Contoh Proposal Vita

37
PROPOSAL MINI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA PASIEN MENARIK DIRI DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT PROF. V.L. RATUMBUYSANG MANADO OLEH NOVITA INDRI NONE 120114085

description

westryhb

Transcript of Contoh Proposal Vita

PROPOSAL MINI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA PASIEN MENARIK DIRI DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT PROF. V.L. RATUMBUYSANG MANADO

OLEH

NOVITA INDRI NONE120114085

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANMANADO 2015

BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangDi era globalisasi dan persaingan bebas sekarang ini, kecenderungan terhadap peningkatan gangguan jiwa semakin besar hal ini disebabkan karena stressor dalam kehidupan semakin kompleks. Sejalan dengan hal ini kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diharapkan untuk dapat mengatasi hal tersebut, baik di lingkungan pendidikan keperawatan maupun pelayanan, baik formal maupun informal (Suliswati, 2005).Menurut World Health Organization (2001) dikutip dari Yosep (2010) masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang didunia mengalami gangguan kesehatan jiwa.Menurut Depkes RI (2003), gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari hari (fungsi pekerjaan dan fungsi sosial dari orang tersebut. Sedangkan menurut Muslim (2002), gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola prilaku atau psikologi seseorang yang secara klinis cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan sesuatu gejala penderitaan ( distress ) di dalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia.Keperawatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri sebagai kiatnya. Secara konseptual teori keperawatan juga mengungkapkan bahwa pelayanan keperawatan diberikan secara kompherensif, berkesinambungan dan utuh pada individu, keluarga serta masyarakat (Suliswati, 2005).Kesehatan Jiwa merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain (Siti Saidah, 2003).Keluarga memainkan sebuah peran yang sangat penting dalam menentukan perilaku anggota keluarganya yang sakit, bersifat mendukung selama masa penyembuhan dan pemulihan akan sangat berkurang (Caplan, 1998).Keluarga yang membentuk unit dasar dari masyarakat kita, maka lembaga sosial yang paling banyak memiliki efek-efek yang paling menonjol terhadap anggotanya. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang dapat menentukan berhasil tidaknya kehidupan individu tersebut (Marilyn M. Friedman, 1998).Keluarga juga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi faktor kunci dalam penyembuhan klien penderita gangguan jiwa. Walaupun anggota keluarga tidak selalu merupakan sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka paling sering menjadi bagian penting dalam penyembuhan. Perawat harus mendorong anggota keluarga untuk terus mendukung klien walaupun di Rumah Sakit dan harus mengidentifikasi kekuatan keluarga seperti cinta dan perhatian sebagai sumber bagi klien (Sheila dkk, 2008).Menurut Mujiyono (2008), dukungan keluarga selama ini kurang pada anggota keluarga yang sedang sakit diakibatkan keluarga yang terlalu sibuk dengan urusannya maing-masing, acuh tak acuh karena kurang mengerti dengan penyakit yang dialami klien serta yang paling penting yaitu ekonomi yang rendah, yang mengakibatkan klien merasa diabaikan dan kurang mendapatkan perhatian keluarga., sehingga untuk kembali pulih pada keadaan semula sangat lambat dan membutuhkan waktu yang lama.Walaupun manusia dalam kondisi yang sehat selalu berupaya agar hubungannya dengan orang lain dapat terjalin secara harmonis oleh suatu kondisi tertentu hubungan ini dapat mengalami gangguan. Klien dengan gangguan jiwa sering gagal mendapatkan kebutuhan sosialnya oleh karena ketidakmampuan klien hidup dalam kelompoknya atau klien gagal beradaptasi, serta gagal menerima diri sendiri sehingga diupayakan berbagai macam terapi yang bertujuan untuk menyembuhkan atau mengembalikan keadaan klien pada kehidupan sosialnya (Keliat, 2006).B.Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalaha Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan sosialisasi pada pasien menarik diri di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang Manado ?

C.Tujuan Penelitian1.Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan sosialisasi pada pasien menarik diri di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang Manado.2.Tujuan Khususa.Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan sosialisasi pada pasien menarik diri di Poliklinik Rumah Sakit Prof.V.L. Ratumbuysang Manado.b.Diketahuinya dukungan keluarga dengan kemampuan sosialisasi pada pasien menarik diri di Poliklinik Rumah Sakit Prof.V.L. Ratumbuysang Manado.

D.Manfaat Penelitian1.Bagi Institusi Rumah SakitDiharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi pihak Rumah Sakit sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya.2.Bagi PerawatDiharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi perawat dalam meningkatkan kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan profesional khususnya bagi pasien gangguan jiwa.

3.Bagi PenelitiDiharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman, wawasan, dan ilmu pengeetahuan serta dapat mengetahui tentang seberapa besar dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa khususnya pasien menarik diri.4.Bagi KeluargaDiharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi sehingga keluarga dapat meningkatkan dukungannya pada anggota keluarga yang sakit.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA.Tinjauan Teori Tentang Keluarga1.Pengertian KeluargaKeluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya. Yang berada dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Suprajitno,2004).Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama karena hubungan darah, hubungan perkawinan dengan keterikatan aturan dan emosional serta mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Marilyn Friedman,1998).Keluarga sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat, keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri, masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, penyakit pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut (Marilyn Friedman,1998).Adanya suatu penyakit yang serius atau kronis pada diri seorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga khususnya pada struktur perannya dan pelaksanaan fungsi keluarga. Keluarga memaiankan peranan yang bersifat mendukung anggota keluarganya yang sakit dalam masa tahap penyembuhan dan pemulihan. Apabila dukungan semacam itu tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan (rehabilitasi) sangat kurang (Marilyn Friedman,1998).2.Fungsi Keluarga Menurut Friedman (2008)a.Fungsi EfektifFungsi ini berhubungan dengan fungsi internal keluarga, dimana merupakan fungsi-fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga. Keberhasilan fungsi efekrif akan tampak melalui keluarga yang gembira dan bahagia. Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, perasaan dimiliki, perasaan yang berarti dan merupakan sumber kasih sayang.b.Fungsi Sosial Fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk kehidupan sosial dan berhubungan dengan orang lain. Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung seumur hidup dimana individu secara kuntinue mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial, yang mereka alami. Fungsi sosialisasi adalah proses interaksi dengan lingkungan sosial yang dimulai sejak lahir dan berakhir setelah meninggal. Anggota keluarga belajar disiplin, budaya, norma melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat. Kegagalan bersosialisasi dalam keluarga, terutama jika norma dan perilaku yang dipelajari berbeda dengan yang ada di masyarakat dapat menimbulkan kegagalan bersosialisasi di masyarakat.c.Fungsi ReproduksiFungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keturunan keluarga dan menambah sumber daya manusia.d.Fungsi EkonomiFungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Demikian pula jika keluarga mempunyai kemampuan merawat pasien di rumah akan mengurangi biaya perawatan dirumah sakit. Penghasilan keluarga akan berkurang dengan adanya anggota keluarga yang sakit (tidak produktif) ditambah anggota keluarga yang harus menemani atau merawat pasien (tidak produktif). Menurut (Widodo, 2000) ditemukan bahwa anggota keluarga yang paling banyak merawat pasien adalah saudara kandung 62 orang dan orang tua 28 orang.e.Fungsi Perawatan KeluargaKeluarga memberikan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Lebih jauh keluarga mempunyai tanggung jawab yang utama untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional perawatan kesehatan.Apabila kebutuhan-kebutuhan psikologis anggota keluarga tidak dirasakan dan dikemukakan secara adekuat, maka konsekwensi yang biasa terjadi adalah munculnya gejala-gejala yang tidak jelas yaitu dalam bentuk sinyal-sinyal distress dari satu anggota keluarga atau lebih. Gejala disfungsi keluarga ini pada pembawa gejala keluarga meliputi berbagai respon emosional seperti marah, ansieatas dan depresi.3.Elemen Struktur Keluarga (Setiadi,2008).a.Struktur Peran KeluargaMenggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.b.Nilai atau Norma KeluargaMenggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.c.Pola Komunikasi KeluargaMenggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi orang tua (ayah-ibu), orang tua dan anak, anak dan anak, anggota keluarga lain dan anggota keluarga inti.d.Struktur Kekuatan KeluargaMenggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk megubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.4.Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan JiwaKeluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup merawatnya. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya untuk memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut (Keliat, 2011).Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan sekunder) dan memulihkan perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal (Keliat, 2011).Menurut Setiadi (2008), sesuai dengan fungsinya pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yaitu :a.Mengenal masalah kesehatan keluarga, kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Perubahan sekecil apapun yang dialami oleh anngota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga.b.Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama, tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.c.Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, perawatan dapat dilakukan di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.d.Memodifikasi keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.e.Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

B.Tinjauan Teori Tentang Kemampuan Sosialisasi1.Pengertian Kemampuan SosialisasiKemampuan sosialisasi adalah merupakan kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menjalani hubungan saling berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Manfaat berkomunikasi adalah untuk mendorong dan menganjurkan pasien agar dapat bekerja sama dan dapat mengungkap perasaannya (Abdul Hafizh, 2007).2.Jenis-jenis Komunikasi (Tappen dkk,1995)a.Komunikasi VerbalJenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.b.Komunikasi Non VerbalKomunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal.3.Cara atau Trik Berkomunikasi Dengan Pasien Menarik DiriKomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah kata kata bisa saja kacau balau. trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa khususnya pada pasien menarik diri yaitu sering melibatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan pasien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan (Abdul Hafizh, 2007).

C.Tinjauan Teori Tentang Menarik Diri1.Pengertian Menarik DiriMenurut Depkes (2006) dikutip dari Dermawan (2013) menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalannya. Orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan sanggup membagikan pengalaman dengan orang lain.Kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuntitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien yangmengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri (Dermawan,2013).2.Tanda dan Gejala (Dermawan, 2013)a.Kurang Spontanb.Apatis (acuh terhadap lingkungan)c.Ekspresi wajah kurang berserid.Tidak merawat diri dan tidak memperhtikan kebersihan dirie.Tidak ada atau kurang komunikasi verbalf.Mengisolasi dirig.Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnyah.Asupan makanan dan minuman terganggui.Retensi urin dan fesesj.Aktivitas menurunk.Kurang energy (tenaga)l.Postur tubuh berubah.3.Etiologi (Dermawan,2013)a.Faktor Predisposisi1).Faktor Tumbuh KembangPada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.2).Faktor Komunikasi Dalam KeluargaGangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu yang bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.3).Faktor Sosial BudayaIsolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.

4).Faktor BiologisFaktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya hubungan gangguan sosial adalah otak.b.Faktor Presipitasi1).Faktor EksternalContohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.2).Faktor InternalContohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.4.Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga (Keliat,2011)Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.a.Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi:1).Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.2).Menjelaskan tentang:a).Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.b).Penyebab isolasi sosial.c).Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:(1).Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji.(2).Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.(3).Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah. (4).Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.3).Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial4).Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi.5).Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga.b.Strategi Pelaksanaan Keperawatan Untuk Keluarga1).SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.2).SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien.3).SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

BAB IIIKERANGKA KONSEPTUALA.Kerangka KonseptualKerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. (Setiadi,2007).

Variabel Independen (bebas)Variabel Dependen (terikat)

Kemampuan Sosialisasi Dukungan Keluarga

Ket :: Hubungan antar variabel: Yang diteliti

B.Hipotesa PenelitianHa:Ada hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan sosialisasi pada pasien menarik diri di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang Manado.Ho:Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan sosialisasi pada pasien menarik diri di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang Manado.VariabelDefinisiOperasionalAlat UkurKriteria ObjektifSkala

Independen :Dukungan KeluargaDukungan keluarga dapat membangun atau meningkatkan harga diri seseorang dan menyediakan hubungan interaksi yang saling memuaskan sehingga mempengaruhi perilaku seseorang untuk berubah.Kuesioner1.Baik: (apabila skor > 25 %).

2.Kurang: (apabila skor < 25 %).Ordinal

VariabelDefinisiOperasionalAlat UkurKriteria ObjektifSkala

Dependen :Kemampuan sosialisasiKesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menjalani hubungan saling berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.Kuesioner1.Baik: (apabila skor > 25 %).

2.Kurang: (apabila skor < 25 %).Ordinal

BAB IVMETODE PENELITIANA.Desain PenelitianDesain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik, dengan mengunakan rancangan Cross Sectional (potong lintang), dimana semua data yang menyangkut variabel penelitian diukur dan di kumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (Setiadi 2013). B.Tempat dan Waktu Penelitian1.Tempat PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di Poliklinik Rumah Sakit Prof.V.L. Ratumbuysang Manado.2.Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilakukan pada bulan November Desember 2015.

C.Populasi dan Sampel1.PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga dari anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa khususnya pada klien menarik diri yang datang di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang Manado.

2.SampelSampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Nonprobability Sampling dengan tekhnik sampling yang digunakan adalah Insidental Sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.(Setiadi,2013).Sampel ditentukan dengan rumus menurut Notoatmodjo (2002) :

N1 + N (d)2n:

2321 + 232 (0,1)2n:

2323,32n:

n: 70

Keterangan :N:Besar populasin:Besar sampeld:Tingkat signifikan (0,1).

D.Jenis Data1.Data PrimerData yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner yang diisi langsung oleh responden yang dilakukan oleh peneliti.

2.Data SekunderData yang diperoleh dari buku rekam medis Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang Manado tentang jumlah kunjungan keluarga.

E.Cara PenelitianProses pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilaksanakan sebagai berikut :1.Peneliti meminta izin kepada institusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dan Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang Manado.2.Melakukan survey awal di Rumah Sakit tempat penelitian.3.Menentukan Sampel.4.Mengambil data awal dengan melakukan wawancara pada keluarga.5.Menjelaskan pada keluarga yang akan mengisi kuesioner.6.Memberikan waktu kepada keluarga untuk menjawab.

F.Etika PenelitianMasalah etika pada penelitian yang menggunakan objek manusia, penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian meliputi :1.Infomed Consent mengharuskan peneliti untuk menyampaikan informasi secara lengkap dan spesifik kepada setiap calon subjek penelitian.(Burns & Grove dalam Achir, 2007).Infomed Consent mencakup empat elemen (Achir, 2007), yaitu: a.Penyampaian informasi penting tentang pengantar riset pernyataan tujuan riset, pemilihan subjek penelitian, penjelasan prosedur penelitian, uraian resiko dan ketidaknyamanan, uraian manfaat, penyampaian alternative, jaminan kerahasiaan, tawaran untuk bertanya, tanpa paksaan, pilihan mundur, setuju untuk tidak menjelaskan secara lengkap.b.Pemahaman secara komperehensifc.Kemampuan member Consent, yaitu mampu memahami dan menimbang antara risiko dan manfaat studi.d.Kesukarelaan Lembar Infomed Consent di berikan kepada responden yang akan diteliti. Jika responden bersedia diteliti, menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika menolak diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap akan menghormati hak-haknya.2.Tanpa nama (Anonimity)Anonimity merujuk pada tindakan merahasiakan nama peserta terkait dengan partisipasi mereka dalam suatu projek riset (Dorothy & Marie, 2000). Peserta mempunyai hak untuk tetap anonim (menyembunyikan nama) sepanjang penelitian. Informasi berhubungan dengan peserta atau kenyataan bahwa individu tertentu telah berpartisipasi dalam suatu studi seharusnya tidak diberikan pada setiap orang di luar tim penelitian. Untuk menjaga kerahasian responden, maka peneliti tidak akan mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup memberi kode pada masing masing lembar.3.Kerahasiaan (Confidentiality)Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilampirkan sebagai hasil riset (Nursalam, 2009). Kerahasiaan mengacu pada tanggung jawab peneliti untuk melindungi semua data yang di kumpulkan dalam ligkup projek, dari pemberitahuan kepada yang lain (Dorrothy & Marie, 2000). Individu yang setuju berpartisipasi dalam riset mempunyai hak untuk mengharapan bahwa informasi yang di kumpulkan dari atau tentang mereka tetap bersifat pribadi, dan terjamin kerahasiaannya.