CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

75
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan keterlibatan segenap unsur dan lapisan masyarakat, serta memberikan kekuasaan bagi pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah sehingga peran pemerintah adalah sebagai katalisator dan fasilitator karena pihak pemerintahlah yang lebih mengetahui sasaran dan tujuan pembangunan yang akan dicapai. Sebagai katalisator dan fasilitator tentunya membutuhkan berbagai sarana dan fasilitas pendukung dalam rangka terlaksananya pembangunan secara berkesinambungan. Pelaksanaan otomi daerah di Indonesia, mendorong terciptanya Pengelolaan keuangan yang lebiah tranparan dan akuntabel. Sistem ini diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan keuangan yang tertip dan taat pada peraturan dalam rangka 1

Transcript of CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Page 1: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang

memerlukan keterlibatan segenap unsur dan lapisan masyarakat,

serta memberikan kekuasaan bagi pemerintah daerah dalam

melakukan pengelolaan keuangan daerah sehingga peran pemerintah

adalah sebagai katalisator dan fasilitator karena pihak pemerintahlah

yang lebih mengetahui sasaran dan tujuan pembangunan yang akan

dicapai. Sebagai katalisator dan fasilitator tentunya membutuhkan

berbagai sarana dan fasilitas pendukung dalam rangka terlaksananya

pembangunan secara berkesinambungan.

Pelaksanaan otomi daerah di Indonesia, mendorong terciptanya

Pengelolaan keuangan yang lebiah tranparan dan akuntabel. Sistem

ini diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan keuangan yang tertip

dan taat pada peraturan dalam rangka sebagai bentuk tanggujawab

pemerintah daerah terhadap masyarakat. Sistem pemerintahan yang

semula tersentralisasi di pemerintah pusat secara bertahap

dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Disahkannya Undang-

Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerinta Daerah,

1

Page 2: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

membawa konsekuensi bagi pemerintah daerah dalam melakukan

manajemen pemerintahan di daerah. Salah satu masalah yang

penting dalam pengelolaan keuangan daerah adalah anggaran.

Anggaran pemerintah daerah mempunyai peran penting dalam rangka

pelaksanaan otonomi. Keberadaan anggaran bagi Pemda merupakan

cerminan program kerja daerah dalam rangka menyelenggarakan

pemerintahan daerah dan pembangunan. Oleh karena itu penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, membawa konsekuensi

bagi pemerintah daerah dalam melakukan manajemen pemerintahan

di daerah. Salah satu masalah yang penting dalam pengelolaan

keuangan daerah adalah anggaran. Anggaran pemerintah daerah

mempunyai peran penting dalam rangka pelaksanaan otonomi.

Keberadaan anggaran bagi Pemda merupakan cerminan program

kerja daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan daerah

dan pembangunan. Oleh karena itu penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus dilakukan secara

cermat dengan pengkajian yang komprehensif dengan melibatkan

semua SKPD.

Dalam persiapan penyusunan anggaran, Pemda perlu

menyiapkan program kerja yang hendak dicapai. Namun demikian,

dalam penyusunan anggaran masih sering ditemui ketidakefisienan

dalam menentukan jumlah anggaran. Reformasi keuangan daerah

menuntut penyusunan anggaran dengan pendekatan/sistem anggaran

2

Page 3: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

kinerja, dengan penekanan pertanggungjawaban tidak sekedar pada

input tetapi pada output dan outcome (Halim, 2012).

Anggaran pemerintah daerah diwujudkan dalam bentuk

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD menjadi

landasan dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan di

daerah. Perkembangan porsi dana dalam APBD dari tahun ke tahun

selalu meningkat. Komposisi sumber dana APBD terdiri atas

pendapatan asli daerah dan tranfer dana dari pemerintah pusat

sebagai wujud dana perimbangan. Anggaran yang besar harus

diimbangi dengan perencanaan dan pelaksanaan.

Anggaran belanja rutin merupakan salah satu alternatif yang

dapat merangsang kesinambungan serta konsistensi pembangunan di

daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah

disepakati bersama. Oleh sebab itu, kegiatan rutin yang akan

dilaksanakan merupakan salah satu aspek yang menentukan

keberhasilan pembangunan di daerah.

Bertitik tolak dari hasil pembangunan yang akan dicapai

dengan tetap memperhatikan fasilitas keterbatasan sumber daya yang

ada maka dalam rangka untuk memenuhi tujuan pembangunan baik

secara nasional atau regional perlu mengarahkan dan memanfaatkan

sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna

dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat baik yang

3

Page 4: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

dilakukan oleh aparat tingkat atas maupun tingkat daerah serta

jajarannya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Jaya (1999: 11) menyatakan bahwa sumber pembiayaan

pembangunan yang penting untuk diperhatikan adalah penerimaan

daerah sendiri, karena sumber inilah yang merupakan wujud

partisipasi langsung masyarakat suatu daerah dalam mendukung

proses pembangunan. Pengelolaan keuangan daerah sangat besar

pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat

menjadi daerah yang kuat dan berkuasa serta mampu

mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak berdaya

tergantung pada cara mengelola keuangannya. Dalam hal ini

pengelolaan keuangan daerah mengandung beberapa kepengurusan

di mana kepengurusan umum atau yang sering disebut pengurusan

administrasi dan kepengurusan khusus atau juga sering disebut

pengurusan bendaharawan.

Pengurusan umum erat hubungannya dengan penyelenggaraan

tugas daerah di segala bidang yang membawa akibat pada

pengeluaran dan yang mendatangkan penerimaan guna menutup

pengeluaran rutin itu sendiri. Oleh karena itu, semakin banyak dan

beratnya tugas daerah dengan kemungkinan keadaan keuangan yang

terbatas, maka perlu adanya efisiensi terhadap rencana-rencana yang

akan dijalankan pada masa yang akan datang.

4

Page 5: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Sampai saat ini berbagai kebijakan telah diambil oleh

pemerintah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan

daerah di bidang keuangan daerah, karena aspek keuangan daerah

menjadi sesuatu yang penting, sebab untuk menyelenggarakan

pemerintahan dan pembangunan daerah dibutuhkan dana atau biaya

yang cukup besar sehingga kepada daerah diberi hak untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam arti menggali dan

mengelola pendapatan asli daerah guna membiayai pengeluaran-

pengeluaran pemerintah daerah.

Mardiasmo (1999:11) menyatakan bahwa perubahan pola

pengawasan yang mendasar adalah dengan diberinya keleluasaan

kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri maka diperlukan peningkatan peran DPRD dan

pengawasan penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan-perubahan

tersebut juga memberikan dampak lain pada unit-unit kerja di

pemerintah daerah seperti tuntutan kepada pegawai/ aparatur

pemerintah untuk lebih terbuka, transparan dan bertanggungjawab

atas keputusan yang dibuat.

Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas maka yang

menjadi permasalahan adalah sistem pengelolaan keuangan daerah

di Kabupaten Indramayu ini sangat luas maka dalam penelitian ini

akan dibatasi khusus pada analisis sistem pengelolaan Pendapatan

5

Page 6: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Daerah dan Pengeluaran Rutin Kabupaten Indramayu dengan tidak

mengurangi obyek penelitian yang lainnya.

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah merupakan

kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun

berdasarkan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, serta

berbagai pertimbangan lainnya dengan maksud agar penyusunan,

pemantauan, pengendalian dan evaluasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah mudah dilakukan. Pada sisi yang lain Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah dapat pula menjadi sarana bagi

pihak tertentu untuk melihat atau mengetahui kemampuan daerah

baik dari sisi pendapatan maupun sisi belanja.

Munandar (1999:10) menyatakan bahwa anggaran

mempunyai tiga kegunaan pokok yaitu sebagai pedoman kerja,

sebagai alat pengkoordinasian kerja serta sebagai alat pengawasan

kerja. Dengan melihat kegunaan pokok dari anggaran tersebut maka

pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat

berfungsi sebagai: pertama fungsi perencanaan, dalam perencanaan

APBD adalah penentuan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan

kebijaksanaan yang telah disepakati misalnya target penerimaan yang

akan dicapai, jumlah investasi yang akan ditambah, rencana

pengeluaran yang akan dibiayai. Kedua, fungsi koordinasi anggaran

berfungsi sebagai alat mengkoordinasikan rencana dan tindakan

berbagai unit atau segmen yang ada dalam organisasi, agar dapat

6

Page 7: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

bekerja secara selaras ke arah tercapainya tujuan yang diharapkan.

Ketiga, fungsi komunikasi jika yang dikehendaki dapat berfungsi

secara efisien maka saluran komunikasi terhadap berbagai unit dalam

penyampaian informasi yang berhubungan dengan tujuan, strategi,

kebijaksanaan, pelaksanaan dan penyimpangan yang timbul dapat

teratasi. Keempat, fungsi motivasi anggaran berfungsi pula sebagai

alat untuk memotivasi para pelaksana dalam melaksanakan tugas-

tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan. Kelima, fungsi

pengendalian dan evaluasi, anggaran dapat berfungsi sebagai alat-

alat pengendalian yang pada dasarnya dapat membandingkan antara

rencana dengan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan

penyimpangan yang timbul dan penyimpangan tersebut sebagai dasar

evaluasi atau penilaian prestasi dan sekaligus merupakan umpan

balik pada masa yang akan datang.

Perkembangan APBD terutama di sisi pendapatan daerah

dapat menjadi dasar perencanaan jangka pendek (satu tahun) dengan

asumsi bahwa perkembangan yang akan terjadi pada satu tahun ke

depan relatif sama. Pendapatan asli daerah merupakan pencerminan

dari potensi ekonomi daerah, untuk itu tidak berlebihan apabila

pemerintah pusat menjadikan PAD sebagai kriteria utama dalam

pemberian otonomi kepada daerah.

Berbagai penelitian mengenai aspek yang berhubungan

dengan pengelolaan keuangan daerah telah sering dilakukan oleh

7

Page 8: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

para peneliti sebelumnya antara lain seperti Insukindro, dkk, (1994:

27) melakukan penelitian di beberapa daerah kabupaten/kota yaitu:

Padang, Lampung Tengah, Banyumas, Semarang, Yogyakarta,

Kediri, Sumenep, Bandung, Barito Kuala dan Sidrap, untuk mengkaji

peranan dan pengelolaan keuangan daerah dan usaha peningkatan

PAD.

Odedokun, MO (1996: 269-297) dalam penelitiannya

mengenai kebijakan finansial dan efisiensi pemanfaatan sumber daya

di negara-negara berkembang, mencoba menghitung belanja

pemerintahan, tingkat inflasi, suku bunga dan lain-lain.

Kuncoro (1995:17) memfokuskan pengamatannya pada

kenyataan rendahnya PAD sehingga ketergantungan keuangan

pemerintah daerah sangat tinggi terhadap pemerintah pusat. Untuk

mengurangi subdisi pemerintah pusat Kuncoro mengajurkan diberikan

otonomi keuangan daerah yang relatif luas sehingga daerah mampu

menggali sumber-sumber keuangannya sendiri dan

memanfaatkannya secara optimal.

Benyamin (1995: 83) faktor-faktor lain yang sangat

menentukan keberhasilan pembangunan daerah adalah tersedianya

keuangan yang memadai baik yang bersumber dari subsidi pusat atau

daerah tingkat I maupun yang digali dari Pendapatan Daerah Sendiri

(PDS) seperti pajak daerah, perusahaan daerah, retribusi daerah dan

pendapatan asli daerah lainnya yang sah.

8

Page 9: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana mendiskripsikan Pendapatan dan pengelolaan

keuangan daerah terhadap kinerja pembangunan Kabupaten

pegunungan Bintang?

2. Bagaimana pengaruh Pendapatan dan pengelolaan keuangan

daerah terhadap kinerja pembangunan Kabupaten Pegunungan

Bintang?

3. Apakah Pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah sangat

berpengaruh terhadap kinerja pembangunan Kabupaten

Pegunungan Bintang?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendiskripsikan sistem Pendapatan dan pengelolaan

keuangan daerah terhadap kinerja pembangunan Kabupaten

pegunungan Bintang

2. Untuk mengetahui sistem pendapatan pengelolaan keuangan

daerah terhadap kinerja pembangunan Kabupaten Pegunungan

Bintang

3. Untuk menganalisis dan mengetahui Siatem Pendapatan dan

9

Page 10: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

pengelolaan keuangan daerah yang berpengaruh terhadap kinerja

pembangunan Kabupaten Pegunungan Bintang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapakan penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, sebagai bahan kontribusi pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan sistem

Pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah yang tepat guna

meningkatkan pembangunan;

2. Bagi dinas keuangan atau kabak keuangan Kabupaten

Pegunungan Bintang, dengan adanya kajian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemipikiran, saran dan rekomendasi

sebagai bahan pertimbangan kepada Dinas keuangan atau kabak

keuangan Kabupaten Pegunungan Bintang;

3. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan reffrensi untuk

penelitian selanjudnya.

10

Page 11: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN ANALISIS

2.1 Landasan Teori

Salah satu masalah dalam pembangunan daerah adalah

rendahnya dana yang bersumber dari daerah sendiri sehingga proses

otonomi khususnya di bidang keuangan daerah masih memiliki

ketergantungan yang tinggi kepada pemerintah pusat, maka otonomi

secara benar sulit untuk diketahui. Selama ini bantuan pemerintah

pusat kepada daerah-daerah dalam bentuk subsidi masih sangat

besar hal ini dapat dimengerti sebab pendapatan asli daerah masih

sangat rendah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu

sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

di daerah, maka perlu ditingkatkan penerimaannya agar pemerintah

daerah dapat menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan

secara berdayaguna dan berhasilguna serta perlu pula upaya yang

sungguh-sungguh dari pemerintah daerah untuk meminimalkan

ketergantungan kepada pemerintah pusat mengingat daerah memiliki

potensi dan kemampuan untuk mencapai sumber-sumber penerimaan

yang dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan pembangunan di

daerah.

11

Page 12: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

2.2 Pembahasan Penelitian Yang Relevan

2.2.1 Pengertian Kinerja adalah 

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kinerja adalah hasil

yang dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan seseorang dalam

melaksanakan kerja atau tugas. Kinerja merupakan prestasi kerja atau

performance, yaitu hasil kerja selama periode tertentu dibanding

dengan berbagai kemungkinan.

Performance adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk

sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi

pada suatu periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar

seperti biaya-biaya masa lalu atau diproyekkan, suatu dasar efisiensi,

pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen dan

semacamnya (Aliminsyah dan Padji, 2003:206-207). Dalam hal ini

kinerja bisa dikatakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai karyawan dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Simamora (2003:45) kinerja adalah ukuran

keberhasilan organisasi dalam mencapai misinya. Sedangkan Shadily

(1992:425), mengatakan kinerja atau performance adalah berdaya

guna prestasi atau hasil. Wahyudi Kumorotomo (1996) juga

memberikan batasan pada konsep kinerja organisasi publik

12

Page 13: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

setidaknya berkaitan erat dengan efisiensi, efektifitas, keadilan dan

daya tanggap.

Hal ini berarti bahwa performance adalah sebuah tindakan yang

dapat dilihat, diamati serta dimungkinkan untuk mencapai hal-hal yang

diharapkan (tujuan). Kinerja juga dapat dikatakan kombinasi dari

kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil

kerjanya yang diperoleh selama periode waktu tertentu. Untuk

mengetahui ukuran kinerja organisasi maka dilakukan penilaian

kinerja. Penilaian kinerja adalah proses mengevaluasi seberapa baik

pegawai atau karyawan melakukan pekerjaan mereka jika

dibandingkan dengan standart dan kemudian mengkomunikasikan

informasi tersebut kepada pegawaiata karyawan yang lainnya.

2.2.2 Pembangunan 

Menurut  Rogers adalah suatu proses perubahan sosial

dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang

dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan material (termasuk

bertambah besarnya kebebasan, keadilan dan kualitas lainnya

yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih

besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.

Menurut Inayatullah, Pengertian Pembangunan ialah

perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan

realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang

13

Page 14: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih

besar terhadap lingkungan dan terhadap tujuan politiknya, dan

yang memungkinkan pada warganya memperoleh kontrol yang

lebih terhadap diri mereka sendiri.

Shoemaker mengungkapkan PengertianPembangunan merupakan

suatu jenis perubahan sosial dimana ide-ide baru yang

diperkenalkan kepada suatu sistem sosial untuk menghasilkan

pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi

melalui metode produksi yang lebih modernisasi pada tingkat

sistem sosial. Pendapat Kleinjans mengenai definisi dari Pengertian

Pembangunan yaitu suatu proses pencapaian pengetahuan dan

ketrampilan baru,  perluasan wawasan manusia, tumbuhnya suatu

kesadaran baru, meningkatnya semangat kemanusiaan dan

suntikan kepercayaan diri. Dari pengertian pembangunan yang

diungkapkan para pakar di atas, dapat disimpulkan  bahwa 

Pengertian Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah

yang lebih baik dalam lingkungan masyarakat.

Adapun Tujuan Pembangunan terbagi atas 2 bagian, yaitu :

a. Tujuan Umum Pembangun adalah suatu proyeksi terjauh dari

harapan-harapan dan ide-ide manusia, komponen-komponen

dari yang terbaik  atau masyarakat ideal terbaik yang dapat

dibayangkan.

14

Page 15: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

b. Tujuan Khusus Pembangunan ialah tujuan jangka pendek,

pada tujuan jangka pendek biasanya yang dipilih sebagai

tingkat pencapaian sasaran dari suatu program tertentu. 

Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum

adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju

keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu.

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi

yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah

pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan

orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu

dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan

bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan

perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan

sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan

perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu

bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka

pembinaan bangsa (nation building)”. 

Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994)  memberikan pengertian

yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke

arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara

terencana”.

15

Page 16: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang

mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi,

infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan,

dan budaya (Alexander 1994).  

Portes (1976)  mendefinisiskan pembangunan sebagai transformasi

ekonomi, sosial dan budaya. Sama halnya dengan Portes, 

Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional

dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan

budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah

yang diinginkan.

Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan

adalah suatu usaha proses yang menyebabkan pendapatan

perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang. (Sukirno,

1995:13).

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua

aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik,

yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro. Makna

penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan atau

perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas,

pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan

melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana (Riyadi dan

Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

16

Page 17: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

2.3. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan

yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilahnya sendiri

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Halim, 2004:96).

Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting,

karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah

dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.

Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa“Pendapatan asli

daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan”

Menurut Herlina Rahman (2005:38) Pendapatan asli daerah

Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak

daerah ,hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam

menggali pendanaan dalam pelaksanaan otoda sebagai perwujudan

asas desentralisasi.

Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah

“Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber

17

Page 18: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri

dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik

daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah”.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan

daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi

Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk

memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan

dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudan asas

desentralisasi. (Penjelasan UU No.33 Tahun 2004)

2.3.1. Sumber Sumber Pendapatan

a. Pendapatan Asli Daerah.

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mutlak harus

dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar mampu untuk

membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan

Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat semakin

berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Dalam

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada

bab V (lima) nomor 1 (satu) disebutkan bahwa pendapatan asli

daerah bersumber dari:

1. Pajak Daerah

18

Page 19: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Menurut UU No 28 tahun 2009 Pajak Daerah, yang

selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada

Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Berdasarkan UU nomor 28 tahun 2009

pajak kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa sebagai

berikut, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan

Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak

Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan

dan Perkotaan, dan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan. Seperti halnya dengan pajak pada

umumnya, pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu:

a) Sebagai sumber pendapatan daerah (budegtary)

b) Sebagai alat pengatur (regulatory)

2. Retribusi Daerah

Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, melalui Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2009. Dengan UU ini dicabut UU Nomor 18

Tahun 1997, sebagaimana sudah diubah dengan UU Nomor

34 Tahun 2000. Berlakunya UU pajak dan retribusi daerah

19

Page 20: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

yang baru di satu sisi memberikan keuntungan daerah

dengan adanya sumber-sumber pendapatan baru, namun

disisi lain ada beberapa sumber pendapatan asli daerah

yang harus dihapus karena tidak boleh lagi dipungut oleh

daerah, terutama berasal dari retribusi daerah. Menurut UU

Nomor 28 Tahun 2009 secara keseluruhan terdapat 30 jenis

retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang

dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi, yaitu retribusi

jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan

tertentu.

a) Retribusi Jasa Umum yaitu pelayanan yang disediakan

atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan

kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b) Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa usaha yang khusus disediakan

dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan.

c) Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan daerah

sebagai pembayarann atas pemberian izin tertentu yang

khusus diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan.

20

Page 21: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

3. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang

dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan

merupakan penerimaan daerah yang berasal dari

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Undang-

undang nomor 33 tahun 2004 mengklasifikasikan jenis hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci

menurut menurut objek pendapatan yang mencakup bagian

laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada

perusahaan milik negara/BUMN dan bagian laba atas

penyertaan modal pada perusahaan milik swasta maupun

kelompok masyarakat.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan

Pendapatan Asli Daerah yang sah, disediakan untuk

menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk

dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan. Pendapatan ini juga merupakan

penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik

pemerintah daerah. Undang-undang nomor 33 tahun 2004 

mengklasifikasikan yang termasuk dalam pendapatan asli

daerah yang sah meliputi:

21

Page 22: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.

b) Jasa giro.

c) Pendapatan bunga.

d) Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata

uang asing.

e) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat

dari penjualan, pengadaaan barang ataupun jasa oleh

pemerintah.

b. Pendapatan Transfer

Pengertianpendapatan transfer ke daerah adalah dana

dimana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari

DanaPerimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.

Transfer ke Daerah ditetapkan dalam APBN, Peraturan Presiden

dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang selanjutnya

dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang

ditandatangani oleh Direktur JenderalPerimbangan Keuangan

selaku Kuasa Pengguna Anggaran atas Nama Menteri Keuangan

selakuPengguna Anggaran untuk tiap jenis Transfer ke Daerah

dengan dilampiri rincian alokasi per daerah. Jenis-jenis transfer ke

daerah, antara lain :

1. Dana perimbangana.

22

Page 23: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

a. Dana bagi hasil 

b. Dana alokasi umum

c. Dana alokasi khusus

2. Dana otonomi khusus dan penyesuaiana.

a. Transfer dana otonomi khusus Papua dan Papua Barat 

b. Transfer dana otonomi khusus Nanggroe Aceh Darusallam

Di penulisan ini saya melihat dari sisi pendapatan asli daerah

tersebut dengan jumlahtransfer yang diberikan pemerintah pusat

kepada daerah tersebut. Di dalam otonomi daerah seharusnya

daerah tersebut mampu mendanai apa saja yang dibutuhkan

daerah tersebut, karena keberhasilan dari otonomi daerah ini dapat

dilihat dimana pendapatan asli daerah lebih besar dibandingkan

transfer yang diberikan pemerintah. Namun, kenyataan yang ada

semua daerahmasih mendapatkan transfer pemerintah, disini

pemerintah memiliki alasan tersendiri dari kebijakan ini. Menurut

pemerintah tujuan dari kebijakan transfer daerah, antara lain :

1. Mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah serta

antar daerah.

2. Mendukung prioritas pembangunan nasional yang menjadi

urusan daerah.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik.

4. Meningkatkan penerimaan daerah.

23

Page 24: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

5. Memperluas pembangunan infrastruktur daerah.

Seberapa besar biaya yang di transfer oleh pemerintah ke daerah

berbeda-beda besaran dananya. Hal ini dikarenakan kemampuan

daerah tersebut tersendiri. Jikalau, daerah tersebut sudah mampu

mendongkrak pendapatan asli daerahnya maka, biaya transfer

yang diberikan dibawah dari pendapatan asli tersebut disini dapat

dikatakan daerah tersebut berhasil menjalankan otonomi daerah

karena mampu menjalankan dan menggali potensi yang ada di

daerahnya tersebut.

2.4. Pengertian Pengelolaan Keuangan Menurut Para Ahli

Menurut kamus besar Indonesia, Pengelolaan artinya

penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien. Pengelolaan

keuangan adalah sumber daya yang diterima yang akan

dipergunakan untuk penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan

keuangan dimaksudkan sebagai suatu pengelolaan terhadap

fungsi-fungsi keuangan.

Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan merupakan

potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam kajian pengelolaan pendidikan. Setiap lembaga

pendidikan selalu berhubungan dengan masalah keuangan, yang

berkisar pada: uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP),

24

Page 25: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

uang kesejahteraan personel dan gaji serta keuangan yang

berhubungan langsung dengan penyelenggaraan lembaga

pendidikan seperti perbaikan sarana prasarana dan sebagainya. 

E. Mulyasa (2002) menjelaskan bahwa tugas pengelolaan

keuangan dapat dibagi kedalam tiga fase, yaitu:

a. Financial Planning

Financial planning merupakan kegiatan mengkoordinir semua

sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang

diinginkan secara sistematis tanpa menyebabkan efek samping

yang merugikan. 

b. Implementation

kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan

kemungkinan terjadi penyesuaian jika diperlukan.

c. Evaluation

Merupakan proses evaluasi terhadap pencapaian sasaran.

2.4.1 Tugas Pengelola Keuangan

Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan menganut asas

pemisahan tugas antara fungsi Otorisator, Ordonator, dan

Bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang

untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan

pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang

melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala

25

Page 26: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan.

Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan

penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang serta diwajibkan

membuat perhitungan dan pertanggungjawaban. Kepala sekolah

sebagai manajer, berfungsi sebagai otorisator dan dilimpahi fungsi

ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak

dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan karena berkewajiban

melakukan pengawasan ke dalam. Sedangkan bendaharawan, di

samping mempunyai fungsi-fungsi bendaharawan, juga dilimpahi

fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran. Pengelola

keuangan sekolah berkewajiban untuk menentukan keuangan

sekolah, cara mendapatkan dana untuk infrastruktur sekolah serta

penggunaan dana tersebut untuk membiayai kebutuhan sekolah.

Tugas pengelola keuangan antara lain:

1. Manajemen untuk perencanaan perkiraan

2. Manajemen memusatkan perhatian pada keputusan investasi dan

pembiayaannya

3. Manajemen kerjasama dengan pihak lain

4. Penggunaan keuangan dan mencari sumber dananya

Seorang manajer keuangan harus mempunyai pikiran yang kreatif dan

dinamis. Hal ini penting karena pengelolaan yang dilakukan oleh

26

Page 27: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

seorang manajer keuangan berhubungan dengan masalah keuangan

yang sangat penting dalam penyelenggaraan kegiatan apapun itu.

2.5 Keuangan Daerah

Menurut Mamesah (1995:45) “keuangan daerah adalah

semua hak dan kewajiban yang dapat dimulai dengan uang,

demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang

yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum

dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta

pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan”.

Dari uraian di atas dapat dipetik kata kunci dari keuangan daerah

adalah hak dan kewajiban. Hak merupakan hak daerah untuk

mencari sumber pendapatan daerah berupa memungut pajak

daerah, retribusi daerah atau sumber-sumber penerimaan lain yang

sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Sedangk an

kewajiban adalah kewajiban daerah untuk mengeluarkan uang

dalam rangka melaksanakan semua urusan pemerintahan di

daerah.

Reformasi keuangan daerah dapat dikatakan merupakan

peluang terbesar sekaligus ancaman yang diperoleh pemerintah

daerah dan DPRD, untuk menunjukkan kemampuan menggali dan

mengelola anggaran daerah tanpa terlalu banyak campur tangan

dari pemerintah pusat.

27

Page 28: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Kemampuan keuangan daerah adalah kemampuan

keuangan daerah dalam membiayai urusan-urusan rumah

tangganya, khususnya yang berasal dari pendapatan asli daerah.

Pendapatan asli daerah sampai saat ini merupakan sektor yang

sangat diharapkan dan diandalkan oleh pemerintah daerah.

Indikator keuangan daerah yang berhasil menurut Davey

(1988:43-46) adalah :

1. Daya Pajak (Tax Effort), adalah rasio antara penerimaan pajak

dengan kapasitas atau kemempuan bayar pajak di suatu daerah,

dengan formula :

2. Efektivitas (Efectivity), mengukur hubungan antara hasil pungut

suatu pajak dengan potensi pajak itu sendiri, dengan formula :

28

Page 29: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

3. Efisiensi (Efficiency), mengukur bagian dari hasil pajak yang

digunakan untuk menutup biaya pemungutan pajak yang

bersangkutan, atau :

4. Elastisitas (Elasticity), dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

kepekaan perubahan suatu jenis penerimaan jika terjadi

perubahan pada jumlah PDRB dan jumlah penduduk, dengan

formula :

“Masalah keuangan daerah menyangkut upaya mendapatkan

uang maupaun membelanjakannya” (Davey, 1988:9). Beban

pembelanjaan bagi pelayanan dan investasi regional yang

meningkat, kecenderungan para perencana ekonomi untuk

peningkatan tabungan dan pengurangan konsumsi, serta tuntutan

otonomi daerah, kesemuanya memperkuat pemusatan perhatian

terhadap terhadap perbaikan sistem perpajakan dan retribusi

regional sebagai masalah pokoknya.

Mengenai sumber pendapatan daerah diatur dalam pasal 79 Bab

VIII Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah yang berbunyi :

Sumber pendapatan daerah terdiri atas :

a. Pendapatan Asli Daerah, yaitu : hasil pajak daerah, hasil

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil

29

Page 30: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah.

b. dana perimbangan,

c. pinjaman daerah,

d. lain-lain

Menurut Kaho (1997:28) sumber pendapatan asli daerah

yang sampai saat ini memegang peranan yang sangat potensial

dan dominan hampir diseluruh daerah di Indonesia adalah sektor

pajak daerah dan retribusi daerah.

2.6 Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri

ini meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum

dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD,

penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki

DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas,

penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,

pertanggung jawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan

pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan

pengelolaan keuangan.

30

Page 31: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Pengelolaaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan

/penyusunan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD

disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan

dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD

sebagaimana berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan

pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.

APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,

alokasi, distribusi, dan stabilisasi. APBD, perubahan APBD, dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan

dengan peraturan daerah. APBD yang disusun oleh pemerintah

daerah telah mengalami perubahan dari yang bersifat incramental

menjadi anggaran berbasis kinerja sesuai dengan tuntutan reformasi.

Anggaran berbasis kinerja dikenal dalam pengelolaan keuangan

daerah sejak diterbitkannya PP nomor 105 tahun 2000 yang dalam

pasal 8 dinyatakan bahwa APBD disusun dengan pendekatan kinerja.

Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah di

Indonesia dicanangkan melalui pemberlakuan UU nomor 17 tahun

2003 tentang keuangan negara dan diterapkan secara bertahap mulai

tahun anggaran 2005

Dilihat dari aspek masyarakat (customer) dengan adanya

peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin

baik maka dapat meningkatnya tuntutan masyarakat akan pemerintah

yang baik, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk

31

Page 32: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

bekerja secara lebih efisien dan efektif terutama dalam menyediakan

layanan prima bagi seluruh masyarakat. Dilihat dari sisi pengelolaan

keuangan daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka

kontribusi terhadap APBD meningkat tiap tahun anggaran hal ini

didukung pula dengan tingkat efektivitas dari penerimaan daerah

secara keseluruhan sehingga adanya kemauan dari masyarakat untuk

membayar kewajibannya kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk

pajak dan retribusi.

Aspek sumber daya manusia (SDM) adanya kemampuan

aparat pengelola walaupun belum memadai dalam jumlah sesuai

dengan kebutuhan tiap unit/satuan kerja daerah tetapi dalam

pengelolaan keuangan daerah dapat memberikan pelayanan yang

sebaik mungkin kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari

kontribusi penerimaan daerah sendiri serta tingkat efektivitas dan

efisiensi yang semakin meningkat tiap tahun anggaran namun

demikian perlu ada pembenahan dalam arti daerah harus

memanfaatkan kewenangan yang diatur dalam Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah pasal 76 yaitu daerah mempunyai kewenangan untuk

melakukan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan

pensiun, gaji, tunjangan dan kesejahteraan pegawai serta pendidikan

dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah

32

Page 33: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

yang ditetapkan dengan peraturan daerah berdasarkan peraturan

perundang- undangan.

Tabel 2.1

Daftar Pendapatan dan Belanja Daerah

TH PENDAPATAN BELANJA INVESTASI PAD

1998 684.693.138.800 635.544.286.41

2

171.626.292.7

44

238.874.98.368

1999 946.237.558.845 856.417.023.04

9

174.030.719.7

44

318.566.664.137

2000 1.081.631.444.95

2

857.278.417.43

9

180.090.719.7

44

474.210.348.836

2001 1.934.153.330.98

1

1.508.024.897.1

86

195.090.719.7

44

830.974.154.504

2002 2.389.761.795.41

0

2.133.152.473.3

44

205.677.956.0

00

1.241.644.887.32

42003 2.452.412.559.38

5

2.615.886.015.8

34

241.225.529.0

00

1.467.004.576.81

52004 2.883.599.878.22

8

2.572.554.358.9

08

517.360.895.1

11

1.865.391.191.28

52005 3.526.839.400.15

9

2.936.310.814.6

79

903.490.336.6

23

2.490.643.743.64

4Sumber Data : APBD Kabupaten pegunungan Bintang

Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa Pemerrintah

Kabupaten Pegunungan Bintang telah berupaya menginvestasikan

sebagian dari PADnya untuk untuk menambah penerimaan dari usaha

daerah guna mensejahterakan masyarakat. Untuk mencapai tujuan

33

Page 34: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

agar dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera baik secara

regional maupun nasional, sebagai langkah awal perlu meningkatkan

efisiensi dan produktivitas, dan melakukan perubahan yang struktural

untuk memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat dalam

perekonomian nasional Perubahan struktural adalah perubahan dari

ekonomi tradisional yang subsistem menuju ekonomi modern yang

berorientasi pada pasar. Untuk mendukung perubahan struktural dari

ekonomi tradisional yang subsistem menuju ekonomi moderen

diperlukan pengalokasian sumber daya, penguatan,

kelembagaan ,penguatan teknologi dan pembangunan sumber daya

manusia.

Langkah-langkah yang perlu diambil dalam mewujudkan

kebijakan tersebut adalah sebagai berikut (Sumodiningrat, 1999) :

a. Pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada aset

produksi, yang paling mendasar adalah akses pada dana.

b. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi

rakyat.

c. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam rangka

kualitas sumber daya manusia, disertai dengan upaya

peningkatan gizi.

d. Kebijakan pengembangan industri harus mengarah pada

penguatan industri rakyat yang terkait dengan industri besar.

Industri rakyat yang berkembang menjadi industri-industri kecil

34

Page 35: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

dan menengah yang kuat harus menjadi tulang punggung industri

nasional.

e. Kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga

kerja mandiri sebagai cikal bakal wirausaha baru yang nantinya

berkembang menjadi wirausaha kecil dan menengah yang kuat

dan saling menunjang.

f. Pemerataan pembangunan antar daerah. Ekonomi rakyat tersebut

tersebar di seluruh penjuru tanah air, oleh karena itu pemerataan

pembangunan daerah diharapkan mempengaruhi peningkatan

pembangunan ekonomi rakyat.

Sejalan dengan upaya untuk memantapkan kemandirian

Pemerintah Daerah yang dinamis dan bertanggung jawab, serta

mewujudkan pemberdayaan dan otonomi daerah dalam lingkup

yang lebih nyata, maka diperlukan upaya-upaya untuk

meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan profesionalisme sumber

daya manusia dan lembaga-lembaga publik di daerah dalam

mengelola sumber daya daerah. Upaya-upaya untuk

meningkatkan pengelolaan sumber daya daerah haru

sdilaksanakan secara komprehensif dan terintegrasi mulai dari

aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sehingga otonomi

yang diberikan kepada daerah akan mampu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Dari aspek perencanaan, Daerah sangat membutuhkan

35

Page 36: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

aparat daerah (baik eksekutif maupun legislatif) yang berkualitas

tinggi, bervisi strategik dan mampu berpikir strategik, serta memiliki

moral yang baik sehingga dapat mengelola pembangunan daerah

dengan baik. Partisipasi aktif dari semua elemen yang ada di daerah

sangat dibutuhkan agar perencanaan pembangunan daerah benar-

benar mencerminkan kebutuhan daerah dan berkaitan langsung

dengan permasalahan yang dihadapi daerah. Dari Aspek

pelaksanaan, Pemerintah Daerah dituntut mampu menciptakan

sistem manajemen yang mampu Mendukung operasionalisasi

pembangunan daerah. Sala satu aspek dari pemerintahan daerah

yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan

keuangan daerah dan anggaran daerah.

Anggaran Daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi

Pemerintah Daerah. Sebagai instrumen kebijakan, APBD menduduki

posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan

efektivitas pemerintah daerah. APBD digunakan sebagai alat untuk

menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu

pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi

pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber

pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat

untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua

aktivitas dari berbagai unit kerja. Dalam kaitan ini, proses

36

Page 37: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

penyusunan dan pelaksanaan APBD hendaknya difokuskan pada

upaya untuk mendukun pelaksanaan program dan aktivitas yang

menjadi preferensi daerah yang bersangkutan. Untuk Memperlancar

pelaksanaan program dan aktivitas yang telah direncanakan dan

mempermudah pengendalian, pemerintah daerah dapat membentuk

pusat-pusat Pertanggung jawaban (responsibility centers) sebagai

unit pelaksana.

Untuk memastikan bahwa pengelolaan dana publik (public

money) telah dilakukan sebagaimana mestinya (sesuai konsep value

for money), perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil kerja pemerintah

daerah. Evaluasi dapat dilakukan oleh pihak internal yang dapat

dilakukan oleh internal auditor maupun oleh eksternal auditor,

misalnya auditor independen. Untuk menciptakan transparansi dan

akuntabilitas publik, pemerintah daerah perlu membuat Laporan

Keuangan yang disampaikan kepada publik. Pengawasan dari

semua lapisan masyarakat dan khususnya dari DPRD mutlak

diperlukan agar otonomi yang diberikan kepada daerah tidak

“kebablasan” dan dapat mencapai tujuannya.

2.6.1. Pengelolaan Keuangan Daerah yang berorientasi pada

Kepentingan Publik.

Secara garis besar, pengelolaan (manajemen) keuangan

daerah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu manajemen

37

Page 38: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

penerimaan daerah dan manajemen pengeluaran daerah. Kedua

komponen tersebut akan sangat menentukan kedudukan suatu

pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah.

Konsekuensi logis pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan

UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999 Menyebabkan

perubahan dalam manajemen keuangan daerah. Perubahan

tersebut antara lain adalah perlunya dilakukan budgeting reform

atau reformasi anggaran.

Aspek utama budgeting reform adalah perubahan dari

traditional budget ke performance budget. Secara garis besar

terdapat dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan

mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah: (a) Anggaran

tradisional atau anggaran konvensional; dan (b) Pendekatan baru

yang sering dikenal dengan pendekatan New Public Management.

2.6.2. Anggaran Tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling

banyak digunakan di negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua

ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu: (a) cara penyusunan

anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism dan (b)

struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item. Ciri lain

yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut

adalah: (c) cenderung sentralistis; (d) bersifat spesifikasi; (e)

38

Page 39: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

tahunan; dan (f) menggunakan prinsip anggaran bruto. Struktur

anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak mampu

mengungkapkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk setiap

kegiatan, dan bahkan anggaran tradisional tersebut gagal dalam

memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh

karena tidak tersedianya berbagai informasi tersebut, maka satu-

satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan

hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.

Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan

tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money. Konsep

ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan

pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Dengan

tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ini,

seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran

yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-

aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.

Dilihat dari berbagai sudut pandang, metode penganggaran

tradisional memiliki beberapa kelemahan, antara lain (Mardiasmo,

2002):

a. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran

tahunan dengan rencana pembangunan jangka panjang.

b. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar

pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh

39

Page 40: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

efektivitasnya.

c. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut

menyebabkan anggaran tradisional tidak dapat dijadikan

sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumber

daya, atau memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk

apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan

tercapai.

d. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan

nasional secara keseluruhan sulit dicapai. Keadaan tersebut

berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan,

dan persaingan antar departemen.

e. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan

pengeluaran modal/investasi.

f. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan

tersebut sebenarnya terlalu pendek, terutama untuk proyek

modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik yang

tidak diinginkan (korupsi dan kolusi).

g. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi

yang tidak memadai menyebabkan lemahnya perencanaan

anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya budget

padding atau budgetary slack.

h. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal

memberikan mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang

40

Page 41: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran dan

’manipulasi anggaran.’

2.6.3 Tujuan pengelolaan keuangan daerah.

Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur

keuangan daerah itu sendiri dengan prinsip-prinsip pengelolaan

keuangan daerah menurut (Devas, dkk. 1987; 279-280) adalah

sebagai berikut

a. Tanggung jawab (accountability) Pemerintah daerah harus

mempertanggung jawabkan keuangannya kepada lembaga

atau orang yang berkepentingan yang sah, lembaga atau

orang itu termasuk pemerintah pusat, DPRD, Kepala Daerah

dan masyarakat umum. Adapun unsur-unsur penting dalam

tanggung jawab adalah mencakup keabsahan yaitu setiap

transaksi keuangan harus berpangkal pada wewenang

hukum tertentu dan pengawasan yaitu tata cara yang efektif

untuk menjaga kekayaan uang dan barang serta mencegah

terjadinya penghamburan dan penyelewengan dan

memastikan semua pendapatan yang sah benar-benar

terpungut jelas sumbernya dan tepat penggunaannya.

b. Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah

harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu

melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik

41

Page 42: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka

panjang pada waktu yang telah ditentukan.

c. Kejujuran. Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan

daerah pada prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai

yang betul-betul jujur dan dapat dipercaya.

d. Hasil guna (efectiveness) dan daya guna (efficiency)

Merupakan tata cara mengurus keuangan daerah harus

sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat

direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan

pemerintah daerah dengan biaya yang serendah-rendahnya

dan dalam waktu yang secepat-cepatnya.

e. Pengendalian. Para aparat pengelola keuangan daerah,

DPRD dan petugas pengawasan harus melakukan

pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai. 

2.6.4 Dasar hukum keuangan daerah.

Dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai suatu

perwujudan dari rencana kerja keuangan akan dilaksanakan oleh

pemerintah daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan

selain berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum yang

berlandaskan pula pada :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999

tentang pemerintahan daerah;

42

Page 43: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

daerah;

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000

tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi

sebagai daerah otonom;

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun

2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung jawabkan

Keuangan Daerah;

e. Permendagri Nomor 5 Tahun 1997 tentang pelaksanaan tuntutan

perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi keuangan dan barang

daerah;

2.6.5. Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran Daerah.

Menurut Menteri Negara Otonomi Daerah Republik

Indonesia dan PAU-SE (Universitas Gadjah Mada) terdiri dari :

a. Keadilan anggaran.

Keadilan merupakan salah satu misi utama yang diemban

pemerintah daerah dalam melakukan berbagai kebijakan,

khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan anggaran

daerah. Pelayanan umum akan meningkat dan kesempatan kerja

juga akan makin bertambah apabila fungsi alokasi dan distribusi

dalam pengelolaan anggaran telah dilakukan dengan benar, baik

43

Page 44: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

melalui alokasi belanja maupun mekanisme perpajakan serta

retribusi yang lebih adil dan transparan. Hal tersebut

mengharuskan pemerintah daerah untuk merasionalkan

pengeluaran atau belanja secara adil untuk dapat dinikmati

hasilnya secara proporsional oleh para wajib pajak, retribusi

maupun masyarakat luas. Penetapan besaran pajak daerah dan

retribusi daerah harus mampu menggambarkan nilai-nilai

rasional yang transparan dalam menentukan tingkat pelayanan

bagi masyarakat daerah;

b. Efisiensi dan efektivitas anggaran

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah

bagaimana memanfaatkan uang sebaik mungkin agar dapat

menghasilkan perbaikan pelayanan kesejahteraan yang

maksimal guna kepentingan masyarakat. Secara umum,

kelemahan yang sangat menonjol dari anggaran selama ini

adalah keterbatasan daerah untuk mengembangkan instrumen

teknis perencanaan anggaran yang berorientasi pada kinerja,

bukan pendekatan incremental yang sangat lemah landasan

pertimbangannya. Oleh karenanya, dalam penyusunan anggaran

harus memperhatikan tingkat efisiensi alokasi dan efektivitas

kegiatan dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang jelas.

Berkenan dengan itu, maka penetapan standar kinerja proyek

44

Page 45: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

dan kegiatan serta harga satuannya akan merupakan faktor

penentu dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas anggaran;

c. Anggaran berimbang dan defisit

Pada hakekatnya penerapan prinsip anggaran berimbang

adalah untuk menghindari terjadinya hutang pengeluaran akibat

rencana pengeluaran yang melampaui kapasitas

penerimaannya. Apabila penerimaan yang telah ditetapkan

dalam APBD tidak mampu membiayai keseluruhan

pengeluaran, maka dapat dipenuhi melalui pinjaman daerah

yang dilaksanakan secara taktis dan strategis sesuai dengan

prinsip defisit anggaran. Penerapan prinsip ini agar alokasi

belanja yang dianggarkan sesuai dengan kemampuan

penerimaan daerah yang realistis, baik berasal dari Pendapatan

Asli Daerah (PAD), dana perimbangan keuangan, maupun

pinjaman daerah. Di sisi lain, kelebihan target penerimaan tidak

harus selalu dibelanjakan, tetapi dicantumkan dalam perubahan

anggaran dalam pasal cadangan atas pengeluaran tidak

tersangka, sepanjang tidak ada rencana kegiatan mendesak

yang harus segera dilaksanakan;

d. Disiplin anggaran

Struktur anggaran harus disusun dan dilaksanakan secara

konsisten. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah

rencana pendapatan dan pembiayaan penyelenggaraan

45

Page 46: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

pemerintahan dan pembangunan daerah untuk 1 (satu) tahun

anggaran tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah,

sedangkan pencatatan atas penggunaan anggaran daerah

sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan daerah Indonesia.

Tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang

belum/tidak tersedia kredit anggarannya dalam APBD/perubahan

APBD. Bila terdapat kegiatan baru yang harus dilaksanakan dan

belum tersedia kredit anggarannya, maka perubahan APBD

dapat disegerakan atau dipercepat dengan memanfaatkan pasal

pengeluaran tak tersangka, bila masih memungkinkan. Anggaran

yang tersedia pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi

pengeluaran, oleh karenanya tidak dibenarkan melaksanakan

kegiatan/proyek melampaui batas kredit anggaran yang telah

ditetapkan. Di samping itu pula, harus dihindari kemungkinan

terjadinya duplikasi anggaran baik antar Unit Kerja antara

Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan serta harus

diupayakan terjadinya integrasi kedua jenis belanja tersebut

dalam satu indikator kinerja. Pengalokasian anggaran harus

didasarkan atas skala prioritas yang telah ditetapkan, terutama

untuk program yang ditujukan pada upaya peningkatan

pelayanan masyarakat. Dengan demikian, akan dapat dihindari

pengalokasian anggaran pada proyek-proyek yang tidak efisien;

e. Transparansi dan akuntabilitas anggaran dan akuntabilitas

46

Page 47: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Dalam penyusunan anggaran, penetapan anggaran, perubahan

anggaran dan perhitungan anggaran merupakan wujud

pertanggung jawaban pemerintah daerah kepada masyarakat,

maka dalam proses pengembangan wacana publik di daerah

sebagai salah satu instrumen kontrol pengelolaan anggaran

daerah, perlu diberikan keleluasaan masyarakat untuk

mengakses informasi tentang kinerja dan akuntabilitas anggaran.

Oleh karena itu, anggaran daerah harus mampu memberikan

informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu untuk

kepentingan masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah

pusat, dalam format yang akomodatif dalam kaitannya dengan

pengawasan dan pengendalian anggaran daerah. Sejalan

dengan hal tersebut, maka perencanaan, pelaksanaan dan

pelaporan proyek dan kegiatan harus dilaksanakan secara

terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis

maupun ekonomis kepada pihak legislatif, masyarakat maupun

pihak-pihak yang bersifat independen yang memerlukan.

2.9 Proses penyusunan APBD.

Proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Kabupaten Pegunungan Bintang yang diawali dengan proses

penentuan perencanaan plafond APBD sesuai siklus anggaran

dimulai dari :

47

Page 48: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

a. proses penentuan penerimaan daerah;

b. proses penentuan belanja rutin;

c. proses penentuan belanja pembangunan;

Selanjutnya hasil rencana anggaran yang telah disusun secara

terpadu diajukan kepada Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan

dan kemudian disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) dalam bentuk Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah guna dibahas dan disetujui DPRD, sehingga

penetapannya dapat dituangkan di dalam peraturan daerah.

2.9.1 Proses Penyusunan APBD Tahap Bulan Uraian Instansi

1. Tahap ke satu September Pengajuan Dukda dan Dupda Dinas

instansi daerah

2. Tahap ke dua Oktober Minggu I dan II Penelitian dan pembahasan

Dukda dan Dupda Bappeda bagian keuangan, bagian penyusunan

program dinas instansi daerah

3. Tahap ke tiga Oktober Minggu III dan IV Pengolahan Dukda dan

Dupda dan penyesuaian skala prioritas Bappeda, bagian

keuangan, bagian penyusunan program

4. Tahap ke empat Nopember Minggu I dan II Dukda dan Dupda

yang telah dibahas diajukan kepada kepala daerah, disusun dalam

bentuk pra APBD untuk disampaikan kepada DPRD. 

48

Page 49: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

5. Tahap ke lima Nopember Minggu III dan IV Penyampaian nota

keuangan dan rancangan Perda tentang penetapan APBD

Pembahasan Persetujuan Penetapan Eksekutif DPRD dan Kepala

Daerah

6. Tahap ke enam Desember Minggu III dan IV Pengesahan Perda

tentang APBD dan persiapan pelaksanaan APBD Pejabat yang

berwenang

Sumber : Bagian Keuangan, Laporan Proses Penyusunan APBD

Kabupaten Pegunungan Bintang tahun ( 2011-2015).

Kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam melaksanakan

otonomi daerah khususnya di bidang pengelolaan keuangan daerah

dapat dianalisis dari kinerja aparatur pemerintah daerah. Kinerja

diartikan sebagai bentuk prestasi atau hasil dari perilaku pekerja

tertentu yang merupakan fungsi dari kemampuan (ability) dukungan

(support) dan usaha (effort), untuk mengukur seberapa besar kinerja

aparatur pemerintah daerah yang dapat diukur dengan kriteria

efektivitas, dan efisiensi.

49

Page 50: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Rencana penelitian

Penelitian ini dirancang secara deskriptif yaitu suatu

penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah

dan menyajikan dan kemudian data opservasi agar pihak lain

dapat dengan mudah memperolah gambaran mengenai sifat

(karakteristik) objek dari data tersebut sesuai dengan tujuan

penelitian yang teah di uraikan pada bagian awal, penelitian ini

berusaha menjawab bagaimana sistem pengelolaan keuangan

daerah terhadap pembangunan kabupaten pegunungan bintang.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Daerah Kota Oksibil

Kabupaten Pegunungan Bintang tepatnya di Dinas Pendapatan,

50

Page 51: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dan secara

khususnya di Kantor DP2KA Kota Oksibil , yang beralamat di Jalan

Okpol Kota Oksibil. Penelitian ini akan dilaksanakan Tahun 2016.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada

penelitian ini adalah:

1. Observasi lapangan dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari

sumbernya yakni bagian program dan keuangan Dinas

Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)

Kota Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang yang dijadikan

sebagai objek penelitian.

2. Studi Pustaka bertujuan sebagai pijakan untuk membuat teori-teori

yang diperoleh dari literatur, peraturan perundang-undangan

pengelolaan keuangan daerah dan bahan lainnya yang penting

berhubungan dengan laporan keuangan daerah.

3. Dokumentasi berupa pencatatan atau penyalinan data terhadap

aspek-aspek yang berkaitan dengan data sekunder yang relevan,

sehingga dapat diperoleh data yang berhubungan dengan pokok

bahasan.

3.4 Tekhnik Analisis Data

51

Page 52: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kuantitatif dekrptif, yaitu :

1. Mengolah data dengan menggunakan alat analisis rasio dan

hasilnya tersebut dijelaskan/digambarkan mengenai bagaimana

analisis kinerja keuangan dalam pengelolaan Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kota Oksibil

selama 5 tahun anggaran terakhir yaitu Tahun 2011 sampai

dengan Tahun 2015. Alat rasio keuangan yang digunakan adalah

analisis rasio yang dikembangkan berdasarkan data keuangan

yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja daerah (Halim,

2004: 128) yaitu alat analisis rasio kemandirian, rasio efesiensi,

rasio efektifitas, rasio aktivitas, dan debt service coverage ratio.

Rasio-rasio sebagai berikut:

3.4.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian tingkat ketergantunagan daerah terhadap

pemerintah pusat. Semakin tinggi rasio kemmandirian maka

semakin rendah tingkat ketergantunangan daerah terhadap

bantuan dari pemerintah pusat.

52

Daerah Asli PendapatanPinjaman dan insi

Pusat/PropPemerintah Bantuan

Rasio Kemandiria

n =

X 100%

a.

Page 53: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Rasio efektifitas harus kurang dari atau (1) atau di bawa 100%

3.4.2 Rasio Efisiensi

Rasio efektiifitas yang harus dicapai minimal satu (1) atau 100%. Semakain

tinggi nilaai, semakin tinggi pulah efektifitas pengelolaan keuangan daerah.

3.4.3 Rasio Aktivitas

3.4.4 Rasio DSCR (Debt Service Coverage Ratio).

53

Realisasi penerimaan asli Daerah PADTarget Penerimaan

Pendapatan Asli DaerahPAD

Rasio Efektititas =

X 100%

b.

Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PADRealisasi pemerimaan

pandapatan Asli Daerah

Rasio Efisiensi

X 100%

c.

Total Belanja Adm Umum (BAU)Total Belanja

PR Adm X 100%

d. =

(PAD+ BD Bagiaan Daerah+ BAU)- BWTotal (Pokok Ansuran+Bunga+Biaya

Pinjaman

DSCR =

X 100%

e.

Page 54: CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

2. Mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam

mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telali

dicapai dari periodesatu ke periode berikutnya.

3. Melakukan interprestasi terhadap hasil analisis rasio, guna

kemandirian daerah dalam pembiayaan pemerintah dan

pembangunan;

4. Melihat sistem pengelolaan keuangan daerah dalam rangka

akuntabilitas sistem keuangan melalui deskripsi hasil analisis.

54