Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

80
Laporan PKL di PNL APJ Semarang 17 Apr 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi Abad 21 yang ditandai oleh liberalisasi perdagangan diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang benar- benar siap menghadapi persaingan global yang makin terbuka. Selaras dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, maka proses pendidikan di perguruan tinggi harus memperhatikan lingkungan dan kebutuhan dunia kerja khususnya dunia usaha dan/ atau dunia industri. Dunia kerja pada masa mendatang secara selektif akan menjaring calon tenaga kerja yang benar-benar profesional pada bidangnya, karena dengan persaingan global akan makin terbuka lebar kesempatan bagi tenaga kerja asing untuk memasuki/menguasai dunia kerja di Indonesia. Oleh karena itu salah satu tantangan utama bagi lulusan perguruan tinggi adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum memasuki dunia kerja. Salah satu upaya peningkatan SDM khususnya dalam pendidikan tinggi adalah melalui program Praktek Kerja Lapangan yang merupakan sarana penting bagi pengembangan diri dan kemampuan berwirausaha serta kemandirian bagi lulusannya. 1.2. Ruang Lingkup Di dalam Perusahaan Listrik Negara (PLN) APJ Semarang terdapat bagian-bagian kerja yang saling berhubungan dan mempunyai fungsi masing-masing. Dalam laporan akhir program Praktek

description

laporan,

Transcript of Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Page 1: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Laporan PKL di PNL APJ Semarang

17Apr 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam menghadapi Abad 21 yang ditandai oleh liberalisasi perdagangan diperlukan

upaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang

benar-benar siap menghadapi persaingan global yang makin terbuka.

Selaras dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang relevansi pendidikan

dengan kebutuhan pembangunan, maka proses pendidikan di perguruan tinggi harus

memperhatikan lingkungan dan kebutuhan dunia kerja khususnya dunia usaha dan/ atau

dunia industri.

Dunia kerja pada masa mendatang secara selektif akan menjaring calon tenaga kerja

yang benar-benar profesional pada bidangnya, karena dengan persaingan global akan makin

terbuka lebar kesempatan bagi tenaga kerja asing untuk memasuki/menguasai dunia kerja di

Indonesia. Oleh karena itu salah satu tantangan utama bagi lulusan perguruan tinggi adalah

mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum memasuki dunia kerja.

Salah satu upaya peningkatan SDM khususnya dalam pendidikan tinggi adalah

melalui program Praktek Kerja Lapangan yang merupakan sarana penting bagi

pengembangan diri dan kemampuan berwirausaha serta kemandirian bagi lulusannya.

1.2. Ruang Lingkup

Di dalam Perusahaan Listrik Negara (PLN) APJ Semarang terdapat bagian-bagian kerja yang

saling berhubungan dan mempunyai fungsi masing-masing. Dalam laporan akhir

program Praktek Kerja Lapangan ini hanya akan dibahas mengenai apa yang ada pada bagian

kerja Distribusi di PT. PLN APJSemarang.

1.3. Tujuan Dari Progaram Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan merupakan suatu bentuk pendidikan yang memadukan proses

belajar akademik dengan pengalaman kerja yang terencana, terbimbing dan mendapat

insentif. Program Praktek Kerja Lapangan memungkinkan mahasiswa memperoleh

kemampuan yang praktis dengan dihadapkan pada penerapan dunia kerja di luar kampus.

Melalui program Praktek Kerja Lapangan akan diperoleh calon tenaga kerja yang mandiri,

Page 2: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

profesional, dan siap memasuki dunia kerja. Lama pelaksanaan PKL secara umum adalah

antara 3-6 bulan.

Maksud dan tujuan diadakannya program Praktek Kerja Lapangan di PT PLN

(PERSERO) adalah :

 Mempercepat waktu penyesuaian bagi lulusan perguruan tinggi dalam memasuki dunia

kerja

 Meningkatkan kualitas SDM bagi calon tenaga kerja yang mandiri dan professional

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti program Praktek Kerja

Lapangan adalah sebgai berikut :

1. Dapat diikuti oleh semua mahasiswa dari semua program studi dengan melalui seleksi

2. Mendapat izin pimpinan perguruan tinggi dan dari orang tua

3. Minimal duduk di semester 6, tetapi belum lulus

4. Memiliki semangat kerja dan dapat bersosialisasi dalam suatu organisasi/dunia kerja

5. Memiliki motivasi yang tinggi, ketekunan, dan ketahanan mental

6. Mentaati peraturan yang berlaku di tempat kerja yang bersangkutan

Dengan adanya program Praktek Kerja Lapangan ini mendatangkan banyak manfaat

Diantaranya :

a. Perusahaan :

1. Mempermudah perusahaan dalam merekrut calon karyawan yang professional

2. Membantu perusahaan dalam meningkatkan mutu karyawan

3. Menghemat dana untuk pengembangan SDM

4. Membina hubungan kemitraan antara perguruan tinggi dan perusahaan.

b. Perguruan Tinggi :

1. Menyesuaikan metode dan isi kuliah agar lebih relevan dengan dunia kerja

2. Meningkatkan kemampuan tenaga pengajar agar memberikan kuliah yang relevan dengan

dunia kerja disamping mutu akademisnya

3. Membina hubungan kemitraan antara perguruan tinggi dan perusahaan dalam sarana dan

prasarana pendidikan

4. Membekali kemampuan dasar yang memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pekerjaan

5. Meningkatkan kualitas program praktek kerja lapangan para lulusannya.

c. Mahasiswa

1. Memiliki pengalaman kerja di suatu perusahaan

2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari perguruan tinggi dalam dunia kerja

Page 3: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

3. Memberikan kesempatan kerja yang lebih besar

4. Memperoleh insentif sesuai dengan kemampuannya

5. Memberikan kesempatan mencari pengalaman, promosi, dan peningkatan karir

6. Memperoleh pengalaman berorganisasi dalam tim kerja nyata.

BAB II

PT. PLN (PERSERO)

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Listrik Negara

Sejarah perkembangan PT. PLN terdiri dari beberapa tahapan – tahapan atau beberapa

periode :

a. Periode sebelum tahun 1943 – 1945

Pada tahun ini pengusahaan kelistrikan di Indonesia dirintis oleh perusahaan listrik swasta

Belanda, yaitu seperti NV. ANIEM, NV. GEBEO, NV. OGEM dan perusahaan lokal lainnya.

b. Periode tahun 1943 – 1945

Pada periode ini, perusahaan listrik swasta dikuasai oleh jepang dan dikelola menurut situasi

daerah tertentu seperti perusahaan listrik Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera

dan lain – lain.

c. Periode tahun 1945-1950

Pada periode ini perusahaan listrik dan gas diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia

dari tangan Jepang dan melalui Ketetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 1/SD/1945

tanggal 27 Oktober 1945, dibentuk jawatan listrik dan gas yang berkedudukan di Yogyakarta.

Pada masa Agresi Belanda I (19 Desember 1948) perusahaan listrik yang dibentuk dengan

Ketetapan Presiden di atas dikuasai oleh pemilik semula. Pada Agresi Belanda II sebagian

besar kantor jawatan listrik dan gas direbut kembali oleh pemerintah Belanda, sedangkan

perusahaan listrik swasta diserahkan pada pemilik semula sesuai hasil Konferensi Meja

Bundar (KMB).

d. Periode tahun 1951 – 1966

Jawatan tenaga membawahi perusahaan untuk perusahaan Tenaga Listrik (PENUPETEL) dan

diperluas membawahi juga perusahaan Negara untuk Distribusi Tenaga Listrik. Pada tahun

1952 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang

nasionalisasi perusahaan listrik milik bangsa Belanda yaitu jika kasasi penguasaannya telah

berakhir, maka beberapa perusahaan listrik milik swasta tersebut diambil alih dan

digabungkan ke jawatan Negara. Pada tahun 1959 setelah Dewan Direktur Perusahaan Listrik

Negara (DD PLN) terbentuk berdasarkan Undang – Undang Nomor 19 tahun 1960 tentang

Perusahaan Negara dan melalui Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 tahun 1961 dibentuklah

Page 4: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Badan Pimpinan Umum PLN (BPU PLN) yang mengelola semua Perusahaan Listrik Negara

dan Gas dalam satu wadag organisasi.

Pekerjaan Umum dan Tenaga pada saat itu menetapkan SK Menteri PUT Nomor Menteri

19/01/20 tanggal 20 Mei 1961 yang memuat arahan sebagai berikut :

1. BPU adalah suatu Perusahaan Negara yang diserahi tugas menguasai dan mengurus

perusahaan – perusahaan listrik dan gas yang berbebtuk badan hukum.

2. Organisasi BPU PLN dipimpin oleh direksi.

3. Di daerah dibentuk daerah aksploitasi yang terdiri atas :

- 10 daerah eksploitasi listrik umum dan distribusi

- 2 daerah eksploitasi khusus distribusi listrik

- 1 daerah eksploitasi khusus pembangit listrik

- 13 Pembangkit Listrik Negara eksploitasi proyek kelistrikan.

4. Daerah eksploitasi khusus distribusi dibagi lebih lanjut menjadi cabang dan ranting.

5. Daerah eksploitasi khusus pembangkit dibagi lebih lanjut menjadi sektor.

e. Periode tahun 1967 – 1985

Dalam kabinet Pembangunan I Dirjen GATRIK PLN dan Lembaga Masalah Ketenagaan

(LMK) dialihkan ke Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL). Lembaga

masalah ketenagaan (LMK) ditetapkan dalam pengelolaan PLN melalui Peraturan Menteri

PUTL Nomor 6/PRT/1970.

Tahun 1972 PLN ditetapkan sebagai perusahaan Umum melalui Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 10, Pemerintah juga memberi tugas dibidang kelistrikan kepada PLN untuk mengatur,

membina, mengawasi, dan melaksanakan perencanaan umum dibidang kelistrikan nasional

disamping tugas – tugas sebagai perusahaan. Mengingat kebijakan energi dan PLN seta PGN

dari Departemen dibidang Ketenagaan selanjutnya ditangani oleh Dirjen Ketenagaan (1981).

Dalam Kabinet Pembangunan IV Dirjen Ketenagaan diubah menjadi Dirjen Listrik dan

Energi Baru (LEB). Perubahan nama ini untuk memperjelas tugas dan fungsinya yaitu :

- Program Kelistrikan

- Pembinaan – pembinaan pengesahan.

- Pengembangan energi baru.

Tugas – tugas pemerintah yang semula dipikul PLN secara bertahap dikembalikan ke

Departemen sehingga PLN dapat lebih memusatkan fungsinya sebagai perusahaan.

f. Periode tahun 1985 – 1990

Mengingat tenaga listrik sangat penting bagi pningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

secara umum serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi secara umum, oleh karena itu

Page 5: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

usaha penyediaan tenaga listrik, pemanfaatan dan pengelolaan perlu ditingkatkan agar

tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup merata dengan pelayanan mutu yang baik.

Kemudian dalam rangka peningkatan pembangunan yang berkesinambungan dibidang tenaga

listrik diperlukan upaya secara optimal memanfaatkan sumber energi untuk membangkitkan

tenaga listrik sehingga penyediaan tenaga listrik terjamin. Untuk mencapai maksud tersebut

pemerintah menganggap bahwa ketentuan dan perundang – undangan yang sudah ada tidak

lagi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan listrik maka bersama – sama dengan Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menetapkan Undang – Undang Nomor 15 tahun 1985.

Keputusan pengadaan Undang – Undang “ Jawatan “ tersebut, pemerintah menetapkan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan

Tenaga Listrik. Berdasarkan Undang – Undang dan peraturan pemerintah tersebut ditetapkan

bahwa PLN merupakan salah satu pemegang kekuasaan usaha tenaga listrik. Sesuai dengan

makna yang terkandung dalam Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun

1990 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara. Peraturan ini merupakan dasar

hukum pengelolaan PERUM Listrik Negara sebagai pemegang kuasa usaha ketenagaan

listrik.

g. Periode tahun 1990 – sekarang

Dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha penyediaan tenaga listrik maka PERUM Listrik

Negara yang didirikan dengan PP Nomor 17 Tahun 1990 dinilai memenihu persyaratan untuk

dialihkan bentuknya menjadi PERSERO.

Selanjutnya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1994 tanggal 6 April 1994 tentang

pengalihan bentuk PERUM menjadi PERSERO hal ini tercantum dalam anggaran dasar PT.

PLN (PERSERO) Akte Notaris Sujipto, SH Nomor 109 tanggal 30 Juli 1994.

2.2. Visi, Misi, dan Motto Perusahaan Listrik Negara

PT.PLN mempunyai visi dan misi dalam menjalankan tugas-tugasnya dan dalam menghadapi

era globalisasi saat ini.

Visi PLN, yaitu :

Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang unggul, unggul, dan

terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.

Misi PLN yaitu :

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan

pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listriak sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat.

Page 6: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Motto PLN, yaitu :

Listrik untuk kehidupan yang lebih baik

( Electricity for a better life )

BAB III

PT. PLN ( PERSERO ) AREA PELAYANAN dan JARINGAN SEMARANG

3.1. Sejarah PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Semarang

Dengan dikeluarkannya Undang – Undang 86 Tahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958

tentang Nasionalisasi semua perusahaan Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda. Dengan itu maka

seluruh perusahaan listrik Belanda berada di tangan bangsa Indonesia.

Di Jawa Tengah setelah diambil alih dari kekuasaan Belanda Perusahaan Listrik yang semula

bernama NV ANIEM berubah nama menjadi PN Perusahaan Listrik Negara (PN PLN).

Sesuai Surat Keputusan Direksi PLN pada tahun 1965 PN PLN Jawa Tengah berubah nama

menjadi PLN Exploitasi X kemudian PLN Wilayah XIII.

Pada tahun 1972 keluar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1972 dari

PN PLN berubah nama menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara (PERUM) dan pada tahun

1994 dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 Tanggal 16 Juni 1994

pengalihan bentuk Perusahaan LIstrik Negara menjadi PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI

JAWA TENGAH.

Dengan adanya Restrukturisasi tahun 2000, sesuai Keputusan General Manajer Nomor :

038.K/021/PD.I/2001 tanggal 10 April 2001 PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan

Pelanggan disingkat PT. PLN (PERSERO) AP Semarang dan Ranting berubah menjadi Unit

Pelayanan Pelanggan disingkat UP.

Pada tahun 2003, melalui Keputusan General Manager PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa

Tengah dan D.I. Yogyakarta Nomor 123.K/021/GM/2003 berubah struktur organisasi

menjadi APJ sedangkan unitnya menjadi UP/UJ dan UPJ.

3.2. Lokasi PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Semarang

Lokasi PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Semarang bertempat di Pemuda

Nomor 93 Semarang, Telp : (024) 354 7651-55, Kotak Pos : 50139, Faximile : (024) 351

3708, Email :[email protected], website : www.apjsemarang.com.

3.3. Bidang Usaha dan Wilayah Kerja PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang

Page 7: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Didalam penyelenggaraan dan pelayanan listrik Negara untuk umum dalam negeri,

PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang memberikan jasa pelayanan kepada pelanggan yaitu :

a. Pelayanan pemberian tata cara perhitungan besarnya biaya listrik.

b. Pelayanan pemberian informasi penyambungan tenaga listrik kepada calon pelanggan,

pelanggan dan masyarakat.

c. Lelayanan permintaan penyambungan baru, perubahan daya, penyambungan sementara,

perubahan tarif, balik nama pelanggan dan pelayanan lainnya serta pengendalian

pelanggan.

d. Pelayanan pembayaran Biaya Penyambungan (BP), Uang Jaminan Pelanggan (UJL),

Tagihan Susulan (TS), biaya sementara, biaya perubahan dan biaya lainnya yang

ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Membuat kuitansi penerimaan pembayaran biaya penyambungan.

f. Membuat perintah kerja yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan, perbaikan,

perubahan, penambahan atau pembongkaran sambungan tenaga listrik.

PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang membawahi beberapa unit pelayanan, yaitu :

a. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Selatan

b. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Barat

c. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Tangah

d. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Timur

e. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Kendal

f. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Demak

g. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Purwodadi

h. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Tegowanu

i. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Weleri

j. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Boja

3.3. Pengenalan Umum Struktur Organisasi PT. PLN APJ Semarang

Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Semarang merupakan Area yang tergolong kecil

dengan membawahi tiga Unit Pelayanan (UP) dan satu Unit Jaringan (UJ). 

Susunan Organisasi Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) sbb:

Page 8: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

3.4. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Pada Area Pelayanan dan Jaringan (APJ)

Semarang

3.3.1Manajer Area Pelayanan & Jaringan

Tugas Pokok Manajer Area Pelayanan & Jaringan adalah:

Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha secara efisien dan efektif serta menjamin

penerimaan hasil penjualan tenaga listrik, peningkatan kualitas pelayanan, pelaksanaan

pengelolaan jaringan tegangan menengah (JTM), jaringan tegangan rendah (JTR),

sambungan rumah (SR) dan Alat Pembatas & Pengukur (APP), pegelolaan keuangan serta

pengelolaan SDM dan administrasi, membina hubungan kerja, kemitraan dan komunikasi

yang efektif guna menjaga citra perusahaan serta mewujudkan Good Coorporate Governance.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Manajer Area Pelayanan

dan Jaringan mempunyai fungsi:

a. Menyusun prakiraan kebutuhan tenaga listrik

b. Menyusun dan menerapkan program penjualan tenaga listrik

c. Memantau perkembangan jumlah pelanggan dan jenis tariff

d. Menyusun program peningkatan kualitas pelayanan pelanggan

e. Mengkoordinir dan mengendalikan pengoperasian jaringan tegangan menengah (JTM) dan

jaringan tegangan rendah (JTR), sambungan rumah (SR) dan APP .

f. Melaksanakan kegiatan pengelolaan PUKK

g. Menangani permasalahan hukum yang terjadi di lingkungan area

h. Melaksanakan pengelolaan SDM, Keuangan & Administrasi

i. Membuat evaluasi secara berkala terhadap kegiatan pengelolaan Pemasaran, Niaga,

Distribusi, Keuangan, SDM dan Administrasi.

Page 9: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

j. Melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas pokok sesuai prosedur yang

ditetapkan.

3.3.2 Asisten Manajer Pemasaran & Niaga

Tugas Pokok Asisten Manajer Pemasaran adalah:

Bertanggung jawab atas kajian penetapan harga listrik, prakiraan kebutuhan tenaga

listrik, usulan pengembangan produk dan jasa baru, penyusunan potensi pasar, petunjuk

pelaksanaan segmentasi pasar dan promosi, peneraan, humas dan penyuluhan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Asisten Manajer

Pemasaran mempunyai fungsi:

a. Memberi masukan untuk penetapan harga listrik

b. Menyusun prakiraan kebutuhan energi

c. Membuat usulan pengembangan produk dan jasa baru

d. Melaksanakan riset pasar

e. Menyusun metoda dan petunjuk pelaksanaan segmentasi pasar

f. Menyusun metoda dan petunjuk pelaksanaan promosi

g. Mengelola peneraan dan pengujian peralatan distribusi

h. Melaksanakan kegiatan kehumasan dan penyuluhan ketenaga-listrikan dan prosedur

pelayanan kepada pelanggan / masyarakat

i. Membuat evaluasi triwulanan atas kegiatan pemasaran dan rencana perbaikannya

3.3.3. Asisten Manajer Distribusi

Tugas Pokok Asisten Manajer Distribusi adalah:

Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembuatan desain konstruksi, rencana, dan SOP untuk

operasi & pemeliharaan distribusi, perbekalan dan evaluasi pengelolaan distribusi yang

dikelola oleh unit-unit.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Asisten Manajer Distribusi

mempunyai fungsi:

a. Membuat desain konstruksi berdasarkan desain standar

b. Menyusun usulan pengembangan distribusi

c. Membuat analisis kinerja jaringan distribusi

d. Menyusun rencana operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi

e. Menyusun SOP pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi

f. Membantu pelaksanaan PB dan PD pada konsumen selektif

g. Melaksanakan pembangunan jaringan distribusi dan sarana lainnya

h. Melaksanakan administrasi pembangunan

Page 10: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

i. Melaksanakan tata laksana perbekalan

j. Melakukan pemutakhiran peta jaringan distribusi

k. Membuat evaluasi triwulanan atas kegiatan operasi dan pemeliharaan distribusi serta

rencana perbaikannya.

3.3.4. Asisten Manajer Keuangan

Tugas Pokok Asisten Manajer Keuangan adalah:

Bertanggung jawab atas penyusunan RKAP dan cash flow, melaksanakan pengelolaan

pendanaan dan arus kas secara akurat serta kegiatan perbekalan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Asisten Manajer Keuangan

mempunyai fungsi:

a. Menyusun RKAP area dan cash flow

b. Menyusun dan memantau anggaran belanja dan pendapatan APJ, Unit Pelayanan (UP),

Unit Jaringan (UJ) dan Unit Pelayanan & Jaringan (UPJ)

c. Membuat laporan hasil penjualan tenaga listrik dan pendapatan lainnya

d. Memonitor pengelolaan piutang

e. Melaksanakan dan mengkoordinir pembiayaan operasi dan investasi

f. Membuat laporan keuangan secara berkala

g. Membuat evaluasi triwulanan atas kegiatan keuangan dan rencana perbaikannya

3.3.5 Asisten Manajer SDM dan Administrasi

Tugas Pokok Asisten Manajer SDM & Administrasi adalah:

Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SDM, tata usaha

secretariat, rumah tangga, keamanan, keselamatan, dan kesehatan lingkungan kerja dan

kegiatan umum lainnya, pelaksanaan bidang kehumasan serta penanganan masalah hokum.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Asisten Manajer SDM dan

Administrasi mempunyai fungsi:

a. Menyusun dan mengusulkan Formasi Tenaga Kerja (FTK)

b. Melaksanakan program pendidikan & pelatihan pegawai

c. Melaksanakan pengembangan karier pegawai

d. Melaksanakan updating data pegawai

e. Melaksanakan penilaian kinerja pegawai

f. Menyusun & mengusulkan mutasi pegawai

g. Memproses pelanggaran disiplin pegawai

h. Mengelola penyusunan anggaran pegawai dan pembayaran penghasilan pegawai

i. Mengelola kesekretariatan dan rumah tangga kantor

Page 11: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

j. Melaksanakan pembinaan keamanan dan K3

k. Membuat evaluasi triwulanan atas kegiatan SDM dan administrasi serta rencana

perbaikannya.

3.3.6 Asisten Manajer Perencanaan

Tugas Pokok Asisten Manajer Perencanaan adalah:

Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan perencanaan suatu pembuatan desain konstruksi,

rencana, dan SOP untuk operasi & pemeliharaan distribusi, perbekalan dan evaluasi

pengelolaan distribusi yang dikelola oleh unit-unit juga hal yang terkait dengan perencaan

dan pengawasan untuk sistem pembayaran untuk pelanggan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Asisten Manajer Perencanaan

mempunyai fungsi:

a. Membentuk suatu sistem perencanaan untuk pelanggan yang berkenaan dengan

penghematan listrik.

b. Menyusun usulan pengembangan distribusi.

c. Melaksanakan tata laksana perbekalan

d. Membuat usulan pengembangan produk dan jasa baru

e. Menyusun prakiraan kebutuhan energy

f. Melakukan pemutakhiran peta jaringan distribusi

g. Membuat evaluasi triwulanan atas kegiatan Perencanaan serta rencana perbaikannya.

BAB IV

GAMBARAN UMUM SISTEM KETENAGALISTRIKAN

DAN BISNIS PROSES SISTEM DISTRIBUSI

4.1. GAMBARAN UMUM

Energi listrik sebagai salah satu bentuk energi yang paling efektif dan efisien,

keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga

listrik bagi para pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Peralatan tersebut

dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk suatu sistem tenaga listrik.

Sistem tenaga listrik didefinisikan sebagai sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk

(Pusat Beban) yang satu sama laian saling terhubung oleh Jaringan Transmisi sehingga

merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Masing-masing bagian mempunyai fungsi yang

berbeda-beda, tetapi antar bagian saling bekerja sama untuk melaksanakan suatu proses

operasi sistem tenaga listrik. Gambar 2.1 menunjukkan berbagai bagian dari sistem tenaga

listrik dalam skema garis tunggal.

Page 12: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Suatu sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur yaitu, pembangkitan,

transmisi, distribusi dan pemakaian tenaga listrik. Pembangkitan tenaga listrik terdiri atas

berbagai jenis pusat tenaga listrik, seperti pusat listrik tenaga air (PLTA), pusat listrik tenaga

uap (PLTU), pusat listrik tenaga nuklir (PLTN), pusat listrik tenaga gas (PLTG), dan pusat

listrik tenaga diesel (PLTD). Letak pusat tenaga listrik, dan hal ini terutama berlaku bagi

pusat listrik tenaga air, sering jauh dari pusat-pusat pemakaian tenaga listrik, seperti kota dan

industri. Dengan demikian, energi listrik yang dibangkitkan di pusat tenaga listrik, sering

harus disalurkan, atau ditransmisikan melalui jarak-jarak yang jauh ke pusat-pusat pemakaian

tenaga listrik. Tiba di kota, energi listrik itu harus dibagikan atau didistribusikan kepada para

pemakai atau pelanggan.

Salah satu bagian dari proses sistem tenaga listrik adalah sistem distribusi, dimana

secara garis besar proses operasi sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara

lain :

1. Proses pembangkitan tenaga listrik ( PLTA, PLTU, PLTG, PLTD, PLTP, PLTN, dll ).

2. Proses transmisi daya listrik dengan tegangan tinggi ( 30 kV, 70kV, 150 kV, 500 kV ) dari

pusat-pusat pembangkit ke gardu-gardu induk.

3. Proses pendistribusian tenaga listrik dengan tegangan menengah ( misalnya 6 kV, 12 kV

atau 20 kV ) dan tegangan rendah ( 110 V, 220 V dan 380 V ) dari gardu induk ke

konsumen.

Pada suatu sistem yang cukup besar, tegangan yang keluar dari generador harus dinaikkan

dulu dari tegangan menengah (tegangan generator) menjadi tegangan tinggi atau tegangan

ekstra tinggi (tegangan transmisi). Menyalurkan energi listrik melalui jarak-jarak yang jauh

harus dilakukan dengan tegangan yang tinggi untuk memperkecil kerugian-kerugian yang

terjadi, baik rugi-rugi energi maupun penurunan tegangan. Suatu sistem tenaga listrik harus

memenuhi syarat-syarat dasar seperti :

1. setiap saat memenuhi jumlah energi listrik yang diperlukan consumen sewaktu-waktu

2. mempertahankan suatu tegangan yang tetap dan tidak terlampau bervariasi, standar

variasi tegangan Indonesia adalah -10% sampai +5%.

Page 13: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

3. mempertahankan suatu frekuensi yang stabil dan tidak bervariasi lebih dari

misalnya  0,2 Hz

4. menyediakan energi listrik dengan harga yang wajar

5. memenuhi standar-standar keamanan dan keselamatan

6. tidak mengganggu lingkungan hidup

Tegangan generator yang biasanya berupa tegangan menengah (TM) di gardu induk (GI)

melalui transformator dinaikkan menjadi tegangan transmisi, berupa tegangan tinggi (TT)

atau tegangan ekstra tinggi (TET). Standar tegangan menengah di indonesia adalah 20kV.

150kV sampai <500kv style="">. Dan 500 kV untuk tegangan tegangan ekstra tinggi.

Standar ini mengikuti rekomendasi dari Internacional Electrotechnical Commission (IEC).

Standar tegangan menengah untuk distribusi adalah 20 kV. Standar Tegangan Rendah di

Indonesia adalah 230V / 400V.

Sebagaimana terlihat pada gambar 4.1, pada pusat listrik tegangan generator

dinaikkan di gardu induk dari tegangan generator menjadi tegangan transmisi. Setibanya di

pinggir kota, tegangan transmisi diturunkan lagi menjadi tegangan menengah.

Gardu Induk (GI)

Gardu induk adalah merupakan instalasi yang sangat penting dalam pengoperasian sistem

tenaga listrik. Gardu induk pada prinsipnya adalah pusat penerimaan dan penyaluran tenaga

listrik pada tegangan yang berbeda. Gardu induk terdapat di seluruh sistem tenaga listrik.

Dimulai pada pusat tenaga listrik dengan mempergunakan transformator daya, sebuah GI

meningkatkan tenaga menengah yang dibangkitkan oleh generator menjadi tegangan

transmisi yang diperlukan. Mendekati tempat-tempat pemakaian energi listrik, yaitu kota atau

pemakai besar seperti industri, tegangan transmisi diturunkan kembali menjadi tegangan

menengah.

Sebuah gardu induk pada umumnya terdiri atas peralatan utama berikut :

transformator daya, reaktor pembatas arus, pemutus daya, berbagai peralatan switching

(switch gear), pengamanan terhadap petir, dan peralatan pengukuran serta proteksi.

Secara umum gardu induk dapat dibedakan dua macam, yaitu :

 GI penaik tegangan

 GI penurun tegangan

GI penaik tegangan berfungsi sebagai pengumpul daya dan menyalurkannya melalui suatu

tegangan tinggi. GI ini dapat dibangun bersama-sama dengan pusat pembangkit. Sedangkan

GI penurun tegangan ditempatkan pada pusat beban yang disalurkan melalui distribusi

primer, daya disalurkan dengan tegangan yang lebih rendah daripada tegangan yang masuk.

Page 14: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Saluran Transmisi

Energi listrik dibawa oleh konduktor, yaitu melalui saluran transmisi dari pusat-pusat

pembangkit tenaga listrik kepada para pemakai. Agar penyediaan tenaga listrik dapat

dilakukan dengan baik, sistem tenaga listrik perlu memenuhi beberapa persyaratan dasar.

Diantaranya adalah sebagai berikut :

 Menyediakan setiap saat, di tempat yang diperlukan, daya dan energi sebanyak yang

diinginkan yang diperlukan oleh pelanggan.

 Mempertahankan suatu tingkat tegangan yang stabil, yang tidak boleh melebihi 5

persen dan kurang dari 10% dari nilai nominal.

 Memepertahankan suatu tingkat tegangan yang stabil, yang tidak boleh berubah lebih

dari  0,2 Hz.

 Menyediakan energi listrik dengan harga yang wajar.

 Memenuhi standar keamanan dan keandalan.

 Tidak mengganggu lingkungan.

Desain saluran transmisi akan tergantung dari beberapa hal seperti :

 Jumlah daya yang harus ditransmisikan.

 Jarak dan jenis lapangan yang harus ditransmisikan.

 Biaya yang tersedia.

 Pertimbangan-pertimbangan lain, misalnya masalah-masalah urban dan kemungkinan

pertumbuhan beban di waktu mendatang.

Komponen-komponen utama saluran transmisi adalah struktur pendukung, konduktor sebagai

penghantar energi, dan isolator. Struktur pendukung terdiri atas tiang atau menara listrik yang

harus memikul konduktor pada suatu tingkat ketinggian secara aman di atas tanah. Untuk

tegangan 70 kV ke bawah dapat dipergunakan struktur pendukung berbentuk sederhana

seperti tiang listrik, terbuat dari kayu, besi ataupun beton. Untuk tegangan yang lebih tinggi,

dan diperlukan struktur pendukung yang lebih canggih, berupa menara listrik yang dapat

terbuat dari besi ataupun beton.

Konduktor untuk saluran udara tegangan tinggi terbanyak terdiri atas kawat alumunium

diperkuat baja (Alumunium Cable Steel Reinforced, ACSR), karena memiliki ciri-ciri

ekonomi yang baik. Isolator diperlukan untuk mengaitkan konduktor pada struktur

pendukung secara mekanikal yang kuat, dan sekaligus memisahkan secara elektrikal struktur

pendukung dari konduktor. Isolator terbanyak dibuat dari porselen, gelas, ataupun bahan

sintetik. Dari sudut listrik, isolator perlu memiliki resistansi yang tinggi. Dilihat dari segi

Page 15: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

bentuk dan pemasangan, terdapat dua jenis isolator, yaitu isolator tumpu (pintype insulator)

dan isolator gantung (suspension type insulator).

Distribusi Daya

Listrik merupakan bentuk energi yang paling cocok dan nyaman bagi manusia modern.

Tanpa listrik infra-struktur masyarakat sekarang tidak menyenangkan. Makin bertambahnya

konsumsi listrik per kapita di seluruh dunia menunjukkan kenaikan standar kehidupan

manusia. Pemanfaatan secara optimum bentuk energi ini oleh masyarakat dapat dibantu

dengan sistem distribusi yang efektif.

Klasifikasi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah

Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik

yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen. Sedangkan

jaringan distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam menyalurkan

energi ke konsumen.

Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus

disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban,

perkembangan di masa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya.

A. Berdasarkan Tegangan Pengenal

Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan menjadi dua macam,

yaitu :

a. Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu berupa

Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah

(SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu Induk menuju ke

Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV atau 20 kV, namun

sekarang yang banyak dikembangkan oleh PLN adalah tegangan 20 kV.

b. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringann Tegangan Rendah (JTR), salurannya

bisa berupa SKTM atau SUTM yang mengubungkan Gardu Distribusi/sisi sekunder trafo

distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang digunakan adalah 110 Volt, 220 Volt dan

380 Volt.

B. Berdasarkan Konfigurasi Jaringan Primer

Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat

menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinyuitas

pelayanannya. Ada pun jenis jaringan primer yang biasa digunakan adalah:

a. Jaringan distribusi pola radial

b. Jaringan distribusi pola loop

Page 16: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

c. Jaringan distribusi pola grid

d. Jaringan distribusi pola spindle

a. Jaringan Distribusi Pola Radial.

Pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernya hanya mampu menyalurkan

daya dalam satu arah aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani daerah dengan

tingkat kerapatan beban yang rendah.

Keuntungannya ada pada kesederhanaan dari segi teknis dan biaya investasi yang

rendah. Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua

beban saluran tersebut akan ikut padam sampai gangguan tersebut dapat diatasi.

Gambar 4.2. Pola jaringan radial

b. Pola Jaringan Distribusi Loop

Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang

berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula. Gambar (2.5)

menunjukan suatu bentuk jaringan distribusi tipe loop.

Pola ini ditandai pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan

sebuah sumber cadangan. jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami

gangguan, akan dapat digantikan oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan).

Jaringan dengan pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan

kebutuhan kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).

Page 17: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Gambar 4.3. Pola Jaringan Loop

c. Jaringan Distribusi Pola Grid

Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut dihubungkan oleh

saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap gardu distribusi dapat

menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain. Pola jaringan grid ditunjukan pada

(Gambar 2.6)

Gambar 4.4 Pola Jaringan Grid

Keuntungan dari jenis jaringan ini adalah:

 Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pola radial atau loop.

 Fleksibel dalam menghadapi perkembangan beban.

 Sesuai untuk daerah dengan kerapatan beban yang tinggi.

Page 18: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Adapun kerugiannya terletak pada sistem proteksi yang rumit dan mahal dan biaya investasi

yang juga mahal.

d. Jaringan Distribusi Pola Spindel

Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari poal radial dan loop

terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu tempat yang

disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut dihubungkan dengan satu

saluran yang disebutexpress feeder

.

Sistem gardu distribusi ini terdapat di sepanjang saluran kerja dan terhubung secara

seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, sedangkan saluran

yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban.Jadi sistem ini dalam keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat

bekerja secara loop melalui saluran cadangan dan GH.

Gambar 4.5 Sistem Jaringan Spindel

Keuntungan pola jaringan ini adalah :

Sederhana dalam hal teknis pengoperasiannya seperti pola radial.

Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola radial maupun loop.

 Pengecekan beban masing-masing saluran lebih mudah dibandingkan dengan pola grid.

 Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan dengan pola

grid. Dengan demikian pola proteksinya akan lebih mudah.

 Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi.

4.2. BISNIS PROSES DALAM DISTRIBUSI

4.2.1. Bisnis Proses Dalam Bagian Kerja Distribusi

Bisnis proses yang ada dalam distribusi di PLN terdiri dari 3 kegiatan yaitu:

4.2.1.1. Pengoperasian Sistem

Pengoperasian sistem yang ada di PLN APJ Semarang adalah penyaluran tenaga

listrik melalui jaringan transmisi 150 KV dengan gardu induk yang tersebar di berbagai kota.

Dari Gardu Induk ini tegangan diturunkan menjadi 22 KV untuk disalurkan ke konsumen

yang dalam hal ini menjadi wewenang PT. PLN ( persero ) Distribusi.

Page 19: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Gardu Induk 150 KV yang termasuk dalam suplai penyaluran yang melayani APJ

Salatiga meliputi :

a. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Selatan

b. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Barat

c. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Tangah

d. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Timur

e. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Kendal

f. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Demak

g. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Purwodadi

h. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Tegowanu

i. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Weleri

j. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Boja

4.2.1.2. Perencanaan Sistem

Selain Pengoperasian jarak dekat, saat ini PLN juga bisa mengoperasikan

peralatannya dengan jarak jauh yaitu dengan menggunakan SCADA. SCADA itu dipasang

pada GI yang ada dalam wilayah kerja APJ Semarang yang kemudian dioperasikan, dikontrol

dan dipantau lewat APJ Semarang dan UPJ - UPJ seperti yang telah disebutkan diatas.

Namun Pengoperasian tanpa SCADA juga masih diperlukan karena tidak setiap peralatan

dioperasikan dengan menggunakan SCADA.

4.2.1.3.Pemeliharaan Sistem

Sistem yang dipelihara oleh PLN adalah system peralatan listrik dari gardu induk

sampai ke konsumen.. Dalam system transmisi tenaga listrik digunakan sistem tegangan

tinggi. Pada umumnya transmisi dengan menggunakan saluran udara ( Over Head Line )

lebih banyak digunakan daripada pemakaian kabel tanah. Keuntungan penggunaan sistem

saluran udara dalam trasmisi adalah :

a. Bahan isolasi dipakai relatif sederhana.

b. Gangguan-gangguan yang terjadi dapat diatasi dengan cepat.

c. Biaya jauh lebih murah.

Pada umumnya transmisi tenaga listrik dari pusat pembangkit hingga ke konsumen

melalui beberapa urutan sebagai berikut :

1. Pusat Tenaga listrik ( Power Station )

Yaitu tempat dimana terdapat mesin-mesin pembangkit energi listrik.

2. Gardu Induk Penaik Tegangan ( Step-Up Transformator Substation )

Page 20: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Merupakan tempat dimana tegangan output dari generator dinaikkan menjadi tegangan

tertentu. Biasanya terletak dekat dengan pusat tenaga listrik.

3. Saluran tegangan Tinggi ( Trasmision )

Berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat tenaga listrik sampai ke pusat-pusat pemakai.

Biasanya terletak di kota-kota yang berjarak puluhan sampai ratusan kilometer.

4. Gardu Induk Penurun Tegangan ( Step-Down Tranformator Substation )

Yaitu tempat Penurun Tegangan tinggi menjadi tegangan menengah. Biasanya berlokasi

dipinggiran kota.

5. Gardu Induk ( Switching Substation )

Merupakan tempat-tempat pendistribusian tenaga listrik melalui kabel tanah atau saluran

udara ke gardu-gardu distribusi.

6. Hantaran Distribusi Primer / Jaringan Tegangan Menengah ( Feeder )

Merupakan suatu jaringan listrik bertegangan menengah dengan system kabel tanah atau saluran

udara yang menghubungkan gardu hubung ke gardu distribusi atau dari Gardu Induk ke

Gardu Distribusi.

7. Gardu Distribusi

Yaitu tempat dimana terdapat transformator penurun tegangan menengah menjadi tegangan

rendah.

8. Hantaran distribusi Sekuinder / Jaringan Tegangan Rendah

Yaitu jaringan listrik bertegangan rendah berupa kabel tanah atau saluran udara yang

menghubungkan Gardu Distribusi dengan konsumen.

Page 21: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Gambar 4.6. Gambar Rangkaian Pengaman di Gardu Induk Distribusi – Konsumen

Keterangan :

a. PMT

Setting system PMT ada 2 ( Dua ) yaitu :

 On Reclosing : Apabila ada gangguan sesaat ( tidak permanent ), apabila itu masih dua

kali trip ( jatuh ) maka secara otomatis akan langsung masuk ( beroperasi )kembali.

Namun, jika sudah yang ketiga kali , maka langsung lock out.

 Off Reclosing : Apabila ada gangguan permanent atau tidak permanent, satu kali trip

( jatuh ) maka langsung lock out.

Pengaman pada PMT ada 3 :

 GVR ( Ground Voltage Relay )

 OCR ( Over Current Relay )

 UFR ( Under Frequency )

b. ABSW ( Air Break Switch )

Page 22: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

ABSW adalah alat pemutus tegangan udara, biasanya terletak pada tiang-tiang transmisi.

Bentuknya seperti pisau yang fungsinya sebagai saklar yang bisa membuka dan menutup

( On / Off )

c. FCO ( Fuse Cut Out )

Fuse Cut Out adalah peralatan pengaman pada PLN yang apabila tidak ada gangguan, Ia

bersifat sebagai konduiktor. Biasanya FCO ini dipasang pada percabangan-percabangan

jaringan. Pengaman pada FCO adalah fuse link. Fuse link ini menggunakan kawat nikelin

yang akan putus apabila mencapai panas tertentu.

Gambar rangkaian FCO :

Gambar 4.7 FCO

Pemasangan fuse link FCO pada feeder dari GI ( Gardu Induk ) sampai ABSW 1

hanya untuk beban sampai 100 A diatas itu akan menyebabkan PMT pada GI yang

bekerja apabila terjadi kerusakan atau gangguan pada jaringan.

Pemasangan ampere pada fuse link juga harus diperhatikan :

Contoh perhitungannya:

Misal untuk trafo 50 KVA, maka : 

Apabila FCO itu dipasang pada percabangan dengan banyak trafo maka FCO yang harus

dipasang merupakan total dari trafo

Misal : Setelah percabangan itu terdapat 10 trafo 50 KVA maka FCO yang

dipasang adalah 

Apabila Disconnecting Switch, dipasang pada percabangan 3 phasa pada konsumen besar.

Pada dasarnya sama fungsinya dengan ABSW tapi ada time switchnya

d. Recloser

Recloser dipasang pada jaringan 3 phasa utama

Fungsi peralatan pengaman recloser :

Page 23: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

 Memperkecil daerah padam

 Mempermudah mencari lokasi gangguan

Apabila terkena gangguan, recloser akan jatuh dan bila dalam 2 detik pemadaman tidak

ada gangguan lagi, maka secara otomatis recloser akan masuk kembali ( menyala

kembali ). Apabila recloser jatuh sampai 3 kali maka berarti ada gangguan permanent.

Contoh misalnya :

 Kawat jaringan putus

 Relaynya Ground Voltage

Recloser dipasang minimal tiap 8 Km dari tiap feeder. Recloser ini selalu dalam keadaan on

reclosing ( bisa dioperasikan dalam keadaan ber beban ). Biasanya recloser ini dipasang di

pedesaan yang sulit atau jauh dijangkau oleh petugas. Karena system kerjanya memudahkan

jika suatu saat terjadi gangguan seasaat sehingga petugas tidak perlu harus repot-repot datang

jika gangguannya ringan.

e. Secsionalizer

Fungsinya pada dasarnya hampir sama dengan recloser karena memperkecil daerah padam,

hanya saja dengan secsionalizer maka daerah yang dipadamkan bisa menjadi semakin kecil

lagi dan semakin memudahkan dalam mencari daerah yang terkena gangguan. Sistem kerja

dari secsionalizer harus dioperasikan dalam keadaan tak berbeban ( Off Reclosing )

Dari kesimpulan diatas, maka peralatan di PLN dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan

operasinya :

a) On Load Operation

Bisa Dioperasikan dalam keadaan berbeban

Contoh = PMT, Recloser, FCO

b) No Load Operation

Tidak bisa dioperasikan apabila dalam keadaan berbeban

Contoh = Secsionalizer, Disconnecting Switch

BAB V

OPERASI SISTEM

5.1. Pendahuluan

Dari hirarkinya, jaringan distribusi berada di rangkaian terakhir dari sistem jaringan listrik

yang besar sekali, dan peranannya adalah mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen.

Dapat dimengerti bahwa pada jaringan distribusi khususnya terjadi titik pertemuan antara dua

kepentingan dengan persyaratan-persyaratannya masing-masing. Pihak konsumen

Page 24: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

membutuhkan listrik dengan mutu penyaluran yang baik, sedang perusahaan listrik

dihadapkan kepada masalah kesanggupan jaringannya sendiri

Tetapi yang jelas sebenarnya kedua macam kepentingan itu tidaklah bertentangan, malahan

mempunyai tujuan yang sama. Bagi konsumen mutu penyaluran yang baik akan memberikan

kepuasan manusiawi, sedang bagi perusahaan listrik mempertahankan mutu penyaluran

berarti menekan kerugian-kerugian jaringan sehingga jaringan akan beroperasi secara efisien.

Suatu jaringan dinyatakan sebagai jaringan yang baik apabila ia memenuhi kriteria tertentu

dalam :

 Kelangsungan penyaluran, serta

 Tegangan dan frekuensi

Untuk sampai kepada tujuan tersebut perlu dikenal dengan baik jaringan distribusi secara

fungsional, pada keadaan normal maupun keadaan gangguan. Pada keadaan normal masalah

yang harus dipecahkan antara lain misalnya faktor daya yang rendah dan penurunan tegangan

jaringan secara berlebihan. Sedang pada keadaan gangguan masalahnya adalah pengalihan

beban yang mengalami pemadaman ke sumber-sumber yang dicadangkan. Gangguan itu

sendiri sedapat mungkin dicegah terjadinya, atau apabila tetap terjadi maka ia harus

dihilangkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Gangguan sangat erat hubungannya dengan masalah pemeliharaan. Gangguan dianalisa dan

dijabarkan untuk menetapkan langkah dan kebijaksanaan pemeliharaan, yang tidak lain

dalam tujuannya memperoleh jaminan operasi jaringan yang stabil. Dapat disimpulkan bahwa

banyaknya gangguan yang terjadi untuk sebagainya disebabkan karena kurang baiknya

pemeliharaan.

Bidang tugas operasi dan pemeliharaan merupakan sistem teknik yang berdampingan.

Lingkup pekerjaannya semakin luas dengan berkembangnya teknologi, khususnya dalam

menunjang peningkatan keandalan jaringan. Operasi jaringan distribusi menyangkut segala

macam masalah pengawasan, pengontrolan, pencatatan dan penyetelan kondisi semua

peralatan, termasuk melakukan tindakan-tindakan selama keadaan darurat karena gangguan.

Untuk memungkinkan tercapainya tujuan operasi, disyaratkan faktor-faktor sebagai berikut :

 Pengenalan yang baik atas jaringan distribusi, termasuk kondisinya

 Penyusunan pedoman operasi yang mencakup tujuan, aturan, tugas, aturan pelengkap,

dan gambar / tabel / formulir

 Organisasi pelaksanaan

Prosedur Pengoperasian Normal / Gangguan Secara UmumYang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan menengah diseluruh unit kerja PLN, dalam usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga

Page 25: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

listrik, mempercepat penyelesaian gangguan-gangguan yang timbul, serta dilain pihak menjaga keselamatan baik petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri.

Pengoperasian Jaringan Tegangan Menengah ( 6 dan 20 KV ) tersebut dilaksanakan

dengan :

a. Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan tele kontrol maupun di lapangan.

b. Menerima informasi-informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat

penilaian ( observasi ) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.

c. Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan dan kemudian membuat penilaian

( observasi ) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.

d. Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak-pihak lainyang bersangkutan.

e. Mengawasi jaringan secara terus-menerus dan tidak terputus-putus.

f. Mengusut dan melokalisasikan gangguan jaringan.

g. Mendeteksi gangguan jaringa sehingga sehingga titik gangguannya dapat diketemukan

untuk diperbaiki

5.2. Operasi Jaringan Tegangan Menengah Di Gardu Induk

5.2.1. Keadaan normal

¦ Pada pelaksanaan pemasukkan / pengeluaran PMT-PMT penghantar: 150KV, kopel 150

dan 70KV dan trafo 150 dan 70KV yang dilaksanakan oleh area/ pengatur beban/

piket pengawas secara remote control ( RC ) maupun oleh operator gardu induk ( GI )

pusat listrik tenaga ( PLT ) apabila RC gagal atau pada GI/ PLT yang tidak dilengkapi

fasilitas RC, sepanjang hal tersebut mempengaruhi penyaluran kepada konsumen

maka:

a. Area berkonsultasi dengan pengatur beban

b. Pengatur beban memutuskan sendiri

c. Piket pengawas berkonsultasi dengan piket pimpinan.

¦ Posisi normal PMT 20 KV, trafo TT / TM adalah dalam keadaan masuk

¦ Posisi normal semua feeder TM 20 KV dari GI adalah dalam keadaan masuk

¦ Pengatur distribusi atau piket cabang melakukan pencatatan data-data operasional yang

diperlukan atas GI/ PLT. Dapat langsung dilakukan pencatatan dari display, apabila

hal tersebut dimungkinkan oleh adanya fasilitas tele processing.

¦ Pusat pengaturan distribusi menerima pemberitahuan mengenai perubahan keadaan

jaringan di GI dari Area, Pengatur Beban, Piket Pengawas. Dapat melalui printer dan

display apabila tersedia fasilitas tele processing.

Pemasukkan / pengeluaran PMT feeder TM yang belum atau tidak dilengkapi dengan fasilitas

RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan dari pusat pengaturan distribusi.

Page 26: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC, pemasukkan/ pengeluaran PMT

dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi. Apabila RC gagal, pemasukkan/ pengeluaran

PMT-PMT tersebut dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan

distribusi.

¦ Pemasukkan / pengeluaran PMT feeder TM yang belum atau tidak dilengkapi dengan

fasilitas RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan dari pusat

pengaturan distribusi. Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC,

pemasukkan/ pengeluaran PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi dengan

sepengetahuan operator GI/ PLT. Apabila RC gagal, pemasukkan/ pengeluaran PMT-

PMT tersebut dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan

distribusi.

¦ Pemasukkan / pengeluaran PMT-PMT TM dari trafo TT/ TM yang belum atau tidak

dilengkapi dengan fasilitas RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan

dari pusat pengaturan distribusi setelah berkonsultasi dengan AREA. Namun bagi

yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC, pemasukkan/ pengeluaran PMT

dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi dengan sepengetahuan operator GI/

PLT dan setelah berkonsultasi dengan AREA. Apabila RC gagal, pemasukkan/

pengeluaran PMT-PMT tersebut dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan

pusat pengaturan distribusi setelah berkonsultasi dengan AREA.

¦ Operator GI/ PLT wajib dan bertanggung jawab untuk melaporkan semua pelaksanaan

permintaan pengaturan jaringan kepada pusat pengaturan distribusi tersebut diatas.

5.2.3. Keadaan Gangguan

¦ Pusat pengaturan distribusi menerima pemberitahuan mengenai keadaan gangguan di GI

dari AREA , apabila tidak tersedia fasilitas tele processing. Namun isyarat

pemberitahuan ( alarm ) bisa juga diterima melalui printer dan display, apabila

terdapat fasilitas tele processing. Apabila fasilitas tele processing gagal, maka yang

berlaku pemberitahuan dari AREA.

¦ Pengeluaran PMT-PMT TM trafo yang belum atau tidak dilengkapi dengan fasilitas RC

dilaksanakan oleh operator GI/ PLT. Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan

fasilitas RC, pengeluaran PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi denga

sepengetahuan operator GI/ PLT. Apabila RC gagal, pengeluaran PMT-PMT tersebut

dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distribusi.

¦ PMT TM feeder khusus tidak dikeluarkan pada keadaan gangguan total.

Page 27: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

¦ Pengeluaran PMT feeder TM yang tidak atau belum dilengkapi dengan fasilitas RC

dilaksanakan oleh operator GI/ PLT. Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan

fasilitas RC, pengeluaran PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi denga

sepengetahuan operator GI/ PLT. Apabila RC gagal, pengeluaran PMT-PMT tersebut

dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distribusi.

¦ Pemasukkan PMT feeder TM yang belum atau tidak dilengkapi dengan fasilitas RC

dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan dari pusat pengaturan distribusi.

Namun bagi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas RC, pemasukkan PMT

dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi dengan sepengetahuan operator GI/

PLT. Apabila RC gagal, pemasukkan/ pengeluaran PMT-PMT tersebut dilaksanakan

oleh operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distribusi.

¦ Pemasukkan PMT-PMT TM dari trafo yang belum atau tidak dilengkapi dengan fasilitas

RC dilaksanakan oleh operator GI/ PLT atas permintaan dari pusat pengaturan

distribusi setelah berkonsultasi dengan AREA. Namun bagi yang sudah dilengkapi

dengan fasilitas RC, pemasukkan PMT dilaksanakan oleh pusat pengaturan distribusi

dengan sepengetahuan operator GI/ PLT dan setelah berkonsultasi dengan AREA.

Apabila RC gagal, pemasukkan/ pengeluaran PMT-PMT tersebut dilaksanakan oleh

operator GI/ PLT atas permintaan pusat pengaturan distribusi setelah berkonsultasi

dengan AREA.

¦ Operator GI/ PLT wajib dan bertanggung jawab untuk melaporkan semua pelaksanaan

dari permintaan pengaturan jaringan kepada pusat pengaturan distribusi tersebut

diatas.

5.3. Pemeliharaan

5.3.1. PMT penyulang distribusi di Gardu Induk yang dilengkapi Auto Recloser dengan

sistem radial

Apabila ada rencana pekerjaan pemeliharaan yang memerlukan pemadaman penyulang,

maka piket distribusi mengambil langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memastikan ke piket cabang yang bersangkutan apakah sudah siap untuk pemadaman

b. Meminta ke Gardu Induk untuk melepas Pmt dan Pms penyulang yang bersangkutan

c. Memastikan atau memberitahu gardu induk agar proses reclosing tidak terjadi

d. Memerintahkan ke piket cabang untuk memasang peralatan grounding pada

jaringan dari kedua sisi setelah di check terlebih dahulu dengan voltage detector

Setelah cabang menyelesaikan pekerjaan atau pemeliharaan terhadap jaringan yang

bersangkutan dengan hasil baik, maka penormalannya sebagai berikut :

Page 28: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

a. Melepas peralatan grounding pada jariongan

b. Melaporkan ke piket distribusi bahwa pekerjaan atau pemeliharaan telah selesai,

petugas cukup aman dan penyulang siap dimasukkan kembali

c. Piket distribusi meminta ke gardu induk untuk memasukkan kembali Pms dan Pmt

penyulang tersebut diatas.

Manuver jaringan : Suatu kegiatan modifikasi jaringan sehingga akan tercapai kondisi

penyaluran yang tetap stabil

Macam Konfigurasi Jaringan

a. Radial = keandalan rendah, losser besar, pengoperasian mudah, biaya sistem rendah. Jika

padam tidak bisa disuplay dari yang lain.

b. Loop = kondisinya melingkar dan bisa saling berhubungann, keandalan tinggi, losser kecil,

pengoperasian sulit, biaya sisitem tinggi

c. Spindel = Gabungan antara sistem radial dan loop

5.4. Optimalisasi Tegangan Pelayanan Untuk Penigkatan Umur Operasi Trafo

Distribusi, Kinerja Losses dan Harga Jual kWh

5.4.1. Pengertian

Optimalisasi tegangan pelayanan adalah optimalisasi yang memanfaatkan dampak ganda /

kuadrat perubahan tegangan pelayanan terhadap konsumsi energi suatu beban. Dengan

memanfaatkan range pada standar tegangan pelayanan, maka konsumsi energi suatu beban

dapat dinaikkan atau diturunkan secara signifikan, dengan perubahan yang kecil pada

tegangan suplai.

Pada trafo overload yang memerlukan waktu untuk penyesuaian kapasitas gardu, optimalisasi

tegangan adalah alternatif penanganan sementara yang termurah dan instan untuk

menghindari kerusakan trafo.

Pengaturan tegangan pelayanan juga dapat meningkatkan pendapatan / keuntungan dengan

memanfaatkan celah pada segmen-segmen tarif listrik dan kecenderungan prosentase beban

segmen tarif tertentu terhadap standarisasi kapasitas trafo distribusi. Dalam hal ini golongan

beban yang bertarif tinggi dioptimalisasi sehingga meningkatkan harga jual rata-rata Kwh

Demikian juga dengan kinerja loses, yakni dengan memanfaatkan celah pada komposisi loses

terhadap suatu golongan beban.

5.4.2.. Pembahasan

A. Optimalisasi Tegangan untuk Memperbesar / Memperkecil Beban

Optimalisasi tegangan pelayanan didasarkan atassamaan umum untuk pemakaian energi

listrik, yaitu :

Page 29: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

P = energi (kwh)

V = tegangan (volt)

Z = impedansi beban (ohm)

T = waktu (jam)

Cos  = faktor beban

Dengan memperhatikan persamaan untuk kapasitas :

VA = V . I*

VA = daya kompleks

I* = Arus beban konjugat

Dari kedua persamaan diatas, dapat dilihat bahwa pemakaian energi adalah

berbanding pangkat dua terhadap besar tegangan pelayanan, sedangkan kapasitas daya adalah

perkalian dari besar tegangan dan arus yang dialirkan.

Prosentase maksimum perubahan konsumsi daya suatu beban yang dioptimalisasi dalam

range tegangan standar pelayanan (198 – 231 volt) adalah sekitar 36,11 % dengan

perhitungan sebagai berikut :

Dengan kata lain konsumsi energi suatu beban yang dilayani dengan tegangan standar

minimal dapat dinaikkan sebesar 36,11% jika dioptimalisasi ke tegangan standar maksimal,

demikian juga sebaliknya.

B. Optimalisasi Tegangan untuk Memperbesar / Memperkecil Beban Trafo Distribusi

Apabila tujuan optimalisasi adalah untuk peningkatan penjualan energi listrik, maka

beban gardu dapat diperbesar dengan menaikkan tegangan pelayanan pada tap changer.

Sedangkan apabila diinginkan mengurangi beban trafo karena overload, maka tegangan

pelayanan diturunkan.

Sehingga dari sudut pandang loses distribusi, beban dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

1. Beban Penyulang Losses Kecil

- Konsumen TM dengan prosentase loses sekitar 2 %, dimana tidak terdapat komponen

loses gardu dan JTR.

- Konsumen TR daya besar dengan Kwh Meter terletak di gardu distribusi. Prosentase

loses 4 % yaitu tidak terdapat komponen loses JTR / SR.

Page 30: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

2. Beban Penyulang losses Tinggi

- Konsumen TR daya besar dengan Kwh Meter terletak di persil konsumen. Prosentase

loses 9 % dimana terdapat semua komponen losses baik JTM, Gardu dan JTR / SR.

- Konsumen TM umum biasa dengan Kwh Meter terletak di persil pelanggan. Prosentase

loses sekitar 9 %, dimana terdapat semua komponen loses baik JTM, Gardu dan

JTR/SR.

Dengan memperhatikan pengelompokkan beban diatas, maka kinerja losses dapat

ditingkatkan dengan optimalisasi maksimum tegangan pada beban losses rendah dan

optimalisasi minimum pada beban loses tinggi. Sehingga pemakaian Kwh meningkat pada

beban yang losesnya kecil, dan menurun pada beban yang losesnya besar. Dengan demikian

loses secara komulatif akan menurun.

Berdasarkan kontribusi losses dan prosentase konsumsi energi, peluang keuntungan

optimalisasi sangat besar pada golongan tariff rumah tangga dan social. Namun sebaiknya

tidak dilaksanakan karena adanya SR – SR deret dimana resiko under standar tegangan akan

terjadi.

Prinsip optimalisasi dapat juga dietrapkan pada penyambungan baru / tambah daya,

yaitu dengan seoptimal mungkin mengupayakan penempatan kwhmeter di gardu distribusi.

Contoh kasus :

 Suatu gardu distribusi tegangan 215,13 V yang melayani beban daya besar TR dengan kwh

meter terletak di gardu. Apabila dioptimalisasi ke tegangan 231 V, maka diperoleh

peningkatan penjualan kwh sebesar 15,3 %.

 Apabila gangguan tersebut melayani pelanggan TR umum / biasa dengan kwh meter

terletak di rumah pelanggan. Jika tegangan dioptimalisasi ke 198 V, maka pengurangan

penjualan kwh adalah 15,3%.

 Dari pengelompokkan beban berdasarkan loses diatas, maka loses kumulatif untuk kedua

contoh tersebut sebelum dioptimalisasi adalah sebesar 6,5 %. Sedangkan apabila

dilaksanakan optimalisasi, maka loses menjadi 6,1 % atau tutun sebesar 0,4 % dengan

jumlah konsumsi kwh sama.

Secara umum, optimalisasi tegangan dengan tujuan memperbaiki kinerja loses pada

gardu pelayanan umum dilaksanakan dengan optimalisasi tegangan maksimal apabila

prosentase beban losses rendah lebih besar dari 50% bebn gardu.

C. Optimalisasi Tegangan Untuk Peningkatan Harga Jual Rata-Rata.

Secara umum, beban berdasarkan harga jual tiap kwh dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

Page 31: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

1. Beban Tarif Tinggi

Yaitu beban dengan harga beli keh yang lebih tinggi dari harga jual rat-rat. Biasanya

adalah beban tarif Bisnis, Industri dan Publik.

2. Beban Tarif Rendah

Yaitu beban dengan harga beli kwh lebih rendah dari harga jual rata-rata. Biasanya adalah

beban tariff rumah tangga dan sosial.

Peningkatan rupiah jual kwh rata-rata dapat dilaksanakan dengan optimalisasi maksismum

tegangan pada beban tarif jual tinggi. Sedangkan beban tarif rendah dioptimalisasi minimal

atau tidak dioptimalisasi. Dengan demikian pemkaian kwh mengingkat pada beban yang

tarifnya tinggi, dan menurun atau tetap pada beban yang tarifnya murah. Sehingga harga jual

rata-rata secara kumulatif akan meningkat.

Contoh Kasus :

- Untuk suatu pelanggan tarif bisnis yang dilayani dengan tegangan 215,13 V. Apabila

dioptimalisasi ke tegangan 231 V, maka diperoleh peningkatan penjualan Kwh adalah

15,3 %.

- Sedangkan apabila pelanggan tersebut adalah tarif sosial. Apabila dioptimalisasi ke

tegangan 198 V, maka pengurangan penjualan kwh adalah 15,3%.

- Apabila harga rata-rata tiap kwh tarif bisnis adalah Rp. 419,50 / kwh dan tarif sosial Rp.

237,00 / kwh, maka harga jual rata-rata tiap kwh untuk kumulatif kedua pelnggan di atas

sebelum dilakukan optimalisasi adalah Rp. 328,25 / kwh.

- Apabila dilakukan optimalisasi tegangan, maka untuk jumlah kwh yang sama, harga jual

rata-rata kumulatif menjadi Rp. 342,21 atau meningkat sebesar Rp. 13,96 per kwh.

Secara umum, optimalisasi tegangan dengan tujuan meningkatkn harga jual kwh pada

gardu pelayanan umum dilaksankan dengan optimalisasi mksimal apabila prosentase beban

pelanggan-pelanggan tarif tinggi lebih besar dari prosentase beban pelanggan-pelanggan tarif

rendah.

D. Pelaksanaan Optimalisasi Tegangan

1. Optimalisasi dari Gardu Induk

Optimalisasi tegangan dapat dilakukan dari gardu induk apabila :

- Beban tarif rendah / loses tingi (pada umumnya tarif R dan S) disuplai dengan trafo

tenaga sendiri.

- Beban tarif tinggi / loses rendah (pada umumnya tarif B, I dan P) disuplai dengan

trafo tenaga sendiri.

Page 32: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

- Beban tarif tinggi / losses rendah lebih dominan pada sistem yang disuplai suatu trafo

tenaga.

- Pada beban puncak, tidak menyebabkan trafo-trafo distribusi overload.

- Pada beban dasar, tidak menyebabkan tegngan over standar pda konsumen.

- Memperhatikan kemungkinan konsumen-konsumen TM mengatur ulang tap changer

trafo distribusinya.

Jika tidak, maka dapat terjadi kontraproduktif dimana :

- Harga rata-rata kwh menurun dan loses meningkat

- Terjadi banyak overload pada trafo-trafo distribuai yang akan menyebabkan

kerusakan.

- Terjadi overstandar tegangan pada konsumen.

Memperhatikan komposisi beban sistem pada umumnya, maka peluang

melaksanakan opimalisasi dari GI adalah pada saat beban puncak. Yakni sebagai kompensasi

terhadap drop tegangan yang cukup besar :

- drop tegangan pada penghantar-penghantar sistem

- drop tegangan pada trafo tegangan dan distribusi karena faktor regulasi tegangan trafo pada

beban puncak

- besar drop tegangan dalam sistem dapat diukur pada sisi sekunder trafo distribusi

Optimalisasi ini dapat dilaksankan apabila trafo-trafo distribusi telah disyaratkan

beroperasi pada beban 85 % kapasitasnya.

E. Optimalisasi Dari gardu distribusi

Optimalisasi dari gardu distribusi relatif lebih mudah dilaksanakan karena hal-hal sebagai

berikut :

- Daya kontak konsumen-konsumen besar pada umumnya relatif sama dengan standarisasi

KVA trafo distribusi, sehingga biasa dilayani dengan trafo tersendiri.

- Tarif bisnis pada umumnya terkonsentrasi di Kota, sedangkan tarif industri di kawasan

industri.

- Kecenderungan golongan tarif bebn mudah diidentifikasi sekalipun pada gardu pemakaian

bersama.

F. Teknis Pelaksanaan

Pengukuran tegangan untuk optimalisasi peningkatan kinerja losses dan harga jual rata-rat

kwh dilakukan pada terminal-terminal beban atau pada titik pemakaian. Sedangkan

optimlisasi untuk memperpanjang umur operasi trafo overload, diukur pada tegangan

sekunder trafo distribusi.

Page 33: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

BAB VI

SISTEM PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN 20KV

6.1. Pendahuluan

Sistem tenaga listrik sangat memegang peranan penting dalam semua aspek, sehingga

faktor keamanan pada pusat pembangkit listrik maupun pada jaringan tegangan menengah

sangat diperlukan.

Dalam jaringan distribusi terdapat banyak sekali gangguan yang mengakibatkan

penurunan kapasitas daya listrik yang disalurkan ke beban. Hal tersebut dapat mengganggu

mekanisme kerja penggunaan energi listrik. Maka dari itu untuk memperoleh kontinuitas

pelayanan tersebut penerapan dan penggunaan peralatan proteksi dalam mengatasai gangguan

mempunyai peranan yang sangat penting.

Peralatan pengaman dalam sistem tenaga listrik, digunakan sebagai 

pengaman pada daerah - daerah tertentu. Daerah pengaman tersebut dibuat 

sedemikian rupa sehingga dibeberapa bagian dalam saluran terjadi tumpang tindih 

sehingga tidak ada daerah didalam sistem tenaga listrik yang tidak terlindungi. 

Alat proteksi yang digunakan adalah sebuah rele dan perlengkapannya 

yang bekerja memberi perintah kepada pemutus tenaga untuk membuka atau 

memisahkan bagian bila terjadi gangguan.

Untuk memudahkan pengamanan terhadap gangguan, digunakan rele yang 

berfungsi membuka dan menutup secara otomatis yang disebut ”reclosing 

(recloser)” dimana sistem kendalinya ada pada kotak kontrol elektronik. Recloser merupakan

suatu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi 

arus lebih karena hubung singkat antara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah, 

dimana recloser ini memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan 

selang waktu yang dapat diatur misal dengan setting interval reclose 1 sampai 5 

detik dan setting interval reclose 2 sampai 10 detik dan pada trip ketiga recloser  

akan membuka tetap dengan sendirinya karena gangguan itu bersifat permanen. 

Peralatan ini digunakan sebagai pelindung saluran distrbusi dan mempunyai 

peranan penting dalam perlindungan sistem daya karena saluran distribusi 

merupakan elemen vital suatu jala-jala, yang menghubungkan gardu induk (GI) ke pusat –

pusat beban.

Page 34: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Pembatasan gangguan pelayanan dapat diukur untuk daerah sesempit 

mungkin dengan cara memasang saklar-saklar bersekering yang dipasang pada 

tempat-tempat strategis dan diberi pengaman lebur. Ini akan menjamin bahwa 

sekering ditempat yang terdekat dengan letak gangguan akan bekerja terlebih 

dahulu pada saat ganguan itu terjadi. Pada jaringan distribusi diperoleh data 

bahwa 70% sampai 80% gangguan bersifat permanen yaitu gangguan yang dapat 

dihilangkan atau diperbaiki setelah bagian yang terganggu itu diisolir dengan 

bekerjanya pemutus daya (TS. Hautaruk,1991:4).

Permasalahan yang sering muncul pada saluran distribusi atau jaringan 

tegangan menengah 20kV adalah bagaimana mengatasi suatu gangguan yang 

menghambat kelancaran sistem penyaluran beban. Ada banyak jenis recloser yang 

digunakan dalam mengatasi gangguan salah satunya memasang sebuah rele 

otomatis yang dapat mempersempit daerah gangguan. Jenis recloser menurut 

media peredaman busur apinya adalah (PLN, Pusdiklat.1997): 

1. Vaccum (hampaudara)

-Nova

2. GasSF6

-Brush

-Nullec

3. Oil (minyak)

-MVE

-VWVE

Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan suatu persoalan, penegasan istilah yang

digunakan adalah:

1. Recloser adalah fasilitas tembahan pada system distribusi untuk menghindari 

pemutusan transient (KG.jacson, 1981:302).

2. Sistem adalah sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama - sama

untuk melakukan suatu maksud (WJS. Poerwodarminto, 1996 : 955).

3. Proteksi adalah piranti yang dirancang untuk melindungi komponen peralatan 

atau sistem listrik dari berbagai efek yang merusak ketika kondisi ab-normal 

muncul selama operasi (KG.Jacson,1981:291).

6.2. Sistem Jaringan Distribusi

Page 35: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Sistem jaringan distribusi ditinjau dari sistem tegangannya dapat di 

kelompokkan menjadi dua tegangan, yaitu distribusi tegangan rendah dan 

distribusi tegangan menengah. Sistem distribusi tegangan menengah di PLN 

mempunyai sistem radial dengan saluran udara dan saluran kabel tanah pada kota- 

kota besar. Tegangan menengah yang digunakan saat ini adalah 20 kV. 

Bila dikelompokkan berdasarkan sumber pemasukan tegangan sistem 

distribusi, dapat berasal dari:

1. Pusat pembangkit tegangan rendah, disalurkan pada sistem distribusi 

yang umumnya pada listrik desa.

2. Pusat pembangkit tegangan menengah, didistribusikan pada tegangan 

menengah dan tegangan rendah umumnya di dapatkan di pulau - pulau 

sedang atau kecil.

3. Dari sistem tegangan tinggi menggunakan trafo daya pada GI.

Sistem distribusi mempunyai fungsi menyalurkan dan mendistribusikan 

tenaga listrik dari gardu induk atau pusat pembangkit ke pusat - pusat atau 

kelompok beban, dengan mutu yang memadai dan keterhandalan sistem yang 

tinggi.

Jadi tingkat kehandalan tinggi dapat diperoleh dengan tingkat komunitas pelayannan

yang tinggi dan frekuensi pemadaman karena gangguan rendah. Frekuansi pemadaman

karena gangguan dapat diperkecil dengan sistem proteksi yang sesuai, baik dan memadai.

6.3. Gangguan

6.3.1. Pengertian

Gangguan adalah suatu keadaan sistem yang tidak normal, sehingga 

gangguan pada umumnya terdiri dari hubung singkat dan rangkaian terbuka (open 

circuit). Bila hubung singkat dibiarkan berlangsung lama pada suatu sistem daya, 

akan muncul pengaruh-pengaruh berikut ini :

1. Berkurangnya batas - batas keseimbangan untuk sistem daya itu.

2. Rusaknya peralatan yang berada dekat dengan gangguan yang disebabakan 

oleh arus yang besar, arus yang tidak seimbang atau tegangan - tegangan 

rendah yang disebabkan oleh hubung singkat.

Page 36: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

3. Ledakan - ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang mengandung 

minyak isolasi sewaktu hubung singkat, dan mungkin menimbulkan 

kebakaran sehingga dapat membahayakan orang yang menanganinya dan 

merusak peralatan yang lain.

4. Terpecah - pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya itu oleh 

suatu rentetan tindakan pengaman yang diambil oleh sistem - sistem 

pengaman yang berbeda - beda.

6.3.2. Sebab - Sebab Terjadinya Gangguan

Menurut Hutauruk (1991:4), ada beberapa macam gangguan tranmisi, 

yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor lainnya. Faktor - faktor yang 

dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem transmisi ialah :

1. Surja petir atau surja hubung.

Petir sering menyebabkan gangguan pada sistem tegangan tinggi sampai 

150 - 500kV. Sedangkan pada sistem dibawah 20kV, yang menjadi sebab 

utama adalah surja hubung.

2. Burung

Jika burung dekat pada isolator gantung dari saluran transmisi, maka 

clearance (jarak aman) menjadi berkurang sehingga ada kemungkinan 

terjadi loncatan api.

3. Polusi (debu)

Debu - debu yang menempel pada isolator merupakan konduktor yang 

bisa menyebabkan terjadinya loncatan bunga api.

4. Pohon - pohon yang tumbuh dekat saluran transmisi.

5. Retak - retak pada isolator.

Dengan adanya retak - retak isolator maka secara mekanis apabila ada 

petir yang menyambar akan tembus (break down) pada isolator.

6.3.3. Macam–macam Gangguan

1. Gangguan pada saluran :

a) Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui tahap hubung tanah.

Page 37: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

b) Gangguan dua fasa.

c) Gangguan dua fasa ketanah.

d) Gangguan satu fasa ketanah atau gangguan tanah.

2. Lamanya waktu gangguan :

a) Gangguan permanen

Gangguan permanen baru dapat dihilangkan atau diperbaiki setelah 

bagian terganggu itu di isoler dengan bekerjanya pemutus daya.

b) Gangguan temporer

Gangguan temporer yaitu gangguan yang terjadi hanya dalam waktu singkat kemudian

sistem kembali pada keadaan normal. Misalnya gangguan yang disebabkan oleh petir

atau burung, dimana terjadi loncatan api pada isolasi udara atau minyak.

Dari berbagai macam penyebab gangguan tersebut, jenis gangguan dapat dibagi menjadi dua

kategori, yaitu:

1. Gangguan akibat hubung singkat. Termasuk hubung singkat satu atau dua 

fasa ketanah (ground), hubung singkat antara dua fasa dengan tiga fasa, 

atau hubung singkat antara tiga fasa dengan tanah.

2. Gangguan akibat putusnya kawat penghantar (Open Circuit) dapat terjadi 

pada penghantar satu fasa, dua fasa dan tiga fasa. Dari gangguan ini 

menimbulkan:

a. Kontinuitas penyaluran daya terputus.

b. Penurunan tegangan yang cukup besar dapat menyebabkan rendahnya kualitas tenaga

listrik.

c. Peralatan - peralatan yang terdapat pada tempat terjadinya gangguan akan rusak.

6.3.4. Pencegahan Gangguan

Sistem tenaga listrik dikatakan baik apabila dapat mencatu atau 

menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dengan tingkat kehandalan yang tinggi. 

Kehandalan disini meliputi kelangsungan, dan stabilitas penyaluran sistem tenaga listrik.

Pemadaman listrik sering terjadi akibat gangguan yang tidak dapat diatasi 

oleh sistem pengamanannya. Kehandalan ini akan sangat mempengaruhi 

kelangsungan penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan catu 

daya listrik bisa merusak peralatan listrik.

Page 38: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Sebagaimana di jelaskan didepan, ada beberapa jenis gangguan pada 

saluran tenaga listrik yang memang tidak semuanya bisa dihindarkan. Untuk itu 

perlu dicari upaya pencegahan agar bisa memperkecil kerusakan pada peralatan 

listrik, terutama pada manusia akibat adanya gangguan. Pencegahan gangguan 

pada sistem tenaga listrik biasa di kategorikan menjadi dua langkah sebagai 

berikut (supriyadi,1999:13) :

1. Usaha memperkecil terjadinya gangguan

Beberapa cara untuk mengurangi akibat gangguan, antara lain sebagai 

berikut :

a. Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan.

b. Membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi peralatan dan penangkal

petir (arrester).

c. Memakai kawat tanah dan membuat tahanan tanah sekecil mungkin pada kaki menara,

serta selalu mengadakan pengecekan.

d. Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis dan

mengurangi atau menghindarkan sebab – sebab gangguan karena binatang, polusi,

kontaminasi, dan lain - lain.

e. Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan-

peraturan yang berlaku.

f Menghindarkan kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat prosedur tata

cara operasional dan membuat jadwal pemeliharaan yang rutin.

g. Memasang kawat tanah pada SUTT dan GI untuk melindungi terhadap sambaran petir.

h. Memasang lighting arrester (penangkal petir) untuk mencegah kerusakan pada peralatan

akibat sambaran petir.

2. Usaha mengurangi kerusakan akibat gangguan

Beberapa cara untuk mengurangi akibat gangguan, antara lain sebagai 

berikut :

a. Mengurangi akibat gangguan misalnya dengan membatasi arus hubung singkat, caranya

dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atu dengan memakai impedansi pembatas

arus, pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk sistem pentanahannya sehingga arus

gangguan satu fasa terbatas. Pemakaian peralatan yang tahan atau handal terhadap

terjadinya arus hubung singkat.

Page 39: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

b. Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai pengaman lebur

atau rele pengaman pemutus beban dengan kapasitas pemutusan yang memadai.

c. Merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus dipisahkan dari sistem tidak

akan mengganggu operasi sistem secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke

konsumen tidak terganggu. Hal ini dapat dilakukan, misal dengan:

1. Memakai saluran ganda atau saluran yang membentuk lingkaran.

2. Memakai penutup balik otomatis.

3. Memakai generator cadangan.

d. Mempertahankan stabilitas system selama terjadinya gangguan, yaitu dengan memakai

pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan generator yang

memadai.

e. Membuat data pengamatan gangguan sistematis dan efektif, misalnya dengan

menggunakan alat pencatat gangguan untuk mengambil langkah - langkah lebih lanjut.

6.4. Sistem Pengaman

6.4.1. Pengertian Pengaman

Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada 

peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti 

generator, bus bar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel 

bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi ab-normal operasi sistem 

tenaga listrik tersebut.

6.4.2. Fungsi Pengaman

Kegunaan pengaman tenaga listrik antara lain (Supriadi, 1999 : 3) :

1. Mencegah kerusakan peralatan - peralatan pada sistem tenaga 

listrik akibat terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang 

tidak normal.

2. Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak 

melebar pada sistem yang lebih luas.

3. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu 

tinggi kepada konsumen.

Page 40: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

4. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga 

listrik.

Pada saat terjadi gangguan atau ketidak normalan pada sistem tenaga 

listrik, misal adanya arus lebih, tegangan lebih, dan sebagainya, maka perlu 

diambil suatu tindakan untuk mengatasi kondisi gangguan tersebut. Jika 

dibiarkan gangguan itu akan meluas keseluruh sistem sehingga bisa merusak 

semua peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut 

diperlukan suatu sistem pengaman yang handal.

Pengaman pada sisatem tenaga listrik pada dasarnya terdiri atas 

pemutus tenaga (PMT) atau circuit breaker (CB) yang bekerja memutus 

rangkaian jika terjadi gangguan yang operasinya dikendalikan oleh rele 

pengaman.

Rusaknya peralatan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada 

sistem daya, dimana pada sistem daya proses peniadaan hubung singkat di 

laksanakan secara otomatis tanpa campur tangan manusia. Peralatan ini 

sebagai sistem perlindungan atau sistem pengaman (protection system).

6.4.3. Daerah-Daerah Perlindungan Pengaman (Proteksi)

Batas setiap daerah menentukan bagian sistem daya sedemikian rupa 

sehingga untuk gangguan yang terjadi didalam daerah tersebut, sistem proteksi 

yang bertanggung jawab akan bertindak untuk memisahkan semua gangguan 

yang berada di daerah itu untuk seluruh bagian yang lain dari sistem. Karena pemisah

(pemutus daya = de-energization) dalam keadaan terganggu tadi 

dialakukan oleh pemutus rangkaiaan, jelas bahwa pada setiap titik hubungan 

antara peralatan didalam daerah itu dengan bagian lainnya dari sistem harus 

menyisipkan pemutus rangkaian (Stevenson,1990 : 319).

Page 41: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Gambar 6. 1. Daerah Proteksi

Keterangan gambar :

1. Daerah pelindungan pembangkit.

B=Breaker

2. Daerah pelindungan trafo tenaga. 

P=Daerah Gangguan

3. Daerah pelindungan ril. 

T=Transduser

4. Daerah pelindungan saluran tranmisi

R=Rele 

5. Daerah pelindungan ril. 

G=Generator

Pada gambar diatas bagian sistem daya terdiri dari satu generator, dua transformator, dua

saluran transmisi dan tiga buah ril dilukiskan oleh diagram segaris. Garis putus-putus dan

tertutup menunjukkan pembagian sistem daya kedalam lima daerah proteksi. Masing-masing

daerah mengandung satu atau beberapa komponen sistem daya disamping dua buah pemutus

rangkaian. Setiap pemutus dimasukkan kedalam dua daerah proteksi yang berdekatan. Daerah

1, misal mengandung generator, transformatornya yang berhubungan, dan saluran

penghubung antara generator dan transformator itu. Daerah 3 hanya suatu saluran transmisi.

Daerah 1 dan 5 masing-masing mengandung dua komponen system daya.

Aspek penting lainnya tentang daerah proteksi adalah bahwa daerah yang 

berdekatan selalu tumpang tindih (overlap). Hal ini memang perlu karena jika 

tidak demikian, maka bagian kecil sistem yang berada diantara daerah yang 

berdekatan, betapapun kecilnya akan dibiarkan tanpa proteksi, jika kebetulan 

Page 42: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

terjadi gangguan dibagian yang saling menutupi, maka bagian yang lebih besar 

dari sistem daya ( yaitu yang berhubungan dengan kedua daerah yang saling 

tumpang tindih ) akan dipisah dan tidak akan memberikan pelayanan. Untuk itu 

mengurangi kemungkinan semacam ini hingga sekecil-kecilnya, bagian yang 

tumpang tindih dibuat sekecil mungkin.

6.5. Rele Pengaman

6.5.1. Pengertian

Pada saat terjadi gangguan atau ketidak normalan pada sistem tenaga 

listrik misalnya ada arus lebih, tegangan lebih, atau sebagainya, maka perlu 

diambil suatu tindakan untuk mengatasi kondisi gangguan tersebut. Jika 

dibiarkan, gangguan itu akan meluas ke seluruah sistem sehingga bisa merusak 

seluruh peralatan sistem tenaga listrik yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, 

mutlak diperlukan suatu sistem pengaman yang handal. Salah satu komponen yang penting

untuk pengaman tenaga listrik adalah rele pengaman (protection 

relay).

Rele pengaman adalah suatu piranti, baik elektronik atau magnetic yang 

direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidak normalan pada peralatan 

listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika bahaya itu muncul 

maka rele pengaman secara otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk 

membuka pemutus tenaga agar bagian terganggu dapat dipisahkan dari sistem 

yang normal. Rele pengaman dapat mengetahui adanya gangguan pada peralatan 

yang perlu diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran - besaran 

yang diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut fasa, frekuensi, dan lain 

sebagainya sesuai dengan besaran yang telah ditentukan. Alat tersebut kemudian 

akan mengambil keputusan seketika dengan perlambatan waktu membuka 

pemutus tenaga atau hanya memberikan tanda tanpa membuka pemutus tenaga. 

Pemutus tenaga dalam hal ini harus mempunyai kemampuan untuk memutus arus 

hubung singkat maksimum yang melewatinya dan harus mampu menutup 

rangkaian dalam keadaan hubung singkat dan kemudian membuka 

kembali.(Supriyadi,1999 : 21).

6.5.2. Fungsi Rele

Page 43: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Pada prinsipnya rele pengaman yang di pasang pada sistem tenaga listrik 

mempunyai tiga macam fungsi (Supriyadi, 1999 : 22) yaitu :

1) Merasakan, mengukur, dan menentukan bagian sistem yang terganggu 

serta memisahkan secepatnya.

2) Mengurangi gangguan kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang 

terganggu.

3) Mengurangi pengaruh gangguan terhadap sistem yang lain yang tidak 

terganggu dalam sistem tersebut serta dapat beroperasi normal, juga 

untuk mencegah meluasnya gangguan.

6.5.3. Persyaratan Rele Pengaman

Pada sistem tenaga listrik, rele memegang peran yang sangat penting. 

Pengaman berkualitas yang baik memerlukan rele pengaman yang baik pula. 

Untuk itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh rele pengaman 

(Supriyadi, 1999 : 22), seperti tersebut dibawah ini

1. Keterandalan (reliability)

Pada kondisi normal atau tidak ada gangguan, mungkin selama 

berbulan - bulan atau lebih rele tidak bekerja. Seandainya suatu saat terjadi  

gangguan maka rele tidak boleh gagal bekerja dalam mengatasi gangguan 

tersebut. Kegagalan kerja rele dapat mengakibatkan alat yang diamankan 

rusak berat atau gangguannya meluas sehingga daerah yang mengalami 

pemadaman semakin luas.

Rele tidak boleh gagal kerja, artinya rele yang seharusnya tidak 

bekerja, tetapi bekerja. Hal ini menimbulkan pemadaman yang tidak 

seharusnya dan menyulitkan analisa gangguan yang terjadi. Keandalan rele 

pengaman di tentukan dari rancangan, pengerjaan, beban yang digunakan, 

dan perawatan.

2) Selektivitas (selectivity)

Selektivitas berarti rele harus mempunyai daya beda (discrimination) 

terhadap bagian yang terganggu, sehingga mampu dengan tepat memilih 

bagian dari sistem tenaga listrik yang terkena gangguan. Kemudian rele 

bertugas mengamankan peralatan atau bagian sistem dalam jangkauan 

Page 44: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

pengamanannya. Tugas rele untuk mendeteksi adanya gangguan yang terjadi 

pada daerah dan pengamanannya dan memberikan perintah untuk membuka 

pemutus tenaga dan memisahkan bagian dari sistem yang terganggu. Letak 

pemutus tenaga sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari sistem dapat 

dipisahkan. Dengan demikian bagian sistem lainnya yang tidak terganggu 

jangan sampai dilepas dan masih beroperasi secara normal, sehingga tidak 

terjadi pemutus pelayanan. Jika terjadi pemutusan atau pemadaman hanya 

terbatas pada daerah yang terganggu.

3) Sensitivitas (sensitivity)

Rele harusnya mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap besaran 

minimal (kritis) sebagaimana direncanakan. Rele harus dapat bekerja pada 

awal terjadinya gangguan. Oleh karena itu, gangguan lebih mudah diatasi 

pada awal kejadian. Hal ini memberikan keuntungan dimana kerusakan 

peralatan yang harus diamankan menjadi kecil. Namun demikian rele harus stabil, artinya:

a. Rele harus dapat membedakan antara arus gangguan atau arus beban maksimum.

b. Pada saat pemasukan trafo daya, rele tidak boleh bekerja karena adanya arus inrush, yang

besarnya seperti gangguan, yaitu 3 sampai 5 kali arus beban maksimum.

c. Rele harus dapat membedakan adanya gangguan atau ayunan beban.

4) Kecepatan kerja

Rele pengaman harus dapat bekerja dengan cepat jika ada gangguan, 

misalnya isolasi bocor akibat adanya gangguan tegangan lebih terlalu lama 

sehingga peralatan listrik yang diamankan dapat mengalami kerusakan. Pada 

sistem yang besar atau luas, kecepatan kerja rele pengaman mutlak 

diperlukan karena untuk menjaga kestabilan sistem agar tidak terganggu. 

Hal ini untuk mencegah rele salah kerja karena transient akibat surja petir.

5) Ekonomis

Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan rele pengaman adalah masalah

harga atau biaya. Rele tidak akan diaplikasikan dalam sistem tenaga listrik jika harganya

mahal. Persyaratan reabilitas, sensitivitas, selektivitas, dan kecepatan kerja rele hendaknya

tidak menyebabkan harga rele menjadi mahal.

6.5.4. Jenis – Jenis Rele

Page 45: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Pada dasarnya sistem perlindungan arus lebih yang digunakan pada 

saluran distribusi maupun pada saluran transmisi tidak berdiri sendiri artinya 

dalam pengoperasiannya, dibantu oleh rele lain, yaitu (Sulasno, 1993: 345):

a. Rele arus lebih

Adalah rele perlindungan yang bekerja apabila arus yang melewati 

daerah pengaman (zone protection) melebihi arus penyetelan dari rele arus 

tersebut dan memerintahkan PMT (pemutus tenaga) untuk segera memisahkan daerah

terganggu secara otomatis.

b. Rele arah

Adalah reale yang bekerja bila arus gangguan mempunyai arah tertentu 

dan arah sebaliknya tidak bekerja. Apabila rele arah ini digabung dengan rele arus lebih

maka rele tersebut akan diakatakan sebagai rele arus lebih terarah.

c. Rele gangguan tanah

Adalah rele yang bekerja apabila terjadi gangguan hubung singkat 

ketanah atau antara fasa ketanah.

d. Rele penutup kembali (auto reclosing)

Apabila pemutus tenaga yang dibuka pada waktu terjadi gangguan 

dapat ditutup kembali secara otomatis sesudah waktu tertentu maka proses ini

dinamakan penutup kembali.

e. Rele jarak atau impedansi

Rele jarak bekerja atas dasar perbandingan tegangan (V) dan arus (I) 

yang terukur pada lokasi rele dimana rele tersebut ditempatkan pada saat 

terjadinya gangguan. Apabila V / I yang terukur lebih kecil dari V / I yang 

diamankan atau impedansi (L) saluran yang diamankan rele bekerja. Oleh 

karena impedansi saluran transmisi sebanding dengan jarak maka rele 

impedansi juga disebut rele jarak.

f. Rele turun tegangan

Apabila terjadi gangguan pada saluran transmisi yang mengakibatkan 

tegangan sistem turun dibawah harga penyetelan rele ini, maka rele turun 

tegangan bekerja.

g. Rele waktu

Page 46: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Rele waktu ini akan bekerja sesuai sifat penyetelan dan berfungsi 

sebagai penghambat kerja penjatuhan pemutus tenaga yang disesuaikan 

dengan lokasi gangguan.

h. Rele perasa (statter)

Rele ini bekerja paling awal untuk merasakan gangguan yang 

selanjutnya menghidupkan rele yang lain untuk beroperasi (menghidupkan 

rele pengukur atau rele waktu).

BAB VII

PENUTUP BALIK OTOMATIS (AUTO CIRCUIT RECLOSER)

7.1. Pengertian

Recloser adalah rangkaian listrik yang terdiri pemutus tenaga yang 

dilengkapi kotak kontrol elektonik (Electronic Control Box) recloser, yaitu suatu 

peralatan elektronik sebagai kelengkapan recloser dimana peralatan ini tidak 

berhubungan dengan tegangan menengah dan pada peralatan ini recloser dapat 

dikendalikan cara pelepasannya. Dari dalam kotak kontrol inilah pengaturan 

(setting) recloser dapat ditentukan.

Alat pengaman ini bekerja secara otomatis guna mengamankan suatu 

sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara 

bekerjanya adalah untuk menutup balik dan membuka secara otomatis yang dapat 

diatur selang waktunya, dimana pada sebuah gangguan temporer, recloser tidak membuka

tetap (lock out), kemudian recloser akan menutup kembali setelah 

gangguan itu hilang. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah membuka 

atau menutup balik sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian recloser 

akan membuka tetap (lock out).

7.2. Fungsi Recloser

Pada suatu gangguan permanen, recloser berfungsi memisahkan 

daerah atau jaringan yang terganggu sistemnya secara cepat sehingga dapat 

memperkecil daerah yang terganggu pada gangguan sesaat, recloser akan 

memisahkan daerah gangguan secara sesaat sampai gangguan tersebut akan 

dianggap hilang, dengan demikian recloser akan masuk kembali sesuai 

settingannya sehingga jaringan akan aktif kembali secara otomatis. 

Page 47: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Untuk lebih lengkapnya dibawah ini adalah beberapa setting waktu 

pada gangguan yang terjadi:

1) Setting recloser terhadap gangguan prmanen

Interval 1st :5detik

2 nd :10 detik Lock out :3X trip (reclose 2X)

Reset delay :90 detik

2) Setting recloser terhadp gangguan sesaat sama dengan gangguan 

permanen yang membedakan adalah tidak ada trip ke 3.

7.3. Selang Waktu Penutup Balik Recloser

Ada bermacam-macam selang penutup kembali atau recloser interval 

dari recloser adalah sebagai berikut terjadi:

1. Menutup balik seketika atau instantaneous reclosing

Membuka kontak paling singkat, agar tidak mengganggu daerah-daerah 

beban yang terdiri dari motor industri,irigasi,dan daerah yang tidak boleh 

padam terlalu lama.

Ini sering dikerjakan untuk reclosering pertama dari urutan reclosering. 

Kerugian dari penutup pertama adalah cukup waktu untuk menghilangkan 

gangguan transient, seperti gangguan akibat cabang pohon yang mengenai 

penghantar, benang layang-layang, ionisasi gas dari bunga api yang timbul 

waktu gangguan dan belum hilang dalam waktu-waktu yang relatif singkat.

2. Waktu tunda (time delay)

a. Menutup kembali 2 detik

Diharapkan dalam selang waktu ini telah cukup waktu untuk menghilangkan

gangguan, transient dan menghilangkan ionisasi gas. Bila digunakan diantara fuse trip

operational, maka waktu 2 detik ini cukup untuk mendinginkan di fuse beban.

b. Menutup kembali 5 detik.

Selang waktu ini sering digunakan diantara operasi penjatuh tunda dari 

recloser substantion untuk memberikan kesempatan guna pendingin fuse disisi

sumber, maka waktu 5 detik ini cukup untuk mendinginkan fuse disisi beban.

c. Waktu reclosing yang lebih lama (longer reclosing interval)

Yaitu selang 10 detik, 15 detik dan seterusnya, biasanya digunakan bila 

pengaman cadangan terdiri dari breaker yang terkontrol rele. Ini 

memungkinkan timing disc pada rele lebih mempunyai cukup waktu untuk reset.

Page 48: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

7.4. Cara Kerja Recloser

Waktu membuka dan menutup pada recloser dapat diatur pada kurva 

karakteristiknya. Secara garis besarnya adalah sebagai berikut (PLN (Persero) 

1997 : PBO) :

1. Arus yang mengalir normal bila tidak terjadi gangguan.

2. Ketika terjadi sebuah gangguan, arus yang mengalir melalui recloser 

membuka dengan operasi “fast”.

3. Kontak recloser akan menutup kembali setelah beberapa detik, sesuai 

setting yang ditentukan. Tujuan memberikan selang waktu adalah memberi 

kesempatan agar gangguan tersebut hilang dari sistem, terutama gangguan 

yang bersifat temporer.

4. Apabila yang terjadi adalah gangguan permanen, maka recloser akan 

membuka dan menutup balik sesuai setting yang ditentukan dan kemudian 

lock out.

5. Setelah gangguan permanen dibebaskan oleh petugas, baru dapat 

dikembalikan pada keadaan normal.

7.5. Klasifikasi Recloser

Reclose dapat diklasifikasiakan sebagai berikut :

a. Menurut jumlah fasanya recloser dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Fasa tunggal

Recloser ini dipergunakan sebagai pengaman saluran fasa tunggal, misalnya saluran

cabang fasa tunggal dari saluran utama fasa tiga.

2. Fasa tiga

Fasa tiga umumnya untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada 

saluran utama.

b. Menurut media redam busbar apinya adalah :

1. Media minyak (Bulb Oil)

2. Media hampa udara (Vaccum)

3. Media gas SF 6

c. Menurut peralatan pengendalinya adalah :

Page 49: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

1. Recloser terkendali hidraulik

Recloser ini mengguanakan kumparan penjatuh yang dipasang seri terhadap beban

(seri trip coil). Bila arus yang mengalir pada recloser 200% dari arus setting-nya, maka

kumparan penjatuh akan menarik tuas yang secara mekanik membuka kontak utama recloser.

2. Recloser terkontrol elektronis

Cara kontrol elektronis lebih fleksibel, lebih mudah diatur dan diuji secara lebih teliti

dibanding recloser terkontrol hidrolis. Perlengkapan elektrolis diletakkan dalam kotak yang

terpisah. Pengubah karakteristik, tingkat arus penjatuh, urutan operasi dari recloser terkontrol

elektronis dapat dilakukan dengan mudah tanpa mematikan dan mengeluarkan dari tangki

recloser.

7.6. Cara Pengoperasian Recloser

Dalam pendeteksian gangguan recloser yang akan kita bahas yaitu 

recloser tipe VWVE menggunakan kotak kontrol elektronik sebagai 

pengaturannya maka dari itu kita perlu mengetahui tentang kotak kontrol 

elektroniknya. Dibawah ini adalah gambar rangkaian kotak kontrol elektronis pada recloser:

Gambar 7.1. Rangkaian Kotak Kontrol Elektronik

Page 50: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

 

Gambar 7.2. Diagram Satu Garis Current Transformer Pada Recloser

Pada gambar 7.1. diatas arus jaringan yang dirasakan oleh ke3 buah 

bushing pada bagian recloser circuit yang telah diturunkan oleh current 

transformer terlebih dahulu dengan perbandingan 1000/1A (gambar 7.2.) akan 

dikirim ke kotak kontrol pada bagian sensing circuit (melalui control cable) 

yang secara terus menerus memonitor kondisi arus. Bila arus yang mengalir 

melewati harga dari minimum trip resistor maka level detection and timming 

circuit akan bekerja dengan mengirim sinyal ke trip circuit sesuai dengan 

kurva arus waktu yang ditentukan dalam time current plug dan trip circuit ini 

akan mengirim perintah ke recloser trip coil untuk bekerja. Setelah recloser 

trip coil bekerja maka sequence relay mulai bekerja sesuai dengan urutan 

waktu yang telah ditentukan dari waktu kerja (trip) pertama, setelah waktu 

yang ditentukan selesai maka sequence relay akan mengirim sinyal ke 

reclosing circuit yang selanjutnya mengirim perintah ke reloser close 

initiating solenoid untuk bekerja. Jika gangguan tersebut adalah gangguan 

permanen maka kotak kontrol elektronik tersebut akan bekerja sebanyak tiga 

kali dan pada trip yang ke tiga sequence relay pada trip circuit akan membuka 

sehingga recloser akan lock out.

Jika gangguan yang terjadi bersifat sesaat maka setelah reloser close 

initiating solenoid bekerja kembali dan sensing circuit tidak merasakan 

Page 51: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

adanya arus yang melewati dari harga minimum trp resistor waktu yang telah 

ditentukan dalam reset delay plug maka reset akan bekerja dan seluruh 

rangkaian akan kembali seperti semula (sebelum terjadi gangguan). 

Gambar 7.3. Elektronic Control Box

Keterangan gambar :

1. Phase trip sequence selector

Untuk memilih jumlah trip cepat pada gangguan fasa yang kurva arus 

waktunya diprogram seperti pada pase trip timming socket 1.

2. Lock out selector

Untuk memilih jumlah total operasi sampai lock out (mengunci).

3. Ground trip sequence selector

Untuk memilih jumlah operasi trip cepat pada gangguan tanah yang kurva 

arusnya diprogram seperti pada ground trip timming socket 1.

4. Minimum Trip Resistor

Page 52: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Untuk menyetel level arus trip minimum untuk ground dan masing - 

masing fasa. Tahanan catrige ini ditandai dengan arus primer.

5. Operation counter

Menunjukkan jumlah total trip.

6. Sequence Relay.

Langkah-langkah kontrol melalui uirutan operasinya

7. Ground Trip Blok/Normal Operation Switch

Memblok semua trip gangguan tanah dalam posisi keatas menengah 

operasi tanpa sengaja.

8. Manual Control Switch

Ada 2 Posisi Posisi trip :

Posisi open :

Penutup balik mengunci, memberikan urutan rele sampai urutan mengunci dan memutus

baterai.

Posisi close :

Penutup balik menutup mengembalikan rele urutan (sequence relay) 

keposisi start dan menghubungkan kembali batterai. Dipertahankan dalam posisi close

menolak cold load inrush dengan memblok operasi trip cepat. Tetapi akan mengunci

dalam posisi close, untuk gangguan permanen.

9. Control fuse

Memproteksi terhadap aliran battere jika sumber rangkaian tegangan 

demikian rendah untuk menutup balik (recloser).

10. Non reclosing / normal closing switch

Menyetel kotrol untuk sekali buka tutup dan lock out (mengunci) dalam 

posisi non reclosing tanpa mengganggu penyetelan operasi to lock out 

selector.

11. Lamp test / lock out indicating switch.

Menguji kondisi lampu signal dan mengecek untuk lock out (mengunci).

12. Lock out indikator signal lamp

Memberi indikasi secara visual untuk kontrol lock out bila lock out test 

switch dioperasikan.

13. Batery test terminals

Memberikan jalan untuk test tegangan battery dan laju pengisian.

14. Reset Delay Plug

Page 53: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Menentukan interval tunda waktu sebelum kontol reset setelah penutupan 

berhasil selama urutan operasi. Nilai penundaan ditentukan oleh posisi dari 

plug dalam socket.

15. Pase Trip Timming Plugs

Memberikan suatu variasi kurva arus yang diintegrasikan pada individu 

plug, untuk mengkoordinasi operasi trip fasa terhadap pengaman cadangan 

dan pengaman disisi hilir.

16. Ground Trip Timming Plug

Memberikan suatu variasi kurva arus waktu yang diintegrasikan pada 

individu plug untuk mengkoordinasi operasi trip ground terhadap 

pengaman cadangan dan pengaman disisi hilir.

17. Reclosing Interval Plug

Menentukan interval tunda untuk masing - masing operasi penutup balik. 

Harga tunda waktu ini ditentukan oleh posisi dari plug soket. Instant plug 

hanya untuk interval reclose (penutup balik) pertama.

Pada recloser tipe VWVE merek cooper, busur api yang ditimbilkan 

pada saat pelepasan maupun pemasukannya di padamkan dengan 

menggunakan media minyak. Sarana pemasukannya digerakkan oleh selenoid 

closing oil yang mendapat sumber tegangan 20kV pada sisi sumber, sedang 

pengendaliannya menggunakan remot melalui elektronik control box dengan 

tegangan 24 volt yang diperoleh dari batere yang diisi terus menerus. 

Syarat pemasuakan recloser tipe VWVE merek cooper :

1. Recloser tipe VWVE merek cooper pemasukannya sepenuhnya dilakukan 

oleh selenoid closing oil, di mana alat ini terpasang didalam recloser dan 

tersambung dengan tegangan 20 kV maka syarat umumnya adalah harus 

ada tegangan 20 kV.

2. Sumber tegangan DC 24 volt dari battery cadmium.

3. DC fuse 0,38 A, dalam keadaan baik.

4. Reset trip manual stik, yang ada diujung samping atas recloser harus 

selalu pada posisi reset.

7.7. Recloser Tipe VWVE (Vaccum Withstand Voltage Electronical) Merek Cooper

Recloser adalah sebuah alat proteksi atau pengaman pada jaringan 

tegangan menengah 20 kV. Cara kerja recloser mengamankan dan melindungi manusia atau

komponen listrik yang vital yaitu dengan memutus aliran listrk 

Page 54: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

pada daerah yang terjadi gangguan secara otomatis secepat mungkin sehingga tidak

mengganggu sistem jaringan yang lain.

Ganbar 4 dibawah ini adalah sebuah recloser tipeVWVE merek cooper, 

sedang pada gambar 5 a,b,dan c menunjukkan ukuran fisik dari recloser. Pada 

gambar 6 menunjukkan bagian - bagian recloser tipe VWVE merek cooper.

Gambar7.4. Recloser Tipe VWVE Merek Cooper

Gambar 7.5.a. Tampak Depan

Gambar 7.5.b.Tampak Samping

Page 55: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

 

Gambar 7.5.a. Tampak Atas

Gambar 7.6. Bagian-bagian Dari Recloser Tipe VWVE Merek Cooper.

Keteranagan gambar :

1. Closing tool untuk memasukkan tongkat yang digunakan untuk mereclose 

recloser secara manual.

2. Closing selenoid contactor sebagai tenaga untuk mereclose recloser secara 

otomatis setelah mendapat sinyal dari kotak kontrol.

Page 56: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

3. Fuse berfungsi untuk melindungi sistem ketika closing selenoid gagal 

bekerja.

4. Insulating support sebagai penopang vaccum interrupter yang terbuat dari 

fiberglass.

5. Sleet hold tempat operasi manual dan sebagi petunjuk indicator posisi.

6. Current exchange terbuat dari beryllium-cooper untuk hambatan yang 

rendah dan ketahanan yang tinggi.

7. Vaccum interrupter sebagai tenaga recloser untuk trip dan sebagai media 

peredam bunga api.

7.8 Recloser Sebagai Sistem Proteksi Pada Jaringan 20 Kv.

7.8.1. Gangguan Permanen

Gambar 7. 7. Gangguan Permanen Pada Jaringan

Jika pada daerah A (pada gambar 7 diatas) terjadi gangguan permanen 

atau gangguan tetap maka recloser akan memutus (trip) selama tiga kali dan 

recloser akan reclose sebanyak dua kali. Untuk lebih jelasnya kita lihat grafik 

berikut :

Gambar 7. 8. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Tetap

Jika terjadi gangguan permanen (gambar 8) maka recloser akan 

memutus dan dalam waktu 5 detik recloser akan reclose atau masuk 

(menutup) dan karena gangguan yang terjadi adalah gangguan tetap maka 

recloser akan kembali memutus dan dalam waktu 10 detik akan kembali 

menutup (reclose) dan selanjutnya akan kembali membuka untuk yang ketiga 

Page 57: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

kalinya untuk kemudian recloser akan lock out dan baru dapat dihubungkan 

lagi secara manual setelah daerah yang terjadi gangguan dapat diatasi.

7.8.2. Gangguan Sesaat

Jika terjadi gangguan sesaat akibat sambaran petir (pada gambar 9 dan 

10) maka recloser akan membuka (trip) dan 5 detik kemudian akan menutup 

(reclose) kembali dan setelah itu recloser akan kembali beroperasi seperti biasa.

Gambar 7. 9. Recloser Mengalami Gangguan Sesaat

Gambar 7.10. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Sesaat

7.8.3. Gangguan Semi Permanen

Jika terjadi gangguan semi permanen (biasa disebabkan oleh dahan 

pohon yang melintang diatas jaringan akibat terkena tiupan angin), recloser 

akan reclose berulang - ulang setiap gangguan terjadi tetapi apabila gangguan 

tersebut sudah melewati reset time (gambar 11). Reset time ini diatur (setting) 

dalam jangka waktu 60-120 detik.

Gambar 7.11. Grafik Pemutus Recloser Jika Terjadi Gangguan Semi Permanen

Page 58: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

7.9. Pemasangan Recloser Pada Jaringan

 

Gambar 7.12. Pemasangan Recloser Pada Tiang Jaringan

Recloser dipasang pada jarak 8 Km (PLN, Recloser 1999). Jarak tersebut dipasang

antara PMT pada gardu induk dengan recloser yang pertama (terdekat). Sedangkan untuk

memasang recloser yang kedua tetap sama dengan pemasangan recloser yang kesatu atau

juga dengan mempertimbangkan kondisi yng dilewati jaringan. Tujuan dari dipasang recloser

tersebut adalah (PLN,Recloser 1999) :

1. Melindungi suatu peralatan listrik yang relative nilai harganya lebih mahal 

atau penting, agar tidak terjadi kerusakan yang total.

2. Sebagai pengaman terhadap keselamatan pekerja atau mesyarakat terhadap 

bahaya listrik.

Pemasangan recloser sebagai sietem proteksi pada jaringan distribusi 

tegangan menengah 20 KV sederhana, sepanjang jaringan tersebut beroperasi 

secara radial atau satu arah (gambar 13).

Page 59: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Gambar 7.13. Pemasangan Recloser Pada Jaringan Yang Beroperasi Secara Radial 

BAB VIII

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang diperoleh dari pengamatan secara

langsung dan data-data selama melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. PLN (PERSERO)

Area Pelayanan dan Jaringan Semarang bertempat di Pemuda Nomor 93 Semarang, maka

penulis mempunyai kesimpulan dan saran yang sekiranya dapat membangun bagi kedua

belah pihak, yaitu pihak PT. PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan Semarang dan

POLITEKNIK Negeri Semarang. Diantaranya adalah :

SIMPULAN :

1. PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang bekerja untuk konsumen, pengusaha kecil dan

industri dalam hal penyediaan dan pelayanan jasa penyediaan tenaga listrik.

2. Selain proses penyediaan tenaga listrik, PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang dalam

pelayanan jasanya juga mengutamakan kehandalan sistem distribusi guna menjamin mutu

pelayanan pada konsumen (masyarakat).

3. Sistem proteksi distribusi merupakan salah satu factor utama dalam menjamin

keberlanjutan proses penyaluran tenaga listrik dari pembangkit pada konsumen, karena

sistem proteksi melindungi jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh gangguan yang

dapat timbul karena berbagai factor.

4. Recloser merupakan alat proteksi jaringan distribusi tegangan menengah (JTM) yang

berfungsi untuk mengamankan jaringan dari kerusakan yang disebabkan gangguan

sementara atau permanen, alat pengaman ini bekerja secara otomatis guna mengamankan

suatu sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.

SARAN

Setelah menyelesaikan praktek kerja lapangan penyusun ingin memberikan saran-saran yang

mungkin dapat memberikan manfaat :

Page 60: Contoh Laporan PKL Di PLN APJ Semarang

Saran kepada PT. PLN (PERSERO) APJ Semarang :

1. Perlunnya peningkatan kerjasama antara perusahaan dalam hal ini PT.PLN (PERSERO)

APJ Semarang dengan pihak pendidikan dalam hal ini POLITEKNIK NEGERI Semarang

untuk dalam pengmbangan teknologi tepat guna untuk masyarakat.

2. Pengembangan teknologi recloser yang masih menggunakan sistem analog dengan recloser

yang baru yaitu dengan sistem digital berbasis mikrokontroler agar lebih efisien dan lebih

handal dalam pengoperasian dan dapat dipantau opersai kerjanya dari sistem seperti sitem

SCADA.

Saran kepada POLITENIK NEGERI SEMARANG :

1. Perlunnya peningkatan kerjasama antara perusahaan, dalam hal ini PT.PLN (PERSERO)

APJ Semarang dengan pihak pendidikan dalam hal ini POLITEKNIK NEGERI Semarang

untuk pengembangan teknologi tepat guna untuk masyarakat.

2. Mengingat pentingnya mikrokontroler di pabrik/industri, maka mata kuliah mikrokontroler

sebaiknya menjadi titik berat dalam pembelajaran dalam kuliah, hal ini dimaksudkan

karena disamping perkembangan teknologi mikrokontroler yang sudah sangat

berkembang juga disebabkan aplikasi mikrokontroler di pabrik/industri yang sudah sangat

rumit dan kompleks