berupa perhitungan bahwa pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang akan memberikan berbagai manfaat pada negara donor karena majunya negara berkembang berarti pasar baru bagi ekspor produk industrinya dan pasokan bahan mentah yang murah.Bantuan yang bertujuan untuk memajukan perekonomian ataupun membebaskan penduduk dari musibah mendapat kritik. Kritik tersebut antara lain :1)Argumentasi bahwa bantuan cenderung mengambil bentuk proyek-proyek skala besar karena lebih mudah di administrasi.2)Penggunaan tekhnologi tinggi yang padat kapital sehingga tidak memberi penghasilan tambahan pada sumberdaya lokal.3)Bantuan menimbulkan inefisiensi dan korupsi4)Dugaan bahwa bantuan asing tidak menambah tabungan domestik tetapi hanya menggantikannya,5)Argumentasi bahwa negara berkembang belum mempunyai sarana dan prasarana pendukung untuk mendukung dana asing tersebut.Kaum Marxist memandang bahwa bantuan adalah hanya penundaan terhadap revolusi yang diperlukan sebelum pembangunan yang tepat bisa dimulai. P.T Bauer menekankan bahwa bantuan tidak diperlukan bagi pembangunan juga bukan syarat yang cukup bagi pembangunan. Hal ini bisa terjadi di negara-negara yang pemerintahnya mengambil kebijakan yang tidak tepat. Tetapi, bantuan tersebut juga berhasil meningkatkan pembangunan di negara-negara yang mempunyai keinginan kuat untuk maju, sepertiTaiwan dan Korea Selatan yang berhasil memanfaatkan bantuan luar negeri untuk memajukan perekonomiannya.Pada tahun1970-an banyak negara donor mengubah strateginya, tidak terlalu berfokus lagi pada peningkatan pertumbihan ekonomi tetapi lebih pada kebijakan untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar. Karena beberapa negara berkembang yang mendapat bantuan bisa memajukan perekonomiannya tetap saja ada orang miskin, pengangguran dan kelaparan di negara tersebut.Bantuan luar negeri tampaknya akan terus mengalir karena banyak pihak yang tertarik dengan industri ini dan telah menjadi tempat untuk mencari nafkah serta meendatangkan manfaat bagi beberpa pelaku ekonomi.2.4Investasi Asing Langsung sebagai sumber Dana pembangunanInvestasi asing langsung ( foreign direct investment, FDI ) adalah aliran dana dari sebuah perusahaan di luar negeri yang diwujudkan dalam bentuk perusahaan ( biasanya cabang dari perusahaan di negara asalnya) di negara lain, misalnya pabrik perakitan Tv milik Jepang di Indonesia. Tahun 1960-an kebanyakn Fdi bergerak di bidang pertambangan, eksplorasi minyak serta perkebunan, meskipun beberapa perusahaan multinasional tersebut berinvestasi dalam manufakturing terutama dalam industri-industri substitusi impor.Sejarah Investasi Asing LangsungSetelah mengalami penurunan pada tahun 1970-an, FDI meningkat lagi mulai pertengahan 1980-an. Dibandingkan dengan awal kemunculannya tahun 1960-an terdapat beberpa perubahan, yaitu :aJepang yang pada tahun 1960-an belum banyak mengalirkan dana, pada tahun 1980-an menjadi investor tunggal terbesar,bPada tahun 1980-an lebih banyak bergerak pada bidang industri, jasa keuangan dan turisme bukan lagi mineral dan minyak,cTahun 1980-an lebih banyak mengalir ke negara-negara yang industrialisasinya berorientasi ekspor.Tujuan utama FDI adalah negara-negara NICs dari Asia Timur dan beberapa negara di Amerika Latin. Fennomena FDI mengikuti sindrom angsa terbang yaitu berpindah-pindah antarnegara mencari tempat dimana upah buruh masih murah.Pengaruh investasi asing langsung di negara berkembangMNCs adalah bermanfaat karena memasok kapital dan teknologi maju yang penting untuk pertumbuhan yang cepat. Beberapa yang lain percaya bahwa ketergantungan terhadap kapital dan teknologi semacam itu justru menghambat pembangunan.Keuntungan dari MNCs;aMenutup gap tabungan atau gap devisa (devisit neraca pembayaran)bMenyediakan barang dan jasa khusus yan g penting untuk domestikcMenyediakan teknologi untuk meningkatkan produktifitasdMendorong munculnya te3knologi yang tepat dengan mengadaptasi proses yang telah ada dengan peralatan penemuan barueMenutup kekurangan dalam manajemen dari kewirausahaanfMeningkatkan akses ke bank, pasar, dan sumberdaya alam di luar negerigMelatih manajer dan teknisi domestikhMenyediakan lapangan kerja, khusunya dalam pekerjaan berskilliMemunculkan penerimaan berbagai macam pajakjMeningkatkan efisiensi dengan mengganti impediments pada perdagangan bebas dan pergerkan faktor produksikMeningkatkan pendapatan nasional melalui peningkatan spesialisasi dan economies of scaleKerugian akibat MNCs :a.Meningkatkan ketergantungan tekhnologi negra berkembang pada sumber-sumber asing yang berujung pada kurangnya inovasi teknologis pekerja lokalb.MNCs sangat membatasi transfer paten, rahasia perusahaan dan pengetahuan teknis yang lain pada cabangnya yang bisa dipandang sebagai sebuah lawan yang potensial.c.Meningkatkan konsentrasi teknologi dan industri di kawasan tertentud.Menghambat klewirausahaan dan investasi lokal di industri-industri mudae.Memperkenalkan produk, tekhnologi dan pola konsumsi yang tidak sesuai di negara penerima FDIf.Mempertinggi tingkat pengangguran karena penggunaan tekhnologi padat modalg.Meningkatkan ketidaksamaan pendapatan karena beberapa FDI berinvestasi di bidang-bidang yang di proteksi pemerintah sehingga pesaingnya di dalam negeri akan dirugikan dan pendapataannya turunh.Membatasi ekspor cabang ketika dia menyaingi pasra perusahaan induknya di luar negerii.Menyatakan kewajiban pajak terlalu rendah dengan mempertinggi biaya investasi, menilai terlalu tinggi input-input yang di transfer dari cabang-cabang yang lain dan menilai terlalu rendah output yang dijual di antara MNC ke negara lainj.Mewajibkan perusahaan cabang untuk membe;li input dari perusahaan induk daripada membeli dari perusahaan-perusahaan domestikk.Merepatriasi dana dalam jumlah besar keuntungan, royalti, dan fee manajerial dan jasa- yang menyumbang pada defisit neraca pembayaran pada tahun berikutnya setelah aliran kapital masukl.Mempengaruhi kebijakan pemerintah ke dalam arah yang tidak di inginkan ( contoh ; pemebrian proteksi berlebihan, konsesi pajak, subsidi, atau pembangunan infrastruktur khusus)m.Meningkatkan intervensi asing pada proses politik domestikn.Menarik tenaga lokal personal dari perusahaan domestiko.Menyerap dana lokal untuk melengkapi dana dari negara asalnya sehingga memperkecil investasi di sektor yang lain di negara penerima FDI tersebut.Satu sikap yang harus di ambil dalam menghadapi MNCs disarankan oleh Sanjaya Lall adalah selalu berhati-hati dalam berhadapan dengan MNCs. Negara-negara berkembang harus bisa melakukan tawar-menawar dengan MNCs untuk menggunakan tekhnologi yang membawa penambahan kesempatan kerja yang besar, outputnya tidak mematikan produsen dalam negeri serta bersedia melakukan proses alih tekhnologi setelah jangka waktu tertentu.FDI tidak bisa di golongkan dalam bantuan karena tujuannya adalah semata-mata untuk mencari keuntungan. Pemilik Fdi mendapat keuntungan seperti upah buruh murah, pasara yang relatif masih baru, ataupun bahan baku murah. Terkadang FDI di bentuk dengan motivasi untuk menghindari pajak impor di negara tujuan FDI tersebut.Perlu kita lihat bahwa pemerintah pemerintah Negara berkembang sekarang tidak sempat lagi melihat kerugian dari MNCs, danberlomba lomba untuk menarik MNCs ke negaranya, karena membutuhkan dana pembangunan yang sangat besar; bahkan kedatangan MNCs sering dijadikan indicator pulihnya ekonomi bagi beberapa Negara yang tengah terlanda krisis ekonomi, semisal Negara Indonesia tercinta.2.5Pinjaman Bank Komersial sebagai Sumber Dana Pembangunan dan Krisis Hutang Luar NegeriSampai dengan tahun 1970-an pinjaman dari bank bank komersial belum merupakan komponen yang besar dalam total aliran sumber dana. Perannya baru membesar setelah terjadinya dua peristiwa kenaikan harga minyak dunia (tahun 1973 dan 1982). Negara negara produsen minyak Timur Tengah, anggota OPEC, tiba tiba menjadi sangat kaya karena harga minyak meningkat luar biasa. Pendapatan minyak tersebut kemudian dideposiyokan di bank bank komersial internasional. Bank bank tersebut kemudian membutuhkan peminjam, padahal langganan peminjamnya, yaitu Negara Negara industry maju , sedang teranda resesi oleh kenaikan harga minyak tersebut dan tidak ingin banyak pinjaman. Maka uang uang tersebut dipinjamkan kenegara Negara Dunia Ketiga, yang kebetulan juga sedang membutuhkan dana karena ingin lepas dari pengaruh FDI.Meminjamkan dana pada pemerintah, biasa dinamakan sovereign lending,dianggap sangat aman karena pemerintah sebuah Negara tentu saja tidak akan pernah bangkrut , karena mereka selalu bisa menggali dana dari pajak.Sampai tahun 1981, tujuh Negara peminjam terbesar yaitu Brazil, Meksiko, Venezuela, Argentina, Korea Selatan, Indonesia dan Filipina, jumlah pinjaman hanya di bawah US$ 300 milyar. Beberapa Negara bisa menggunakan pinjaman pinjaman tersebut untuk membiayai proyek proyek yang menghasilkan return sehingga akan bisa mengembalikan hutangnya, dan masih menyimpansisa keuntungan, guna melanjutkan investasi tanpa harus meminjam lagi.Jika Negara Negara donor pemberi bantuan dan perusahaan multinasional mempunyai pengalaman dalam menilai apakah suatu investasi akan bisa membiayai dirinya sendiri atau tidak, bank bank komersial tidak mempunyai pengalaman semacam itu dan kadang kadang sama cerobohnya dengan negara Negara yang mereka beri pinjaman.mereka bersedia memberi pinjaman kepada Negara Negara seperti Nigeria, hanya karena melihat pendapatan ekspornya meningkat setelah ditemukannya tambang minyak. Bank komersial tersebut tidakmemeriksa apakah proyek yang dibiayai Nigeria akan menghasilkan return atau tidak.Karena pinjaman dari perbankan internasional utamanya didominasikan dalam dolar Amerika dan menggunakan system kurs mengambang yang akan berfluktuasi dengan naik turunnya tingkat bunga, para peminjam merasakan bahwa beban hutang mereka tiba tiba saja menjadi sangat berat, yang berada di luar kemampuan mereka untuk membayarnya. Inilah awal dari gejala yang kemudian dikenal sebagai krisis hutang luar negeri.Masalah hutang menjadi dominan pada tahun tahun 1980-an. Dua upaya berskala global telah dibuat untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu rencana baker pada tahun 1985 dan rencana brady pada tahun 1989. Meskipun sejumlah Negara masih mempunyai hutang yang besar, masalah tersebut secara bertahap telah berkurang sejak akhir 1980-an, dengan turunya tingkat bunga dan pulihnya ekonomi di Amerika Serikat sehingga permintaan akan barang barang ekspor Negara berkembang mulai naik lagi, yang memungkinkan Negara negara berkembang untuk memenuhi kewajiban hutang luar negerinya. Pada pertengahan tahun 1997 terdapat krisis sususlan ketika nilai tukar dolar mengalami kenaikan yang luar biasadi Thailand , sehingga Thailand mengalami kesulitan dengan neraca pembayarannya dan tidak bisa membayar kembali hutangnya sehingga harus dibantu oleh IMF. Menyusul kemudian Negara negara Malaysia, korea selatan , dan Indonesia mengalami kesulitan yang sama.2.6Remittances (kiriman) pekerja nasional yang bekerja di luar negeri sebagai sumber dana pembangunanRemittances dari pekerja nasional yang bekerja di luar negeri membantu menutup gapdeficit devisa sebuah Negara. Remittances ini, terutama dari migran negara - negara di seluruh dunia ke eropa dan negara negara teluk Persia yang kaya minyak, migran migran amerika latin ke Negara pengekspor minyak Venezuela, migran Amerika Tengah ke Amerika Serikat, dan migran Negara negara tetangga ke afrika selatan, Nigeria , gabon dan Ivory Coast. Kebanyakan dari 7 negarapertama, persentase remittances turun drastic sepanjang jatuhnya harga minyak dari tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an. Kecenderungan rata rata mengirimkan uang ke negaranya adalah 11 persen untuk pekerja pekerja Turki dan 50 persen untuk pekerja pekerja Pakistan. Kiriman dari para pekerja di luar negeri tersebut memungkinkan kerabat keluarganya di Negara negara berkembang tersebut untuk meningkatkan standar hidupnya secara substansial, meskipun persebarannya antar Negara dan juga antara penduduk dalam sebuah Negara sangattidak merata.

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.

Capital Adequacy Ratio menurut Lukman Dendawijaya (2000:122) adalah Rasio yangmemperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ( kredit,penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dana dari sumber sumber di luar bank , seperti dana dari masyarakat , pinjaman , dan lain lain.

CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.

Modal bankCAR= x 100%Aktiva tertimbang menirit risiko

Contohnya :

Bila anda mendapat Rp.1000/bulan dari orang tua, anda dapat menentukan sendiri berapa yang harus tetap menjadi uang setelah uang tersebut anda belanjakan (untuk ongkos, membeli buku, pulsa, rokok, dll). sisa uang yang tetap menjadi uang tersebut dapat dianalogikan sebagai CAR di perbankan tersebut, setelah semua uang yang masuk dipotong untuk pemberian kredit, kpr, dll. dan CAR tersebut besarnya ditentukan oleh BI. dan bila suatu bank itu CARnya 0% apalagi sudah minus, berarti bank tersebut sudah tidak mempunyai modal/uang/capital lagi.

pengertian perhitungan legal lending limit (LLL) dan contoh ilustrasinyaPerhitungan Legal Lending Limit (LLL) adalah faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset), Manajemen, Rentabilitas (Earning) dan Likuiditas. Analisis ini dikenal dengan istilah Analisis CAMEL.

1. ASPEK PERMODALAN (CAPITAL)Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan paa CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.

2. ASPEK KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF (ASSET )Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan Earning Assets adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.

Ada empat macam jenis aktiva produktif yaitu :

a. Kredit yang diberikanb. Surat berhargac. Penempatan dana pada bank laind. Penyertaan

Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Selain itu juga rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif merupakan aktiva produktif yang telah dilihat kolektabilitasnya, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.

3. ASPEK KUALITAS MANAJEMEN (MANAGEMENT)Aspek ketiga penilaian kesehatan bank meliputi kualitas manajemen bank. Untuk menilai kualitas manajemen akan mengajukan 250 pertanyaan yang menyangkut manajemen bank yang ebrsangkutan. Kualitas ini juga akan melihat dari segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani bebagai kasus yang terjadi.

4. ASPEK RENTABILITAS (EARNING)Penilaian aspek ini diguankan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi ROA atau Rasio Laba terhadap Total Aset, dan Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO).

5. ASPEK LIKUIDITAS (LIKUIDITY)Aspek kelima adapah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank dukatakan likuid, apabila bank yangbersangkutan mampu membayar semua hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.

Penilaian dalam aspek ini meliputi :

a. Rasio kewajiabn bersih Call Money terhadap Aktiva Lancarb. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oelh bank seperti KLBI, Giro, Tabungan, deposito dan lain-lain.

Seraca umum penilaian tingkat kesehatan bank dapat dirangkum sebagai berikut :Jumlah bobot untuk kelima faktor tersebut adalah 100%. Nilai kredit kemudian digunakan untuk menentukan predikat kesehatan bank, ditetapkan sebagai berikut :Disamping penilaian analisis CAMEL, kesehatan bank juga dipengaruhi hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap : 1. Ketentauan pelaksanaan pemberian kredit Usaha Kesil (KUK) dan pelaksanaan Kredit Eksport2. Pelanggaran terhadap ketantuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau sering disebut dengan Legal Lending Limit.3. Pelanggaran Posisi Devisa Netto.

2.2 Fungsi BankSecara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagaifinancial intermediary.Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Secara ringkas fungsi bank dapat dibagi menjadi sebagai berikut :1. Penghimpun dana Untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber, yaitu:a) Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu pendirian.b) Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.c) Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam)1. Penyalur/pemberi Kredit Bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana yang diperoleh, akan tetapi untuk pemanfaatannya bank menyalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. Tentunya dalam pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan berupa bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga kredit. Pemberian kredit akan menimbulkan resiko, oleh sebab itu pemberiannya harus benar-benar teliti dan memenuhi persyaratan. Mungkin Anda pernah mendengar beberapa bank dilikuidasi atau dibekukan usahanya, salah satu penyebabnya adalah karena banyak kredit yang bermasalah atau macet.2. Penyalur dana Dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta tetap.3. Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai pelayan lalu-lintas pembayaran uang melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.Adapun secara spesifik bank bank dapat berfungsi sebagaiagent of trust, agent of develovmentdanagen of services.1. Agent Of TrustYaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankkan adalah kepercayaan ( trust ), baik dalam penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini akan terus berlanjut kepada pihak debitor. Kepercayaan ini penting dibangun karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik dari segi penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran dana tersebut.1. Agent Of DevelopmentYaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi , distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.1. Agent Of ServicesYaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.2.3 Peran BankDalam menjalankan kegiatannya bank mempunyai peran penting dalam sistem keuangan, yaitu :1. Pengalihan Aset (asset transmutation)Yaitu pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit devisit. Dimana sumber dana yang diberikan pada pihak peminjam berasal pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank berperan sebagai pangalih aset yang likuid dari unit surplus (lender) kepada unit defisit (borrower).1. Transaksi (transaction)Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi. Dalam ekonomi modern, trnsaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan. Untuk itu produk-produk yang dikeluarkan oleh bank (giro, tabungan, depsito, saham dan sebagainya)merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.1. Likuiditas (liquidity)Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingn likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian bank memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami kekurangan likuiditas.1. Efisiensi (efficiency)Peranan bank sebagaibrokeradalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Disini bank hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris (asymmetric information) antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peran bank menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif tersebut. Untuk itu jelas peran bank dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk menyamakan informasi yang tidak sempurna, sehingga terjadi efisiensi biaya ekonomi.2.4 Aturan Kesehatan BankBerdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-undang tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa :1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.2. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang memercayakan dananya kepada bank.3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan, dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.4. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemerikasaan terhadap bank.6. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasan lainnya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan public.7. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya aturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan.Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana. Adapun penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap factor-faktor CAMELS yang terdiri dari :1. Permodalan (capital)2. Kulitas Aset (asset quality)3. Manjemen (management)4. Rentabilitas (earnings)5. Likuiditas (liquidity)6. Sensitivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk)Dengan dasar factor-faktor penilaian tersebut maka Bank Indonesia dapat menentukan bahwa bank yang bersangkutan masih dalam keadaan sehat atau sebaliknya sehingga Bank Indonesia dapat menetapkan apakah bank yang bersangkutan masih dapat beroprasi dengan kegiatan-kegiatanya atau bank yang bersangkutan sudah tidak dapat beroperasi dikarenakan suada tidak memenuhi standard kesehatan bank.2.5 Permasalahan Fungsi dan Peranan Bank sebagai Lemabaga KeuanganFungsi bank sangat krusial bagi perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, keberadaan aset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat sangat penting dijaga guna meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi serta untuk mencegah terjadinya bank runs and panics. Kepercayaan masyarakat juga diperlukan karena bank tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar kewajiban kepada seluruh nasabahnya sekaligus.Industri perbankan di Indonesia telah mengalami masalah-masalah yang apabila diamati akar penyebabnya (root causes) adalah lemah dan tidak diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Hal ini menyebabkan industry perbankan tidak dapat secara berhati-hati (prudent) menyerap pertumbuhan risiko kredit dan harga domestik yang cepat berubah. Sementara itu, tidak transparannya praktik dan pengelolaan (practices and governance) suatu bank mengakibatkan badan pengawas sulit mendeteksi praktik kecurangan yang dilakukan oleh pengurus dan pejabat bank.Tantangan lain yang dihadapi bank adalah berpalingnya nasabah tradisional bank kepada sumber pembiayaan lain. Tersedianya banyak alternatif sumber dana bagi perusahaan-perusahaan besar yaitu antara lain dari perusahaan-perusahaan modal ventura, perusahaan-perusahaan leasing, perusahaan-perusahaan hire-purchase, perusahaanperusahaan anjak piutang, perusahaan-perusahaan forfeiting, pasar uang, dan pasar modal dengan berbagai debt instrumentsnya seperti promissory notes dan obligasi serta equity instrumentnya mempertajam persaingan yang dihadapi bank. Sementara itu, larangan terhadap bank untuk melakukan kegiatan di pasar modal mempersempit kemampuan bank dalam menyalurkan dananya sehingga menjadi alasan bagi bank untuk melakukan kegiatan pada pemberian kredit yang berisiko tinggi yang pada gilirannya berakibat pada keamanan dan kesehatan industri perbankan.Masalah paling berat yang dihadapi industri perbankan dan badan pengawas bank adalah kelalaian pengurus bank serta penipuan dan penggelapan yang mereka lakukan. Hal ini dapat dilihat dari praktik para bankir antara lain berupa besarnya kredit yang disalurkan kepada kelompok usahanya sendiri. Pemberian kredit kepada kelompok usaha sendiri tersebut sering kali tidak diiringi dengan analisis pemberian kredit yang sehat. Padahal praktik seperti ini pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai penipuan.Untuk mendapatkan dan atau mempertahankan kepercayaan masyarakat, industry perbankan harus diatur dan diawasi dengan ketat baik melalui peraturan langsung (direct regulation) maupun peraturan tidak langsung (indirect regulation). Peraturan langsung bertujuan mengurangi kewenangan pengurus bank dalam menjalankan kegiatan usaha. Bank misalnya dilarang memberikan kredit kepada suatu perusahaan melebihi prosentase tertentu dari modalnya. Sedangkan peraturan tidak langsung didasarkan pada pemberian insentif yang bertujuan mempengaruhi sikap tertentu dari pengurus bank, misalnya melalui penerapan peraturan mengenai persyaratan risk-based capital.Beberapa prinsip dapat dijadikan landasan dalam menyusun peraturan perbankan yaitu: efisiensi, keadilan sosial, pengembangan sistem, dan pemeliharaan institusi. Tujuannya adalah untuk menciptakan perbankan yang aman dan sehat (safe and sound banking). Untuk mencapai tujuan tersebut kepada badan pengawas bank perlu diberi kewenangan luas untuk mengatur dan mengawasi industri perbankan. Kewenangan tersebut antara lain berupa kewenangan menetapkan berapa besarnya modal yang harus dimiliki, berapa besarnya pinjaman yang dapat diberikan kepada suatu perusahaan, siapa yang boleh menjadi pengurus bank dan sebagainya. Kewenangan mengawasi diberikan dengan tujuan untuk memonitor apakah bank melakukan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perlu pula dikaji untuk memberikan kewenangan penyidikan kepada badan pengawas. Kewenangan tersebut bertujuan untuk melindungi nasabah, melindungi perekonomian dan menjaga tidak terjadinya konsentrasi bisnis.Perlindungan terhadap nasabah merupakan alasan paling dasar untuk mengawasi bank karena nasabah merupakan target yang mudah bagi pencurian oleh pengurus bank. Pentingnya pengawasan terhadap industri perbankan secara jelas dinyatakan oleh Adam Smith sebagai berikut:being the managers of other peoples money than of their own, it cannot well be expected, that they should wacth over it with the same anxious vigilance with which partners in a private copartnery frequently watch over their own Negligence and profusion, therefore, must always prevails, more or less, in the management of the affairs of such a company.Pentingnya pengawasan juga disebabkan karakteristik usaha bank. Berbeda dengan perusahaan jasa keuangan lainnya bank menyediakan produk berupa penerimaan simpanan dan pemberian kredit. Produk dalam bentuk simpanan harus dibayar oleh bank setiap saat atau beberapa waktu setelah adanya permintaan pembayaran dari nasabah.Produk bank berupa pemberian kredit menggunakan sumber dana yang berasal dari simpanan nasabah. Aset bank dalam bentuk pemberian kredit tersebut hanya dapat ditagih oleh bank sesuai dengan jangka waktu perjanjian kredit yang disepakati bank dengan nasabahnya.Utang bank adalah utang yang setiap saat dapat ditagih dan wajib dibayar sedangkan piutang bank hanya dapat ditagih oleh bank berdasarkan jangka waktu tertentu. Demikian bank terekspose kepada kemungkinan terjadinya kekurangan dana apabila nasabah penyimpan menarik simpanannya pada bank. Kondisi ini terjadi apabila mereka kehilangan kepercayaan kepada bank. Itulah sebabnya bank disebut sebagai lembaga kepercayaan. Alan Greenspan mengatakanWhen confidence in the integrity of a financial institutions is shaken or its commitment to the honest conduct of business is in doubt, public trust erodes and the entire system is weakened.Sementara itu, kurang transparannya bank menyebabkan reputasi merupakanmasalah sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu bank. Rumor dapat memperlemahkepercayaan nasabah terhadap bank. Untuk itu bank harus menerapkan prinsip kehatihatiandalam menjalankan kegiatan usahanya. Industri perbankan tidak saja rawan dirampok oleh pengurus dan atau pemiliknya tetapi juga rawan sebagai tempatpenyembunyian hasil kejahatan. Itulah sebabnya bank harus mengenal nasabahnya yaitudengan menerapkan prinsip mengenal nasabah (know your customer Principe) dan juga menerapkan prinsip kenali karyawan (know your employe). Dengan menerapkan keduaprinsip itu maka reputasi bank akan terjaga dan kepercayaan nasabah meningkat.Pengalaman menunjukan bahwa penyelesaian likuidasi bank selalu berlarut-larutsehingga merugikan nasabah dan menimbulkan ketidakpastian hukum. Hal ini dapatmembuat kepercayaan masyarakat terhadap bank menurun. Padahal untuk menyelesaianbank bermasalah telah diberlakukan ketentuan yang berbeda dengan ketentuanpenyelesaian perusahaan non bank. Maksudnya adalah agar penyelesaian bankbermasalah dapat dilakukan dengan cepat. Kecepatan penyelesaian bank bermasalahmerupakan kunci terciptanya kepercayaan masyarakat.Berkurangnya kepercayaanterhadap suatu bank dengan mudah menyebar ke bank lain yang pada dasarnya sehat. Initerjadi karena nasabah mengetahui bahwa apabila terjadi rush, maka nilai aset bankakan turun dengan cepat sehingga nasabah akan berupaya menarik simpanannya sebelumnasabah yang lain.Untuk mempermudah dikeluarkannya bank bermasalah dari sistem perbankan salahsatu caranya adalah dengan mendirikan asuransi simpanan. Asuransi simpananmerupakan mekanisme untuk mempermudah bank bermasalah dikeluarkan dariindustri perbankan. Alasannya adalah asuransi simpanan menyediakan jalan agar biayasosial dan politik akibat kebangkrutan bank dapat diminimalkan. Disamping itu asuransisimpanan juga bertujuan menurunkan kemungkinan terjadinya rush, dan sekaligusmelindungi nasabah penyimpan kecil yang secara sosial dan politik tidak dapatmenanggung beban kerugian akibat kebangkrutan bank. Teori keuangan modernmengajarkan bahwa pada suatu masyarakat yang corruption-resistant sekalipun,nasabah penyimpan harus tetap khawatir tentang sikap oportunistik pengurus danpemilik bank.Kesulitan yang dihadapi nasabah penyimpan dalam mengkordinir aksi kolektif gunamengawasi sikap oportunistik pengurus dan pemilik bank memiliki dua akar yang jalinmenjalin.Pertama, kesulitan yang dihadapi nasabah penyimpan dalam memperolehinformasi terpercaya tentang perkembangan yang tidak menguntungkan danmengobservasi tindakan merugikan oleh pengurus bank termasuk kesemberonoan,ketidak hati-hatian, kecurangan dan self dealing. Kedua, kesulitan yang dihadapinasabah penyimpan dalam menganalisis dan merespons setiap informasi yang diperoleh.Untuk menanggulangi kesulitan yang dihadapi oleh nasabah penyimpan setidaknya adadua pendekatan yang dapat diambil, yaitu keterbukaan maksimal dan pencegahanmaksimal.Keterbukaan maksimal adalah suatu kerangka keterbukaan yang secara sempurnadan tanpa biaya memberikan informasi kepada nasabah penyimpan tentang perubahankinerja bank dan kegiatan penuh risiko yang dilakukan pengurus bank. Sedangkanpencegahan maksimal adalah suatu situasi dimana nasabah dengan segera mengertiimplikasi dari informasi yang mengalir secara sempurna dan mereka mampu melindungidirinya sendiri secara lengkap dan tanpa biaya dari segala ancaman terhadap kekayaanmereka. Situasi seperti itu tentunya sangat sulit bahkan mustahil untuk tercipta. Untukitu diperlukan suatu keseimbangan dimana informasi yang tersedia tidak menyebabkanbiaya yang terlalu tinggi bagi industri perbankan sehingga menghambat pengembangan usaha mereka.Dalam melakukan pembaruan terhadap industri perbankan, badan pengawas harussangat berhati-hati. Pemberlakuan ketentuan dan kebijakan yang di anggap tidak tepat oleh pasar akan berpengaruh sangat buruk bagi stabilitas perbankan dan keuangan.Ketua US Federal Reserve, Alan Greenspan mengingatkan bahwa :The new world of financial trading can punish policy misalignments with amazing alacrity. This is a lesson repeated time and again, taught most recently by the breakdown of the European Exchange Rate Mechanism in 1992 and the plunge in the value of Mexican Peso (in 1994).In the process of pursuing their domestic objectives, central banks cannot be indifferent to the signals coming from international financial markets. Although markets can be harsh teachers at times, the constrains that impose discipline our policy choices and remind us every day of our longer run responsibilities.Untuk menciptakan perbankan sehat harus dilakukan pendekatan yang terdiri daritiga pilar, yaitu pengawasan, internal governance dan disiplin pasar. Pendekatan iniharus dilakukan karena badan pengawasan tidak akan mampu berpacu dengan kecepatanliberalisasi, globalisasi dan kemajuan teknologi pada instrumen keuangan. Dengandemikian pengawasan yang dilakukan oleh otoritas harus dilengkapi dengan disiplininternal bank serta disipli pasar. Melibatkan internal governance dalam melakukanpengawasan karena bank merupakan tempat terbaik untuk mengatur dan memeliharapraktik manajemen bank yang sehat. Pengikutsertaan disiplin pasar mencerminkan faktabahwa tanpa pasar yang kompetitif dan punitive atas kegagalan bersaing di pasar, makatidak cukup insentif bagi pemilik bank, pengurus dan nasabah untuk melakukankeputusan keuangan yang tepat. Untuk itu, perlu dilakukan penyempurnaan terhadapperaturan perbankan.Banyak negara sepakat bahwa salah satu pendekatan yang diperlukan untukmembangun suatu sistem perbankan yang sehat dan kuat adalah dengan memberikanjaminan yang eksplisit bagi nasabah penyimpan. Sebelum pembentukan suatu lembagapenjamin yang permanen, diperlukan langkah-langkah pembaruan sistem perbankansebagai prasyarat agar \ sistem tersebut dapat berjalan efektif. Alasan dasar (rationale)bagi pemerintah untuk memfasilitasi pendirian lembaga penjamin simpanan adalahkepercayaan pada industri perbankan sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi danpada sistem perbankan yang diawasi secara baik dapat meminimalkan terjadinyakebangkrutan bank, dan kebangkrutan tersebut dapat diprediksi dan merupakankejadian yang dapat dicegah. Selain itu, kesetaraan sosial juga merupakanpertimbangan. Perlindungan nasabah kecil dari bankir yang tidak bertanggungjawabadalah suatu pendekatan yang adil dan tepat. Dengan demikian, bank dapat beroperasisecara konsisten dan dipercaya untuk menyediakan kredit dalam jumlah cukup untukkesehatan perekonomian, mendukung sistem moneter yang aman dan efisien sekaligusmencegah pengurus bank mengambil risiko berlebihan yang pada gilirannya menghindarikemungkinan bailout oleh pemerintah.

DASAR HUKUM Pada dasarnya pemberian BLBI kepada perbankan didasarkan atas berbagai ketentuan sebagai berikut:1. Undang-undang nomor 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral dalam pasal 29 ayat (1) dan pasal 32 ayat (3) serta Penjelasan Umumnyayang menyebutkan bahwa sebagai lender of last resort Bank Sentral dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank untuk mengatasi kesulitan-kesulitan likuiditas yang dihadapi dalam keadaan darurat2. Pasal 37 ayat (2) huruf b UU no 7 tahun 1992yang mengatakan bahwa " Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank Indonesia dapat mengambil tindnakan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.3. Pasal 2 ayat (1) Keputusan Presiden no 120 tahun 1998yang mengatakan "Bank Indonesia dapat memberikan jaminan atas pinjaman luar negeri dan atau atas pembiayaan perdagangan internasional yang dilakukan oleh bank"4. Pasal 1 Keputusan Presiden no 26 tahun 1998yang mengatakan "Pemerintah membebri jaminan bahwa kewajiban pembayaran bank umum kepada pemilik simpanan dan krediturnya akan dipenuhi" dan5. Pasal 2 ayat(1) Keputusan Presidien no 1998yang mengatakan "Pemerintah memberikan jaminan terhadap kewajiban pembayaran Bank Perkreditan Rakyat"6. Petunjuk-petunjuk dan Keputusan Presiden pada Sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekku Wasbang dan Prodis pada tanggal 3 September 1997yang mengatakan" Krisis di beberapa negara menunjukkan bahwa sektor keuangan --khususnya perbankan-- merupakan unsur yang sangat penting dan dapat menjadi pemicu serta memperbuuruk keadaan. Untuk itu kepada Saudara Menteri Keuangan dan Saudara Gubernur Bank Indonesia saya minta untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut:a. Bank-bank nasional yang sehat tetapi mengalami kesulitan likuiditas untuk sementara supaya dibantub. Bank-bank yang nyata-nyata tidak sehat, supaya diupayakan penggabungan atau akuisisi dengan bank-bank lainnya yang sehat.Jika upaya ini tidak bebrhasil, supaya dilikuidasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dengan mengamankan semaksimal mungkin para deposan, terutama para deposan kecil"BUKAN KLBI Di masyarakat sering nampak ada salah pengertian yang mengacaukan BLBI dengan kredit likuidtas BI atau KLBI, sering keduanya dianggap sama.Untuk gampangnya BLBI adalah berbagai bentuk fasilitas likuiditas untuk perbankan dengan berbagai sasaran peruntukannya diluar KLBI.Sedangkan KLBI adalah kredit BI untuk membantu kegiatan atau sektor yang diprioritaskan oleh Pemerintah atau kredit untuk program-program Pemerintah, seperti pengadaan pangan melalui Bulog, kredit untuk koperasi unit desa (KKUD), kredit untuk usaha tani (KUT) dan kredit untuk koperasi primer bagi anggotanya (KKPA) yang suku bunganya mengandung unsur subsidi karena itu lebih rendah dari suku bunga pasar. Ada dua unsur pokok perbedaan BLBI dengan KLBI, datangnya inisiatif dan suku bunga.Dari segi asal datangnya inisiatif, BLBI datang dari bank yang mengajukan permintaan bantuan kepada BI -- sebagailender of last resort --karena menghadapi masalah ketidak seimbangan likuiditas (mismatch) antara penerimaan dana dan pemmayaran yang tidak bisa ditutup dengan sumber dana lain yang lazim dalam perbankan. Sedangkan dalam hal KLBI inisiatif datang dari BI, yang membantu pelaksanaan program Pemerintah (sebagaiagent of development)memberi kredit kepada bank pelaksana agar menyalurkan kredit tersebut pada sektor atau kegiatan atau kelompok yang diprioritaskan dalam program Pemerintah.Dari aspek suku bunga,BLBI mempunyai suku bunga yang mengandung unsur penalti untuk mengurangimoral hazardkarena itu selalu lebih tinggi dari pasar. Sedangkan suku bunga KLBI mengandung unsur subsidi, karena itu lebih rendah dari suku bunga pasar. Dana kredit-kredit dengan KLBI ini sering merupakan campuiran dari dana BI (KLBI), dana anggaran dan dana dari bank pelaksana sendiri, ini yang memungkinkan diberikan subsidi suku bunga. Mengenai besarnya bantuan likuiditas yang berbeda-beda sangat besar untuk bank -bank besar dan kecil bagi yang lain, ya tentu saja karena besarnya bank menurut besarnya dana yang dihimpun dari atau kredit yang diberikan kepada masyarakat memang berbeda, ada yang besar ada yang kecil. Kalau BLBI dianggap sama dengan KLBI maka salah satu dasar pemberiannya adalah pertimbangan keadilan. Di sini bisa timbul pertanyaan, mengapa bank yang besar diberi bantuan (BLBI) yang besar pula, apa ini tidak bertentangan dengan rasa keadilan?Ini dianggap menyinggung rasa keadilan karena melihat BLBI sebagai fasilitas atau hadiah untuk dibagi-bagikan. Menggunakan argumen ini untuk KLBI memang tepat, tetapi tidak untuk BLBI. Sering ada kecurigaan bahwa dana yang berasal dari BI ini diberikan kepada perbankan dan kemudian oleh perbankan disalurkan sebagai kredit, kepada kelompok perusahaannya sendiri lagi. Dengan lain perkataan seperti proses penyaluran kredit yang mengandung KLBI.Kecurigaan ini timbul karena kesalah pengertian proses pemberian KLBI dengan BLBI yang berbeda.BLBI timbul karena adanya mismatch dalam likuiditas, karena adanya saldo negatif terhadap BI, sedangkan pemberian KLBI berdasarkan pertimbangan perlunya mendorong kegiatan atau sektor tertentu dalam perekonomian yang didorong dengan kredit program. Akan tetapi kalau memang terjadi penyelewengan dan kredit ini tidak dikembalikan, maka kita bicara mengenai masalah yang berbeda. Kalau hal ini terjadi, atau dalam hal terjadi penyelewengan oleh bank penerima, ini jelas masalah yang harus diselesaikan.Penyelewengan pemanfaatan BLBI harus ditindak sesuai dengan kesalahannya. Demikian juga kalau memang ada unsur kolusi pejabat yang menerimauang imbalan dari pemberian BLBI, sudah seharusnya mereka ini dikenakan sanksi sesuai dengan kesalahannya.KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA ( KLBI )JenisPenerimaPlafonBungaJangka waktuTujuan

1Kredit Usaha Tani (KUT)Petani/keluarga petani lewat koperasiSesuai kebutuhan14%1 tahunMeningkat-kan pendapatan petani

2Kredit Koperasi Primer Anggotanya (KKPA)Anggota koperasi primerRp 50 juta16%1-15 thMemenuhi KMK-KI anggota koperasi

3Kredit kepada koperasi (KKOP)Koperasi/KUDRp 350 juta16%1-10 thModal kerja dan investasi koperasi

4Kredit Modal Kerja Pengembangan BPR- SyariahBPR/BPRS untuk sektor usaha produktifRp 15 juta30%Maks 1 thBantuan pada BPR

5Kredit Koperasi Primer untuk Tebu RakyatPetani tebu untuk budidaya tebu2-3 ha16%2 thModel kerja bagi koperasi perserta TRI

6KKPA-PIR Trans kawasan Timur IndonesiaPlasma petani di TKI untuk transmigrasi baruRp 50 juta16%11-15 thModal kerja dan investasi nansabah usaha kecil dengan bagi hasil

7KKPA-Tenaga Kerja IndonesiaTKI &Perusahaan Jasa TKI85% dari total pembiayaan TKI14%2,5 thMembiayai persiapan TKI ke luar negeri

8KKPA bagi hasilPengusaha kecil untuk usaha produktifMaksimal Rp 50 juta16%11-15 thModal kerja dan investasi usaha kecil bagi hasil

9Kredit Pengusaha Kecil dan MikroPengusaha kecil individu/kelompokMaksimal 25 juta16%5 thMengembangkan usaha kecil termasuk perdagangan

10Kredit Penerapan Teknologi Tepat GunaKelompok TaskinRp 50 juta/kelompok12%1 thMengentaskan kemiskinan

11Kredit Modal Kerja Usaha Kecil-MenengahKoperasi-pengusaha kecil&menengahRp 3 milPer nasabah16%1 thMengembangkan usaha kecil & mikro

12Kredit Penerapan Teknologi Produk Unggulan DaerahKoperasi-pengusaha kecil & menengahRp 400 juta16%1 thMengembangkan unggulan daerah

PERMASALAHAN BEBAN PEMBIAYAAN BLBI Jumlah BLBI ternyata sangat besar. Ini terutama disebabkan oleh terjadinya krisi yang berkepanjangan dan karena jalan keluar yang prosesnya, apapun alasannya, ternyata memakan waktu sangat panjang. Padahal dalam penyelesaian mamsalah yang terkait dengan krisis yang mempunyai dampak penularan ataucontagious, kecepatan itu sangat penting. Kecepatan untuk mengetahui atau mengidentifikasi, menenrima dan dalam mencari solusi membuat rencana dan melaksanakannya dengan tepat, cepat dan konsisten itu sangat menentukan berhasil tidaknya.The sooner the better,kata orang, karena ituspeed is the essence.Memang dalam hal ini sering kecepatan mengorbankan ketelitian. Besarnya jumlah BLBI sebenarnya tergantung mana saja dari jenis-jenis fasilitas itu yang akan dimasukkan. Kalau difinisi yang diambil yang sangat umum, bhawa BLBI adalah semua bantuan likuiditas BI untuk perbankan diluar KLBI, maka jumlah ini jelas sangat besar. Selain jumlah akhir dan komposisi dari BLBI mungkin perkembangan dari jumlah tersebut juga perlu diperhatikan untuk melihat perkembangan masalah yang kerkaitan dengan pemberian BLBI ini. Berbagai permasalahan yang timbul dari jumlah BLBI ini akan nampak kalau diikuti hasil audit BPK yang menunjukkan pernilain lembaga tersebut untuk masing-masing jenis BLBI mana yang dianggap tepat dan mana yang tidak untuk pembebanannya pada anggaran Pemerintah. Dalam hal ini mungkin ada beberapa jumlah besarnya BLBI yang bisa dijadikan patokan untuk dibahas statusnya, sebagai berikut: Jumlah BLBI posisi Maret 1998 yang disebutkan dalam pengalihan hak tagih BI kepada Pemerintah (BPPN) berkaitan dengan penyerahan 54 bank dibawah pengawasan BPPN adalah sebesarRP 144,5 tyang kemudian menjadi basis dikeluarkannya obligasi yang sama besarnya dengan jumlah ini. Kepada jumlah ini mamsih ditambah denganRp 20 Tuntuk membayar kewajiban PT Bank Ekspor-Impor Indonesia. Keduanya berjumlahRp. 164,5 t Diluar ini masih ada penyediaan dana penjaminan (blanket guarantee) sebesarRp.53,8 t Dalam laporan auditnya BPK hanya membuat audit mengenai jumlah BLBI diluar dana penjaminan atau Rp 164,5 t saja. Jumlah ini menurut laporan BPK harusnya terlebih dahulu disepakati antara Depkeu dengan BI. Dan karena kesepakatan mengenai kriteria pemberian BLBI antara kedua instansi belum ada, maka kesepakan mengenai jumlah tersebut juga belum ada. Ini yang menyebabkan BPK mengambil keputusan untuk tidak memberikan pendapat. Sedangkan dalam audit yang dilakukan, karena belum adanya kriteria yang disepakati maka BPK melakukan pengecekan kelayakan jumlah-jumlah tersebut berdasarkan ketentuan BI yang seharusnya diikuti. Pendapat yang pada akhirnya menghasilkan laporan jumlah mana yang layak dipikul Pemerintah dan mana yang tidak layak didasarkan atas pengecekan proses pemberian BLBI dengan ketentuan atau persyaratan yang ada. Kalau ketentuan tsb tidak dipatuhi maka BPK berpendapat bahwa jumlah BLBI yang tidak mengikuti ketentuan tersebut tidak bisa dibebankan kepada anggaran Pemerintah. Perhitungan-perhitungan ini antara lain yang menghasilkan bahwa BI harus menyediakan cadangan terhadap tagihan-tagihannya yang macet yang jauh lebih besar dari cadangan yang disediakan. Karena kewajiban menyediakan cadangan inilah maka diperoleh saldo negatif pada neraca BI. Saldo negatif ini jauh lebih besar dari modal yang ada, karena itu BI berdasarkan perhitungan ini sudah dalam keadaan tidak solvent. Beberapa waktu yang lalu ada suatu pendapat di Depkeu yang menyatakan bahwa pertanggungan anggaran Pemerintah sebaiknya hanya menyangkut BLBI yang diberikan sejak diterapkannya blanket guarantee pada akhir Januari 1998. Mungkin ada pendapat yang lain lagi mengenai jumlah mana yang layak ditanggung anggaran.BERBAGAI CATATAN Mengenai bantuan likuiditas BI kepada bank-bank yang menghadapi masalah likuiditas karena berbagai alasan dasar utama dari tindakan ini adalah kedudukan Bank Sentral yang merupakanlender of the last resortyang merupakan salah satu dasar utama didirikannya suatu bank sentral yang sering juga disebut sebagaithe bankers' bank.Tentu saja ada berbagai persyaratan dan ketentuan yang harus dipatuhi dalam bank sentral menjalankan tugasnya sebagai sumber terakhir dari likuiditas terhadap bank-bank ini. Pembebrian fasilitas likuiditas kepada perbankan oleh bank sentral diberikan atas dasar tugasnya menjaga kestabilan moneter dan sistim pembayaran dimana perbankan merupakan lembaga perantara keuangan sangat vital yang menjadi pelaku-pelakunya.Karena itu pembebrian fasilitas ini bukan ditujukan untuk menyelamatkan pemilik bank atau suatu bank per se, akan tetapi untuk keselamatan dan kestabilan sistem perbankan. Dalam keadaan normal fasilitas ini diberikan kepada bank yang menghadapi kesenjangan tagihan dan kewajiban bayar. Akan tetapi bahkan dalam hal inipun yang menjadi dasar utama bukan penyelamatan bank tertentu atau pemilik bank tertentu. Akan tetapi menjaga agar sistim perbankan tidak goyah dengan adanya satu atau beberapa bank yang mengalami masalahmismatchdalam likuiditas tersebut. Di dalam alam yang transparansinya masih kurang, ketentuanmengenaidisclosurebelum sepenuhnya dilaksanakan dangood governanceyang belum kuat baik pada bank-bank umum maupun pada otorita pengawasan bank, maka pengertian yang kurang jelas mengenai praktek penyelenggaraan bank sentral dan bank umum, apalagi ditambah dengan interpretasi tentang ketentuan mengenai kerahasiaan bank yang belum dibakukan, maka salah pengertian dapat menimbulkan prasangka yang mempersulit kejelasan masalah yang pada dasarnya memang cukup kompleks ini. Masalah pembebanan dari pengeluaran bank sentral yang digunakan untuk membiayai BLBI ini menjadi rumit karena adanya kekurang jelasan atau salah pengertian mengenai berbagai hal yang disebutkan di atas. Sebenarnya sekiranya telah ada kesepakatan antara Departemen Keuangan dengan BI mengenai kriteria dan akhirnya jumlah dari keseluruhan bantuan likuiditas, maka seharusnya temuan BPK yang akhirnya memberikan disclaimer itu tidak harus ada. Tetapi ini telah terjadi jadi sekarang menimbulkan masalah.Bolehkah Bank Memberikan Informasi Data Nasabah Kepada Bank Lain?Terima kasih atas pertanyaan Anda.Untuk mengetahui apakah data nasabah termasuk rahasia bank atau bukan, terlebih dahulu kami jabarkan apa yang dimaksud dengan rahasia bank itu sendiri. Menurut Pasal 1 angka 28 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan), rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.Dari definisi tersebut, jelas kiranya bahwayang diatur adalah rahasia bank terkait nasabah penyimpan. Data nasabah (jika nasabah tersebut adalah nasabah penyimpan)yang berupa nama atau nomor handphone (HP) yang Anda sebutkan, termasuk keterangan mengenai nasabah penyimpan di bank yang wajib dirahasiakan. Ini sejalan dengan yang diatur dalam Pasal 40 ayat (1) UU Perbankan yang mengatakan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.Akan tetapi, ada beberapa pengecualianbagi bank untuk memberikan rahasia bank itu, yaitu dalam hal-hal berikut:1. Untuk kepentingan perpajakanPimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak (Pasal 41 ayat (1) UU Perbankan).2. Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang NegaraPimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur (Pasal 41A ayat (1) UU Perbankan).3. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidanaPimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada Polisi, Jaksa, atau Hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank (Pasal 42 ayat (1) UU Perbankan).4. Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnyaDireksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut, sebagaimana diatur dalam Pasal 43 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU 7/1992).5. Dalam rangka tukar menukar informasi antar bankDireksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain dalam rangka tukar menukar informasi antar bank (Pasal 44 ayat (1) UU 7/1992).6. Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulisBank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut atas permintaan, persetujuan, atau kuasa (secara tertulis) dari nasabah penyimpan (Pasal 44A ayat (1) UU Perbankan).7. Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal duniaAhli waris yang sah dari nasabah penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan tersebut. (Pasal 44A ayat (2) UU Perbankan)Dari poin ke-5 di atas dapat kita ketahui bahwa bank boleh melakukan tukar-menukar informasi mengenai keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain. Menurut penjelasan Pasal 44 ayat (1) UU 7/1992, tukar menukar informasi antar bank dimaksudkan untuk memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank, antara lain guna mencegah kredit rangkap serta mengetahui keadaan dan status dari suatu bank yang lain. Dengan demikian bank dapat menilai tingkat risiko yang dihadapi, sebelum melakukan suatu transaksi dengan nasabah atau dengan bank lain. Mengenai kewajiban bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya juga diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank (PBI 2/19/2000) yang kami akses dari laman resmi Bank Indonesia:Bank wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan Simpanan NasabahNamun hal itu tidak berlaku untuk [Pasal 2 ayat (4) PBI 2/19/2000]:a. kepentingan perpajakan; b. penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara; c. kepentingan peradilan dalam perkara pidana; d. kepentingan peradilan dalam perkara perdata antara Bank dengan Nasabahnya; e. tukar menukar informasi antar Bank; f. permintaan, persetujuan atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis; g. permintaan ahli waris yang sah dari Nasabah Penyimpan yang telah meninggal dunia. Perlu dicermati, informasi yang diberikan bank yang satu kepada bank lainnya adalah untuk memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank, agar bank dapat menilai tingkat risiko yang dihadapi sebelum melakukan suatu transaksi dengan nasabah atau bank lain. Sehingga menurut hemat kami, melihat ketentuan pengecualian di atas, jika pemberian informasi nasabah tersebut (nama dan nomor HP) bukan untuk tujuan yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan dan Peraturan Bank Indonesia, maka tidak seharusnya hal itu dilakukan oleh bank.