Contoh Latar Belakang Oproposal

25

Click here to load reader

Transcript of Contoh Latar Belakang Oproposal

Page 1: Contoh Latar Belakang Oproposal

(KODE : PASCSARJ-0065) : TESIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENTS DIVISION) TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA (PRODI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang MasalahSalah satu cita-cita nasional yang harus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional. Masa depan bangsa Indonesia selain ditentukan oleh sumber alam juga ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Upaya untuk membentuk manusia yang cerdas/berilmu dan berkualitas serta berkepribadian baik adalah bagian dari misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyebut bahwa tujuan pendidikan nasional adalah : "Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".Berdasarkan amanat Undang-undang di atas jelaslah bahwa tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan ilmu saja tetapi masih banyak yang harus dilakukan guru yaitu mendidik siswa agar menjadi manusia yang utuh, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tugas guru adalah lebih berat: "Seorang guru dituntut penguasaan berbagai kemampuan sebagai guru yang professional dalam bidangnya". Kemampuan yang dimaksud adalah mulai dari cara mengajar, penguasaan materi, pemilihan berbagai metode mengajar, kemampuan membuat perangkat mengajar, sikap, tauladan dan lain sebagainya.Dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik terjadi interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam proses pemeblajaran ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang disebut sebagai kurikulum.Secara bertahap kurikulum mengalami penyempurnaan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. Namun demikian penyempurnaan kurikulum tersebut tidak diimbangi dengan pelaksanaan kurikulum disekolah sekolah yang berupa proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan secara nyata di lapangan,proses pembelajaran di sekolah masih banyak yang tidak melibatkan siswa, sehingga siswa kurang kreatif. Masih banyak para guru yang menggunakan model pembelajaran yang konvensional dengan menggunakan metode ceramah dimana guru sebagai pusat informasi menerangkan materi dan siswa duduk dengan manis mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif, karena tidak ada kesempatan bertanya, berdiskusi baik dengan guru maupun sesama siswa. Di SMP Negeri di wilayah X, banyak guru yang masih menggunakan model konvensional, sehingga siswa kurang termotivasi untuk

Page 2: Contoh Latar Belakang Oproposal

belajar yang menyebabkan prestasi belajarnya rendah, hal ini terbukti dari banyaknya siswa yang remidi pada setiap ulangan harian.Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa salah satunya diperlukan guru yang kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Menurut Gage dan Berliner dalam Akhmad Sudrajat (http: //akhmadsudraj at. wordpress. com) guru berperan sebagai perancang pembelajaran,pengelola pembelajaran,penilai hasil pembelajaran peserta didik,pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Dalam hal ini seorang guru harus kreatif dalam merencanakan pembelajaran agar siswa menjadi aktif dan kreatif yang pada akhirnya adalah suatu pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarainya. Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik jika mengikutsertakan siswa untuk memilih, menyusun dan ikut terjun pada situasi pembelajaran.Dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran mereka akan bertanggungjawab untuk melakukan rencana yang telah mereka susun,Lindy Peters en (2004:11)Model pembelajaran kooperatif merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru. Kondisi seperti inilah yang sangat diharapkan agar interaksi berjalan dengan baik demi kelancaran pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif ada beberapa, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD (Student Teams Achievment Division). Mendasar dari uraian uaraian di atas dan permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran maka penulis akan mengadakan kegiatan penelitian dengan melakukan pengembangan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD (Student Teams Achievement Division).Kedua model pembelajaran ini cocok untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang siswanya mempunyai latar belakang yang berbeda .Model pembelajaran tipe Jigsaw ini merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Keunggulan kooperatif Jigsaw meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain,siswa tidak hanya mempelajari materi yang dibeikan, tetapi juga harus memberikan dan mengajarkan materi tertsebut kepada orang lain yaitu anggota kelompoknya yang lain.(http://ipotes wordpress.com) .Sedangkan model pembelajaran tipe STAD ini merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dengan cara memebentuk kelompok yang anggotanya 4 anak secara heterogen,setelah guru memberikan tugas kepada kelompok setiap anggota kelompok akan berusaha mempelajarinya dan yang sudah bisa memahami materi membantu anggota yang lain. Keunggulan pembelajaran tipe STAD ini adalah adanya kerjasama dalam kelompok dan dalam menetukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu.Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah ditulis diatas maka masalah yang masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Page 3: Contoh Latar Belakang Oproposal

1. Adanya prestasi siswa yang rendah.2. Kreativitas guru dalam mengajar masih kurang.3. Motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPA kurang4. Rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran.

C. Pembatasan MasalahDalam kegiatan belajar mengajar,banyak usaha yang dilakukan seorang guru yang bekerjasama dengan siswanya untuk meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan STAD. Model pembelajaran ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa yang pada akhirnya dapat memberikan motivasi belajarnya terhadap pelajaran IPA. Motivasi yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan prestasi hasil belajar yang tinggi.Jika kita menganalisis proses pembelajaran, maka aspek yang diteliti ruang lingkupnya cukup luas. Oleh karena itu,penelitian ini akan dibatasi hanya pada aspek yang berkenaan dengan model pembelajaran Jigsaw, STAD (Students Teams Achievement Division) dan motivasi serta pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA di wilayah X.

D. Rumusan MasalahPermasalahan yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.Adakah perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan STAD terhadap prestasi belajar IPA? 2.Adakah perbedaan pengaruh antara motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah siswa terhadap prestasi belajar IPA? 3.Adakah interaksi pengaruh antara penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA?

E. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui perbedaan pengaruh antara model pembelajaran Jigsaw dan STAD terhadap prestasi belajar IPA. 2.Mengetahui perbedaan pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA. 3.Mengetahui interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA

F. Manfaat PenelitianDari tujuan yang telah dirumuskan diatas, maka hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pada dunia pendidikan dan bermanfaat. Manfaat penelitian ini ada 2 yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.1. Manfaat teoritisSecara teoritis penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam penggunaan model pembelajaran Jigsaw pada matapelajaran IPA. Manfaat lainnya adalah agar para pengajar IPA dapat mengkaji kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw ini. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru:1) Guru dapat mengetahui pembelajaran yang bervariasi, efektif dan efisien sehingga

Page 4: Contoh Latar Belakang Oproposal

dapat memperbaiki sistem pembelajaran di kelas. 2) Guru akan terbiasa menggunakan model pembelajaran dalam pembelajarannya. b. Bagi siswa.1) Memberi suasana yang menyenangkan 2) Meningkatkan motivasi siswa.

Page 5: Contoh Latar Belakang Oproposal

(KODE : PASCSARJ-0064) : TESIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA (PRODI : PENDIDIKAN MATEMATIKA)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia-manuasia berkualitas. Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur.Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk melakukan inovasi dalam dunia pendidikan. Inovasi yang dilakukan biasanya dilakukan dengan memperhatikan tiga alasan penting, yaitu efisien, efektif dan kenyamanan. Efisien maksudnya waktu yang tersedia bagi guru harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Efektif maksudnya pelajaran yang diberikan harus menghasilkan hasil yang bermanfaat bagi siswa atau masyarakat, sedangkan kenyamanan berarti sumber belajar, media alat bantu belajar, metode yang ditentukan sedemikian rupa sehingga memberikan gairah belajar mengajar bagi siswa dan guru.Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pemerintah, guru, dan orang tua selalu berupaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Usaha-usaha yang telah dilakukan belum menunjukkan hasil yang memuaskan, khususnya mata pelajaran matematika. Menurut catatan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun 2007, lembaga yang mengukur pendidikan dunia bahwa penguasaan matematika siswa grade 8 negara Indonesia di peringkat ke-36 dari 48 negara. Skor rata-rata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 397. Skor ini masih jauh di bawah skor rata-rata internasional yaitu 500. Selain itu, bila dibandingkan dengan tiga negara tetangga, yaitu Singapora, Malayasia dan Thailand, posisi peringkat siswa kita jauh tertinggal. Singapora berada pada peringkat ke-3 dengan skor rata-rata 593 , Malaysia berada pada peringkat ke-20 dengan skor rata-rata 474 dan Thailand berada pada peringkat ke-29 dengan skor rata-rata 441 (http://nces.ed.gov/timss/results07_math07.asp.).Menurut Program for International Assessment (PISA) tahun 2003, skor rata-rata siswa Indonesia usia 15 tahun mengenai litaerasi matematika (mathematics literacy) adalah 360 dan berada pada peringkat ke-38 dari 39 negara. yang berpartisipasi dengan skor rata-rata 500 OECD (Organisation for Economic Co-operationan Development). (http://www.nces.ed.gov/programs/ /index.asp).Rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, mungkin saja disebabkan usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa belum berjalan seperti yang diharapkan.Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan, diantaranya pembaharuan kurikulum, proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan

Page 6: Contoh Latar Belakang Oproposal

buku pelajaran, sarana belajar mengajar, penyempurnaan sistem penilaian dan sebagainya. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan hasil pendidikan satu diantaranya yang harus dikembangkan terletak pada proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Dengan demikian berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.Pada dasarnya tingkat keberhasilan belajar mengajar dipengaruhi banyak faktor diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, model pembelajaran, materi, sarana prasarana, motivasi, kreativitas, alat evaluasi serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang paling berkaitan yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah tepat, jika model pembelajaran yang dipergunakan kurang memadai mungkin tujuan yang diharapkan tidak tercapai dengan baik. Jadi model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dan sangat menguntungkan dalam keberhasilan proses pendidikan.Sejumlah model pembelajaran telah diterapkan di sekolah-sekolah untuk mencapai tingkat keberhasilan dalam proses pendidikan. Namun, mengingat adanya variasi tujuan yang ingin dicapai, adanya lingkungan belajar yang berlainan, keadaan siswa yang berbeda, karakteristik materi yang berbeda, dan lain-lain, maka tidak dapat disusun suatu model yang baik untuk semua jenis kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa bekerja secara efektif dan efisien, tepat pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian materi, atau biasa disebut model pembelajaran. Sebenarnya banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Tetapi tidak setiap model pembelajaran dapat diterapkan dalam setiap materi, sehingga pemilihan model pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan pemikiran yang matang dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk suatu kompetensi dasar yang akan disajikan.Dewasa ini sudah banyak penelitian di bidang pendidikan yang menyatakan model-model pembelajaran baru secara signifikan dapat memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada model pembelajaran tradisional (konvensional). Namun hingga saat ini kebanyakan guru belum menerapkan model-model pembelajaran yang baru tersebut. Bahkan para peneliti belum membandingkan antara model-model pembelajaran yang baru itu, melainkan hanya membandingkan model pembelajaran yang baru dengan model pembelajaran tradisional, sehingga para guru belum mengetahui model pembelajaran yang baru tersebut yang lebih baik dan sesuai dengan materi pelajaran dan kemampuan siswa.Selain dari faktor model pembelajaran, kreativitas juga menentukan hasil belajar. Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya yang baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. (Reni Akbar Hawadi dkk, 2001:5).Mengingat pentingnya kreativitas belajar siswa, maka dalam kegiatan belajar mengajar lebih banyak melibatkan kreativitas belajar siswa. Sedangkan siswa itu sendiri hendaknya

Page 7: Contoh Latar Belakang Oproposal

dapat memotivasi dirinya sendiri untuk ikut kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya kreativitas belajar ini kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai akan memuaskan.

B. Identifikasi MasalahDari latar belakang tersebut terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu :1. Masih rendahnya prestasi belajar matematika, mungkin karena kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran. Dari dugaan ini muncul sebuah permasalahan yang menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu apakah pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Dapat diteliti pula apakah pemilihan model pembelajaran yang tepat tersebut cocok untuk berbagai kategori kreativitas siswa.2. Terdapat kemungkinan penyebab lain rendahnya prestasi belajar matematika adalah kurangnya keterlibatan kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari hal ini juga menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu untuk melihat apakah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan yang dapat meningkatkan keterlibatan dan kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa karena diajar oleh guru-guru yang kurang kompeten dalam mengajar, karena mereka memiliki kualifikasi pendidikan yang tidak releven. Penelitian untuk melihat apakah siswa yang diajar oleh guru dengan kualifikasi pendidikan yang tidak relevan menyebabkan hasil belajar yang berbeda dibanding dengan diajar guru yang mempunyai kualifikasi yang relevan, menarik untuk dilakukan.4. Salah satu kemungkinan lain yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika adalah latar belakang pendidikan orang tua siswa. Dari kemungkinan ini dapat dilakukan penelitian untuk melihat apakah latar belakang pendidikan orang tua siswa menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika.5. Faktor kreativitas siswa juga dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar matematika. Kreativitas siswa yang rendah memungkinkan menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika. Penelitian untuk melihat pengaruh tinggi rendahnya kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika ini juga menarik untuk dilakukan.6. Penggunaan model pembelajaran yang baru selalu memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada model pembelajaran konvensional yang monoton tanpa variasi. Oleh karena itu, cukup menarik dilakukan penelitian untuk melihat manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe GI untuk materi persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma. Dapat juga dilihat apakah penggunaan model-model tersebut cocok untuk berbagai kategori kreativitas siswa.

C. Pemilihan MasalahSuatu penelitian yang dilakukan dengan banyak pertanyaan dalam waktu yang sama bisa kurang cermat dalam mengamati perubahan perilaku subyek penelitian, sehingga hasil penelitian yang diperoleh juga mungkin kurang akurat. Untuk menghindari kekurangakuratan dan kekurangcermatan tersebut, maka dalam penelitian ini akan diteliti masalah yang menyangkut penggunaan model pembelajaran dihubungkan dengan

Page 8: Contoh Latar Belakang Oproposal

kreativitas belajar siswa.Dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti hanya ingin melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan terakhir, yaitu manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Juga akan dilihat, apakah pemberian perlakuan tersebut berlaku sama pada berbagai kategori kreativitas siswa. Pemberian variasi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan membangkitkan minat dan keterkaitan yang besar dalam diri siswa terhadap pelajaran, sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI dikarenakan dalam tipe-tipe model pembelajaran ini terdapat faktor kerjasama dan diskusi yang mampu memberikan pengalaman eksplorasi potensi diri siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran matematika khususnya pada materi persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma menjadi lebih bermakna. Di sisi lain, karena keterbatasan untuk dilakukan penelitian terhadap semua permasalahan penyebab rendahnya prestasi belajar siswa, baik dalam hal biaya, waktu maupun tenaga, sehingga secara subjektif tidak mungkin diungkap semua permasalahan rendahnya prestasi belajar matematika tersebut.

D. Pembatasan MasalahDari permasalahan di atas, terdapat dua hal yang dikaji. Permasalahan pertama adalah model pembelajaran dan yang kedua adalah kreativitas siswa. Pada penelitian ini diteliti pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI serta kreativitas siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma.Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan baik, maka perlu diberikan batasan-batasan sebagai berikut:1. Penelitian dilakukan di SMA Negeri se Kabupaten X semester genap pada tahun pelajaran XXXX/XXXX2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe GI.3. Kreativitas pada penelitian ini dibatasi kreativitas belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.4. Materi pelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma.5. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar pada kompetensi dasar persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma.

E. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, pemilihan masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:1. Di antara model pembelajaran kooperatif, manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau tipe GI?2. Di antara kategori kreativitas siswa, manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kreativitas tinggi, kreativitas sedang atau kreativitas rendah?3. Pada masing-masing model pembelajaran (STAD dan GI), manakah yang dapat

Page 9: Contoh Latar Belakang Oproposal

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi, kreativitas sedang atau kreativitas rendah?4. Pada masing-masing kategori kreativitas siswa (tinggi, sedang, dan rendah), manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau tipe GI?

F. Tujuan PenelitianSesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :1. Untuk mengetahui di antara model pembelajaran kooperatif, manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau tipe GI.2. Untuk mengetahui manakah di antara kategori kreativitas siswa, yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kreativitas tinggi, kreativitas sedang atau kreativitas rendah.3. Untuk mengetahui pada masing-masing model pembelajaran (STAD dan GI), manakah di antara kategori kreativitas siswa yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kreativitas tinggi, kreativitas sedang atau kreativitas rendah.4. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori kreativitas siswa (tinggi, sedang, dan rendah), manakah di antara model pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, tipe STAD atau tipe GI.

G. Manfaat PenelitianDari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:1. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika tentang pentingnya kreativitas siswa terhadap prestasi belajar matematika.3. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan dan pembelajaran matematika.4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Page 10: Contoh Latar Belakang Oproposal

(KODE : PASCSARJ-0038) : TESIS PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MODEL DAN GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri komponen-komponen yang saling interaksi, saling korelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam lingkup yang lebih sempit adalah pendidikan formal di Sekolah dasar. Lebih sempit lagi yaitu proses pembelajaran di dalam kelas. Artinya bahwa proses pembelajaran di dalam kelas juga merupakan suatu sistem. Proses pembelajaran di dalam kelas sebagai suatu sistem mempunyai banyak komponen antara lain : Guru, siswa, tujuan, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi, dan lain-lain.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan cukup pesat dewasa ini menuntut proses pembelajaran mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman khususnya proses pembelajaran di Sekolah Dasar. Sebagai jenjang pendidikan yang terbawah yang harus menyiapkan siswa untuk menuju jenjang pendidikan menengah, pendidikan dasar dituntut untuk menyiapkan siswa-siswanya menjadi siswa yang unggul dalam pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Untuk itu dalam proses pembelajarannya di sekolah harus dapat memberikan bekal kepada semua siswa agar kelak dapat menjadi warga negara yang sesuai dengan yang diharapkan.Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun XXXX tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa :Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama (SMP dan madrasah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. X, XXXX : 10).Pendidikan dasar meliputi jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau yang sederajat dan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan yang sederajat. Rentang usia anak Sekolah Dasar antara 6 sampai dengan 12 tahun, sedangkan sekolah menengah pertama antara 13 sampai dengan 15 tahun. Anak seusia Sekolah Dasar mempunyai karakteristik belajar sambil bermain. Oleh karena itu dalam proses pembelajarannya guru harus dapat menciptakan suasana menyenangkan dengan belajar sambil bermain.Siswa Sekolah Dasar sebagian besar memiliki mainan di rumah. Mainan yang dimiliki sebagian besar berwujud model atau benda tiruan seperti : mobil-mobilan, beraneka macam boneka, tembak-tembakan, model buah-buahan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu proses pembelajaran dengan menggunakan model atau benda tiruan dapat menjadi pilihan guru bersama siswa. Dengan pembelajaran menggunakan media model ini siswa

Page 11: Contoh Latar Belakang Oproposal

akan dapat terpenuhi kebutuhannya yaitu belajar sambil bermain. Dengan media model siswa akan belajar dengan senang karena sesuai dengan karakeristik yang dimilikinya.Dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibutuhkan media yang cocok dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu guru harus pandai-pandai dalam memilih media pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.Di era globalisasi sekarang ini banyak sekali teknologi yang dapat digunakan sebagai Media Pembelajaran dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar. Perpustakaan yang lengkap dengan buku-buku yang terbaru sebagai Pusat Sumber Belajar masih sangat dibutuhkan oleh seluruh warga sekolah dalam proses pembelajaran. Demikian juga pemanfaatan media pembelajaran yang lainnya, yang saat ini sedang digalakkan yaitu berbagai macam media yang sangat cocok dengan kondisi dan situasi saat ini.Tersedianya media pembelajaran masih dirasakan sangat kurang baik dalam jumlah maupun kualitasnya, sehingga tidak seimbang dengan jumlah kelas dan jumlah siswa di Sekolah Dasar. Ditambah lagi penguasaan guru atas berbagai macam media khususnya media elektronik masih sangat kurang, sehingga belum mampu memanfaatkan media yang tersedia.Dalam setiap proses pembelajaran masih sangat sedikit guru yang merancang/mendesain Media Pembelajaran pada Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sehingga penggunaan media pembelajaran masih terkesan seadanya. Dengan keadaan seperti itu sudah barang tentu membawa dampak terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu Sosialisasi tentang penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar masih sangat dibutuhkan.Kondisi saat ini, masih banyak guru yang menggunakan media pembelajaran sederhana yang kurang menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga mengakibatkan prestasi belajar rendah. Banyak guru yang hanya mengandalkan Buku Paket sebagai media pembelajarannya. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, penggunaan media pembelajaran yang baik dan sesuai sangat diharapkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.Penggunaan media pembelajaran Gambar sudah sejak lama dilakukan di Sekolah Dasar. Dengan berbagai kebaikan dan keterbatasannya media gambar sekarang ini sudah perlahan-lahan mulai kurang diminati lagi sebagai media pembelajaran di Sekolah Dasar, sehingga perlu dicarikan media lain yang dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran.Penggunaan media pembelajaran Model/benda tiruan saat ini sedang diminati oleh para guru dan siswa. Media pembelajaran Model merupakan media tiga dimensi yang sangat menarik bagi siswa Sekolah Dasar, karena mempunyai banyak kelebihan. Media pembelajaran ini dapat menyajikan berbagai macam bentuk model sesuai dengan benda aslinya/benda sebenarnya.Minat belajar siswa perlu mendapat perhatian dari guru Sekolah Dasar. Siswa Sekolah Dasar memiliki sifat mudah bosan terhadap suatu obyek, sehingga diperlukan sesuatu yang bervariasi. Belajar sambil bermain dapat menumbuhkan minat siswa pada apa yang dipelajarinya.Sekolah Dasar Negeri yang tergabung dalam Gugus 02 Kecamatan X sebagai wahana pendidikan formal mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyiapkan siswa-siswanya menjadi anak yang cerdas dan berkepribadian serta

Page 12: Contoh Latar Belakang Oproposal

mempunyai ketrampilan yang cukup. Oleh karena itu dalam setiap pembelajarannya dituntut untuk meningkatkan sarana, prasarana dan kualitas para gurunya, sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Penggunaan media pembelajaran Model dan Gambar menjadi pilihan yang dapat dimanfaatkan oleh guru bersama siswa sebagai media pembelajaran dalam proses pembelajaran.

B. Identifikasi MasalahDengan berbagai permasalahan dan hambatan yang berkaiatan dengan penggunaan media pembelajaran di Sekolah Dasar, dalam penelitian ini dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :1. Apakah penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?2. Apakah tingkat kemampuan para guru dalam memilih dan mengoperasionalkan media pembelajaran khususnya media model dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa?3. Apakah penggunaan media pembelajaran model dan gambar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa?4. Apakah prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan media pembelajaran model dan gambar?5. Apakah minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA dapat meningkat bila menggunakan media pembelajaran model ?

C. Pembatasan MasalahDengan luasnya masalah yang timbul dalam sistem pembelajaran di Sekolah Dasar, maka dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah agar tidak terjadi perbedaan dalam penafsiran. Adapun pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut :1. Penggunaan media pembelajaran Model adalah penggunaan media dalam proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang dikomparasikan dengan penggunaan media pembelajaran Gambar di SDN Gugus 02 Kecamatan X.2. Prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh/dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diukur dengan Tes.3. Minat belajar adalah suatu kecenderungan dan kegairahan siswa terhadap kegiatan belajar yang dapat memberikan stimulus dalam kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan belajar. Bila suatu kegiatan sangat disukai oleh siswa akan menyebabkan minat yang tinggi, dan apabila tidak disukai dapat menimbulkan keengganan atau minat yang rendah. Minat merupakan faktor motivasional yang dapat mempengaruhi kemauan seseorang untuk melakukan suatu tugas tertentu misalnya belajar. Dalam hal ini minat belajar dapat dilihat dari adanya : suka tidak suka, semangat, perhatian, kemauan, dan dorongan dari dalam.

D. Rumusan MasalahAtas dasar Latar belakang masalah, Identifikasi masalah dan Pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :1. Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan media pembelajaran Model dengan Gambar terhadap prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa SDN Gugus 02 Kecamatan X ?2. Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki minat

Page 13: Contoh Latar Belakang Oproposal

belajar tinggi dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah terhadap prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa SDN Gugus 02 Kecamatan X?3. Apakah ada interaksi pengaruh yang signifikan antara penggunaan media pembelajaran Model dan Minat belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa SDN Gugus 02 Kecamatan X?

E. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini adalah untuk :1. Mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan media pembelajaran Model dan Gambar terhadap prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa SDN Gugus 02 Kecamatan X.2. Mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan Minat belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa SDN Gugus 02 Kecamatan X.3. Mengetahui interaksi pengaruh yang signifikan penggunaan media pembelajaran Model dan Minat belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa SDN Gugus 02 Kecamatan X.

F. Manfaat PenelitianSetelah penelitian dilaksanakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun teoritis.1. Manfaat Praktis :a. Bagi Guru, sebagai panduan dalam upaya mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa.b. Bagi Sekolah/Lembaga, sebagai petunjuk dalam penyediaan fasilitas media pembelajaran yang memadai yang sangat dibutuhkan untuk memperlancar proses pembelajaran di Sekolah Dasar.c. Bagi siswa, untuk lebih meningkatkan minat dan prestasi belajarnya agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.2. Manfaat Teoritisa. Pengujian manfaat berbagai macam media terhadap prestasi belajar khususnya di Sekolah Dasar.b. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal media pembelajaran.c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian-penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain.

Page 14: Contoh Latar Belakang Oproposal

(Kode PENDMIPA-0020) : Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Kelas VII

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diselenggarakan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya pemerintah diwujudkan dengan memperbaiki kurikulum. Kurikulum XXXX merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1994 yang mulai diberlakukan pada awal tahun pelajaran XXXX/XXXX. Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kreativitas, kesehatan, akhlak, dan kewarganegaraan yang harus dimiliki oleh lulusan sesuai jenjang pendidikan.Penerapan kurikulum berbasis kompetensi di SMP sangat dipengaruhi oleh guru dalam menyusun silabus, sistem penilaian dan penerapan penggunaan metode pembelajaran. Penguasaan dan pemahaman suatu ilmu yang akan diajarkan seorang guru kepada siswa harus mempunyai metode pembelajaran yang menarik, mudah untuk dipahami dan dimengerti siswa. Selain hal tersebut, seorang guru dituntut untuk mengenal berbagai jenis metode pembelajaran, agar terampil dan dapat memilih metode pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan karena adanya variasi tujuan pembelajaran yang akan dicapai; adanya lingkungan belajar yang bervariasi dan keadaan siswa yang berbeda-beda. Metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan sifat dan hakekat materi pelajaran yang akan disampaikan, sesuai dengan media yang tersedia, tingkat pemahaman, kemampuan dan perkembangan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.Penyusunan metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan, karena pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membantu tercapainya tujuan pengajaran. Pemilihan metode pembelajaran tidak akan berarti apa-apa, namun metode pembelajaran baru berguna jika metode pembelajaran dapat dipergunakan untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan belajar dapat disusun menjadi daftar berupa perubahan-perubahan yang diinginkan yang hendak dicapai, perubahan-perubahan tersebut antara lain, perubahan dalam artian pengetahuan (kognitif), perasaan atau sikap (afektif) dan perubahan perbuatan (psikomotor).Menurut Slameto (1995 : 2) belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Disadari atau tidak, dalam satu kelas guru akan menjumpai perbedaan kemampuan awal siswa satu dengan siswa yang lain. Perbedaan ini misalnya dalam kemampuan belajar, cara belajar dan kepribadian masing-masing siswa. Setiap siswa memiliki kemampuan yang beragam dalam menyerap materi pelajaran. Keanekaragaman kemampuan awal siswa akan berpengaruh terhadap penguasaan konesp belajar siswa.Sebagian besar pembelajaran yang dilakukan di SMP selama ini adalah dengan menggunakan metode ceramah atau kuliah mimbar, keberhasilan metode ini sangat

Page 15: Contoh Latar Belakang Oproposal

tergantung pada kemampuan guru dalam menguasai bahan, forum/audience dan keterampilan bahasa dan intonasi. Penerapan metode ceramah dapat menimbulkan kejenuhan kepada siswa, kurang dapat merangsang perkembangan kreativitas siswa dan proses belajar terjadi hanya satu arah dari guru kepada siswa.Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan adanya pemilihan metode pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran secara tepat, adanya pemilihan metode pembelajaran dan media pembelajaran diharapkan dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa sekaligus siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Penguasaan konsep belajar yang diharapkan adalah masuknya informasi atau pesan pada siswa yang relatif lama dan sulit untuk diubah akibat adanya interaksi dengan orang lain dan lingkungan.Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran alternatif untuk mencapai tujuan IPA yang antara lain berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, berpikir kritis, dan meningkatkan prestasi akademik. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran, belajar kelompok memungkinkan siswa terlibat aktif dalam belajar karena siswa mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih besar dan memungkinkan berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa. Guru berperan sebagai organisator kegiatan belajar-mengajar, sumber informasi bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, serta penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang telah di kembangkan adalah jigsaw, metode jigsaw dapat diterapkan pada ilmu-ilmu sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan bidang studi lain yang tujuan pelajarannya lebih menekankan pada konsep daripada keterampilan.Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum. Upaya pembaharuan di dalam pendidikan lebih ditekankan kearah belajar mengajar, di samping menata kembali arah dan tujuan pendidikan. Dahulu, masalah proses belajar mengajar ditekankan melalui bentuk kata-kata sehingga menjurus kearah verbalisme, kemudian orang mulai berpikir ke arah diperlukannya alat bantu pelajaran yang bersifat audio visual, seperti gambar-gambar, slide, model, pita kaset, film bersuara, radio dan televisi. Penggunaan media untuk kepentingan belajar merupakan salah satu bentuk strategi belajar. Media pembelajaran berperan sebagai perantara dalam pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan siswa. Media audio merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa. Salah satu kelebihan dari media audio adalah untuk mengatasi lemahnya budaya membaca siswa.Perkembangan teknologi yang semakin tidak terkendali, berpengaruh ke dalam segala aspek kehidupan dan sangat dirasakan oleh khususnya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dalam dunia pendidikan mengakibatkan berbagai perubahan menuju kearah perkembangan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Penggunaan audio visual, seperti Video Compact Disc (VCD) dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Penayangan film pendidikan dan pengemasan yang menarik dapat membantu mengatasi lemahnya budaya membaca siswa.Sejalan dengan hal di atas, tulisan ini akan mengkaji tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Terhadap Penguasaan

Page 16: Contoh Latar Belakang Oproposal

Konsep Belajar Siswa Kelas VII.

B. Identifikasi MasalahIlmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terstruktur, tentang lingkungan sekitar yang didapatkan dari pengalaman melalui serangkaian kerja ilmiah. Mata pelajaran IPA dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa, serta mencintai dan menghargai kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran biologi di SMP mempelajari interaksi komponenkomponen yang ada di alam serta upaya-upaya manusia untuk mempertahankan keberadaannya di bumi. Adanya kegiatan belajar mengajar merupakan bagian terpenting yang harus menjadi perhatian dalam upaya peningkatan mutu serta kualitas pendidikan.Salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa adalah dalam penggunaan metode pembelajaran oleh guru pada saat menyampaikan materi pelajaran, karena suatu metode pembelajaran belum tentu dapat diterapkan untuk setiap pokok bahasan. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar mengajar dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan guru untuk menggunakan, menerapkan suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasan serta tujuan pengajaran. Peranan guru yang cenderung dominan dibandingkan dengan siswa dipengaruhi oleh pola mengajar yang menempatkan siswa sebagai pendengar dan mencatat tentang apa yang disampaikan guru sehingga menimbulkan kejenuhan dan kebosanan dalam diri siswa saat mengikuti pelajaran.Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka dalam penelitian ini muncul beberapa masalah yang dapat dikaji, adapun masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut, yaitu : Dalam proses pembelajaran guru akan menjumpai kemampuan awal siswa yang beragam. Hal ini akan mempengaruhi penguasaan konsep belajar siswa. Penggunaan metode konvensional yang selama ini untuk menyampaikan materi ekosistem dinilai kurang tepat maka perlu dicari alternatif penggunaan metode pembelajaran lain.Penerapan metode jigsaw dengan media audio visual diharapkan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam bekerja sama dan kemampuan berpikir kritis, dengan demikian penguasaan konsep belajar siswa pada mata pelajaran biologi akan lebih baik.

C. Pembatasan MasalahAgar dapat mengkaji dan menjawab suatu permasalahan secara mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Subjek PenelitianSubjek penelitian adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri X, tahun ajaran XXXX/XXXX.2. Objek PenelitianObjek penelitian ini meliputi : a) Penguasaan konsep belajar biologi siswa dengan menggunakan metode ceramah bervariasi (tanya jawab, diskusi) pada pokok bahasan ekosistem.b) Penguasaan konsep belajar biologi siswa dengan menggunakan metode jigsaw dengan media audio visual pada pokok bahasan ekosistem.c) Kemampuan awal siswa dalam penelitian ini dibatasi pada nilai Ujian Akhir Sekolah

Page 17: Contoh Latar Belakang Oproposal

siswa kelas VII SMP Negeri X semester 1.

D. Perumusan MasalahPerumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah : 1. Apakah ada pengaruh penerapan metode jigsaw dengan media audio visual dan metode ceramah bervariasi terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem ?2. Apakah penguasaan konsep belajar biologi siswa dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa pada pokok bahasan ekosistem ?3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem ?

E. Tujuan PenelitianTujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh penerapan metode jigsaw dengan media audio visual terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pokok bahasan ekosistem.2. Penguasaan konsep belajar biologi siswa dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa pokok bahasan ekosistem.3. Adanya interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pokok bahasan ekosistem.4. Mengetahui metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep belajar biologi siswa pokok bahasan ekosistem.

F. Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi biologi untuk menentukan metode pembelajaran yang digunakan dalam penguasaan konsep belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem2. Memberikan alternatif pembelajaran yaitu penerapan metode jigsaw dengan menggunakan media audio visual terhadap penguasaan konsep belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem.