Contoh Outline Pajak

download Contoh Outline Pajak

of 19

description

a

Transcript of Contoh Outline Pajak

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN

    RENCANA LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

    ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENAGIHAN PAJAK AKTIF DAN TINGKAT KONTRIBUSINYA TERHADAP

    REALISASI PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG

    Diajukan oleh :

    BENNY JOHAN PARLIN TAMBUNAN

    NPM: 07320006165

    JUNI 2010

  • KEMENTEIUAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN

    TANDA PERSETUJUAN RENCANA LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

    NAMA : BENNY JOHAN PARLIN TAMBUNAN

    NOMOR POKOK MAHASISWA : 07320006165

    DIPLOMA 111 KEUANGAN SPESIALISASI : ADMINISTRASI PERPAJAKAN

    BIDANG LAPORAN PKL : PENAGIHAN

    KTDUL LAPORAN PKL : ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENAGIHAN PAJAK AKTIF DAN TINGKAT KONTRIBUSINYA TERHADAP REALISASI PENERLMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG

    Mengetahui, Menyetuj ui, Pjs. Kepala Bidang Akademis Pendidikan Doxn Pembimbing

    Muh Tunjung Nugroho, S.E., Ak., M.E. NIP197305281993021001 NIP 060082453

  • DAFTAR IS1

    HALAMAN

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i . .

    ..................................... HALAMAN PERSETUJUAN RENCANA LAPORAN PKL 11 ... DAFTAR IS1 ................................................................................................................ 111

    BAGIAN IS1

    A. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 1 ................................................................................ B. Metode Pengumpulan Data.. -2

    ................................................................................................ C. Rencana Daftar Isi 3

    D. Sinopsis ................................................................................................................. 6

    ....................................................................................... E. Ringkasan Isi Tiap Bab 12

    ...................................................................................... F. Rencana Daftar Pustaka 1 3

    PENUTW

    ................................................................................................ A. Rencana Kegiatan 15 . . .

    .......................................................................................................... B. Kontlnjensl 1 5

  • BAGIAN IS1

    A. TUJUAN PENULISAN

    Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja

    Lapangan ini adalah :

    1. Untuk memenuhi sebagian dari syarat dinyatakan lulus dari program Diploma

    I11 Keuangan Spesialisasi Adrninistrasi Perpajakan yang diselenggarakan oleh

    Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

    2. Untuk mengetahui gambaran praktik p e l d a a n penagihan pajak aktif di

    KPP Pratama Serpong.

    3. Untuk mengetahui strategi dan teknik penagihan untuk mengoptimalkan

    pelaksanaan penagihan di KPP Pratama Serpong.

    4. Untuk mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi tindakan penagihan pajak

    aktif terhadap pencairan piutang pajak di KPP Pratama Serpong.

    5. Untuk mengetahui korelasi efektivitas dan efisiensi tindakan penagihan pajak

    aktif terhadap realisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Serpong.

    6. Untuk mengukur besarnya perananlkontribusi efektivitas dan efisiensi

    tindakan penagihan pajak aktif terhadap realisasi penerimaan pajak di KPP

    Pratama Serpong.

    7. Untuk mengetahui pernasalahan yang biasa timbul dalam melaksanakan

    tindakan penagihan pajak aktif di KPP Pratama Serpong kemudian

    menganalisis penyebabnya.

  • 8. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi

    permasalahan yang timbul berkaitan dengan adanya tindakan penagihan pajak

    aktif di KPP Pratama Serpong.

    B. METODE PENGUMPULAN DATA

    Dalam menyusun dan menyelesaikan tugas Laporan Praktik Kerja Lapangan ini

    penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain :

    1. Penelitian Kepustakaan

    Yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber, seperti buku-buku

    ilmiah, undang-undang, petunjuk pelaksanan undang-undang, dan peraturan

    terkait lainnya. Materi kuliah selama penulis mengikuti pendidikan di Program

    Diploma 111 Keuangan Spesialisasi Administrasi Perpajakan juga menjadi

    acuan dalam penyusunan laporan PKL.

    2. Penelitian Lapangan

    Yaitu dengan mengadakan pengamatan/obse~asi secara langsung di lapangan

    untuk mendapatkan data-data perpajakan baik itu data kualitatif maupun data

    kuantitatif. Data-data perpajakan ini nantinya akan diolah lagi lebih lanjut

    untuk memperoleh informasi sesuai pembahasan.

    3. Wawancara

    Yaitu dengan melakukan wawancara secara langsung atau konsultasi dengan

    berbagai surnber, seperti petugas-petugas di Seksi Penagihan, Seksi

    Penerimaan, seksi-seksi lain, danlatau pihak-pihak terkait lainnya.

  • 4. Statistik

    Yaitu dengan cara mengolah data-data kuantitatif perpajakan melalui

    penerapan disiplin ilmu statistik sehingga dapat menghasilkan informasi

    perpajakan yang berhubungan dengan pokok pembahasan serta

    menyajikannya sesuai kebutuhan pembahasan.

    C. RENCANA DAFTAR IS1

    HALAMAN JUDUL

    HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PKL

    HALAMAN PERSETUJUAN DARI TIM PENILAI LAPORAN PKL

    KATA PENGANTAR

    SURAT PERNYATAAN

    DAFTAR IS1

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR LAMPIRAN

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    B. Tujuan Penulisan

    C. Ruang Lingkup Pembahasan

    D. Metode Pengumpulan Data

  • E. Sistematika Penulisan

    BAB I1 LANDASAN TEORI, DATA DAN FAKTA

    A. Hak Mendahulu Negara

    1. Pengertian hak mendahulu

    2. Urgensi hak mendahulu di bidang perpajakan

    3. Hubungan hak mendahulu terhadap penagihan paj ak B. Penagihan Pajak dalam Perspektif Hukum 1. Dasar hukum penagihan

    2. Urgensi penagihan pajak 3. Penagihan pajak persuasif dan penagihan pajak aktif C. Dasar Penagihan

    D. Praktii Pelaksanaan Penagihan Pajak

    1. Pejabat dan Juru Sita pajak 2. Penerbitan Surat Teguran

    3. Penerbitan dan pemberitahuan Surat Paksa

    4. Penyitaan aset Wajib Pajak danlatau Penanggung Pajak 5. Pelelangan/penjualan barang yang telah disita 6. Penagihan Seketika dan Sekaligus

    7. Pencegahan dan penyanderaan

    E. Daluwarsa Penagihan

    F. Data dan Fakta

    1. Gambaran umum KPP Pratarna Serpong

  • 2. Data piutang pajak keseluruhan

    3. Data piutang pajak yang telah ditindaklanjuti dengan tindakan

    penagihan pajak aktif

    4. Data pencairan piutang pajak

    5. Data realisasi penerimaan pajak

    BAB I11 ANALISIS PEMBAHASAN

    A. Analisis Faktor Pendukung Praktik Penagihan

    1. Praktik penatausahaan berkas penagihan

    2. Praktik penyusunan Laporan Rutin Piutang Pajak

    3. Rekonstruksi dan pemetaan data piutang paj ak

    4. Fokus dan prioritas penagihan pajak

    B. Analisis Praktik Pelaksanaan Penagihan Pajak Aktif

    1. Proses dan tingkat penindaklanjutan kasus piutang pajak kepada

    tindakan penagihan pajak aktif

    2. Strategi dalarn pelaksanaan tindakan penagihan pajak aktif

    C. Analisis Korelasi dan Kontributif Tindakan Penagihan Pajak Aktif

    1. Tingkat efektivitas dan efisiensi pelaksanaan penagihan pajak aktif

    terhadap pencairan piutang pajak 2. Korelasi efektivitas dan efisiensi penagihan pajak aktif terhadap

    realisasi penerimaan pajak

    3. Tingkat kontribusi efektivitas dan efisiensi tindakan penagihan

    pajak aktif terhadap realisasi penerimaan pajak

  • D. Permasalahan yang Timbul Berkaitan dengan Pelaksanaan

    Penagihan Aktif di KPP Pratama Serpong

    E. Upaya Mengatasi Permasalahan yang Timbul Berkaitan dengan

    Penagihan Aktif di KPP Pratama Serpong

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    B. Saran

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    D. SINOPSIS

    Negara disebut sebagai kreditur preferen karena negara memiliki hak mendahulu

    untuk utang pajak terhadap barang-barang atau hak milik Penanggung Pajak. Hak

    mendahulu ini jelas termaktub di dalam pasal21 Undang-undang Republik Indonesia

    No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana

    telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Republik Indonesia No.

    28 tahun 2007. Hak mendahulu sangat erat kaitannya dengan masalah penagihan

    pajak. Dengan diaturnya hak mendahulu ini dalam undang-undang, Negara memiliki

    landasan hukum bahwa Wajib Pajak hams lebih mendahulukan pelunasan utang

    pajaknya daripada pelunasan utang-utangnya yang lain kepada kreditur selain

    Negara. Hak mendahulu begitu penting dalam penagihan pajak dikarenakan pada

    kenyataannya utang Wajib Pajak mungkin bukan hanya utang pajak terhadap Negara,

  • melainkan bisa saja Wajib Pajak memiliki utang-utang dalam bentuk lain kepada

    kreditur-kreditur selain Negara.

    Agar pemanfaatan hak mendahulu menjadi optimal dalarn rangka efektivitas dan

    efisiensi tindakan penagihan pajak aktif, maka Kepala KPP melakukan pengawasan

    intensif terhadap tunggakan Wajib Pajak yang dinyatakan pailit, bubar atau

    dilikuidasi. Permasalahannya adalah bagaimana Kepala KPP harus berkoordinasi

    dengan pihak-pihak seperti, kurator, likuidator, orang atau badan yang ditugasi

    melakukan pemberesan, segera setelah diperoleh informasinya.

    Koordinasi perlu dilakukan untuk melakukan pencocokan piutang-piutang Wajib

    Pajak. Kepala KPP juga harus memperhatikan aturan-aturan hukum lainnya yang

    berkaitan dengan masalah kepailitan dan piutang. Misalnya saja, Undang-undang

    Republik Indonesia No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

    Pembayaran Utang. Pada Pasal 1 13 ayat ( I ) Undang-undang Republik Indonesia No.

    37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

    tersebut diatur bahwa batas akhir pengajuan tagihan dan batas akhir verifikasi pajak

    untuk menentukan besarnya kewajiban pajak sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan di bidang perpajakan harus sudah ditetapkan oleh Hakim Pengawas paling

    lambat 14 hari sejak putusan pernyataan pailit diucapkan. Pada saat-saat seperti itulah

    biasanya akan bersinggungan dengan kepentingan penerimaan negara. Untuk itu

    sangat diperlukan tindakan cepat Kepala KPP dalam berkoordinasi dengan pihak-

    pihak terkait.

  • Sebenarnya sebelum dilakukan penagihan pajak aktif, pada umurnnya KPP telah

    melakukan penagihan pajak persuasif terhadap Wajib Pajak clanlatau Penanggung

    Pajak agar segera memenuhi kewajiban perpajakannya. Penagihan pajak persuasif

    dilakukan dalam bentuk himbauan, konseling, atau pemberitahuan kepada Wajib

    Pajak danlatau Penanggung Pajak untuk segera melunasi utang pajaknya sehingga

    sifatnya tidak memaksa. Penagihan persuasif sebenarnya merupakan suatu

    strategilteknik penagihan pajak dalam kerangka pelayanan kepada Wajib Pajak untuk

    membina hubungan baik antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Wajib Pajak.

    Jikalau dengan melaksanakan penagihan persuasif ini Wajib Pajak dan/atau

    Penanggung Pajak belum juga melunasi utang pajaknya maka langkah berikutnya

    adalah dengan melaksanakan penagihan pajak aktif.

    Sesuai Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, penagihan meliputi

    tindakan menegur atau mengingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan

    sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan

    penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. Yang

    menjadi permasalahan apakah praktik pelaksanaan penagihan pajak aktif di KPP

    Pratama Serpong telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

    perpajakan. Hal ini sungguh penting mengingat bahwa setiap tindakan penagihan

    hams memiliki dasar hukum agar dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan di

    hadapan hukum.

    Dalam menentukan kasus tunggakan pajak yang akan ditindaklanjuti dengan

    tindakan penagihan pajak aktif tentunya hams memperhatikan ketentuan peraturan

  • perundangan-undangan perpajakan yang berlaku. Kasus tunggakan pajak yang harus

    ditangani oleh seksi Penagihan tidaklah sedikit sehingga penindaklanjutannya kepada

    tindakan penagihan pajak aktif haruslah dipertimbangkan secara matang dan

    menggunakan skala prioritas. Penindaklanjutan kasus yang tepat haruslah

    memperhatikan potensi pajak dari suatu kasus tunggakan pajak. Atau dengan kata lain

    harus memperhatikan cost and benefit kasus tunggakan pajak tersebut sebelum

    menindaklanjutinya kepada tindakan penagihan pajak aktif. Penagihan pajak aktif

    yang efektif adalah penagihan pajak yang mampu mencapai tujuan tindakan

    penagihan yaitu pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak. Namun

    sebenarnya, penagihan pajak aktif juga harus memperhatikan segi efisiensi dalarn

    melaksanakan penagihan pajak aktif. Hal ini disebabkan adanya biaya penagihan

    pajak yang timbul sehubungan dilaksanakannya penagihan pajak aktif. Penagihan

    pajak aktif sebaiknya dilakukan dengan seefisien mungkin tanpa harus kehilangan

    efektivitasnya. Hal ini juga berkaitan dengan saat daluwarsanya utang pajak yaitu

    setelah melampaui waktu 5 (lirna) tahun sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat

    Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tarnbahan,

    Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta

    Putusan Peninjauan Kembali. Dengan dilampauinya saat daluwarsa penagihan, maka

    penagihan tidak dapat dilaksanakan lagi karena hak untuk melakukan penagihan atas

    utang pajak tersebut telah gugur. Oleh karena itu, efisiensi waktu sangat perlu

    diperhatikan mengingat adanya saat daluwarsa penagihan pajak.

  • Dalam melaksanakan penagihan pajak aktif, tidak dapat dipungkiri bila ditemui

    kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Kendala yang dihadapi dapat bersifat

    eksternal maupun internal. Kendala yaug bersifat eksternal dapat berupa tidak adanya

    respon Wajib Pajak danlatau Penanggung Pajak terhadap tindakan penagihan pajak.

    Kendala eksternal lain dapat pula berupa sikap pengelakan atau bahkan penolakan

    Wajib Pajak dda tau Penanggung Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

    Sedangkan kendala internal yang terjadi dapat berupa profile Wajib Pajak yang

    kurang/belurn mutakhir atau kurangnya koordinasi dengan seksi-seksi lain di KPP.

    Kendala-kendala seperti ini mungkin sekali terjadi dalam melaksanakan tindakan

    penagihan pajak aktif.

    Penagihan pajak yang efektif dan efisien tentunya akan berdampak kepada

    pencairan tunggakan pajak. Semakin cepat pencairan tunggakan pajak dan semakin

    besar nilai pencairan tunggakan pajak maka semakin cepat pencapaian target

    penerimaan pajak. Yang menjadi fokus utama adalah bukan sekedar besarnya nilai

    tunggakan pajak yang dicairkan namun juga efisiensi biaya, tenaga dan waktu dalam

    upaya pencairan tunggakan pajak tersebut. Besarnya kontribusi penagihan pajak aktif

    terhadap realisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Serpong tergantung pada tingkat

    keberhasilan pencairan tunggakan pajak di KPP tersebut. Hal ini tentunya

    memerlukan perbandingau lebih lanjut terhadap komposisi lain dalam penerimaan

    pajak di KPP Pratama Serpong. Tingkat kontribusi penagihan pajak aktif terhadap

    realisasi penerimaan inilah sebenarnya yang akan mencerminkan dimana posisi dan

    peranan penagihan pajak aktif dalam realisasi penerimaan pajak. Selain itu penulis

  • juga akan mengkaji perrnasalahan yang berkaitan sehubungan dengan pelaksanaan

    penagihan pajak aktif serta usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi

    perrnasalahan tersebut.

    Berdasarkan pemikiran itulah, penulis berusaha untuk mengkaji lebih dalam

    lagi apakah pada praktiknya penagihan pajak aktif sudah mencapai tingkat efektivitas

    dan efisiensi yang cukup atau belurn. Penulis ingin membahas bagaimana sebenarnya

    penagihan pajak aktif tersebut bukan hanya efektif dalam mencapai tujuan penagihan

    namun juga efisien dalam hal biaya, waktu, dan tenaga dalam pelaksanaannya.

    Penulis juga akan membahas pula teknik-teknik dan strategi penagihan yang

    dilakukan dalam menghadapi Wajib Pajak daniatau Penanggung Pajak untuk

    mengoptimalkan tindakan penagihan pajak aktif. Dan pada bagian inti dari

    pembahasan, penulis sangat tertarik untuk membahas korelasi antara efektivitas dan

    efisiensi tindakan penagihan pajak aktif terhadap realisasi penerimaan pajak. Dan

    sebagai kelanjutan dari analisis korelasi antara efektivitas dan efisiensi tindakan

    penagihan pajak aktif terhadap realisasi penerimaan pajak, penulis juga ingin

    mengukur seberapa besar sebenarnya tingkat kontribusi penagihan pajak aktif tersebut

    terhadap realisasi penerirnaan pajak. Oleh karena itu, penulis akan membahasnya di

    dalam Laporan Praktik Ke rja Lapangan be rjudul "ANALISIS EFEKTIVITAS DAN

    EFISIENSI PENAGIHAN PAJAK AKTIF DAN TINGKAT KONTRIBUSINYA

    TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA

    SERPONG".

  • E. RINGKASAN IS1 TIAP BAB

    BAB I PENDAHCJLUAN

    Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, r u n g

    lingkup pembahasan, metode pengumpulan data, dan sistematika

    penyajian yang dibuat oleh penulis &lam menyusun Laporan PKL.

    BAB 11 LANDASAN TEORI, DATA DAN FAKTA

    Bab ini berisikan uraian mengenai pengertian dan urgensi hak

    mendahulu negara, kaitan hak mendahulu dengan penagihan pajak,

    penagihan pajak dipandang dari perspektif hukum dengan membahas

    dasar hukurn penagihan, urgensi penagihan, serta penjelasan penagihan

    persuasif dan penagihan aktif. Bab ini juga membahas dasar penagihan

    serta tata cara dan prosedur pelaksanaan penagihan. Selain itu, &lam

    bab ini dibahas mengenai saat daluwarsa penagihan serta data dan

    fakta yang diperoleh penulis saat melakukan penelitian seperti data

    piutang pajak, data pencairan piutang pajak, data realisasi penerimaan

    pajak, serta data perpaj akan lainnya.

    BAB I11 ANALISIS I PEMBAHASAN

    Bab ini berisikan analisis dan pembahasan mengenai faktor pendukung

    praktik penagihan dan analisis mengenai praktik pelaksanaan

    penagihan pajak aktif. Penulis berusaha membahas inti permasalahan

    dalam laporan PKL ini yaitu korelasi efektivitas dan efisiensi

    penagihan pajak aktif terhadap realisasi penerimaan negara serta

  • tingkat kontribusinya terhadap realisasi penerimaan negara. Di dalam

    bab ini juga dibahas pennasalahan yang umurnnya terjadi saat

    melaksanakan tindakan penagihan pajak aktif serta membahas upaya-

    upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menangani pennasalahan

    tersebut.

    BAB IV PENLTTCP

    Berisi kesimpulan atas pembahasan bab-bab sebelumnya dan

    memberikan saran-saran yang mungkin bermanfaat dalam

    mengoptimalkan tindakan penagihan pajak aktif.

    F. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan

    Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dun

    Tata Cara Perpajakan

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas

    Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penag0han Pajak dengan Surat

    Paksa

    Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam

    Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

  • Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penjualan Barang

    Sitaan yang dikecualikan dari Penjualan Secara Lelang dalam Rangka Penagihan

    Pajak dengan Surat Paksa

    Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 563/KMK.O4/2000 tentang

    Pemblokiran dun Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan

    pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

    Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.O3/2008 tentang

    Tata Cara Penagihan dengan Surat Paksa dun Pelaksanaan Penagihan Seketika

    Dan Sekaligus.

    Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 50/PJ/2010 tentang Kebijakan

    Penagihan Pajak

    Rusjdi, Muhammad. 2004. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, PT. Indeks: Jakarta.

    Pudyatmoko, Y. Sri. 2009. Pengantar Hukum Pajak, Penerbit ANDI: Yogyakarta.

  • PENUTUP

    A. RENCANA KEGIATAN

    I Uraian Kegiatan I PKL dan PKL 1 I

    Pengarahan Penyusunan Outline Laporan 9 April 20 10

    Penyusunan dan Penyerahan Outline PKL 14 Juni- 25 Juni 2010

    Pengarahan Teknis Pelaksanaan PKL 23 Juni 20 10

    Pelaksanaan PKL 28 Juni - 23 Juli 2010

    Penyerahan Laporan PKL untuk dinilai

    Dosen Penilai

    2 Agustus - 6 Agustus 2010

    Perbaikan Laporan PKL 9 Agustus - 13 Agustus 20 10 I

    Batas Akhir Penyerahan Laporan PKL 20 Agustus 201 0

    Ujian Kompetensi Spesial isasi I 24 Agustus - 26 Agustus 201 0

    Ujian Kompetensi Spesialisasi I (Ulangan)

    B. KONTINJENSI

    Penyusunan outline Laporan Praktik Kerja Lapangan ini merupakan rencana

    dalam menyusun Laporan Praktik Kerja Lapangan. Tidak bisa dipungkiri apabila

    nantinya penulis menemukan kendala atau hambatan baik dalam ha1 pengumpulan

    30 Agustus - 1 September 201 0

    Pendaftaran Yudisium

    Yudisium

    20 September - 22 September 20 1 0

    24 September 2010

  • data maupun pembahasan yang berada di luar kekuasaan penulis. Oleh sebab itu

    apabila selama pelaksanaan Praktik Keja Lapangan nanti terdapat masalah d d a t a u

    perbedaan data dalam outline ini, penulis akan mencoba untuk melakukan

    penyesuaian selama tidak menyimpang dari pokok pembahasan ini.

    Penulis sangat menyadari bahwa outline ini masih terdapat banyak kekurangan

    dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis, oleh karena itu

    penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing.

    Akhimya penulis sangat berharap semoga outline ini dapat bermanfaat sebagai

    acuan dan penuntun dalam pembuatan Laporan Praktik Keja Lapangan sehingga

    penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan tersebut sesuai dengan

    waktu yang telah ditentukan.