Contoh proposal pengajuan skripsi

34
Peranan Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Siswa MA Miftahussalam Megang Sakti III A. LATAR BELAKANG Setiap manusia yang di ciptakan oleh Allah SWT diharapkan dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari sebagai manifestasi ibadah kepada Allah, hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam al Qur’an surat adz Dzariat ayat 56 yang artinya : “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. 1 Pendidikan Islam khususnya pendidikan yang menyangkut keyakinan dan budi pekerti (akhlaq) sangat penting dalam kehidupan anak, seperti yang dikemukakan oleh Arifin, sebagai berikut : “Untuk membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Allah SWT disamping memiliki pengetahuan dan ketrampilan juga memiliki kemampuan mengembangkan diri bermasyarakat serta kemampuan untuk bertingkah laku berdasarkan norma-norma menurut ajaran agama Islam”. 2 Islam sebagai agama yang universal sudah barang tentu mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari 1 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989, hlm. 862. 2 Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang Jakarta, 1976, hlm. 15. 1

description

anda dapatkan contoh pengajuan proposal di sini

Transcript of Contoh proposal pengajuan skripsi

Peranan Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Siswa MA Miftahussalam Megang Sakti III

A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia yang di ciptakan oleh Allah SWT diharapkan dapat menjalankan

dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari sebagai

manifestasi ibadah kepada Allah, hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam al Qur’an

surat adz Dzariat ayat 56 yang artinya :

“Dan Aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku”.1

Pendidikan Islam khususnya pendidikan yang menyangkut keyakinan dan budi

pekerti (akhlaq) sangat penting dalam kehidupan anak, seperti yang dikemukakan

oleh Arifin, sebagai berikut :

“Untuk membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Allah SWT

disamping memiliki pengetahuan dan ketrampilan juga memiliki kemampuan

mengembangkan diri bermasyarakat serta kemampuan untuk bertingkah laku

berdasarkan norma-norma menurut ajaran agama Islam”.2

Islam sebagai agama yang universal sudah barang tentu mengatur seluruh aspek

kehidupan manusia, mulai dari ibadah, kehidupan sosial, sampai ketingkat perilaku

(ahlak). Karena itu agama sangat berperan dalam pembentukan perilaku anak,

sehingga pembentukan pribadi akan membawa pertumbuhan dan perkembangan anak

berjalan baik. Anak memerlukan pendidikan dengan persyaratan, pengawasan, dan

pemeliharaan yang terus menerus sebagai pelatihan dasar dalam pembentukan

kebiasaan dan sikap agar memiliki kemungkinanan untuk berkembang secara wajar

dalam kehidupan dimasa mendatang.

1 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989, hlm. 862.2 Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang Jakarta, 1976, hlm. 15.

1

Setiap orang Islam pada hakekatnya adalah insan agama yang bercita-cita,

berfikir, beramal untuk hidup di akhirat kelak berdasarkan atas petunjuk dari wahyu

Allah melalui Rasulallah, kecenderungan hidup beragama ini merupakan ruhnya

agama yang benar yang dalam perkembangannya dipimpin oleh ajaran Islam yang

murni, bersumber pada kitab suci yang menjelaskan dan menerangkan tentang

perkara benar (haq). Tugas kewajiban manusia untuk mengikuti yang benar, menjauhi

yang batil yang kesemuanya telah diwujudkan dalam syariat agama yang berdasarkan

nilai mutlak dan norma-norma yang telah ditetapkan oleh Allah yang tak berubah

menurut selera nafsu manusia. Oleh karena itu tujuan pendidikan Islam penuh dengan

nilai rohaniah Islami dan berorientasi kepada kebahagiaan hidup di akhirat, tujuan ini

difokuskan pada pembentukan pribadi muslim yang sanggup melaksanakan syari’at

Islam melalui proses pendidikan spiritual menuju makrifat pada Allah.

Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan untuk melatih anak didiknya yang

sedemikian rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, dan pendekatanya dalam

segala jenis pengetahuan banyak dipengaruhi oleh nilainilai spiritual dan sangat sadar

akan nilai etika Islam.

Agama sangat berperan dalam pembentukan perilaku anak, sehingga

pembentukan pribadi anak membaur sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak

memerlukan pendidikan dengan persyaratan-persyaratan tertentu dan pengawasan

serta pemeliharaan yang terus-menerus sehingga pelatihan dasar dalam pembentukan

kebiasaan dan sikap memiliki kemungkinan untuk berkembang secara wajar dalam

kehidupan dimasa mendatang. Untuk membina agar anak mempunyai sifat terpuji,

tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu

membiasakannya untuk melakukan yang terbaik dan diharapkan nantinya akan

mempunyai sifat-sifat terpuji dan bisa menjauhi sifat yang tercela. Latihan-latihan

beragama yang menyangkut seperti ibadah shalat berjama’ah, puasa, zakat, do’a-do’a

dan menghafal surat pendek harus dibiasakan sejak kecil agar nantinya bisa

merasakan manisnya beribadah.

2

Dalam melaksanakan pendidikan Islam, peran pendidik sangat penting dalam

proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah

pendidikan tersebut. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati

orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik, pendidik

mempunyai tugas yang mulia sehingga Islam memandang pendidik mempunyai

derajat yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang tidak berilmu dan orang-orang

yang bukan sebagai pendidik, tetapi disamping itu orang-orang yang berilmu tidak

boleh menyembunyikan atau menyimpan ilmu-ilmu yang dimilikinya.

Penghormatan dan penghargaan Islam terhadap orang-orang yang berilmu itu terbukti

di dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 yang artinya:

“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan

diantara kamu semua dengan beberapa derajat. Sesungguhnya Allah mengetahui

dengan apa yang kamu kerjakan”.

Guru memang menempati kedudukan yang terhormat dalam masyarakat,

kewibawaanlah yang menyebabkan guru itu dihormati sehingga masyarakat tidak

meragukan figurnya, masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik mereka

agar menjadi orang yang bisa bersifat mulia baik untuk dirinya maupun untuk orang

lain. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru mempunyai kelebihan yang tak dapat

dimiliki oleh sembarang orang.

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang

yang menganggap dia sebagai guru. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan

pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima atau menggunakannya

secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi

ini patut dipahami, dan tak perlu menjadi beban yang memberatkan sehinggga dengan

ketrampilan dan kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran. Sebagai

teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh guru akan mendapatkan

sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau

mengakuinya sebagai guru. Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian

3

integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab

untuk diteladani.

B. RUMUSAN MASALAH

Keterangan panjang lebar dari latar belakang diatas melahirkan beberapa rumusan

masalah dibawah ini :

1. Bagaimana upaya guru PAI dalam membentuk Karakter siswa di MA

Miftahussalam Megang Sakti III?

2. Apa problematika yang dihadapi guru PAI dalam membentuk karakter siswa

di MA Miftahussalam Megang Sakti III?

3. Apa solusi yang dilakukan untuk mengatasi problematika yang dihadapi

dalam membina membentuk karakter siswa di MA Miftahussalam Megang

Sakti III?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui bagaimana upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam

membentuk karakter siswa di MA Miftahussalam Megang Sakti III.

b. Ingin mengetahui problematika yang dihadapi guru PAI dalam membentuk

karakter siswa di MA Miftahussalam Megang Sakti III.

c. Ingin mengetahui solusi yang dilakukan untuk mengatasi problematika yang

dihadapi dalam membentuk karakter siswa di MA Miftahussalam Megang

Sakti III

2. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan penelitian ini adalah:

4

a. Untuk mengetahui bagaimana upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam

membentuk karakter siswa di MA Miftahussalam Megang Sakti III.

b. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi guru PAI dalam membentuk

karakter siswa di MA Miftahussalam Megang Sakti III.

c. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan untuk mengatasi problematika yang

dihadapi dalam membentuk karakter siswa di MA Miftahussalam Megang

Sakti III.

d. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata satu

(S.1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Manajemen Pendidikan Islam pada STAI

Al Azhar Lubuk Linggau Sumatera Selatan.

D. KERANGKA TEORI

Proses belajar dan hasil belajar peserta didik bukanlah ditentukan oleh sekolah,

pola struktur, kurikulum, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh semangat guru

dalam mentransfer nilai nilai kemulyaan kepada siswa. Dalam pendidikan agama

islam yang menjadi tolak ukur keberhasilan seorang siswa adalah dilihat dari ahlaq

atau karakter seorang sisiwa itu sendiri sehingga selain dapat mengetahui wawasan

iptek ia juga berwawasan imtaq

Sebagai upaya menciptakan peserta didik agar memiliki akhlaq yang baik,

terlebih dahulu harus dimulai dari guru itu sendiri dengan memiliki pribadi yang baik,

hal sebagaimana dikatakan oleh Zakiah Daradjat, bahwa :

"Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain dari

kepribadiannya. Bagi anak didik guru adalah contoh tauladan yang sangat penting

dalam pertumbuhannya, guru adalah orang yang pertama sesudah orang tua,yang

mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik kalaulah tingkah laku atau akhlak

guru tidak baik, pada umumnya akhlak anak didik akan rusak olehnya, karena anak

akan mudah terpengaruh oleh orang yang dikaguminya".3

3 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1982, hlm. 18.

5

Perhatian Guru dalam mendidik dan membina kehidupan beragama di sekolah

memberikan pengaruh positif dalam pembentukan akhlak remaja, Guru Islam

memiliki peranan penting dalam pembentukan akhlak remaja, karena Guru adalah

sebagai sosok insan yang berwibawa dan dihormati oleh anak. Pentingnya bimbingan

agama di sekolah, dikemukakan Sudarsono bahwa : “Didikan agama yang diterima

oleh anak sangat mempengaruhi sikap dan perilakunya karena akan menjadi landasan

dalam berbuat dan bertindak dalam pergaulannya, terlebih lagi jika ditambah dengan

pengawasan dan pembinaan dari guru secara teratur dan kontinyu”.4

Selain bimbingan agama di sekolah juga diperlukan proses belajar agama di luar

rumah tangga atau di lingkungan masyarakat melalui didikan agama Islam secara non

formal agar anak-anak bergaul dengan orang-orang di masyarakat yang mengandung

sifat positif dalam bidang keagamaan. Sebab bila tidak diarahkan akan

mengakibatkan pengaruh buruk bagi anak. Zuhairini menjelaskan bahwa “pengaruh

teman sebaya sangat kuat dan sangat cepat kepada akal dan akhlak anak-anak

sehingga masa depan anak sangat tergantung dari pengaruh yang timbul dari

lingkungan teman sebaya”.5

Dari pendapat di atas, bahwa pengarahan kepada anak perlu diberikan oleh Guru

agar mereka aktif belajar agama terutama di luar lingkungan sekolah serta tidak

berbuat buruk. Zakiah Daradjat menyatakan : Guru hendaknya membimbing anaknya

ke arah hidup sesuai dengan ajaran agama, sehingga anak akan terbiasa hidup sesuai

dengan nilai-nilai akhlak yang diajarkan agama, kebiasaan yang tertanam sejak kecil

itu merupakan bibit dari unsur-unsur kepribadian yang akan bertumbuh dan akan

menjadi pengendali akhlaknya dikemudian hari.6

4 Zakiah Daradja…. 1982, hlm. 18.

5 Zuhairini, dkk,Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Usaha Nasional, Surabaya,1981,hlm.33.6 Zakiah Daradjat… 1976, hlm. 47.

6

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaanya

(mata pencaharianya, profesinya) mengajar. Secara etimologi “Guru berarti orang

yang pekerjaannya mengajar”. Dalam pandangan Hadari Nawawi, “Guru adalah

orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung

jawab serta membantu anak mencapai kedewasaan masing-masing.

Menurut M. Athiyah al-Abrasyi, guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi

seorang murid, yang memberi santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan ahklak dan

membenarkannya, maka menghormati guru berarti penghormatan terhadap anak-anak

kita, dengan guru itulah mereka hidup berkembang.

Nursed Sumaatmadja, mengemukakan bahwa “Pendidikan diartikan sebagai

proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan”.

Sementara itu, ketika kita komparasikan dengan pendidikan Islam maka, banyak

sekali yang mendefinisikan PAI, antara lain dalam bukunya Tayar Yusuf

menyebutkan bahwa PAI adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan

pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar

kelak menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT.

Sedangkan pengertian Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang lebih khusus

ditekankan untuk mengembangkan fitrah keagamaan subyek didik agar lebih mampu

memahami, menghayati, serta mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Implikasi dari

pengertian ini, bahwa pendidikan agama Islam merupakan komponen yang tidak

terpisahkan dari sistem pendidikan Islam. Bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan

bahwa pendidikan agama Islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan

agama dengan bidang-bidang studi (pendidikan) yang lain. Hal itu lebih lanjut,

Pendidikan Agama harus sudah dilaksanakan sejak dini melalui pendidikan keluarga,

sebelum anak memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu-ilmu yang lain.

Menurut Abdul Majid, PAI adalah :

7

“Usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan

tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan

kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa”.

Sedangkan menurut Armai Arif, pendidikan agama Islam sebagai suatu sistem

yang memungkinkan seseorang (siswa) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai

dengan ideologi Islam. Artinya bahwa seorang anak (siswa) harus benar-benar

menjalankan apa yang diperbuat menurut aturan yang sudah ditetapkan oleh ajaran

agama.

Dari berbagai definisi diatas, dapat penulis simpulkan bahwa, PAI adalah

bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik kepada peserta didik dalam

masa perkembangan, agar memiliki kepribadian yang mampu meyakini, memahami,

menghayati, serta mengamalkan ajaranajaran Islam, dan menjadikannya sebagai

pedoman hidup, dan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab guru untuk kembali

menghidupkan belajar dengan kepercayaan diri, penanaman akhlak yang baik, serta

mativasi yang tinggi untuk menghadapi zaman yang terus berubah karena

perkembangan ilmu pengetahuan. Jika guru dapat meningkatkan keprofesionalannya

maka pendidikan akan bisa ditingkatkan kualitasnya.

Tujuan pendidikan juga termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional, Nomor 20 Tahun 2003, yang berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan

untuk berkembangnya potensi peseerta didik agar menjadi manusia yang beriman,

bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak, mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”.

Namun, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan diatas perlu

adanya pengintegrasian seluruh komponen pendidikan, dimana antara komponen

8

yang satu dan yang lainya berkaitan. Abudin Nata, mengemukakan tentang

komponen yang terdapat dalam pendidikan antara lain komponen kurikulum, guru,

metode, sarana prasarana, dan evaluasi.

Adapun tujuan pendidikan menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut:

a. Menurut Athiyah Al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam meliputi:

a) Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat

c) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keingintahuan

dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.

d) Mempersiapkan tenaga profesional yang trampil.

b. Menurut M.Djunaidi Dhany, tujuan pendidikan mencakup:

a) Pembinaan kepribadian siswa yang sempurna, meliputi: pendidikan harus

mampu membentuk kekuatan dan kesehatan badan serta akal.Peningkatan

moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan kepercayaan anak terhadap

agama dan kepada Tuhan.

b) Mengembangkan Intelegensi anak secara efektif agar mereka siap untuk

mewujudkan kebahagiaan di masa mendatang.

Menurut Depdiknas guru adalah seseorang yang mempunyai gagasan yang harus

diwujudkan untuk kepentingan anak didik, sehingga menjunjung tinggi

mengembangkan agama, kebudayaan, dan keilmuan. Pendidikan Agama Islam adalah

usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

menjadikannya sebagai ajaran hidup (way of life).

1. Karakter

9

Karakter dapat kami artikan sebuah ahlaq Dilihat dari segi bahasa (etimologi),

perkataan akhlaq adalah jamak dari kata khuluk yang berarti budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabiat.7

Didalam Ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa karakter / watak adalah

keseluruhan aspek perasaan dan kemauan menampak ke luar sebagai kebiasaan, pada

cara bereaksi terhadap dunia luar, dan pada ideal-ideal yang diidam-idamkannya.

Karakter seseorang berdasarkan insting, bakat, kemauan dan bakat perasaan orang

yang bersangkutan. Bagimana akhirnya karakter terbentuk tergantung pada

pengalaman.

2. Siswa/Peserta Didik

Menurut UU Sisdiknas Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (4) bahwa peserta

didik/siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri

melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

tertentu.

3. MA Mifahussalam Megang Sakti III / Sekolah

Menurut Zakiah Darajat, “Sekolah adalah lembaga pendidikan yang

melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur, dan

terencana”. Sekolah yang dimaksudkan disini adalah MA Mifahussalam Megang

Sakti III yang beralamat di Jalan Poros Megang Sakti III Kecamatan Megang Sakti

Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan.

4. Peran Guru dalam Membentuk karakter /Akhlaq

Perhatian Guru dalam mendidik dan membina kehidupan beragama di sekolah

memberikan pengaruh positif dalam pembentukan akhlak remaja, Guru Islam

7 Louis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah al-Katulukiyah, Beirut, t.th, hlm. 192.

10

memiliki peranan penting dalam pembentukan akhlak remaja, karena Guru adalah

sebagai sosok insan yang berwibawa dan dihormati oleh anak. Pentingnya bimbingan

agama di sekolah, dikemukakan Sudarsono bahwa : “Didikan agama yang diterima

oleh anak sangat mempengaruhi sikap dan perilakunya karena akan menjadi landasan

dalam berbuat dan bertindak dalam pergaulannya, terlebih lagi jika ditambah dengan

pengawasan dan pembinaan dari guru secara teratur dan kontinyu”.8

Selain bimbingan agama di sekolah juga diperlukan proses belajar agama di luar

rumah tangga atau di lingkungan masyarakat melalui didikan agama Islam secara non

formal agar anak-anak bergaul dengan orang-orang di masyarakat yang mengandung

sifat positif dalam bidang keagamaan. Sebab bila tidak diarahkan akan

mengakibatkan pengaruh buruk bagi anak. Zuhairini menjelaskan bahwa “pengaruh

teman sebaya sangat kuat dan sangat cepat kepada akal dan akhlak anak-anak

sehingga masa depan anak sangat tergantung dari pengaruh yang timbul dari

lingkungan teman sebaya”.9

Dari pendapat di atas, bahwa pengarahan kepada anak perlu diberikan oleh Guru

agar mereka aktif belajar agama terutama di luar lingkungan sekolah serta tidak

berbuat buruk. Zakiah Daradjat menyatakan : Guru hendaknya membimbing anaknya

ke arah hidup sesuai dengan ajaran agama, sehingga anak akan terbiasa hidup sesuai

dengan nilai-nilai akhlak yang diajarkan agama, kebiasaan yang tertanam sejak kecil

itu merupakan bibit dari unsur-unsur kepribadian yang akan bertumbuh dan akan

menjadi pengendali akhlaknya dikemudian hari.10

Dari pengertian para ahli yang kami uraikan di atas maka ada beberapa yang

dapat kami pahami :

Yang pertama, peran guru PAI sangat signifikan dalam membentuk karakter

siswa/peserta didik

8 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1982, hlm. 18.

9 Zuhairini, dkk.,, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Usaha Nasional, Surabaya, 1981, hlm. 33.10 Zakiah Daradjat… 1976, hlm. 47.

11

Yang kedua, kemungkinan terdapat hambatan dalam membentuk karakter siswa

Yang ketiga, lingkungan dan teman bergaul sangat mempengaruhi karakter siswa

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah uraian secara sistematis tentang hasil penelitian terdahulu

tentang persoalan yang akan dikaji dalam skripsi,bagian ini peneliti mengemukakan

dan menunjukkan dengan tegas bahwa masalah yang akan dibahas belum pernah

diteliti sebelumnya atau perlu pengembangan lebihlanjut, untuk itu, tinjauan kritis

terhadap hasil kajian terdahulu perlu dilakukan dalam bagian ini”.11 Dalam kajian

pustaka ini penulis mengemukakan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti yang relevan dengan penelitian yang penulis rencanakan. Penelitian tersebut

kami peroleh dari :

1. Skripsi Peranan pendidikan Agama Islam dalam pembentukan akhlaqul

karimah pada siswa MTs Al-Basmalah Plumpungrejo tahun pelajaran 2010 –

2011

Yang menyimpulkan diantaranya sebagai berikut:

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dalam menyusun sekripsi ini bahwa :

a. Peranan pendidikan Agama Islam dalam pembentukan akhlaqul karimah pada

siswa MTs Al-Basmalah Plumpungrejo tahun pelajaran 2010 – 2011 ini

snagat baik. Terbukti :

1. yang selalu mengikuti pendidikan Agama77.5%,

2. selalu mengamalkan sunnah rosul42.5%,11 Tim Penyusun, Pedoman penulisan skripsi dan makalah,( Lubuklinggau:STAIA,2011),h.30

12

3. selalu membaca Al-Qur’an37.5%,

4. selalu mengerjakan sholat 5 Waktu57.5%,

5. dan menggunakan Alat belajar 80%. Maka dari itu dapat dilihat hasil analisa

data pada hal70.

2. Sukanto dalam skripsinya yang berjuul “Upaya guru Pendidikan Agama Islam

dalam membentuk karakter peserta didik di SMA Muhammadiyah I

Kepanjen” beliau menyimpulkan bahwasanya Upaya guru Pendidikan Agama

Islam dalam membentuk karakter peserta didik di SMA Muhammadiyah I

Kepanjen dapat dikatakan berhasil dengan memenuhi target”

Berdasarkan hasil dari kedua peneliti yang telah dilakukan di atas, memberi

informasi awal bagi penulis dalam melakukan penelitian yang direncanakan. Dari

kesimpulan yang dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat peranan yang signifikan

bagi guru PAI dalam membentuk karakter siswa.

F. HIPOTESIS

“Hipotesis adalah kebenaran yang masih berada di bawah ( belum tentu benar)

dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika telah disertai bukti – bukti”.12

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis Alternatif

Ha : Ada Peranan yang sigifikan terhadap Guru PAI dalam membentuk

karakter siswa MA Miftahussalam megang Sakti III Kecamatan Megang

Sakti Kabupaten Musi Rawas.

2. Hipotesis Nihil ( Ho )

12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Model Praktek, ( Jakarta:Rineka Cipta, 2002),h.45

13

Ho : Tidak ada Peranan yang sigifikan terhadap Guru PAI dalam

membentuk karakter siswa MA Miftahussalam megang Sakti III Kecamatan

Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas.

 

G. METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian1. Metode induktif

adalah menguraikan data yang bersifat khusus kemudian ditarik yang bersifat

umum.13

Metode induktif ini digunakan untuk mengetahui suatu data yang bersifat umum,

menyimpulkan dari beberapa ahli atau ilmuan dalam landasan teori agar jelas apa

yang dimaksud.

2. Metode deduktif

adalah suatu pola berfikir dari soal – soal yang bersifat umum kemudian ditarik

kesimpulan yang bersifat khusus dengan menguraikan data teoritis juga

membandingkan beberapa pendapat kemudian ditarik kesimpulan dan juga untuk

menganalisa data. Untuk menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli atau ilmuan

agar lebih jelas maksudnya.

Menurut prof. Drs Sutrisno Hadi metode deduktif adalah : apa saja yang

dipandang benar pada suatu peristiwa dalam suatu kelas atau jenis berlaku juga

13 Sutrisno Hadi, Metodologi Reaserch, Ygyakarta, 1982, hal 42

14

sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang terminus dsalam kelas atau jenis

itu.14

Metode diduktif ini digunakan untuk menarik kesimpulan dari data yang yang bersifat

khusus dan menguraikan data teoristis agar ilmuan lebih jels maksudnya.

3. Metode komperatif, adalah membandingkan dua atau tiga kejadian dengan

melihat kejadian – kejadian ataupun penyebab – penyebabnya. Metode

komperatif digunakan untuk membahas penyajian hasil penelitian yang

berasal dari beberapa pendapat atau sumber informasi,

Menurut Prof. Dr. Suhairini Arikunto metode komperatif adalah ”menulis faktor –

faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi yang diselidiki dan dibandingkan

antara suatu faktor dengan faktor lain.”15Metode ini digunakan untuk mengambil

kesimpulan tentaang pengertian – pengertian dari suatu hal seperti pengertian

kedisiplinan, atau penegrtian tentang akhlaq dan lain – lain.

B. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti, pengertian populasi menurut Dr.

Suharsini arikunto adalah sebagai keseluruhan dari obyek penelitian. 56 adalah obyek

penelitian di MTs Al-Basmalah Plumpungrejo Kec. Wonoasri Kab.Madiun. adalah

siswa, guru, dan kepala sekolah maka mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah ini

dianggap oleh penulis untuk dijadikan obyek penelitian dan perinciannya adalah

sebagai berikut.

Sekolah MA L P Jumlah Keterangan

14 Sutrisno Hadi, Metodologi Reaserch, Ygyakarta, 1982, hal 42

15 Suhairini arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktek, Reneka cipta, jakarta, hal 115

15

Miftahussalam

Kelas

X

XI

XII

24

34

17

14

41

14

38

75

31

 

    74 70 144  

C. Sampel

Menurut Prof. Dr. sutrisno Hadi MA bahwa yang dimaksud sampel adalah :

“sangat jarang orang menelidiki seluruh penduduk untuk menetahui setiap

pendapat mereka melainkan hanya sebagian saja walaupun begitu kesimpulan – 

kesimpulan dari penelidikan itu tidak dibatasi pada orang – orang lain yang turun

menjadi obyek penelidikan sebagai individu yang diselidiki untuk siap kenyataan –

kenyataan yang deperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan disebut sebagai

populasi atau universe.16

Adapun tentang besar kecilnya sampel diambil dari populasi tidak ada ketentuan

yang jelas dalam hal ini Prof. Dr. Sutrisno Hadi MA menyatakan bahwa :

“sebenarnya tidak ada ketentuan mutlak berapa suatu sampel harus diambil dari

populasi.17

Akan tetapi menrut suharini arikuntomenjelaskan bahwa :

16 Sutrisno Hadi. Metodologo Reaseasch hlm 71

17 Sutrisno Hadi. Metodologo Reaseasch Hal.71

16

” sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100 lebih, lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan populasi, selanjutnya jika jumlah

subyeknya bersar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25%.18

Tabel II

Sampel penelitian MA Miftahussalam Megang Sakti III

Tahun Pelajaran 2014 

NO Kelas Jumlah 25 % SAMPEL

1 X 38 38 x 25% = 10 10

2 XI 75 75 x 25% = 18 18

3 XII 31 31 x 25% = 7 7

Jumlah 144 Jumlah 35

*penentuan sampel dengan menggunakan rondom sampling

D. Metode Pengumpulan Data

a) Metode Interview

Interviu yang juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah

dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer).

Interviu digunakan oleh peneliti untuk meneliti keadaan seseorang misalnya

untukmencari tentang variabel latar belakang murid atau orang tua, pemdidikan,

perhatian, sikap sesuatu.

18 Suhaisismi Arikunto...Hal.107

17

Ditinjau dari pelaksanaanya, maka dibebaskan atas :

1. Interviu bebas, unguided Intervew, dimana pewawancara bebas menanyakan

apa saja, tetapi menginagt akan data apa yang akan dikumpulkan.

2. Interviu terpimpin, guided imtervew, yaitu yang dilakukan oleh pewawancara

dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang

dimaksud dalam interviu.

3. Interviu bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interviu bebas dan interviu

terpimpin.

Metode ini digunakan oleh penulis untuk mengetahui data tentang :

1. Sejarah berdirinya MA Miftahussalam Megang Sakti III

2. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di MA Miftahussalam Megang Sakti

III

3. Keaktifan siswa dalam mengikuti bidang setudy pendidikan agama Islam.

4. Metode Observasi

Yaitu metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung, secara sistematis

terhadap kenyataan – kenyataan yang diselidiki. Di dalam pengertian pesikologi,

observasi atau disebut juga dengan pengamatan, meliputi pemusatan, perhatian

terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.

Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk

menyebut jenis observasi yaitu :

1. Obser vasi non isitematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak

mengunakan intrumens pengamatan.

2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamatdengan mengunakan

pedoman sebagai instrumen pengamatan.

18

Metode ini dipergunakan untuk mengetahui data tentang :

1. Letak geografis MA Miftahussalam Megang Sakti III

2. Sarana dan prasarana fasilitas madrasah tempat penelitian.

3. Tentang kebiasaan siswa sehari – hari

4. Struktur organisasi kepegawaian di MA Miftahussalam Megang Sakti III

5. Metode angket

Adalah suatu daftar pertanyaan yang diajukan kepada pihak atau orang yang

dimintai pendapat tentang pribadinya untuk memberikan jawaban yang dianggap

cocok atau dipercaya. Pada metode ini, pertanyaan diajukan secara tertulis dan

disebarkan kepada para responden untuk dijawab, dikembalikan lagi kepada pihak

peneliti.

Angket ini digunakan untuk mendapatkan data melalui angket langsung kepada

siswa untuk menetahui tentang :

1. Untuk memperoleh data tentang sikap siswa dalam pelaksanaan pendidikan

agama Islam

2. Untuk memperoleh data tentang hambatan – hambatan yang mempengaruhi

pendidikan agama Islam dalam upaya meningkatkan akhlaqul karimah.

3. Untuk memperoleh data tentang sikapsiawa terhadap materi pendidikan

agama Islam yang berkaitan dengan akhlqul karimah.

4. Metode Analisa Data

yang dimaksud dengan metode analisa data adalah uasaha secara konkrit agar data

yang dihimpun itu dapat diatur sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat

dibuktikan. Halmini akan dapat menjadikan kenyataan apabila data tersebut tersusun

dan diolah dengan sistematis yang baik. Menurut Drs. H. Nazar Bakry dalam

bukunya menyatakan :

19

”Analisa data adalah serangkaian kegiatan mengolah seperangkat hasil baik dalam

bentuk pertemuan baru maupun dalam bentuk pembuktian kebenaran hipotesa.19

Sedangkan maksud dari metode analisa data dengan sesuai njenis penelitian yang

dipilih merupakan cara yang digunakan untuk mengolah dan menyusun data yang

terkumpul untuk ditarik suatu kesimpuilan menuju suatu kebenaran yang dapat

diprtanggung jawabkan untuk dayta kualitatif penulis menggunakan teknik data

kwalitatif yaitu jadi pertama-tama penulis mulai dari fakta – fakta kudus menuju

sitem umum. Dari dari penjalasan sifatnya umum tersebut, penulkis menyelidiki lagi

fakta – fakta untuk mengecek penjelasan brrkeyakinan tentang obyek personal sampai

pada suatu pemecahan hasil yang dicapai.

1. Untuk data yang kuatitatif penulis menggunakan teknik data statistik

Diskriktik adalah setatistik yangmempunyai tugas menggorganisasikan dan

menganalisa data angka, agar dapat memberikan gambaran secara teratur,

ringkas, jelas mengenai suatu gejala peristiwa atau keadaan makna tertentu.20

2. Reflektif tingking, yang dimaksud reflektif tingking adalah

mengkombinasikan yang baik dari dua cara metode yaitu induktif dan

deduktif. Bahwa penyelidikan mula-mula bergerak dari fakta-fakta itu hal ini

dilakukan secara terus menerus sampai diperoleh ekspalansi eksplansi yang

memberikan kenyakinan padanya tentang obyek persoalan. Jadi jelas

penulisan menggunakan metode dan Reklektif thingking sebagai usaha atau

langkah menuju kesempurnaan skripsi ini.

Sehingga dapat mengambarkan penyajian angka-angka dan presentasenya dengan

mengunakan rumus :

P  =    X  100 %     F = frekuensi

19 Nazar Bakry, tuntutan Praktis Motodologi Penelitian. CV. Pedoman Ilmu Jaya, Padang,1994,Hal.48

20 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta Rajawali Press.1991,Hal.4

20

                                         N = jumlah Frekuensi / banyaknya indifidu

                                      P = Angka Presentase21

H. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan suatu permasalahan harus didasari oleh kerangka berpikir

yang jelas dan teratur. Yang mana dalam rumusan masalah peneliti secara umum

merumuskan Peranan Guru Pai dalam membentuk Karakter siswa MA Miftahussalam

Megang Sakti III Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas.

Untuk memperoleh gambaran dan penjelasan menyeluruh dalam penelitian ini,

maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

Bab pertama, yang merupakan bab pendahuluan yang terdiri yang terdiri dari

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan peenlitian, hipotesis, manfaat

penelitian,defenisi istilah.

Bab kedua, menyajikan tentang kajian pustaka yang terdiri dari pengertian guru

PAI, pengertian pendidikan agama islam, pengertian Karakter.

Bab ketiga,metode penelitian yang merupakan rancangan penelitian, populasi dan

sampel penelitian, prosedur pengumpulan data, anlisa data yang telah dikumpul

tentang bagaimana peranan Guru PAI dalam membentuk Karakter Siswa MA

Miftahussalam Megang Sakti III Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas.

21 Anas Sudijono….1991,Hal.40

21

Bab keempat, menggambarkan hasil dan pembahasan penelitian penelitian yang

meliputi gambaran singkat daerah penelitian, penyajian data dan analisa data,

pengujian hipotesis.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisikan simpulan dan saran – saran

dari hasil penelitian.

I. DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989

2. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan Keluarga,

Bulan Bintang Jakarta, 1976

3. Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1982

4. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Usaha Nasional,

Surabaya,1981

5. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Model Praktek, ( Jakarta:Rineka

Cipta, 2002)

6. Sutrisno Hadi, Metodologi Reaserch, Ygyakarta, 1982

7. Sutrisno Hadi, Metodologi Reaserch, Ygyakarta, 1982

22

8. Suhairini arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktek, Reneka cipta,

Jakarta

9. Abdurrahman, An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam

dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Diponegoro, Bandung, 1992

10. Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Logos Wacana Mulia, Jakarta, Cet. I,

1999

11. Asmaran, AS., Pengantar Studi Akhlaq, Bulan Bintang, Jakarta, 1995

12. Endang Syaifuddin, Ansshary, Wawasan Islam, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2003

13. Rahman Shaleh, Akhlaq Ilmu Tauhid, Madrasah Aliyah, Cet. Ketujuh, 2000

14. Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Hidya Karya Agung,

Jakarta, 1983

15. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan

Keluarga, Bulan Bintang Jakarta, 1976

23