contoh laporan praktikum BINET

13
Kata Pengantar Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,karena atas perkenanNYA laporan praktikum alat tes Binet dapat di selesaikan tepat waktu. Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada : 1. Orangtua saya, Mama dan Papa yang selalu mendukung dan memberikan motivasi di saat saya mulai merasa lelah selama perkuliahan. 2. Kepada Dosen Pengampu Ibu Eka Indah Nurmawati, S.Psi, M.Psi yang mana telah membimbing saya untuk melakukan praktikum ini 3. Kepada Asisten Laboratorium yang telah meluangkan waktu ketika saya membutuhkan Bimbingan Mandiri di Laboratorium. 4. Kepada Ie yatik dan Itio Irwan yang telah mengizinkan saya membawa ananda Evan untuk menjadi testee saya. 5. Kepada saudara saya Recky, Eric, Jessica dan Adam yang telah membuat saya tertawa di saat saya mulai bingung dalam mengerjakan laporan. 6. Kepada Baiq, Ria, Muti, Aulina, dan teman-teman Psikologi A yang sabar membantu saya dalam mempelajari alat tes ini bersama-sama. Meskipun saya berharap isi dari laporan praktikum saya ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada 1

description

Tes Psikologi

Transcript of contoh laporan praktikum BINET

Page 1: contoh laporan praktikum BINET

Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala

berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,karena atas

perkenanNYA laporan praktikum alat tes Binet dapat di selesaikan tepat waktu.

Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada  :

1. Orangtua saya, Mama dan Papa yang selalu mendukung dan memberikan

motivasi di saat saya mulai merasa lelah selama perkuliahan.

2. Kepada Dosen Pengampu Ibu Eka Indah Nurmawati, S.Psi, M.Psi yang mana

telah membimbing saya untuk melakukan praktikum ini

3. Kepada Asisten Laboratorium yang telah meluangkan waktu ketika saya

membutuhkan Bimbingan Mandiri di Laboratorium.

4. Kepada Ie yatik dan Itio Irwan yang telah mengizinkan saya membawa

ananda Evan untuk menjadi testee saya.

5. Kepada saudara saya Recky, Eric, Jessica dan Adam yang telah membuat saya

tertawa di saat saya mulai bingung dalam mengerjakan laporan.

6. Kepada Baiq, Ria, Muti, Aulina, dan teman-teman Psikologi A yang sabar

membantu saya dalam mempelajari alat tes ini bersama-sama.

Meskipun saya berharap isi dari laporan praktikum saya ini bebas dari kekurangan

dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan

kritik dan saran yang membangun agar tugas laporan tugas kedepan menjadi lebih

baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan praktikum saya ini

bermanfaat.

Malang, Maret 2015

1

Page 2: contoh laporan praktikum BINET

Daftar Isi

Kata Pengantar...............................................................................................................1

Daftar Isi........................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan.......................................................................................................3

1.1 Sejarah Tes Binet........................................................................................3

1.2 Teori Inteligennsi Binet...............................................................................4

1.3 Klasifikasi IQ..............................................................................................5

1.4 Kelebihan dan Kelemahan Teori Binet.......................................................5

BAB II Laporan Hasil Tes.............................................................................................7

2.1 Identitas Testee...........................................................................................7

2.2 Hasil Tes.....................................................................................................7

2.3 Hasil Observasi...........................................................................................8

2.4 Dinamika Psikologis...................................................................................8

BAB III Kesimpulan......................................................................................................9

Daftar Pustaka..............................................................................................................10

Lampiran

2

Page 3: contoh laporan praktikum BINET

BAB I

Pendahuluan

1. Sejarah Tes Binet

Tahun 1905, Binet mendapat tugas dari pemerintah untuk melakukan tes

pada anak-anak untuk mengetahui keterbelakangan mental, ia kemudian berkerjasama

dengan Simon dan menyiapkan skala Binet-Simon yang pertama. Skala ini terdiri dari

30 masalah atau tes yang diatur dalam urutan tingkat kesulitan yang makin tinggi.

Tingkat kesulitan sendiri ditentukan secara empiris dengan menyelenggarakan tes

pada 50 anak normal berusia 3-11 tahun dan pada sejumlah anak keterbelakangan

mental dan orang dewasa. Tes ini ini dirancang sehingga mencakup rentang fungsi-

fungsi yang luas, dengan penekanan khusus pada penilaian (judgement), pemahaman,

dan penalaran yang dianggap Binet sebagai komponen hakiki intelegensi.

Kemunculan skala kedua adalah pada tahun 1908, pada skala ini jumlah tes

ditingkatkan menjadi 58 soal, sejumlah tes yang tidak memuaskan pada skala

terdahulu dihapuskan, dan semua tes dikelompokkan ke dalam tingkatan umur atas

dasar kinerja dari 300 anak normal, berusia antara 3 sampai 13 tahun. Tahun 1911

merupakan tahun ketiga revisi skala ini, namun demikian dalam skala ini tidak

dilakukan perubahan yang fundamental, tapi hanya revisi kecil dan relakasi atas tes-

tes khusus. Lebih banyak tes ditambahkan pd level beberapa tahun dan skala ini

diperluas sampai pada level orang dewasa. Setelah kemunculan skala Binet-Simon

dengan tiga kali revisi, mulai dari tahun 1905,1908, dan 1911. Diantara berbagai

adaptasi dari skala ini, yang paling sering digunakan saat ini adalah skala modifikasi

Stanford-Binet. Tahun 1916, revisi pertama dilakukan oleh Terman dan koleganya.

Revisi dilakukan dengan menambah kecermatan skala secara psikometri. Dimana

Item tes disusun berdasarkan tingkat kesukaran dan tingkat umur. Dalam tes inilah

konsep IQ muncul dan digunakan untuk pertama kalinya. Revisi kali ini terdiri dari

90 Item, yang distandardisasi ulang dengan menggunakan sample 1000 anak dan 400

orang dewasa. Revisi Stanford yang kedua muncul pada tahun 1937, terdiri dari dua

bentuk yang ekuivalen, yaitu bentuk L & M terdiri dari 129 item.

Revisi ketiga, diterbitkan pada tahun 1960, menyediakan satu bentuk

tunggal (L-M) yang memuat soal-soal terbaik, dari hasil revisi ditahun 1937.

Berikutnya revisi keempat Stanford-Binet, merupakan edisi yang disusun dengan baik

dan menampilkan revisi yang paling ektensif. Dalam revisi ini, skala SB-VI

mencerminkan perkembangan yang bersifat menghalangi dalam konseptualisasi

teoritis fungsi-fungsi intelektual dan metodologi penyusunan tes. Kontinuitas dengan

edisi-edisi sebelumnya diusahakan dengan mempertahankan banyak jenis soal dari

3

Page 4: contoh laporan praktikum BINET

bentuk-bentuk sebelumnya. Dan bahkan yang lebih penting adalah mempertahankan

prosedur tes adaptif, dimana masing-masing individu hanya mengambil soal-soal

yang kesulitannya sesuai untuk tingkat kinerja yang ia tunjukkan.

2. Teori Inteligennsi Binet (Single Factor Theory)

Alfred Binet (1857-1911) merupakan salah satu pelopor dalam pengukuran

inteligensi, seorang ahli psikologi berkebangsaan Perancis yang berpendapat bahwa

inteligensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor

umum (g) (Azwar, 2006). Sejak tahun 1904, Binet dan Henri telah memikirkan untuk

mengembangkan metode obyektif guna menyeleksi anak-anak yang lambat mental,

karena mereka dianggap memerlukan bantuan khusus dalam proses pendidikan.

Keduanya menulis serangkaian karangan dalam L’Annee Psychologique.

Binet tidak memiliki teori inteligensi tertentu, tetapi ia bekerja di bidang tes-tes

yang menunjukkan sampel tingkah laku anak dan membedakan kemampuan dari

tingkat umur yang berbeda beda. Binet menemukan fakta bahwa pada setiap tingkat

umur beberapa anak lebih baik dari anak lainnya. Anak yang paling pandai dalam tes

disebut bright (pandai, cemerlang), sedangkan anak yang paling rendah dalam tes

disebutnya miskin. Menurut Binet, inteligensi merupakan sisi tunggal dari

karakteristik yang terus berrkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang

(Azwar, 2006).

Binet mendasarkan tesnya pada perbandingan anak tertentu dengan kelompok

umur anak tersebut. Seorang anak yang berada di atas rata-rata dalam hal inteligensi

dapat menjawab pertanyaan lebih banyak dari rata-rata anak dari kelompok umurnya.

Apabila ia dapat mengerjakan/menjawab pertanyaan sama dengan kelompok

umurnya maka ia dianggap memiliki inteligensi rata-rata. Anak yang performancenya

di bawah rata rata dari kelompok umurnya maka ia dianggap memiliki inteligensi di

bawah rata rata.

Dari paparan di atas nampak bahwa Binet menggunakan umur mental sebagai

dasar untuk menentukan tingkat berfungsinya mental seorang anak. Seorang anak

dapat memiliki umur 10 tahun, tetapi ia memiliki umur mental 11 tahun jika ia dapat

menjawab pertanyaan yang dapat dijawab oleh kelompok anak yang berumur 11

tahun.

Di Amerika, tes Binet ini telah dikembangkan oleh Lewis Terman dari Universitas

Stanford dan diberi nama Tes Stanford Binet. Tes ini dapat digunakan untuk semua

4

Page 5: contoh laporan praktikum BINET

anak yang mempunyai latar belakang berbeda beda. Tes ini biasa disebut kemampuan

untuk memikirkan hal hal abstrak. Definisinya digunakan untuk dasar penyusunan

item item tes.

Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, merancang suatu alat evaluasi

yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas

khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes

ini kemudian direvisi pada tahun 1911.

Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak

perbaikan dari Tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks

numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age

dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford-binet. Indeks seperti

ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh psikolog Jerman yang bernama William

Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-

Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak samapai usia 13

tahun.

3. Klasifikasi IQ

Klasifikasi IQ menurut L.M. Terman dan Maud A. Merrill adalah sebagai berikut :

IQ Kategori

> 140 Verry superior

120-139 Superior

110-119 Rata-rata atas (high average)

90-109 Rata-rata

80-89 Rata-rata bawah (low avarage)

70-79 Borderline defective

< 69 Cacat mental (mentally devective)

4. Kelebihan dan Kelemahan Teori Binet

Salah satu reaksi atas teori yang dikembangkan oleh Binet adalah bahwa aspek

yang diukur dalam tes yang berbasis teori Binet itu terlalu umum. Seorang ahli

psikologi dan psikometri, Charles Spearman mengemukakan bahwa inteligensi tidak

hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (General factor), tetapi juga terdiri dari

faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut teori dua faktor (Two Factor

Theory of Intelligence) yang telah dibahas pada artikel sebelumnya (Perkembangan

5

Page 6: contoh laporan praktikum BINET

Teori Inteligensi (1)). Alat tes yang kemmudian dikembangkan menurut teori faktor

ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC

(Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.

Sejarah menuliskan bahwa Binet merupakan seorang pemancang tonggak awal

perkembangan tes-tes inteligensi modern di seluruh dunia. Binet membuat alat yang

dirancang untuk mengukur ketajaman bayanganm ketahanan, kualitas perhatian,

ingatan, kualitas penilaian moral dan estetika, serta kecakapan menemukan kesalahan

logika serta memahami kalimat-kalimat yang termasuk dalam komponen-komponen

umum berupa Arah, Adaptasi, dan Kritik dalam definisi inteligensi. Temuanya inilah

yang menjadi dasar teori yang berkembang hingga menjadi faktor ganda.

Kelebihan alat tes Binet :

a. Dibuat berdasarkan teori kecerdasan modern

b. Mengukur beragam area kecerdasan

c. Dapat diaplikasikan pada rentang usia 2 tahun keatas

d. Reliabilitas dan validitas kuat

kelemahan alat tes Binet :

a. Aspek yang diukur dalam tes yang berbasis teori Binet itu terlalu umum.

b. Tidak dapat mengukur kemampuan kreatif.

c. Hanya ada satu skor IQ untuk menunjukkan kompleksitas fungsi kognitif

d. Terlalu menekankan pada tes verbal dan memori.

6

Page 7: contoh laporan praktikum BINET

BAB II

Laporan Hasil Test

1. Identitas Testee

Nama : Gabriel Evan Santoso

Tanggal Lahir : Malang, 12 april 2006

Alamat : Jln. Pacar no 2- Malang

Pendidikan : SDK Cor Jesu Malang

2. Hasil Test

Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan, diketahui skoring tes BINET

adalah sebagai berikut :

1. Mencari CA, yaitu : 9 x 12 = 108

2. Mencari MA, yaitu : (8 x 12) + 32 = 128

Rumus mencari IQ =

=

= 118.51852. dibulatkan menjadi 119

Hasil IQ yaitu 119 di klasifikan maka masuk dalam kategori Rata-rata atas.

IQ Kategori

> 140 Verry superior

120-139 Superior

110-119 Rata-rata atas (high average)

90-109 Rata-rata

80-89 Rata-rata bawah (low avarage)

70-79 Borderline defective

< 69 Cacat mental (mentally devective)

7

MACA

x 100

128108

x 100

Page 8: contoh laporan praktikum BINET

3. Hasil Observasi

Saat testee memasuki ruangan, testee tersenyum. Testee berdiri dan melihat keadaan

sekitar. Testee diam dan menyimak instruksi yang diberikan. Di awal tes, testee

menjawab dengan suara kecil dan ragu-ragu. Testee melihat ke arah pintu dan melihat

tester kembali. Testee mulai mengerjakan yang di perintahkan tanpa menunda.

Berdasarkan hasil diatas, testee termasuk anak yang penurut dan tidak menunda

ketika diberikan instruksi oleh tester.

4. Dinamika Psikologi

Berdasarkan hasil pemeriksaan tes Binet, subjek memiliki kemampuan intelegensi

yang secara prestatif berada pada kategori rata-rata atas dengan IQ 119. Testee

memiliki kemampuan menangkap instruksi dengan baik sehingga testee cepat

menjawab pertanyaan yang di ajukan dan mampu menyelesaikan tugas dengan cepat

dan baik. Namun beberapa kali testee terganggu dengan suara lain yang berada di

sekitar sehingga konsentrasi Testee menjadi hilang fokus/konsentrasi yang pecah.

8

Page 9: contoh laporan praktikum BINET

BAB III

Kesimpulan

Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan di laboratorium psikologi masjid lantai 5

pada tanggal 22 maret 2015, yaitu nilai IQ testee ialah 119 dan masuk dalam kategori

IQ rata-rata atas. Hal ini sepadan dengan hasil observasi selama tes berlangsung,

dikarenakakn testee langsung memahami dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh

tester. Testee memiliki konsentrasi yang baik, sehingga testee dapat cepat

menyelesaikan tugas dengan baik terutama ketika diberi tugas untuk mengingat

angka-angka.

9

Page 10: contoh laporan praktikum BINET

Daftar Pustaka

Azwar, Saifuddin, 2006. Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I, Cetakan V.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gregory, Robert J. (2010). Tes Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

10