contoh skripsi
-
Upload
biondi-andorio-hosogawa -
Category
Documents
-
view
94 -
download
1
description
Transcript of contoh skripsi
IDENTITAS PENELITIAN
KETUA PENELITI
I.
a. Nama lengkap dan gelar : Mochammad Rifki Maulana
b. Jenis kelamin : Laki-Laki
c. Jurusan/Fakultas : Fakultas Kedokteran
d. Universitas : Universitas Trisakti
e. NIM : 030.09.155
f. Alamat rumah : Bumi ciruas permai blok b17/14 ciruas serang banten
g. Nomor telepon rumah : 0254- 8285610
h. Nomor telepon selular : 085719821539
i. Alamat email : [email protected]
ANGGOTA TIM PENELITI I
a. Nama Lengkap : M. Aries Fitrian
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. N I M : 030. 09. 159
d. Jurusan/Fakultas/Universitas : Fakultas Kedokteran Trisakti
e. No. telp rumah/HP & email [email protected]
ANGGOTA TIM PENELITI II
a. Nama Lengkap : Dina Amalia Pratiwi
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. N I M : 030.11.080
d. Jurusan/Fakultas/Universitas : Fakultas Kedokteran Trisakti
e. No. telp rumah/HP & email 081646968000/[email protected]
1
LOKASI PENELITIAN : Depok, Jawa Barat
WAKTU PENELITIAN : Februari 2013 – Maret 2013
BIAYA PENELITIAN : Rp. 49.612.000
SUMBER DANA : Fakultas Kedokteran Trisakti
Jakarta, 09 November 2012 Ketua Pengusul,
Mochammad Rifki Maulana
2
JUDUL PENELITIAN
EPIDEMIOLOGI SPESIES CACING FILARIA PENYEBAB FILARIASIS DI
KOTA DEPOK, JAWA BARAT
ABSTRAK
Filariasis adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh cacing filaria yang
menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat
seumur hidup dan menimbulkan stigma sosial bagi penderitanya. Epidemiologi di
indonesia terdapat mf rate sebesar 19,78% yang menandakan indonesia merupakan
negara endemi filaria. Kota depok, Jawa Barat memiliki penderita filariasis
terbanyak di Jawa Barat. Ada 3 spesies cacing penyebab filariasis di antaranya
adalah wuchereria bancrofti, brugia malayi dan brugia timori. Dengan menggunakan
teknik PCR untuk analisa secara molekuler, dapat di ketahui penyebab pasti
filariasis dan penderita dapat di tatalaksana dengan benar. Maka adalah penting
untuk mengetahui epidemiologi spesies cacing penyebab filariasis di kota depok,
Jawa Barat.
KATA KUNCI (KEYWORDS)
Filariasis Spesies Cacing Filaria
PCR Depok, Jawa Barat
3
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat
merusak sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula
mammae, dan skrotum, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi
penderita dan keluarganya. Secara tidak langsung, ini dapat berdampak pada
penurunan produktivitas kerja penderita sehingga menimbulkan beban bagi
keluarganya dan juga dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit bagi
negara.2
Di Asia Tenggara, terdapat 11 negara yang endemis terhadap filariasis dan salah
satu diantaranya adalah Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara di Asia
Tenggara dengan jumlah penduduk terbanyak dan wilayah yang luas namun
memiliki masalah filariasis yang kompleks. Di Indonesia, ke tiga jenis cacing filaria
(W. Brancrofti, B malayi dan B timori) dapat ditemukan. (WHO, 2009). Filariasis
menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia sesuai dengan resolusi World Health
Assembly (WHA) pada tahun 1997. Program eleminasi filariasis di dunia dimulai
berdasarkan deklarasi WHO tahun 2000.1
Di Indonesia program eliminasi filariasis dimulai pada tahun 2002. Untuk
mencapai eliminasi, di Indonesia ditetapkan dua pilar yang akan dilaksanakan yaitu:
1).Memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat massal pencegahan filariasis
(POMP filariasis) di daerah endemis; dan 2).Mencegah dan membatasi kecacatan
karena filariasis. Saat ini, diperkirakan larva cacing tersebut telah menginfeksi lebih
dari 700 juta orang di seluruh dunia. (WHO, 2009).
Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kronis filariasis yang
dilaporkan sampai tahun 2009 sudah sebanyak 11.914 kasus. Dari seluruh
kabupaten/kota yang ada di Indonesia, sampai tahun 2009 dari 495 kabupaten/kota,
telah dipetakan 356 kabupaten/ kota endemis dan 139 kabupaten/kota tidak endemis
filariasis. Distribusi daerah endemis ditentukan berdasarkan hasil survei jari terhadap
mikrofilaria di setiap kabupaten. Dari seluruh kabupaten yang disurvei, dihitung
mikrofilaria ratenya. Mikrofilaria rate tersebut menggambarkan prevalensi orang
4
yang dalam pemeriksaan darah tusuk jari mengandung mikrofilaria dibandingkan
dengan jumlah orang yang diperiksa. Penentuan daerah endemis ditetapkan apabila
prevalensi mf > 1%. Jawa Barat adalah termasuk salah satu propinsi dengan mf >
1%.
Kota Depok sebagai kota satelit dari ibukota Jakarta, sekarang ini sudah harus
menanggung beban atau ekses dari pertumbuhan pembagunan yang dilakukannya. Di
kota ini, terdapat prevalensi penderita filariasis tertinggi di jawa barat (Depkes 2009),
padahal kota ini merupakan salah satu kota penyangga ibukota Republik Indonesia.
Permasalahan terletak pada berubahnya tataguna lahan kota Depok yang pada
awalnya merupakan daerah pertanian menjadi pemukiman dan tempat-tempat
komersial. Selain itu terdapat juga saluran irigasi yang dialih fungsikan menjadi
saluran drainase tanpa mempertimbangkan dampak yang terjadi pada wilayah
cakupannya. Sehingga saat musim hujan tiba, masalah klasik yang selalu terjadi
adalah masalah banjir/ genangan yang terjadi di beberapa tempat di kota Depok.
Adanya kecurigaan beragamnya spesies cacing filaria yang terdapat di Kota
Depok mengingat tranformasi demografi wilayahnya rasanya berhubungan dengan
sejarah wilayahnya yang oleh karena itu akan mempertimbangkan kembali teori
bahwa pada daerah perkotaan akan hanya ditemukan W.bancrofti saja atau bahwa
B.malayi dan B.timori hanya terdapat di daerah pedesaan saja. Hal tersebut yang
disebut sebagai faktor lingkungan sangat berperan penting sekali dalam
kelangsungan hidup vektor, hospes maupun hospes reservoar yang menjadi penentu
adanya faktor-faktor tersebut.
Menurut departemen kesehatan, penyebab utama filariasis pada perkotaan adalah
W.bancrofti. Namun, untuk konfirmasi secara seluler, kami akan melakukan
pemeriksaan secara molekuler untuk membuktikan cacing apa yang menyebabkan
penyakit filariasis di kota depok.2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana epidemiologi spesies cacing filaria di Kota Depok, Jawa Barat?
5
2. Apakah spesies cacing filaria B. malayi dan B. timori terdapat di Kota Depok ?
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening.
Stadium lanjut dari filariasis yaitu elefantiasis, hidrokel, dan sebagainya, sehingga
filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang akan menyebabkan
penurunan kualitas hidup dan sosial ekonomi penderitanya. Cacing penyebab
filariasis di perkotaan umumnya adalah wuchereria bancrofti. Penggunaan PCR
untuk menentukan cacing penyebab filariasis secara molekuler akan memberikan
hasil yang spesifik terhadap salah satu spesies cacing filaria, walaupun gold standard
pada filariasis adalah dengan menggunakan sediaan apus darah tepi.
1.3 Hipotesis
Terdapat spesies cacing filaria lain penyebab filariasis di Kota Depok, Jawa barat
selain Wuchereria bancrofti.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui dan membuktikan epidemiologi spesies cacing filaria
penyebab filariasis secara molekuler dengan menggunakan PCR di daerah
perkotaan Kota Depok, Jawa Barat.
Tujuan Khusus
1. Dapat menentukan dosis obat yang tepat untuk filariasis, sesuai dengan
etiologi yang mendasarinya.
2. Dapat menurunkan vektor yang spesifik yang menjadi mata rantai
penyebaran filariasis.
3. Dapat mencegah perburukan dan penurunan kualitas hidup penderita
filariasis.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang epidemiologi spesies cacing filaria
penyebab filariasis yang dilakukan dengan menggunakan PCR.
6
Mengembangkan dan menyalurkan minat dan bakat dalam bidang
penelitian.
Mempelajari teknik PCR untuk menemukan cacing filaria.
Manfaat bagi Perguruan Tinggi
Menjadikan universitas trisakti sebagai pusat pendidikan tropik infeksi,
khususnya untuk filariasis.
Manfaat bagi Masyarakat Mahasiswa
Memotivasi peneliti lain untuk turut serta mengadakan penelitian.
Manfaat bagi Kementrian Kesehatan
Memberikan masukan kepada kementrian kesehatan untuk dosis pengobatan yang dapat di berikan pada pasien filariasis di kota depok.
1.6 Luaran Penelitian
Penelitian ini menghasilkan suatu hasil mengenai epidemiologi spesies cacing filaria
secara spesifik di Kota Depok, Jawa Barat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Filariasis banyak ditemukan terutama di daerah khatulistiwa dan merupakan
masalah di daerah dataran rendah. Namun kadang-kadang juga ditemukan di daerah
bukit yang tidak terlalu tinggi. Di Indonesia penyakit ini lebih banyak ditemukan di
7
daerah pedesaan. Di daerah kota misalnya Jakarta, Tangerang, Pekalongan dan
Semarang dan mungkin di beberapa kota lainnya hanya ditemukan W.bancrofti.
Filariasis di Indonesia tersebar luas. Daerah endemi terdapat di banyak pulau di
seluruh Nusantara, seperti di Sumatera dan sekitarnya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
NTT, Maluku dan Irian Jaya. Namun, masih banyak daerah yang belum diselidiki.
Departemen Kesehatan sudah melakukan pemberantasan filariasis sejak tahun 1970
dengan pemberian DEC dosis rendah jangka panjang (100 mg/minggu selama 40
minggu).
Filariasis bancrofti dapat dijumpai di perkotaan atau di pedesaan. Sedangkan
B.malayi dan B.timori hanya terdapat di pedesaan, karena vektornya tidak dapat
berkembang biak di perkotaan. B.malayi yang hidup pada manusia dan B.timori
biasanya terdapat di daerah persawahan, sesuai dengan tempat perindukan vektornya.
Dalam memahami epidemiologi filariasis, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti
hospes, hospes reservoar, vektor dan keadaan lingkungan. Faktor lingkungan yang
dapat menunjang kelangsungan hidup ketiga faktor lainnya merupakan hal yang
sangat penting untuk epidemiologi filariasis. Jenis filariasis yang ada di suatu daerah
endemi dapat diperkirakan dengan melihat keadaan lingkungannya. Telah banyak
ditemukan spesies nyamuk sebagai vektor filariasis tergantung jenis cacing filarianya.
W. Bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan (urban) ditularkan oleh
Cx.quinquefasciatus yang tempat perindukannya air kotor dan air tercemar.1
W.bancrofti di daerah pedesaan (rural) dapat ditularkan oleh bermacam spesies
nyamuk. B.malayi yang hidup pada manusia dan hewan biasanya ditularkan oleh
berbagai spesies Mansonia seperti Ma.uniformis, Ma.bonneae, Ma.dives dan lain lain
yang berkembang biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, Maluku yang
periodik ditularkan An.barbirostris yang memakai sawah sebagai tempat
perindukannya, seperti di Sulawesi.
B.timori hingga sekarang ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur, ditularkan
oleh An.barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai
maupun di pedalaman. Hospes reservoar pada tipe B.malayi merupakan sumber
infeksi bagi manusia. Hewan yang sering ditemukan mengandung infeksi ialah
8
kucing dan kera, meskipun hewan lain juga terkena infeksi. Hospes filariasis, yakni
manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang
lain yang rentan.2
Daur hidup microfilaria ini adalah mula-mula mikrofilaria yang terisap oleh
nyamuk, melapaskan sarungnya dalam lambung, menembus dinding lambung dan
bersarang di daerah toraks. Bentuknya mengalami pemendekan seperti sosis dan
disebut larva stadium I. Kurang lebih satu minggu, larva bertukar kulit dan tumbuh
menjadi lebih gemuk dan panjang, disebut larva stadium II.
Pada hari kesepuluh dan selanjutnya, larva bertukar kulit dan lagi dan tumbuh
makin panjang dan makin kurus, disebut larva stadium III. Bentuk larva stadium III
bermigrasi mula- mula ke abdomen kemudian ke kepala lalu ke alat tusuk hisap
nyamuk. Bila nyamuk menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke
dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe setempat lalu mengalami
pergantian kulit dan tumbuh menjadi larva stadium IV kemudian stadium V atau
cacing dewasa.3
Menurut WHO, DEC (dietilcarbamazine) adalah satu-satunya obat yang efektif,
aman dan murah, pada filariasis yang di sebabkan oleh wuchereria bancrofti.
Pengobatannya di lakukan dengan pemberian DEC 6mg/kgBB/hari selama 12 hari,
9
Siklus hidup W. bancrofti
dan dapat diulang 1 sampai 6 minggu kemudian. Untuk pengobatan massal di
gunakan di berikan 2 regimen obat yaitu Albendazol 400mg dan ivermectin
200mg/kgBB.
Sedangkan pada filariasis yang di sebabkan oleh brugia malayi dan brugia
timori, diberikan DEC DEC 6mg/kgBB/hari selama 6 hari atau 5mg/kgBB/hari
selama 10 hari. Sedangkan untuk terapi jangka panjangnya adalah dengan
menggunakan DEC dosis rendah jangka panjang (100mg/minggu selama 4 minggu)
PCR (polymerase Chain Reaction) adalah teknik yang di gunakan untuk
mengidentifikasi DNA atau RNA dengan cara memperbanyak jumlah DNA atau
RNA pada suatu sampel. Setiap sampel DNA atau RNA memiliki keunikan
tersendiri untuk masing-masing spesies cacing filaria, sehingga mempunyai tingkat
sensitifitas yang tinggi untuk suatu penelitian.
Setelah DNA atau RNA tersebut di perbanyak, segmen yang telah di perbanyak
tersebut harus di bandingkan dengan segmen yang telah di ketahui sumbernya,
apakah berasal dari wuchereria bancrofti, brugia malayi maupun brugia timori.4,5
Kerangka Teori
10
LINGKUNGAN
HOSPES RESERVOAR
VEKTOR
HOSPESEPIDEMIOLOGI
FILARIASIS
Kerangka Konsep
11
W. bancrofti
Perkotaan atau Pedesaan
B. malayi & B. timori
Pedesaan
SPESIES CACING FILARIA
PENYEBAB FILARIASIS DI DEPOK, JAWA
BARAT
Hospes :
manusia
Vektor :
Anopheles Mansonia Culex
Lingkungan :
perkotaan
ROAD MAP PENELITIAN
12
BIOMEDICAL AND BEHAVIOUR SCIENCE
Environment and Health
Behavioural Science
Disease Prevention
Communicable Disease Health System
Life Stages
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain
Desain penelitian ini ialah observasi cross-sectional.
3.2 Tempat dan waktu
Tempat : 1. Kota Depok, Jawa Barat
2. Laboratorium Biologi Universitas Trisakti
Waktu : 2013
3.3 Populasi dan sampel
13
Epidemiologi Spesies Cacing FilariaPenyebab Filariasis di Kota Depok,
Jawa Barat
Populasi pada penelitian ini ialah, subjek yang menderita filariasis di Kota Depok,
Jawa Barat. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling
3.4 Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inklusi:
Semua orang yang dengan mikrofilaria +
Kriteria eksklusi:
Orang yang tidak bersedia dalam penelitian
3.5 Besar sampel
Sampel di hitung berdasarkan rumus menghitung sampel secara cross-sectional.
Adapun rumusnya adalah n = z2 1-α/2 P (1-P)/d2
Jika di hitung bahwa prevalensi filariasis dengan mf rate di kota depok adalah 19,78%, dengan presisi mutlak sebesar 10% dan derajat kepercayaan 95%, maka P = 0,0183, D = 0,1, Z = 1,96 besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :
N = (1,96)2x 0,1978 (1-0,1978)/(0,1) 2
N = 3,8416 x 0,1978 x 0,8022 / 0,01
N= 60,9 = 61
Namun sampel minimal tersebut harus di tambah 10%, di karenakan untuk mengantisipasi adanya pasien yang drop out.
Jadi, besar sampel minimal yang di pakai untuk penelitian ini adalah 67 sampel.
3.6 Cara kerja
Pada setiap subyek penelitian yang merupakan penderita filariasis akut
maupun kronis) yang telah di screening terlebih dahulu akan dilakukan
pemeriksaan darah vena satu kali, lalu darah tersebut akan diperiksa di
laboratorium untuk melihat adanya mikrofilaria.
Pemeriksaan tusuk jari pada malam hari atau finger prick night blood test
yang akan dilakukan pada malam hari di atas pukul 20.00 WIB sebab
mikrofilaria akan beredar di dalam darah pada malam hari. Setiap subyek
penelitian akan diambil darah vena sebanyak 10 ml, kemudian dibuat sediaan
darah dan dipulas dengan giemsa, dan kemudian diperiksa dengan mikroskop
cahaya.
Sisa sampel darah akan dimasukkan dan disimpan ke dalam tempat sampel
darah, kemudian ditutup dengan menggunakan parafilm. Setiap tabung
14
sampel akan diberi keterangan nomor, nama, usia, jenis kelamin. Kemudian
disimpan pada suhu – 20 ˚C sampai dilakukan ekstraksi DNA.
Analisa sampel : hasil PCR yang berupa grafik dibaca dengan elektroforesis
dan dibandingkan dengan primernya.
Ethical clearance : akan diajukan kepada komite etik Fakultas Kedokteran
Trisakti.
3.7 Identifikasi variabel
Variabel tergantung : a. Hospes
b. Hospes reservoar
c. Vektor
d. Faktor lingkungan
Variabel bebas : Spesies cacing filaria
3.8 Definisi operasional
Hospes adalah tempat bagi parasit untuk menggantungkan hidup dan
pembiakannya, untuk hospes sendiri di bagi menjadi hospes definitif (hospes
terminal) yaitu manusia, hewan, atau tumbuhan yang menjadi tempat hidup
parasit cacing filaria dewasa dan atau parasit melakukan hubungan seksual.
Pada filariasis, hospes definitif adalah manusia.
Hospes reservoar adalah manusia, hewan atau tumbuhan yang menjadi tempat
parasit cacing filaria menyempurnakan sebagian dari siklus hidupnya dan atau
mengadakan pembiakan aseksualnya. Pada filariasis, hospes reservoar adalah
kucing dan kera.
Vektor adalah hospes yang dapat memindahkan atau menularkan parasit
cacing filaria pada saat parasit cacing filaria mencapai fase infektif. Pada
filariasis, vektor untuk parasit cacing filaria adalah nyamuk.
Faktor lingkungan yang berperan dalam epidemiologi filariasis adalah jika
terdapat adanya sumber penularan yaitu manusia yang mempunyai
mikrofilaria di dalam darahnya, vektor nyamuk dan manusia yang rentan
untuk terkena infeksi filaria.
Spesies cacing filaria adalah wuchereria bancrofti, brugia malayi dan brugia
timori.
3.9 Rencana manajemen dan analisis data
15
Data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS ver. 17.
JADWAL PELAKSANAAN (RENCANA KERJA)
Februari 2013 Maret 2013
No. Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan penelitian x x
2. Pengumpulan sampel x x x x
3. Kegiatan di laboratorium x x x x
4. Analisis data x x x
5. Pembuatan laporan x x
IV. DAFTAR PUSTAKA
1. Wahyono,YTM. Purwantyastuti. Supali T. Epidemiologi Filariasis di
Indonesia. Pusat data dan surveilans epidemiologi kementrian kesehatan RI 2010
2. Supali T, Sri S, Margono, Alisah SN, Abidin. Nematoda jaringan. In: Sutanto I, Ismid
IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S; editors. Buku ajar parasitologi kedokteran. 4th ed.
Jakarta: FKUI; 2008.
3. Davis CP, Stoppler MC. PCR (Polymerase Chain Reaction) . February 11,
2011 [cited 2012 November 05]. Available at:
http://www.emedicinehealth.com/pcr_polymerase_chain_reaction_test/
16
4. Natadisastra D. Parasitologi Umum. In: Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi
Kedokteran : Ditinjau Dari Organ Tubuh Yang Diserang. 1st ed. Jakarta: EGC;
2009. p.7.
5. Pohan HT. Filariasis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati
S; editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing; 2009.
p.2936.
RENCANA BIAYA
1. Sumber Biaya :
No. Nama Institusi Alamat Institusi Jumlah Biaya yang disetujui (RP)
1. Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta
Rincian Biaya a. Komponen Honorarium
17
1. Honorarium Tenaga Ahli
No Nama Jenjang Peneliti
Jml Beban tugas (jam)
Satuan Jumlah (Rp.)
1. Mochammad Rifki Maulana
S1 180 hari x 1 jam
10.000 1.800.000
2. M. Aries Fitrian S1 180 hari x 1 jam
10.000 1.800.000
3. Dina Amalia pratiwi S1 180 hari x 1 jam
10.000 1.800.000
Subtotal-1 5.400.000
2. Honorarium Nara Sumber/ Pembimbing
No Nama Jumlah Jam
Satuan Jumlah (Rp.)
1 Dr. Suryani 10 jam 200.000 2.000.000
Subtotal-2 2.000.000
3. Honorarium tenaga penunjang
No Nama Jumlah Hari Satuan Jumlah (Rp.)
1. Arief Rahman 30 hari / 6 bulan
75.000 750.000
Subtotal-3 750.000
b. Biaya Bahan Habis dan Peralatan
1. Biaya bahan habis
No. Nama/Spesifikasi Jumlah Harga Satuan Jumlah Harga
1 Objek glass 2 pak 100.000 200.000
2 Dek glass 2 pak 100.000 200.000
3 Alcohol 5 liter 30.000 150.000
18
4 Spuit 10 cc 10 boks 200.000 2.000.000
5 Primer PCR 3 primer (54 basa)
8.000/basa 432.000
6 Eppendorf tube 1 pak 200.000 200.000
7 Cryotubes 2 pak 150.000 300.000
8 Para film M 1 gulungan 400.000 400.000
9 Powder free latex exam gloves
1 boks 700.000 700.000
10 Tips filter 20 μl 1 pak 1.000.000 1.000.000
11 Tips filter 200 μl 2 pak 1.000.000 2.000.000
12 Tips filter 1 ml 1 pak 1.000.000 1.000.000
13 PBS 1 pak 1.000.000 1.000.000
14 DNA mini kit QIAGEN
2 set kecil 3.000.000 6.000.000
15 White Plate PCR 2 set 1.500.000 3.000.000
16 Tutup plate 1 set 1.500.000 1.500.000
17 Tagman master mix 1 set 7.000.000 7.000.000
18 Gel Agarose 1 paket 3.000.000 3.000.000
19 Ethidium bromide 1 paket 1.500.000 1.500.000
20 ddH2 O 1 paket 1.000.000 1.000.000
21 TBE 1 paket 1.300.000 1.300.000
22 Leader 1 paket 1.500.000 1.500.000
23 Loading dye 1 paket 1.000.000 1.000.000
19
24 Powder elektroforesis 1 pak 1.800.000 1.800.000
25 Marker elektroforesis 1 paket 1.400.000 1.400.000
Subtotal-439.582.000
2. Sewa peralatan
No Nama/Spesifikasi Jumlah Harga Satuan Jumlah (Rp.)
1. - - - -
Subtotal-5 -
c. Biaya Perjalanan dan Transport Lokal
1. Perjalanan Luar Kota
No Nama Dari Tujuan Jumlah Hari Jumlah (Rp.)
- - - - - -
Subtotal-6 -
2. Transport Lokal
No Nama Jumlah Hari
Orang/Hari Jumlah (Rp.)
1. Mochammad Rifki Maulana 14 40.000 560.000
2. M. Aries Fitrian 14 40.000 560.000
3. Dina amalia Pratiwi 14 40.000 560.000
Subtotal-7 1.680.000
d. Laporan, Seminar dan Publikasi
1. Laporan Penelitian
Jenis Pengeluaran Harga Satuan Jumlah (Rp.)
20
ATK 3 paket 50.000 150.000
Fotokopi laporan penelitian (1 paket) 50.000 50.000
Subtotal-9 200.000
2. Seminar
No Jenis Pengeluaran Biaya Sat. (Rp) Jumlah (Rp.)
Subtotal-8 ------------------
3. Publikasi
No Jenis Pengeluaran Biaya Sat. (Rp) Jumlah (Rp.)
Subtotal-10 ----------------------
e. Rekapitulasi Biaya
No Uraian Jumlah (Rp)
1) Komponen Honorarium 8.150.000
2) Biaya bahan habis & peralatan 39.582.000
3) Biaya Perjalanan & Transport lokal 1.680.000
4) Laporan, Seminar dan Publikasi 200.000
TOTAL 49.612.000
21
PENGESAHAN
Judul Penelitian
EPIDEMIOLOGI SPESIES CACING FILARIA PENYEBAB FILARIASIS DI KOTA DEPOK, JAWA BARAT
22
Jakarta, 9 November 2012
Ketua Dewan Riset Fakultas
(Dr. dr. Rina K. Kusumaratna, MKes)
NIK: 2264/USAKTI
Jakarta, 9 November 2012
Dekan Fakultas
(Dr. Hj. Suriptiastuti, DAP & E, MS)
NIK: 1094 / USAKTI
BIODATA PENELITI
Ketua penelitian
a. Nama Lengkap : Mochammad Rifki Maulana
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. NIM : 030.09.155
d. Fakultas / Jurusan : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
e. Telpon / Faks : -
f. HP : 085719821539
23
g. Alamat Rumah : Bumi Ciruas Permai blok b17 nomor 14, Serang,
Banten
h. Publikasi : -
Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap : M. Aries Fitrian
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. NIM : 030.09.159
d. Fakultas / Jurusan : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
e. Telpon / Faks : -
f. HP :0853222836
g. Alamat Rumah :Jl. Tanjung duren apertemen mediterania 1 tower A
h. Publikasi :
24
Anggota Peneliti 2
a. Nama Lengkap : Dina Amalia Pratiwi
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIM : 030.11.080
d. Fakultas / Jurusan : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
e. Telpon / Faks : -
f. HP : 081646968000
g. Alamat Rumah : Jalan Surya Kencana No. 207 RT 02/08 Kec.
Cibadak Kab. Sukabumi, Jawa Barat
25
h. Publikasi : -
26