Contoh Naskah Ringkas Tesis

34
1 Analisis tentang Konversi Utang Menjadi Saham yang Tidak Sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan (Studi Kasus: Putusan Mahkamah Agung Nomor 070 PK/Pdt.Sus/2011 antara PT PANN (Persero) dan PT Mandala Airlines) Liedarmawan Chandra dan Teddy A.Anggoro (Pembimbing) Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ABSTRAK Penelitian ini membahas konversi utang menjadi saham sebagai isi dari perjanjian perdamaian dalam Penundaan Kewajiban dan Pembayaran Utang (PKPU) PT Mandala Airlines yang telah disahkan dalam putusan Pengadilan Niaga. Salah satu kreditor konkuren yaitu PT PANN (Persero) tidak dapat melaksanakan konversi utang menjadi saham karena tidak sesuai dengan anggaran dasar perseroan tersebut. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif. Hasil penelitian ini adalah konversi utang menjadi saham tersebut dapat dilaksanakan oleh PT PANN (Persero) melalui mekanisme spin-off. Penelitian ini juga menyarankan PT PANN (Persero) untuk melaksanakan pengambilan saham PT Mandala Airlines setelah melakukan mekanisme spin- off. Kata kunci: Konversi utang menjadi saham, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perdamaian. ABSTRACT

description

Contoh aja yaa..

Transcript of Contoh Naskah Ringkas Tesis

Page 1: Contoh Naskah Ringkas Tesis

1

Analisis tentang Konversi Utang Menjadi Saham yang Tidak Sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan (Studi Kasus: Putusan

Mahkamah Agung Nomor 070 PK/Pdt.Sus/2011 antara PT PANN (Persero) dan PT Mandala Airlines)

Liedarmawan Chandra dan Teddy A.Anggoro (Pembimbing)

Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini membahas konversi utang menjadi saham sebagai isi dari perjanjian perdamaian dalam Penundaan Kewajiban dan Pembayaran Utang (PKPU) PT Mandala Airlines yang telah disahkan dalam putusan Pengadilan Niaga. Salah satu kreditor konkuren yaitu PT PANN (Persero) tidak dapat melaksanakan konversi utang menjadi saham karena tidak sesuai dengan anggaran dasar perseroan tersebut. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif. Hasil penelitian ini adalah konversi utang menjadi saham tersebut dapat dilaksanakan oleh PT PANN (Persero) melalui mekanisme spin-off. Penelitian ini juga menyarankan PT PANN (Persero) untuk melaksanakan pengambilan saham PT Mandala Airlines setelah melakukan mekanisme spin-off.

Kata kunci:

Konversi utang menjadi saham, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perdamaian.

ABSTRACT

The focus of this study is the conversion of debt into equity as the content of the reconcilement agreement as in Suspension of Debt Payment (PKPU) PT Mandala Airlines which was approved by the verdict of the Commercial Court. One of the unsecured creditors, namely PT PANN (Limited) can not carry out the conversion of debt into equity because it does not fit with the company's articles of association. This research is normative. The results of this study is the conversion of debt to equity can be executed by PT PANN (Limited) through a mechanism of spin-off. The study also suggests PT PANN (Limited) to take of PT Mandala Airlines’s stocks after the spin-off mechanism.

Key words:

conversion of debt into equity, reconcilement, Suspension of Debt Payment.

Page 2: Contoh Naskah Ringkas Tesis

2

PENDAHULUAN

Krisis moneter yang melanda hampir seluruh belahan dunia pada

pertengahan tahun 1997 telah memporak-porandakan sendi-sendi

perekonomian. Dunia usaha merupakan dunia yang paling menderita dan

merasakan dampak krisis yang tengah melanda. Negara Indonesia memang

tidak sendirian dalam menghadapi krisis tersebut, namun tidak dapat

dipungkiri bahwa negara Indonesia adalah salah satu negara yang paling

menderita dan merasakan akibatnya.1

Tidak sedikit dunia usaha yang gulung tikar, sedangkan yang masih

dapat bertahan pun usahanya memprihatinkan. Untuk mengantisipasi adanya

kecenderungan dunia usaha yang memprihatinkan yang akan berakibat pula

pada tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo, maka

pemerintah melakukan perubahan-perubahan dalam peraturan perundang-

undangan dalam rangka mengatasi permasalahan di dunia usaha, salah satunya

adalah dengan merevisi Undang-Undang Kepailitan. Inisiatif pemerintah untuk

merevisi Undang-Undang Kepailitan, sebenarnya timbul karena ada “tekanan”

dari International Monetery Fund (IMF) yang mendesak supaya Indonesia

menyempurnakan sarana hukum yang mengatur permasalahan pemenuhan

kewajiban oleh debitor ke kreditor. IMF merasa bahwa peraturan kepailitan

yang merupakan warisan pemerintah kolonial Belanda selama ini kurang dapat

memenuhi tuntutan zaman.2

Untuk menghindari terjadinya penetapan kepailitan oleh pengadilan

dengan suatu keputusan hakim yang tetap, maka akan di lakukan suatu upaya

hukum yang dapat menyeimbangi keberadaan dan fungsi hukum kepailitan itu

sendiri, yaitu dengan dilakukannya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

(PKPU). PKPU dapat diajukan oleh debitor maupun kreditor yang memiliki

1

Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran di Indonesia, (Jakarta:Rajawali Pers, 1991), hal 10

2

Sutan Remi Sjahdeni, Hukum Kepailitan, (Jakarta:Rajawali Pers, 2009), hal 50.

Page 3: Contoh Naskah Ringkas Tesis

3

itikad baik, dimana permohonan pengajuan PKPU harus diajukan sebelum

diucapkannya putusan pernyataan pailit.3

PKPU adalah suatu masa yang diberikan oleh Hakim Pengadilan Niaga

kepada debitor dan kreditor untuk menegosiasikan cara-cara pembayaran utang

debitor, baik sebagian maupun seluruhnya termasuk apabila perlu

merestrukturisasi utang tersebut. Diberikannya kesempatan bagi debitor untuk

menunda kewajiban pembayaran utang-utangnya, maka ada kesempatan bagi

debitor untuk melanjutkan usahanya, aset-aset dan kekayaan akan tetap dapat

dipertahankan debitor sehingga dapat memberi suatu jaminan bagi pelunasan

utang-utang kepada seluruh kreditor, dan juga memberi kesempatan kepada

debitor untuk merestrukturisasi utang-utangnya, sedangkan bagi kreditor,

PKPU yang telah diberikan kepada debitor juga dimaksudkan agar kreditor

memperoleh kepastian mengenai tagihannya, utang piutangnya akan dapat

dilunasi oleh debitor.4

Ketentuan PKPU yang berlaku di Indonesia masih menjadi satu dengan

Undang-Undang Kepailitan, baik semasa Faillissement Verordening Stb. 1905

No.217 jo. Stb. 1906 No.348, dan setelah terjadinya krisis moneter di Indonesia

Juli 1997, maka dirubah menjadi Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1998

tentang perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan tanggal 9

September 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 nomor

135) yang bukan merupakan Undang-Undang Kepailitan yang baru melainkan

hanya sekedar mengubah dan menambah beberapa pasal peraturan kepailitan

yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998.

Peraturan tersebut dianggap tidak dapat memenuhi perkembangan dan

kebutuhan masyarakat, maka pemerintah bersama dengan DPR menerbitkan

3

Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan Edisi revisi Berdasarkan Undang-undang No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Malang: UPT Percetakan Universitas Muhammadiyah, 2008), hal 220 .

4

Kartini Muljadi, dalam Lontoh dkk, Penyelesaian Utang Piutang : Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Bandung : Alumni, 2001), hal 173.

Page 4: Contoh Naskah Ringkas Tesis

4

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang.5

Permohonan PKPU diajukan dengan maksud untuk mengajukan

Rencana Perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian utang atau

seluruh utang kepada kreditor. Rencana Perdamaian ini merupakan proposal

akan tindakan-tindakan yang akan diambil debitor dalam rangka penyehatan

kembali perusahaannya. Salah satu tindakan yang ditempuh debitor dalam

rangka menyelesaikan utang-utangnya tersebut adalah dengan cara melakukan

pengajuan restrukturisasi atas utangnya.

PKPU memiliki beberapa perbedaan dengan Kepailitan. Yang pertama

adalah dalam PKPU ini nasib orang yang mendapat PKPU tidak sejelek orang

yang dinyatakan pailit. Orang yang dinyatakan pailit akan kehilangan

kecakapan berbuat terhadap harta bendanya sendiri, sedangkan orang yang

mendapatkan PKPU tidak akan kehilangan hak atas harta bendanya. Dalam

lembaga PKPU, orang yang mendapat PKPU masih cakap berbuat terhadap

harta-bendanya tetapi ia harus meminta izin dari Pengurus yang diangkat oleh

hakim. Dalam PKPU, kurator tidak turut campur dalam persoalan PKPU tetapi

hakim akan mengangkat Pengurus yang bertugas mengawasi orang yang

mendapat PKPU dalam mengurus harta bendanya.6

Restrukturisasi utang merupakan salah satu upaya alternatif yang dapat

ditempuh debitor yang utang-utangnya telah jatuh tempo atau bahkan sebagai

termohon pailit. Salah satu upaya dalam merustrukturisasi utang adalah dengan

cara konversi piutang kreditor menjadi saham perusahaan debitor atau “debt to

equity swap”. Dengan cara demikian, diharapkan kedua belah pihak saling

diuntungkan dimana kreditor dapat memperoleh sebagian hak kepemilikan atas

perusahaan debitor dan memperoleh deviden atas kepemilikan saham,

5

Sutan Remi Sjahdeni, Hukum Kepailitan: Memahami Fallisment Verordering, Juncto Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Kepailitan, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2008), hal 328.

6

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hal 103.

Page 5: Contoh Naskah Ringkas Tesis

5

sedangkan bagi debitor sendiri tetap dapat menjalankan perusahaannya

sehingga masih memiliki kemungkinan untuk diselamatkan.

Kasus-kasus restrukturisasi utang dengan jalan konversi utang menjadi

saham telah terjadi di Indonesia, diantaranya adalah yang dilakukan oleh PT.

Mandala Airlines. PT Mandala Airlines didirikan pada 17 April 1969 dan

awalnya merupakan bagian dari badan militer Indonesia. Pada bulan April

2006, grup transportasi Indonesia, Cardig International mengakuisisi maskapai

penerbangan tersebut senilai Rp300 Milyar (34 Juta USD). Pada bulan Oktober

2006, Indigo Partners, sebuah perusahaan investasi mengakuisisi 49% saham

Cardig.7

Pada tanggal 12 Januari 2011, Mandala Airlines menghentikan kegiatan

operasionalnya. Mandala menghadapi masalah sengketa internal dengan pihak

yang menyewakan pesawat. Mandala mengalami kesulitan atau gagal bayar

terkait pembayaran sewa pesawat terhadap perusahaan yang menyewakan

pesawat.8

Beban utang Mandala Airlines mencapai Rp 2,45 triliun kepada

kreditor konkuren atau kreditor yang tidak dijamin dengan aset-aset

perusahaan. Jumlah kreditor konkuren sebanyak 114 kreditor yang bersifat

perusahaan, 72.000 pemegang tiket yang sudah diverifikasi, dan 350 agen

perjalanan. Mandala Airlines juga berhutang kepada kreditor separatis yakni

Bank Victoria, yang dijamin dengan aset-aset Mandala Airlines. Jumlah utang

maskapai ini mencapai Rp 54,14 miliar. Perhitungan aset sementara Mandala

Airlines kini mencapai Rp 110 miliar. Aset itu hanya berupa gedung, tanah,

dan mesin pesawat Mandala Airlines.9

7

Herdaru Purnomo, ”Tak Ada Gugatan Pailit, PN Jakpus Belum Terima PKPU Mandala”, http://finance.detik.com/read/2011/01/13/133740/1545677/4/tak-ada-gugatan-pailit-pn-jakpus-belum-terima-pkpu-mandala

8

Eko Priliawito , ”Mandala Stop Operasi Selama 45 Hari”, http://bisnis.news.viva . co.id /news/read/198991-mandala-berhenti-operasi-sementara-45-hari

9

Anonim, “Beban Utang Mandala Airlines Rp 2,45 Triliun”, http://www.kabarbisnis . com /read/ 2818207

Page 6: Contoh Naskah Ringkas Tesis

6

Dalam dokumen perjanjian perdamaian Mandala dengan para

kreditornya disebutkan ada enam penyebab Mandala tak mampu membayar

utang. Pertama, biaya besar yang timbul akibat konversi armada perseroan dari

Boeing 737 (seri 200 dan 400) menjadi Airbus A319/320. Kedua, adanya

penyusutan jumlah armada pesawat perseroan yang menyebabkan pengurangan

pendapatan perseroan secara signifikan. Ketiga, munculnya depresiasi mata

yang rupiah sekitar 25% di 2008 terhadap mata uang dolar AS. Keempat,

terjadinya kenaikan tajam biaya pembelian bahan bakar di 2008. Kelima,

infrastruktur yang belum memadai untuk menyokong operasi penerbangan

domestik yang berkesinambungan. Dan terakhir, adanya penumpukan biaya-

biaya operasional yang sudah terakumulasi dalam waktu panjang sehingga

mencapai jumlah yang sangat besar.10

Di dalam dokumen perjanjian perdamaian Mandala dengan para

kreditornya, juga dipaparkan jika Mandala diputuskan dilikuidasi oleh

pengadilan, hanya kreditor separatis yaitu Bank Victoria yang akan

dikembalikan utangnya. Karena itu, pelaksanaan proses likuidasi Mandala

Airlines hanya dapat memberi pengembalian kepada kreditor separatis, yang

sebelumnya telah terjamin dengan aset perusahaan. Sebaliknya para kreditor

konkuren tidak mendapatkan sisa dari hasil likuidasi aset perusahaan.

Sehingga, kreditor konkuren yang jumlah utangnya Rp 2,45 triliun terancam

tak terbayar seluruh utangnya.

Selain kepada para kreditor tersebut, Mandala juga memiliki kewajiban

kepada para pemegang tiket yang belum terbang. Semula 157.000 pemegang

tiket, setelah diverifikasi menjadi sekitar 72.000 pemegang tiket. Untuk

pengembalian uang tiket, utang Mandala mencapai Rp 27 miliar. Para

pemegang tiket itu, termasuk kreditor konkuren. Mandala dilarang membayar

utang kepada sebagian kreditor. Ini sesuai aturan yang berlaku. Kecuali

Mandala membayar ke seluruh kreditor dengan imbangan piutang masing-

10

Loc. Cit.

Page 7: Contoh Naskah Ringkas Tesis

7

masing, maka pengembalian uang tiket kepada penumpang yang belum terbang

tidak dapat dilakukan.11

Pada tanggal 17 Januari 2011, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah

mengabulkan permohonan PKPU Mandala Airlines sekaligus memberikan

waktu 45 hari kepada Mandala Airlines untuk membuat strategi restrukturisasi

perusahaan.12 Mandala kemudian mengajukan Rencana Perdamaian yang

secara garis besar isinya mencakup ketiga hal berikut: pertama, pengajuan

konversi hutang kreditor konkuren menjadi saham. Kedua, masuknya investor

baru untuk menyuntikkan modal bagi perusahaan. Dan, ketiga, masuknya

pengelola baru untuk memulai kembali operasi perusahaan.13

Atas Rencana Perdamaian yang diajukan Mandala, kreditor diberikan

waktu untuk melakukan analisa dan evaluasi atas Rencana Perdamaian

tersebut. Terhadap Rencana Perdamaian itu, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat

pada tanggal 2 Maret 2011 telah mengesahkan hasil voting dalam perdamaian

antara PT Mandala Airlines dan para kreditor melalui Putusan Nomor

01/PKPU/2011/PN.NIAGA.JKT.PST. Pengadilan Niaga dalam hal ini juga

telah mempertimbangkan sedikitnya tiga keberatan dari kreditor. Namun, oleh

majelis hakim, keberatan itu dianggap tidak beralasan sehingga ditolak oleh

hakim. Keputusan konversi utang itu diambil setelah pemungutan suara yang

diambil oleh 344 hak suara kreditor. Sebanyak 304 suara setuju dengan

konversi saham, 37 suara menolak, dan 3 suara abstain.14

Salah satu permohonan Mandala yang disetujui oleh Pengadilan Niaga

Jakarta Pusat dalam Putusan Nomor 01/PKPU/2011/PN.NIAGA.JKT.PST.

11

Loc. Cit12

Eddy Dwinanto Iskandar, “Rencana Perdamaian Mandala Ditolak 37 Kreditor”, http://swa.co.id/listed-articles/rencana-perdamaian-mandala-ditolak-37-kreditor

13

Loc .Cit14

Erlangga Djumena, ”Perdamaian Mandala Disahkan Pengadilan,” http://bisniskeuangan. kompas.com/read/2011/03/02/1539275/P erdamaian.Mandala.Disahkan .Pengadilan.

Page 8: Contoh Naskah Ringkas Tesis

8

tersebut adalah konversi utang menjadi saham. Salah satu kreditor Mandala

yaitu PT PANN (Persero) kemudian mengajukan upaya hukum Peninjauan

Kembali atas Putusan Nomor 01/PKPU/2011/PN.NIAGA.JKT.PST. tersebut.

Adapun yang menjadi alasan PT PANN (Persero) dalam anggaran dasarnya

adalah sebagai perusahaan pembiayaan yang wajib tunduk kepada ketentuan

dalam Pasal 29 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor

84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan yang menyatakan bahwa:

“Perusahaan Pembiayaan hanya dapat melakukan penyertaan modal pada

perusahaan di sektor keuangan di Indonesia”.

Lebih lanjut diatur dalam Pasal 44 ayat (1) Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, apabila

PT PANN (Persero) melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud diatas, maka

PT PANN (Persero) akan mendapatkan sanksi berupa Peringatan, Pembekuan

Kegiatan Usaha, dan Pencabutan Izin Usaha. PT PANN (Persero) merupakan

Badan Usaha Milik Negara, dalam anggaran dasarnya menegaskan dan

mengatur bahwa apabila PT PANN (Persero) hendak melakukan penyertaan

modal pada perusahaan lain, maka PT PANN (Persero) wajib mendapatkan

tanggapan tertulis Dewan Komisaris dan mendapatkan persetujuan dari

Pemegang Saham yang dalam hal ini adalah Negara Republik Indonesia yang

diwakili oleh Menteri Negara BUMN dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

Bahwa dengan demikian sesungguhnya penolakan PT PANN (Persero)

atas Penawaran Perdamaian yang diajukan oleh Mandala Airlines yang isinya

antara lain utang kepada kreditor dikonversi menjadi Saham Baru Perseroan

(Saham Seri C), didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang secara

tegas melarang PT PANN (Persero) untuk melakukan penyertaan modal dalam

perusahaan selain perusahaan di sektor keuangan di Indonesia, sedangkan

Mandala Airlines adalah perusahaan yang bergerak di sektor

angkutan/perhubungan udara sehingga PT PANN (Persero) menurut hukum

yang berlaku dilarang untuk melakukan penyertaan modal, dalam bentuk

Page 9: Contoh Naskah Ringkas Tesis

9

apapun tidak terkecuali dalam bentuk konversi utang menjadi kepemilikan

saham pada Mandala Airlines.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, PT PANN (Persero) mengajukan

upaya hukum Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung Republik

Indonesia terhadap Putusan Nomor 01/PKPU/2011/PN.NIAGA.JKT.PST.

tersebut. Mahkamah Agung dalam Putusan Nomor 070 PK/Pdt.Sus/2011

menolak permohonan Peninjauan Kembali tersebut.

Pokok Permasalahan

1. Bagaimana akibat hukum atas konversi utang menjadi saham yang tidak

sesuai dengan anggaran dasar perseroan?

2. Bagaimana upaya hukum yang tepat untuk melaksanakan konversi utang

menjadi saham yang tidak sesuai dengan anggaran dasar perseroan?

Bentuk penelitian tesis ini adalah bentuk penelitian yuridis normatif,

yaitu suatu bentuk penelitian berdasarkan norma hukum tertulis. Alasannya

adalah penelitian ini didasarkan pada adanya suatu ketentuan undang-undang

dan putusan Mahkamah Agung yang merupakan norma hukum tertulis. Sejalan

dengan hal tersebut, penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan

suatu keadaan.

Penelitian ini menjelaskan mengenai konversi utang menjadi saham

sebagai salah satu agenda dari PKPU. Dari sudut tipe penelitiannya, penelitian

ini adalah penelitian preskriptif, yaitu suatu penelitian yang tujuannya

memberikan jalan keluar atau saran untuk mengatasi permasalahan.15

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini adalah penelitian problem solution, yaitu

suatu penelitian yang bertujuan memberikan jalan keluar dan saran pemecahan

masalahnya.16 Konversi utang menjadi saham ternyata tidak serta-merta dapat

15

Sri Mamudji, et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta:Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005)., hlm.4.

16

Page 10: Contoh Naskah Ringkas Tesis

10

dilaksanakan. Maka penelitian ini berusaha mencari solusi atas permasalahan

tersebut.

Adapun jenis data yang penulis kumpulkan dalam penelitian ini adalah

data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan.17

Data sekunder tersebut akan didukung dengan hasil wawancara dengan

narasumber. Alasan penulis mengumpulkan data sekunder adalah karena

penelitian ini berbentuk penelitian yuridis normatif yang didasarkan pada

norma hukum tertulis. Norma hukum tertulis termasuk sebagai sumber data

sekunder.

Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari bahan hukum

primer, yaitu bahan hukum yang bersumber dari peraturan perundang-

undangan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

3. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU

4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.

012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan

5. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 01/PKPU/2011/PN.

NIAGA.JKT.PST

6. Putusan Mahkamah Agung Nomor 070 PK/Pdt.Sus/2011

7. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

Kemudian bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan buku, makalah, serta artikel yang berkaitan dengan

hukum kepailitan dan PKPU. Selanjutnya bahan hukum tersier, yaitu bahan

hukum yang memberikan petunjuk atau referansi terhadap bahan hukum

Ibid., hal. 5.17

Ibid., hal 28.

Page 11: Contoh Naskah Ringkas Tesis

11

primer dan sekunder. Dalam penelitian ini penulis menggunakan ensiklopedia

dan kamus.

Alat pengumpulan data yang digunakan penulis adalah studi dokumen

atau penelusuran literatur dan wawancara. Studi dokumen penting dilakukan

untuk merumuskan kerangka teori dan konsep.18 Wawancara dilakukan dengan

narasumber untuk memperoleh data guna mendukung data sekunder.

Wawancara akan penulis lakukan secara langsung, yaitu berhadapan dengan

narasumber.

PEMBAHASAN

Debt to equity swap merupakan suatu langkah yang diambil oleh pihak

kreditor karena kreditor tersebut melihat dan mengamati bahwa perusahaan

dari debitor yang mengalami masalah keuangan tersebut mempunyai nilai

ekonomi yang sangat bagus di masa yang akan datang, dan ini merupakan cara

yang bagus bagi kreditor untuk menambah laba, yaitu dengan cara reklasifikasi

tagihan debitor menjadi penyertaan.19

Transaksi debt to equity swap pada dasarnya merupakan transaksi

pengeluaran saham-saham baru dimana pembayaran atas saham tersebut

dilakukan dengan dikonversikannya piutang kreditor atau pemegang saham

perseroan terbatas menjadi saham-saham baru. Pemegang saham atau kreditor

yang mempunyai tagihan terhadap perseroan dapat mengkompensasikan hak

tagihnya menjadi penyetoran atas harga saham, sepanjang hal tersebut disetujui

oleh RUPS.20

18

Ibid., hal. 29.19

Gunadi, Restrukturisasi Perusahaan dalam Berbagai Bentuk dan Pemajakannya, (Jakarta: Salemba Empat, 2001) hal. 61.

20

Pheo Marojahan Hutabarat, “Beberapa Ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas Terkait dengan Organisasi Perusahaan: Suatu Tinjauan Praktek”, (makalah disampaikan dalam Pelatihan Calon Advokat kerjasama PBHI dengan PERADI, Jakarta 10

Page 12: Contoh Naskah Ringkas Tesis

12

Pasal 222 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang mengatur bahwa

debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan

membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat

memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud pada

umumnya untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran

seluruh atau sebagian utang kepada kreditor konkuren.

Menurut Munir Fuady, yang dimaksud dengan tundaan pembayaran

utang adalah suatu masa yang diberikan oleh undang-undang melalui putusan

hakim niaga di mana dalam masa tersebut kepada pihak kreditor dan debitor

diberi kesempatan untuk memusyawarahkan cara-cara pembayaran utangnya

dengan memberikan rencana pembayaran seluruh atau sebagian utangnya,

termasuk apabila perlu untuk merestrukturisasi utangnya tersebut. Jadi, PKPU

sebenarnya merupakan sejenis moratorium, dalam hal ini legal moratorium.21

Perdamaian pada dasarnya adalah suatu kesepakatan antara debitor dan

kreditor untuk merestrukturisasi utang secara paksa. Penyelesaian utang-

piutang secara damai di luar kepailitan hanya dapat dicapai jika debitor dan

kreditor telah sama-sama sepakat atas syarat-syarat dan ketentuan perjanjian

perdamaian. Kreditor tidak dapat dipaksa untuk menyetujui syarat-syarat

perdamaian, demikian pula sebaliknya.22 Suatu perjanjian perdamaian dapat

dibuat untuk mengakhiri suatu sengketa dan dalam hal PKPU adalah

penyelesaian utang yang telah jatuh tempo dengan cara-cara antara lain:

restrukturisasi utang dengan pengurangan pokok pinjaman dan bunganya,

pengurangan tingkat suku bunga, konversi utang menjadi saham, atau

penundaan pembayaran.23

Agustus 2008), hal. 40.21

Munir Fuady, Hukum Pailit, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 175.22

Andrey Sitanggang, “Perdamaian Dalam Kepailitan”, (makalah disampaikan pada Pelatihan Calon Kurator dan Pengurus AKPI, Jakarta, Oktober 2012), hal. 1.

23

R. Anton Suyatno, Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sebagai Upaya Mencegah Kepailitan, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 112.

Page 13: Contoh Naskah Ringkas Tesis

13

Isi rencana perdamaian tidak dibatasi oleh undang-undang sehingga

dapat berisi restrukturisasi utang-utangnya. Dengan demikian apabila rencana

perdamaian tersebut diterima oleh para kreditornya dan perusahaan debitor

dapat membayar kembali utangnya kepada para kreditornya maka keadaan

tersebut tentu lebih menguntungkan. Perdamaian yang telah disetujui Pemohon

PKPU dan termohon serta para kreditronya akan dihomologasi oleh pengadilan

niaga segera setelah putusan perdamaian disahkan. Perdamaian tersebut

mengikat semua kreditor konkuren tanpa kecuali untuk menaati isi perdamaian

tersebut. Putusan pengesahan perdamaian langsung mempunyai kekuatan

hukum tetap.24

Konversi utang menjadi saham adalah salah satu cara restrukturisasi

utang yang dapat ditawarkan debitor kepada para kreditornya dalam PKPU.

Melalui cara ini, seluruh utang debitor terhadap para kreditor konkuren akan

dikonversi menjadi saham baru perseroan. Dengan dikeluarkannya saham baru

perseroan, kreditor konkuren tidak lagi memiliki tagihan terhadap perseroan

dan perseroan akan secara penuh dibebaskan dari kewajiban membayar utang

terhadap kreditor konkuren.

Dalam kasus PKPU PT Mandala Airlines, permohonan PKPU yang

diajukan pada tanggal 13 Januari 2011 belum mencantumkan rencana konversi

utang menjadi saham sebagai solusi yang ditawarkan. Pada tahap ini pemohon

PKPU menyampaikan bahwa masih adanya kemungkinan perusahaan dapat

dijalankan apabila diberikan tenggat waktu untuk menunda pembayaran

utangnya kepada para kreditor dan juga bahwa pemohon PKPU sedang dalam

tahap negosiasi dengan beberapa calon investor.untuk menambah modal. Atas

permohonan tersebut, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat

memutuskan mengabulkan permohonan PKPU PT Mandala Airlines.

PT Mandala Airlines kemudian mengajukan rencana perdamaian yang

pada intinya memuat rencana restrukturisasi utang. Dalam rencana perdamaian

24

Ibid., hal. 114

Page 14: Contoh Naskah Ringkas Tesis

14

tersebut konversi utang menjadi saham digunakan sebagai cara yang akan

ditempuh guna melaksanakan restrukturisasi utang PT Mandala Airlines

kepada para kreditornya. Ditawarkan kepada para kreditor konkuren agar hak

tagih mereka dikonversi menjadi 15-20% saham seri C perseroan.

Dalam rapat kreditor yang dilangsungkan pada tanggal 24 Februari

2011, rencana perdamaian yang diajukan PT Mandala Airlines tersebut

mendapat persetujuan dari para kreditor konkuren melalui mekanisme

pemungutan suara. Berdasarkan hal tersebut, Majelis Hakim Pengadilan Niaga

Jakarta Pusat memutuskan menyatakan sah perdamaian antara PT Mandala

Airlines dengan para kreditornya dan menghukum debitor dan kreditor untuk

menaati isi dari perdamaian tersebut.

Penulis berpendapat bahwa akibat hukum dari pengesahan perdamaian

antara PT Mandala Airlines dan para kreditornya tersebut adalah para kreditor

konkuren tidak akan menerima pembayaran piutangnya dalam bentuk uang

tunai maupun bentuk lainnya kecuali saham seri C perseroan. Artinya bahwa

seluruh kreditor konkuren akan menjadi pemegang saham perseroan atau

dengan kata lain akan melakukan penyertaan modal di PT Mandala Airlines.

Salah satu kreditor konkuren PT Mandala Airlines adalah PT PANN

(Persero) yang merupakan perusahaan pembiayaan. Hal ini ternyata dalam

anggaran dasar PT PANN (Persero) yang perubahan terakhirnya dimuat dalam

Akta Nomor 66 Tanggal 14 Agustus 2008 yang dibuat oleh Poerbaningsih Adi

Warsito, S.H., Notaris di Jakarta Selatan. Pasal 3 anggaran dasar PT PANN

(Persero) memuat maksud dan tujuan perseroan adalah melakukan kegiatan

usaha di bidang lembaga pembiayaan termasuk usaha pembiayaan dengan

prinsip syariah dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan untuk

menghasilkan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk

mendapatkan/mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan

menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas. Dari rumusan pasal tersebut

jelas bahwa PT PANN (Persero) adalah perusahaan pembiayaan.

Page 15: Contoh Naskah Ringkas Tesis

15

Perusahaan pembiayaan tunduk pada Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 84/PMK.02/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Pasal 29 ayat (1)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2006 tentang Perusahaan

Pembiayaan menyatakan bahwa perusahaan pembiayaan hanya dapat

melakukan penyertaan modal pada perusahaan di sektor keuangan di

Indonesia. Dalam hal ini PT PANN (Persero) sebagai perusahaan pembiayaan

dibatasi geraknya dalam melakukan penyertaan modal terhadap perusahaan

lain. PT Mandala Airlines adalah perusahaan yang bergerak di sektor jasa

transportasi, bukan di sektor keuangan. Penulis berpendapat, PT PANN

(Persero) tidak dapat memiliki saham PT Mandala Airlines, karena sebagai

pemegang saham, maka secara otomatis PT PANN (Persero) melakukan

penyertaan modal di PT Mandala Airlines, yang mana hal ini dilarang oleh

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2006 tentang Perusahaan

Pembiayaan..

Penulis berpendapat, apabila PT PANN (Persero) tetap mengambil

saham PT Mandala Airlines sebagai akibat dari pengesahan perdamaian, maka

PT PANN (Persero) dapat dikenai sanksi berupa peringatan, pembekuan

kegiatan usaha dan pencabutan izin usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 44

ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan.

PT PANN (Persero) melakukan upaya hukum peninjauan kembali atas

perdamaian yang sudah disahkan tersebut. Dalam Putusan 070

PK/Pdt.Sus/2011, Mahkamah Agung menolak peninjauan kembali yang

diajukan PT PANN (Persero) tersebut, sehingga perdamaian antara PT

Mandala Airlines dengan para kreditornya harus dilaksanakan karena telah

berkekuatan hukum tetap dan PT PANN (Persero) sudah tidak bisa

mengajukan upaya hukum apapun.

Penulis berpendapat bahwa terjadi ketidaksesuaian antara perdamaian

antara PT Mandala Airlines dengan para kreditornya yang disahkan dalam

Page 16: Contoh Naskah Ringkas Tesis

16

Putusan Nomor 01/PKPU/2011/PN.NIAGA.JKT.PST dengan Pasal 29 ayat (1)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2006 tentang Perusahaan

Pembiayaan. Bahwa di satu sisi PT PANN (Persero) dihukum untuk menaati

isi perdamaian yang di dalamnya mengharuskan PT PANN (Persero) untuk

ikut serta melakukan penyertaan modal di PT Mandala Airlines, sementara di

sisi lain PT PANN (Persero) sebagai perusahaan pembiayaan dilarang untuk

melakukan penyertaan modal di luar sektor keuangan di Indonesia. Akibat

hukumnya, PT PANN (Persero) terjebak dalam dua aturan hukum yang sama-

sama mengikat bagi dirinya.

Penulis berpendapat bahwa Putusan Nomor 01/PKPU/2011/PN.

NIAGA.JKT.PST yang mengesahkan perdamaian antara PT Mandala Airlines

dengan para kreditornya dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

84/PMK.02/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan kedua-duanya merupakan

pranata hukum yang wajib ditaati oleh PT PANN (Persero) sebagai salah satu

kreditor konkuren PT Mandala Airlines dan juga sebagai sebuah perusahaan

pembiayaan.

Ketidaksesuaian antara tindakan penyertaan modal yang harus

dilakukan PT PANN (Persero) berdasarkan isi perdamaian antara PT Mandala

Airlines dengan para kreditornya dengan aturan Pasal 29 ayat (1) Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan

membuat hal tersebut tidak dapat serta-merta dilaksanakan. Penulis

berpendapat, pokok permasalahan tidak dapat dilaksanakannya penyertaan

modal sebagai konsekuensi konversi utang menjadi saham terdapat pada

kegiatan usaha PT PANN (Persero) di bidang pembiayaan yang membuatnya

harus tunduk kepada aturan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

84/PMK.02/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan tersebut.

Terhadap perdamaian antara PT Mandala Airlines dengan para

kreditornya telah disahkan melalui Putusan Nomor 01/PKPU/2011/PN.NIAGA

.JKT.PST telah diajukan upaya hukum peninjauan kembali oleh PT PANN

Page 17: Contoh Naskah Ringkas Tesis

17

(Persero). Mahkamah Agung melalui Putusan Nomor 070 PK/Pdt.Sus/2011

telah menolak peninjauan kembali tersebut, sehingga PT PANN (Persero) tidak

dapat lagi mengajukan upaya hukum dalam jalur pengadilan.

Penulis berpendapat, karena upaya hukum dalam jalur pengadilan

sudah tidak ada, maka PT PANN (Persero) harus mencari upaya lain di luar

jalur pengadilan untuk dapat menjalankan konversi utang menjadi saham

sebagaimana diatur dalam perdamaian. Agar PT PANN (Persero) tidak lagi

tunduk terhadap Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan, dapat dijalankan upaya restrukturisasi perseroan

dengan jalan spin-off.

Spin-off adalah bentuk restrukturisasi perseroan dengan melakukan

pemisahan tidak murni. Menurut Pasal 135 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pemisahan tidak murni mengakibatkan

sebagian aktiva dan pasiva perseroan yang melakukan pemisahan beralih

karena hukum kepada satu perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan,

dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada. Ada unit bisnis

baru yang dipisahkan dari PT PANN (Persero). Unit baru ini akan menjadi

perusahaan pembiayaan, sedangkan PT PANN (Persero) akan menjadi holding

company.

Penulis berpendapat, dengan dilakukannya spin-off, maka sebagai

holding company PT PANN (Persero) dapat mengubah kegiatan usahanya

tidak lagi di bidang pembiayaan, karena unit usaha baru yang menjadi anak

usahanya sudah menjadi perusahaan pembiayaan. Dengan demikian, PT PANN

(Persero) tidak lagi tunduk pada ketentuan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 84/PMK.02/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Maka, tidak ada

halangan bagi PT PANN (Persero) untuk mengambil saham dan melakukan

penyertaan modal di PT Mandala Airlines.

Adapun pelaksanaan tindakan hukum spin-off tidak mudah. Merujuk

pada ketentuan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Page 18: Contoh Naskah Ringkas Tesis

18

Perseroan Terbatas, kuorum kehadiran untuk RUPS yang membahas

pemisahan paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham

dengan hak suara, hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan sah apabila

disetujui paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang

dikeluarkan dalam RUPS, kecuali bila anggaran dasar perseroan menentukan

kuorum yang lebih besar. Dalam hal ini para pemegang saham PT PANN

(Persero) adalah Negara Republik Indonesia yang diwakili oleh Menteri

Negara BUMN dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, penulis berpendapat

wacana spin-off dapat disetujui oleh para pemegang saham dalam RUPS.

Setelah tindakah hukum spin-off dijalankan, penyertaan modal kepada

PT Mandala Airlines dapat dilaksanakan oleh PT PANN (Persero) sebagai

holding company setelah merubah maksud dan tujuan perseroan pada anggaran

dasarnya tidak lagi bergerak di bidang pembiayaan sehingga tidak lagi tunduk

pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan.

PENUTUP

Kesimpulan

a. Pengesahan perdamaian antara PT Mandala Airlines dengan para kreditor

konkurennya melalui Putusan Nomor 01/PKPU/2011/PN.NIAGA.JKT.PST

yang dikuatkan oleh Mahkamah Agung dalam Putusan Nomor

070PK/Pdt.Sus/2011 yang di dalamnya memuat konversi utang menjadi

saham dan Pasal 29 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor

84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan yang menyatakan

bahwa: “Perusahaan Pembiayaan hanya dapat melakukan penyertaan modal

pada perusahaan di sektor keuangan di Indonesia” membuat PT PANN

(Persero) berada dalam posisi yang dilematis karena konversi utang

menjadi saham tidak dapat terlaksana. Hal ini disebabkan kedua pranata

hukum tersebut saling bertentangan sehingga membuat PT PANN (Persero)

Page 19: Contoh Naskah Ringkas Tesis

19

tidak dapat menerima pelunasan piutangnya sebagai hasil perdamaian dari

PT Mandala Airlines karena konversi utang menjadi saham tidak dapat

dilaksanakan. Seharusnya perdamaian tidak boleh disahkan jika ada

kreditor yang dirugikan. Ketentuan Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

mengenai mekanisme pemungutan suara tidak tepat, karena seharusnya

dalam perdamaian tidak boleh ada kreditor yang dirugikan.

b. Di dalam anggaran dasarnya PT PANN (Persero) merupakan perusahaan

yang bergerak di bidang pembiayaan, maka tunduk pada Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan.

Dalam perkara ini sudah tidak ada lagi upaya hukum dalam jalur

pengadilan yang bisa dilakukan karena peninjauan kembali yang

dimohonkan PT PANN (Persero) telah ditolak oleh Mahkamah Agung.

Dengan demikian terhadap PT PANN (Persero) isi perdamaian dengan PT

Mandala Airlines telah berkekuatan hukum tetap dan tidak dapat diajukan

upaya hukum lagi. Restrukturisasi perseroan diperlukan agar PT PANN

(Persero) dapat menerima pelunasan piutangnya sebagai hasil perdamaian

dari PT Mandala Airlines. Mekanisme spin-off dapat dijadikan sebagai

tindakan hukum untuk menyelesaikan masalah.

Saran

a. Kepada Pemerintah Republik Indonesia agar merivisi Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang terutama pada bagian isi perdamaian, bahwa isi

perdamaian harus pula memperhatikan ketentuan-ketentuan perundang-

undangan lainnya yang berlaku serta bahwa persetujuan perdamaian

seharusnya tidak menggunakan mekanisme pemungutan suara dan juga

merevisi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 agar

memberikan pengecualian bagi perusahaan yang menerima saham karena

hukum (diperintahkan putusan pengadilan).

Page 20: Contoh Naskah Ringkas Tesis

20

b. Kepada PT PANN (Persero) agar melakukan tindakan restrukturisasi

perseroan spin-off disertai dengan perubahan anggaran dasar dengan

mengganti maksud dan tujuan perseroan di luar bidang pembiayaan agar

tidak tunduk lagi kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Dengan demikian

penyertaan modal di PT Mandala Airlines dapat dilaksanakan.

c. Kepada PT Mandala Airlines agar segera menyelesaikan restrukturisasi

utangnya dengan melaksanakan seluruh isi perjanjian perdamaian secara

efektif dan efisien.

d. Kepada pengadilan niaga agar teliti dalam memeriksa dan menanggapi

keberatan dari kreditor dalam hal kreditor yang bersangkutan terikat pada

suatu peraturan yang membuatnya tidak dapat melaksanakan isi perjanjian

perdamaian.

e. Kepada masyarakat agar selalu menyampaikan keberatan atas isi rencana

perdamaian sebelum perdamaian disahkan dengan putusan pengadilan

niaga.

DAFTAR REFERENSI

A. Buku

Asikin, Zainal. Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 1991.

Fuady, Munir. Hukum Pailit. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999

Gunadi. Restrukturisasi Perusahaan dalam Berbagai Bentuk dan Pemajakannya. Jakarta: Salemba Empat, 2001.

Hartini, Rahayu. Hukum Kepailitan Edisi revisi Berdasarkan Undang-undang No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Malang: UPT Percetakan Universitas Muhammadiyah, 2008.

Mamudji, Sri, et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Page 21: Contoh Naskah Ringkas Tesis

21

Muljadi, Kartini. ”Kepailitan dan Penyelesaian Utang-Piutang” Dalam Penyelesaian Utang Piutang : Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Bandung: Alumni, 2001.

Sjahdeni, Sutan Remi. Hukum Kepailitan. Jakarta:Rajawali Pers, 2009.

________. Hukum Kepailitan: Memahami Fallisment Verordering, Juncto Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Kepailitan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2008.

Suyatno, R. Anton. Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sebagai Upaya Mencegah Kepailitan. Jakarta: Kencana, 2012.

Usman, Rachmadi. Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

B. ArtikelAnonim. Kabar Bisnis. “Beban Utang Mandala Airlines Rp 2,45 Triliun”,

http://www.kabarbisnis.com/read/ 2818207, diakses pada 1 September 2012.

Djumena, Erlangga. ”Perdamaian Mandala Disahkan Pengadilan,” http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/03/02/1539275/Perdamaian.Mandala.Disahkan.Pengadilan, diakses pada 1 September 2012.

Hutabarat, Pheo Mahojahan. “Beberapa Ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas Terkait dengan Organisasi Perusahaan: Suatu Tinjauan Praktek”. Makalah disampaikan dalam Pelatihan Calon Advokat kerjasama PBHI dengan PERADI, Jakarta 10 Agustus 2008.

Iskandar, Eddy Dwinanto. “Rencana Perdamaian Mandala Ditolak 37 Kreditur”,http://swa.co.id/listed-articles/rencana-perdamaian-mandala -ditolak-37-kredit ur , diakses pada 1 September 2012.

Priliawito, Eko. ”Mandala Stop Operasi Selama 45 Hari”, http://bisnis .news.viva.co.id/news/read/198991-mandala-berhenti- operasi-sementara-45-hari, diakses pada 1 September 2012.

Purnomo, Herdaru. ”Tak Ada Gugatan Pailit, PN Jakpus Belum Terima PKPU Mandala”,http://finance.detik.com/read/2011/01/13/133740/1545677/4/tak-ada-gugatan-pailit-pn-jakpus-belum-terima-pkpu-mandala, diakses pada 1 September 2012.

Page 22: Contoh Naskah Ringkas Tesis

22

Sitanggang, Andrey. “Perdamaian Dalam Kepailitan”. Makalah disampaikan pada Pelatihan Calon Kurator dan Pengurus AKPI, Jakarta, Oktober 2012.

C. Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie)

_______. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel)

_______. Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

_______. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

_______. Peratutan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1999 tentang Bentuk-Bentuk Tagihan Tertentu Yang Dapat Dikompensasikan Sebagai Setoran Saham

_______. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan