Contoh Studi Kasus

47
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit di dunia yang sering dijumpai pada manusia. Karena penyakit ini berhubungan dengan morbiditas, mortalitas, dan biaya penanganannya yang besar, hipertensi merupakan tantangan besar bagi kesehatan publik. Hipertensi menyebabkan peningkatan sebanyak 2 kali risiko penyakit kardiovaskular termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, stroke hemoragik dan iskemik, gagal ginjal, dan penyakit arteri perifer. Walaupun terapi dengan obat antihipertensi dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan ginjal, sebagian besar kelompok dari populasi dengan hipertensi tidak mendapatkan pengobatan atau tidak diobati dengan optimal. 1,2 Survey kesehatan di berbagai negara melaporkan tingginya prevalensi pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol. Survey tersebut melaporkan prevalensi pasien hipertensi di Kanada sebesar 22 % dan hanya 16 % yang tekanan darahnya terkontrol, prevalensi di Mesir sebesar 26,3 % dan hanya 8 % yang terkontrol, sedangkan prevalensi di Cina sebesar 13,6 % dan hanya 3 % yang terkontrol. Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang 1

description

Contoh Studi Kasus

Transcript of Contoh Studi Kasus

Page 1: Contoh Studi Kasus

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit di dunia yang sering dijumpai pada

manusia. Karena penyakit ini berhubungan dengan morbiditas, mortalitas, dan biaya

penanganannya yang besar, hipertensi merupakan tantangan besar bagi kesehatan

publik. Hipertensi menyebabkan peningkatan sebanyak 2 kali risiko penyakit

kardiovaskular termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, stroke

hemoragik dan iskemik, gagal ginjal, dan penyakit arteri perifer. Walaupun terapi

dengan obat antihipertensi dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan

ginjal, sebagian besar kelompok dari populasi dengan hipertensi tidak mendapatkan

pengobatan atau tidak diobati dengan optimal.1,2

Survey kesehatan di berbagai negara melaporkan tingginya prevalensi pasien

dengan hipertensi yang tidak terkontrol. Survey tersebut melaporkan prevalensi pasien

hipertensi di Kanada sebesar 22 % dan hanya 16 % yang tekanan darahnya terkontrol,

prevalensi di Mesir sebesar 26,3 % dan hanya 8 % yang terkontrol, sedangkan

prevalensi di Cina sebesar 13,6 % dan hanya 3 % yang terkontrol. Di Indonesia

banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang

merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%

diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka  cenderung

untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor

risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Angka-angka prevalensi hipertensi

di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan  masih

banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan  kesehatan. Prevalensi

terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah

seperti di Ungaran, Jawa  Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya,

Irian  Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.1,3

Melihat masih banyaknya kasus hipertensi di Indonesia, khususnya di KPKM

Buaran terdapat beberapa pasien yang datang dengan hasil tekanan darah tinggi dan

ternyata mempunyai riwayat hipertensi dengan tekanan darah belum terkontrol, kami

tertarik untuk meninjau lebih jauh tentang penyakit hipertensi, faktor risiko apa yang

mempengaruhi baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap penyakit

hipertensi, dan tatalaksana hipertensi.

1

Page 2: Contoh Studi Kasus

I.2 Rumusan Masalah

Apa saja faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi yang ada pada

pasien?

Bagaimana tatalaksana hipertensi yang harus dijalani oleh pasien?

I.3 Tujuan Studi

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi pada pasien.

Untuk mengajukan solusi atas permasalahan yang ada pada pasien.

2

Page 3: Contoh Studi Kasus

BAB II

BERKAS KELUARGA PASIEN

II.1 Identitas Keluarga

Nama kepala keluarga: Bpk. Ujang bin Naim

Alamat rumah : Jl. AMD Babakan Pocis RT 08/02 No. 18 Bakti Jaya, Kec. Setu,

Tangerang Selatan

Daftar anggota yang tinggal dalam satu rumah :

No Nama Kedudukan

dalam

keluarga

L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1 Ujang bin

Naim

Kepala

keluarga

L 49 SD Montir

2 Neneng Istri P 44 SD IRT

3 Dede

Kurniawan

Anak I L 27 SMP Buruh

4 Ari

Kurniawan

Anak II L 23 SMP Pegawai

Salon

5 Yogi

Ferdiansyah

Anak III L 18 SMK Pelajar

6 Yunita

Putri

Anak IV P 6

bulan

- -

Tabel 1. Data Anggota Keluarga Pasien

Bentuk keluarga : Keluarga inti

Siklus kehidupan keluarga : Keluarga orang tua usia pertengahan, bayi, dan remaja.

Deskripsi identitas keluarga:

Keluarga Tn.Ujang terdiri dari 6 orang, dengan rincian 5 orang dewasa (Tn. Ujang 49

tahun, Ny. Neneng 44 tahun, Tn. Dede 27 tahun, dan Tn. Ari 23 tahun), satu remaja (Yogi 18

tahun) dan satu bayi yaitu by. Yunita . Anak pertama Tn. Ujang sudah berkeluarga dan saat

ini tidak tinggal satu rumah dengan Tn. Ujang dan Ny. Neneng. Siklus keluarga Tn. Ujang

termasuk dalam keluarga dengan bayi, karena anak mereka masih ada yang berusia 6 bulan.

Selain itu, siklus keluarga Tn. Ujang termasuk dalam keluarga dengan anak usia sekolah

karena anak mereka terdapat anak yang masih bersekolah yaitu An. Yogi yang masih

3

Page 4: Contoh Studi Kasus

bersekolah di SMK. Untuk anaknya yang masih bayi, pertumbuhan dan perkembangan sesuai

usia dengan BB 6 kg, TB 66, saat ini by. Yunita sudah dapat mengoceh, merangkak dan

belajar duduk. By. Yunita hanya mendapatkan ASI sampai usianya 4 bulan, karena selalu

muntah bila diberi ASI, kemudian ASI digantikan susu formula. Hal itu terjadi dikatakan

karena Ny. Neneng sedang mengkonsumsi obat. Saat ini By. Yunita sudah mengkonsumsi

MPASI yaitu bubur susu. Ny. Neneng mengaku tidak sengaja mengetahui pola makan bayi

ini. Dia hanya belajar dari pengalaman anaknya sebelumnya.

Seluruh anggota keluarga kecuali ayah memiliki riwayat atopi. Keluhan timbul

apabila terpapar cuaca dingin, debu, dan makanan laut. Ibu memiliki riwayat hipertensi yang

telah berlangsung selama 5 tahun. Ibu jarang kontrol ke pelayanan kesehatan terdekat.

Genogram:

Gambar 1. Genogram Keluarga

4

Page 5: Contoh Studi Kasus

II. 2 Keadaan Rumah

a. Gambar denah bangunan rumah

Gambar 2. Denah Rumah

b. Jenis lantai : 1. Tanah dikeraskan

2. Plesteran semen

3. ubin

4. keramik

5. marmer

c. Jenis atap : 1. Seng

2. asbes

3. genteng

d. Jenis dinding : 1. Anyaman

2. tripleks

3. kayu

4. bata tanpa plester

5. tembok dilapisi cat

e. Apakah dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik

pada siang hari

1. ya 2. Tidak

f. Perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur : 1. < 20% 2. > 20%

5

Page 6: Contoh Studi Kasus

Perbandingan luas jendela/lantai diruang keluarga : 1. < 20% 2. > 20%

h. Deskripsi mengenai keadaan rumah:

Rumah keluarga Tn. Ujang berada di daerah perkampungan dan telah dihuni selama

kurang lebih 10 tahun. Rumah sudah dapat dihuni dengan jenis lantai menggunakan keramik,

walaupun ada beberapa bagian yang belum selesai pengerjaannya misal di bagian atap masih

langsung berhubungan dengan asbes, tidak terdapat eternit, tembok hanya sebagian yang di

cat, ada pula hanya berupa susunan batu bata. Halaman rumah berupa tanah dan terdapat

kandang kambing serta banyak hewan ternak seperti ayam, bebek yang berkeliaran di sekitar

halaman.

Pencahayaan di ruang tamu cukup baik, dapat membaca tulisan tanpa bantuan sinar

matahari karena perbandingan antara luas jendela dengan lantai > 20%. Pada dapur, kamar

tidur, serta kamar mandi terlihat lebih gelap dibanding ruang keluarga, karena perbandingan

luas jendela dengan lantai di ruang tersebut < 20%. Perabot rumah tangga tampak tertata rapi

namun ada beberapa barang yang berdebu seperti TV, DVD, dan radio.

Tetanggan Ny. Neneng mempunyai kebiasaan membakar sampah-sampah dan bekas

pakan ternak. Sedangkan untuk pembuangan sampah Ny. Neneng sendiri dibuang oleh

pengelola sampah dengan membayar iuran setiap bulannya. Pembuangan MCK dialrikan ke

selokan belakang rumah Ny. Neneng. Disana dikatakan sering terjadi genangan air bila hujan

turun. Hal ini menunjukkan keluarga kurang peduli terhadap kebersihan rumahnya. Dengan

lingkungan rumah seperti ini dapat memperparah penyakit rinitis allergi, lalu penyakit baru

seperti TB Paru, asbestosis, serta berbagai penyakit yang dapat diperantarai oleh binatang.

Selain itu letak kompor gas yang pendek memudahkan dijangkau oleh anak-anak dan ketel

air yang diletakkan di atas meja dengan alas plastik, dapat merupakan ancaman bahaya.

II.3 Keadaan Keluarga

a. Perencanaan keluarga

1. Apakah pasangan orang tua di keluarga melakukan perencanaan dalam berkeluarga?

1. Ya 2. Tidak

Bila ya, uraikan perencanaan yang dilakukan. Bilatidak, uraikan gambaran di

keluarga yang menunjukan tidak adanya perencanaan keluarga.

2. Pengambil keputusan perencanaan keluarga adalah :

1. suami 2. Istri

3. berdua 4. Orang tua suami atau orang tua istri

3. Apakah menggunakan kontrasepsi KB ?

6

Page 7: Contoh Studi Kasus

Ya dengan metode suntik, 10 tahun sempat tidak KB

b. 1. Hubungan anggota keluarga

Hubungan anggota keluarga adalah sama.

2. Frekuensi berkumpulnya anggota keluarga :

1. setiap hari 2. 2-3 kali seminggu

2. 1 minggu sekali 4. 2-3 kali sebulan

5. 1 bulan sekali 6. 2-3 kali sebulan

7. lainnya___________

3. Keputusan dalam keluarga berdasarkan:

1. perintah ayah 2. Perintah ibu

3. diskusi ayah –ibu 4. Diskusi ayah-ibu-anak

5. keputusan keluarga besar 6. Lainnya_________

c. Deskripsi mengenai keadaan keluarga:

Tn. Ujang bekerja sebagai montir masih yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah.

Ia sebagai Ayah berangkat kerja sekitar pukul 07.00, sebelum berangkat selalu

menyempatkan untuk berbincang-bincang dengan ke tiga anaknya, sebisa mungkin mereka

sarapan bersama, namun terkadang anak-anak telah berangkat sekolah sebelum ia sarapan. Ia

pulang kerja sekitar pukul 19.00. Tn. Ujang selalu makan malam di rumah, namun tidak

selalu bersama anggota keluarga yang lain terutama anak keduanya, karena jam pulang kerja

yang berbeda. Biasanya Ny. Neneng membicarakan masalah keluarga ketika Ia berada di

rumah. Komunikasi antara Ia dan anak-anak cukup baik, anak-anak cukup dekat dengannya,

dan setiap ada masalah Ia dan Ny. Neneng selalu membicarakan dengan musyawarah.

II.4 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

a. Kebutuhan ekonomi :

1. Hingga primer 2. Hingga sekunder 3. Hingga tersier 4. Lainnya_____

b. kebutuhan pendidikan:

1. Tidak terpenuhinya pendidikan dasar 9 tahun

2. Hanya pendidikan dasar 9 tahun

3. Pendidikan menengah

4. Pendidikan tinggi

5. Lainnya___________

c. Kebutuhan spriritual:

1. Tidak ada kegiatan ibadah dalam keluarga

7

Page 8: Contoh Studi Kasus

2. Kegiatan ibadah terserah masing-masing anggota keluarga

3. Orang tua mengarahkan kegiatan ibadah keluarga

4. keluarga menjadi panutan agama/kepercayaan di lingkungannya

5. Lainnya________

d. Kebutuhan Kesehatan:

1. Tidak ada perencanaan khusus untuk kesehatan

2. datang ke pelayanan kesehatan/dokter tertentu untuk kuratif saja

3. Datang ke pelayanan kesehatan/dokter tertentu untuk kuratif dan kuratif

4. Mempunyai buku/ catatan kesehatan anggota keluarga

5. lainnya________

e. Deskripsi mengenai pemenuhan kebutuhan keluarga

Tn. Ujang dan Ny. Neneng berpendidikan tamat SD. Pengetahuan mereka kurang

mengenai pancegahan dan gejala suatu penyakit namun meskipun pengetahuan mereka

kurang mereka tetap khawatir bila sakit sehingga langsung berobat ke puskesmas dan jarang

mengkonsumsi obat warung. Apabila keluhan tidak membaik maka mereka akan melakukan

solusi lain dengan meminta pendapat dokter lain atau berobat ke tempat lain. Dari anak

pertama sampai anak ke empat, Ny. Neneng membawanya ke posyandu untuk di berikan

imunisasi, namun tidak lengkap karena menurut ibunya, orang-orang jaman dahulu tidak ada

yang diberikan imunisasi namun jarang terkena penyakit. Kemungkinan tumbuh kembang

anak-anak tidak termonitor secara baik.

II.5 Gaya Hidup Keluarga

a. Kebiasaan makan dalam keluarga:

1. sumber : 1. Selalu beli makanan jadi

2. makanan di rumah dan makanan jadi

3. makanan disiapkan dan dihidangkan di rumah

4. lainnya_________

2. jenis : 1. Lebih banyak lemak

2. Lebih banyak sumber energy

3. Lebih banyak sayur-sayuran dan buah

4. Seimbang antara sumber energy, protein, dan serat

5. Lainnya______

3. jumlah : 1. Masing-masing anggota keluarga kelebihan asupan

8

Page 9: Contoh Studi Kasus

kaloriprotein

2. Masing-masing anggota keluarga kurang asupan kalori

protein

3. Sesuai dengan kebutuhan kalori anggota keluarga

4. Lainnya_________

b. Kebiasaan berolah raga:

1. tidak ada yang berolahraga

2. beberapa anggota keluarga jarang berolah raga, yaitu ____

3. beberapa anggota keluarga berolah raga 1-2x dalam seminggu, yaitu____

4. beberapa anggota keluarga berolah raga 3x dalam seminggu, yaitu____

5. seluruh anggota keluarga berolah raga teratur 3x dalam seminggu

6. Lainnya____

c. Kebiasaan minum alkohol:

1. tidak 2. Ya

No Nama Sejak kapan Jenis/merk Frekuensi Banyaknya/

1x minum

- - - - - -

- - - - - -

Tabel 2. Kebiasaan Minum Alkohol

d. Kebiasaan merokok

1. tidak 2. Ya

Daftar anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok

No Nama Sejak kapan Jenis Jumlah/hari

1 Tn ujang >10 tahun lalu Kretek 6 batang

2 Dede K 5 tahun lalu Kretek 6 batang

Tabel 3. Kebiasaan Merokok

e. Deskripsi mengenai gaya hidup keluarga

Tn. Ujang merokok 6 batang per hari. Ia merokok di lingkungan rumah. Anggota

keluarga lain di rumah tidak ada yang merokok. Di keluarga pasien, asupan gizi dominasi

karbohidrat, kurang asupan protein, lemak, dan vitamin. Anggota keluarga pasien jarang

melakukan olahraga, tidak ada anggota keluarga yang mengkonsumsi alcohol dan obat

terlarang.

9

Page 10: Contoh Studi Kasus

II.6 Lingkungan Hidup Keluarga

a. Lingkungan perumahan keluarga :

1. Jenis perumahan :

1. area tempat tinggal permanen

2. area tempat usaha/ layanan umum

3. area tempat non permanen

4. bukan area hunian

5. lainnya

2. Higiene lingkungan rumah :

1. sangat bersih dan teratur

2. bersih namun tidak teratur

3. kurang bersih

4. kumuh

5. lainnya

3. keamanan lingkungan perumahan

1. sangat aman

2. aman dengan penjagaan

3. tidak aman

4. lainnya

4. paparan zat/ partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah:

1. debu

2. asbes

3. CO

4. Timbal

5. bising

6. getar

7. lainnya : Unggas, kambing

b. Lingkungan pekerjaan anggota keluarga :

1. jenis pekerjaan :

1. bekerja sebagai profesional di kantor

2. bekerja sebagai profesional di lapangan

3. bekerja sebagai buruh/pekerjaan fisik di lapangan

4. bekerja di rumah sebagai

10

Page 11: Contoh Studi Kasus

5. lainnya

2. Risiko pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pekerjaannya adalah:

1. kecelakaan kerja

2. tidak ergonomis

3. paparan zat berbahaya

4. stress gedung pancakar langit

5. stress pengambilan keputusan

6. lainnya

3. paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah:

1. debu

2. asbes

3. CO

4. timbal

5. bising

6. getar

7. lainnya

c. Lingkungan sosial keluarga

1. Keluarga menjadi anggota perkumpulan sosial di lingkungannya

1. tidak

2. ya

2. Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya:

1. sebagai panutan

2. dihormati sewajaarnya

3. tidak dikenal

4. dikucilkan

5. lainnya

3. paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah:

1. sebagai panutan masyarakat

2. sebagai pemuka agama/budaya

3. keadaan keluarga tidak seperti yang diharapkan

4 Tidak tercukupinya kebutuhan hidup keluarga

5. lainnya

d. Deskripsi mengenai lingkungan hidup keluarga:

11

Page 12: Contoh Studi Kasus

Rumah pasien berada di perkampungan yang cukup padat penduduknya. Keluarga

mengatakan merasa aman tinggal di lingkungan tersebut. Di dalam rumah terdapat debu-debu

yang berpotensi menjadi sumber alergen karena diketahui bahwa seluruh seluruh anggota

keluarga di dalam rumah memilki riwayat alergi kecuali ayah. Selain debu, lingkungan

mungkin dapat terpapar oleh partikel asbes dimana atap rumah tersusun dari asbes tanpa

adanya penutup (eternit). Disamping rumah pasien terdapat kandang unggas yang terbuka.

Tn. Ujang merupakan seorang montir yang bertugas di bagian pendingin (AC), bekerja dari

pagi hingga sore atau malam hari. Keluarga berkumpul bersama hanya pada pagi dan malam

hari. Pada lingkungan masyarakat, keluarga merasa dihormati sewajarnya. Tidak ada anggota

keluarga yang aktif di perkumpulan sosial seperti pengajian dan sebagainya.

II.7 Masalah Kesehatan yang Ada dalam Keluarga

1. Hipertensi

2. Asma bronkial

3. Rhinitis Allergi

4. Merokok

5. Pemilihan KB yang tidak tepat

II.8 Rencana Pemeliharaan Kesehatan Pada Keluarga

Masalah Tujuan

kegiatan

Materi kegiatan Cara

pembinaan

Sasaran

individu

Hipertensi pada Ny.

Neneng

Mengupayakan

hipertensi pada

Ny. Neneng

terkontrol

Memberikan

edukasi tentang

hipertensi,

komplikasi, dan

penatalaksanaannya

yang meliputi

edukasi gaya hidup

dan penggunaan

obat-obatan.

Mengumpulkan

seluruh anggota

keluarga untuk

ikut serta

dalam

konseling

hipertensi

Seluruh

anggota

keluarga,

terutama

Ny.

Neneng

Asma bronkial Mengupayakan

serangan asma

pada keluarga

Ny. Neneng

Memberikan

edukasi tentang

asma, penyebab,

pengobatannya, dan

Mengumpulkan

seluruh anggota

keluarga untuk

ikut serta

Seluruh

anggota

keluarga

12

Page 13: Contoh Studi Kasus

terkontrol penyakit atopi yang

dapat menyertai

asma

dalam

konseling asma

dan penyakit

atopi yang

dapat

menyertai asma

Rhinitis alergi Mengupayakan

rhinitis alergi

pada keluarga

Ny. Neneng

terkontrol

Memberikan

edukasi tentang

rhinitis alergi,

penyebab,

pengobatannya.

Mengumpulkan

seluruh anggota

keluarga untuk

ikut serta

dalam

konseling

rhinitis alergi

Seluruh

anggota

keluarga

Pemilihan KB yang

tidak tepat

Merencanakan

pola keluarga

dengan baik

Memberikan

edukasi tentang

pentingnya dakam

pemilihan KB yang

tepat

Mengumpulkan

seluruh anggota

keluarga untuk

ikut serta

dalam

konseling KB

Seluruh

anggota

keluarga

Imunisasi Menciptakan

keluarga sehat

dengan

imunisasi

Memberikan

edukasi tentang

manfaat imunisasi

Mengumpulkan

seluruh anggota

keluarga untuk

ikut serta

dalam

konseling

imunisasi

Seluruh

anggota

keluarga

Merokok Menciptakan

lingkungan

rumah bebas

asap rokok

Memberikan

edukasi tentang

bahaya rokok dalam

kesehatan

Mengumpulkan

seluruh anggota

keluarga untuk

ikut serta

dalam

konseling

tentang bahaya

Seluruh

anggota

keluarga,

terutama

Tn.

Ujang

13

Page 14: Contoh Studi Kasus

rokok terhadap

kesehatan

Atap rumah berupa

asbes

Mencegah

terjadinya

bahaya

pemakaian

atap asbes

Memberikan

edukasi tentang

kerugian dan

bahaya pemakaian

atap asbes

Mengumpulkan

seluruh anggota

keluarga untuk

ikut serta

dalam

konseling

bahaya

pemakaian atap

asbes

Seluruh

anggota

keluarga

Tabel 4. Rencana Pemeliharaan Kesehatan Pada Keluarga

14

Page 15: Contoh Studi Kasus

BAB III

ILUSTRASI KASUS

III.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Neneng Anila

TTL : Jakarta, 16 Juni 1969

Usia : 44 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan terakhir : SMP (Sekolah Menengah Pertama)

Suku : Betawi

Alamat : Jl. AMD Babakan Pocis RT 08 RW 02 No. 18 Bekti Jaya Setu

Tangsel

Status : Menikah

III.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri tengkuk sejak 3 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh nyeri tengkuk hilang timbul sejak 3 hari yang lalu. Keluhan

timbul terutama setelah aktivitas berat seperti mencuci dan membersihkan rumah.

Keluhan dapat hilang setelah pasien istirahat. Nyeri tengkuk terasa seperti tertindih

benda berat. Keluhan lain berupa keluhan sesak nafas, nyeri dada, dada berdebar-

debar, mata berkunang-kunang, mudah lelah dan kaki bengkak disangkal. Keluhan

nyeri tengkuk ini sudah dirasakan sejak 1,5 tahun yang lalu, yaitu saat pasien hamil

anak ke-4. Pasien sudah terdiagnosis hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan sudah

berobat di puskesmas, diberikan nifedipin 1x10mg dan captopril 1x25mg, namun

setelah minum obat pasien mengeluh batuk-batuk dan sesak nafas sehingga pasein

menghentikan pengobatan tersebut tanpa sepengetahuan dokter. Menurut pasien, saat

usia kehamilan anak ke-4 mendekati waktu persalinan, pasien memeriksakan

kehamilan di bidan, tekanan darah pasien sempat mencapai 200/130 mmHg, lalu

bidan menyarankan pasien ke dokter. Saat di dokter, pasien diperiksa darah dan air

seni. Pasien terdiagnosis Preeklampsi.

Pasien sering mengeluh sesak nafas jika cuaca dingin seperti malam hari dan

hujan. Keluhan sesak nafas tidak dipengaruhi aktifitas, tidak dipengaruhi posisi dan

15

Page 16: Contoh Studi Kasus

mengeluarkan bunyi ngik-ngik. Saat sesak nafas pasien tidak keringat dingin dan

tetap sadar. Keluhan bengkak kaki, bengkak perut, bengkak seluruh tubuh tidak ada.

Pasien terbiasa mengkonsumsi obat Asma Solon® untuk mengurangi keluhan sesak

nafas, setelah minum obat tersebut keluhan berkurang. Pasien sudah pernah berobat

ke dokter dan dikatakan menderita asma, telah diberi obat Salbutamol namun pasien

dalam beberapa kali pemakaian pasien merasa berdebar-debar hingga akhirnya

menghentikan pengobatan tanpa konsultasi ke dokter lali beralih ke Asma Solon®.

Dalam satu minggu pasien tidak mengetahui berapa kali serangan asma yang diderita.

Pasien juga mengeluh sering pilek pada pagi hari setelah bangun tidur dan

menghilang saat siang hari, warna pilek bening. Pasien juga bersin-bersin >5x di pagi

hari, gatal-gatal seluruh badan setelah konsumsi makanan laut seperti udang, cumi

dan ikan.

Pasien menyangkal adanya keluhan rasa sering lapar, sering haus, dan sering

terbangun pada malam hari untuk BAK.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien memiliki 4 orang anak, dimana anak bungsunya saat ini berusia 6

bulan. Pasien mengaku setelah melahirkan anak ke-1,2 dan 3 pasien pernah

menggunakan KB pil atau suntik, setelah kelahiran anak ke-3 pasien diperiksa

tekanan darah, ditemukan tekanan darah tinggi kemudian pasien ditawarkan KB

spiral, namun karena tidak mendapat izin suami maka pasien menolak KB spiral.

Sejak 10 tahun terakhir pasien tidak menggunakan KB apapun karena pasien sudah

merasa tidak subur lagi.

Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, tidak minum obat

teratur. Pasien juga memiliki riwayat asma sejak 5 tahun yang lalu, berkurang dengan

obat. Pasien mengaku sering pilek pada pagi hari dan gatal-gatal setelah makan

makanan laut. Riwayat DM (-), penyakit paru (-), penyakit jantung (-).

Riwayat penyakit keluarga

Kedua orang tua pasien dan adik pasien memiliki riwayat hipertensi. Adik pasien

meninggal karena curiga stroke karena perdarahan otak. Pasien menyangkal adanya

riwayat alergi atau asma pada kedua orang tuanya, namun saat ini keempat anaknya

juga pilek setelah bangun pagi dan gatal-gatal setelah makan makanan laut. Riwayat

DM (-), penyakit paru (-), penyakit jantung (-).

16

Page 17: Contoh Studi Kasus

Menurut pasien, anak-anak pasien mendapat imunisasi lengkap, anak bungsu

pasien yang berusia 6 bulan sudah mendapat imunisasi lengkap kecuali campak yang

dijadwalkan pada usia 9 bulan.

Riwayat Kebiasaan, Sosial, dan Lingkungan

Pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan asin, goreng-gorengan, dan

jarang berolahraga. Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal, namun suami

pasien merokok di rumah sekitar 2 batang sehari. Atap rumah pasien terbuat dari

asbes dan lingkungan sekitar rumah banyak binatang peliharaan, seperti ayam dan

kambing.

III.3 Pemeriksaan Fisik

Status generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : TD 180/100 mmHg, Nadi 105x/menit,

Suhu 36,5o C RR 20x/menit

Mata : Konjungtiva anemis (-),sclera ikterik (-), RCL +/+, RCTL +/+

Telinga : normotia, secret -/-

Hidung : Deviasi septum (-), secret -/-, konka inferior livid +/+

Tenggorok : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang

Leher : Trakea ditengah, KGB koli anterior dan posterior tidak teraba

membesar, kelenjar tiroid tidak membesar.

Paru

Inspeksi : simetris saat inspirasi dan ekspirasi.

Palpasi : vocal fremitus teraba simetris kanan dan kiri, nyeri tekan

lapang paru tidak ada.

Perkusi : sonor pada kedua hemitoraks.

Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+; rhonki -/-;wheezing-/-

Jantung

Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat

Palpasi : ictus kordis teraba di ICS V 1 jari medial garis midclavicula

sinistra

Perkusi : batas jantung dalam batas normal.

Auskultasi : BJ I II regular, murmur tidak ada, gallop tidak ada.

17

Page 18: Contoh Studi Kasus

Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi :supel, nyeri tekan epigastrium tidak ada, hepatosplenomegali

tidak ada.

Perkusi : timpani, shifting dullness tidak ada.

Auskultasi : bising usus + normal.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2’, tidak ada edem

III.4 Diagnosis Kerja

Hipertensi grade 2 dengan TD tidak terkontrol.

Asma bronkial tidak dalam serangan

III.5 Penatalaksanaan

Non Farmakologi

Diet rendah garam (maksimal 6 gram garam dapur ~ 1 sendok teh/hari)

Batasi konsumsi makanan yang mengandung pengawet

Atur asupan sayur dan buah, terutama pisang 4-5 porsi/hari, serat (7-8

porsi/hari), produk susu rendah lemak(2-3 porsi/hari)

Olahraga selama 30 menit, 3x/minggu

Hindari stress

Secara berkala ukur tekanan darah, maksimal tiap 1 bulan dan kontrol

dokter

Edukasi minum obat setiap hari secara teratur.

Minum air putih cukup 1,5L-2L per hari.

Farmakologi

Amlodipin 1x 10mg setelah makan

Hidrokloritiazid 1 x 25 mg

Ssimvastatin 1 x 10 mg

III.6 Rencana Pemeriksaan Penunjang

Cek asam urat

Cek gula darah sewaktu

Cek kolesterol

18

Page 19: Contoh Studi Kasus

III.7 Rencana Penatalaksanaan Selanjutnya

Diakarenakan kadar GDP 129 mg/dl sehingga diperlukan pengulangan cek GDP satu

bulan lagi.

III.8 Prognosis

Ad Vitam : Bonam

Ad Functionam : Dubia ad Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

19

Page 20: Contoh Studi Kasus

BAB IV

HASIL DAN DISKUSI

IV.1 Hasil

Gambar 3. Mandala of Health

IV.2 Diskusi

1. Aspek personal

Pasienperempuanusia44 tahundatangdengankeluhannyeri tengkuk hilang timbul

sejak 3 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu

dan berobat di puskesmas. Pasien diberikan nifedipin 1x10 mg, captopril 1x25 mg.

Namun setelah minum obat pasien mengeluh batuk dan sesak napas sehingga pasien

menghentikan pengobatan. Keluhan lain yaitu pasien terkadang mengeluh sesak

napas yang disertai bunyi ngik sejak usia muda, bersin tiap pagi hari, alergi terhadap

makanan laut. Pasien awalnya mengkonsumsi salbutamol yang didapat dari PKM,

20

Page 21: Contoh Studi Kasus

namun pasien mengeluh berdebar-debar setelah meminum obat. Setelah itu pasien

meminum asma solon untuk mengatasi keluhan sesak hingga saat ini.

2. Aspekklinis

Pada kasus ini didiagnosis dengan hipertensi grade 2 TD tidak terkontrol, asma

bronkial berdasarkan pada :

Anamnesis

Pasien peremupuan usia 44 tahun mengeluh nyeri tengkukhilang timbul sejak 3

hari SMRS. Nyeri tengkuk terasa seperti tertindih benda berat. Keluhan lain

berupa keluhan sesak nafas, nyeri dada, dada berdebar-debar, mataberkunang-

kunang, mudah lelah dan kaki bengkakdisangkal. Pasien sudah terdiagnosis

hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dansudahberobat di puskesmas, diberikan

nifedipin 1x10 mg dan captopril 1x25 mg, namun setelah minum obat pasien

mengeluh batuk-batuk dan sesak nafas sehinggapasein menghentikan pengobatan

tersebut tanpasepengetahuan dokter.

Pasien sering mengeluh sesak nafas jikacuacadingin seperti malam hari dan

hujan. Keluhan sesak nafas tidak dipengaruhi aktifitas, tidak dipengaruhi posisi

dan mengeluarkan bunyi ngik-ngik. Saat sesak nafas pasien tidak keringat dingin

dan tetap sadar. Keluhan bengkak kaki, bengkakperut, bengkak seluruh tubuh

tidakada. Pasien terbiasa mengkonsumsi obat Asma Solon® untuk mengurangi

keluhan sesak nafas, setelah minum obat tersebut keluhan berkurang. Pasien

sudah pernah berobat ke dokter dan dikatakan menderitaasma, telah diberi obat

Salbutamol namun pasien dalam beberapa kali pemakaian pasien merasa

berdebar-debar hingga akhirnya menghentikan pengobatan tanpa konsultasi ke

dokter lalu beralih ke Asma Solon®. Dalam satu minggu pasien tidak mengetahui

berapa kali serangan asma yang diderita.

PemeriksaanFisik

Tekanan Darah 180/100 mmHg (pasien sudah meminum obat amlodipin

1x100mg 4 jam sebelum pemeriksaan). Pemeriksaan fisik lain dalam batas

normal.

3. Aspek Faktor ResikoIndividu

Faktor resiko yang tidak dapat diubah :

21

Page 22: Contoh Studi Kasus

- Usia

- Riwayat bersin pagi hari lebih dari 5x dan pada cuaca dingin

- Riwayat keluarga : Adik pasien meninggal karena stroke, kedua orang tua dan

adik memiliki riwayat hipertensi

Faktor resiko yang dapat diubah :

- Asupan garam

- Stress sosial

- Jarang berolahraga

- Perokok pasif

4. Aspek Faktor Resiko Eksternal

- Berobathanyasaatsakit

- Pasien memilih untuk tidak ber-KB

- Pasientidak aktifdalamberolahraga

- Pasienkurangaktifdalamaktivitassosialsepertipengajian, PKK.

- Pendapatan keluarga hanya bersumber dari suami yang bekerja sebagai montir AC

mobil. Di sisi lain kebutuhan keluarga banyak yang harus dipenuhi termasuk 2

anak yang masih bersekolah serta 1 anak bayi yang masih butuh asuhan dan

perawatanintensif.

5. Skala Penilaian fungsi sosial

Pasien memiliki skala fungsional 1 karena termasuk pasien termasuk mandiri,

dapat bekerja di dalam dan luar rumah.

22

Page 23: Contoh Studi Kasus

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Daftar masalah yang didapatkan pada keluarga Ny. Neneng dan Tn. Ujang adalah

hipertensi, asma bronkial, rhinitis allergi, merokok, dan tidak ber-KB. Ny. Neneng selaku

pasien memiliki masalah kesehatan berupa hipertensi, asma bronkial, rhinitis alergi, dan tidak

ber-KB.

Adapun faktor-faktor risiko yang mempengaruhi masalah kesehatan pada pasien

antara lain: faktor host berupa usia lanjut [44 tahun] di mana struktur jaringan dan organ yang

mulai mengalami degenerasi; riwayat genetik di mana kedua orang tua pasien memiliki

riwayat hipertensi; gaya hidup pasien yang cenderung kurang melakukan aktivitas dan sering

mengkonsumsi goreng-gorengan; psikologi di mana pasien mengaku takut ber-KB karena

hipertensi yang dideritanya; tingkat pendidikan; dan sosial.

Faktor lingkungan pada pasien berupa lingkungan tempat tinggal, suami yang

terkadang merokok dalam rumah sehingga dapat memicu serangan asma, kondisi rumah yang

berdebu sehingga ketika pasien membersihkan rumah menjadi pilek dan bersin-bersin; serta

faktor ekonomi dan sosial yang juga mempengaruhi gaya hidup dan aktivitas pasien. Faktor

tingkat sosial, ekonomi, dan pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan, sikap, dan

perilaku anggota keluarga pasien terhadap masalah kesehatan. Hal ini terbukti setelah

dilakukan penyuluhan, terlihat bahwa pasien belum mengetahui banyak mengenai masalah

kesehatan yang ada pada diri dan keluarganya. Pasien mengaku setelah dilakukan penyuluhan

lebih banyak memahami masalah kesehatan keluarganya dan apa yang seharusnya dilakukan.

Setelah mengetahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhi masalah pada Ny.

Neneng dan keluarganya, kami memberikan solusi dengan cara penyuluhan:

1. Hipertensi, meliputi penjelasan penyakit, penyebab, komplikasi, dan penatalaksanaan

farmakologi dan non farmakologi

2. Asma bronkial, meliputi penjelasan penyakit, penyebab, dan penatalaksanaan.

3. Rhinitis allergi, meliputi penjelasan penyakit, penyebab, dan penatalaksanaan.

4. Tidak ber-KB, meliputi jenis KB, manfaat, dan efek sampinya.

5. Merokok, meliputi bahaya merokok.

23

Page 24: Contoh Studi Kasus

V.2. Saran

Saran yang dapat kami berikan pada pasien antara lain:

Diet rendah garam (maksimal 6 gram garam dapur ~ 1 sendok teh/hari).

Batasi konsumsi makanan yang mengandung pengawet.

Atur asupan sayur dan buah, terutama pisang 4-5 porsi/hari, serat (7-8 porsi/hari), produk

susu rendah lemak(2-3 porsi/hari).

Olahraga selama 30 menit, 3x/minggu.

Hindari stress.

Secara berkala ukur tekanan darah, maksimal tiap 1 bulan dan kontrol dokter.

Edukasi minum obat yang diberikan di KPKM setiap hari secara teratur.

Minum air putih cukup 1,5L-2L per hari.

Hindari pencetus asma dan rhinitis alergi, seperti debu, udara dingin, asap rokok, dan

makanan laut.

Anjuran untuk ber-KB dengan pilihan AKDR atau tubektomi.

Saran yang dapat kami berikan pada anggota keluarga pasien antara lain:

Hindari pencetus asma dan rhinitis alergi, seperti debu, udara dingin, asap rokok, dan

makanan laut.

Untuk suami pasien sebaiknya kurangi merokok, kalau bisa jangan merokok sama sekali.

Memberikan dukungan kepada pasien dalam pengobatannya.

24

Page 25: Contoh Studi Kasus

DAFTAR PUSTAKA

1. Dreisbach AW. Hypertension. Diunduh dari http://www.

emedicine.medscape.com/article/241381 tanggal 18 Desember 2013.

2. Kotchen TA. Hypertensive Vaskular Disease. In: Fauci AS, Kasper DL,

Longo DL, Braunwald E, Lauser SL, Jameson JJ, et al., eds. Harrison's

Principles of Internal Medicine. Edisi ke–17. New York: McGraw–Hill

2008: 1549-1562.

3. Chobanian AV. The Seven Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure. USA: National Institute of Health Publication No.04-5230

August 2004.

25

Page 26: Contoh Studi Kasus

Lampiran 1

KONSELING

Sesaat sampai di rumah pasien, pasien sudah menyambut kami di bagian teras. Setelah

mengucapkan salam kami masing-masing memperkenalkan diri.

Setelah dipersilahkan masuk ke rumah pasien, kelompok kami menyampaikan maksud

dan tujuan kedatangan kami yaitu untuk melakukan kegiatan home visit dan melakukan

konseling sembari memberikan salam disertai senyuman dan jabat tangan pasien.

Kami membuka diskusi dengan pasien dengan mengeluarkan kata-kata untuk mencairkan

suasana agar konseling berjalan santai.

Kami menerangkan maksud diadakannya konseling saat itu adalah untuk memberikan

informasi kepada pasien mengenai hipertensi, asma, rhinitis alergi, KB, imunisasi,

merokok, dan bahaya asbes.

Kami bertanya kepada pasien apakah pasien sudah mengetahui dengan jelas mengenai

penyakit dan tatalaksana hipertensi, asma, rhinitis, dan KB, serta pemberian imunisasi

untuk anaknya.

Bila pasien sudah menethaui, dan apabila informasinya benar makan kami memberikan

respon positif, bila yang diketahuinya adalah informasi yang salah, maka kami klarifikasi

dan menjelaskannya.

Penjelasan kami harus sesederhana mungkin dan tidak menggunakan kata-kata yang sulit

dimengerti pasien mengingat tingkat pendidikan pasien rendah.

Kami harus bisa membangkitkan pasien untuk berpartisipasi dalam mentreatment maslah

kesehatannya, sehingga pasien masih punya harapan untuk sembuh/ hidup.

Ketika pasien ingin bicara lebih lama maka sebagai dokter yang baik, kami membiarkan

pasien untuk mengeluarkan apa yang pasien rasakan, tunjukkan bahwa kami ikut

berempati, tulus, dan peduli.

26

Page 27: Contoh Studi Kasus

Sebelum mengakhiri konseling, kami memastikan bahwa pasien faham atas apa-apa yang

telah dijelaskan. Kami menyuruh pasien mengulang kembali atas sapa yang sudah

dijelaskan atau diberikan sebelumnya.

Kami menanyakan kembali apakah ada hal lain yang ingin diketahui pasiennya seputar

penyakit-penyakit dan tatalaksananya tersebut.

Jangan lupa menyarankan pasien untuk menghubungi dokter bila kondisi tidak membaik.

Tidak lupa kami memberikan dukungan dan semangat untuk sembuh kepada pasien serta

mengucapkan terima kasih atas waktu dan kerjasamanya kepada pasien.

27

Page 28: Contoh Studi Kasus

Lampiran 2

FOTO KEGIATAN

a. Home Visit 1

Gambar 4. Tampak luar rumah pasien

Gambar 5. Ruang tamu, dapur, pintu kamar, dan pintu kamar mandi

Gambar 6. Atap rumah asbes

28

Page 29: Contoh Studi Kasus

Gambar 7. Kondisi kamar mandi

29

Page 30: Contoh Studi Kasus

Gambar 8.Kondisi dapur

Gambar 9. Kondisi salah satu kamar

Gambar 10. Salah satu barang yang berdebu di rumah pasien

30

Page 31: Contoh Studi Kasus

31

Page 32: Contoh Studi Kasus

b. Home Visit 2 [Penyuluhan dan Pelaksanaan Diagnosis Holistik]

Gambar 11. Kami sedang menerangkan penyuluhan kepada pasien dengan media leaflet

Gambar 12. Leaflet hipertensi, KB, dan bahaya merokok

32

Page 33: Contoh Studi Kasus

Gambar 13. Kegiatan penyuluhan

Gambar 14. Pemeriksaa tekanan darah pasien setelah minum obat

33

Page 34: Contoh Studi Kasus

Lampiran 3

MEDIA KONSELING

Gambar 15. Leaflet KB

34

Page 35: Contoh Studi Kasus

Gambar 16. Leaflet Hipertensi

35

Page 36: Contoh Studi Kasus

Gambar 17. Leaflet Merokok

36