Contoh Makalah Kelainan Refraksi

14
I. PENDAHULUAN Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (macula lutea) Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optic ada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan tepat pada makula lutea, tetapi dapat di depan atau dibelakang makula. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, dan astigmat. 1 Astigamtisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan pada satu titik. 2 Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tersebut. Dan umumnya setiap orang memiliki astigmat yang ringan. 1 II. ETIOLOGI Astigmat biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, dan biasanya berjalan bersama dengan myopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan selama

Transcript of Contoh Makalah Kelainan Refraksi

Page 1: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

I. PENDAHULUAN

Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada

retina (macula lutea) Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optic ada

mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa

membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini

memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada

kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan tepat pada makula lutea, tetapi dapat di depan

atau dibelakang makula. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia,

dan astigmat.1

Astigamtisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau

lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan

pada satu titik. 2

Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin lonjong

bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tersebut. Dan umumnya setiap orang memiliki

astigmat yang ringan.1

 

II. ETIOLOGI

Astigmat biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, dan biasanya

berjalan bersama dengan myopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan

selama hidup. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis

yang di dalam perkembangnnya terjadi keadaan yang disebut astigmatism with the rule

(astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertical bertambah atau

lebih kuat atau-jari-jarinya lebih pendek disbanding jari-jari kelengkungan kornea di

bidang horizontal. 1,3

Astigmatisma dapat disebabkan oleh kelainan pada kurvatur, aksis, atau indeks

retraksi.4

Astigmatisma kurvatur pada derajat yang tinggi, merupakan yang tersering pada

kornea. anomali ini bersifat kongenital, dan penilaian oftalmometrik menunujukkan.

Page 2: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

Kebanyakan kelainan yang terjadi dimana sumbu vertical lebih besar dari sumbu

horizontal (sekitar 0,25 D). ini dikenal dengan astigmatsme direk dan diterima sebagai

keadaan yang fisiologis.  Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat

atau sferis tipe astigmatisma ini di dapatkan pada 68 % anak-anak pada usia 4 tahun dan

95% pada usia 7 tahun.4

 

III. JENIS ASTIGMATISMA

1. Astigmatisma Reguler

Astigmatisma regular merupakan astigmatisma yang memperlihatkan

kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu

meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi dengan bentuk yang teratur

dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.2,3

Astigmatisma reguler dapat diklasifikasikan sebagai berikut:4

a.       Simple astigmatism, dimana satu dari titk focus di retina. Fokus lain dapat

jatuh di dapan atau dibelakang dari retina, jadi  satu meridian adalah

emetropik dan yang lainnya hipermetropi atau miop. Yang kemudian ini dapat

di rumuskan sebagai Simple hypermetropic  astigmatism dan Simple myopic

astigmatism.

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

Gambar 1. Simple myopic astigmatism9

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Simple hypermetropic  astigmatism9

 

b.      Compound astigmatism, dimana tidak ada dari dua focus yang jatuh tepat di

retina tetapi keduanya terletak di depan atau dibelakang retina. Bentuk refraksi

kemudian hipermetropi atau miop. Bentuk ini dikenal dengan compound

hypermetropic astigmatism dan compound miopic astigmatism.

Page 4: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3. Compound miopic astigmatism9

 

c.       Mixed Astigmatism, dimana salah satu focus berada didepan retina dan yang

lainnya berda dibelakang retina, jadi refraksi berbentuk hipermetrop pada satu

arah dan miop pada yang lainnya.4

 

 

 

 

 

 

Page 5: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

 

 

 

 

Gambar 4. Mixed Astigmatism9

 

Apabila meridian-meridian utamanya saling tegak lurus dan sumbu-sumbunya

terletak di dalam 20 derajat horizontal dan vertical, maka astigmatisme ini dibagi

menjadi astigmatism with the rule (astigmatisme direk), dengan daya bias yang lebih

besar terletak di meridian vertical, dan astigmatism against the rule (astigmatisma

inversi) dengan daya bias yang lebih besar terletak dimeridian horizontal.

Astigmatisme lazim lebih sering ditemukan pada pasien berusia muda dan

astigmatisme tidak lazim sering pada orang tua. 5

2. Astigmatisma irregular

Astigmatisma yang terjadi tidak memiliki 2 meridian saling tegak lurus.

Astigmat ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama

berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Pada keadaan ini daya atau orientasi

meridian utamanya berubah sepanjang bukaan pupil.3,5

Astigmatisma ireguler bisa terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi

atau akibat kelainan pembiasan.3

 

IV. GEJALA KLINIS

Seseorang dengan astigmatisma akan memberikan keluhan: 1,3,5,6,7,8

Page 6: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

1. Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik

2. Melihat ganda dengan satu atau kedua mata

3. Penglihatan akan kabur untuk jauh atau pun dekat

4. Bentuk benda yang dilihat  berubah (distorsi)

5. Mengecilkan celah kelopak jika ingin melihat

6. Sakit kepala

7. Mata tegang dan pegal

 

V. DIAGNOSIS

Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pasien akan

datang dengan gejala klinis seperti yang tersebut di atas. Pada pemeriksaan fisik, terlebih

dahulu dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan kartu snellen. Periksa kelainan

refraksi miopia atau hipermetropia yang ada, tentukan tajam penglihatan.1

Dengan menggunakan juring atau kipas astigmat, garis berwarna hitam yang

disusun radial dengan bentuk semisirkular dengan dasar yang putih merupakan

pemeriksaan subyektif untuk menilai ada dan besarnya derajat astigmat.3

Keadaan dari astigmatisma irregular pada kornea dapat dengan mudah di temukan

dengan melakukan observasi adanya distorsi bayangan pada kornea. Cara ini dapat

dilakukan dengan menggunakan Placido’s Disc di depan mata. Bayangan yang terlihat

melalui lubang di tengah piringan akan tampak mengalami perubahan bentuk.4

Karena sebagian besar astigmatisma disebabkan oleh kornea, maka dengan

mempergunakan keratometer, derajat astigmat dapat diketahui, sehingga pada saat

dikoreksi untuk mendapatkan tajam penglihatan terbaik hanya dibutuhkan lensa sferik

saja.9

 

Page 7: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

Gambar 5. Kipas Astigmat 10

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 6.Gambaran Kornea normal dan kornea astigmat dengan tes Plasido10

 

Page 8: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

 

 

 

VI. PENATALAKSANAAN

Astigmat ringan, yang tidak mengalami gangguan ketajaman penglihataan (0,5 D

atau kurang) tidak perlu dilakukan koreksi. Pada astigmat yang berat dipergunakan

kacamata silinder, lensa kontak atau pembedahan.1

1.      Kacamata Silinder

Pada astigmatism againts the rule, koreksi dengan silender negatif  dilakuakn

dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan selinder positif dengan sumbu

horizontal (30 – 150 derajat). Sedangkan pada astigmatism with the rule diperlukan

koreksi silinder negatif dengan sumbu horizontal (30-150 derajat) atau bila dikoreksi

dengan silinder positif sumbu vertikal (60-120 derajat).1

Pada koreksi astigmat dengan hasil keratometri dipergunakan hukum Jawal,

yaitu :1

a.       Berikan kacamata koreksi astigmat pada astigmatism with the rule dengan

selinder minus 180 derajat, dengan astigmat hasil keratometri yang

ditemukan ditambahkan dengan ¼ nilainya dan dikurangi dengan 0,5 D.

b.      Berikan kacamata koreksi astigmat pada astigmatism againts the rule

dengan selinder minus 90 derajat, dengan astigmat hasil keratometri yang

ditemukan ditambahkan dengan ¼ nilainya dan ditambah dengan 0,5 D.

2.      Lensa Kontak

Pada penderita astigmatisma diberikan lensa rigid, yang dapat menetralisasi

astigmat yang terjadi di permukaan kornea.2

3.      Pembedahan

Page 9: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

Untuk mengoreksi astigmatisma yang berat, dapat digunakan pisau khusus atau

dengan laser untuk mengoreksi kornea yang irreguler atau anormal. Ada bebrapa

prosedur pembedahan  yang dapat dilakukan, diantaranya : 8

a.       Photorefractife Keratectomy (PRK), laser dipergunakan unutk membentuk

kurvatur kornea.

b.      Laser in Situ Keratomileusis (lasik), laser digunakan untuk merubah  kurvatur

kornea dengan membuat flap (potongan laser) pada kedua sisi kornea.

c.       Radial keratotomy, insisi kecil dibuat  secara dalam dikornea.

 

VII. PENUTUP

Pada umumnya astigmatisma merupakan suatu keadaan yang stabil, astigmatisme

yang ringan (0,5 D atau kurang) tidak perlu dilakukan koreksi, namun untuk astigmat

yang berat sebaiknya dilakukan koreksi karena jika tidak dikoreksi dapat berangsur-

angsur memburuk.

                 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Ilyas, S., Astigmat (Silinder) dalam Kelainan Refraksi dan Koreksi Penglihatan,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2006: 43 -92

2. William, AL,et al, Basic and Clinical Science Course: Optics, Refraction, and Contac

Lens Section 3, American Academy of Opftalmology, Lifelong Education of the

Ophthalmologist, 2002-2003: 118 - 119

3. Ilyas, S. Astigmat dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta, 2002: 52-61

4. Abrams, D., Duke-Elder’s Practice of Refraction 10th Edition, Churchil Livingstone,

Edinburg, 1993: 65 - 71

5. Vaughan, D.G.,Asbury, T., Riordan-Eva, P., Kesalahan Refraksi dalam Oftalmologi

Umum Edisi 14, Widya Medika, Jakarta, 2004: 401 -406

6. Anonym, Astigmatism and Your Eyes, available at www.medicinet.com accesed on

8th March2007

7. Anonym, Astigmatism, available at www.kellog.com accesed on 8th  March 2007

8. Haughton, AN, Atigmatism, available at www.ebsco.com accesed on 8th  March 2007

9. Ilyas, S, dkk, Optik dan Refraksi dalam Ilmu Penyakit Mata Untu Dokter Umum dan

Mahasiswa Kedokteran Edidi ke-2, Sagung Seto, Jakarta, 2006: 41-56

Page 11: Contoh Makalah Kelainan Refraksi

10. Anonym, Astigmatism Test, available at www.perret.com accesed on 8th March 2007