Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

148
ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BIMA TAHUN ANGGARAN 2007 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM No : 200.A/S/XIX.MTR/10/2008 Tanggal : 27 Oktober 2008

Transcript of Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

Page 1: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KOTA BIMA TAHUN ANGGARAN 2007

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

No : 200.A/S/XIX.MTR/10/2008 Tanggal : 27 Oktober 2008

Page 2: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

i

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 LAPORAN KEUANGAN POKOK 3 1. Neraca 3 2. Laporan Realisasi Anggaran 5 3. Laporan Arus Kas 7 4. Catatan Atas Laporan Keuangan 9 GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN 46 Lampiran Daftar Setoran Sisa UUDP

Page 3: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Kepada para pengguna laporan keuangan,

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) bertugas memeriksa Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kota Bima. Tanggung jawab BPK RI adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

Hasil pemeriksaan BPK RI menunjukkan terdapat kelemahan pengendalian intern yang mendasar dalam pengelolaan keuangan dan barang daerah yang mempengaruhi kewajaran penyajian Neraca per 31 Desember 2007, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), dan Laporan Arus Kas (LAK) Pemerintah Kota Bima, berupa perbedaan angka akun-akun yang disajikan pada Neraca per 31 Desember 2007 yang disampaikan kepada BPK RI dengan angka akun-akun pada Neraca hasil Sistem Aplikasi Pembukuan SKPKD, perbedaan angka pendapatan yang disajikan pada LRA dengan angka pendapatan hasil rekapitulasi Bidang Pendapatan BPKD Pemerintah Kota Bima, dan perbedaan angka belanja yang disajikan pada LRA dengan angka belanja hasil pengesahan SPJ Fungsional dan dari Buku Kas Umum (BKU) Bendahara Pengeluaran SKPD. Pemerintah Kota Bima tidak dapat menjelaskan perbedaan angka dimaksud dan tidak memiliki bukti dan catatan yang mendukung penyajian nilai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas pada Neraca, Pendapatan dan Belanja pada LRA, dan Aktivitas Non Anggaran pada LAK yang dapat digunakan untuk menelusuri perbedaan angka dan menguji kewajaran nilai akun-akun dimaksud. Selain itu, terdapat perbedaan antara nilai SiLPA pada LRA sebesar Rp66.298.189.570,43, SiLPA pada Ekuitas Dana Lancar di Neraca sebesar Rp70.527.622.160,43, saldo akhir Kas Daerah pada LAK sebesar Rp66.340.746.478,43, dan saldo akhir Kas Daerah pada Neraca per 31 Desember 2007 sebesar Rp70.528.518.626,43, serta terdapat pengeluaran-pengeluaran Kas Daerah yang tidak dianggarkan dalam APBD oleh pejabat Pemerintah Kota Bima baik yang berwenang dan yang tidak berwenang, yang juga tidak dapat dijelaskan oleh Pemerintah Kota Bima. Bukti-bukti dan catatan pendukung yang terdapat pada Pemerintah Kota Bima tidak memungkinkan digunakan untuk menelusuri perbedaan dan menguji kewajaran nilai akun-akun tersebut dan BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan lain untuk menguji

Page 4: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

2

kewajaran akun-akun tersebut. Kondisi tersebut mengakibatkan BPK RI tidak dapat meyakini kewajaran akun-akun Aset, Kewajiban, dan Ekuitas pada Neraca, Pendapatan dan Belanja pada LRA, dan Aktivitas Non Anggaran pada LAK.

Karena pembatasan lingkup pemeriksaan sebagaimana disebutkan pada paragraf sebelumnya, BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan, lingkup pemeriksaan BPK RI tidak cukup untuk memungkinkan BPK RI menyatakan pendapat, dan BPK RI tidak menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima.

Laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan sistem pengendalian intern kami sajikan dalam buku tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.

Mataram, 20 September 2008 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan BPK RI di Mataram Penanggung Jawab Pemeriksaan,

B. Suharyanto, S.E., MSi., Ak. Akuntan, Register Negara No. D-21.299

Page 5: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

(dalam rupiah)

NO URAIAN 2007 2006

1

23 Kas di Kas Daerah 52.270.947.804,43 24.072.312.952,374 Kas di Bendahara Pengeluaran 15.407.570.822,00 750.334.733,005 Deposito 2.850.000.000,00 2.850.000.000,00 6 Belanja dibayar dimuka 779.755.031,83 779.755.031,837 Piutang Pajak 43.479.557,00 43.479.557,008 Piutang Retribusi 152.297.750,00 152.297.750,009 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 3.493.245.595,16 3.821.325.664,1610 Piutang Lain-lain 1.953.412.024,0011 Persediaan 825.445.630,00 790.100.730,0012 77.776.154.214,42 33.259.606.418,36

1314 Investasi Non Permanen15 Dana Bergulir 2.533.456.299,00 - 16 2.533.456.299,00 - 17 Investasi Permanen

ASET

ASET LANCAR

INVESTASI JANGKA PANJANG

Jumlah Investasi Nonpermanen (15)

PEMERINTAH KOTA BIMANERACA

Per 31 Desember 2007 dan 2006

Jumlah Aset Lancar (3 s/d 11)

17 Investasi Permanen18 Penyertaan Modal Pemerintah Kota Bima 2.511.565.350,75 2.450.322.088,0019 Dana Bergulir - 2.427.257.868,00 20 2.511.565.350,75 4.877.579.956,0021 5.045.021.649,75 4.877.579.956,00

2223 Tanah 58.305.831.353,00 54.244.986.603,0024 Gedung dan Bangunan 152.115.447.722,69 128.404.442.205,1325 Peralatan dan Mesin 70.313.988.950,51 57.425.432.482,0126 Jalan, Irigasi dan Jaringan 95.240.215.263,94 66.998.101.199,9427 Aset Tetap Lainnya 7.555.042.407,69 4.678.556.347,6928 Konstruksi Dalam Pengerjaan 13.632.036.400,00 8.951.707.782,1729 Akumulasi Penyusutan (45.828.952.504,27) (30.226.364.101,47)30 351.333.609.593,56 290.476.862.518,47

3132 Aset Lainnya 3.749.561.130,63 3.702.104.103,63 33 3.749.561.130,63 3.702.104.103,63 34 437.904.346.588,36 332.316.152.996,46

ASET LAINNYA

Jumlah Aset Lainnya (32)

Jumlah Aset Tetap (23 s/d 29)

JUMLAH ASET (12+21+30+33)

Jumlah Investasi Permanen (18 s/d 19)Jumlah Investasi Jangka Panjang (16 + 20)

ASET TETAP

3

Page 6: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

NO URAIAN 2007 2006

35 KEWAJIBAN36 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK37 Utang PFK 896.466,00 38 Bagian Lancar Utang Jk. Panjang 11.518.408.000,00 12.211.305.000,00 39 Utang Jangka Pendek Lainnya 30.014.174.642,00 15.747.578.342,8040 41.533.479.108,00 27.958.883.342,80

41 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG42 Utang Jangka Panjang Lainnya - 11.854.377.500,0043 - 11.854.377.500,0044 41.533.479.108,00 39.813.260.842,80

45 EKUITAS DANA46 EKUITAS DANA LANCAR47 SILPA 70.527.622.160,43 27.672.647.685,37 48 Pendapatan Yang ditangguhkan - - 49 Cadangan Piutang 6.422.189.957,99 4.796.858.002,99 50 Cadangan Persediaan 825.445.630,00 790.100.730,00 51 Dana Yang hrs disediakan utk pembayaran Hutang Jk Pendek (41.532.582.642,00) (39.813.260.842,80) 52 36.242.675.106,42 (6.553.654.424,44)

53 EKUITAS DANA INVESTASI

Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s/d 39)

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (42)JUMLAH KEWAJIBAN (40 + 43)

Jumlah Ekuitas Dana Lancar (47 s/d 51)

53 EKUITAS DANA INVESTASI54 Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang 5.045.021.649,75 4.877.579.956,00 55 Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 351.333.609.593,56 290.476.862.518,47 56 Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 3.749.561.130,63 3.702.104.103,63 57 Dana Yang hrs disediakan utk pbyrn Hutang Jk Panjang - - 58 360.128.192.373,94 299.056.546.578,10

59 396.370.867.480,36 292.502.892.153,66 437.904.346.588,36 332.316.152.996,46

Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhanJUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (44 + 59)

Jumlah Ekuitas Dana Investasi (54 s/d 57)

JUMLAH EKUITAS DANA (52 + 58)

H.M. Nur A. Latif

Raba, 20 September 2008Walikota Bima

4

Page 7: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

(dalam rupiah)

123 Pendapatan Pajak daerah 2.305.236.500,00 1.759.604.837,00 76,33 4 Pendapatan Retribusi Daerah 2.588.217.200,00 1.550.054.932,00 59,89

5Pendapatan Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Dipisahkan 143.200.000,00 133.524.789,00 93,24

6 Lain-Lain PAD Yang Sah 2.636.839.800,00 1.471.450.098,06 55,80

7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d6) 7.673.493.500,00 4.914.634.656,06 64,05

89

10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN

11 Dana Bagi Hasil Pajak 20.922.053.541,00 17.397.539.673,00 83,15 12 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 7.237.777.190,00 7.794.790.359,00 107,70 13 Dana Alokasi Umum 204.865.000.000,00 204.865.000.000,00 100,00 14 Dana Alokasi Khusus 32.658.000.000,00 32.658.000.000,00 100,00

15Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) 265.682.830.731,00 262.715.330.032,00 98,88

16

17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA

18 Dana Otonomi Khusus - - - 19 Dana Penyesuaian - 1.615.408.600,00 -

Anggaran Realisasi

PENDAPATAN ASLI DAERAH

PENDAPATAN TRANSFER

PEMERINTAH KOTA BIMALAPORAN REALISASI ANGGARAN

Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2007

NO URAIAN (%)

PENDAPATAN

20Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya (18 s/d 19) - 1.615.408.600,00 -

2122 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI23 Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 9.761.669.536,27 5.440.208.805,00 55,73 24 Bantuan Keuangan dari Provinsi 1.315.460.300,00 1.011.310.300,00 76,88 25 Dana Bagi Hasil dari Prov. NTB 2.357.630.587,52 - -

26Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi NTB (23 s/d 25) 13.434.760.423,79 6.451.519.105,00 48,02

27 Total Pendapatan Transfer (15+20+26) 279.117.591.154,79 270.782.257.737,00 97,01 282930 Pendapatan Hibah 4.000.000.000,00 4.000.000.000,00 100,00

31 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (30) 4.000.000.000,00 4.000.000.000,00 100,00

32 JUMLAH PENDAPATAN (7+27+31) 290.791.084.654,79 279.696.892.393,06 96,18 33343536 Belanja Pegawai 137.145.396.048,21 130.493.867.916,00 95,15 37 Belanja Barang 41.482.416.702,00 34.627.627.971,00 83,48 38 Bunga - - - 39 Subsidi - - - 40 Hibah 300.000.000,00 - - 41 Bantuan Sosial 14.630.702.000,00 17.017.964.550,00 116,32 42 Bagi Hasil Pajak Kepada Pemerintah Desa 1.300.000.000,00 1.719.895.500,00 132,30

43 Jumlah Belanja Operasi (36 s/d 42) 194.858.514.750,21 183.859.355.937,00 94,36 444546 Belanja Tanah 6.075.285.000,00 4.066.474.893,00 66,93 47 Belanja Peralatan dan Mesin 13.861.513.957,00 10.003.211.292,00 72,17 48 Belanja Gedung dan Bangunan 31.084.828.870,00 10.582.870.494,00 34,05 49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 25.238.480.000,00 7.836.506.223,00 31,05 50 Belanja Aset Tetap Lainnya 383.300.000,00 486.475.200,00 126,92 51 Belanja Aset Lainnya - - -

52 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) 76.643.407.827,00 32.975.538.102,00 43,02

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

BELANJABELANJA OPERASI

BELANJA MODAL

5

Page 8: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

Anggaran RealisasiNO URAIAN (%)

535455 Belanja Tak Terduga 4.500.000.000,00 145.367.000,00 3,23 56 Jumlah Belanja Tak Terduga (55) 4.500.000.000,00 145.367.000,00 3,23

57 JUMLAH BELANJA (43+52+57) 276.001.922.577,21 216.980.261.039,00 78,62 58596061 Jumlah Transfer/Bagi Hasil ke Desa - - -

62JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (57+61) 276.001.922.577,21 216.980.261.039,00 78,62

63 SURPLUS / (DEFISIT) (32-62) 14.789.162.077,58 62.716.631.354,06 424,07 64656667 Penggunaan SiLPA 7.513.199.345,00 27.672.647.685,37 368,32 68 Pencairan Deposito - - -

81 Jumlah Penerimaan (67 s/d 68) 7.513.199.345,00 27.672.647.685,37 368,32 828384 Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo 23.000.000.000,00 24.091.089.469,00 104,74 85 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah - - - 86 Pembentukan Deposito - - -

87 Jumlah Pengeluaran (84s/d 86) 23.000.000.000,00 24.091.089.469,00 104,74

88 PEMBIAYAAN NETTO (81-87) (15.486.800.655,00) 3.581.558.216,37 (23,13)8990 (697.638.577,42) 66.298.189.570,43 (9.503,23)

Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

TRANSFERTRANSFER/BAGI HASIL KE DESA

PEMBIAYAANPENERIMAAN PEMBIAYAAN

BELANJA TAK TERDUGA

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (63+88)

PENGELUARAN PEMBIAYAAN

Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

H. M. Nur A. Latif

Raba, 20 September 2008Walikota Bima

6

Page 9: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

No. Uraian 2007 2006

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi2 Arus Masuk Kas3 Pendapatan Pajak Daerah 1.759.604.837,00 1.853.444.451,00 4 Pendapatan Retribusi Daerah 1.550.054.932,00 1.289.541.905,00 5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 133.524.789,00 25.228.084,00 6 Lain-lain PAD yang sah 1.471.450.098,06 1.802.098.400,95 7 Dana Bagi Hasil Pajak 17.397.539.673,00 9.115.734.796,05 8 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 7.794.790.359,00 12.477.485.228,00 9 Dana Alokasi Umum 204.865.000.000,00 183.581.000.000,00

10 Dana Alokasi Khusus 32.658.000.000,00 29.257.679.060,00 11 Pendapatan Bagi Hasil Pajak dari Provinsi NTB 5.440.208.805,00 4.850.628.162,00 12 Pendapatan Hibah 4.000.000.000,00 0,00 13 Pendapatan Lainnya 2.626.718.900,00 4.112.339.177,00 14 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 13) 279.696.892.393,06 248.365.179.264,00 15 Arus Keluar Kas16 Belanja Pegawai 130.493.867.916,00 87.149.618.707,70 13 Belanja Barang 34.627.627.971,00 69.083.497.888,00 14 Subsidi 0,00 0,00 15 Hibah 0,00 0,00 16 Bantuan Sosial 17.017.964.550,00 12.368.046.528,00 17 Belanja Tak Terduga 145.367.000,00 1.538.276.650,00 18 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota 1.719.895.500,00 497.485.000,00 19 Jumlah Arus Keluar Kas (16 s/d 18) 184.004.722.937,00 170.636.924.773,70

(dalam rupiah)

PEMERINTAH KOTA BIMALAPORAN ARUS KAS

Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2007 dan 2006

20 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (14 - 19) 95.692.169.456,06 77.728.254.490,30 21 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan22 Arus Masuk Kas23 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin 0,00 0,00 24 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan 0,00 0,00 25 Jumlah Arus Masuk Kas (23 s/d 24) 0,00 0,00 26 Arus Keluar Kas27 Belanja Tanah 4.066.474.893,00 6.214.520.960,00 28 Belanja Peralatan dan Mesin 10.003.211.292,00 13.039.033.249,00 29 Belanja Gedung dan Bangunan 10.582.870.494,00 32.049.666.318,00 30 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 7.836.506.223,00 6.418.020.963,00 31 Belanja Aset Tetap Lainnya 486.475.200,00 322.315.000,00 32 Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00 33 Jumlah Arus Keluar Kas (27 s/d 32) 32.975.538.102,00 58.043.556.490,00 34 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan (25 - 33) (32.975.538.102,00) (58.043.556.490,00)

7

Page 10: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

No. Uraian 2007 2006

35 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan36 Arus Masuk Kas37 Pencairan Deposito 0,00 14.000.000.000,00 38 Jumlah Arus Masuk Kas (37) 0,00 14.000.000.000,00 39 Arus Keluar Kas40 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lainnya 24.091.089.469,00 8.320.295.277,00 41 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 1.350.000.000,00 42 Pembentukan Deposito 12.500.000.000,00 42 Jumlah Arus Keluar Kas (40 s/d 42) 24.091.089.469,00 22.170.295.277,00 43 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (38 - 42) (24.091.089.469,00) (8.170.295.277,00)44 Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran45 Arus Masuk Kas46 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 13.365.951.748,91 10.143.110.690,00 47 Jumlah Arus Masuk Kas (46) 13.365.951.748,91 10.143.110.690,00 48 Arus Keluar Kas49 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 13.323.394.840,91 10.164.522.985,00

Koreksi Kesalahan Tahun Lalu 0,00 50 Jumlah Arus Keluar Kas (49) 13.323.394.840,91 10.164.522.985,00 51 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran (47 - 50) 42.556.908,00 (21.412.295,00)52 Kenaikan/Penurunan Kas 38.668.098.793,06 11.492.990.428,30 53 Saldo Awal Kas 27.672.647.685,37 15.679.657.257,07 54 Saldo Akhir Kas 66.340.746.478,43 27.172.647.685,37

Saldo Akhir di Rekening Kas Daerah (Bank) - 6.745.982.420,6055 Saldo Akhir Kas di luar BUD - 16.558.813.607,0056 Saldo Akhir Kas di BUD - 767.516.924,7757 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran - 750.334.733,00 58 Deposito - 2.850.000.000,00 60 Saldo Akhir Kas (54+55+56+57+58+59) - 27.672.647.685,37 ( ) ,

Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

Raba, 20 September 2008Walikota Bima

H.M. Nur A. Latif

8

Page 11: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 9

MAJA LABO DAHU

PEMERINTAH KOTA BIMA __________________________________________________________________________________

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN I. KEBIJAKAN AKUNTANSI

1. Entitas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Daerah Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan Pengguna Anggaran yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada Entitas Pelaporan. Pemerintah Kota Bima selaku entitas pelaporan terdiri dari 28 (dua puluh delapan) entitas akuntansi yang meliputi 27 (dua puluh tujuh) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan 1 (satu) Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)/PPKD yaitu Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Bima yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Sehingga pelaporan keuangan Pemerintah Kota Bima merupakan konsolidasian dari laporan keuangan entitas-entitas akuntansi tersebut di atas.

2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan Kota Bima tahun 2007 adalah sebagai berikut: • Basis Kas (cash basis) untuk penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan

Arus Kas Pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah.

• Basis Akrual (accrual basis) untuk penyusunan Neraca Aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

3. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis dan dalam mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversikan terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

4. Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang Ada dalam Standar Akuntansi Pemerintah Secara rinci, kebijakan akuntansi yang diterapkan terkait dengan penyusunan Laporan Keuangan tahun 2007 adalah sebagai berikut : A. NERACA

Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan. Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana (net asset). 1) Aset Lancar

Aset lancar adalah kas dan sumber daya lainnya yang diharapkan dapat dicairkan

Page 12: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 10

menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam 1 (satu) periode akuntansi. a) Kas di Kas Daerah

Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Kas di Kas Daerah merupakan saldo kas pemerintah Kota Bima yang berada di rekening Kas Daerah pada Bank. Kas Daerah dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

b) Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang menjadi tanggung jawab/ dikelola oleh Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD) yang belum disetor ke kas daerah per tanggal neraca dan mencakup seluruh saldo rekening Bendahara Pengeluaran, uang logam, uang kertas dan lain-lain kas. Kas di Bendahara Pengeluaran dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

c) Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab bendahara penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan dari bendahara penerimaan yang bersangkutan. Saldo kas ini mencerminkan saldo yang berasal dari pungutan yang sudah diterima oleh bendahara penerimaan dari setoran para wajib pajak/retribusi yang belum disetorkan ke kas daerah. Kas di Bendahara Penerimaan dicatat sebesar nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam valuta asing, dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

d) Belanja dibayar di muka Belanja dibayar di muka merupakan penurunan aktiva yang digunakan untuk uang muka pembelian barang atau jasa dan belanja yang maksud penggunaannya akan dipertanggungjawabkan kemudian.

e) Piutang Pajak Piutang pajak adalah merupakan piutang atas pajak-pajak daerah yang dicatat berdasarkan surat ketetapan pajak yang pembayarannya belum diterima. Piutang pajak dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah pajak-pajak yang belum dilunasi.

f) Piutang Retribusi Piutang Retribusi merupakan piutang yang diakui atas jumlah yang belum terbayar sebesar nilai rupiah dari retribusi yang belum dilunasi berdasarkan bukti penetapan retribusi. Perkiraan piutang retribusi dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah dari retribusi yang belum dilunasi.

g) Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi tagihan penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek yang disebabkan karena adanya tagihan angsuran jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun berjalan. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam waktu satu tahun.

h) Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi merupakan reklasifikasi lain-lain aset yang berupa TGR ke dalam aset lancar disebabkan adanya TGR jangka panjang yang jatuh tempo tahun berikutnya. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima

Page 13: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 11

dalam waktu satu tahun. Dokumen sumber TGR adalah Surat Keputusan yang dikeluarkan Mejelis Pembebanan TP/TGR. Dalam hal Surat Keputusan tersebut terlambat atau tidak diterbitkan, dokumen sumber untuk Piutang TGR diperoleh dari hasil pemeriksaan APFP.

i) Piutang Lainnya Akun Piutang Lainnya digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan pengakuan piutang di luar Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi dan Piutang Pajak. Piutang Lainnya dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai rupiah piutang yang belum dilunasi.

j) Persediaan Persediaan adalah aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal pelaporan. Saldo persediaan adalah jumlah persediaan yang masih ada pada tanggal neraca. Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri dan nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

2) Investasi Permanen

Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Bentuk investasi permanen antara lain Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dan Investasi Permanen Lainnya. a) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah menggambarkan jumlah yang dibayar oleh Pemerintah Kota Bima untuk penyertaan modal dalam perusahaan negara/daerah. Penyertaan modal pemerintah dicatat sebesar harga perolehan.

b) Investasi Permanen Lainnya – Dana Bergulir Investasi permanen lainnya adalah investasi permanen yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori Penyertaan Modal Pemerintah. Investasi Dana Bergulir merupakan dana yang dipinjamkan kepada kelompok masyarakat untuk ditarik kemKota Bima setelah jangka waktu tertentu dan kemudian disalurkan kemKota Bima. Investasi permanen lainnya dicatat sebesar harga perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperolehnya. Investasi Dana Bergulir dinilai sebesar jumlah nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value).

3) Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Perkiraan aset tetap terdiri dari Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya, Konstruksi Dalam Pengerjaan dan Akumulasi Penyusutan. Biaya pemeliharaan untuk mempertahankan kondisi aset agar tetap dapat digunakan tidak dikapitalisir ke dalam nilai aktiva yang bersangkutan, sedangkan biaya rehabilitasi yang menambah umur dan manfaat dikapitalisir ke dalam nilai aktiva yang bersangkutan. a) Tanah Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau

diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional

Page 14: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 12

pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Dalam akun tanah termasuk tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi dan jaringan. Tanah diakui sebagai aset pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Biaya ini meliputi harga pembelian serta biaya untuk memperoleh hak, biaya yang berhubungan dengan pengukuran dan penimbunan. Jika tidak tersedia data secara memadai, maka tanah dicatat dengan estimasi harga perolehan.

b) Peralatan dan Mesin Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel

dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap digunakan. Peralatan dan mesin dicatat sebagai aset pemerintah pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan. Peralatan dan mesin dicatat dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Harga perolehan peralatan dan mesin yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung (tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Bila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai peralatan dan mesin dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan oleh instansi teknis terkait. Peralatan dan mesin yang berasal dari hibah dinilai berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau harga gantinya.

c) Gedung dan Bangunan Gedung dan Bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau

dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Gedung dan Bangunan di neraca meliputi antara lain bangunan gedung; monumen; bangunan menara; dan rambu-rambu. Gedung dan bangunan dicatat sebagai aset pemerintah pada saat diterima dan terjadi peralihan hak kepemilikan. Gedung dan bangunan dicatat dengan nilai historis, harga perolehan. Harga perolehan gedung dan bangunan yang dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung (tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan, dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Bila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai gedung dan bangunan dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan.

d) Jalan, Irigasi, dan Jaringan Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun

oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Jalan, irigasi dan jaringan di neraca antara lain meliputi jalan dan jembatan; bangunan air; instalasi; dan jaringan. Akun ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan. Jalan, Irigasi, Jaringan dicatat sebagai aset pemerintah saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan dengan nilai historis/perolehan, yaitu harga perolehan. Harga perolehan jalan, irigasi, jaringan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung (Tenaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan, dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Bila tidak terdapat data tentang

Page 15: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 13

nilai historisnya, maka nilai Jalan, Irigasi, Jaringan dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan.

e) Aset Tetap Lainnya Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam

kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah raga. Aset tetap lainnya dicatat sebagai aset pemerintah pada saat diterima dan terjadi perpindahan hak kepemilikan. Aset tetap lainnya dicatat dengan nilai historis, harga perolehan. Harga perolehan aset tetap lainnya yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung (Tnaga kerja, bahan baku) dan biaya tidak langsung (perencanaan, pengawasan, perlengkapan, sewa peralatan, dan biaya lain) yang dikeluarkan hingga aset tersebut siap digunakan. Bila tidak terdapat data tentang nilai historisnya, maka nilai aset tetap lainnya dicatat berdasarkan atas harga perolehan yang diestimasikan.

f) Konstruksi Dalam Pengerjaan Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses

pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya. Konstruksi dalam pengerjaan dicatat senilai seluruh biaya yang diakumulasikan sampai dengan tanggal neraca dari semua jenis aset tetap dalam pengerjaan yang belum selesai dibangun.

g) Akumulasi Penyusutan Akumulasi Penyusutan menggambarkan akumulasi jumlah penurunan nilai

ekonomis aset tetap pada tanggal laporan keuangan. Dengan demikian penyusutan tidak dimaksudkan untuk mengukur besarnya biaya yang dikorbankan untuk memperoleh pendapatan ataupun keuntungan.

Aktiva tetap kecuali tanah, disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus dari nilai perolehan setelah dikurangi nilai residu. Nilai residu untuk aktiva tetap gedung, bangunan dan kendaraan adalah sebesar 20 % dari nilai perolehan, sedangkan aktiva tetap lainnya sebesar 10 % dari nilai perolehan. Persentase penyusuan dihitung sesuai dengan masa manfaat sebagai berikut:

Nama aktiva tetap Masa manfaat (Tahun)

Penyusutan (%)

Peralatan dan Mesin 8 – 15 6,67 – 12,50 Gedung dan Bangunan 25 4 Jalan, irigasi, dan jaringan 10 – 20 5 – 10 Aset tetap lainnya 5 20

4) Aset Lainnya

Aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain terdiri dari Tagihan Penjualan Angsuran dan Aset Lain-lain. a) Tagihan Penjualan Angsuran

Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan dinas. Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas negara/kas

Page 16: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 14

daerah atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran. b) Aset Lain-lain

Aset Lain-lain adalah aset-aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Ganti Rugi dan Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. Aset Lain-lain dicatat dengan nilai nominal dari aset yang bersangkutan. Untuk aset tetap yang diklasifikasikan ke dalam Aset Lain-lain, dicantumkan sebesar nilai perolehannya.

5) Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar kemKota Bima atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. Kewajiban ini mencakup Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Utang Bunga, Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat, dan Utang Jangka Pendek Lainnya. a) Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Utang PFK merupakan utang yang timbul akibat pemerintah belum menyetor kepada pihak lain atas pungutan/potongan PFK dari Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau dokumen lain yang dipersamakan. Pungutan/potongan PFK dapat berupa potongan/pungutan Iuran Taspen, Bapertarum, Askes, juga termasuk pajak-pajak pusat. Perkiraan ini dicatat sejumlah yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong berdasarkan nilai nominal.

b) Utang Bunga Hutang bunga merupakan bunga yang telah jatuh tempo atau menjadi kewajiban Pemerintah Kota Bima sebagai akibat dari adanya hutang pokok. Perkiraan ini dicatat sebesar nilai nominal. Hutang bunga dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal transaksi.

c) Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat merupakan bagian dari utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dan diharapkan akan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. Pada umumnya akun ini berkaitan dengan utang yang berasal dari pinjaman jangka panjang. Akun ini diakui pada saat melakukan reklasifikasi pinjaman jangka panjang pada setiap akhir periode akuntansi. Nilai yang dicantumkan di neraca untuk bagian lancar utang jangka panjang adalah sebesar jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. Utang dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal transaksi.

d) Hutang Jangka Pendek Lainnya Hutang jangka pendek lainnya, yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu hutang jangka pendek diatas, adalah kewajiban yang harus dilunasi oleh Pemerintah Kota Bima dan penambahan aset yang diperoleh dari penerimaan hak yang belum saatnya diterima dan akan dipertanggungjawabkan kemudian. Hutang jangka pendek lainnya dibukukan sebesar nilai nominal.

6) Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar kemKota Bima atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca.

Page 17: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 15

Kewajiban jangka panjang digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana yang merupakan aset daerah yang dapat menghasilkan penerimaan (baik langsung maupun tidak langsung) untuk pembayaran kemKota Bima pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat. a) Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat

Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat merupakan utang jangka panjang yang diharapkan akan dibayar oleh Pemerintah Kota Bima terkait dengan pinjaman yang telah diambil dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal neraca dengan memperhitungkan bunga masa tenggang sebagai penambah pokok pinjaman. Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk utang dalam negeri - pemerintah pusat adalah sebesar jumlah yang belum dibayar pemerintah Kota Bima yang akan jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal neraca. Utang dalam negeri - pemerintah pusat dibukukan sebesar nilai nominal. Utang dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal transaksi.

7) Ekuitas Dana Ekuitas Dana merupakan pos pada neraca pemerintah yang menampung selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Pos Ekuitas Dana terdiri dari tiga kelompok, yaitu Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan. a) Ekuitas Dana Lancar

Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek. Kelompok Ekuitas Dana Lancar antara lain terdiri dari : (1) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran/SiLPA; (2) Pendapatan yang Ditangguhkan; (3) Cadangan Piutang; (4) Cadangan Persediaan dan; (5) Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek.

b) Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Pos ini terdiri dari: (1) Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, yang merupakan akun lawan

dari Investasi Jangka Panjang; (2) Diinvestasikan dalam Aset Tetap, yang merupakan akun lawan dari Aset

Tetap; (3) Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, yang merupakan akun lawan Aset

Lainnya; (4) Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang, yang

merupakan akun lawan dari seluruh Utang Jangka Panjang. c) Ekuitas Dana Cadangan

Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Akun ini merupakan akun lawan dari Dana Cadangan. Saldo perkiraan ini disajikan sebesar dana yang diinvestasikan dalam dana cadangan.

B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

1) Pendapatan Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun anggaran yang menjadi hak daerah. Pendapatan diakui atas dasar kas, yaitu pada saat diterima pada

Page 18: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 16

Kas Daerah. Pencatatan pendapatan berdasarkan azas bruto yaitu mencatat penerimaan bruto dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah neto (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan diklasifikasikan menurut sumbernya antara lain : Pendapatan Transfer dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. PengemKota Bimaan atau koreksi atas pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan maupun periode sebelumnya, dicatat sebagai pengurang pendapatan.

2) Belanja Belanja adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahun anggaran yang menjadi beban daerah. Belanja diakui atas dasar kas, yaitu pada saat terjadinya pengeluaran dari Kas Daerah. Belanja diklasifikasikan sesuai SAP yaitu belanja operasi, belanja tak terduga dan belanja bagi hasil-transfer. Belanja Operasi diklasifikasikan atas belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah dan belanja bantuan sosial.

3) Pembiayaan Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah yang memerlukan pembayaran kembali dari pemerintah daerah dan penerimaan kembali dari pemerintah daerah. Pembiayaan dimaksudkan untuk memberikan gambaran sumber-sumber dana yang diperoleh untuk menutup defisit anggaran atau pengunaan dana yang dilakukan apabila terjadi surplus anggaran.

C. LAPORAN ARUS KAS

Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama tahun anggaran 2007 yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non-keuangan, pembiayaan dan non-anggaran. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama tahun anggaran 2007 dan saldo kas dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2007. Metode penyusunan Laporan Arus Kas adalah Metode Langsung yaitu dilakukan dengan cara menyajikan kelompok-kelompok penerimaan dan pengeluaran kas dari aktivitas operasi secara lengkap, dilanjutkan dengan kegiatan aktivitas investasi aset non-keuangan, dan pembiayaan serta non anggaran. Susunan dan isi Laporan Arus Kas terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu : 1) Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus masuk kas terdiri dari : rincian Pendapatan Asli Daerah, rincian Pendapatan Transfer, rincian Lain-lain Pendapatan yang Sah. Sedangkan Arus Keluar terdiri dari rincian Belanja Operasi, Belanja Tak Terduga dan Belanja Bagi Hasil-transfer.

2) Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset non-Keuangan Arus kas dari aktivitas investasi aset non keuangan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang. Arus masuk kas dari aktivitas investasi dari hasil penjualan aset tetap dan aset lainnya.

Page 19: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 17

Sedangkan Arus keluar kas dari aktivitas investasi adalah belanja pembelian aset tetap dan aset lainnya.

3) Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran yang bertujuan untuk memprediksi klaim pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak lain di masa yang akan datang. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah baik penerimaan maupun pengeluaran yang dimaksudkan untuk menutup defisit anggaran dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan dapat berasal dari pinjaman, Penerimaan Piutang Daerah, Pencairan Dana Cadangan, hasil divestasi dan sisa lebih perhitungan anggaran. Sedangkan pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk penyertaan modal, pembayaran kemKota Bima pokok pinjaman dan pembiayaan lain berupa Pembentukan Dana Cadangan.

4) Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran Arus kas dari aktivitas non anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas non-anggaran antara lain Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.

II. PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN

A. LAPORAN REALISASI ANGGARAN 1. Pendapatan Daerah

Jumlah Pendapatan dalam Tahun Anggaran 2007 dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp290.791.084.654,79 terealisasi sebesar Rp279.696.892.393,06 atau 96,18%. Rincian atas jumlah pendapatan dengan anggarannya adalah sebagai berikut:

Jumlah Bobot (%)

1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 7.673.493.500,00 4.914.634.656,06 64,05

2 PENDAPATAN TRANSFER 279.117.591.154,79 270.782.257.737,00 97,013 LAIN-LAIN PENDAPATAN

YANG SAH4.000.000.000,00 4.000.000.000,00 100,00

Jumlah 290.791.084.654,79 279.696.892.393,06 96,18

No Uraian Anggaran setelah Perubahan

Realisasi

Jumlah pendapatan daerah di atas, secara rinci menurut jenisnya dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Pendapatan Asli Daerah

Target anggaran setelah perubahan sebesar Rp7.673.493.500,00, terealisasi sebesar Rp4.914.634.656,06 atau 64,05%. Rincian atas jumlah Pendapatan Asli Daerah

Page 20: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 18

dengan anggarannya sebagai berikut: Realisasi

Rp1 Pajak Daerah 2.305.236.500,00 1.759.604.837,00 76,332 Retribusi Daerah 2.588.217.200,00 1.550.054.932,00 59,893 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan143.200.000,00 133.524.789,00 93,24

4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

2.636.839.800,00 1.471.450.098,06 55,80

Jumlah 7.673.493.500,00 4.914.634.656,06 64,05

No Uraian Anggaran setelah Perubahan %

Gambaran angka realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara terperinci adalah sebagai berikut : (1) Pajak Daerah

Pajak Daerah dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp2.305.236.500,00 realisasi penerimaan sebesar Rp1.759.604.837 atau 76,33%. Rincian atas pendapatan Pajak Daerah dengan anggarannya sebagai berikut:

RealisasiRp

1 Pajak Hotel 66.601.200,00 48.691.500,00 73,112 Pajak Restoran 273.051.600,00 152.590.559,00 55,883 Pajak Hiburan 14.400.000,00 11.148.750,00 77,424 Pajak Reklame 93.971.200,00 74.277.500,00 79,045 Pajak Penerangan jalan 1.380.000.000,00 1.330.528.262,00 96,426 Pajak PP Bahan Galian Golongan

C 477.212.500,00 142.368.266,00 29,83

Jumlah 2.305.236.500,00 1.759.604.837,00 76,33

No Uraian Anggaran setelah Perubahan %

(2) Retribusi Daerah Retribusi Daerah dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp2.588.217.200,00 realisasi penerimaan sebesar Rp1.550.054.932,00 atau 59,89%. Rincian atas pendapatan Retribusi Daerah dengan anggarannya sebagai berikut:

RealisasiRp

1 Retribusi Jasa Umum 1.600.531.500,00 780.909.085,00 48,792 Retribusi Jasa Usaha 685.786.500,00 503.937.243,00 73,483 Retribusi Perizinan tertentu 301.899.200,00 265.208.604,00 87,85

Jumlah 2.588.217.200,00 1.550.054.932,00 59,89

%No Uraian Anggaran setelah Perubahan

(3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp143.200.000,00 realisasi penerimaan sebesar Rp133.524.789 atau 93,24%. Rincian atas pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan sebagai berikut:

Page 21: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 19

RealisasiRp

1 Bagian Laba atas penyertaan modal pada Koperasi 53.200.000,00 20.878.235,00

39,24

2 Bagian Laba atas penyertaan modal pada PT. BPD NTB 90.000.000,00 112.646.554,00

125,16

Jumlah 143.200.000,00 133.524.789,00 93,24

No Uraian Anggaran setelah Perubahan %

(4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp2.636.839.800,00, realisasi penerimaan sebesar Rp1.470.450.098,06 atau 55,80%. Rincian atas pendapatan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah sebagai berikut:

RealisasiRp

1 Jasa Giro 720.000.000,00 814.324.699,23 113,102 Komisi, potongan dan keuntungan selisih

kurs1.393.264.800,00 500.163.040,00 35,90

3 Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan

0,00 14.748.400,00 ~

4 Pendapatan dari Pengembalian 523.575.000,00 96.400.000,00 18,415 Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum 0,00 45.813.958,83 ~

Jumlah 2.636.839.800,00 1.471.450.098,06 55,80

No Uraian Anggaran setelah Perubahan %

b) Pendapatan Transfer Target anggaran setelah perubahan sebesar Rp279.117.591.154,79 terealisasi sebesar Rp270.782.257.737,00 atau 97,01%. Rincian atas Pendapatan Transfer tersebut sebagai berikut:

Rp %1 Transfer Pemerintah Pusat -Dana

Perimbangan265.682.830.731,00 262.715.330.032,00 98,88

2 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 0,00 1.615.408.600,00 ~3 Transfer Pemprov NTB 13.434.760.423,79 6.451.519.105,00 48,02

279.117.591.154,79 270.782.257.737,00 97,01

No Uraian Anggaran setelah Perubahan

Realisasi

Jumlah

Gambaran angka realisasi Pendapatan Transfer secara terperinci adalah sebagai berikut :

(1) Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan Dana Perimbangan dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp265.682.830.731,00 realisasi penerimaan sebesar Rp262.715.330.032,00 atau 98,88%. Rincian penerimaan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 22: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 20

1 Dana Bagi Hasil Pajak 20.922.053.541,00 17.397.539.673,00 83,152 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 7.237.777.190,00 7.794.790.359,00 107,703 Dana Alokasi Umum 204.865.000.000,00 204.865.000.000,00 100,004 Dana Alokasi Khusus 32.658.000.000,00 32.658.000.000,00 100,00

265.682.830.731,00 262.715.330.032,00 98,88

No Uraian Anggaran setelah Perubahan %Realisasi

Jumlah

(1.1) Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Pajak dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp20.922.053.541,00, realisasi penerimaan sebesar Rp17.397.539.673,00 atau 74,89%. Rincian penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak sebagai berikut:

1 Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan

16.727.415.166,00 13.150.232.444,00 78,61

2 Bagi Hasil dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

2.386.780.315,00 2.329.620.461,00 97,61

3 Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang Pribadi dalam negeri

1.807.858.060,00 1.917.686.768,00 106,08

20.922.053.541,00 17.397.539.673,00 83,15

Realisasi %

Jumlah

No UraianAnggaran setelah

Perubahan

(1.2) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Bagi Hasil Pajak dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp7.237.777.190,00 realisasi penerimaan sebesar Rp7.794.790.359,00 atau 107,70%. Rincian penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak sebagai berikut:

1 Bagi Hasil Sumber Daya Hutan 15.398.536,00 39.087.410,00 253,84

2 Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan (Royalti)

6.767.833.200,00 7.227.378.788,00 106,79

3 Bagi Hasil dari Hasil Perikanan 454.545.454,00 528.324.161,00 116,23 7.237.777.190,00 7.794.790.359,00 107,70

Realisasi %

Jumlah

No UraianAnggaran setelah

Perubahan

(1.3) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp204.865.000.000,00, realisasi penerimaan sebesar Rp. 204.865.000.000,00 atau 100,00%.

(1.4) Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp32.658.000.000,00, realisasi penerimaan sebesar Rp32.658.000.000,00 atau 100,00%.

Page 23: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 21

(2) Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya yang merupakan Dana Penyesuaian bidang Pendidikan dengan realisasi sebesar Rp1.615.408.600,00.

(3) Transfer Pemerintah Provinsi NTB Transfer Pemerintah Provinsi NTB dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp13.434.760.423,79,00, realisasi penerimaan sebesar Rp6.451.519.105,00 atau 48,02% terdiri dari:

1 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi

9.761.669.536,27 5.440.208.805,00 55,73

2 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten

2.357.630.587,52 - -

3 Bantuan Keuangan Dari Provinsi 1.315.460.300,00 1.011.310.300,00 76,88 13.434.760.423,79 6.451.519.105,00 48,02

No UraianAnggaran setelah

Perubahan

Jumlah

Realisasi %

(3.1) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi Dana Bagi Hasil Pajak dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.9.761.669.536,27,00 realisasi penerimaan sebesar Rp.5.440.208.805,00 atau 55,73%. Rincian penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi sebagai berikut:

1 Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

2.463.186.000,00 1.094.761.164,00 44,44

2 Bagi Hasil Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

1.900.821.400,00 1.143.116.429,00 60,14

3 Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)

5.395.662.136,27 3.164.447.664,00 58,65

4 Bagi Hasil Pajak Air Bawah Tanah

2.000.000,00 37.883.548,00 1.894,18

9.761.669.536,27 5.440.208.805,00 55,73

No UraianAnggaran setelah

Perubahan

Jumlah

Realisasi %

(3.2) Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp2.357.630.587,52 tidak ada realisasi.

(3.3) Bantuan Keuangan dari Provinsi

Bantuan Keuangan dari Provinsi dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp1.315.460.300,00, dengan realisasi penerimaan sebesar Rp1.011.310.300,00 atau 76,88%.

c) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dari target anggaran setelah perubahan sebesar Rp4.000.000.000,00, terealisasi sebesar Rp4.000.000.000,00 atau

Page 24: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 22

100,00%. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah seluruhnya berupa Hibah dari Pemerintah Pusat.

2. Belanja Daerah Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen anggaran satuan kerja. Belanja daerah dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp276.001.922.577,21, realisasinya sebesar Rp216.980.261.039,00 atau 78,62%. Rincian atas jumlah belanja dengan anggarannya adalah sebagai berikut:

Realisasi

Jumlah

1 BELANJA OPERASI 194.858.514.750,21 183.859.355.937,00 94,362 BELANJA MODAL 76.643.407.827,00 32.975.538.102,00 43,023 BELANJA TAK TERDUGA 4.500.000.000,00 145.367.000,00 3,23

Jumlah 276.001.922.577,21 216.980.261.039,00 78,62

%No Uraian Anggaran setelah Perubahan

Jumlah belanja daerah di atas, secara rinci menurut jenisnya dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Belanja Operasi

Target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.194.858.514.750,21 terealisasi sebesar Rp.183.859.355.937,00 atau 94,36%. Rincian atas jumlah Belanja Operasi dengan anggarannya sebagai berikut :

Realisasi

Jumlah

1 BELANJA PEGAWAI 137.145.396.048,21 130.493.867.916,00 95,15 2 BELANJA BARANG DAN JASA 41.482.416.702,00 34.627.627.971,00 83,48 3 BELANJA HIBAH 300.000.000,00 - - 4 BELANJA BANTUAN SOSIAL 14.630.702.000,00 17.017.964.550,00 116,32 5 BELANJA BANTUAN

KEUANGAN KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA 1.300.000.000,00 1.719.895.500,00

132,30

194.858.514.750,21 183.859.355.937,00 94,36 Jumlah

No Uraian Anggaran setelah Perubahan %

Belanja Operasi secara terperinci adalah sebagai berikut : (1) Belanja Pegawai

Belanja Pegawai dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp137.145.396.048,21 realisasi pengeluaran sebesar Rp130.493.867.916,00 atau 95,15%. Dengan rincian sebagai berikut:

Page 25: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 23

No Uraian Anggaran setelah Perubahan %

I Belanja Tidak Langsung Jumlah Bobot (%)1 Gaji dan Tunjangan 109.964.343.879,21 109.022.211.933,00 83,55 99,142 Tambahan Penghasilan PNS 4.677.180.000,00 2.768.120.000,00 2,12 59,18

3

Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan anggota DPRD seta KDH/WKDH 1.690.080.000,00 1.320.330.200,00 1,01 78,12

4Biaya Pemungutan Pajak Daerah 457.500.000,00 321.456.263,00 0,25 70,26Jumlah Belanja Tidak Langsung 116.789.103.879,21 113.432.118.396,00 86,93 97,13

II Belanja Langsung1 Honorarium PNS 4.798.177.829 4.505.716.830,00 3,45 93,902 Honorarium Non PNS 8.170.319.260,00 6.025.985.350 4,62 73,753 Uang Lembur 3.021.050.000,00 2.340.598.000 1,79 77,48

4

Belanja Kursus, Pelatihan, sosialisasi, dan bimbingan teknis PNS 3.402.285.000,00 3.345.171.800 2,56 98,32

5 Belanja Beasiswa 964.460.080,00 844.277.540 0,65 87,54

Jumlah Belanja Langsung 20.356.292.169,00 17.061.749.520,00 13,07 83,82Jumlah 137.145.396.048,21 130.493.867.916,00 100,00 95,15

Realisasi

(2) Belanja Barang dan Jasa Belanja Barang dan Jasa dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp41.482.416.702,00, realisasi pengeluaran sebesar Rp34.627.627.971,00 atau 83,48%. Dengan rincian sebagai berikut:

Page 26: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 24

Realisasi

Jumlah

1 Belanja Bahan Pakai Habis 2.593.924.396,00 1.907.030.770,00 73,52 2 Belanja Bahan/Material 3.260.263.538,00 2.002.206.900,00 61,41 3 Belanja Jasa Kantor 6.914.481.518,00 4.993.526.285,00 72,22 4 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 2.416.372.400,00 2.381.240.757,00 98,55 5 Belanja Cetak dan Penggandaan 3.091.674.900,00 2.906.112.977,00 94,00 6 Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir 810.729.650,00 824.081.812,00 101,65 7 Belanja Sewa Sarana Mobilitas 106.110.000,00 67.410.000,00 63,53 8 Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor 179.023.100,00 180.618.200,00 100,89 9 Belanja Makanan dan Minuman 6.271.801.600,00 5.600.058.920,00 89,29

10 Belanja Pakaian Dinas dan Atributnya 507.222.000,00 416.461.000,00 82,11 11 Belanja Pakaian Kerja 107.763.000,00 107.691.500,00 99,93 12 Belanja Pakaian khusus dan hari-hari tertentu 159.000.000,00 153.633.000,00 96,62 13 Belanja Perjalanan Dinas 14.881.050.600,00 13.080.622.850,00 87,90 14 Belanja Pemeliharaan Sarana dan Prasarana 183.000.000,00 5.633.000,00 3,08 15 Belanja Pemeliharaan Peralatan Kantor - 1.300.000,00 ~

41.482.416.702,00 34.627.627.971,00 83,48

No Uraian %

Jumlah

Anggaran setelah Perubahan

(3) Belanja Hibah

Belanja Hibah dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp300.000.000,00 tapi tidak terealisasi.

(4) Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bantuan Sosial dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp14.630.702.000,00, realisasi pengeluaran sebesar Rp17.017.964.550,00 atau 116,32%, dengan rincian sebagai berikut:

Realisasi

Jumlah

1 Belanja Bantuan Sosial Organisasi 14.143.202.000,00 16.544.964.550,00 116,98 2 Belanja Bantuan Partai Politik 487.500.000,00 473.000.000,00 97,03

14.630.702.000,00 17.017.964.550,00 116,32

No Uraian Anggaran setelah Perubahan %

Jumlah

(5) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp1.300.000.000,00, realisasi pengeluaran sebesar Rp1.719.895.500,00 atau 132,30%, dengan rincian sebagai berikut:

Page 27: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 25

Realisasi

Rp

1 Belanja Bantuan Keuangan kepada kabupaten/Kota 300.000.000,00 892.395.500,00

297,47

2 Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa 1.000.000.000,00 827.500.000,00 82,75

1.300.000.000,00 1.719.895.500,00 132,30

%

Jumlah

No Uraian Anggaran setelah Perubahan

b) Belanja Modal Belanja Modal dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp76.643.407.827,00, realisasi pengeluaran sebesar Rp32.975.538.102,00 atau 43,02%. Rincian belanja modal dengan anggarannya sebagai berikut:

Realisasi

Jumlah

1 Belanja Tanah 6.075.285.000,00 4.066.474.893,00 66,93 2 Belanja Peralatan dan Mesin 13.861.513.957,00 10.003.211.292,00 72,17 3 Belanja Gedung 31.084.828.870,00 10.582.870.494,00 34,05 4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 25.238.480.000,00 7.836.506.223,00 31,05 5 Belanja Aset Tetap Lainnya 383.300.000,00 486.475.200,00 126,92

76.643.407.827,00 32.975.538.102,00 43,02

Anggaran setelah Perubahan %

Jumlah

No Uraian

Belanja Modal secara terperinci adalah sebagai berikut:

(1) Belanja Tanah

Belanja Tanah dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp6.075.285.000,00 realisasi pengeluaran sebesar Rp4.066.474.893,00 atau 66,93%.

(2) Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Peralatan dan Mesin dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp13.861.513.957,00 realisasi pengeluaran sebesar Rp10.003.211.292,00 atau 72,17 %, dengan rincian sebagai berikut:

Page 28: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 26

RealisasiJumlah

1 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Bermotor

3.951.169.600,00 2.558.067.500,00 64,74

2 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan Darat Tidak Bermotor

80.000.000,00 79.950.000,00 99,94

3 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di atas Air Bermotor

430.000.000,00 323.955.000,00 75,34

4 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Angkutan di atas Air Tidak Bermotor

12.500.000,00 - -

5 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Bengkel 435.600.000,00 239.193.675,00 54,91 6 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat

Pengolahan Pertanian dan Peternakan146.000.000,00 - -

7 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Kantor 403.190.220,00 241.147.912,00 59,81 8 Belanja Modal Pengadaan Perlengkapan 689.213.720,00 469.089.191,00 68,06 9 Belanja Modal Pengadaan Komputer 2.192.315.030,00 1.855.339.514,00 84,63

10 Belanja Modal Pengadaan mebeulair 863.164.000,00 712.811.000,00 82,58 11 Belanja Modal Pengadaan Peralatan Dapur 48.781.900,00 20.537.600,00 42,10 12 Belanja Modal Pengadaan Penghias Ruangan

Rumah Tangga212.809.000,00 151.466.000,00 71,17

13 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Studio 111.231.900,00 88.165.800,00 79,26 14 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat 122.251.500,00 116.961.500,00 95,67 15 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Ukur 438.760.800,00 13.500.000,00 3,08 16 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat 2.057.964.252,00 1.584.792.000,00 77,01 17 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat 1.455.562.035,00 1.446.420.600,00 99,37 18 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat

Pengolahan Perikanan211.000.000,00 101.814.000,00 48,25

13.861.513.957,00 10.003.211.292,00 72,17

%Anggaran setelah Perubahan

Jumlah

No Uraian

(3) Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Gedung dan Bangunan dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp31.084.828.870,00 realisasi pengeluaran sebesar Rp10.582.870.494,00 atau 34,05%.

(4) Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp25.238.480.000,00 realisasi pengeluaran sebesar Rp7.836.506.223,00 atau 31,05%, dengan rincian sebagai berikut:

Page 29: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 27

Realisasi

Jumlah

1Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan

16.083.000.000,00 5.810.579.247,00 36,13

2 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan

565.000.000,00 220.104.380,00 38,96

3 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air

8.492.320.000,00 1.713.607.786,00 20,18

4 Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik dan Telepon

98.160.000,00 92.214.810,00 93,94

25.238.480.000,00 7.836.506.223,00 31,05

No Uraian

Jumlah

Anggaran setelah Perubahan %

(5) Belanja Aset Tetap Lainnya

Belanja Aset Tetap Lainnya dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.383.300.000,00 realisasi pengeluaran sebesar Rp.486.475.200,00 atau 126,92%, dengan rincian sebagai berikut:

Realisasi

Jumlah

1 Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan

286.900.000,00 164.618.000,00 57,38

2 Belanja Modal Pengadaan Hewan/Ternak dan Tanaman

96.400.000,00 321.857.200,00 333,88

383.300.000,00 486.475.200,00 126,92

%

Jumlah

No Uraian Anggaran setelah Perubahan

c) Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.4.500.000.000,00 , realisasi pengeluaran sebesar Rp.145.367.000,00 atau 3,23%.

3. PEMBIAYAAN

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Kota Bima baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali oleh Pemerintah Kota Bima, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. a) Penerimaan Pembiayaan

Jumlah penerimaan pembiayaan dalam Tahun Anggaran 2007 dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.7.513.199.345,00 terealisasi sebesar Rp.27.672.647.685,37 atau 361,67%. Realisasi tersebut merupakan realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya.

b) Pengeluaran Pembiayaan Jumlah pengeluaran pembiayaan dalam Tahun Anggaran 2007 dengan target anggaran setelah perubahan sebesar Rp.23.000.000.000,00, terealisasi sebesar Rp.24.091.089.469,00 atau 104,74%. Realisasi tersebut merupakan pembayaran utang jatuh tempo kepada pihak ketiga.

4. SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN Berdasarkan realisasi pendapatan dan belanja serta realisasi pembiayaan netto TA 2007,

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan sebesar Rp.66.298.189.570,43.

Page 30: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 28

B. NERACA

1. ASET

a) ASET LANCAR

(1) Kas di Kas Daerah

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Kas di Kas Daerah 52.270.947.804,43 24.072.312.952,37Kas di Kas Daerah per 31 Desember 2007 dan 2006 pada rekening bank masing-masing sebesar Rp52.270.947.804,43 dan Rp24.072.312.952,37 dengan rincian sebagai berikut:

(a) Kas di Bank: Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006

Kas di Bank 30.128.844.225,43 6.753.205.916,60 Kas di Kas Daerah per 31 Desember 2007 dan 2006 pada rekening bank masing-masing sebesar Rp30.128.844.225,43 dan Rp6.753.205.916,60 dengan rincian sebagai berikut:

Kas Daerah di Bank : TA 2007 TA 2006

PT BANK NTB Kantor Cabang Bima

- PAD

No. Rekening 21.00002.00-9 205.482.687,70 250.608.108,00

- Dana Perimbangan Provinsi

No. Rekening 21.02066.00-7 797.177.475,61 3.021.358.341,40

- Dana Perimbangan Pusat

No. Rekening 21.02080.00-9 8.184.591.963,00 4.859.925,00

- Dana Alokasi Khusus (DAK)

No. Rekening 21.02102.00-6 421.451,40 651.920,40

No. Rekening 21.02023.03-1 9.477.154,00 9.041.638,00

- Dana Alokasi Umum (Gaji)

No. Rekening 21.02066.01-0 1.653.796.988,17 4.830.729,00

- Bagi Hasil Pajak Pusat

No Rekening 21.00015.02-0 6.205.039,00 684.435.830,00

- Dana Ad Hoc

No Rekening 21.00018.02-3 3.803.022.171,00 2.579.264,00

- DAK Reboisasi

No Rekening 21.00004.02-5 454.682.925,00 438.021.720,00

- UUDP BPKD Kota Bima

Page 31: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 29

No. Rekening 21.00048.02-3 57.660.083,92 -

- Bend BPKD Kota Bima-Burhan Ismail

No. Rekening 21.00025.02-6 283.480.561,83 -

Sub Jumlah 15.455.998.500,63 4.416.387.475,80

PT BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Bima

- PBB

No. Rek.53757219 3.035.152.587,00 2.229.882.364,00

- BPHTB

No. Rek. 53756431 99.212.413,00 7.263.465,00

- Kantor Pemerintah Kota Bima

No. Rek. 53757435 883.214.926,00 6.593.237,00

- Kantor Pemerintah Kota Bima

No. Rek. 53757446 20.666.862,00 20.738.926,00

- DAU

No. Rek. 0120647304 1.627.407.872,00 -

- Kantor Pemerintah Kota Bima

No. Rek. 0120647870 2.769.734,00 -

- DAK Lingkungan Hidup

No.Rek. 0136316283 90,00 -

- DAK Prasarana Pemerintah

No.Rek. 0136317640 683.900.000,00 -

- DAK Perikanan Kelautan

No.Rek. 0136317866 140,00 -

- DAK Pertanian

No.Rek. 0136318065 823,00 -

- DAK Kesehatan

No.Rek. 0136317334 463,00 -

- DAK Infrastruktur

No.Rek.0136317196 362,00 -

- Badan Pengelola Keuangan

No.Rek. 0053763211 895.635,00 7.223.496,00

Page 32: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 30

Sub Jumlah 6.353.221.907,00 2.271.701.488,00

PT BRI (Persero) Kantor Cabang Raba Bima

- Dana Alokasi Umum (DAU)

No. Rek. 00000079-01-000262-30-4 5.117.248.183,80 64.635.029,80

- DAK Infrastruktur

No.Rek. 00000079-01-000362-30-8 3.055.714.961,00 -

- Bencana Alam qq Walikota Bima

No.Rek. 00000079-01-000370-30-1 109.923,00 -

- Dana Bantuan Kegiatan Sosial Kemasy.

No.Rek. 00000079-01-000373-30-9 45.792.676,00 -

- Rekening Tabungan

No. Rek.12061952-5 100.758.074,00 77.446.060,00

Sub Jumlah 8.319.623.817,80 65.116.952,80

Jumlah Kas Daerah di Bank 30.128.844.225,43 6.753.205.916,60

(b) Kas di Luar BUD

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Kas di Luar BUD 19.613.813.607,00 16.558.813.607,00Kas di Luar BUD per 31 Desember 2007 dan 2006 masing-masing sebesar Rp19.613.813.607,00 dan Rp16.558.813.607,00 dengan rincian Kas di Luar BUD per 31 Desember 2007 sebagai berikut:

Saldo sebesar Rp16.558.813.607,00 merupakan pengeluaran TA 2006 yang belum dipertanggungjawabkan.

Tanggal Uraian NO. Cek Jumlah (Rp) Mutasi Tambah

16.558.813.607,00

15/02/2007 DAUBRI00000079-01-000262-30-4 01624973 200.000.000,00

19/02/2007 DAUBRI00000079-01-000262-30-4 01624974 50.000.000,00

19/02/2007 DAUBRI00000079-01-000262-30-4 Cash 1.644.000.000,00 21/02/2007 DAUBRI00000079-01-000262-30-4 Cash 1.500.000.000,00

22/02/2007 DAUBRI00000079-01-000262-30-4 OGI S 2.800.000.000,00

Jumlah Mutasi Tambah 22.752.813.607,00 Mutasi Kurang

12/02/2007 Pencairan atas SP2D-UP pada Dinas Kesehatan 139.000.000,00

14/02/2007 DAUBRI00000079-01-000262-30-4 Ca Cash deposit 600.000.000,00 14/02/2007 DAUBRI00000079-01-000262-30-4 Ca Cash deposit 2.400.000.000,00

Jumlah Mutasi Kurang 3.139.000.000,00 Saldo per tanggal 31/12/2007 19.613.813.607,00

Page 33: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 31

(c) Kas di BUD

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Kas di Kas Daerah 2.528.289.972,00 767.516.924,77 Jumlah tersebut merupakan saldo Kas pada Bendahara Umum Daerah (panjar) yang belum dipertanggungjawabkan per tanggal 31 Desember 2007, dengan perincian sebagai berikut:

Tanggal Bank NO. Cek Jumlah 22/01/2007 DAUBRI00000079-01-000262-30-4 01015400 Rp 51.540.072,00

02/02/2007 DAUBRI00000079-01-000262-30-4 01015470 Rp 250.000.000,00 12/03/2007 BRIDAK 00000079-01-000363-30-4 DAK Perikanan Rp 561.000.000,00 20/03/2007 DAUBRI00000079-01-000262-30-4 02116915 Rp 135.000.000,00 22/03/2007 BPD005.21.02066.01-0 DAU AHH301421 Rp 63.000.000,00 13/04/2007 BPD005.21.02066.01-0 DAU AHH301487 Rp 4.999.900,00 13/04/2007 BPD005.21.02066.01-0 DAU AHH301488 Rp 4.940.000,00

25/04/2007 BNIDAU0120647304 CI 661855 / TAUFIQURAHMAN Rp 100.000.000,00

25/07/2007 BPDPPROV21.02066.00-7 Dikes Rp 457.810.000,00 01/10/2007 BNIDAU0120647304 CI 663663 Rp 500.000.000,00 30/10/2007 BNIDAU0120647304 BG BN 100893 Rp 50.000.000,00 01/11/2007 BNIPBB53757219 CI 663912/Taufikurrahman Rp 350.000.000,00 Jumlah Rp 2.528.289.972,00

(2) Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 15.407.570.822,00

Jumlah tersebut merupakan saldo kas pada masing-masing bendahara pengeluaran per tanggal 31 Desember 2007 yang belum disetor ke Kas Daerah dengan perincian sebagai berikut:

No Nama SKPD

Saldo Kas di Bendahara

Pengeluaran per 31 Desember 2007

1 BUD 0,00 2 Walikota 0,00 3 DPRD 0,00 4 Sekretariat Kota 138.459.388,00 5 Sekretariat DPRD 135.308,00 6 Bappeda 838.500,00 7 BPKD 501.395.695,00 8 Dinas Dikbudpar 6.600.178.387,00 9 Bawasda 5.745,00 10 Dinas Kimpraswil 3.607.519.634,00 11 Dinas Tata Kota 6.074.631,00 12 Dinas Koperindag 2.677.192,00 13 Badan Kesbang Linmas 2.967.900,00

Page 34: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 32

14 Dinas Kesehatan 1.194.101.088,00 15 Dinas Perhubungan 0,00 16 KBKS 675.532,00 17 Dinas Sosial 2.590.520,00 18 Pol PP 717.000,00 19 Kantor Penguhubung 2.927.044,00 20 PM & P 1.370.000,00 21 Dinas Pertanian 1.662.258.497,00 22 Dinas Kehutanan 291.622.000,00 23 Pelayanan Terpadu 2.678.700,00 24 Dinas Perikanan 949.637.631,00 25 Kec. Rasanae Barat 467.200,00 26 Kec. Rasanae Timur 465.406,00 27 Kecamatan Asakota 581.514,00 28 Kecamatan Mpunda 1.463.850,00 29 Kecamatan Raba 0,00 30 KPU dan Panwaslu 435.762.460,00

JUMLAH 15.407.570.822,00

Jumlah diatas merupakan terdiri dari sisa UUDP TA 2006 yang sampai dengan TA 2007 belum dibayarkan dan sisa UYHD TA 2007 yang terdiri dari kas tunai di bendahara pengeluaran dan kas di rekening koran (rekening penampungan) dengan rincian selengkapnya pada lampiran 1.

(3) Deposito

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Deposito 2.850.000.000,00 2.850.000.000,00 Deposito per 31 Desember 2007 dan 2006 masing-masing sebesar Rp2.850.000.000,00 dan Rp2.850.000.000,00 dengan rincian Deposito per 31 Desember 2007 sebagai berikut:

No. Nama Bank Saldo

Per 31 Desember 2007

1 PT. Bank NTB A.23.06334.01-3 Rp500.000.000,00

2 PT. Bank NTB 23.06325.01-4 Rp1.000.000.000,00

3 PT. BNI No. Rek 96686564 Rp350.000.000,00

4 PT. BPD No.Rek 005.21.00001.05-2 Rp1.000.000.000,00

Jumlah Rp2.850.000.000,00

Page 35: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 33

(4) Persediaan

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Persediaan 825.445.630,00 790.100.730,00Persediaan per 31 Desember 2007 dan 2006 masing-masing sebesar Rp825.445.630,00 dan Rp790.100.730,00.

(5) Belanja dibayar di muka

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Belanja dibayar di muka 779.755.031,83 779.755.031,83Belanja di bayar di muka Pemerintah Kota Bima per 31 desember 2007 dan 2006 masing-masing sebesar Rp779.755.031,83 dan Rp779.755.031,83, saldo ini merupakan koreksi atas penihilan belanja di bayar dimuka TA 2006 yang tidak didukung dengan bukti.

(6) Piutang Pajak

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Piutang Pajak 43.479.557,00 43.479.557,00Piutang Pajak Pemerintah Kota Bima per 31 desember 2007 dan 2006 masing-masing sebesar Rp43.479.557,00 dan Rp43.479.557,00, saldo ini merupakan koreksi atas penihilan Piutang Pajak TA 2006 yang tidak didukung dengan bukti.

(7) Piutang Retribusi

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Piutang retribusi 152.297.750,00 152.297.750,00Piutang retribusi Pemerintah Kota Bima per 31 desember 2007 dan 2006 masing-masing sebesar Rp152.297.750,00 dan Rp152.297.750,00, saldo ini merupakan koreksi atas penihilan Piutang retribusi TA 2006 yang tidak didukung dengan bukti.

(8) Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 3.493.245.595,16 3.821.325.664,16Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi Pemerintah Kota Bima per 31 desember 2007 dan Piutang Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah 2006 masing-masing sebesar Rp3.493.245.595,16 dan Rp3.821.325.664,16, saldo ini merupakan koreksi atas penihilan Piutang Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah TA 2006 yang tidak didukung dengan bukti.

Page 36: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 34

(9) Piutang Lain-lain

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Piutang Lain-lain 1.953.412.024,00 0,00Piutang Lain-lain Pemerintah Kota Bima per 31 desember 2007 dan 2006 masing-masing sebesar Rp1.953.412.024,00 dan Rp0,00, merupakan saldo piutang insentif atas penerimaan PBB diatas target sebesar Rp1.838.463.428,00 yang baru diterima di TA 2008 dan Piutang upah pungut PBB sebesar Rp114.948.596,00 yang baru diterima di TA 2008.

b) INVESTASI JANGKA PANJANG

(1) Penyertaan Modal Pemerintah Kota Bima

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Penyertaan Modal 2.511.565.350,75 2.450.322.088,00Penyertaan modal Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007 dan 2006 masing-masing sebesar Rp2.511.565.350,75 dan Rp2.450.322.088,00 dengan rincian sebagai berikut: No Uraian 2007

( Rp. ) 2006 ( Rp.)

1. PT Bank Nusa Tenggara Barat 1.257.115.835,75 1.143.280.940,002. PT Bima Palapa Sumber Energi 500.000.000,00 500.000.000,003. BPR LKP Sarae 654.449.515,00 607.047.148,00

4. Koperasi Kasabua Ade 100.000.000,00 200.000.000,00 Jumlah 2.511.565.350,75 2.450.322.088,00

(2) Dana Bergulir

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Dana Bergulir 2.533.456.299,00 2.427.257.868,00 Dana Bergulir Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007 dan 2006 masing-masing sebesar Rp2.533.456.299,00 dan Rp2.427.257.868,00 dengan rincian sebagai berikut:

No Uraian 2007 ( Rp. ) 2006 ( Rp. )

1. Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan 320.360.299,00 1.631.956.868,002. Dinas Perikanan dan Kelautan 92.871.000,00 92.871.000,003. Sekretariat Daerah (Bagian Ekonomi) 2.064.443.500,00 606.500.000,004. Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan

Perempuan 55.781.500,00 95.930.000,00

Jumlah 2.533.456.299,00 2.427.257.868,00

Page 37: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 35

c) ASET TETAP (1) TANAH

Saldo per 31-12-2006 54.244.986.603,00 Terdiri dari:- Tanah Untuk Bangunan Gdg 49.496.713.403,00 - Tanah Perkebunan 1.002.784.200,00 - Tanah Lapangan Lainnya 3.745.489.000,00

54.244.986.603,00

Koreksi Saldo Awal- Koreksi Tambah (kesalahan perhitungan)

- Tanah Bangunan Gdg 3.019.000.000,00 - Tanah Lapangan Lainnya 1.489.840.000,00 - Tanah Kebun 1.532.000.000,00

6.040.840.000,00

- Koreksi Kurang (Kesalahan Perhitungan)- Tanah Kantor 11.465.340.000,00 - Tanah Bangunan Kerja 35.000.000,00

11.500.340.000,00

Saldo Awal Setelah Koreksi 48.785.486.603,00

Penambahan Tahun 2007Tanah Kantor 5.287.415.000,00 Tanah Bangunan Pendidikan 317.120.000,00 Tanah untuk makam muslim 167.000.000,00 Tanah Lapangan Lainnya 525.000.000,00 Tanah Kebun Lainnya 200.000.000,00

6.496.535.000,00 Koreksi Kesalahan Tahun Lalu (Tambah)

Tanah Lapangan Lainnya 3.023.809.750

Saldo per 31 Desember 2007 58.305.831.353,00 Terdiri dari:- Tanah Untuk Bangunan Gdg 46.619.908.403,00 - Tanah Perkebunan 2.734.784.200,00 - Tanah Lapangan Lainnya 8.951.138.750,00

(2) Mesin dan PeralatanSaldo per 31-12-2006 57.425.432.482,01Terdiri dari:- Alat Berat 8.982.440.000,00

Page 38: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 36

- Alat Angkutan 17.102.786.494,00- Alat Bengkel dan Ukur 951.015.322,33- Alat Pengolahan Pertanian 1.902.424.000,00- Alat Kantor dan RT 24.331.103.226,18- Alat Studio dan Komunikasi 1.597.709.615,00- Peralatan Kedokteran 883.165.874,50- Peralatan Laboratorium 1.674.787.950,00

57.425.432.482,01

Koreksi Saldo Awal- Koreksi Tambah (Kesalahan Perhitungan)

- Alat Angkutan 635.626.076,00 - Alat Kantor & RT 3.000.000,00

638.626.076,00

- Koreksi Kurang (Kesalahan Perhitungan)- Alat Berat 136.000.000,00 - Alat Angkutan 936.063.032,00 - Peralatan Kantor & RT 745.276.069,00

1.817.339.101,00

Saldo Awal Setelah Koreksi 56.246.719.457,01

Penambahan Tahun 2007- Alat Berat 142.562.018,00 - Alat Angkutan 3.121.890.368,00 - Alat Bengkel dan Ukur 60.439.000,00 - Alat Pengolahan Pertanian 510.676.800,00 - Alat Kantor dan RT 6.037.669.554,00 - Alat Studio dan Komunikasi 144.729.905,00 - Peralatan Kedokteran 1.424.809.001,00 - Peralatan Laboratorium 2.559.791.847,50

14.002.568.493,50 Koreksi Kesalahan Tahun Lalu- Alat Kantor dan RT 64.701.000,00 Saldo Per 31-12-2007 70.313.988.950,51 Terdiri dari:- Alat Berat 8.989.002.018,00 - Alat Angkutan 19.924.239.906,00 - Alat Bengkel dan Ukur 1.011.454.322,33 - Alat Pengolahan Pertanian 2.413.100.800,00 - Alat Kantor dan RT 29.691.197.711,18 - Alat Studio dan Komunikasi 1.742.439.520,00 - Peralatan Kedokteran 2.307.974.875,50 - Peralatan Laboratorium 4.234.579.797,50

Page 39: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 37

(3) Gedung dan BangunanSaldo per 31-12-2006 128.404.442.205,13 Terdiri dari:- Bangunan/Gedung 118.320.791.555,98 - Bangunan Lainnya 10.083.650.649,15

128.404.442.205,13

Koreksi Saldo Awal- Koreksi Tambah (Kesalahan Perhitungan)

- Bangunan Gedung 782.708.808,56 - Bangunan Lainnya 283.085.000,00

1.065.793.808,56

- Koreksi Kurang (Kesalahan Perhitungan)- Bangunan Gedung 662.385.800,00

662.385.800,00

Saldo Awal Setelah Koreksi 128.807.850.213,69

Penambahan Tahun 2007- Bangunan/Gedung 22.562.797.509,00 - Bangunan Lainnya 74.800.000,00

22.637.597.509,00 Koreksi Kesalahan Tahun Lalu- Bangunan Lainnya 670.000.000

Saldo Per 31-12-2007 152.115.447.722,69 Terdiri dari:- Bangunan/Gedung 141.003.912.073,54 - Bangunan Lainnya 11.111.535.649,15

(4) Jalan, Irigasi, dan JaringanSaldo Per 31-12-2006 66.998.101.199,94 Terdiri dari:- Jalan dan Jembatan 47.841.937.631,00 - Bangunan Air 11.201.523.406,00 - Jaringan 5.620.658.400,00 - Instalasi 2.333.981.762,94

Koreksi Saldo AwalKoreksi Tambah (Kesalahan perhitungan)

- Nihil -

Koreksi Kurang- Jalan 1.411.948.872,00

1.411.948.872,00

Page 40: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 38

Saldo Awal Setelah Koreksi 65.586.152.327,94

Penambahan Tahun 2007- Jalan 13.577.115.000,00 - Jembatan 174.850.000,00 - Bangunan Aiar 74.645.000,00 - Jaringan 7.798.586.000,00 - Instalasi 169.140.000,00

21.794.336.000,00 Koreksi Tahun Lalu

Jalan 7.859.726.936

Saldo Per 31-12-2007 95.240.215.263,94 Terdiri dari:- Jalan dan Jembatan 68.041.680.695,00 - Bangunan Air 11.276.168.406,00 - Jaringan 13.419.244.400,00 - Instalasi 2.503.121.762,94

(5) Aset Tetap LainnyaSaldo Per 31-12-2006 4.678.556.347,69 Terdiri dari:- Buku/Perpustakaan 4.066.848.931,02 - Barang Bercorak Kesenian/Kebud 574.207.416,67 - Hewan dan Tanaman 37.500.000,00

4.678.556.347,69

Koreksi Saldo Awal- Koreksi Tambah

- Nihil -

- Koreksi Kurang- Nihil -

Saldo Awal Setelah Koreksi 4.678.556.347,69

Penambahan Tahun 2007- Buku/Perpustakaan 2.756.340.060,00 - Barang Bercorak Kesenian/Kebud 120.146.000,00 - Hewan dan Tanaman -

2.876.486.060,00

Saldo Per 31-12-2007 7.555.042.407,69 Terdiri dari:- Buku/Perpustakaan 6.823.188.991,02 - Barang Bercorak Kesenian/Kebud 694.353.416,67 - Hewan dan Tanaman 37.500.000,00

Page 41: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 39

(6) Konstruksi Dalam PengerjaanSaldo Per 31-12-2006 8.951.707.782,17 Terdiri dari:- Pembangunan Jalan 2.267.082.000,00 - Pembangunan Gedung Sekolah 4.991.820.512,17 - Pembangunan Poskeswan & BPP 636.182.070,00 - Pembangunan Puskesmas & Pengd. Al 1.056.623.200,00

8.951.707.782,17

Mutasi Tahun 2007- Mutasi Tambah

- Peralatan dan Mesin 198.015.000,00 - Gedung dan Bangunan 10.479.342.400,00 - Jalan 2.954.679.000,00

13.632.036.400,00

- Mutasi Kurang (Reklas ke aset tetap)- Pembangunan Jalan 2.267.082.000,00 - Pembangunan Gedung Seko 4.991.820.512,17 - Pembangunan Poskeswan & 636.182.070,00 - Pembangunan Puskesmas & 1.056.623.200,00

8.951.707.782,17

Saldo Per 31-12-2007 13.632.036.400,00 Terdiri dari:- Pengadaan Peralatan dan Mesin

- Dinas Perikanan dan Kelauta 198.015.000,00 - Pembangunan Gedung

- Dinas Perikanan dan Kelauta 806.470.000,00 - Dinas Kesehatan 26.910.000,00 - Dinas Pendidikan 9.450.000.000,00 - Dinas Pertanian 195.962.400,00

- Pembangunan Jalan- Dinas PU 2.954.679.000,00

(7) Akumulasi PenyusutanSaldo Per 31-12-2006 30.226.364.101,47 Terdiri dari:- Peralatan dan Mesin 10.418.092.646,39 - Gedung dan Bangunan 10.347.043.443,11 - Jalan, Irigasi dan Jaringan 7.666.393.811,64 - Aset Tetap Lainnya 1.794.834.200,33

30.226.364.101,47

Page 42: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 40

Koreksi Saldo Awal- Koreksi Tambah

- Peralatan dan Mesin 10.090.289,63 10.090.289,63

- Koreksi Kurang- Peralatan dan Mesin 369.854.416,57 - Gedung dan Bangunan 1.743.061.227,45

2.112.915.644,01

Saldo Awal Setelah Koreksi 28.123.538.747,08

Penambahan Tahun 2007- Peralatan dan Mesin 5.733.163.347,42 - Gedung dan Bangunan 5.807.752.218,29 - Jalan 3.244.655.577,14 - Jembatan 7.868.250,00 - Jaringan 1.781.715.120,96 - Instalasi 385.637.374,28 - Aset Tatap Lainnya 744.621.869,09

17.705.413.757,18

Saldo Per 31-12-2007 45.828.952.504,27 Terdiri dari:- Peralatan dan Mesin 15.791.491.866,87 - Gedung dan Bangunan 14.411.734.433,95 - Jalan, Irigasi dan Jaringan 13.086.270.134,02 - Aset Tetap Lainnya 2.539.456.069,42

d) ASET LAINNYA Rp. 3.749.561.130,63

(1) Piutang PFK Rp. 47.457.027,00 Piutang PFK merupakan kelebihan pembayaran atas PPh 21 dan Iuran Wajib Pegawai sebesar Rp47.457.027,00

(2) Aset Lain-lain Rp 3.702.104.103,63 Aset lain-lain merupakan bagian dari aset tetap yang kondisinya rusak berat, yang dipisahkan dari aset tetap per 31 Desember 2007, terinci sebagai berikut: No. Keterangan 2007 2006 1 Peralatan dan Mesin Rp 679.058.552,16 Rp 679.058.552,16 2 Gedung dan Bangunan Rp 1.882.128.640,21 Rp 1.882.128.640,21 3 Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp 1.112.709.128,00 Rp 1.112.709.128,00 4 Aset Lainnya Rp 28.207.783,26 Rp 28.207.783,26 Jumlah Rp 3.702.104.103,63 Rp 3.702.104.103,63

Page 43: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 41

2. KEWAJIBAN

a. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

(1) Utang PFK Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006

Utang PFK 896.446,00 0,00Utang PFK merupakan utang atas pemungutan Taperum yang belum dibayarkan di Tahun Anggaran 2007. Sedangkan dalam TA 2006 tidak terdapat saldo Utang PFK.

(2) Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 11.518.408.000,00 11.854.377.500,00Bagian Lancar Utang Jangka Panjang merupakan utang jangka panjang yang akan jatuh tempo pada Tahun 2008. Sedangkan pada TA 2006 saldo Bagian Lancar Utang Jangka Panjang tersebut sebesar Rp11.854.377.500,00.

(3) Utang Jangka Pendek Lainnya Rp. 30.014.174.642,00 Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 30.014.174.642,00 19.487.946.822,00

Utang Jangka Pendek Lainnya merupakan hutang jatuh tempo atas SP2D TA 2007 yang tidak sempat dibayarkan pada Tahun 2007, berdasarkan sumber dana terdiri dari : Dana Rutin Rp. 15.241.320.124,00 Dana DAK Rp. 14.772.854.518,00 Jumlah Rp. 30.014.174.642,00

3. EKUITAS DANA

a. EKUITAS DANA LANCAR

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Ekuitas Dana Lancar 36.242.675.106,42 (7.053.654.424,44)Jumlah Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp36.242.675.106,42 dan (Rp7.053.654.424,44) per tanggal 31 Desember 2007 dan 31 Desember 2006 merupakan kekayaan bersih Pemerintah Kota Bima yang bersifat lancar, yang merupakan selisih antara jumlah nilai Aktiva Lancar dengan jumlah nilai Hutang Jangka Pendek, terdiri dari:

No Keterangan 2007 2006 1 SILPA 70.527.622.160,43 27.172.647.685,372 Pendapatan Ditangguhkan 0,00 0,003 Cadangan Piutang 6.422.189.957,99 4.796.858.002,994 Cadangan Persediaan 825.445.630,00 790.100.730,005 Dana yang harus disediakan

utk pembayaran hutang jangka pendek (41.532.582.642,00) (39.813.260.842,80)

Jumlah 36.242.675.106,42 (7.053.654.424,44)

Page 44: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 42

b. EKUITAS DANA INVESTASI

Uraian Per 31 Des 2007 Per 31 Des 2006 Ekuitas Dana Investasi 360.128.192.373,94 299.056.546.578,10

Jumlah Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2007 dan 31 Desember 2006 sebesar Rp360.128.192.373,94 dan Rp299.056.546.578,10 tersebut adalah kekayaan bersih Pemerintah Kota Bima yang diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap dan Aset Lainnya dengan rincian sebagai berikut:

No Keterangan 2007 2006 1 Diinvestasikan dalam Investasi

Jangka Panjang 5.045.021.649,75 4.877.579.956,002 Diinvestasikan dalam Aset

Tetap 351.333.609.593,56 290.476.862.518,473 Diinvestasikan dalam Aset

Lainnya 3.749.561.130,63 3.702.104.103,634 Dana yang harus disediakan utk

pembayaran hutang jangka panjang 0,00 0,00

Jumlah 360.128.192.373,94 299.056.548.584,10

C. ARUS KAS

1. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Arus kas dari aktivitas operasi sampai dengan 31 Desember 2007 surplus sebesar Rp95.692.169.456,06. Jumlah tersebut merupakan jumlah kas bersih dari aktivitas operasi yaitu arus kas masuk operasi dikurangi dengan arus kas keluar operasi. Rincian arus kas dari aktivitas operasi sebagai berikut : a) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Operasi Arus Kas masuk terdiri dari :

Aliran Kas Masuk Dari Aktivitas Operasi 2007 (Rp.) 2006 (Rp.) (a) Pajak Daerah 1.759.604.837,00 1.853.444.451,00

(b) Retribusi Daerah 1.550.054.932,00 1.289.541.905,00 (c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Darah yang 133.524.789,00 25.228.084,00 (d) Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah 1.472.450.098,06 1.802.098.400,95 (e) Dana Bagi Hasil Pajak 17.397.539.673,00 13.001.641.000,05 (f) Dana Bagi hasil Bukan Pajak 7.794.790.359,00 9.954.918.201,00 (g) Dana Alokasi Umum 204.865.000.000,00 183.581.000.000,00 (h) Dana Alokasi Khusus 32.658.000.000,00 29.257.679.060,00 (i) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi NTB 5.440.208.805,00 4.850.628.162,00 (j) Hibah 4.000.000.000,00 0,00 (g) Pendapatan Lainnya 2.626.718.900,00 2.749.000.000,00

Jumlah 279.696.892.393,06 248.365.179.264,00

Page 45: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 43

b) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Operasi Arus Kas keluar dapat dirinci sebagai berikut :

Aliran Kas Keluar Dari Aktivitas Operasi 2007 (Rp.) 2006 (Rp.) (a) Belanja Pegawai 130.493.867.916,00 87.149.618.707,00(b) Belanja Barang 34.627.627.971,00 69.083.497.888,00(c) Subsidi 0,00 0,00(d) Hibah 0,00 0,00(e) Bantuan Sosial 17.017.964.550,00 12.368.046.528,00(f) Belanja Tak Terduga 145.367.000,00 1.538.276.650,00(g) Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota, Desa 1.719.895.500,00 497.485.000,00

Jumlah 184.004.722.937,00 170.636.924.773,00

2. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN

Arus kas dari aktivitas investasi aset non keuangan sampai dengan 31 Desember 2007

sebesar (Rp32.975.538.102,00). Jumlah tersebut merupakan jumlah kas bersih dari aktivitas

investasi aset non keuangan yaitu arus kas masuk aktivitas investasi aset non keuangan

dikurangi dengan arus kas keluar aktivitas investasi aset non keuangan. Rincian arus kas

dari aktivitas investasi aset non keuangan sebagai berikut :

a) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Arus Kas Masuk merupakan hasil kas yang diperoleh dari kegiatan investasi berupa Penjualan Aset.

b) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan

Arus Kas keluar dari kegiatan investasi mencerminkan pengeluaran kas bruto sehubungan dengan kegiatan investasi berupa pengadaan aset selama Tahun 2007. Jumlah tersebut terdiri dari : No Keterangan 2007 (Rp.) 2006 (Rp.) 1 Belanja Tanah 4.066.474.893,00 6.214.520.960,002 Belanja Peralatan dan Mesin 10.003.211.292,00 13.039.033.249,00

3 Belanja Gedung dan Bangunan 10.582.870.494,00 32.049.666.318,004 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 7.836.506.223,00 6.418.020.963,005 Belanja Aset Tetap Lainnya 486.475.200,00 322.315.000,006 Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00 Jumlah 32.975.538.102,00 58.043.556.490,00

3.ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN Arus kas dari aktivitas pembiayaan sampai dengan 31 Desember 2007 sebesar

(Rp24.091.089.469,00). Jumlah tersebut merupakan jumlah kas bersih dari aktivitas

pembiayaan yaitu arus kas masuk aktivitas pembiayaan dikurangi dengan arus kas keluar

aktivitas pembiayaan. Rincian arus kas dari aktivitas pembiayaan sebagai berikut :

Page 46: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 44

a) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Pembiayaan Tidak terdapat Arus Kas Masuk dari aktivitas Pembiayaan pada TA 2007. Sedangkan pada TA 2006 terdapat Arus Kas Masuk dari aktifitas Pembembiayaan sebesar Rp14.000.000.000,00.

b) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Pembiayaan

Arus Kas keluar dari kegiatan pembiayaan TA 2007 mencerminkan pengeluaran kas bruto sehubungan dengan Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lainnya sebesar Rp24.091.089.469,00. Sedangkan pada TA 2006 sebesar Rp22.170.295.277,00.

5. ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN

Aliran kas dari aktivitas non anggaran tahun 2007 sebesar Rp42.556.908,00 Jumlah tersebut merupakan jumlah kas bersih dari aliran kas masuk non anggaran (Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga/PFK) dikurangi dengan arus kas keluar non anggaran (Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga/PFK). a) Arus Kas Masuk

Arus kas masuk dari Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga/PFK sebesar Rp13.365.951.748,91 terdiri atas penerimaan : No. Keterangan 2007 (Rp.) 2006 (Rp.)

1 Potongan Iuran Wajib Pegawai 7.435.212.385,00 6.133.932.478,00

2 Potongan PPh Pasal 21 1.468.681.803,00 1.846.971.183,00

3 Potongan PPh Pasal 22 664.047.669,00 61.135.619,004 Potongan PPh Pasal 23 0,00 35.323.455,005 Potongan PPN 3.348.081.225,91 1.778.779.261,006 Potongan Taperum 359.811.197,00 286.968.694,007 Pendapatan yang Ditangguhkan 90.117.469,00 0,00

Jumlah Arus Kas Masuk 13.365.951.748,91 10.143.110.690,00

b) Arus Kas Keluar

Arus Kas keluar sebesar Rp13.323.394.840,91 terdiri dari pembayaran untuk :

(1) Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) No Keterangan 2007 (Rp.) 2006 (Rp.) 1 Penyetoran Iuran Wajib Pegawai 7.450.540.784,00 6.133.932.478,002 Penyetoran PPh Pasal 21 1.501.810.431,00 1.846.971.183,003 Penyetoran PPh Pasal 22 664.047.669,00 63.873.460,004 Penyetoran PPh Pasal 23 0,00 35.323.455,005 Penyetoran PPN 3.348.081.225,91 1.797.453.715,00

6 Penyetoran Taperum 358.914.731,00 286.968.694,00

Jumlah Arus Kas Keluar 13.323.394.840,91 10.164.522.985,00

Page 47: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 45

Saldo Akhir Kas tahun berjalan sebesar Rp66.340.746.478,43, yang terdiri dari kenaikan kas sebesar Rp38.668.098.793,06 ditambah Saldo akhir kas TA 2006 sebesar Rp27.672.647.685,37.

Raba, 20 September 2008

Walikota Bima,

H.M. NUR A. LATIF

Page 48: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

46

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan a. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. b. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. c. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara. d. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan LKPD TA 2007 adalah untuk memberikan opini atas tingkat kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria: a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP); b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures); c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; d. Efektivitas sistem pengendalian intern.

3. Sasaran Pemeriksaan

Pemeriksaan LKPD TA 2007 meliputi pengujian atas : a. Efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern termasuk pertimbangan

hasil pemeriksaan sebelumnya; b. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Penyajian saldo akun-akun dan transaksi-transaksi pada Laporan Realisasi Anggaran

(LRA) dan Laporan Arus Kas (LAK) TA. 2007 sesuai dengan SAP; d. Penyajian saldo akun-akun dalam Neraca per 31 Desember 2007; e. Pengungkapan informasi keuangan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Pengujian atas Laporan Keuangan bertujuan untuk menguji semua pernyataan manajemen (asersi manajemen) dalam informasi keuangan, efektifitas pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi : a. Keberadaan dan keterjadian

Bahwa seluruh aset dan kewajiban yang disajikan dalam Neraca per 31 Desember 2007 dan seluruh transaksi penerimaan, belanja dan pembiayaan anggaran yang disajikan dalam LRA TA 2007 benar-benar ada dan terjadi selama periode tersebut serta telah didukung dengan bukti – bukti yang memadai.

b. Kelengkapan Bahwa semua aset, kewajiban, dan ekuitas dana yang dimiliki telah dicatat dalam neraca dan seluruh transaksi penerimaan daerah, belanja daerah dan pembiayaan yang terjadi selama TA. 2007 telah dicatat dalam LRA.

c. Hak dan Kewajiban Bahwa seluruh aset yang tercatat dalam neraca benar-benar dimiliki atau hak dari pemerintah daerah dan utang yang tercatat merupakan kewajiban pemerintah daerah pada tanggal pelaporan.

d. Penilaian dan Alokasi Bahwa seluruh aset, utang, penerimaan dan belanja daerah, serta pembiayaan telah disajikan dengan jumlah dan nilai semestinya; diklasifikasikan sesuai dengan standar/ ketentuan yang telah ditetapkan; dan merupakan alokasi biaya/anggaran TA 2007.

e. Penyajian dan Pengungkapan

Page 49: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

47

Bahwa seluruh komponen laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan ketentuan dan telah diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

4. Standar Pemeriksaan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

5. Metode Pemeriksaan Metodologi pemeriksaan atas LKPD Tahun 2007 meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu sebagai berikut : a. Perencanaan Pemeriksaan

1) Pemahaman Entitas dan Sistem Pengendalian Intern Pemahaman atas entitas dan sistem pengendalian intern dapat diperoleh dari laporan hasil pemeriksaan sebelumnya, laporan hasil pemeriksaan interim, catatan atas laporan keuangan yang diperiksa, pemantauan tindak lanjut, dan database yang telah dimiliki serta peraturan atau kebijakan tertulis/formal kepala daerah terkait. Pemahaman atas entitas tersebut meliputi pemahaman atas latar belakang/dasar hukum pendirian pemerintah daerah, kegiatan utama entitas termasuk sumber pendapatan daerah, lingkungan yang mempengaruhi, pejabat terkait sampai dengan dua (2) tingkat vertikal ke bawah di bawah kepala daerah, dan kejadian luar biasa yang berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pemeriksa perlu mengidentifikasi kelemahan-kelemahan signifikan atau area-area kritis yang memerlukan perhatian mendalam, sehingga membantu pemeriksa untuk (1) mengidentifikasi jenis potensi kesalahan, (2) mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material, (3) mendesain pengujian sistem pengendalian intern, dan (4) mendesain prosedur pengujian substantif.

2) Pertimbangan Hasil Pemeriksaan Sebelumnya Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksa harus meneliti pengaruh hasil pemeriksaan sebelumnya dan tindak lanjutnya terhadap LKPD yang diperiksa, terutama terkait dengan kemungkinan temuan-temuan pemeriksaan yang berulang dan keyakinan pemeriksa atas saldo awal akun atau perkiraan pada neraca yang diperiksa.

3) Penentuan Tingkat Materialitas Pertimbangan atas tingkat materialitas meliputi kegiatan: (1) Penetapan Tingkat Materialitas Individual (Individual Materiality/IM) dan (2) Penetapan Materialitas Agregat (Agregate Materiality/AM). IM merupakan tingkat materialitas pada keseluruhan laporan keuangan, sementara AM merupakan materialitas pada tingkat transaksi akun. Untuk pemeriksaan LKPD TA. 2007, IM ditetapkan sebesar 0,5-2 % dari total realisasi belanja. Sedangkan AM ditetapkan sebesar 2% dari IM. Penetapan IM dari aset, kewajiban, atau ekuitas kurang tepat, karena sampai saat ini neraca daerah belum dapat diandalkan secara memadai dan belum dapat diyakini kewajarannya.

4) Penentuan Metode Uji Petik Penentuan metode uji petik berdasarkan pertimbangan profesional pemeriksa dengan memperhatikan beberapa aspek antara lain : a) Tingkat risiko

Jika hasil pengujian SPI disimpulkan pengendalian intern suatu akun lemah, maka sampel untuk pengujian substantif atas akun tersebut harus lebih besar. Jika akun-akun tertentu mempunyai risiko bawaan (inheren risk) yang lebih tinggi dari akun-akun lainnya, maka sampel untuk pengujian substantif untuk akun-akun tersebut harus lebih besar.

Page 50: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

48

b) Tingkat materialitas yang telah ditentukan. Jika tingkat materialitas kecil, maka sampel yang diambil harus lebih besar dan begitu juga sebaliknya.

c) Jumlah sampel tidak hanya didasarkan pada nilai saldo akun, tetapi memperhatikan transaksi-transaksi yang membentuk saldo tersebut. Saldo akun yang kecil bisa dibentuk dari transaksi-transaksi positif dan negatif yang besar.

d) Cost and benefit, manfaat uji petik atas suatu transaksi atau saldo akun harus lebih besar dari biaya pengujian tersebut.

b. Pelaksanaan Pemeriksaan 1) Pengujian Analitis

Pengujian analitis dalam pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan dengan (1) Analisa Data, (2) Analisa Rasio dan Tren, sesuai dengan area yang telah ditetapkan sebagai uji petik. Pengujian analitis terinci ini diharapkan dapat membantu pemeriksa untuk menemukan hubungan logis penyajian akun pada LKPD dan menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan pada pos/akun/unsur pada laporan keuangan yang diperiksa, serta membantu menentukan area-area signifikan dalam pengujian sistem pengendalian intern dan pengujian substantif atas transaksi dan saldo.

2) Pengujian Pengendalian Petunjuk pengujian pengendalian meliputi pengujian yang dilakukan pemeriksa terhadap efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Dalam pengujian desain sistem pengendalian intern, pemeriksa mengevaluasi apakah sistem pengendalian intern telah didesain secara memadai dan dapat meminimalisasi secara relatif salah saji dan kecurangan. Sementara, pengujian implementasi sistem pengendalian intern dilakukan dengan melihat pelaksanaan pengendalian pada kegiatan atau transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pengujian sistem pengendalian intern merupakan dasar pengujian substantif selanjutnya. Pengujian tersebut dilakukan baik pada saat pemeriksaan interim, maupun pemeriksaan laporan keuangan.

3) Pengujian Substantif atas transaksi dan saldo Pengujian substantif meliputi pengujian atas transaksi dan saldo-saldo akun/perkiraan serta pengungkapannya dalam laporan keuangan yang diperiksa. Pengujian tersebut dilakukan setelah pemeriksa memperoleh LKPD (unaudited) dan dilakukan untuk meyakini asersi manajemen atas LKPD, yaitu: (1) keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3) hak dan kewajiban, (4) penilaian dan pengalokasian, serta (5) penyajian dan pengungkapan.

4) Penyelesaian Penugasan c. Pelaporan

Setelah melakukan pengujian terinci di atas, pemeriksa menyimpulkan hasil pemeriksaan dan dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan.

6. Waktu Pemeriksaan

Jangka waktu pemeriksaan selama 30 (tiga puluh) hari mulai tanggal 19 Agustus sampai dengan 20 September 2008.

7. Objek Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun Anggaran 2007.

Page 51: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

Lampiran 1

Saldo Tunai Saldo Rekening Koran

1 2 3 4 5 6 7 (3+4+5-6)1 BUD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,002 Walikota 0,00 0,00 0,00 0,00 0,003 DPRD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,004 Sekretariat Kota 138.459.388,00 0,00 0,00 0,00 138.459.388,005 Sekretariat DPRD 900.000,00 248.018,00 0,00 1.012.710,00 135.308,006 Bappeda 0,00 838.500,00 0,00 0,00 838.500,007 BPKD 499.866.558,00 1.529.137,00 0,00 0,00 501.395.695,008 Dinas Dikbudpar 48.387,00 1.630.000,00 6.598.500.000,00 0,00 6.600.178.387,009 Bawasda 0,00 5.745,00 0,00 0,00 5.745,0010 Dinas Kimpraswil 71.242.750,00 0,00 3.536.276.884,00 0,00 3.607.519.634,0011 Dinas Tata Kota 18.827,00 6.055.804,00 0,00 0,00 6.074.631,0012 Dinas Koperindag 325.711,00 2.612.192,00 0,00 260.711,00 2.677.192,0013 Badan Kesbang Linmas 11.830,00 2.967.900,00 0,00 11.830,00 2.967.900,0014 Dinas Kesehatan 20.091,00 6.588,00 1.194.095.500,00 21.091,00 1.194.101.088,0015 Dinas Perhubungan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0016 KBKS 1.015.119,00 675.532,00 0,00 1.015.119,00 675.532,0017 Dinas Sosial 413.640,00 2.176.880,00 0,00 0,00 2.590.520,0018 Pol PP 0,00 717.000,00 0,00 0,00 717.000,0019 Kantor Penguhubung 9.607.399,00 2.926.984,00 0,00 9.607.339,00 2.927.044,0020 PM & P 1.663.840,00 1.370.000,00 0,00 1.663.840,00 1.370.000,0021 Dinas Pertanian 0,00 0,00 1.662.258.497,00 0,00 1.662.258.497,0022 Dinas Kehutanan 536.110,00 0,00 291.622.000,00 536.110,00 291.622.000,0023 Pelayanan Terpadu 400.500,00 2.678.200,00 0,00 400.000,00 2.678.700,0024 Dinas Perikanan 200.497,00 6.716.631,00 942.921.000,00 200.497,00 949.637.631,0025 Kec. Rasanae Barat 341.400,00 125.800,00 0,00 0,00 467.200,0026 Kec. Rasanae Timur 12.612,00 465.406,00 0,00 12.612,00 465.406,0027 Kecamatan Asakota 913.864,00 166.301,00 0,00 498.651,00 581.514,0028 Kecamatan Mpunda 0,00 1.463.850,00 0,00 0,00 1.463.850,0029 Kecamatan Raba 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0030 KPU dan Panwaslu 24.336.210,00 411.426.250,00 0,00 0,00 435.762.460,00

750.334.733,00 446.802.718,00 14.225.673.881,00 15.240.510,00 15.407.570.822,00JUMLAH

DAFTAR SETORAN SISA UUDP

No Nama SKPDSaldo sisa UUDP di bendahara per 31

Desember 2006

Saldo Sisa UYHD per 31 Desember 2007 di Bendahara Pengeluaran

STS sisa UUDP 2006

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31

Desember 2007

Page 52: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BIMA TAHUN ANGGARAN 2007

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

No : 200.B/S/XIX.MTR/10/2008 Tanggal : 27 Oktober 2008

Page 53: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI I

RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LKPD TA 2007

1

GAMBARAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BIMA

6

HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN 7

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Bima yang Mempengaruhi Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan. Pelampauan Anggaran atas Belanja Bantuan Sosial dan Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Hutang Jatuh Tempo. Pencatatan dan Penginventarisasian Persediaan Obat-obatan Pemerintah Kota Bima belum tertib. Penatausahaan Aset tetap seluruhnya senilai Rp351.333.609.593,56 tidak memadai. Bank-bank Penyimpan Dana Kas Daerah Memotong/Memungut Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Pendapatan dari Jasa Giro Kas Daerah selama Tahun 2007 sebesar Rp82.582.171,00. Penerimaan Biaya Pemungutan PBB TA 2007 dalam LRA kurang dicatat sebesar Rp402.962.663,00 dan digunakan secara langsung tanpa melalui mekanisme APBD.

7

21

23 26

31

33

Lampiran :

1. Daftar Pengesahan SPJ oleh Sub bidang Verifikasi BPKD

2. Rekapitulasi Perbandingan LRA, SPJ Fungsional, BKU

Page 54: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM  

1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LKPD TA 2007 Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.

Untuk memperoleh keyakinan memadai, apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh BPK RI mengharuskan BPK RI melaksanakan pengujian atas sistem pengendalian intern Pemerintah Kota Bima. Sistem pengendalian intern merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota Bima. Namun, tujuan pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan sistem pengendalian intern tersebut. Oleh karena itu, BPK RI tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

Sistem pengendalian intern Pemerintah Kota Bima terkait dengan laporan keuangan merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai atas keandalan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pengendalian intern tersebut meliputi berbagai kebijakan dan prosedur yang: (1) terkait dengan catatan keuangan; (2) memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan serta penerimaan dan pengeluaran telah sesuai dengan otorisasi yang diberikan; (3) memberikan keyakinan yang memadai atas keamanan aset yang berdampak material pada laporan keuangan. Pemerintah Kota Bima bertanggung jawab untuk mengatur dan menyelenggarakan pengendalian tersebut.

SPKN mengharuskan BPK RI untuk mengungkapkan kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas pelaporan keuangan. Kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima yang ditemukan BPK RI adalah sebagai berikut:

1. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Bima yang Mempengaruhi Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan;

2. Pelampauan Anggaran atas Belanja Bantuan Sosial dan Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Hutang Jatuh Tempo;

3. Pencatatan dan Penginventarisasian Persediaan Obat-obatan Pemerintah Kota Bima belum tertib;

4. Penatausahaan Aset tetap seluruhnya senilai Rp351.333.609.593,56 tidak memadai; 5. Bank-bank Penyimpan Dana Kas Daerah Memotong/Memungut Pajak Penghasilan Pasal 23

atas Pendapatan dari Jasa Giro Kas Daerah selama Tahun 2007 sebesar Rp82.582.171,00;

Page 55: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM  

2

6. Penerimaan Biaya Pemungutan PBB TA 2007 dalam LRA kurang dicatat sebesar Rp402.962.663,00 dan digunakan secara langsung tanpa melalui mekanisme APBD.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK RI merekomendasikan Walikota Bima agar: 1. a. Membuat SPI yang memadai atas pengelolaan keuangan dan barang daerah dan melakukan

pengawasan atas pelaksanaan SPI di lingkungan pemerintah Kota Bima. b. Memberikan sanksi kepada Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan

daerah kurang melakukan fungsinya dengan baik. c. Memberikan sanksi kepada Kepala BPKD beserta seluruh jajaran dibawahnya sebagai

pelaksana yang tidak melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam proses pertanggungjawaban dan penyusunan laporan keuangan daerah.

d. Memberikan sanksi kepada semua Pengguna Anggaran dan Bendahara yang tidak menyampaikan SPJ Fungsional tepat waktu.

2. a. Lebih mentaati kebijakan pengeluaran untuk pembayaran bantuan sesuai yang ditetapkan dalam APBD.

b. Memberikan sanksi kepada Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah kurang melakukan fungsinya dengan baik.

c. Memberikan sanksi kepada Kepala BPKD beserta seluruh jajaran dibawahnya sebagai pelaksana yang tidak melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam proses pengendalian anggaran.

3. Memberi sanksi kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima dan Pengelola Instalasi Farmasi Kota Bima yang tidak melakukan pencatatan dan penginventarisasian persediaan obat-obatan dan untuk selanjutnya memerintahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima selaku Pengguna Anggaran dan Pengguna Barang (dhi. persediaan obat) agar mendesain prosedur inventarisasi dan penilaian persediaan tahunan, melaksanakan pencatatan secara menyeluruh atas persediaan barang yang dikelolanya, dan menyusun Laporan persediaan guna penyusunan Neraca Pemerintah Kota Bima atas dasar stock opname.

4. a. Memberikan sanksi kepada Sekretaris Daerah yang tidak secara aktif melakukan penagihan kepada Pemerintah Kabupaten Bima atas aset-aset yang belum diserahkan dan selanjutnya memerintahkan Sekretaris Daerah untuk melaksanakan tugasnya tersebut.

b. Memberikan sanksi kepada Kepala Bagian Umum yang tidak melaksanakan tugas untuk mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada masing-masing SKPD dan selanjutnya memerintahkan Kepala Bagian Umum untuk melaksanakan tugasnya tersebut.

c. Memberikan sanksi kepada Kepala BPKD yang tidak optimal dalam menyusun laporan keuangan Pemerintah Kota Bima dan selanjutnya memerintahkan kepada Kepala BPKD untuk melaksanakan tugasnya tersebut.

5. Memberi sanksi kepada Kepala BPKD selaku Bendahara Umum Daerah dan Kuasa Bendahara Umum Daerah TA 2007 yang tidak melakukan pemantauan terhadap pendapatan daerah berupa jasa giro serta memerintahkan kepada Kepala BPKD agar berkoordinasi dengan bank-bank yang menarik PPh Pasal 23 atas pendapatan jasa giro Pemerintah Kota Bima sebesar Rp82.582.171,00 dan menyetorkan ke Kas Daerah.

6. Memberi sanksi kepada Kepala Bidang Pendapatan yang tidak menganggarkan penerimaan dan belanja upah pungut PBB pada APBD Pemerintah Kota Bima dan memerintahkan untuk selanjutnya menganggarkan penerimaan dan belanja upah pungut PBB pada APBD Pemerintah Kota Bima.

Page 56: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM  

3

Secara lebih rinci dijelaskan pada bagian Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern.

Mataram, 20 September 2008 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan BPK RI di Mataram Penanggung Jawab Pemeriksaan,

B. Suharyanto, S.E., MSi., Ak. Akuntan, Register Negara No. D-21.299

Page 57: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM  

4

GAMBARAN UMUM PENGENDALIAN INTERN DALAM SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KOTA BIMA

Sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyebutkan bahwa ”Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir dan Pasal 31 ayat (2) menyatakan ”Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah”, maka Pemerintah Kota Bima berkewajiban menyusun Laporan Keuangan Daerah yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengendalian keuangan daerah, Kepala Daerah mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Pemerintah Kota Bima. Unit organisasi yang bertugas melaksanakan pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Kota Bima Tahun Anggaran (T.A) 2007 dikerjakan oleh Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) namun tidak jelas bidang dan sub bidang mana yang menjadi penanggungjawab. Dalam penyusunan LKPD Kota Bima input data dilakukan oleh staf dari Sub Bidang Anggaran dan Pembukuan dengan asistensi dari Perwakilan BPKP di Denpasar dengan bantuan Sistem Aplikasi Pembukuan SKPKD berbasis Microsoft Acces. Subbidang Akuntansi dan Pelaporan tidak berfungsi dalam pembukuan dan penyusunan LKPD. Susunan Organisasi BPKD dibentuk dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Bima. Tugas Pokok dan Fungsi BPKD diatur lebih lanjut dalam Peraturan Walikota Bima Nomor 4T Tahun 2007 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah. Pada peraturan walikota tersebut disebutkan fungsi BPKAD namun tidak dijelaskan tugas pokok berkaitan aset daerah.

Sesuai Keputusan Walikota Bima Nomor 4T Tahun 2007 tersebut, BPKD dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang membawahi 3 (tiga) Kepala Bidang yaitu Bidang Pendapatan Daerah yang membawahi Sub Bidang PAD dan Sub Bidang Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain, Bidang Anggaran yang membawahi Sub Bidang Anggaran dan Pembukuan dan Sub Bidang Perbendaharaan dan Verifikasi serta Bidang Pengendalian yang membawahi Sub Bidang Pengawasan/evaluasi dan Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan. Secara umum Organisasi Bagian Keuangan telah menyajikan pemisahan fungsi yang memadai antara fungsi pencatatan, penguasaan dan otorisasi namun terdapat kendala pada tingkat implementasi fungsi yang kurang.

Kebijakan dalam pengurusan dan pertanggungjawaban keuangan Kota Bima T.A. 2007 mengacu pada Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pemerintah Kota Bima telah menetapkan Perda Nomor 6 Tahun 2007 tanggal 7 Pebruari 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah namun belum memiliki sistem dan prosedur serta kebijakan akuntansi.

Walikota Bima selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian kekuasaannya dibidang pengelolaan keuangan daerah kepada para pejabat daerah yang dituangkan dalam: a. Surat Keputusan Walikota Bima No.221/2006 tentang Pembentukan Panitia Penyusunan APBD

Kota Bima TA 2007

Page 58: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM  

5

b. Surat Keputusan Walikota Bima No.1A/2007 tentang Pendelegasian Sebagian Tugas dan Wewenang Walikota Kepada Para Pejabat Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Bima TA 2007

c. Surat Keputusan Walikota Bima No.6/2007 tentang Penunjukan Bendahara di Lingkup Pemerintah Kota Bima TA 2007

d. Surat Keputusan Walikota Bima No.7/2007 tentang Penunjukan Kuasa BUD Pemerintah Kota Bima TA 2007

e. Surat Keputusan Walikota Bima No.16/2007 tentang Penunjukan Koordinator Pengelola Keuangan Daerah (KPKD), Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dan Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Lingkup Pemerintah Kota Bima TA 2007

f. Surat Keputusan Walikota Bima No.75/2007 tentang Penunjukan Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji SPP, SPM dan Bendahara Pengelola Dana Perimbangan Pusat Pemerintah Kota Bima TA 2007

g. Surat Keputusan Walikota Bima No.75/2007 tentang Pembentukan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) APBD Perubahan Kota Bima TA 2007

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bima T.A.2007 ditetapkan

dengan Perda Kota Bima Nomor 1 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007 dan dijabarkan dengan Peraturan Walikota Bima Nomor 1 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007 setelah mendapat evaluasi Gubernur NTB melalui SK Gubernur NTB No 39A tahun 2007 tanggal 19 Februari 2007. APBD T.A. 2007 mengalami perubahan satu kali, ditetapkan dengan Perda Nomor 9 Tahun 2007 tanggal 26 November 2007. Perubahan APBD ini dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Bima Nomor 6 Tahun 2007 tanggal 26 November 2007 setelah mendapat evaluasi Gubernur NTB melalui SK Gubernur NTB No 318.B tahun 2007 tanggal 10 Desember 2007 dan tambahan Ralat Evaluasi dengan Surat Gubernur NTB No 903/82/Keu/2008 tanggal 10 Maret 2008. Penetapan Perda Perubahan APBD ini mengalami keterlambatan, yaitu seharusnya paling lambat tanggal 30 September 2007 (3 bulan sebelum TA 2007 berakhir). Pemerintah Kota Bima melakukan revisi atas Perda APBD dan Perda APBD Perubahan dengan cara merevisi isi Perda Rancangan APBD dan APBD P namun tidak mengeluarkan Perda baru. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Kota Bima secara umum belum terbagi atas sistem akuntansi pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh PPKD yang dilaksanakan oleh BPKD dan sistem akuntansi SKPD yang dilaksanakan oleh PPK-SKPD karena sistem akuntansi di tingkat SKPD belum ada. Kedua sistem tersebut seharusnya terbagi atas empat prosedur, yaitu prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur akuntansi pengeluaran kas, prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah, dan prosedur akuntansi selain kas, namun hingga saat pemeriksaan prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah, dan prosedur akuntansi selain kas belum ada. Prosedur akuntansi yang ada pada PPKD/ SKPKD belum dirancang memadai.

Pencatatan transaksi atas pengelolaan keuangan pada tingkat SKPD dilakukan oleh Bendahara Penerimaan dengan Buku Kas Umum, Bendahara Pengeluran dengan Buku kas Umum dan Pengesahan SPJ sedangkan di tingkat SKPKD , Kuasa BUD tidak membuat BKU sehingga pencatatan penerimaan dan pengeluaran dilaksanakan oleh Staf Sub Bidang Anggaran dan Pembukuan pada BPKD, dengan cara langsung diinput ulang, untuk pendapatan dari data STS yang dimiliki Bidang Pendapatan dan untuk belanja SPJ yang disahkan oleh Kepala BPKD. SKPD tidak membuat SPJ atas penerimaan pendapatan dan BPKD juga tidak meminta SPJ Pendapatan dan tidak memverifikasi Pendapatan berdasarkan catatan dan STS. Pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara pada masing-masing SKPD menggunakan Buku Kas Umum (BKU), Buku Pembantu dan Buku Panjar secara umum masih dilaksanakan dengan kurang tertib dan benar.. Kelemahan mendasar dalam penyusunan LKPD adalah Pengesahan SPJ Fungsional Pengeluaran yang terlambat diajukan oleh SKPD tidak digunakan sebagai dasar dari LRA terbukti dengan perbedaan antara angka yang

Page 59: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM  

6

disajikan Pengesahan SPJ dengan LRA.Fungsi BUD/Kuasa BUD, Pendapatan, Anggaran dan Pembukuan, Akuntansi dan Pelaporan, Evaluasi dan Pengendalian pada BPKD tidak mengerti dan belum mengerjakan tugas pokok dan fungsinya dalam pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan terbukti dengan tidak adanya pengendalian yang memadai mulai proses pencatatan hingga pelaporan yang akhirnya menjadi suatu Laporan Keuangan. Tidak adanya produk akuntansi yang digunakan sebagai pembanding dan pendukung hasil sistem aplikasi berakibat LKPD hasil sistem tidak dapat diuji dan diyakini kewajarannya.

Jumlah pegawai pada BPKD Kota Bima sebanyak 60 orang PNS, dengan tingkat pendidikan 3 orang Sarjana Strata 2 (S2), 31 orang Sarjana Strata 1, 7 orang Diploma III, 1 orang Diploma II, 23 orang SMA, 3 orang SMP dan 2 orang SD. Kepala Badan, berlatar belakang S1 Sospol, dibantu 3 (tiga) Kepala Bidang yaitu Kepala Bidang Pendapatan Daerah dengan tingkat pendidikan S1 Sospol, Kepala Bidang Anggaran, dengan tingkat pendidikan S1 Ekonomi yang membawahi Kepala Sub Bidang Anggaran dan Pembukuan, yang berlatar belakang S2 dan Sub Bidang Perbendaharaan dan Verifikasi, yang berlatar belakang S1 Sospol serta Kepala Bidang Pengendalian (jabatan kosong) yang membawahi Kepala Sub Bidang Pengawasan/evaluasi dengan tingkat pendidikan S1 Sospol dan Kepala Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan dengan tingkat pendidikan S1 Akuntansi.

Dengan melihat perbandingan antara beban kerja yang ada dengan tingkat pendidikan pegawai, maka pegawai pada Bagian Keuangan belum cukup memadai untuk melaksanakan semua prosedur sistem akuntansi dan penyusunan laporan keuangan Pemerintah Kota Bima serta kurang koordinasi dengan pihak SKPD. Hal ini terlihat dari hampir semua pejabat BPKD tidak mengerti dan memahami alur logika akuntansi dari pencatatan hingga menjadi LKPD, penyampaian SPJ dari SKPD ke SKPKD terlambat, proses verifikasi dan pengesahannya juga terlambat dan berakibat penyelesaian Konsep Laporan Keuangan Kota Bima yang baru disampaikan kepada BPK tanggal 14 Agustus 2008, terlambat melebihi tiga bulan setelah berakhirnya T.A. 2007.

Masing-masing SKPD di Kota Bima belum mampu membuat Laporan Keuangan SKPD berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan, sesuai Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, namun LRA SKPD sudah dibuatkan dari Sistem Aplikasi Pembukuan Microsoft Access buatan BPKP. Hasil dari sistem tersebut hanya menghasilkan LRA dan Neraca, untuk penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2007.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bima dapat dinyatakan bahwa SPI telah dirancang kurang memadai dan dilaksanakan kurang efektif khususnya mengenai kebijakan, perencanaan, prosedur, pembukuan/pencatatan, pelaporan dan pengawasan intern oleh penanggungjawab dan pengguna anggaran daerah. Kelemahan-kelemahan tersebut telah mengakibatkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang secara rinci diuraikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas SPI dalam Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun Anggaran 2007.

Page 60: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

7

HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

1. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Bima

yang Mempengaruhi Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan

Pemerintah Kota Bima telah meratifikasi Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah ke dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2007 tanggal 7 Pebruari 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada Perda tersebut telah mengatur tentang pengelolaan keuangan yang dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD, juga telah diatur tentang walikota sebagai Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh Kepala BPKD selaku PPKD dan Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah serta Sekretaris Daerah selaku Koordinator pengelolaan Keuangan Daerah.

Rincian dan Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah telah ditetapkan dalam Peraturan Walikota, diantaranya Peraturan Walikota Nomor 4T Tahun 2007 tanggal tentang Rincian dan Tugas Pokok dan Fungsi BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah). Namun berdasarkan penelaahan Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas Pengelolaan Keuangan/Barang Daerah ditemukan beberapa kelemahan signifikan, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Kelemahan SPI atas Penerimaan dan Pengeluaran Kas Tidak adanya sistem dan prosedur serta arahan yang jelas dari atasan masing-masing pengelola keuangan, membuat fungsi pengawasan dan pengendalian atas tugas pokok dan fungsi masing-masing tidak dapat dilaksanakan, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Bendahara Umum Daerah (BUD)/Kuasa BUD Kota Bima tidak membuat Buku Kas Penerimaan dan Pengeluaran (dahulu disebut B IX) sesuai ketentuan sehingga tidak dapat dilakukan rekonsiliasi antara Saldo menurut Buku Kas Umum dengan saldo menurut Rekening Koran.

Dalam Tahun Anggaran 2007, sesuai SK Walikota Bima No 07 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007, ditetapkan Taufikurrahman, S.Sos sebagai Kuasa BUD Kota Bima. Untuk mencatat pengelolaan uang yang dilakukan oleh Kuasa BUD, maka Kuasa BUD Kota Bima mencatatnya dalah Buku Kas Umum Pemerintah Kota Bima.

Pemeriksaan atas pencatatan transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas yang dilakukan oleh Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD) Kota Bima Tahun Anggaran 2007, diketahui bahwa transaksi penerimaan tidak dicatat besarnya kas masuk yang diterima oleh Pemerintah Kota Bima, tetapi yang dicatat sebagai penerimaan adalah jumlah cek yang dikeluarkan oleh BUD kepada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kota Bima dan pembayaran kepada pihak ketiga sehingga tidak dapat menggambarkan arus masuknya uang Pemerintah Kota Bima selama Tahun 2007. BKU yang dibuat oleh BUD hanya dapat menggambarkan arus keluarnya kas, yang tercermin dari jumlah SP2D yang diterbitkan oleh BUD yang dibukukan pada sisi pengeluaran kas. Disamping itu, BKU tersebut juga tidak mencantumkan saldo awal kas per 1 Januari 2007.

Untuk melakukan rekonsiliasi antara saldo BKU dengan saldo Rekening koran Bank, tidak dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan BKU yang dibuat BUD, karena saldo kas menurut catatan pembukuan (per book) tidak diketahui. Selain itu, selama Tahun 2007 Kuasa BUD tidak pernah melakukan rekonsiliasi antara Saldo menurut Buku Bank dengan saldo menurut Rekening Koran.

Page 61: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

8

2) Register SP2D TA 2007 yang dibuat secara manual oleh BUD, sampai dengan tanggal 25 Pebruari 2008 pada saat Pemeriksaan Interim belum selesai dikerjakan dan SP2D terakhir yang tercatat adalah SP2D No Urut 6785/LS/2007. Pada tanggal 11 September 2008 SP2D yang diterbitkan terakhir adalah SP2D No Urut 7041/LS/2007. Register tersebut tidak dijumlah secara periodik, sehingga tidak dapat diketahui nilai SP2D yang telah diterbitkan selama Tahun 2007.

3) Penerbitan cek oleh Kuasa BUD mendahului SP2D. Hal ini terbukti dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Bawaskota diketahui bahwa terdapat pencairan kas yang mendahului penerbitan SP2D sepanjang tahun 2007 antara lain di Rp2.216.696.200,00 pada Dinas Pendidikan mulai Januari sd Agustus 2007 dan Dinas Pertanian Rp137.130.500,00 sesuai yang diungkapkan LHP Reguler No 49/2007 tanggal 18/09/2007 tentang Pelaksanaan APBD II pada Dinas Dikbudpar dan LHP No 51/2007 tanggal 21/09/2007 tentang Pengelolaan Dana APBD tahun 2007 pada Dinas Pertanian. Hal ini juga terindikasikan dari penomoran SP2D acak/ tidak urut tanggal penerbitan pada Register. Sebagai SP2D No.6581/GU/2007 adalah tertanggal 28 Desember 2007 namun SP2D No.6582 hingga 6587 tertanggal 28 Juni 2007, dan selanjutnya dari SP2D No 6588 hingga 6597 tertanggal 31 Agustus 2007, SP2D No.6598 hingga 6652 tertanggal 28 Desember 2007 namun untuk SP2D No. 6653 hingga 6656 kembali tertanggal 11 September 2007.

4) Register cek yang dibuat oleh BUD/Kuasa BUD tidak dijumlahkan secara periodik sehingga tidak dapat diketahui setiap saat jumlah cek yang telah dikeluarkan. Demikian pula antara register cek dengan register SP2D tidak dilakukan rekonsiliasi secara periodik.

5) Kuasa BUD melakukan pengeluaran kas tanpa mekanisme pencairan yang benar sesuai peraturan pengelolaan keuangan daerah dan APBD. Pengeluaran kas dari BUD/Kuasa BUD tidak didukung bukti-bukti memadai sehingga dianggap sebagai panjar dan hingga pemeriksaan berakhir uang panjar tersebut belum dikembalikan. Hal ini diungkapkan dalam Temuan tersendiri dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dalam Kerangka Pemeriksaan LKPD TA 2007.

6) Pengeluaran Kas Daerah yang dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki otorisasi dan/atau yang dapat dilakukan tanpa mekanisme pencairan yang benar sesuai peraturan pengelolaan keuangan daerah dan APBD, antara lain oleh Walikota. Hal ini diungkapkan dalam Temuan tersendiri dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dalam Kerangka Pemeriksaan LKPD TA 2007.

7) Subbidang Perbendaharaan dan Verifikasi Bidang Anggaran BPKD tidak menerima dan menggunakan SPJ /Pertanggungjawaban atas penggunaan SP2D Uang Persediaan/Ganti UYHD/Tambah UYHD bulan sebelumnya secara lengkap. Hal ini diketahui bahwa dari Register Pengesahan SPJ, hampir semua SPJ dari SKPD TA 2007 paling awal disahkan pada bulan Juli sehingga Pengeluaran bulan Februari hingga Juni 2007 tidak memperhatikan SPJ atas SP2D GU bulan-bulan sebelumnya. Data Pengesahan SPJ pada Lampiran 1.

8) Kuasa BUD dan Sub bidang Perbendaharaan dan Verifikasi beserta Subbidang Anggaran dan Pembukuan tidak sepenuhnya melaksanakan verifikasi SPP,SPM dan SP2D beserta bukti pendukung untuk pengeluaran Belanja/ Pembiayaan sesuai peraturan pengelolaan keuangan daerah. Terbukti dengan hasil uji petik pada bukti-bukti pertanggungjawaban pengeluaran pembiayaan yaitu Pembayaran Hutang Jatuh Tempo atas pengadaan barang tahun 2006 yang dibayar pada TA 2007 sebesar Rp24.076.337.455,00, diantaranya sebesar Rp21.655.680.440,00 tidak disertai dengan berita acara pemeriksaan/ penyerahan PHO/FHO

Page 62: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

9

sebagai tanda bahwa realisasi fisik telah selesai 100% sehingga tidak dapat diyakini apakah fisik dari pengadaan barang dan jasa yang telah dibayar, sudah selesai atau belum.

9) Sub bidang PAD dan Aset serta Sub bidang Dana Perimbangan dan Pendapatan lain-lain Bidang Pendapatan BPKD tidak menatausahakan bukti-bukti pendukung pandapatan yang disajikan dalam LKPD terbukti dengan Pendapatan PAD sebesar Rp1.038.439.245,00 yang tidak didukung dengan Surat Tanda Setoran (STS) dan Pendapatan Dana Alokasi Khusus tidak didukung Nota Kredit seperti yang dinyatakan ada sebagai bukti pencatatan akuntansi dalam Register Penerimaan pada Sistem Aplikasi Pembukuan SKPKD. Lebih lanjut berdasarkan perbandingan antara Rekapitulasi Pendapatan dari Bidang Pendapatan dengan Buku Besar Pendapatan Hasil Sistem Aplikasi Pembukuan diketahui terdapat selisih yang mengakibatkan pendapatan yang disajikan pada LRA tidak dapat ditelusuri.

10) Bidang Pendapatan juga tidak melaporkan Pendapatan Insentif PBB yang diterima pada bulan Januari 2008 pada Neraca per 31 Desember 2007 dan menggunakan langsung untuk pengadaan kendaraan di tahun 2008 di luar mekanisme APBD dan Bidang Pendapatan juga tidak melakukan pengawasan atas pengembalian atas Sisa Kas di Pemegang Kas/Bendahara Pengeluaran Sisa UUDP/UYHD tahun-tahun sebelumnya. Dalam Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2006, sisa Kas di Pemegang Kas dijelaskan bahwa disajikan sebesar Rp750.334.733,00. Dari jumlah tersebut, berdasarkan STS yang diperoleh dari bendahara masing-masing unit kerja dan STS yang ada di Bidang Pendapatan BPKD hingga pemeriksaan berakhir masih ada Sisa UUDP/UYHD yang belum disetor oleh SKPD antara lain BPKD yang memiliki Sisa UUDP sebesar Rp499.866.558,00 yang tidak diketahui pertanggungjawabannya. Hal ini lebih jauh diungkapkan dalam Temuan tersendiri dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dalam Kerangka Pemeriksaan LKPD TA 2007.

11) Pengendalian atas realisasi pengeluaran kas untuk belanja Bantuan dan Pembiayaan atas pembayaran hutang daerah masih lemah sehingga berakibat terjadinya pelampuan anggaran pada Bantuan Sosial yang dianggarkan Rp14.630.702.000,00 dan telah direalisasikan Rp17.017.964.550,00 sehingga terdapat pelampauan sebesar Rp2.387.262.550,00 atau 16,32%, dan pada Pembayaran Utang Pokok Jatuh Tempo yang dianggarkan sebesar Rp23.000.000.000,00 dan telah direalisasikan sebesar 24.076.337.455,00 sehingga terdapat pelampauan Rp1.076.337.455,00 atau 4,68%. Lebih lanjut dijelaskan dalam Temuan tersendiri.

b. Kelemahan SPI atas Pertanggungjawaban Kas

Sesuai dengan Permendagri No 13 tahun 2006, prosedur pencairan dan pertanggungjawaban anggaran melalui mekanisme Uang Persedian /Ganti UYHD/Tambah UYHD dan LS seharusnya yang lebih banyak berperan adalah SKPD. Namun berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Anggaran, Kepala Subbidang Anggaran dan Pembukuan, Kepala Subbidang Perbendaharaan dan Verifikasi serta staf verifikatur diketahui bahwa mekanisme untuk pertanggungjawaban masih mengikuti Kepmendagri 29/2002 dengan peran yang lebih banyak pada BPKD. Namun hal inipun tidak ditetapkan menjadi suatu prosedur tetap sehingga Sub Bidang Verifikasi hanya melaksanakan fungsi verifikasi berdasarkan kebiasaan.

Mekanisme pertanggungjawaban penerimaan kas tidak disusun dan dilakukan dengan jelas terbukti tidak adanya proses verifikasi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diterima SKPD, yang disetorkan SKPD kepada Bendahara Penerimaan Setda, dan yang disetorkan oleh Bendahara Penerimaan Setda ke Kas Daerah. Demikian juga untuk Pendapatan Transfer yang diperoleh dari

Page 63: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

10

Pemerintah Pusat dan Provinsi sehingga tidak diketahui secara pasti besar pendapatan yang diperoleh Pemerintah Kota Bima.

Dalam mekanisme pertanggungjawaban belanja, untuk Belanja LS pada saat pengajuan SP2D LS dilakukan melalui Bidang Anggaran yaitu Subbid Perbendaharaan dan Verifikasi dan Kuasa BUD, namun dokumen pendukung seperti kontrak dan lain-lain tidak disimpan oleh Kuasa BUD.

Pada Pembagian Tugas/Job Description BPKD yang ditandatangani oleh Kepala BPKD pada bulan Juni 2007 telah dibagi petugas verifikasi SPP, SPM dan SPJ per SKPD namun tidak ada arahan lebih lanjut tentang bagaimana cara dan apa saja dokumentasi yang dilaksanakan pada proses verifikasi. Hal ini berakibat sub bidang verifikasi tidak membuat dan memiliki pemantauan atas penerimaan SPJ, durasi (lama pelaksanaan verifikasi) & kertas kerja verifikasi dan hasil pengesahan SPJ dengan memadai sehingga sampai dengan berakhirnya pemeriksaan tidak diketahui apakah semua SPJ TA 2007 sudah disahkan. Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Subbidang Perbendaharaan dan Verifikasi Soegiarto dalam keterangan tertulisnya.

Pembagian tugas untuk pelaksanaan verifikasi di atas juga tidak sepenuhnya dipatuhi, dengan adanya Kepala Subbidang Akuntansi dan Pelaporan yang juga melakukan tugas verifikasi atas SPJ BPKD. Dari wawancara diketahui bahwa hal tersebut dilakukan dari inisiatif Kepala Subbidang Akuntansi dan disetujui oleh Kepala BPKD dengan dikeluarkannya memo disposisi tanggal 2 April 2007.

Berdasarkan catatan pada Buku Register serta hasil konfirmasi tertulis dari seluruh staf Verifikatur diketahui bahwa beberapa Pengesahan SPJ atas beberapa SKPD tidak diberi nomor dan dicatat dalam Buku Register sehingga tidak ada nomor pengesahan pada Lembar Pengesahan SPJnya. Hal ini terjadi karena staf verifikatur tidak memiliki prosedur tetap untuk verifikasi dan tidak mendapat arahan dari Kepala Subbidang Verifikasi dan Kepala Bidang Anggaran. Rekapitulasi Pengesahan SPJ yang berisi informasi tanggal dan nomor pengesahan SPJ pada Lampiran 2.

Hasil konfirmasi dengan staf verifikatur yang bertanggungjawab atas SPJ SKPD Kantor Penghubung atas nama Asep Surya Rahman dan Bendahara Pengeluran SKPD Kantor Penghubung atas nama Arisman Indah diketahui bahwa SPJ Kantor Penghubung untuk bulan Juli hingga Desember 2007 disahkan oleh Kepala BPKD tanpa melalui proses verifikasi sehingga total belanja yang disajikan sebesar Rp433.672.197,00 tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal ini juga dibuktikan dengan bukti setor pajak SSP yang kesemuanya (Januari sd Desember 2007) disetorkan pada bulan Maret 2008.

Lebih lanjut dari prosedur audit juga diketahui SPJ Sekretariat Kota untuk bulan Juli hingga Nopember 2007 disahkan oleh Kepala BPKD tanpa melalui proses verifikasi serta SPJ Desember Sekkota belum disahkan sehingga Total Belanja yang disajikan pada LRA sebesar Rp34.763.679.208,00 dengan Sisa UUDP Rp6.000,00 tidak dapat diyakini kewajarannya hal ini juga dibuktikan dengan adanya Sisa UYHD pada draft Pengesahan SPJ Sekretariat Kota bulan Desember 2007 (hingga berakhirnya pemeriksaan belum disahkan) terdapat Sisa UYHD Rp1.100.000.000,00 yang tidak dikuasai Bendahara Pengeluaran karena sudah dikeluarkan namun tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Bagian pengesahan SPJ (Kepala BPKD) juga tidak memiliki pengendalian atas SPJ yg disahkan apakah telah melalui verifikasi atau tidak. Konfirmasi lebih lanjut dengan Kepala BPKD tidak dapat dilakukan karena Kepala BPKD jarang berada ditempat.

c. Kelemahan SPI atas Aplikasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun Anggaran 2007 diserahkan kepada BPK tanggal 14 Agustus 2008. Laporan Keuangan yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan tersebut seharusnya merupakan

Page 64: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

11

produk dari Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) selaku badan pelaksana dibawah PPKD. Dalam pelaksanaannya Pemerintah Kota Bima menjalin kerja sama dengan BPKP Perwakilan Bali yang sudah berjalan selama lima tahun sejak tahun 2003 dan berakhir 30 September 2008 sesuai Naskah Kerja Sama No356/37/X/2003 dan 6758/PW22/3/2003 tanggal 4 Oktober 2003 tentang Asistensi Penyusunan Renstra, LAKIP, Laporan Keuangan Daerah serta Laporan Pertanggungjawaban Tahunan Kepala Daerah. Namun pada kenyataannya dari wawancara /konfirmasi tertulis dengan semua pejabat di BPKD dan petugas input data ke komputer diketahui bahwa hampir semua pejabat tidak mengetahui substansi Laporan Keuangan baik LRA, LAK maupun Neraca per 31 Desember 2007 dan tidak dapat menjelaskan mutasi LKPD tahun 2006 menjadi LKPD tahun 2007. Demikian pula dengan petugas input data ke Sistem juga tidak tahu substansi LKPD sebagai hasil akhir dari data yang diinput ke dalam Sistem Aplikasi.

BPKD dalam hal ini Subbidang Anggaran dan Pembukuan dan Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan sama sekali tidak membuat suatu produk akuntansi, baik Jurnal, Buku Kas Umum, Buku Besar ataupun Laporan Keuangan. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa LKPD dibuatkan oleh BPKP dengan bantuan software Aplikasi Pembukuan SKPKD Kota Bima berbasis Microsoft Access, pemda hanya menginput tanpa tahu alur logika akuntansi sehingga belum bisa menjelaskan kepada BPK terhadap sebagian besar substansi LKPD.

BPKD tidak dapat menjelaskan lebih jauh tentang software tersebut, BPKD juga tidak memiliki manual untuk pengoperasian dan alur logika dari cara kerja software tersebut sehingga tidak diketahui sejak kapan software tersebut dimiliki dan digunakan. Dari penelusuran dokumen dan wawancara dengan tenaga input data diperoleh draft SK Walikota tentang Pembentukan Panitia Penyusunan Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Bima TA 2007 yang terdiri dari tiga tim yaitu Tim Pembina (sembilan orang) yang dipimpin oleh Walikota, Tim Pelaksana (23 orang) yang dipimpin Kepala Bidang Anggaran selaku penanggungjawab dan Tim Pendamping dari BPKP Perwakilan Bali, dan draft SK Walikota tentang Tenaga Operator Komputer SIKDA. Kedua draft SK tersebut sudah ditandatangani oleh Walikota dan sudah melalui proses verbal di Bagian Hukum.

Lebih lanjut diketahui bahwa pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bima belum ada sistem dan prosedur akuntansi yang terkomputerisasi ataupun manual. SKPD hanya membuat BKU dan menyusun Pengesahan SPJ untuk diajukan ke BPKD.

d. Kelemahan SPI atas Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Selain masih terdapat kelemahan pada SPI atas Aplikasi Pembukuan sebagai tulang

punggung penyusunan LKPD Kota Bima, perangkat / unit kerja pada BPKD juga tidak membuat catatan atau produk akuntansi sebagai pendukung sekaligus pembanding hasil Sistem Aplikasi Pembukuan. Kertas Kerja Penyusunan LKPD tidak terdokumentasikan. Sub bidang Akuntansi tidak berfungsi sama sekali, tumpang tindih dengan Sub bidang Pembukuan. Akibat dari SPI Penyusunan LKPD yang lemah dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk LKPD sebagai berikut:

1) Laporan Realisasi Anggaran

Masing –masing SKPD belum membuat LRA namun LRA dibuatkan oleh BPKD. SKPD hanya membuat catatan BKU dan SPJ atas anggaran yang direalisasikan, yang diajukan ke Subbidang verifikasi dan kemudian disahkan oleh Kepala BPKD Berdasarkan informasi dari petugas input data ke sistem, yang merupakan staf Bidang Anggaran, diketahui bahwa input data dilakukan kembali oleh petugas dengan supervisi BPKP pada saat asistensi BPKP dilaksanakan. Namun seluruh pejabat BPKD tidak dapat menjelaskan mengapa Jurnal Penerimaan Kas di Sistem sebesar Rp283.234.953.030,39 dan Jurnal Pengeluaran Kas hanya sebesar Rp141.846.338.271,91 berbeda dengan Total Pendapatan di LRA sebesar Rp283.263.357.120,06

Page 65: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

12

dan Pengeluaran di LRA sebesar Rp241.056.598.494,00. BPKD juga tidak dapat menjelaskan kegunaan Jurnal Umum.

Data pendapatan dari sistem sama dengan LRA Konsolidasi atau LRA SKPD yaitu total pendapatan sebesar Rp283.263.357.120,06 namun angka tersebut tidak sama dengan Rekapitulasi Pendapatan yang dihasilkan oleh Bidang Pendapatan. Berdasarkan keterangan dari Kepala Bidang Pendapatan diketahui bahwa sebenarnya sumber data pencatatan rekapitulasi adalah STS PAD dari SKPD yang ditembuskan oleh Bendahara Penerimaan Setda ke Bidang Pendapatan dan Rekening Koran untuk Transfer dari Pemerintah Pusat, demikian juga digunakan untuk input ke sistem aplikasi.

Data belanja dari Buku Besar sistem sama dengan LRA Konsolidasi atau LRA SKPD hasil sistem yaitu total belanja sebesar Rp216.980.261.039,00 namun angka tersebut tidak sama dengan Pengesahan SPJ dari SubBidang Verifikasi. Seharusnya apabila dalam penyusunan LKPD juga menggunakan dokumen sumber Pengesahan SPJ akan dihasilkan Laporan dengan jumlah yang sama karena Format Pengesahan SPJ sudah mengakomodasi baik pertanggungjawaban SP2D LS Gaji, SP2D LS Barang dan Jasa serta SP2D UP/GU/TU dan Pajak.

Atas hal ini Pejabat BPKD menjelaskan bahwa Pengesahan SPJ belum mencantumkan Belanja Pegawai namun berdasarkan uji petik ternyata angka Pengesahan SPJ (sebelum ditambah belanja Gaji) masih lebih besar dibandingkan angka Buku Besar SKPD dan LRA SKPD, yaitu:

No

SKPD

Anggaran (Rp)

Realisasi menurut LRA (Rp)

Realisasi Menurut Pengesahan SPJ (non pajak) (Rp)

Realisasi Menurut BKU SKPD

(plus pajak) (Rp) 1 BPKD 12.546.932.837,00 35.589.041.752,00 39.311.775.723,00 40.969.192.686,00 2 Dinas Perikanan 4.459.165.050,00 3.065.851.183,00 3.466.723.582,00 3.811.333.442,00

Atas hal tersebut Pejabat BPKD tidak dapat menjelaskan. Hal ini membuat pengujian

asersi dan prosedur alternatif tidak dapat dilakukan oleh BPK sehingga hampir semua belanja tidak dapat diyakini kewajarannya termasuk penetapan Sisa UYHD/Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2007 yang merupakan hasil dari proses verifikasi dan pengesahan SPJ. Perbedaan LRA Konsolidasi/SKPD dengan Pengesahan SPJ terlampir.

2) Laporan Arus Kas

Software Aplikasi Pembukuan SKPKD hanya menghasilkan Laporan Akhir berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca sehingga Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan Keuangan harus dibuat secara manual. BPKD tidak dapat menjelaskan kepada BPK tentang siapa yang membuat LAK dan CALK sehingga BPK juga tidak dapat meminta penjelasan tentang arus kas masuk dan keluar dalam LAK. Pemkot menjelaskan bahwa LAK dihasilkan melalui asistensi BPKP. Pemda tidak memiliki Kertas Kerja Penyusunan LAK dan Dokumen pendukung nya.

Pemeriksaan selanjutnya menunjukkan bahwa LAK tersebut disusun dan disajikan berdasarkan realisasi pendapatan dan belanja yang ada pada LRA. Dengan demikian, aliran kas masuk disajikan berdasarkan realisasi pendapatan, sedangkan aliran kas keluar disajikan berdasarkan data realisasi belanja yang sama dengan di LRA.

Pada aktivitas Non Anggaran terdapat kejanggalan bahwa jumlah Pajak PPh Pasal 21 yang disetor ke Kas Negara dan setoran Bukan Pajak Iuran Wajib Pegawai lebih besar dibandingkan potongan yang diterima padahal pada Neraca per 31 Desember 2006 tidak ada kelebihan potongan yang belum disetorkan. Atas hal ini Pemerintah kota dhi para Pejabat BPKD tidak dapat menjelaskan dan menyiapkan dokumen pendukungnya.

Page 66: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

13

Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) pada LAK Kota Bima terdiri atas PFK dari belanja gaji

pegawai di Bendahara Gaji Pemkot dan PFK yang dipotong/ pungut oleh Bendahara Pengeluaran SKPD. Hasil konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran Pembantu a.n M.Rimawan diketahui bahwa Bendahara tidak membuat rekapitulasi atas potongan dan pungutan PFK yang dikuasainya karena ketidaktahuan dan selama ini tidak ada aturan teknis dari Walikota tentang pengelolaan PFK arahan dan pengawasan dari atasan langsung. Setelah dilakukan perhitungan atas Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) maka dihasilkan angka seperti yang disajikan pada tabel diatas disandingkan dengan Buku Besar hasil sistem.

Berdasarkan SSP dan SSBP bendahara Gaji diketahui secara pasti angka aktivitas non anggaran masuk dan keluar sebesar Rp10.274.833.927,00. Pengujian hasil dari sistem dengan melihat Buku Besar Konsolidasi untuk PFK dibandingkan dengan Buku Besar Unit/SKPD untuk PFK ternyata menghasilkan angka yang berbeda seperti yang disajikan pada tabel diatas, dengan hasil Buku Besar Konsolidasi arus kas bersih Rp0,00 dan Buku Besar Unit arus kas bersih Rp(2.127.710.562,91).

Lebih lanjut untuk menguji PFK pada masing SKPD menggunakan dokumen Pengesahan SPJ dan SSP/Buku Pajak masing-masing Bendahara SKPD. Pengujian ini tidak dapat dilakukan dikarenakan data tidak lengkap, ada 11 SKPD yang tidak menyajikan angka penerimaan dan penyetoran pajak yaitu Walikota, DPRD, Sekretariat Kota, Dinas Dikbudpar, Dinas Tata Kota, KBKS, Kantor Pol PP, PM dan P, Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Mpunda dan Kecamatan Raba. Dari prosedur audit pengumpulan SSP dan Buku Pajak SKPD dengan dua kali surat resmi melalui Sekda dan Wakil Walikota, hingga berakhirnya pemeriksaan ternyata hanya 5 SKPD yang menyerahkan lengkap Buku Pajak dan SSP-nya yaitu Bappeda, Kimpraswil, Dinas Tata Kota, Kantor Pol PP, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Kantor Pelayanan Terpadu dan Kecamatan Rasanae Barat.

Berdasarkan Data Pengesahan SPJ dan Buku Pajak yang ada, dilakukan uji petik untuk menguji keandalan data masing-masing atas 5 SKPD dengan hasil 1 dari 5 SKPD yang menyajikan angka pada Pengesahan SPJ sama dengan Buku Pajak milik Bendahara

LAK Unaudited Rekapitulasi PFK Bendahara Gaji

Rekapitulasi Buku Besar PFK Dinas -

Sistem

Buku Besar PFK Konsolidasi LKPD -

SistemIWP Rp. 7.435.212.385,00 8.532.166.462,00 7.435.212.385,00 7.435.212.385,00PPh Pasal 21 Rp. 1.468.681.803,00 1.383.385.465,00 461.812.197,00 1.468.681.803,00PPh Pasal 22 Rp. 664.047.669,00 535.208.809,00 664.047.669,00PPh Pasal 23 Rp. 0 - 0PPN Rp. 3.348.081.225,91 2.592.560.129,00 3.348.081.225,91Taperum Rp. 359.811.197,00 359.282.000,00 122.433.731,00 358.914.731,00Pdapatan yg Ditangguh Rp. 90.117.469,00Arus Kas Masuk Rp. 13.365.951.748,91 10.274.833.927,00 11.147.227.251,00 13.274.937.813,91

IWP Rp. 7.450.540.784,00 8.532.166.462,00 7.435.212.385,00 7.435.212.385,00PPh Pasal 21 Rp. 1.501.810.431,00 1.383.385.465,00 1.468.681.803,00 1.468.681.803,00PPh Pasal 22 Rp. 664.047.669,00 664.047.669,00 664.047.669,00PPh Pasal 23 Rp. 0 0PPN Rp. 3.348.081.225,91 3.348.081.225,91 3.348.081.225,91Taperum Rp. 358.914.731,00 359.282.000,00 358.914.731,00 358.914.731,00Arus Kas Keluar Rp. 13.323.394.840,91 10.274.833.927,00 13.274.937.813,91 13.274.937.813,91Koreksi SPJ 2006 Rp. 16.558.813.607,00Arus Bersih -16.516.256.699,00 0,00 -2.127.710.562,91 0,00

Page 67: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

14

Pengeluarannya, seperti pada tabel berikut:

Sebelum dilakukan koreksi pada LAK diketahui aktivitas non anggaran menghasilkan arus bersih negatif yang berarti tidak ada hutang kepada Pemerintah Pusat/ Kas Negara namun ternyata pada Neraca terdapat hutang PFK atas Taperum sebesar Rp896.466,00. Hal ini tidak dapat dijelaskan oleh Kuasa BUD, Bendahara Gaji dan para pejabat BPKD.

Berdasarkan ketidaktersediaan data dan dokumen pendukung aktivitas non anggaran serta tidak adanya bukti-bukti memo penyesuaian yang disebut sebagai Bukti Transaksi dalam rincian buku besar pajak menurut sistem maka BPK tidak dapat melakukan koreksi aktivitas non anggaran selain mengkoreksi kembali Rp16.558.813.607,00. Koreksi hanya dilakukan atas aktivitas yang terkait dengan LRA. Setelah dilakukan koreksi tersebut diketahui hasil akhir dari aktivitas non anggaran adalah arus bersih Rp42.556.908,00. Hal ini berarti seharusnya terdapat Kas yang mungkin berada pada Kas Daerah atau pada Bendahara Pengeluaran yang belum disetor Kas Negara dan seharusnya disajikan pada Neraca per 31 Desember 2007 sebagai Hutang PFK. Hal ini juga tidak dapat dijelaskan oleh Kuasa BUD, Bendahara Gaji dan para pejabat BPKD. 3) Neraca

Pada LKPD yang diserahkan kepada BPK tanggal 14 Agustus 2008 yang terdiri atas LRA, LAK, Neraca dan CALK. Pemeriksaan atas SPJ masing-masing SKPD/dinas diketahui bahwa masing-masing SKPD belum mampu membuat LRA, CALK dan Neraca SKPD per 31 Desember 2007. Aplikasi Pembukuan dapat menghasilkan Neraca Konsolidasi dan Neraca per SKPD per 31 Desember 2007. Berdasarkan LKPD yang diserahkan kepada BPK dan Laporan Keuangan hasil dari sistem aplikasi diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan:

Versi LKPD yang

diserahkan ke BPK Versi LKPD yang dihasilkan Sistem

1 ASET LANCAR 53.688.595.242,43 53.688.595.242,43 2 INVESTASI 5.053.324.135,00 5.053.324.135,00 3 ASET TETAP 1) Tanah 58.305.831.353,00 54.244.986.603,00 2) Gedung dan Bangunan 152.115.447.722,69 128.404.442.205,13

3) Peralatan dan Mesin 70.313.988.950,51 57.425.432.482,01 4) Jalan, Irigasi dan Jaringan 95.240.215.263,94 66.998.101.199,94 5) Aset Tetap Lainnya 7.555.042.407,69 4.678.556.347,69 6) Konstruksi Dalam Pengerjaan 13.632.036.400,00 8.951.707.782,17 7) Akumulasi Penyusutan (45.828.952.504,27) (30.226.364.101,47) Jumlah Aset Tetap 351.333.609.593,56 290.476.862.518,47

Potongan/Pungutan Bappeda Dinas Kimpraswil Dinas Pertanian Dinas Kehutanan Kec. Rasanae TimurSSP/Buku Pajak 134.115.556,00 1.302.413.959,00 17.193.773,00 98.868.731,00 41.848.802,00 Pengesahan SPJ 134.115.556,00 950.791.016,00 140.578.087,00 110.108.456,00 47.323.802,00 Selisih - 351.622.943,00 (123.384.314,00) (11.239.725,00) (5.475.000,00)

Setoran Bappeda Dinas Kimpraswil Dinas Pertanian Dinas Kehutanan Kec. Rasanae TimurSSP/Buku Pajak 134.115.556,00 1.303.162.794,00 17.193.773,00 98.868.726,00 41.848.802,00 Pengesahan SPJ 134.115.556,00 950.791.016,00 140.578.087,00 110.108.456,00 47.323.802,00 Selisih - 352.371.778,00 (123.384.314,00) (11.239.730,00) (5.475.000,00)

Page 68: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

15

4 ASET LAIN 3.750.561.130,63 3.750.561.130,63 JUMLAH ASET 413.826.090.101,62 352.969.343.026,53

B. 1 KEWAJIBAN 1) Utang PFK 896.466,00 2) Pdptan ditangguhkan 90.117.496,00 3)Bagian Lancar Utang Pjg 11.518.408.000,00 11.518.408.000,00 4) Utang Jk Pdk Lainnya 30.014.174.642,00 30.014.174.642,00 41.533.479.108,00 41.622.700.138,00 2 EKUITAS

a) Ekuitas Dana Lancar 1) SILPA 52.820.592.704,00 (16.558.813.607,00) 2) Pdptan ditangguhkan 90.117.496,00 90.117.496,00

3) cadangan Piutang

-

- 4) Cadangan Persediaan 825.445.630,00 825.445.630,00 5) Dana utk bayar utang jk pdk (41.532.582.642,00) (41.622.700.138,00) 12.203.573.161,00 (57.265.950.619,00)

b) Ekuitas Dana investasi 1) Dinvestasikan dlm Investasi 5.053.324.135,00 5.053.324.135,00 2)Diinvestasikan dlm Aset Tetap 351.333.609.593,56 290.476.862.518,47 3) Diinvestasikan dlm Aset Lain 3.702.104.103,63 3.702.104.103,63 4) Dana utk bayar utang jk Pjg 0 0 360.089.037.832,19 299.232.290.757,10 JUMLAH EKUITAS 372.292.610.993,19 241.966.340.138,10 JUMLAH EKUITAS & KEWAJIBAN 413.826.090.101,19 283.589.040.276,10 Dari perbandingan antara LKPD yang diserahkan oleh Pemerintah Kota Bima kepada

BPK tanggal 14 Agustus 2008 dengan LKPD yang dihasilkan Sistem Aplikasi Pembukuan SKPKD terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Hal ini seharusnya tidak terjadi karena Pemerintah Kota menyatakan bahwa LKPD yang diserahkan kepada BPK dihasilkan dari Sistem Aplikasi.

Penelusuran lebih lanjut diketahui bahwa untuk angka Aset Tetap dan Akumulasi Penyusutan serta Ekuitas Dana Investasi –Diinvestasikan dalam Aset Lain yang dihasilkan Sistem Aplikasi adalah angka pada Neraca per 31 Desember 2006.

Lebih lanjut pada Neraca per 31 Desember 2007 yang diserahkan kepada BPK, jika dibandingkan antara Aset dengan Kewajiban dan Ekuitas maka persamaan akuntansi tidak terjadi karena terdapat selisih Rp0,43 (Aset Rp413.826.090.101,62 – Kewajiban dan Ekuitas sebesar Rp 413.826.090.101,19), demikian pula untuk Neraca per 31 Desember 2007 versi Sistem Aplikasi Aset dengan Kewajiban dan Ekuitas maka persamaan akuntansi tidak terjadi karena terdapat selisih Rp69.380.302.750,43 (Aset Rp352.969.343.026,53 – Kewajiban dan Ekuitas sebesar Rp283.589.040.276,10) Atas perbedaan tersebut, BPKD tidak dapat menjelaskan.

Page 69: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

16

4) Hubungan antara LRA, LAK dan Neraca pada LKPD Tahun Anggaran 2007 Untuk menguji kebenaran hubungan antara LRA T.A. 2007, LAK untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007 dan Neraca per 31 Desember 2007 maka dilakukan pengujian atas SILPA dengan Saldo Kas pada LAK dan Neraca. Untuk pengujian SILPA tahun lalu dan Saldo awal kas pada maka dilakukan penelusuran atas dokumen keuangan terdahulu. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPD TA 2006 No. 03.2/Pwk.BPK RI di Dps/07/2007 dengan hasil Opini Disclaimer/ Tidak Menyatakan Pendapat diketahui pada LRA, LAK dan Neraca TA 2006 disajikan sebagai berikut:

Perbedaan SILPA tahun berkenaan dengan SILPA pada Neraca adalah angka Deposito sebesar Rp2.350.000.000,00 yang di LRA tidak dimasukkan. Angka yang disajikan pada LHP BPK tersebut diuji dengan Perda Kota Bima No 8/2007 tgl 26 September 2007 tentang Perhitungan APBD TA 2006, yang menyajikan sebagai berikut: Perda tersebut tidak menetapkan sesuai dengan LHP BPK, dengan menetapkan EDL SILPA pada Neraca per 31 Desember 2006 sebesar Rp27.151.235.390,37 yang diperoleh dari Rp24.822.647.685,37 dikurangi pembayaran PFK Rp21.412.295,00. Lebih lanjut pada SK Walikota Bima No 198/2007 tgl 27 September 2007 tentang Penjabaran Perhitungan APBD TA 2006 hanya menyajikan LRA saja dengan hasil sama dengan Perda No 8/ 2007. Lebih lanjut pada LKPD TA 2007 yang diserahkan kepada BPK dapat dilihat sebagai berikut:

LRA 2006 LAK 2006 NERACA 2006SILPA lalu 13.308.244.961,37 Saldo Awal 13.329.657.256,37 Saldo Awal 13.329.657.256,37 SILPA Kini 24.822.647.685,37 Saldo Akhir 24.822.647.685,37 Saldo Akhir 24.822.647.685,37 Kenaikan 11.514.402.724,00 Kenaikan 11.492.990.429,00 Kenaikan 11.492.990.429,00

EDL SILPA 27.172.647.685,37

LRA 2006 LAK 2006 NERACA 2006SILPA lalu 13.308.244.961,37 Saldo Awal 13.329.657.256,37 Saldo Awal 13.329.657.256,37 SILPA Kini 24.822.647.685,37 Saldo Akhir 24.822.647.685,37 Saldo Akhir 24.822.647.685,37 Kenaikan 11.514.402.724,00 Kenaikan 11.492.990.429,00 Kenaikan 11.492.990.429,00

EDL SILPA 27.151.235.390,37

LRA 2007 LAK 2007 NERACA 2007

Saldo awal Saldo awal Saldo awal dari Neraca th laluSiLPA lalu 27.172.647.685,37 1 Kas di Bank 6.745.982.420,60 1 Kas di Bank 6.745.982.420,60

2 Kas di BUD 767.516.924,77 2 Kas di BUD 767.516.924,77 3 Kas di Luar BUD 16.558.813.607,00 3 Kas di Luar BUD 16.558.813.607,00

A=1+2+3 24.072.312.952,37 A=1+2+3 24.072.312.952,37 4 Kas di BP 750.334.733,00 4 Kas di BP 750.334.733,00 5 Deposito 2.350.000.000,00 5 Deposito 2.350.000.000,00

B=A+4+5 27.172.647.685,37 B=A+4+5 27.172.647.685,37

EDL SILPA 27.172.647.685,37

Saldo akhir Saldo akhir Saldo akhirSILPA kini 69.379.406.311,43 1 Kas di Bank 29.985.133.149,33 1 Kas di Bank 29.985.133.149,33

2 Kas di BUD 2.528.289.972,00 2 Kas di BUD 2.528.289.972,00 3 Kas di Luar BUD 3.055.000.000,00 3 Kas di Luar BUD 3.055.000.000,00

C=1+2+3 35.568.423.121,33 C=1+2+3 35.568.423.121,33 4 Kas di BP 628.941.141,00 4 Kas di BP 628.941.141,00 5 Tampung DAK 14.315.791.350,00 5 Tampung DAK 14.315.791.350,00 6 Deposito 2.350.000.000,00 6 Deposito 2.350.000.000,00

D=C+4+5 52.863.155.612,33 D=C+4+5 52.863.155.612,33

EDL SILPA 52.820.592.704,00 (42.562.908,33)

kenaikan 42.206.758.626,06 E=D-B kenaikan 25.690.507.926,96 E=D-B Kenaikan 25.690.507.926,96

Page 70: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

17

Angka SILPA tahun 2006 yang ditetapkan pada LRA TA 2007 adalah angka dari SILPA yang disajikan pada Neraca per 31 Desember 2006 sesuai LHP BPK berbeda dengan Perda tentang Perhitungan. Hal ini berarti Pemerintah Kota telah mengkoreksi SILPA pada LRA dan saldo awal Kas pada LAK dengan menambahkan saldo Deposito Rp2.350.000.000 tanpa melakukan penjelasan atas koreksi tersebut. Kejanggalan pada LRA, LAK dan Neraca per 31 Desember 2007 terletak pada saldo akhir masing-masing Laporan. Pada LRA disajikan SILPA tahun berkenaan sebesar Rp69.379.406.311,43 sehingga dapat dihitung kenaikan SILPA sebesar Rp42.206.758.626,06. Saldo akhir Kas pada LAK dan Neraca disajikan sebesar Rp52.863.149.612,33, dengan saldo awal kas yang sama besar dengan SILPA awal sehingga dapat dihitung kenaikan kas sebesar Rp25.690.501.926,96.SILPA pada LRA tidak dijelaskan lebih lanjut pada CALK LRA dan pejabat BPKD juga tidak dapat menjelaskan angka tersebut mengapa jauh lebih tinggi dibandingkan Saldo Akhir Kas di LAK dan di Neraca. Pejabat BPKD menjelaskan pada LAK terdapat koreksi atas pengeluaran Rp16.558.813.607,00 pada Aktivitas Non Anggaran namun tetap masih dapat mengkonfirmasi selisih tersebut. Hal ini diduga karena Aktivitas Non Anggaran pada LAK tahun 2007 yang tidak dapat diyakini kewajarannya. Lebih lanjut EDL SILPA pada Neraca per 31 Desember 2007 juga disajikan sebesar Rp52.820.592.704,00 (yang diperoleh dari perhitungan SILPA LRA Rp69.379.406.311,43 dikurangi Rp16.558.813.607,00) berbeda dengan saldo Akhir Kas sebesar Rp52.863.149.612,33. Sehingga menghasilkan selisih antara EDL SILPA dengan total kas sebesar Rp42.562.908,33. Pejabat BPKD juga tidak dapat menjelaskan perbedaan tersebut.

Perbedaan atau selisih yang terjadi tersebut mengakibatkan Angka pada LRA, LAK dan Neraca yang telah dikoreksi oleh BPK juga menghasilkan perbedaan/ selisih antara angka SILPA dan Kas yang disajikan di LRA, LAK dan Neraca per 31 Desember 2007, seperti berikut: Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,

1) Lampiran II Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan bagian Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan yaitu ”Andal” pada alenia 35 yang menyatakan bahwa informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan

LRA 2007 LAK 2007 NERACA 2007

Saldo awal Saldo awal Saldo awal dari Neraca th laluSiLPA lalu 27.672.647.685,37 1 Kas di Bank 6.745.982.420,60 1 Kas di Bank 6.745.982.420,60

2 Kas di BUD 767.516.924,77 2 Kas di BUD 767.516.924,77 3 Kas di Luar BUD 16.558.813.607,00 3 Kas di Luar BUD 16.558.813.607,00

A=1+2+3 24.072.312.952,37 A=1+2+3 24.072.312.952,37 4 Kas di BP 750.334.733,00 4 Kas di BP 750.334.733,00 5 Deposito 2.850.000.000,00 5 Deposito 2.850.000.000,00

B=A+4+5 27.672.647.685,37 B=A+4+5 27.672.647.685,37

EDL SILPA 27.672.647.685,37

Saldo akhir Saldo akhir Saldo akhirSILPA kini 66.298.189.570,43 1 Kas di Bank 1 Kas di Bank 30.128.844.225,43

2 Kas di BUD 2 Kas di BUD 2.528.289.972,00 3 Kas di Luar BUD 3 Kas di Luar BUD 19.613.813.607,00

C=1+2+3 - C=1+2+3 52.270.947.804,43 4 Kas di BP - 4 Kas di BP 15.407.570.822,00 5 Tampung DAK 5 Tampung DAK - 6 Deposito 6 Deposito 2.850.000.000,00

D=C+4+5 66.340.746.478,43 D=C+4+5 70.528.518.626,43

EDL SILPA 70.527.622.160,00

kenaikan 38.625.541.885,06 E=D-B kenaikan 38.668.098.793,06 E=D-B Kenaikan 42.855.870.941,06

Page 71: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

18

maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik: a) Penyajian jujur: informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa

lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan;

b) Dapat diverifikasi (verifiability): informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh;

c) Netralitas: informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu;

2) PSAP 03 a) Paragraf 8 baris 15 menyebutkan “Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang

masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah” dan baris 17 menyebutkan “pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah”

b) Paragraf 12 menyebutkan “Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan”

c) Paragraf 13 menyebutkan “unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendahara umum negara/daerah.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada : 1) Pasal 122 ayat (5) Jumlah Belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas

tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja, 2) Pasal 127 ayat (1) Semua Pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum

daerah dan ayat (2) Setiap Pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah 3) Pasal 132 ayat (1) Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan

bukti yang lengkap dan sah 4) Pasal 179 ayat (1) BUD bertanggungjawab terhadap pengelolaan penerimaan dan

pengelolaan kas daerah 5) Pasal 183 Ayat (1) Pengelolaan kas non anggaran mencerminkan penerimaan dan

pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah, ayat (8) Tata Cara Pengelolaan kas non anggaran diatur dalam peraturan kepala daerah

6) Pasal 189 ayat (6) Laporan Pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan (5) dilampiri dengan buku kas umum, buku pembantu dan rekapitulasi penerimaan dan bukti penerimaan lainnya yang sah; ayat (7) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan Pertanggungjawaban Bendahara penerimaan; ayat (8) verifikasi, evaluasi dan analisis dilakukan dalam rangka rekonsiliasi penerimaan

7) Pasal 200 ayat (2) Dokumen SPP GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain terdiri dari surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas penggunaan dana SPP UP/GU/TU sebelumnya

8) Pasal 205 ayat (3) Lampiran dokumen SPP LS, untuk pengadaan barang dan jasa antara lain mencakup huruf e berita acara penyelesaian pekerjaan, huruf f berita acara serah terima barang dan jasa, huruf k berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang; ayat (5) dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan tidak lengkap, bendahara pengeluaran mengembalikan dokumen SPP LS kepada PPTK untuk dilengkapi.

Page 72: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

19

9) Pasal 216 ayat (1) Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna anggaran/kuasa PA agar pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan; ayat (5) Kelengkapan dokumen SPM LS untuk penerbitan SP2D antara lain mencakup huruf b bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan kelengkapan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

10) Pasal 219 ayat (1) Dokumen yang digunakan Kuasa BUD dalam menatausahakan SP2D mencakup register SP2D, register surat penolakan penerbitan SP2D, Buku Kas Penerimaan dan Pengeluaran

11) Pasal 220 ayat (1) Bendahara Pengeluran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan penggunaan UP/GU/TU kepada Kepala SKPD melalui PPK SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya; ayat (4) Dalam mempertanggungjawabkan penggunaan UP/GU/TU dokumen laporan pertanggungjawaban yang disampaikan antara lain mencakup ringkasan perngeluaran per rincian obyek yang disertai dengan bukti pengeluaran yang sah, bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara

12) Pasal 232 ayat (1) Entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah ; ayat (3) Sistem akuntansi tersebut meliputi serangkaian prosedur mulai proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer

13) Pasal 233 ayat (1) Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, aset tetap dan akuntansi selain kas

14) Pasal 234 ayat (1) Sistem akuntansi pemerintahan dilaksanakan oleh PPKD; ayat (2) Sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh PPK SKPD

15) Pasal 289 ayat (1) Kepala SKPKD menyusun dan melaporkan laporan arus kas secara periodik kepada Kepala Daerah

16) Pasal 313 ayat (1) Dalam rangka meningkatkan kinerja transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, kepala daerah mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya.

d. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengeloaan Keuangan Daerah: 1) Pasal 4 Ayat (2) Pengeloaan Keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang

terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah

2) Pasal 5 Ayat (1) Walikota selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan

3) Pasal 5 Ayat (2) Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala BPKD selaku PPKD dan kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah

4) Pasal 5 Ayat (4) Dalam pelaksanaan kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) sekretaris daerah bertindak selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah

5) Pasal 7 Ayat (1) PPKD mempunyai tugas antara lain huruf d melaksanakan fungsi BUD dan huruf e menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

6) Pasal 99 Ayat (1) PPKD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya; Ayat (2) PPKD menyusun LKPD terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CALK

Page 73: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

20

7) Pasal 133 Ayat (1) Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Walikota mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya; Ayat (2) Pengaturan dan penyelenggaraan SPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Peraturan Walikota Bima Nomor 4T tahun 2007 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pasal 3 Ayat (1) Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kota mempunyai tugas membantu walikota dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang pengelolaan keuangan dan asset daerah.

f. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. SE.900/316/BAKD perihal Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Beberapa kelemahan signifikan tersebut mengakibatkan:

a. Total Pendapatan yang disajikan di Laporan Realisasi Anggaran TA 2007 sebesar Rp279.696.892.393,06 tidak dapat diyakini kewajarannya;

b. Total Belanja disajikan di Laporan Realisasi Anggaran TA 2007 sebesar Rp216.980.261.039,00 tidak dapat diyakini kewajarannya;

c. Total Aktivitas Kas Masuk dan Keluar serta Saldo Akhir Kas Milik Daerah yang disajikan pada Laporan Arus Kas periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya;

d. Total Aset, Kewajiban dan Ekuitas yang disajikan pada Neraca per 31 Desember 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya.

Kondisi di atas disebabkan oleh: a. Kepala Daerah yang tidak membuat SPI atas pengelolaan keuangan yang memadai dan

melakukan pengawasan atas pelaksanaan SPI di lingkungan pemerintah Kota Bima b. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah kurang melakukan

fungsinya dengan baik c. Kepala BPKD selaku PPKD beserta jajaran dibawahnya sebagai pelaksana tidak melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya dalam proses pertanggungjawaban dan penyusunan laporan keuangan daerah

d. Kelalaian Pengguna Anggaran dan Bendahara yang tidak menyampaikan SPJ Fungsional tepat waktu

Walikota Bima menyatakan bahwa kelemahan SPI yang terjadi harus diakui dan ke depan

akan lebih diperbaiki.

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar: a. Membuat SPI yang memadai atas pengelolaan keuangan dan barang daerah dan melakukan

pengawasan atas pelaksanaan SPI di lingkungan pemerintah Kota Bima. b. Memberikan sanksi kepada Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah

kurang melakukan fungsinya dengan baik. c. Memberikan sanksi kepada Kepala BPKD beserta seluruh jajaran dibawahnya sebagai

pelaksana yang tidak melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam proses pertanggungjawaban dan penyusunan laporan keuangan daerah.

Page 74: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

21

d. Memberikan sanksi kepada semua Pengguna Anggaran dan Bendahara yang tidak menyampaikan SPJ Fungsional tepat waktu.

2. Pelampauan Anggaran atas Belanja Bantuan Sosial dan Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Hutang Jatuh Tempo

Pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) disajikan bahwa terjadi pelampauan anggaran

pada pengeluaran kas untuk belanja dan pengeluaran pembiayaan sebagai berikut:

No Uraian Anggaran Realisasi Pelampauan % 1 2 3 4 5=4-3 (5/3)X100% 1 Bantuan Sosial 14.630.702.000,00 17.017.964.550,00 2.387.262.550,00 16,32% 2 Pembayaran Utang

Pokok Jatuh Tempo 23.000.000.000,00 24.076.337.455,00 1.076.337.455,00 4,68%

Berdasarkan penelusuran lebih lanjut atas permasalahan tersebut dapat lebih dijelaskan sebagai berikut:

a. Pelampauan anggaran pada Bantuan Sosial Jumlah Nominal atas Bantuan Sosial (5.1.5) tersebut sesuai dengan Rekap Buku Besar

Konsolidasi hasil sistem dan Penjabaran Perubahan APBD TA 2007 (DPPA BPKD hingga saat pemeriksaan berakhir belum dibuat) dapat dirinci sebagai berikut:

No Kode

Rekening Uraian Anggaran Realisasi Pelampauan

1 01.01 Organisasi Kemasyarakatan 1.235.000.000,00 1.035.745.000,00 (199.255.000,00) 2 01.02 Organisasi Keagamaan 8.708.202.000,00 9.870.216.300,00 1.162.014.300,00 3 01.03 BAPOR 2.325.000.000,00 2.279.661.500,00 (45.338.500,00) 4 01.04 Kemasyarakatan 375.000.000,00 1.906.841.750,00 1.531.841.750,00 5 01.05 UKM 1.500.000.000,00 1.452.500.000,00 (47.500.000,00) 6 02.01 Partai Politik 487.500.000,00 473.000.000,00 (14.500.000,00) 14.630.702.000,00 17.017.964.550,00 2.387.262.550,00

Pada APBD dan Perubahan APBD TA 2007 tidak perincian atas anggaran bantuan, yang

menyebutkan pihak ketiga mana yang akan dibantu pada tahun 2007. Demikian pula pada DPA BPKD TA 2007.

Secara garis besar konfirmasi dengan Kepala Bidang Anggaran yang membawahi Sub Bidang Perbendaharaan dan Verifikasi tidak dapat dijelaskan bagaimana bisa terjadi pelampauan anggaran yang cukup signifikan. Pada Penelaahan atas mekanisme pengajuan bantuan dan pencairan dan wawancara dengan Pejabat Pembuat Komitmen a.n. Syahruddin S.Sos (Kepala Sub Bagian Penyusunan Program dan Keuangan) dan bendahara pengeluaran diketahui bahwa otorisasi, persetujuan atas pengajuan bantuan tidak jelas karena dapat melalui Walikota, Wakil Walikota, Sekretaris Daerah dan Kepala BPKD, PPK dan Bendahara Pengeluaran. PPK sendiri tidak selalu memverifikasi pengajuan SPP+SPM bantuan karena terkadang tidak melalui PPK. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sebenarnya pernah dlaporkan kepada Walikota dari Kepala BPKD dalam bentuk Telaahan Staf tanggal 8 Agustus 2007 tentang Dana Bantuan Tahun 2007 dialokasikan dalam APBD sebesar Rp12.180.702.000,00 sedangkan permintaan masyarakat

Page 75: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

22

meningkat sehingga pencairan melampaui pagu. Kelemahan pengendalian juga pada Bendahara Pengeluaran a.n. Khairil yang merangkap

tugas sebagai Bendahara BPKD sesuai SK Walikota No.6 tahun 2007 tentang Penunjukan Bendahara Lingkup Pemerintah Kota Bima, sebagai Bendahara Pengeluaran Bantuan dan Bendahara Belanja Tak Terduga. Untuk tugas sebagai bendahara Bantuan dan Belanja Tak Terduga tidak ditetapkan dengan SK Walikota.

Dari penjelasan oleh PPK dan Bendahara diketahui bahwa tidak ada pengendalian atas bantuan dan tidak catatan rinci atas Bantuan sehingga tidak tahu jika terjadi pelampauan anggaran. Hal-hal tersebut ini yang menyebabkan pelampauan anggaran.

Berdasarkan tabel diatas diketahui pelampauan terjadi bantuan untuk organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Untuk itu dilakukan uji petik atas belanja bantuan untuk organisasi keagamaan yang jumlahnya besar, yaitu belanja bantuan untuk Masjid Al Muwahidin. Pada Buku Besar Bantuan terdapat tiga kali pengeluaran yaitu tanggal 09/08/2007 sebesar Rp1.000.000.000,00, 06/12/2007 sebesar Rp1.500.000.000,00 dan 27/12/2007 sebesar Rp500.000.000,00 namun tidak ada isian penjelasan pada kolom keterangan, konfirmasi dengan Bendahara dijelaskan bahwa bantuan tersebut untuk Masjid Al Muwahidin, konfirmasi dengan pengurus masjid Al Muwahidin diakui bahwa uang bantuan sebesar Rp3.000.000.000,00 tersebut telah diterima melalui tiga kali pencairan yaitu tanggal 09/08/2007, 13/12/2007 dan 28/12/2007 yang dibuktikan dengan rekening koran miliki Yayasan Al Muwahhidin nomor rekening 0129103295. Lebih lanjut atas penelusuran dokumen pengajuan bantuan pada Bendahara Bantuan tidak diperoleh dokumen apapun , atas permintaan dokumen dari yayasan Al Muwahhidin hanya diberikan surat pengajuan permintaan bantuan, Akta Pendirian, bukti-bukti pembayaran dari Yayasan Al Muwahhidin kepada PT Adhi Karya sebagai rekanan. Berdasarkan dokumen yang ada diketahui surat pengajuan bantuan Nomor 03/YMB/VIII/2007 tanggal 6 Agustus 2007 yang berisi permintaan bantuan sebesar Rp3.000.000.000,00 dengan dokumen pendukung Perjanjian Kontrak Kerja dan Surat Perintah Mulai Kerja, yang ditandatangani oleh Ketua Yayasan Al Muwahhidin Drs.H. Muhamaddin dan Sekretaris DR.Ir.Syamsuddin. Berdasarkan data pada Kontrak Nomor 01/YMB/VII/2007 tanggal 17 Juli 2007 tersebut diketahui nilai kontrak sebesar Rp7.316.100.000,00, yang ditandatangani Pihak Yayasan, Pihak Adhi Karya, dengan mengetahui adalah Bupati Bima Ferry Zulkarnain, Walikota Bima M.Nur A.Latif, Ketua DPRD Kabupaten Bima Drs.Muhdar Arsyad dan Ketua DPRD Kota Bima Subhan M.Nur,SH.

Berdasarkan Akta Pendirian di Notaris Baiq Hayinah Nomor 128 tanggal 22 Juni 2007, diketahui terdapat beberapa pejabat Pemerintah Kota Bima yaitu Sekretaris oleh Kepala Bappeda DR.Ir.Syamsuddin dan Bendahara H.Qurais H. Abidin (Walikota). Berdasarkan data kronologis dan dokumen yang ada dan dokumen persetujuan pemberian bantuan yang tidak ada maka dimungkinkan bahwa sebelum surat permintaan bantuan diajukan oleh Yayasan ke Pemerintah Kota Bima, sudah ada kesepakatan pencairan bantuan untuk Yayasan tersebut. Hal ini mengindikasikan mekanisme pemberian bantuan tidak menunjukkan sistem pengendalian yang memadai.

b. Pelampauan pada Pembiayaan - Pembayaran Hutang Jatuh Tempo.

Pada LRA disajikan Pembayaran Hutang Jatuh Tempo sebesar Rp24.076.337.455,00 dari Anggaran sebesar Rp23.000.000.000,00. Anggaran sebesar tersebut hanya disebutkan total tidak dirinci pihak ketiga/ rekanan mana yang harus dibayar untuk tahun 2007 pada RKA BPKD namun pada DPA dan Penjabaran Perubahan APBD tidak ada anggaran untuk pembiayaan. Konfirmasi lisan dengan Kepala Bidang Anggaran tidak diketahui penyebab pelampuan anggaran tersebut.

Pada Neraca per 31 Desember 2006 terdapat hutang jatuh tempo sebesar Rp27.958.883.342,80 (bagian lancar hutang jangka panjang Rp12.211.305.000,00 dan utang

Page 76: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

23

jangka pendek lainnya Rp15.747.578.342,80). Konfirmasi tertulis tentang hutang jangka pendek dan jangka panjang beserta pembayarannya diketahui bahwa dari empat pejabat BPKD, yaitu Kepala Bidang Pendapatan, Kepala Bidang Anggaran, Kepala Subbidang Anggaran dan Pembukuan serta Kepala Subbidang Akuntansi dan Pelaporan tidak ada yang mengetahui mengapa tahun lalu hutang sejumlah Rp 27.958.883.342,80 namun tahun 2007 hanya dianggarkan Rp23.000.000.000,00 dan direalisasikan sebesar Rp24.076.337.455,00 serta tidak ada yang mengetahui apakah Rp24.076.337.455,00 tersebut merupakan bagian dari Rp27.958.883.342,80. Juga dijelaskan bahwa mereka tidak mengetahui mengapa hutang jangka panjang tahun 2006 sebesar Rp11.854.377.500,00 dan di neraca 2007 hanya sebesar Rp11.518.408.000,00.

Kondisi di atas tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, dalam: a. Pasal 122 ayat (5) menyebutkan bahwa jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD

merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja. b. Pasal 132 ayat (1) menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus

didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. c. Pasal 224 Bendahara Pengeluaran yang mengelola belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan

sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tak terduga dan pembiayaan melakukan penatausahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelampauan anggaran tersebut mengakibatkan tidak adanya disiplin anggaran dan membuka peluang penyelewengan keuangan daerah.

Kondisi di atas disebabkan oleh Walikota, Sekretaris Daerah, Kepala BPKD beserta seluruh pejabatnya sebagai pelaksana tidak melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dan tidak mengerti atas atas asas disiplin anggaran.

Walikota Bima dan Kepala BPKD menyatakan bahwa kelemahan SPI yang terjadi harus diakui dan ke depan akan lebih diperbaiki.

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar: a. Lebih mentaati kebijakan pengeluaran untuk pembayaran bantuan sesuai yang ditetapkan

dalam APBD. b. Memberikan sanksi kepada Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan

daerah kurang melakukan fungsinya dengan baik. c. Memberikan sanksi kepada Kepala BPKD beserta seluruh jajaran dibawahnya sebagai

pelaksana yang tidak melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam proses pengendalian anggaran.

3. Pencatatan dan Penginventarisasian Persediaan Obat-obatan Pemerintah Kota Bima belum

tertib

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun Anggaran 2007 diketahui bahwa Akun Aset Lancar - Persediaan pada Neraca per 31 Desember 2007 disajikan senilai Rp. 825.445.630,00 yang terdiri atas 238 jenis obat dan alat kesehatan habis pakai. Nilai persediaan tersebut merupakan nilai persediaan obat-obatan dan alat kesehatan habis pakai pada Instalasi Farmasi Kota Dinas Kesehatan Kota Bima saja tidak termasuk yang sudah dibagikan ke

Page 77: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

24

Puskesmas di seluruh Kota Bima. Persediaan yang sudah terdistribusi ke Puskesmas tersebut tidak dapat diuji karena tidak tersedia data dan dokumentasi.

Pengelolaan persediaan obat-obatan dan alat kesehatan habis pakai pada Dinas Kesehatan Kota Bima dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Kota (IFK) yang secara organisasi berada di bawah Seksi Farmasi Makanan dan Minuman, dibawah Bidang Pelayanan Kesehatan. Pemisahan fungsi dan tanggung jawab dalam IFK Bima terbagi dalam fungsi penyimpanan dan distribusi, fungsi pencatatan dan pelaporan, dan fungsi pemantauan. Persediaan obat-obatan yang dikelola IFK tersebut berasal dari sumber Askes, JPKMM, PKD, dan bantuan provinsi dan disalurkan kepada lima puskesmas di wilayah Kota Bima, yaitu Puskesmas Paruga, Puskesmas Asakota, Puskesmas Mpunda, Puskesmas Penanae, dan Puskesmas Rasanae Timur serta pelayanan sosial.

Berdasarkan penjelasan penanggung jawab penatausahaan IFK Bima mengenai penatausahaan persediaan, diketahui hal-hal sebagai berikut: a. Hasil pengadaan obat-obatan diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Barang yang selanjutnya

diserahkan kepada Penanggung jawab IFK Bima dengan bukti tanda terima dan kemudian dicatat di buku penerimaan, kartu stok, dan buku indul stok IFK Bima.

b. Secara berkala, Petugas Obat Puskesmas dengan otoritas dari kepala Puskesmas mengajukan permintaan obat kepada Penanggung jawab IFK Bima sesuai dengan kebutuhan. Obat-obatan diserahkan kepada Petugas Obat Puskesmas dengan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat-obatan (LPLPO). Persediaan obat tersebut dicatat keluar dalam kartu stok dan buku induk stok IFK Bima.

c. Untuk kebutuhan pelayanan selain kepada puskesmas, pengeluaran persediaan obat dari IFK Bima dilakukan atas dasar dokumen permintaan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima. Obat-obatan diserahkan kepada pemegang dokumen permintaan, persediaan obat tersebut dicatat keluar dalam kartu stok dan buku induk stok IFK Bima.

Hasil pengujian atas data pada dokumen pengelolaan obat yang ada di IFK berupa buku penerimaan, kartu stok, buku stok induk, LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat-obatan), Laporan Ketersediaan Obat, dan dokumen lainnya diketahui bahwa untuk tahun 2007 Laporan Ketersediaan Obat Bulanan dibuat berdasarkan buku stok induk. Hasil pemeriksaan fisik yang dilaksanakan Tim BPK RI pada tanggal 8 September 2008 dengan melakukan penghitungan trace back stok obat secara sampling berdasarkan buku stok induk yang ada, ditemukan adanya selisih lebih dan kurang pada jumlah maupun jenis obat yang dilaporkan dalam Neraca per 31 Desember 2007, dimana jumlah jenis persediaan yang dilaporkan adalah 238 item, sedangkan jumlah jenis persediaan yang ada di buku stok induk adalah 239 sampai dengan 31 Desember 2007, dan 245 item sampai dengan dilaksanakannya pemeriksaan fisik. Perbedaan tersebut menurut penjelasan bagian pembukuan dan pelaporan IFK Bima disebabkan karena adanya 7 jenis stok dari Askes dan Buffer Provinsi yang belum dimasukkan . Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa nilai persediaan obat-obatan yang disajikan dalam Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 825.445.630,00 diketahui bukan berasal dari stok opname yang dilakukan pada akhir Tahun 2007. Jumlah dan jenis persediaan tersebut merupakan hasil perhitungan pembukuan atas persediaan obat-obatan yang dilakukan staf bagian pencatatan dan pelaporan IFK Kota Bima pada minggu pertama bulan Januari 2008 berdasar buku induk stok dan tidak dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) fisik persediaan, kemudian dituangkan dalam Daftar Ketersediaan Obat pada Instalasi Farmasi Kota. Daftar hasil perhitungan ini dilaporkan kepada BPKD Kota Bima dan selanjutnya angkanya disajikan dalam Neraca per 31 Desember 2007. Laporan ini memuat data persediaan obat-obatan di gudang penyimpanan IFK dimana masih tercampur antara stok baik dan stok kadaluarsa.

Pemeriksaan lebih lanjut atas dokumen pengelolaan obat yang ada di IFK diketahui terdapat data obat rusak dan kadaluarsa yang dimuat dalam Rekapitulasi Obat Rusak/Kadaluarsa

Page 78: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

25

di IFK per Juni 2008. Data Obat Rusak per 31 Desember 2007 tidak diperoleh BPK. Dari daftar tersebut diketahui bahwa terdapat 40 jenis obat-obatan yang dinyatakan sudah kadaluarsa (expired) atau dalam keadaan rusak. Pihak Pengelola IFK menyatakan bahwa telah berupaya memisahkan penyimpanan persediaan obat yang rusak/kadaluarsa tersebut dengan obat yang masih baik kondisinya, namun saat pemeriksaan fisiknya masih bercampur, sehingga BPK RI tidak dapat melakukan penelusuran lebih lanjut untuk meyakini kebenaran kuantitas, kualitas, dan nilai persediaan secara keseluruhan.

Hasil konfirmasi pada staf pengelola IFK Bima diketahui bahwa pihaknya tidak dapat melaksanakan stock opname atas persediaan obat-obatan pada tanggal 31 Desember 2007 dikarenakan keterbatasan tenaga yang ada.

Hal tersebut diatas tidak sesuai dengan: a. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada

PSAP No. 05 mengenai Akuntansi Persediaan pada − Paragraf 13 : Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca

tetapi di ungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan − Paragraf 16 : Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil

inventarisasi fisik. b. Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah:

- Pasal 8 ayat (2) yang menyatakan bahwa Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah berwenang dan bertanggung jawab antara lain dalam melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya

- Pasal 32 ayat (1) “Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya” dan ayat (2) “Pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum”

- Pasal 69 (2) “Dikecualikan dari ketentuan ayat (1), terhadap barang milik negara/daerah yang berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan, pengguna barang melakukan inventarisasi setiap tahun”

- Pasal 71 ayat (1) “Kuasa pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) untuk disampaikan kepada pengguna barang” dan ayat (2) “Pengguna barang harus menyusun Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) untuk disampaikan kepada pengelola barang”.

- Pasal 72 “Laporan Barang Milik Negara/Daerah (LBMN/D) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca pemerintah pusat/daerah”.

Hal tersebut mengakibatkan nilai persediaan obat-obatan yang disajikan dalam Neraca per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 825.445.630,00 tidak dapat diyakini kewajarannya.

Hal tersebut terjadi karena; a. Kelalaian Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima dan Pengelola Instalasi Farmasi Kota Bima

yang tidak melakukan pencatatan dan penginventarisasian persediaan obat-obatan.

Page 79: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

26

b. Kelalaian Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima selaku Pengguna Anggaran dan Pengguna Barang (dhi. persediaan obat) yang tidak mendesain prosedur inventarisasi dan penilaian persediaan tahunan; dan

c. Kelalaian Pengelola Instalasi Farmasi Kota Bima selaku kuasa Pengguna Barang yang tidak melaksanakan pencatatan secara menyeluruh atas persediaan barang yang dikelolanya, dan tidak menyusun Laporan persediaan guna penyusunan Neraca Pemerintah Kota Bima atas dasar stock opname.

Walikota Bima dan Kepala Dinas Kesehatan menyatakan bahwa;

a. Adanya Perbedaan jumlah item obat yang dilaporkan per 31 Desember 2007 (238 item) di buku stok induk sampai dengan 31 Desember 2007 (239 item), dan hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 8 september 2008 (245 item) disebabkan karena adanya 7 (tujuh item stok) dari ASKES dan buffer provinsi yang belum dimasukkan dalam laporan per 31 desember 2007, sementara item stok dari ASKES diterima di Instalasi Farmasi Kota Bima tanggal 5 dan 18 Februari 2008. Untuk item stok tersebut akan kami masukkan dan perbaiki dalam periode pelaporan selanjutnya.

b. Kami menyadari bahwa memang terjadi kelalaian dalam di dalam pencatatan dan penginventarisasian barang secara menyeluruh yang disebabkan oleh adanya keterbatasan tenaga pada unit IFK Dinas Kesehatan Kota Bima. Untuk masa-masa yang akan datang, pencatatan dan penginventarisasian obat akan dilakukan secara cermat, teliti dan mengikuti prosedur yang berlaku.

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar memberi sanksi kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kota Bima dan Pengelola Instalasi Farmasi Kota Bima yang tidak melakukan pencatatan dan penginventarisasian persediaan obat-obatan dan untuk selanjutnya memerintahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima selaku Pengguna Anggaran dan Pengguna Barang (dhi. persediaan obat) agar mendesain prosedur inventarisasi dan penilaian persediaan tahunan, melaksanakan pencatatan secara menyeluruh atas persediaan barang yang dikelolanya, dan menyusun Laporan persediaan guna penyusunan Neraca Pemerintah Kota Bima atas dasar stock opname.

4. Penatausahaan Aset tetap seluruhnya senilai Rp351.333.609.593,56 tidak memadai

Pemeriksaan atas Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007 diketahui bahwa saldo aset tetap milik Pemerintah Kota Bima seluruhnya senilai Rp351.333.609.593,56 yang terdiri dari aset tanah; gedung dan bangunan; peralatan dan mesin; jalan, irigasi dan jaringan; aset tetap lainnya, konstruksi dalam pengerjaan; dikurangi akumulasi penyusutan atas nilai aset tetap tersebut. Pemeriksaan pada Penjelasan atas pos-pos Laporan Keuangan dalam Catatan atas Laporan Keuangan diketahui bahwa Pemerintah Kota Bima telah melakukan koreksi atas nilai awal aset tetap yang tercatat dalam Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007 yang merupakan saldo akhir aset tetap pada Neraca per 31 Desember 2006, dengan rincian sebagai berikut:

Page 80: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

27

No Jenis Aset Saldo per

31 Desember 2006 Saldo Awal

setelah koreksi Selisih (koreksi)

1 Tanah 54.244.986.603,00 48.785.486.603,00 5.459.500.000,00 2 Gedung dan Bangunan 128.404.442.205,13 128.807.850.213,69 (403.408.008,56) 3 Peralatan dan Mesin 57.425.432.482,01 56.246.719.457,01 1.178.713.025,00

4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 66.998.101.199,94 65.586.152.327,94 1.411.948.872,00

5 Aset tetap lainnya 4.678.556.347,69 4.678.556.347,69 0 6 Konstruksi dalam pengerjaan 8.951.707.782,17 8.951.707.782,17 0 7 Akumulasi Penyusutan 30.226.364.101,47 28.123.538.747,08 2.102.825.354,56

Hasil konfirmasi dengan Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah Kota Bima diketahui bahwa Kepala Bagian Umum tidak dapat memberikan penjelasan dan perhitungan serta dokumentasi pendukung atas selisih akibat koreksi terhadap saldo awal aset tetap Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007. Konfirmasi lebih lanjut dengan Kepala Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) diketahui bahwa Kepala Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan BPKD juga tidak dapat memberikan penjelasan dan perhitungan serta dokumentasi pendukung atas nilai aset yang tercatat dalam Neraca per 31 Desember 2007 maupun nilai selisih akibat koreksi terhadap saldo awal aset tetap Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007. Berdasarkan penjelasan Kepala Bagian Umum diketahui nilai aset tetap yang tercatat dalam Neraca Daerah dicatat berdasarkan nilai yang tercatat dalam Laporan Hasil Inventarisasi Barang milik Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007. Laporan tersebut merupakan hasil inventarisasi yang dilaksanakan bulan April 2008 oleh pemerintah Kota Bima dengan penanggungjawab Sekretaris Daerah dengan asistensi oleh BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Hasil pemeriksaan terhadap laporan tersebut diketahui bahwa dalam laporan tersebut tidak mencantumkan nilai aset Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) serta nilai akumulasi penyusutan atas aset tetap. Dalam laporan hasil inventarisasi, aset tetap milik Pemerintah Kota Bima dikelompokkan berdasarkan Unit Pengelola Barang (UPB) yang seluruhnya berjumlah 175 Unit. Tidak terdapat rekapitulasi/ pengelompokkan aset berdasarkan jenis/kelompok penggolongannya yaitu tanah; gedung dan bangunan; peralatan dan mesin; jalan, irigasi dan jaringan; dan aset tetap lainnya. Dari hasil konfirmasi, diketahui Kepala Bagian Umum tidak pernah membuat laporan lainnya terkait pengelolaan barang milik daerah selain laporan hasil inventarisasi diantaranya Laporan Barang Milik Daerah. Kepala Bagian Umum menjelaskan, Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang tidak pernah memberikan Laporan Barang semesteran dan tahunan atas aset yang dikelola masing pengguna barang atau kuasa pengguna barang. Pemeriksaan lebih lanjut atas laporan hasil inventarisasi diketahui dalam laporan tersebut juga mencatat nilai aset atas barang hasil pengadaan dari dana APBN, APBD Provinsi maupun hibah. Hak kepemilikan atas barang-barang tersebut belum diserahterimakan kepada Pemerintah Kota Bima. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya Berita Acara Serah Terima atas aset-aset tersebut. Laporan hasil inventarisasi tersebut juga mencantumkan aset yang merupakan aset eks Pemerintah Kabupaten Bima. Konfirmasi dengan Kepala Bagian Umum terhadap keberadaan Berita Acara Serah Terima Barang dari Pemerintah Kabupaten Bima kepada Pemerintah Kota Bima diperoleh penjelasan bahwa yang bersangkutan hanya mengetahui dan menyimpan satu buah Berita Acara Serah Terima Barang tersebut. Dalam Berita Acara Serah Terima tersebut disebutkan barang-barang yang diserahkan kepada Pemerintah Kota Bima berupa hanya tanah

Page 81: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

28

beserta bangunan atas 12 lokasi aset. Nilai dari dua belas lokasi aset tersebut tidak disebutkan dalam Berita Acara tersebut, disamping itu terdapat dua aset yang tidak dicantumkan luasnya yaitu Terminal Akab Dara dan Retribusi Pelabuhan Bima. Berita Acara Serah Terima Barang tersebut juga tanpa dilampiri dengan bukti kepemilikan atas dua belas aset yang diserahkan. Dari dua belas aset tetap yang diserahkan tersebut dibandingkan dengan pemeriksaan secara uji petik atas Laporan hasil inventarisasi diketahui bahwa terdapat dua aset yang tidak dicatat dalam laporan hasil inventarisasi yaitu aset tanah beserta bangunannya atas lokasi Terminal Akab Dara dan Retribusi Pelabuhan Bima. Kepala Bagian Umum tidak dapat memberikan penjelasan aset tetap eks Pemerintah Kabupaten Bima mana saja yang sudah atau yang belum dicatat dalam laporan hasil inventarisasi. Berita Acara Serah Terima Barang atas aset eks Pemerintah Kabupaten Bima lainnya yang telah dicatat dalam laporan hasil inventarisasi, baik itu aset tetap berupa tanah; gedung dan bangunan; peralatan dan mesin; jalan, irigasi dan jaringan; dan aset tetap lainnya, menurut penjelasan Kepala Bagian Umum tidak dimiliki oleh Kepala Bagian Umum. Kepala Bagian Umum juga tidak dapat memberikan penjelasan aset tetap eks Pemerintah Kabupaten Bima selain dua belas aset tetap diatas yang sudah atau yang belum diserahterimakan kepada Pemerintah Kota Bima. Bukti kepemilikan atas aset-aset eks Pemerintah Kabupaten Bima juga tidak ada satupun yang disimpan oleh Kepala Bagian Umum. Penjelasan dari Kepala Bagian Umum diketahui bahwa Pemerintah Kota Bima telah berupaya untuk menagih bukti kepemilikan atas 12 aset tersebut kepada Pemerintah Kabupaten Bima namun sampai saat pemeriksaan bukti kepemilikan juga belum diterima dari Pemerintah Kabupaten Bima.

Pokok-pokok pengelolaan barang milik daerah telah diatur oleh Pemerintah Kota Bima dalam Peraturan Daerah. Namun Peraturan Daerah tersebut belum mengatur SKPD yang bertanggungjawab terhadap tugas pengelolaan barang milik daerah. Walikota Bima juga telah membuat peraturan yang mengatur tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah (Setda) khususnya Bagian Umum, namun dalam peraturan tersebut tugas Bagian Umum yang berkaitan dengan aset yang telah diatur antara lain hanya inventarisasi, menyiapkan bahan kebijakan pembelian dan pelelangan, penyusunan kebijaksanaan dibidang pemeliharaan dan perawatan barang bergerak, barang tidak bergerak dan pengelolaan aset. Peraturan Walikota lainnya yang mengatur tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi BPKAD hanya menyebutkan bhawa BPKAD adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota di bidang pengelolaan keuangan dan asset daerah namun tidak dilengkapi tugas pokok di bidang pengelolaan aset.

Konfirmasi dengan pejabat BPKD disebutkan bahwa pengelolaan aset bukan menjadi tanggungjawab BPKD. Konfirmasi dengan Kepala Bagian Umum diketahui bahwa Kepala Bagian Umum tidak pernah membuat laporan lainnya terkait pengelolaan barang milik daerah selain Laporan Hasil Inventarisasi Barang Milik Daerah (BMD) Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007. Laporan tersebut merupakan hasil inventarisasi yang dilaksanakan bulan April 2008 oleh pemerintah Kota Bima dengan penanggungjawab Sekretaris Daerah dengan asistensi selama 15 hari oleh tim BPKP Perwakilan Provinsi Bali yang terdiri lima orang Fasilitator dan satu orang Pengendali Mutu sesuai Surat Tugas No.ST 623/PW22/3/2008. Kepala Bagian Umum menjelaskan Laporan Barang Milik Daerah tidak dapat dibuat dikarenakan Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang tidak pernah memberikan Laporan Barang semesteran dan tahunan atas aset yang dikelola masing pengguna barang atau kuasa pengguna barang.

Pada Laporan Inventarisasi BMD tersebut disajikan barang milik daerah dengan pengklasifikasian berdasarkan 175 Unit Pengelola Barang (UPB) namun tidak dilengkapi rekapitulasi/penyajian menurut jenis/kode barang sehingga dapat menjelaskan/mendukung angka aset yang disajikan di Neraca Pemerintah Kota per 31 Desember 2007. Hal ini mengakibatkan angka yang disajikan pada Neraca tidak dapat ditelusuri lebih jauh.

Page 82: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

29

Pada Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa terdapat BMD sebanyak 334 satuan senilai Rp1.057.686.371,00 yang digunakan oleh pihak ketiga dengan rekapitulasi yang tidak dilengkapi perincian lebih lanjut sebagai berikut:

No Kelompok Barang Jumlah Nilai (Rp)

1 Alat Angkutan (Roda 2 dan 4) 26 749.008.956,00 2 Alat Kantor dan Rumah Tangga 293 301.098.435,00 3 Alat Studio/ Komunikasi 15 7.578.980,00 Jumlah 334 1.057.686.371,00

Pihak ketiga yang menguasai adalah Sekretariat KPU dan Panwaslu Kota Bima, KONI, KNPI, Koperasi Kasabua Ade, MUI, Pengadilan Negeri Bima, Polres, Polisi Militer, Kodim, Bazis, PHBI, HMI, Veteran dan Kwarcab Pramuka. Disebutkan pada Laporan tersebut bahwa pengawasan dan pengendalian BMD menjadi tanggungjawab Bagian Umum namun Bagian Umum tidak memiliki data pendukung tentang status, bukti kepemilikan, bukti pinjam pakai bahkan tidak ada rincian atas aset apa saja yang dikuasai/digunakan pihak ketiga tersebut. Pada Laporan tersebut juga menyebutkan tentang BMD dalam kondisi rusak berat sebanyak 9.319,65 sebesar Rp3.702.104.103,63 namun terdapat kejanggalan pada rekapitulasi yang mendukung pernyataan tersebut bahwa jumlah BMD yang rusak sebanyak 9326,25 namun belum termasuk Alat Angkutan sebesar Rp240.100.000,00 yang tidak disajikan satuannya. Pejabat BPKD dan Bagian Umum juga tidak bisa menjelaskan tentang Jalan dan Jembatan yang rusak dengan satuan 24,5 dan Bangunan Air/Irigasi yang rusak dengan satuan 186,75 , apakah satuan tersebut per item atau per kilometer. Berdasarkan cek fisik tanggal 11 September 2008 oleh BPK atas Penyimpanan Seluruh Bukti Kepemilikan Kendaraan pada Bagian umum diketahui bahwa ditemukan BPKB atas kendaraan roda 4/lebih sebanyak 61 buah dan BPKB atas kendaraan roda dua sebanyak 214 buah. Hambatan pada saat cek fisik adalah tidak ada data pembanding, catatan tentang BPKB yang disimpan oleh Bagian Umum serta tidak ada data serah terima kendaraan dari Pemerintah Kota kepada pengguna sehingga tidak diketahui jumlah BPKB yang seharusnya ada pada Bagian Umum dan tidak diketahui secara rinci pemegang kendaraan dinas milik Pemerintah Kota Bima tersebut.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Bima Dalam Wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Barat pada Pasal 13 ayat: (1) huruf B, menyebutkan bahwa untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan di Kota

Bima, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang terkait, Gubernur Nusa Tenggara Barat, dan Bupati Bima sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan mengatur penyerahan kepada Pemerintah Kota Bima sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang meliputi barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Bima yang berada di Kota Bima;

(2) Pelaksanaan penyerahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diselesaikan paling lambat dalam waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak peresmian Kota dan pelantikan Pejabat Walikota Bima.

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara: 1) Pasal 44 menyatakan bahwa Pengguna Barang dan atau kuasa pengguna barang wajib

Page 83: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

30

mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasannya dengan sebaik-baiknya;

2) Pasal 49 menyatakan bahwa Barang milik Negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Pusat/Daerah harus bersertifikat atas nama pemerintah RI/Pemerintah daerah yang bersangkutan.

c. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada PSAP No. 07 mengenai Aset Tetap yaitu : 1) Paragraf 20 : Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau

diserahkan kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah; 2) Paragraf 22 : Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap

dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah pada pasal 33 ayat (1): Barang milik negara/daerah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Pasal 7 ayat (1) huruf e menyebutkan bahwa Kepala SKPKD selaku PPKD (dhi Kepala BPKD Kota Bima) mempunyai tugas menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dalam : 1) Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli

atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah.

2) Pasal 19 ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah dapat menerima barang dari pihak ketiga.

3) Pasal 19 ayat (3) menyebutkan bahwa penyerahan dari pihak ketiga tersebut dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) dan disertai dengan dokumen kepemilikan/penguasaan yang sah.

4) Pasal 19 ayat (4) menyebutkan bahwa Pengelola atau pejabat yang ditunjuk mencatat, memantau, dan aktif melakukan penagihan kewajiban pihak ketiga atas penyerahan barang kepada Pemerintah Daerah.

5) Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa pengguna/kuasa pengguna menyusun laporan barang semesteran dan tahunan.

6) Pasal 28 ayat (3) menyebutkan bahwa pembantu pengelola menghimpun laporan dari pengguna/kuasa pengguna menjadi Laporan Barang Milik Daerah (LBMD).

7) Pasal 29 ayat (1) menyebutkan bahwa Laporan Barang Milik Daerah digunakan sebagai bahan untuk menyusun Neraca Pemerintah Daerah.

8) Pasal 45 ayat (1) menyatakan bahwa Pengelola, pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib melakukan pengamanan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.

9) Pasal 45 ayat (2) menyatakan bahwa Pengamanan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a) pengamanan administrasi meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi, pelaporan dan

penyimpanan dokumen kepemilikan; b) pengamanan fisik untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan

jumlah barang dan hilangnya barang;

Page 84: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

31

c) pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan dilakukan dengan cara pemagaran dan pemasangan tanda batas, selain tanah dan bangunan dilakukan dengan cara penyimpanan dan pemeliharaan; dan

d) pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi bukti status kepemilikan. g. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pengeloaan Keuangan Daerah pada

Pasal 120 Ayat (1) Pengelolaan Barang Daerah meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang daerah yang mencakup perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan pengamanan; ayat (2) Pengelolaan Barang Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah dan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kondisi di atas mengakibatkan saldo aset tetap di Neraca per 31 Desember 2007 sebesar Rp351.333.609.593,56 tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal di atas disebabkan oleh: a. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang milik Daerah yang tidak melaksanakan tugasnya

untuk secara aktif melakukan penagihan kepada Pemerintah Kabupaten Bima atas aset-aset yang belum diserahkan.

b. Kepala Bagian Umum selaku pembantu pengelola barang daerah yang tidak melaksanakan tugasnya untuk mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada masing-masing SKPD.

c. Kepala BPKD selaku Kepala SKPKD dan PPKD yang tidak optimal dalam melaksanakan tugasnya dalam menyusun laporan keuangan Pemerintah Kota Bima.

Walikota Bima mengakui bahwa aset tetap milik Pemerintah Kota Bima terutama aset yang berasal dari Pemerintah Kabupaten Bima belum dilengkapi dengan bukti-bukti kepemilikan. Kedepannya perlu dilakukan upaya sungguh-sungguh pengurusan bukti kepemilikan aset. BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar: a. Memberikan sanksi kepada Sekretaris Daerah yang tidak secara aktif melakukan penagihan

kepada Pemerintah Kabupaten Bima atas aset-aset yang belum diserahkan dan selanjutnya memerintahkan Sekretaris Daerah untuk melaksanakan tugasnya tersebut.

b. Memberikan sanksi kepada Kepala Bagian Umum yang tidak melaksanakan tugas untuk mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada masing-masing SKPD dan selanjutnya memerintahkan Kepala Bagian Umum untuk melaksanakan tugasnya tersebut.

c. Memberikan sanksi kepada Kepala BPKD yang tidak optimal dalam menyusun laporan keuangan Pemerintah Kota Bima dan selanjutnya memerintahkan kepada Kepala BPKD untuk melaksanakan tugasnya tersebut.

5. Bank-bank Penyimpan Dana Kas Daerah Memotong/Memungut Pajak Penghasilan Pasal

23 atas Pendapatan dari Jasa Giro Kas Daerah selama Tahun 2007 sebesar Rp82.582.171,00 Pada Tahun Anggaran 2007 Pemerintah Kota Bima telah menempatkan sebagian dana

daerah dalam bentuk giro pada 3 (tiga) bank umum, yaitu PT.BRI (Persero), PT BNI (Persero) Tbk dan PT. Bank NTB. Berdasarkan rekening koran kas daerah dari ketiga bank tersebut, pendapatan daerah dari jasa giro yang diperoleh selama Tahun 2007 adalah sebesar

Page 85: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

32

Rp725.805.093,00. Selain pendapatan jasa giro, diketahui juga bahwa Pemerintah Kota Bima mendapatkan pendapatan bunga dari penempatan dana dalam bentuk deposito on call (deposito harian) di rekening Bank BNI milik Pemerintah Kota Bima sebesar Rp50.088.548,00, sehingga total pendapatan jasa giro dan deposito milik Pemerintah Kota Bima selama Tahun 2007 adalah sebesar Rp775.893.641,00.

Verifikasi atas rekening koran kas daerah dan data dari bank penyimpan dana daerah menunjukkan adanya pemotongan pajak penghasilan oleh bank atas pendapatan jasa giro pemerintah Kota Bima. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang mengecualikan pengenaan Pajak Penghasilan atas pendapatan jasa giro Pemerintah Daerah. Jumlah Pajak Penghasilan atas pendapatan jasa giro daerah yang dipotong selama Tahun Anggaran 2007 sebesar Rp82.582.171,00 dengan rincian sebagai berikut :

No Nama bank

Jumlah Rekening

Kena Pajak

Pendapatan Jasa Giro

(Rp)

Pajak atas Rekening Giro

(Rp)

1. PT. Bank NTB 5 rekening 263.281.035,00 24.835.403,00 2. PT. Bank BNI (Persero) Tbk. 7 rekening 221.648.847,00 44.329.802,00 3. PT. Bank BRI (Persero) Tbk. 1 rekening 240.875.211,00 13.416.966,00

Jumlah 13 rekening 725.805.093,00 82.582.171,00

Konfirmasi atas pemotongan Pajak Penghasilan atas pendapatan jasa giro daerah tahun 2007 dengan Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah dan penjelasan pihak bank, diketahui bahwa pemotongan Pajak Penghasilan tersebut dilakukan sejak pertama pembukaan rekening giro. Hal ini menunjukkan sebenarnya Pajak Penghasilan yang dipotong oleh bank nilainya lebih dari Rp82.582.171,00 karena pemotongan sudah terjadi sejak pembukaan rekening giro.

Pemotongan Pajak Penghasilan atas pendapatan jasa giro kas daerah bertentangan dengan : a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang nomor

7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan pada Penjelasan Pasal 2 ayat (1) huruf b yang mengatur tentang pengecualian dari pengenaan PPh atas jasa/bunga dari rekening giro dan/atau deposito yaitu apabila lembaga/instansi memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. Dengan dana bersumber dari APBN atau APBD 3. Pembukuan keuangannya diperiksa oleh aparat fungsional pemerintah yaitu Inspektorat

Jenderal, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan.

4. Penghasilan lembaga tersebut dimasukkan dalam penerimaan pemerintah pusat atau daerah.

b. Surat Direktur Jenderal Pajak Departemen Keuangan Nomor S-128/PJ.43/2006 tanggal 10 Juli 2006 tentang jawaban Dirjen Pajak atas permohonan penegasan dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang menegaskan bahwa jasa/bunga dari rekening giro dan/atau deposito atas nama Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau tidak dipotong atau dipungut PPh.

c. Peraturan Walikota Bima Nomor 4T Tahun 2007 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kota Bima, dalam Pasal 6 ayat (2) huruf h yang menyebutkan bahwa Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi, pembinaan dan pengawasan dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah.

Page 86: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

33

Pemotongan Pajak Penghasilan atas pendapatan jasa giro oleh bank-bank penyimpan dana

daerah Tahun Anggaran 2007 mengakibatkan berkurangnya dana untuk pembangunan daerah sebesar Rp82.582.171,00.

Permasalahan tersebut di atas terjadi karena kelalaian dari Kepala Badan Pengelola

Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah dan Kuasa Bendahara Umum Daerah yang tidak melakukan pemantauan atas pendapatan jasa giro dan pemotongan Pajak Penghasilan oleh bank.

Atas permasalahan tersebut, Walikota Bima menyatakan bahwa:

1. Pada dasarnya Pemkot Bima tidak memahami aturan yang diterapkan oleh bank-bank sebagai pemegang kas daerah yang mengatur setiap pendapatan jasa giro harus dikenakan pajak PPh pasal 23. Pemkot Bima baru mengetahui bahwa tidak diperkenankan memotong pajak jasa giro pemerintah setelah adanya hasil pemeriksaan dari BPK RI perwakilan Mataram.

2. Berdasarkan hasil temuan pemeriksaan BPK RI Perwakilan Mataram tersebut Pemkot Bima akan bersurat kepada kepada bank-bank selaku pemegang kas daerah pemerintah kota bima untuk membayar kembali semua pajak jasa giro yang dipotong untuk disetor kembali ke kas daerah.

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar memberi sanksi kepada Kepala BPKD

selaku Bendahara Umum Daerah dan Kuasa Bendahara Umum Daerah TA 2007 yang tidak melakukan pemantauan terhadap pendapatan daerah berupa jasa giro serta memerintahkan kepada Kepala BPKD agar berkoordinasi dengan bank-bank yang menarik PPh Pasal 23 atas pendapatan jasa giro Pemerintah Kota Bima sebesar Rp82.582.171,00 dan menyetorkan ke Kas Daerah.

6. Penerimaan Biaya Pemungutan PBB TA 2007 dalam LRA kurang dicatat sebesar Rp402.962.663,00 dan digunakan secara langsung tanpa melalui mekanisme APBD

Pada Tahun Anggaran 2007, Bidang Pendapatan pada BPKD Kota Bima mendapatkan alokasi Biaya Pemungutan PBB melalui SPM BP PBB yang diterbitkan oleh KP PBB Raba Bima dan SP2D yang diterbitkan oleh KPPN Raba-Bima dan ditransfer ke rekening BPKD Kota Bima pada Bank BNI cabang Bima. Penelusuran atas penerimaan Dana Bagi Hasil PBB pada Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bima TA 2007 diketahui bahwa penerimaan upah pungut PBB tidak menjadi bagian dari pendapatan Dana Bagi Hasil PBB Kota Bima TA 2007. SPM BP (Biaya Pemungutan) PBB yang diterbitkan oleh KP PBB Raba-Bima dan SP2D yang diterbitkan oleh KPPN Raba-Bima tidak digunakan sebagai dasar pencatatan oleh Bidang Pendapatan maupun Bidang Pengendalian yang melakukan pencatatan. Penelusuran lebih jauh atas realisasi Biaya Pemungutan PBB menurut SPM BP PBB dan SP2D serta berdasarkan mutasi yang terdapat pada rekening koran khusus Biaya Pemungutan (No.Rek.0053763211) menunjukkan bahwa pada Tahun Anggaran 2007 terdapat penerimaan Biaya Pemungutan PBB sebesar Rp402.962.663,00 dengan rincian penerimaan sebagai berikut:

No. Tanggal Uraian Mutasi (Rp) 1. 17 Jan 2007 Setor trf

(NSPPD 020221F/071/114) 149.516.641,00

2. 12 Sept 2007 Setor trf (N SPPD 334107G/071/114)

3.772.378,00

Page 87: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

34

3. 12 Sept 2007 Setor trf (N SPPD 334101G/071/114)

5.287.440,00

4. 12 Sept 2007 Setor trf (N SPPD 334130G/071/114)

2.729.572,00

5. 12 Sept 2007 Setor trf (N SPPD 334121G/071/114)

2.309.371,00

6. 12 Sept 2007 Setor trf (N SPPD 334112G/071/114)

77.750.949,00

7. 19 Sept 2007 Setor trf (N SPPD 334458G/071/114)

79.246.241,00

8. 10 Okt 2007 Setor trf (N SPPD 335127G/071/114)

2.222.232,00

9. 12 Nov 2007 Setor trf (N SPPD 335982G/071/114)

76.724.424,00

10. 11 Des 2007 Setor trf (N SPPD BPD Tgl 10/12/07 DN 4991)

3.403.415,00

402.962.663,00

Konfirmasi dengan Kepala Bidang Pendapatan BPKD Kota Bima diketahui bahwa pada Tahun Anggaran 2007, Bidang Pendapatan tidak menganggarkan Biaya Pemungutan PBB baik pada pendapatan maupun pada belanja. Penerimaan Biaya Pemungutan tersebut digunakan secara langsung oleh Bidang Pendapatan untuk dana operasional pemungutan PBB dengan cara dibagikan secara langsung kepada pihak yang terkait langsung dengan pemungutan PBB, yaitu kepada lurah dan juru pungut dengan SPJ berupa kwitansi tanda terima.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 122 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan”.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Realisasi penerimaan PBB dalam Laporan Realisasi Anggaran TA 2007 tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya yaitu kurang dicatat sebesar Rp402.962.663,00.

b. Realisasi belanja biaya pemungutan PBB pada Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2007 kurang dicatat sebesar Rp402.962.663,00 dan pengeluaran tersebut tidak memiliki dasar hukum.

Kondisi tersebut terjadi karena kelalaian Kepala BPKD Kota Bima yang tidak menganggarkan Biaya Pemungutan PBB pada APBD Kota Bima TA 2007 sebagai Pendapatan dan Belanja Upah Pungut.

Walikota Bima menyatakan bahwa penerimaan biaya pemungutan PBB TA 2007 pada Bidang Pendapatan BPKD Kota Bima kurang dicatat dan digunakan secara langsung tanpa melalui mekanisme APBD dapat dijelaskan bahwa biaya pemungutan PBB ditampung pada rekening khusus biaya pemungutan PBB yang dipegang oleh bendahara PBB pada Bidang Pendapatan sebagai kelanjutan dari pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya. Untuk penggunaan yang tidak melalui mekanisme APBD karena biaya tersebut dianggap sebagai dana non budgeter yang dapat digunakan secara langsung dan sebagai dasar belanja dan alokasinya hanya cukup dengan SK Walikota.

Page 88: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

35

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima untuk memberi sanksi kepada Kepala Bidang

Pendapatan yang tidak menganggarkan penerimaan dan belanja upah pungut PBB pada APBD Pemerintah Kota Bima dan memerintahkan untuk selanjutnya menganggarkan penerimaan dan belanja upah pungut PBB pada APBD Pemerintah Kota Bima.

Page 89: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

Lampiran 1

Verifkatur Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember39 40

31 Agt 07 31 Agt 0710 11 12

15-Jun-07 15-Jun-07 15-Jun-07 02-Nop-07 02-Nop-07 02-Nop-07 02-Nop-07154 155 156 157 42 / 2008 43 / 2008

12-Nop-07 12-Nop-07 12-Nop-07 12-Nop-07 20-Feb-08 20-Feb-08103 104 170 171 203 13 / 2008 14 / 2008 34 / 2008 35 / 2008

13-Sep-07 13-Sep-07 03-Des-07 03-Des-07 03-Des-07 01-Feb-08 08-Feb-08 08-Feb-08 08-Feb-0801 02 03 04 06 07 146 147 172 173 197 46 / 2008

10-Jul-07 10-Jul-07 10-Jul-07 10-Jul-07 16 Agt 07 16 Agt 07 08-Nop-07 08-Nop-07 03-Des-07 03-Des-07 27-Jan-08 22-Feb-0845 46 47 48 49 50 39 / 2008 40 / 2008

31 Agt 07 31 Agt 07 31 Agt 07 31 Agt 07 31 Agt 07 31 Agt 07 18-Feb-08 18-Feb-08Sri Rahmatilah 121 122 123 124 125 126 104 / 2008Baharuddin 02-Nop-07 02-Nop-07 02-Nop-07 02-Nop-07 02-Nop-07 02-Nop-07 08-Apr-08

51 52 53 54 55 5631 Agt 07 31 Agt 07 31 Agt 07 31 Agt 07 31 Agt 07 31 Agt 07

63 64 65 66 67 68 74 102 136 159 / 160 202 03 / 54

DAFTAR PENGESAHAN SPJ TA 2007 BERDASAR REGISTER LEMBAR PENGESAHAN SPJ

Tanggal Pengesahan atas Bulan SPJNo Nama SKPD

Walikota1

DPRD2

Sekretariat Kota

Sekretariat DPRD

3

4

Baharuddin

Misbah

Baharuddin

7 Dinas Dikbudpar

H.Ibrahim

Bawasda Yulianingsih

Bappeda5 Baharuddin

BPKD6

8

63 64 65 66 67 68 74 102 136 159 / 160 202 03 / 5406-Sep-07 06-Sep-07 06-Sep-07 06-Sep-07 06-Sep-07 06-Sep-07 10-Sep-07 12-Sep-07 08-Nop-07 30-Nop-07 01-Feb-08 11-Mar-08

57 58 59 60 61 62 134 135 158 178 179 41 / 200806-Sep-07 06-Sep-07 06-Sep-07 06-Sep-07 06-Sep-07 06-Sep-07 02-Nop-07 08-Nop-07 30-Nop-07 24-Des-07 04-Jan-08 18-Feb-08

44 69 70 71 72 73 200 37 / 2008 38 / 2008 01 / 200831 Agt 07 31 Agt 07 10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 15-Feb-08 15-Feb-08 15-Feb-08 15-Feb-08 29-Jan-08

87 88 89 90 91 189 190 191 192 193 25 / 2008 26 / 2008n/a n/a n/a n/a n/a 21-Jan-08 21-Jan-08 21-Jan-08 21-Jan-08 21-Jan-08 14-Feb-08 14-Feb-0881 82 83 84 85 86 53 / 2008 55 / 2008 56 / 2008 57 / 2008 58 / 2008 59/2008

14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 11-Mar-07 14-Apr-08 14-Apr-08 17-Apr-08 17-Apr-08 17-Apr-0813 14 15 16 17 18 19 174 175 176 177 194

20-Apr-07 20-Apr-07 20-Apr-07 25-Jun-07 25-Jun-07 22 Agt 07 22 Agt 07 09-Des-07 15-Des-07 21-Des-07 18-Des-07 16-Jan-0875 76 77 78 79 80 148 149 150 169 51 / 2008 52 / 2008

12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Sep-07 12-Nop-07 12-Nop-07 12-Nop-07 03-Des-07 11-Mar-08 11-Mar-0820 21 22 23 24 25 26 151 152 153 205 206

23 Agt 07 23 Agt 07 23 Agt 07 23 Agt 07 23 Agt 07 23 Agt 07 23 Agt 07 12-Nop-07 12-Nop-07 12-Nop-07 21-Feb-08 21-Feb-0805 08 09 137 138 139 140 27 / 2008 28 / 2008 29 / 2008 30 / 2008 31 / 2008

16-Jul-07 16-Jul-07 16-Jul-07 08-Nop-07 08-Nop-07 08-Nop-07 08-Nop-07 14-Feb-08 14-Feb-08 14-Feb-08 14-Feb-08 14-Feb-08

41 42 43 183 184 21 / 2008 22 / 2008 23 / 2008 48 / 2008 49 / 2008 50 / 2008 72 / 200831 Agt 07 31 Agt 07 31 Agt 07 20-Jan-08 20-Jan-08 11-Feb-08 11-Feb-08 11-Feb-08 03-Mar-08 03-Mar-08 03-Mar-08 10-Mar-08

92 93 94 95 96 105 120 06 / 2008 07 / 2008 08 / 2008 24 / 2008 73 / 200810-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 10-Sep-07 13-Sep-07 13-Sep-07 04-Feb-08 04-Feb-08 04-Feb-08 11-Feb-08 07-Apr-08

Yulianingsih

Iskurniatun

Dinas Kimpraswil

Dinas Tata Kota

Dinas Koperindag

Badan Kesbang Linmas

11

10

9

IndrawatiDinas Kesehatan13

12

Sri Astuti

Sri Astuti

Dinas Perhubungan14

KBKS

Dinas Sosial16

15

Pol PP

Kantor Penguhubung

PM & P

Dinas Pertanian20

19

18

17

Asep

Ainun

Ainun

Asep

Indrawati

Indrawati

Baharuddin

Page 90: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

Verifkatur Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember DesemberTanggal Pengesahan atas Bulan SPJNo Nama SKPD

27 28 29 30 31 32 185 186 187 195 196 09 / 200826 Agt 07 26 Agt 07 26 Agt 07 26 Agt 07 26 Agt 07 29 Agt 07 20-Jan-08 20-Jan-08 20-Jan-08 27-Jan-08 27-Jan-08 08-Feb-08

201 02 / 200801-Feb-08 01-Feb-08

33 34 35 36 37 38 60 / 2008 61 / 2008 62 / 2008 63 / 2008 64 / 2008 65 / 200829 Agt 07 29 Agt 07 29 Agt 07 29 Agt 07 29 Agt 07 29 Agt 07 14-Mar-08 14-Mar-08 14-Mar-08 14-Mar-08 14-Mar-08 14-Mar-08

118 119 141 142 143 144 167 180 181 182 32 / 2008 33 / 200814-Sep-07 14-Sep-07 08-Nop-07 08-Nop-07 08-Nop-07 08-Nop-07 30-Nop-07 04-Jan-08 04-Jan-08 04-Jan-08 14-Feb-08 14-Feb-08

112 113 114 115 116 117 164 165 166 18 / 2008 19 / 2008 20 / 200814-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 30-Nop-07 30-Nop-07 30-Nop-07 08-Feb-08 08-Feb-08 08-Feb-08

106 107 108 109 110 111 161 162 163 188 198 11 / 200814-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 14-Sep-07 30-Nop-07 30-Nop-07 30-Nop-07 20-Jan-08 27-Jan-08 08-Feb-08

199belum berdiri 27-Jan-08

keterangan :1. Data pada tabel menunjukkan nomor dan tanggal pengesahan SPJ Fungsional2. Kolom kosong menunjukkan pengesahan SPJ yang tidak tercatat pada Buku Register lembar pengesahan SPJ.

Dinas Kehutanan

Pelayanan Terpadu

Dinas Perikanan

kecamatan Rasanae Barat

Kecamatan Rasanae Timur

Kecamatan Asakota

Kecamatan Mpunda27

26

25

24

23

22

21

Yulianingsih

Ainun

Baharuddin

Baharuddin

Baharuddin

Baharuddin

Page 91: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

Lampiran 2

SP2D LS GAJI SP2D LS BRG JASA UP/GU/TU TOTAL SPJ PAJAK TOTAL

PENGELUARAN1 DPRD Belanja Daerah 4.082.974.680 4.021.554.675 - 0,00 - -

Belanja Langsung - - - Belanja Tidak Langsung 4.082.974.680 4.021.554.675 -

2WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA Belanja Daerah 683.825.918 464.296.136 - 0,00 - -

Belanja Langsung - - - Belanja Tidak Langsung 683.825.918 464.296.136 -

3 SEKRETARIAT KOTA Belanja Daerah 47.603.637.074 34.763.679.208 - 0,00 - 31.855.258.136

Belanja Langsung 43.465.774.061 31.063.622.347 - Belanja Tidak Langsung 4.137.863.013 3.700.056.861 -

4 SEKRETARIAT DPRD Belanja Daerah 6.787.898.078 6.109.224.987 0,00 0,00 5.458.057.900 5.458.057.900,00 120.310.454,00 5.578.368.354,00 5.578.368.353,00

ok Belanja Langsung 5 913 981 200 5 380 057 900

PER 31 DESEMBER 2007

NO Unit Kerja Unit Kerja Anggaran

REKAP BELANJA

Realisasi Menurut BKU

Bend. Pengeluaran

Realisasi Menurut LRA Sistem

Realisasi Menurut Pengesahan SPJ

ok Belanja Langsung 5.913.981.200 5.380.057.900 - Belanja Tidak Langsung 873.916.878 729.167.087 -

5 BPKD Belanja Daerah 12.546.932.837 35.589.041.752 22.850.578.713 13.100.824.291 3.360.372.719,00 39.311.775.723,00 1.657.416.963 40.969.192.686 40.969.192.686 ok Belanja Langsung 7.610.537.450 7.108.980.550 -

Belanja Tidak Langsung 4.936.395.387 28.480.061.202 - 6 BAPPEDA Belanja Daerah 4.605.639.679 2.935.889.967 769.005.149 0 2.056.376.347,00 2.825.381.496,00 134.115.556,00 2.959.497.052 2.190.491.903

ok Belanja Langsung 3.527.274.650 1.937.612.392 - Belanja Tidak Langsung 1.078.365.029 998.277.575 -

7 BAWASKOTA Belanja Daerah 2.805.520.457 2.664.129.341 703.016.700 238.347.000 1.655.007.510,00 2.596.371.210,00 58.843.146,00 2.655.214.356 2.655.214.356 ok Belanja Langsung 1.829.128.150 1.718.554.510 -

Belanja Tidak Langsung 976.392.307 945.574.831 -

8 KESBANGLINMAS Belanja Daerah 1.633.974.087 1.593.316.568 612.586.412 431.787.900 545.033.700 1.589.408.012,00 61.888.710,00 1.651.296.722 1.036.523.310

ok Belanja Langsung 899.906.100 885.408.300 - Belanja Tidak Langsung 734.067.987 707.908.268 -

9 KEC. ASAKOTA Belanja Daerah 1.215.971.344 1.147.889.136 83.500.000,00 32.846.000,00 184.794.337,00 301.140.337,00 18.638.671,00 319.779.008 319.721.151 ok Belanja Langsung 231.960.944 217.582.480 -

Belanja Tidak Langsung 984.010.400 930.306.656 -

10 KEC. RASANAE BARAT Belanja Daerah 2.486.634.751 2.373.824.385 371.028.095 0 396.740.900 767.768.995,00 0,00 767.768.995 396.740.900

ok Belanja Langsung 247.075.066 204.540.900 - Belanja Tidak Langsung 2.239.559.685 2.169.283.485 -

11 KEC. RASANAE TIMUR Belanja Daerah 3.748.154.187 2.948.541.029 283.601.490 26.750.000,00 241.998.794,00 552.350.284,00 47.323.802,00 599.674.086 594.199.086

ok Belanja Langsung 367.857.708 302.050.284 - Belanja Tidak Langsung 3.380.296.479 2.646.490.745 -

12 KPT Belanja Daerah 699.521.961 613.282.196 0,00 81.920.000,00 144.649.146,00 226.569.146,00 0,00 226.569.146 226.569.146 ok Belanja Langsung 230.034.900 186.175.000 -

Belanja Tidak Langsung 469.487.061 427.107.196 - 13 POL PP Belanja Daerah 2.078.906.723 1.688.062.583 0,00 37.000.000 803.975.200 840.975.200,00 0,00 840.975.200 918.120.200

ok Belanja Langsung 1.002.377.600 884.903.200 -

Page 92: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

SP2D LS GAJI SP2D LS BRG JASA UP/GU/TU TOTAL SPJ PAJAK TOTAL

PENGELUARAN

NO Unit Kerja Unit Kerja Anggaran

Realisasi Menurut BKU

Bend. Pengeluaran

Realisasi Menurut LRA Sistem

Realisasi Menurut Pengesahan SPJ

Belanja Tidak Langsung 1.076.529.123 803.159.383 - 14 KANTOR PMP Belanja Daerah 1.362.774.271 1.075.240.417 90.346.000 355.332.450 290794350,00 736.472.800,00 0,00 736.472.800 916.776.838

ok Belanja Langsung 951.840.050 700.073.300 - Belanja Tidak Langsung 410.934.221 375.167.117 -

15 KANTOR PENGHUBUNG Belanja Daerah 426.430.237 433.672.197 0,00 0,00 419.834.903,00 419.834.903,00 15.021.596 434.856.499 -

OK Belanja Langsung 383.030.000 408.834.903 - Belanja Tidak Langsung 43.400.237 24.837.294 -

16 DINAS PERTANIAN Belanja Daerah 5.702.437.305 3.767.267.718 89.080.000 2.364.533.387,00 387.679.500,00 2.841.292.887,00 140.578.087 2.981.870.974 2.981.870.974

ok Belanja Langsung 3.596.275.750 1.918.364.000 - Belanja Tidak Langsung 2.106.161.555 1.848.903.718 -

17DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN Belanja Daerah 4.459.165.050 3.065.851.183 140.400.000,00 2.934.760.793,00 391.562.789,00 3.466.723.582,00 226.490.805,00 3.693.214.387 3.811.333.442

ok Belanja Langsung 3.356.290.000 2.007.651.417 - Belanja Tidak Langsung 1.102.875.050 1.058.199.766 -

DINAS KEHUTANAN

18KEHUTANAN, PERKEBUNAN DAN LH Belanja Daerah 2.586.932.134 2.078.866.632 770.230.063 788.500.000 280.616.400 1.839.346.463,00 110.108.456,00 1.949.454.919 1.274.285.131

ok Belanja Langsung 1.282.902.960 867.058.749 - Belanja Tidak Langsung 1.304.029.174 1.211.807.883 -

19 DINAS KOPERASI Belanja Daerah 2.174.127.691 1.589.533.003 721.739.935 180.319.879 623.342.642,00 1.525.402.456,00 55.791.053,00 1.581.193.509 819.110.677

ok Belanja Langsung 1.191.339.840 661.656.127 - Belanja Tidak Langsung 982.787.851 927.876.876 -

20 DINAS KESEHATAN Belanja Daerah 16.193.357.226 13.214.309.152 133.200.000 9.790.633.883,00 672.252.287,00 10.596.086.170,00 554.752.988,00 11.150.839.158 10.596.086.170

ok Belanja Langsung 9.901.736.487 7.185.151.054 - Belanja Tidak Langsung 6.291.620.739 6.029.158.098 -

21 DINAS PENDIDIKAN Belanja Daerah 89.145.996.775 74.208.464.144 2.532.200.000 10.127.977.000 2.333.768.400 14.993.945.400,00 0,00 14.993.945.400 15.025.676.362

ok Belanja Langsung 16.112.931.125 5.879.167.400 - Belanja Tidak Langsung 73.033.065.650 68.329.296.744 -

22 DINAS SOSIAL Belanja Daerah 1.529.487.505 1.232.242.693 126.000.000,00 82.599.000,00 283.517.939,00 492.116.939,00 32.115.408,00 524.232.347 526.409.227 ok Belanja Langsung 588.232.357 366.116.939 -

Belanja Tidak Langsung 941.255.148 866.125.754 -

23 DINAS KIMPRASWIL Belanja Daerah 30.815.268.180 12.256.134.814 489.600.000 11.089.974.580 568.013.410 12.147.587.990,00 0,00 12.147.587.990 14.482.570.228

ok Belanja Langsung 29.335.461.500 10.892.619.750 - Belanja Tidak Langsung 1.479.806.680 1.363.515.064 -

24 DINAS TATAKOTA Belanja Daerah 5.259.832.431 3.405.374.182 910.371.000 0 1.350.871.758,00 2.261.242.758,00 2.319.036.059

ok Belanja Langsung 3.666.585.800 2.133.564.770 - Belanja Tidak Langsung 1.593.246.631 1.271.809.412 -

26 DINAS PERHUBUNGAN Belanja Daerah 3.768.972.439 2.610.771.775 138.100.000 301799750 1.072.507.160,00 1.512.406.910,00 71.273.520,00 1.583.680.430 1.583.680.430

ok Belanja Langsung 2.323.491.300 1.371.806.910 -

Page 93: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

SP2D LS GAJI SP2D LS BRG JASA UP/GU/TU TOTAL SPJ PAJAK TOTAL

PENGELUARAN

NO Unit Kerja Unit Kerja Anggaran

Realisasi Menurut BKU

Bend. Pengeluaran

Realisasi Menurut LRA Sistem

Realisasi Menurut Pengesahan SPJ

Belanja Tidak Langsung 1.445.481.139 1.238.964.865 - 27 KEC RABA Belanja Daerah 20.000.000 18.588.775 18.588.775 18.588.775,00 0,00 18.588.775 18.588.775

ok Belanja Langsung 20.000.000 18.588.775 - Belanja Tidak Langsung - - -

28 KBKS Belanja Daerah 1.126.847.557 1.060.839.241 645.233.269 116.000.000 289.368.275 1.050.601.544,00 21.130.789 1.071.732.333 391.433.557 ok Belanja Langsung 426.091.700 346.237.486 -

Belanja Tidak Langsung 700.755.857 714.601.755 - 29 KEC. MPUNDA Belanja Daerah 20.000.000 18.536.150 18.536.150 18.536.150,00 0,00 18.536.150 18.536.150

ok Belanja Langsung 20.000.000 18.536.150 - Belanja Tidak Langsung - - - -

30 PPKD Belanja Daerah 20.430.702.000 31.837.000 18.536.150 18.536.150,00 0,00 18.536.150 18.536.150 ok Belanja Langsung - - -

Belanja Tidak Langsung 20.430.702.000 31.837.000 - -

276.001.922.577 216.980.261.039 32.459.816.826 52.081.905.913 23.848.261.291 108.389.984.030 3.325.800.004 109.454.541.276 141.505.793.247 276.001.922.577 216.980.261.039 RINGKASAN LRA

TOTAL REKAP BELANJA

Page 94: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

ATAS KEPATUHAN TERHADAP

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KOTA BIMA TAHUN ANGGARAN 2007

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

No : 200.C/S/XIX.MTR/10/2008 Tanggal : 27 Oktober 2008

Page 95: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2007

1

HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN

6

1. Pencairan Rekening Kas Daerah Kota Bima sebesar Rp5.132.980.519,00 pada PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Raba-Bima tanpa melalui mekanisme APBD dan tidak dipertanggungjawabkan.

6

2. Rekening DAU sebesar Rp5.000.000.000,00 dan Rekening DAK sebesar Rp3.000.000.000,00 diagunkan Walikota Bima untuk menjamin kredit pihak ketiga dan diblokir oleh PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Raba Bima.

9

3. Pencairan Rekening Kas Daerah Kota Bima sebesar Rp6.894.000.000,00 dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang dan tidak dipertanggungjawabkan.

12

4. Penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) pada Bidang Pendapatan BPKD Kota Bima digunakan langsung untuk pengeluaran sebesar Rp90.152.085,00 dan belum disetor ke kas daerah sampai dengan 31 Desember 2007 sebesar Rp44.789.840,00.

14

5. Penunjukan 3 (tiga) bank umum sebagai tempat penyimpanan uang milik Pemerintah Kota Bima dengan saldo per 31 Desember 2007 sebesar Rp30.028.086.151,43 tidak ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikota dan tidak diberitahukan kepada DPRD serta Pembukaan dan Pengoperasian 36 rekening Kas Daerah tidak diatur dengan Peraturan Walikota.

15

6 Pengeluaran Kas dari Kas Daerah TA 2007 sebesar Rp1.571.233.500,00 yang dianggap sebagai panjar tidak sesuai ketentuan.

18

7. Aliran Kas sebesar Rp3.000.000.000,00 Tidak Jelas Statusnya dan Setoran Pemerintah Kota Bima pada PT BRI (Persero) cabang Bima sebesar Rp3.130.000.000,00 Tidak Tercatat sebagai Penyetoran dalam Rekening Koran Pemerintah Kota Bima.

22

8. Pencairan deposito sebesar Rp1.000.000.000,00 pada Bank NTB tidak disetor ke kas daerah dan bunga deposito disimpan di rekening tabungan atas nama pribadi dengan saldo per 31 Desember 2007 sebesar Rp100.758.074,00.

24

9. Pengeluaran Kas Daerah pada Sekretariat Daerah sebesar Rp1.100.000.000,00 Tidak Sah dan Sisa Kas di BPKD sebesar Rp499.866.558,00 tidak diketahui pertanggungjawabannya.

26

10. Pengeluaran Kas sebesar Rp300.000.000,00 untuk Pembangunan Pusat Jajan Serba Ada Kota Bima Tidak Sah.

29

11. Penyertaan Modal Pemerintah Kota Bima Tidak Sesuai Ketentuan. 31

Page 96: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

ii

12. Pemberian Bantuan Ekonomi Mikro kurang diterima oleh penerima bantuan sebesar Rp800.000.000,00.

35

13. Penerimaan Insentif PBB sebesar Rp1.838.463.000,00 dibagikan tidak melalui mekanisme pengelolaan APBD serta sebesar Rp1.327.168.949,00 diantaranya dibagikan kepada yang tidak berhak menerima.

39

14. Pengelolaan Investasi Dana Bergulir pada Pemerintah Kota Bima Tidak Sesuai Ketentuan.

41

15 Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tidak sesuai ketentuan sebesar Rp.107.812.734,02.

45

16. 17.

Pencairan dan Pengelolaan rekening DAK Pemerintah Kota Bima TA 2007 tidak sesuai ketentuan. Penggunaan Uang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) TA 2007 untuk Kepentingan Pribadi oleh Bendahara Pengeluaran Kantor Penghubung dan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Tidak Sesuai Ketentuan

47

51

Lampiran :

1. Rincian Penerima Pembagian Insentif PBB BPKD Pemerintah Kota Bima TA 2007

Page 97: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Untuk memperoleh keyakinan memadai, apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh BPK RI mengharuskan BPK RI melaksanakan pengujian atas kepatuhan Pemerintah Kota Bima terhadap peraturan perundang-undangan. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota Bima. Namun, tujuan pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan tersebut. Oleh karena itu, BPK RI tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu. Selain itu, peraturan perundang-undangan dan SPKN mengharuskan BPK RI untuk melaporkan kepada pihak berwenang, apabila dalam melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan ditemukan kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berindikasi unsur tindak pidana. Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pelaporan keuangan yang ditemukan BPK RI adalah sebagai berikut: 1. Pencairan Rekening Kas Daerah Kota Bima sebesar Rp5.132.980.519,00 pada PT. BRI (Persero) Tbk

Cab. Raba-Bima tanpa melalui mekanisme APBD dan tidak dipertanggungjawabkan. 2. Rekening DAU sebesar Rp5.000.000.000,00 dan Rekening DAK sebesar Rp3.000.000.000,00

diagunkan Walikota Bima untuk menjamin kredit pihak ketiga dan diblokir oleh PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Raba Bima.

3. Pencairan Rekening Kas Daerah Kota Bima sebesar Rp6.894.000.000,00 dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang dan tidak dipertanggungjawabkan.

4. Penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) pada Bidang Pendapatan BPKD Kota Bima digunakan langsung untuk pengeluaran sebesar Rp90.152.085,00 dan belum disetor ke kas daerah sampai dengan 31 Desember 2007 sebesar Rp44.789.840,00.

5. Penunjukan 3 (tiga) bank umum sebagai tempat penyimpanan uang milik Pemerintah Kota Bima dengan saldo per 31 Desember 2007 sebesar Rp30.028.086.151,43 tidak ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikota dan tidak diberitahukan kepada DPRD serta Pembukaan dan Pengoperasian 36 rekening Kas Daerah tidak diatur dengan Peraturan Walikota.

6. Pengeluaran Kas dari Kas Daerah TA 2007 sebesar Rp1.571.233.500,00 yang dianggap sebagai panjar tidak sesuai ketentuan.

Page 98: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

2

7. Aliran Kas sebesar Rp3.000.000.000,00 Tidak Jelas Statusnya dan Setoran Pemerintah Kota Bima pada PT BRI (Persero) cabang Bima sebesar Rp3.130.000.000,00 Tidak Tercatat sebagai Penyetoran dalam Rekening Koran Pemerintah Kota Bima.

8. Pencairan deposito sebesar Rp1.000.000.000,00 pada Bank NTB tidak disetor ke kas daerah dan bunga deposito disimpan di rekening tabungan atas nama pribadi dengan saldo per 31 Desember 2007 sebesar Rp100.758.074,00.

9. Pengeluaran Kas Daerah pada Sekretariat Daerah sebesar Rp1.100.000.000,00 Tidak Sah dan Sisa Kas di BPKD sebesar Rp499.866.558,00 tidak diketahui pertanggungjawabannya.

10. Pengeluaran Kas sebesar Rp300.000.000,00 untuk Pembangunan Pusat Jajan Serba Ada Kota Bima Tidak Sah.

11. Penyertaan Modal Pemerintah Kota Bima Tidak Sesuai Ketentuan. 12. Pemberian Bantuan Ekonomi Mikro kurang diterima oleh penerima bantuan sebesar

Rp800.000.000,00. 13. Penerimaan Insentif PBB sebesar Rp1.838.463.000,00 dibagikan tidak melalui mekanisme

pengelolaan APBD serta sebesar Rp1.327.168.949,00 diantaranya dibagikan kepada yang tidak berhak menerima.

14. Pengelolaan Investasi Dana Bergulir pada Pemerintah Kota Bima Tidak Sesuai Ketentuan. 15. Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tidak sesuai ketentuan sebesar

Rp.107.812.734,02. 16. Pencairan dan Pengelolaan rekening DAK Pemerintah Kota Bima TA 2007 tidak sesuai ketentuan. 17. Penggunaan Uang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) TA 2007 untuk Kepentingan Pribadi oleh

Bendahara Pengeluaran Kantor Penghubung dan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Tidak Sesuai Ketentuan.

Berdasarkan temuan tersebut, BPK RI merekomendasikan Walikota Bima agar: 1. Melaporkan kepada aparat penegak hukum tentang indikasi pemalsuan tanda tangan dan untuk

memperjelas status dana Kas Daerah sebesar Rp5.132.980.519,00 dalam upaya mengembalikan dana tersebut ke kas daerah.

2. Mengambil langkah hukum terkait dengan dana Pemerintah Kota Bima yang masih diblokir oleh BRI Cabang Bima dan mengupayakan pengembalian dana tersebut ke kas daerah.

3. Mengembalikan dana sebesar Rp6.894.000.000,00 yang telah dikeluarkan tanpa melalui BUD tersebut ke kas daerah.

4. a. Memberikan sanksi kepada Kepala Bidang Pendapatan yang tidak menyetorkan pendapatan PPJ bulan Desember 2007 ke kas daerah tepat waktu dan memerintahkan untuk selanjutnya agar menyetorkan pendapatan PPJ setiap bulan secara tepat waktu.

b. Merevisi perjanjian dengan PLN cabang Bima dengan menghilangkan klausul mengenai mekanisme penggunaan/pemotongan langsung pendapatan PPJ untuk pembayaran listrik Pemda.

5. a. Memberikan sanksi bagi Kepala BPKD selaku BUD TA 2007 karena tidak membuat perjanjian antara Pemerintah Kota Bima dengan bank yang ditunjuk sebagai tempat penyimpan uang daerah dan selanjutnya memerintahkan kepada BUD TA 2008 agar membuat perjanjian antara Pemerintah Kota Bima dengan bank yang ditunjuk sebagai tempat penyimpan uang daerah.

b. Dalam menetapkan bank sebagai tempat penyimpanan kas daerah, ditetapkan berdasar SK Walikota dan diberitahukan kepada DPRD dan membuat Peraturan Walikota yang mengatur pembukaan dan pengoperasian rekening penerimaan dan pengeluaran serta menertibkan rekening kas daerah yang tidak digunakan lagi.

6. a. Mengembalikan panjar yang diterima sebesar Rp835.000.000,00 ke kas daerah;

Page 99: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

3

b. Memerintahkan kepada Y. Titi Handoyo untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar Rp25.316.000,00 ke Kas Daerah;

c. Memerintahkan kepada Zainal Arifin untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar Rp4.500.000,00 ke Kas Daerah;

d. Memerintahkan kepada Abdul Hamid untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar Rp3.478.200,00 ke Kas Daerah;

e. Memerintahkan kepada Kuasa BUD TA 2007 (Taufikurrahman, S.Sos) untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar Rp72.939.300,00 ke Kas Daerah;

f. Memerintahkan kepada H. Ridwan Mustakim untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar Rp100.000.000,00 ke Kas Daerah;

g. Memerintahkan kepada Sakura H. Abidin untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar Rp500.000.000,00 ke Kas Daerah.

7. a. Menempuh langkah hukum untuk memperjelas status kepemilikan mutasi setoran penerimaan pada rekening koran Pemerintah Kota Bima sebesar Rp6.130.000.000,00.

b. Memberikan sanksi kepada BUD dan Kuasa BUD TA 2006 dan 2007 yang tidak melakukan rekonsiliasi dan pemantauan pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank.

8. a. Menarik kerugian daerah atas pencairan deposito sebesar Rp1.000.000.000,00 untuk selanjutnya disetor ke kas daerah;

b. Menarik dan memindahkan dana yang terdapat dalam rekening tabungan BNI nomor rekening 12061952-5 atas nama M. Djalil AR,MM, Drs ke kas daerah;

c. Memerintahkan Inspektorat Kota untuk menelusuri aliran dana pada saat deposito dibuka Tahun 2005 s.d.2007 dan hasilnya diberitahukan ke BPK RI.

9. a. Mengembalikan dana yang telah dikeluarkan secara tidak sah sebesar Rp1.100.000.000,00 ke Kas Daerah.

b. Memberikan sanksi bagi Kuasa BUD TA 2007 Taufikurrahman, S.Sos dan Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 Samsuddin, S.Sos atas kelalaiannya mengeluarkan uang dari Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran tidak sesuai peraturan perundangan.

c. Memberikan sanksi bagi Kepala BPKD Kota Bima atas kelalaiannya dalam melaksanakan tugas sebagai Pengguna Anggaran dan Atasan Langsung Bendaharawan untuk mengawasi kinerja Bendahara Pengeluaran dan selanjutnya memerintahkan Kepala BPKD Kota Bima untuk menyetor kembali sisa kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp499.866.558,00 ke Kas Daerah.

10. a. Mengembalikan dana pembangunan pujasera yang telah dikeluarkan secara tidak sah sebesar Rp300.000.000,00 ke Kas Daerah.

b. Memberikan sanksi bagi Kuasa BUD TA 2007 dan Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 atas kelalaiannya mengeluarkan uang dari Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran tidak sesuai peraturan perundangan.

c. Memberikan sanksi bagi Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah TA 2007 dan Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 atas kesengajaannya membuat pertanggungjawaban fiktif atas pekerjaan pembangunan Pujasera.

11. a. Menertibkan semua penyertaan modal Pemerintah untuk ditetapkan dengan Peraturan Daerah. b. Menarik kerugian daerah atas investasi pada PT Bima Palapa Sumber Energi sebesar

Rp500.000.000,00 dan menyetorkan ke kas daerah. c. Mengembalikan dana penyertaan modal Pemerintah Kota Bima pada KPN Kasabua Ade yang telah

digunakan tidak sesuai peruntukannya sebesar Rp100.000.000,00 ke Kas Daerah. d. Memberikan sanksi bagi Kepala Bagian Ekonomi TA 2005 Drs. Tajudin Umar yang tidak

menyerahkan uang sebesar Rp100.000.000,00 sesuai peruntukannya.

Page 100: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

4

e. Memberikan sanksi bagi Kepala Sub Bagian Penanaman Modal Firmansyah, S.Sos, MAP., dan Kepala Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah TA 2008 Drs. H. Idrus H. Idris, SH, MH yang menggunakan langsung uang laba atas penyertaan modal Pemerintah Kota Bima dan selanjutnya memerintahkan untuk menyetorkan kembali SHU sebesar Rp2.510.000,00 ke Kas Daerah.

12. a. Mengembalikan dana bantuan ekonomi mikro yang tidak disalurkan sesuai peruntukkannya sebesar Rp800.000.000,00 ke Kas Daerah.

b. Memberikan sanksi kepada Kepala Bagian Ekonomi sebagai Wakil Pemerintah Kota Bima yang tidak melakukan pemantauan atas pencairan dana bantuan nutrisi tersebut.

c. Memberikan sanksi kepada Kuasa BUD TA 2007 Taufikurrahman, S.Sos dan Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007 A. Khairil yang mengeluarkan uang dari Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran tidak sesuai peraturan perundangan.

13. Menarik dana insentif APBD yang dibagikan kepada yang tidak berhak menerima sebesar Rp1.327.168.949,00 dan menyetorkannya ke kas daerah.

14. a. Memberikan sanksi kepada Kepala Dinas Koperindag dan Kepala Bagian Ekonomi atas kelalaiannya dalam melaksanakan tugasnya mengijinkan penggunaan dana hasil investasi tidak berpedoman dengan ketentuan yang berlaku.

b. Memerintahkan kepada Kepala Dinas Koperindag dan Kepala Bagian Ekonomi untuk menyetorkan kembali dana yang telah digunakan tidak sesuai ketentuan yang berlaku sebesar Rp55.828.000,00 (Rp38.878.000,00 + Rp16.400.000,00 + Rp550.000,00) ke Kas Daerah.

c. Memberikan sanksi bagi Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan atas kelalaiannya dalam melaksanakan tugasnya mengelola bunga hasil investasi tidak berpedoman dengan ketentuan yang berlaku.

d. Memerintahkan kepada Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan untuk menyetorkan kembali bunga hasil investasi sebesar Rp23.477.000,00 (Rp9.165.000,00 + Rp14.312.000,00).

e. Menetapkan peraturan yang mengatur tata cara penyaluran dana bergulir, pengembalian serta penyetoran kembali ke Kas Daerah.

15. Memberikan sanksi kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Bima yang tidak melakukan penyesuaian anggaran sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2000 dan Keputusan Gubernur NTB No.39A Tahun 2007 serta menyetorkan kelebihan realisasi Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebesar Rp107.812.734,02 ke kas daerah.

16. a. Memberikan sanksi atas kesengajaan Kepala BPKD selaku PPK dan Kepala Bidang Anggaran selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Penanda Tangan SPM yang membuat dokumentasi proforma untuk pencairan Dana DAK.

b. Memberikan sanksi atas kesengajaan Kepala BPKD Kota Bima dan Kuasa BUD TA 2007 yang memerintahkan bendahara SKPD untuk membuka rekening giro penampungan DAK.

c. Memerintahkan kepada seluruh bendahara SKPD menutup rekening giro penampungan dan di masa mendatang tidak membuka rekening penampungan.

17.a Memerintahkan Kepala Bawasda / Inspektorat Daerah untuk menelusuri besaran pajak yang digunakan oleh Bendahara Arisman dan Ikhsan, apabila ditemukan besaran lebih dari Rp20.439.763,00 (Rp5.439.763,00 + Rp15.000.000,00) maka ditetapkan kurang bayar atas Pajak.

b. Memberikan sanksi atas Kelalaian Kepala Kantor Penghubung dan Kantor Satpol PP yang kurang melakukan pengawasan atas pengelolaan uang PFK.

Page 101: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM

5

c. Memerintahkan Bendahara Pengeluran TA 2007 Kantor Penghubung a.n Arisman Indah dan Kantor Satpol PP a.n. Ikhsan ADT segera menyetor uang PFK ke Kas Negara yang telah digunakan menunggu hasil penelusuran Bawasda.

Secara lebih rinci dijelaskan pada bagian Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan. Mataram, 20 September 2008

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan BPK RI di Mataram Penanggung Jawab Pemeriksaan,

B. Suharyanto, S.E., MSi., Ak. Akuntan, Register Negara No. D-21.299

 

Page 102: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 6

HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN

1. Pencairan Rekening Kas Daerah Kota Bima sebesar Rp5.132.980.519,00 pada PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Raba-Bima tanpa melalui mekanisme APBD dan tidak dipertanggungjawabkan

Pemeriksaan terhadap pencairan dana pada Rekening Kas Daerah Kota Bima dengan

membandingkan antara potongan cek (bonggol cek) yang ada pada Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD) Kota Bima dan rekening koran dari masing-masing bank, diketahui terdapat pencairan uang pada rekening untuk menampung penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) pada PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Raba-Bima dengan rekening nomor 00000079-01-000262-30-4 a.n. Pemerintah Kota Bima cq. HM Nur A. Latif dengan menggunakan kwitansi/slip penarikan sebesar Rp4.571.980.519,00 serta pada rekening untuk menampung penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sektor Lingkungan Hidup dengan nomor 00000079-01-000363-30-4 a.n. Pemkot Bima qq DAK Lingkungan Hidup sebesar Rp561.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

No Tanggal Uraian Rekening Koran Jumlah (Rp) Tanda Tangan

Kwitansi 00000079-01-000262-30-4

1 9 Jan 2007 CA Overbooking 204.410.701,00 -

2 15 Feb 2007 Atpn1104031405041208 5.630.818,00 -

3 15 Feb 2007 Atpn1511130215030701 28.154.091,00 -

4 15 Feb 2007 Atpn0510091415030303 28.154.091,00 -

5 15 Feb 2007 Atpn1110061415020306 5.630.818,00 -

7 21 Feb 2007 CA Cash withdrawal 1.500.000.000,00 H.M. Yusuf

8 22 Feb 2007 Ogie S 2.800.000.000,00 H.M. Yusuf

Sub Jumlah 4.571.980.519,00

00000079-01-000363-30-4

9 12 Mar 2007 Alokasi khusus sektor pertanian 561.000.000,00 H.M. Yusuf

Sub Jumlah 561.000.000,00

Jumlah 5.132.980.519,00 Keterangan: Mutasi debit no.1 s.d. 5 di atas merupakan transaksi berdasarkan mutasi di rekening koran dan

bukan merupakan pendebitan dengan menggunakan kwitansi. Konfirmasi atas permasalahan tersebut dengan Kepala BPKD Kota Bima selaku BUD Kota

Bima diketahui bahwa berdasarkan bukti yang diperoleh dari BRI, pencairan dana tersebut hanya berdasarkan kwitansi penarikan uang dari PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Raba-Bima, tanpa menggunakan cek resmi yang ditandatangani oleh BUD/Kuasa BUD Kota Bima. Untuk pencairan dana tanggal 21 Februari 2007 sebesar Rpj1.500.000.000,00 uraiannya pada kwitansi adalah pencairan rekening Pemerintah Kota Bima untuk kegiatan Bantuan Sosial Kemasyarakatan bulan Februari 2007 dan Pembayaran Gaji Anggota DPRD Kota Bima, dimana dana tersebut diterima oleh Kuasa BKD Kota Bima atas nama H M Yusuf, dan pencairan dana tanggal 22 Februari 2007 sebesar Rp2.800.000.000,00 uraiannya adalah pencairan rekening giro Pemerintah Kota Bima untuk

Page 103: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 7

pembayaran proyek-proyek Pemkot Tahun Anggaran 2007, dengan hanya tandatangan (menyerupai tandatangan pencairan dana tanggal 21 Pebruari 2007) tanpa mencantumkan nama yang menerima uang. Sedangkan pencairan dana tanggal 12 Maret 2007 sebesar Rp561.000.000,00 uraiannya adalah pencairan rekening giro Pemerintah Kota Bima tanggal 12 Maret 2007 untuk kegiatan Alokasi Khusus Sektor Pertanian dengan tanda tangan menyerupai pencairan tanggal 21 Februari 2007, akan tetapi konfirmasi pada Drs. H.M. Yusuf Ahmad menunjukkan bahwa yang bersangkutan lupa pernah menandatangani kwitansi tersebut atau tidak. Sedangkan selain empat transaksi diatas tidak dapat dijelaskan oleh Kepala BPKD.

Atas permasalahan tersebut, maka pada tanggal 23 Juli 2007, Drs. H.M. Yusuf Ahmad, selaku Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Bima dengan Surat Nomor 973/140/BPKD/2007 menyampaikan Sanggahan/Bantahan/Keberatan atas Pencairan Dana Pemkot Bima tersebut kepada Pimpinan PT. BRI (Persero) Tbk Cabang Raba-Bima yang isinya : a. Selaku Kepala BPKD atas nama Pemerintah Kota Bima maupun atas nama pribadi tidak pernah

mengeluarkan uang milik Pemerintah Kota Bima dengan menggunakan kwitansi dari PT. BRI Cabang Bima seperti dilakukan pada tanggal 21 dan 22 Peberuari 2007 tersebut.

b. Adanya tanda bukti (kwitansi) tersebut dengan mencantumkan tandatangan kami secara tegas sangat keberatan karena pencantuman tanda tangan tersebut adalah palsu dan atau dipalsukan serta tidak dikenal sebutan “Kuasa BKD”, yang ada adalah “Kuasa BUD”.

c. Jika permasalahan ini tidak segera diselesaikan, selaku Kepala BPKD Kota Bima atas nama Pemerintah Kota Bima dan atas nama pribadi akan segera melapor kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Atas sanggahan tersebut menurut Kepala BPKD Kota Bima, pihak BRI menjawab surat tersebut

dengan Surat Nomor R.267/KW-XI/LO/07/2007 tanggal 30 Juli 2007dan menyatakan bahwa akan melakukan penelusuran dan penelitian atas keberatan tersebut dan berdasar hasil penelusuran dan penelitian tersebut, baru akan dijawab keberatan yang diajukan. Kepala BPKD Kota Bima kembali mengirim surat kepada Pimpinan BRI Cabang Bima, dengan surat nomor 973/236/BPKD/2007 tanggal 17 Desember 2007, perihal Rekonsiliasi Dana Pemkot Bima, yang isinya juga mempertanyakan transaksi pengeluaran uang tanggal 21 Peberuari 2007 sebesar Rp1.500.000.000,00 dan tanggal 22 Pebruari 2007 sebesar Rp2.800.000.000,00, namun juga tidak diberikan jawaban secara tertulis.

Konfirmasi kembali atas permasalahan tersebut dengan Pimpinan PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Bima melalui surat Kepala BPKD nomor 973/30/BPKD/2008 pada tanggal 14 Pebruari 2008 telah ditanggapi oleh Pimpinan PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Bima melalui surat nomor B.239/KC-XI/PEL/12/2007 tanggal 27 Pebruari 2008. Dalam surat tanggapan tersebut dijelaskan bahwa kewenangan menanggapi permasalahan tersebut telah diambil oleh Kantor Wilayah BRI Denpasar, mengingat rekening pemerintah Kota Bima merupakan salah satu yang terkait dengan perkara pidana yang melibatkan Pekerja Kantor Cabang BRI Raba Bima dan sekarang sedang ditangani Pengadilan Negeri Bima. Pada tanggal 17 Maret 2008 Kantor Wilayah BRI Denpasar melalui Surat No.R.107/KW-XI/LOK/03/2008 memberikan penjelasan bahwa untuk mutasi penarikan tanggal 21 Februari 2007 sebesar Rp1.500.000.000,00 dan tanggal 22 Februari 2007 sebesar Rp2.800.000.000,00 dari rekening giro No.0079-01-000262-30-4 atas nama Pemerintah Kota Bima dilakukan dengan menggunakan kwitansi yang ditandatangani di atas materai oleh H.M. Yusuf. Surat Kantor Wilayah BRI tersebut dijawab oleh Walikota Bima melalui surat No.973/112/BPKD/2008 tanggal 15 Juli 2008 yang diantaranya berisi: a. Pemerintah Kota Bima tetap tidak mengakui mutasi penarikan yang terjadi pada tanggal 21

Februari 2007 sebesar Rp1.500.000.000,00 dan tanggal 22 Februari 2007 sebesar

Page 104: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 8

Rp2.800.000.000,00 dengan mengatasnamakan dan tanda tangan sdr H. Yusuf Ahmad. Penjelasan pihak Kantor Wilayah BRI dinilai belum lengkap.

b. Terdapat mutasi penarikan rekening giro pemerintah Kota Bima tanggal 12 Maret 2007 senilai Rp561.000.000,00 untuk kegiatan DAK Dinas Perikanan dengan membubuhkan tanda tangan di atas tanda bukti (Kwitansi) yang mirip dengan tandatangan Kepala BPKD tanpa nama yang jelas. Pemerintah Kota Bima meminta pihak BRI menjelaskan pejabat/petugas PT BRI yang bertanggungjawab secara administrasi maupun material melakukan perbuatan dimaksud.

Dijelaskan oleh Kepala BPKD bahwa yang menjabat sebagai Kepala PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Bima pada saat pencairan dana tersebut telah menjadi tersangka dalam kasus penipuan dana nasabah di Pengadilan Negeri Bima. Atas permasalahan tersebut, sampai dengan tanggal 15 September 2008, Kepala BPKD Kota Bima belum melapor kerugian daerah tersebut kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Konfirmasi atas permasalahan diatas dengan Kuasa BUD TA 2007 diketahui bahwa yang bersangkutan tidak tahu menahu pada saat dana tersebut ditarik dari kas daerah, karena semua dana kas daerah yang keluar sepengetahuannya melalui cek. Rekonsiliasi antara register cek dan rekening koran bank secara periodik memang tidak dilakukan sehingga pencairan kas tanpa menggunakan cek tersebut tidak dapat segera diketahui.

Berdasarkan keterangan lisan dari para Pejabat BPKD dijelaskan bahwa tidak ada aturan internal yang mengatur prosedur tetap/mekanisme pencairan anggaran/kas dari kas daerah harus melalui mekanisme cek setelah proses pengajuan SPP, SPM dan SP2D. Dijelaskan lebih lanjut bahwa penggunaan cek sebagai alat pembayaran sudah menjadi kebiasaan dalam pengelolaan keuangan pemerintah Kota Bima dan untuk tahun 2007 tidak ada perjanjian antara Pemerintah Kota Bima dengan Bank tempat menyimpan kas daerah tentang aturan pencairan uang milik /rekening kas daerah dan pembatasan otorisasi pencairan uang. Penelusuran selanjutnya atas Peraturan Daerah dan Keputusan Walikota tentang pengelolaan keuangan daerah diketahui tidak terdapat aturan yang menyatakan bahwa pencairan dana dari kas daerah Pemerintah Kota Bima menggunakan mekanisme cek . Hanya terdapat Keputusan Walikota Bima No.1A Tahun 2007 yang mengatur pejabat yang berwenang menandatangani cek.

Konfirmasi lebih lanjut atas permasalahan tersebut dengan Kepala BPKD diketahui bahwa atas penarikan dana tersebut tidak masuk ke dalam realisasi belanja pada APBD TA 2007 dan sampai dengan TA 2007 berakhir, dana sebesar Rp5.132.980.519,00 tersebut tidak dipertanggungjawabkan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah, dimana dalam pasal 9 ayat (4) disebutkan bahwa penarikan dana dari rekening Kas Umum Daerah di Bank Umum dilakukan atas perintah Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah

b. Keputusan Walikota Bima Nomor 1A Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007 tentang Pendelegasian sebagian tugas dan wewenang Walikota kepada para Pejabat Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Bima Tahun Anggaran 2007 menetapkan pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Cek adalah Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah, Kepala Bidang Anggaran dan Kuasa BUD.

Kondisi tersebut mengakibatkan adanya indikasi kerugian keuangan Pemerintah Kota Bima sebesar Rp5.132.980.519,00

Page 105: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 9

Kondisi tersebut disebabkan oleh : a. Kelalaian dari Kuasa BUD TA 2007 yang tidak melakukan rekonsiliasi antara catatan pembukuan

dan rekening koran secara periodik; b. Kesengajaan dari Kepala BPKD Kota Bima selaku BUD tidak segera melaporkan kepada pihak

berwajib atas terjadinya penggelapan uang daerah; c. Kelalaian PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Bima mencairkan Rekening Kas Daerah Kota Bima tanpa

berdasarkan cek yang ditandatangani secara resmi oleh Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah, Kepala Bidang Anggaran dan Kuasa BUD.

Kepala BPKD Kota Bima menyatakan bahwa secara prinsip tidak mengakui perbuatan

tersebut sesuai dengan surat BPKD tanggal 23 Juni 2007 tentang keberatan atas pencairan dana Pemerintah Kota Bima dan surat tanggal 17 Desember 2007 tentang rekonsiliasi dana Pemerintah Kota Bima. Selanjutnya permasalahan tersebut belum diarahkan ke pihak hukum karena lebih mengutamakan pendekatan secara kekeluargaan dengan pihak bank, terutama untuk mendapatkan bukti pihak yang terkait dengan pencairan dana Pemerintah Kota tersebut dengan harapan kerugian daerah dapat dikembalikan.

BPK RI menyarankan agar Walikota Bima melaporkan kepada aparat penegak hukum

tentang indikasi pemalsuan tanda tangan dan untuk memperjelas status dana Kas Daerah sebesar Rp5.132.980.519,00 dalam upaya mengembalikan dana tersebut ke kas daerah.

2. Rekening DAU sebesar Rp5.000.000.000,00 dan Rekening DAK sebesar Rp3.000.000.000,00 diagunkan Walikota Bima untuk menjamin kredit pihak ketiga dan diblokir oleh PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Raba Bima

Sebagai tindak lanjut dari pencairan dana milik Pemerintah Kota Bima oleh PT. BRI

(Persero) Tbk Cab. Raba Bima tanpa berdasarkan cek resmi yang dikeluarkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) Kota Bima, Walikota Bima dengan Surat Nomor 900/127/BPKD/2007 tanggal 23 Maret 2007 memindahkan semua Rekening Pemerintah Kota Bima yang berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana-dana lainnya yang berada pada PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Raba Bima ke PT. Bank BNI (Persero) Tbk. Cabang Bima terhitung mulai tanggal 23 Maret 2007. Atas dasar surat Walikota tersebut, maka semua rekening Pemerintah Kota Bima di BRI dipindahkan ke BNI, kecuali untuk Rekening DAU Nomor 00000079-01-000262-30-4 an. Pemerintah Kota Bima cq. HM Nur A. Latif diblokir oleh BRI sebesar Rp5.000.000.001,80 dan Rekening DAK Nomor 00000079-01-000262-30-8 an. Pemkot Bima cq. DAK Infrastruktur (PU) diblokir sebesar Rp3.000.000.000,00.

Atas pemblokiran dana tersebut, menurut penjelasan Kepala BPKD selaku BUD Kota Bima menanyakan secara lisan kepada BRI, dan diperoleh penjelasan bahwa rekening tersebut menjadi jaminan kredit yang diberikan BRI kepada PT Permata Jaya Amal Perkasa sebesar Rp4.500.000.000,00 dan kepada Herman Trihatmo sebesar Rp2.500.000.000,00. Penjaminan rekening tersebut dilakukan oleh Drs. H.M. Nur A. Latif selaku Walikota Bima. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, maka pada tanggal 12 Juni 2007 di Denpasar, diadakan pertemuan antara Walikota Bima (Drs H.M. Nur A. Latif), Mantan Pincab. BRI Raba Bima (Imam Akbar Pujiono, yang pada saat itu menjadi Staf Kanwil BRI Denpasar), dan Ekananto Gandi S. (Pemborong/Kontraktor yang kreditnya dijamin dengan rekening dimaksud) dengan disaksikan oleh

Page 106: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 10

Para Pejabat di Wilayah PT. BRI (Persero) Tbk Kantor Wilayah Denpasar an. Heru Sardjono, Endang Munawar, Pitoyo Asmoro, HM Syarief Arfedy dan Dody Hardiyanto. Dalam pertemuan tersebut dicapai kesepakatan bahwa pelunasan pinjaman Cash Collateral atas nama Herman Trihatmo sebesar Rp2.500.000.000,00 dan pinjaman Cash Collateral atas Nama PT. Permata Jaya Amal Perkasa sebesar Rp4.500.000.000,00 beserta seluruh kewajiban bunga dan atau denda yang harus dibayar pihak debitur akan dilunasi oleh Sdr. Ekananto Gandi Samadi pada hari Rabu tanggal 27 Juni 2007, namun sampai dengan akhir pemeriksaan janji tersebut tidak dipenuhi. Ekananto Gandi Samadi adalah Kuasa Usaha PT. Permata Jaya Amal Perkasa dan sekaligus saudara dari Herman Trihatmo. Sampai dengan akhir pemeriksaan, dokumen perjanjian jaminan Pemerintah Kota Bima atas pinjaman Cash Collateral tersebut tidak diperoleh.

Konfirmasi atas permasalahan ini dengan Walikota Bima diketahui bahwa Walikota Bima memberikan rekening tersebut sebagai jaminan atas kredit dari PT. Permata Jaya Amal Perkasa, mengingat antara Pemerintah Kota Bima dengan PT. Permata Jaya Amal Perkasa mempunyai Memorandum of Understanding (MoU) Nomor 01/II/2005 tanggal 2 Pebruari 2005 untuk Pembangunan satu unit Mall, Reklamasi Pantai, Pembangunan Stadion Kota Bima, Pembangunan Jalan Hotmix Melayu-Kolo dan Pembangunan Gedung Islamic Centre Manggemaci Kota Bima. Total harga pekerjaan yang disepakati dalam MoU ini adalah sebesar Rp94.000.000.000,00 (sembilan puluh empat milyar rupiah).

Pada tanggal 5 Agustus 2007, Kepala BPKD Kota Bima dengan surat Nomor 973/159/2007 meminta kepada Pimpinan PT BRI Cabang Bima untuk pencairan dana DAU dan DAK TA 2007 yang diblokir tersebut, dengan tembusan kepada Pimpinan Wilayah PT BRI Denpasar. Surat tersebut dijawab oleh Pimpinan Wilayah PT BRI (Persero) Tbk. Kantor Wilayah Denpasar dengan Surat Nomor R.291 KW/XI/RTL/08/2007 tanggal 23 Agustus 2007, yang isinya bahwa permohonan BPKD Pemkot Bima tidak dapat dipenuhi dengan alasan bahwa Giro DAU dan DAK 2007 telah diagunkan oleh Pemkot Bima yang dalam hal ini diwakili oleh Doctorandus Haji Muhamad Nur Abdul Latif selaku Walikota Bima dan Pekerjaan Proyek Peningkatan Jalan dan Jembatan Melayu Kolo yang seharusnya sudah selesai pekerjaannya, namun sampai dengan saat ini Kantor Cabang BRI Raba Bima belum menerima pembayaran sebagai prestasi penyelesaian proyek tersebut. Selanjutnya Walikota Bima meminta pihak PT. Permata Jaya Amal Perkasa untuk mengganti jaminan kreditnya dengan aset milik PT. Permata Jaya Amal Perkasa. Pada tanggal 24 Nopember 2007, dibuat perjanjian antara Ekananto Gandi Siboen (selaku Kuasa Usaha PT. Permata Jaya Amal Perkasa, selanjutnya disebut pihak pertama) dengan H.M. Nur A. Latif (selaku Walikota Bima, selanjutnya disebut pihak kedua), dimana dalam pasal 1 menyebutkan bahwa Pihak Pertama bersedia mengganti atau menukar jaminan kredit pada BRI Cabang Bima dengan harta milik pribadi pihak pertama, paling lambat tanggal 31 Maret 2008, setelah mendapat persetujuan dari BRI. Sampai dengan tanggal 12 September 2008, uang milik Pemerintah Kota Bima yang diblokir oleh BRI masih dalam status blokir. Konfirmasi tertulis dengan Pimpinan Cabang Bank BRI Kota Bima melalui Surat No. 13/Tim LKPDKotaBima/09/2008 perihal konfirmasi tentang status terkini hingga pemeriksaan berakhir belum diperoleh jawaban dari Pimpinan Cabang BRI Kota Bima.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pada pasal 34 ayat (1) yang

menyatakan bahwa “Menteri/Pimpinan lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang”.

Page 107: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 11

b. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang Pinjaman Daerah, dimana dalam pasal 4 disebutkan : (1) Pemerintah Daerah dilarang memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain (2) Pendapatan Daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan jaminan Pinjaman

daerah Pemberian rekening DAU dan DAK sebagai jaminan atas pinjaman pihak ketiga pada PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Bima tersebut berpotensi menimbulkan kerugian daerah, apabila PT. Permata Jaya Amal Perkasa tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk mengganti jaminan pada PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Bima dengan aset pribadi dan tidak dapat melunasi kredit sesuai yang diperjanjikan. Hal tersebut disebabkan oleh Walikota Bima membuat kebijakan untuk memberikan rekening DAU dan DAK Kota Bima sebagai jaminan kredit PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Bima kepada pihak ketiga a.n. Herman Trihatmo dan PT. Permata Jaya Amal Perkasa menyimpang dari ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Atas penjaminan uang DAK/DAU Kota Bima sebesar Rp.8.000.000.000,00 kepada PT

Permata Jaya Amal Perkasa, Walikota Bima menyatakan sebagai berikut; 1. Kegiatan ini disponsori atau diprakarsai oleh PT Permata Jaya Amal Perkasa dan Kepala BRI

Cabang Bima (Sdr. Imam). 2. Kepada saya (Walikota Bima) beberapa waktu yang lalu disodorkan satu perjanjian bahwa

pinjaman/penjaminan uang sebesar Rp.8.000.000.000,00 itu untuk memperoleh kredit/pinjaman pada BRI Cabang Bima sebesar Rp.7.000.000.000,00 yang tujuan utamanya adalah untuk membeli sejumlah alat berat guna membantu mempercepat proses penyelesaian proyek jalur jalan melayu-kolo sepanjang 14,5 km dan lebar 20 m yang sedang dikerjakan oleh PT. Permata Jaya Amal Perkasa.

3. Sdr. Kepala BRI Cabang Bima saat itu menyampaikan informasi secara lisan dihadapan saya (Walikota Bima) dan ikut disaksikan oleh saudara Ekananto Gandhi Sibun (pihak PT Permata Jaya Amal Perkasa) bahwa penjaminan dengan dana Pemkot Bima itu waktunya tidak terlalu lama, paling lambat 2-3 minggu saja, dan akan segera dikembalikan lagi ke pemkot Bima sebagai pemilik uang.

4. Terkesan dengan janji akan dikembalikan dalam waktu singkat oleh BRI Cabang Bima (Sdr. Imam) dan saudara Ekananto Gandhi Sibun (PT. Permata Jaya Amal Perkasa) dan bahkan nanti akan membayar dana-dana proyek pemkot Bima akan dibayarkan dengan uang BRI Cabang Bima sebagai bank yang dipercaya oleh pemkot Bima menyimpan dananya, dan terbius juga oleh keinginan Pemkot Bima untuk segera menyelesaikan pekerjaan proyek jalan Melayu-Kolo (panjang 14,5 km, lebar 20 m), karena di sepanjang jalan Melayu-kolo tersebut terbuka lebar kesempatan pengembangan pembangunan Kota seperti perumahan, ekonomi rakyat, pemberdayaan potensi laut, membuka wilayah yang terisolir, dan memperlancar hubungan (arus barang) antar wilayah sekitar, maka saya (Walikota Bima) tanpa pikir panjang lagi menandatangani perjanjian penjaminan dana sebesar Rp.8.000.000.000,00 tersebut.

5. Saya pribadi (Walikota Bima) tidak terlalu menyalahkan siapa-siapa disini, tetapi seharusnya pihak BRI Cabang Bima yang merupakan BUMN Pemerintah RI menginformasikan secara awal pada saya (Walikota Bima), bahwa pihak Pemkot Bima tidak diperbolehkan menjaminkan dana DAU/DAK pemkot Bima untuk pinjaman pihak ketiga pada pihak BRI Cabang Bima, tetapi saran

Page 108: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 12

itu tidak pernah kami (Pemkot Bima) terima dari pihak BRI Cabang Bima (Sdr. Imam) sebagai kepala BRI cabang Bima saat itu.

6. Dan ternyata belakangan baru saya (Walikota Bima) memahami bahwa penjaminan uang pemkot kepada pihak ketiga tidak diperbolehkan oleh aturan yang ada.

7. Saya (Walikota Bima) dalam hal ini sangat menyesali kegiatan ini, dan agar kami (Pemkot Bima) bisa mempelajari kegiatan penjaminan ini, saya (Walikota Bima) berharap pada BRI Cabang Bima membantu menyerahkan fotokopi dari perjanjian dimaksud sebagai bahan penelitian sehingga menjadi lebih jelas persoalannya.

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar mengambil langkah hukum terkait dengan

dana Pemerintah Kota Bima yang masih diblokir oleh BRI Cabang Bima dan mengupayakan pengembalian dana tersebut ke kas daerah.

3. Pencairan Rekening Kas Daerah Kota Bima sebesar Rp6.894.000.000,00 dilakukan oleh pihak yang tidak berwenang dan tidak dipertanggungjawabkan

Pemeriksaan terhadap pencairan dana pada Rekening Kas Daerah Kota Bima dengan

membandingkan antara potongan cek (bonggol cek) yang ada pada Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD) Kota Bima dengan rekening koran dari masing-masing bank, diketahui terdapat pencairan uang pada rekening untuk menampung penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Bima rekening nomor 00000079-01-000262-30-4 a.n. Pemerintah Kota Bima cq. HM Nur A. Latif dengan menggunakan cek yang tidak tercatat pada BUD Kota Bima sebesar Rp5.250.000.000,00, dan dengan menggunakan kwitansi sebesar Rp1.644.000.000,00 dengan uraiannya pada kwitansi adalah pencairan giro pemerintah kota untuk kepentingan kegiatan pemerintah kota tanggal 19 Februari 2007 diterima oleh Walikota Bima, dengan rincian sebagai berikut:

No Tanggal Uraian Rekening Koran No. Cek/Bukti Jumlah (Rp) 1 12 Peb 2007 CA Cash withdrawal 01624972 5.000.000.000,002 15 Peb 2007 CA Cash withdrawal 01624973 200.000.000,003 19 Peb 2007 Kliring BNI 01624974 50.000.000,004 19 Feb 2007 CA Cash withdrawal Slip penarikan 1.644.000.000,00

Jumlah 6.894.000.000,00

Konfirmasi atas permasalahan tersebut dengan Kuasa BUD dan Kepala BPKD Kota Bima diketahui bahwa atas pencairan dana menggunakan 3 (tiga) lembar cek dengan nilai seluruhnya sebesar Rp5.250.000.000,00 tidak tercatat atau tanpa sepengetahuan Kuasa BUD Kota Bima. Konfirmasi lebih lanjut bersama Kuasa BUD Kota Bima atas permasalahan tersebut kepada pihak PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Bima pada tanggal 15 Pebruari 2008, diketahui bahwa tiga lembar cek senilai Rp5.250.000.000,00 tersebut diatas ditandatangani oleh Walikota Bima. Konfirmasi selanjutnya atas pertanggungjawaban pencairan dana kas daerah diatas diketahui sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2007, tidak ada pertanggungjawaban yang dibuat, hanya terdapat pengembalian dana ke kas daerah sebesar Rp250.000.000,00 dengan penyetor Sdri. Siti Hajar, A.Md. (bendahara BPKD TA.2008), dengan uraian pada STS pengembalian pinjaman M.Nur A.Latif.

Page 109: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 13

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pada pasal 34 ayat (1) yang

menyatakan bahwa “Menteri/Pimpinan lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang”.

b. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah, dimana dalam pasal 9 ayat (4) disebutkan bahwa penarikan dana dari rekening Kas Umum Daerah di Bank Umum dilakukan atas perintah Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah.

c. Keputusan Walikota Bima Nomor 1A Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007 tentang Pendelegasian sebagian tugas dan wewenang Walikota kepada para Pejabat Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Bima Tahun Anggaran 2007 menetapkan pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Cek adalah Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah, Kepala Bidang Anggaran dan Kuasa BUD.

Pencairan rekening Kas Daerah Kota Bima pada PT. BRI (Persero) Tbk Cab. Bima rekening nomor 00000079-01-000262-30-4 tanpa melalui BUD (tanpa melalui mekanisme APBD) oleh Walikota Bima mengakibatkan adanya indikasi kerugian keuangan daerah sebesar Rp6.894.000.000,00 Hal tersebut disebabkan Walikota Bima membuat kebijakan untuk mengeluarkan dan menggunakan tanpa mempertanggungjawabkan uang milik daerah tanpa melalui BUD sebesar Rp6.894.000.000,00 yang menyimpang dari peraturan perundang-undangan. Atas pencairan Rekening Kas Daerah Kota Bima sebesar Rp.5.250.000.000,00 oleh Walikota Bima tanpa melalui BUD dan belum dipertanggungjawabkan, walikota bima menyatakan sebagai berikut: 1. Pengeluaran dana sebesar Rp.250.000.000,00 merupakan dana talangan yang diberikan oleh

walikota Bima kepada seorang / pihak ke III yang melaksanakan pekerjaan pengadaan buku-buku di dinas pendidikan Kota Bima. Berawal dari pinjaman modal pihak ketiga di BRI Cabang Bima sebesar Rp.300.000.000,00 dengan jaminan ada kegiatan/pekerjaan di pemerintah Kota Bima / via Diknas tentang pengadaan buku. Tanggal 27 Februari 2008 dana pinjamannya kepada Pemkot Bima sebesar Rp.250.000.000,00 sudah dibayarkan kembali oleh pihak ketiga kemudian bukti setorannya akan diserahkan ke Pemkot Bima setelah melaporkan juga / memperlihatkan bukti setorannya kepada tim BPK Mataram.

2. Tentang pengeluaran dana dari BRI cabang Bima sebesar Rp.5.000.000.000,00 memang saya sendiri (walikota Bima) yang memberikan ceknya dan ditandatangani oleh saya tetapi saya lupa, uang sebesar itu untuk pembayaran proyek apa dan untuk apa. Saya sendiri tidak pernah merasa menerima uang sebesar itu. Kami akan mengkonfirmasi kepada BRI cabang Bima jika dana Rp.5.000.000.000,00 itu diterima secara kontan di BRI Cabang Bima, maka mohon/diharapkan pada BRI cabang Bima untuk menunjukkan bukti siapa yang menerima dana sebesar Rp.5.000.000.000,00 itu dan jika dana Rp.5.000.000.000,00 itu ditransfer antar rekening bank, maka ke rekening siapa dana itu dialirkan sebenarnya. Kemudian cek sebesar Rp.5.000.000.000,00 itupun saya (Walikota Bima) sudah lupa saat itu diserahkan kepada siapa, untuk itu kembali saya (walikota Bima) berharap kepada pihak BRI

Page 110: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 14

Cabang Bima berkenan memberikan informasinya, termasuk siapa yang mencairkannya atau kepada rekening siapa ditransfernya. Tetapi besar kemungkinan cek sebesar Rp.5.000.000.000,00 tersebut diserahkan kepada Sdr. Ekananto Gandhi Sibun (PT. Permata Jaya Alam Perkasa).

BPK RI menyarankan kepada walikota Bima untuk mengembalikan dana sebesar Rp6.894.000.000,00 yang telah dikeluarkan tanpa melalui BUD tersebut ke kas daerah.

4. Penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) pada Bidang Pendapatan BPKD Kota Bima digunakan langsung untuk pengeluaran sebesar Rp90.152.085,00 dan belum disetor ke kas daerah sampai dengan 31 Desember 2007 sebesar Rp44.789.840,00

Pemeriksaan atas rekapitulasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan pada Bidang Pendapatan

BPKD Kota Bima menunjukkan bahwa pada Tahun Anggaran 2007, Pemerintah Kota Bima memperoleh Pajak Penerangan Jalan yang dipungut oleh PT PLN (Persero) Cabang Kota Bima sebesar Rp1.526.568.945,00. Dari jumlah tersebut, yang disetor ke daerah oleh PLN adalah pendapatan setelah dikurangi fee PLN sebesar 4% atau seluruhnya sebesar Rp1.465.464.187,00.

Pemeriksaan lebih lanjut atas STS penyetoran PPJ ke kas daerah oleh pegawai yang diserahi tugas Khusus di Bidang Pendapatan BPKD menunjukkan bahwa jumlah PPJ TA 2007 yang telah disetor sebesar Rp1.330.528.262,00 sehingga terdapat kekurangan penyetoran sebesar Rp134.941.925,00 (Rp1.465.464.187,00-Rp1.330.528.262,00). Konfirmasi dengan Kepala Bidang Pendapatan BPKD Kota Bima menunjukkan bahwa kekurangan penyetoran tersebut karena pada akhir tahun anggaran 2007 Pemerintah Kota Bima mengalami kesulitan keuangan, sehingga pembayaran tagihan rekening listrik Pemerintah Kota Bima untuk bulan Desember 2007 pada Bagian Umum Setda Kota Bima tidak dapat dicairkan. Atas permasalahan tersebut, PLN melakukan pembayaran PPJ bulan Desember 2007 secara netto, yaitu setelah dipotong tagihan rekening listrik Pemerintah Kota Bima bulan Desember 2007 dengan perincian PPJ tertagih bulan Desember sebesar Rp134.941.925,00 dikurangi tagihan listrik bulan Desember sebesar Rp90.152.085,00 sehingga PPJ bulan Desember 2007 yang diterima Bidang Pendapatan dari PLN pada tanggal 17 Desember 2007 sebesar Rp44.789.840,00. Dengan demikian pencatatan penerimaan PPJ di Laporan Realisasi Anggaran kurang dicatat sebesar Rp90.152.085,00. Penyetoran ke kas daerah untuk penerimaan PPJ bulan Desember 2007 sebesar Rp44.789.840,00 tersebut baru dilakukan pada tanggal 21 Pebruari 2008. Konfirmasi selanjutnya atas fee 4% untuk PLN diketahui bahwa fee tersebut memang telah diatur dalam perjanjian antara Pemerintah Kota dengan PLN cabang Bima Nomor 37 Tahun 2003/ Nomor 001.PJ/547/CABBIM/2003 tentang Pemungutan dan Penyetoran PPJ dan Pembayaran Rekening Listrik tanggal 31 Maret 2003 dan fee tersebut memang dipotong langsung oleh PLN dan dicatat secara netto, hal ini telah berlangsung sejak beberapa tahun dan sudah menjadi kebiasaan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada ayat (3) yang menyatakan bahwa ”Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan” dan ayat (4) yang menyatakan bahwa “Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja”.

Page 111: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 15

Kondisi tersebut mengakibatkan: a. Tidak disetornya penerimaan PPJ tepat waktu ke kas daerah membuka peluang penyalahgunaan

dana tersebut; b. Pendapatan PPJ dan Belanja Listrik pada Laporan Realisasi Anggaran kurang disajikan sebesar

Rp134.941.925,00 (Rp90.152.085,00 + Rp44.789.840,00). Kondisi tersebut terjadi karena: a. Kelalaian Kepala Bidang Pendapatan yang tidak menyetorkan pendapatan PPJ bulan Desember

2007 ke kas daerah tepat waktu; b. Perjanjian antara Pemerintah Kota dengan PLN cabang Bima Nomor 37 Tahun 2003/ Nomor

001.PJ/547/CABBIM/2003 tentang Pemungutan dan Penyetoran PPJ dan Pembayaran Rekening Listrik tanggal 31 Maret 2003 yang mengatur mekanisme penggunaan/pemotongan langsung pendapatan PPJ untuk pembayaran listrik Pemda.

Atas permasalahan tersebut, Walikota Bima melalui Kepala Bidang Pendapatan menjelaskan bahwa PPJ yang belum disetorkan tersebut merupakan kompensasi pembayaran jasa rekening listrik pemerintah Kota Bima yang harus dibayar oleh Bagian Umum Setda Kota Bima kepada pihak PLN. Namun oleh pihak PLN dipotong langsung dari PPJ yang mereka terima setiap bulannya karena adanya kelalaian Bagian Umum yang belum menyetorkan kompensasi ke kas daerah, tapi permasalahan tersebut sudah disetorkan ke kas daerah pada awal tahun 2008. BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar: a. Memberikan sanksi kepada Kepala Bidang Pendapatan yang tidak menyetorkan pendapatan PPJ

bulan Desember 2007 ke kas daerah tepat waktu dan memerintahkan untuk selanjutnya agar menyetorkan pendapatan PPJ setiap bulan secara tepat waktu.

b. Merevisi perjanjian dengan PLN cabang Bima dengan menghilangkan klausul mengenai mekanisme penggunaan/pemotongan langsung pendapatan PPJ untuk pembayaran listrik Pemda.

5. Penunjukan 3 (tiga) bank umum sebagai tempat penyimpanan uang milik Pemerintah Kota Bima dengan saldo per 31 Desember 2007 sebesar Rp30.028.086.151,43 tidak ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikota dan tidak diberitahukan kepada DPRD serta Pembukaan dan Pengoperasian 36 rekening Kas Daerah tidak diatur dengan Peraturan Walikota

Pemeriksaan atas tempat penyimpanan uang milik Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007, diketahui bahwa uang tersebut disimpan pada 3 (tiga) bank umum dalam 36 rekening giro dengan saldo per 31 Desember 2007 seluruhnya sebesar Rp30.028.086.151,43. Rincian atas rekening dimaksud sebagai berikut :

No. Nomor Rekening Nama Rekening Saldo

Per 31 Des 2007 Bank

1 2 3 4 5 1 005.21.00048.02-3 Sisa UDP BPKD Kota Bima 57.660.083,92 Bank NTB 2 005.21.00004.02-5 DAK Dana Reboisasi 454.682.925,00 Bank NTB 3 005.21.02080.00-9 Dana Penyeimbang Pemkot 8.184.591.963,00 Bank NTB 4 005.21.00023.03-1 Pemerintah Kota Bima 9.477.154,00 Bank NTB

Page 112: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 16

5 005.21.00015.02-0 Pemkot Bima/bagi Hasil pajak

6.205.039,00 Bank NTB

6 005.21.02066.00-7 Pemkot Dana Propensi 797.177.475,61 Bank NTB

7 005.21.00018.02-3 Dana Penyeimbang/Dana Ad Hoc

3.803.022.171,00 Bank NTB

8 005.21.00002.00-9 Kas Pemkot (PAD) 205.482.687,70 Bank NTB 9 005.21.02066.01-0 Pemkot Bima/DAU 1.653.796.988,17 Bank NTB

10 005.21.00025.02-6 Bend BPKD kota Bima/Burhan ISM

283.480.561,83 Bank NTB

11 005.21.02102.00-6 DAK Khusus Pemkot-Bima 421.451,40 Bank NTB 12 0053757446 Kantor Pemerintah Kota

Bima 20.666.862,00 Bank BNI

13 0120647870 Kantor Pemerintah Kota Bima

2.769.734,00 Bank BNI

14 0053756431 BPHTB Pemkot Bima 99.212.413,00 Bank BNI 15 0120647304 Kantor Pemerintah Kota

Bima 1.627.407.872,00 Bank BNI

16 0053757219 PBB Pemkot Bima 3.035.152.587,00 Bank BNI 17 0053757435 Kantor Pemerintah Kota

Bima 883.214.926,00 Bank BNI

18 0136317196 DAK Infrastruktur Kota Bima

362,00 Bank BNI

19 0136317866 DAK Perikanan dan Kelautan 140,00 Bank BNI 20 0136317640 DAK Prasarana 683.900.000,00 Bank BNI 21 0136317334 DAK Kesehatan 463,00 Bank BNI 22 0136316283 DAK Lingkungan Hidup 90,00 Bank BNI 23 0136318065 DAK Pertanian 823,00 Bank BNI 24 0136318281 DAK Pendidikan 00,00 Bank BNI 25 0053763211 Badan Pengelola Keuangan 895.635,00 Bank BNI 26 00000079-01-000370-30-1 Bencana Alam qq Walikota

Bima 109.923,00 Bank BRI

27 00000079-01-000376-30-7 Dana Ad Hoc 00,00 Bank BRI 28 00000079-01-000373-30-9 Dana Bantuan Keg Sos.

Kemasy 45.792.676,00 Bank BRI

29 00000079-01-000262-30-4 Pemkot Bima CQ HM Nur A Latif

5.117.248.183,80 Bank BRI

30 00000079-01-000360-30-6 DAK Sarana/Prasarana 00,00 Bank BRI 31 00000079-01-000363-30-4 DAK Lingkungan Hidup 00,00 Bank BRI 32 00000079-01-000364-30-0 DAK Kesehatan 00,00 Bank BRI 33 00000079-01-000365-30-6 DAK Perikanan Kelautan 00,00 Bank BRI 34 00000079-01-000362-30-8 DAK Infrastruktur 3.055.714.961,00 Bank BRI 35 00000079-01-000361-30-2 DAK Pendidikan 00,00 Bank BRI 36 00000079-01-000359-30-5 DAK Prasarana Pemerintahan 00,00 Bank BRI

Jumlah 30.028.086.151,43

Page 113: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 17

Hasil konfirmasi dengan Kepala BPKD Kota Bima tentang dasar penyimpanan uang pada ketiga bank umum dimaksud diketahui bahwa penunjukan ketiga bank ini tidak didasarkan atas Surat Keputusan Walikota dan tidak diberitahukan kepada DPRD Kota Bima. Demikian pula pada saat penunjukan bank tidak ada perjanjian yang dibuat antara pihak Bendahara Umum Daerah Kota Bima dengan masing-masing Bank, sehingga tidak jelas hak dan kewajiban masing-masing pihak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Pemerintah Kota Bima tidak mempunyai prosedur yang ditetapkan dalam mekanisme pembukaan, pengoperasian, pengawasan dan penutupan rekening milik Pemerintah Kota Bima.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang Pengelolaan Uang milik Negara/Daerah pada: 1) Pasal 18 ayat:

(1) Gubernur/bupati/walikota menunjuk Bank Umum sesuai dengan kriteria dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dan/atau Bank Sentral untuk menyimpan Uang Daerah yang berasal dari penerimaan daerah dan untuk membiayai pengeluaran daerah.

(2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah membuka rekening Kas Umum Daerah pada Bank Sentral dan/atau Bank Umum yangditunjuk oleh gubernur/bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Penunjukan Bank Umum sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dimuat dalam perjanjian antara Bendahara Umum Daerah dengan Bank Umum yang bersangkutan.

(4) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya mencakup:a.jenis pelayanan yang diberikan; mekanisme pengeluaran/penyaluran dana melalui bank;c.pelimpahan penerimaan dan saldo rekening pengeluaranke Rekening Kas Umum Daerah;d.pemberian bunga/jasa giro/bagi hasil atas saldo rekening;e.pemberian imbalan atas jasa pelayanan;f.kewajiban menyampaikan laporan;g.sanksi berupa denda dan/atau pengenaan bunga yang harus dibayar karena pelayanan yang tidak sesuai dengan perjanjian; dan h.tata cara penyelesaian perselisihan.

2) Pasal 19 ayat (7) yang menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut tentang pembukaan dan pengoperasian rekening penerimaan dan rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Pasal 179 ayat (3) disebutkan bahwa penunjukan bank yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan kepada DPRD.

Tidak diterbitkannya Surat Keputusan Walikota tentang Penunjukan Bank yang sehat tempat

pembukaan Rekening Kas Umum Daerah dan Peraturan Walikota yang mengatur pembukaan dan pengoperasian rekening penerimaan dan pengeluaran mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam melakukan pemantauan hak dan kewajiban atas rekening bank dimaksud, sehingga membuka peluang penyalahgunaan keuangan daerah.

Page 114: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 18

Hal tersebut terjadi karena: a. Kelalaian Kepala BPKD selaku BUD TA 2007 yang tidak membuat perjanjian bersama antara

bank yang ditunjuk sebagai tempat penyimpanan uang daerah dengan BUD. b. Kelalaian Walikota Bima tidak menerbitkan Surat Keputusan Walikota tentang Penunjukan Bank

yang sehat tempat pembukaan Rekening Kas Umum Daerah dan Peraturan Walikota yang mengatur pembukaan dan pengoperasian rekening penerimaan dan pengeluaran dan tidak memberitahukan kepada DPRD.

Walikota Bima menyatakan bahwa penunjukan 3 (tiga) bank umum sebagai tempat penyimpanan uang milik Pemerintah Kota Bima dengan saldo per 31 Desember 2007 sebesar Rp.30.028.086.151,43 tidak ditetapkan dengan Surat Keputusan walikota dan tidak diberitahukan kepada DPRD. Dapat dijelaskan bahwa sejak Pemerintah Kota Bima terbentuk telah dilakukan pembukaan rekening pada 3 (tiga) Bank yaitu PT. Bank NTB, PT. Bank BRI, dan PT. Bank BNI telah dilengkapi dengan surat Keputusan Walikota Bima sehingga pihak Bank menerima pembukaan rekening tersebut dengan dilengkapi specimen tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani cek setiap tahunnya. Terhadap SK tersebut kami (pemkot Bima) akan lengkapi menyusul setelah SK tersebut ditemukan kembali di arsip surat kami. BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar: a. Memberikan sanksi bagi Kepala BPKD selaku BUD TA 2007 karena tidak membuat perjanjian

antara Pemerintah Kota Bima dengan bank yang ditunjuk sebagai tempat penyimpan uang daerah dan selanjutnya memerintahkan kepada BUD TA 2008 agar membuat perjanjian antara Pemerintah Kota Bima dengan bank yang ditunjuk sebagai tempat penyimpan uang daerah.

b. Dalam menetapkan bank sebagai tempat penyimpanan kas daerah, ditetapkan berdasar SK Walikota dan diberitahukan kepada DPRD dan membuat Peraturan Walikota yang mengatur pembukaan dan pengoperasian rekening penerimaan dan pengeluaran serta menertibkan rekening kas daerah yang tidak digunakan lagi.

6. Pengeluaran Kas dari Kas Daerah TA 2007 sebesar Rp1.571.233.500,00 yang dianggap sebagai panjar tidak sesuai ketentuan

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima TA 2007 diketahui terdapat kas di Bendahara Umum Daerah sebesar Rp2.528.289.972,00 yang merupakan saldo tunai yang belum dipertanggungjawabkan. Kas di Bendahara Umum Daerah tersebut merupakan panjar yang diberikan kepada Dinas/Bagian/Pegawai/Pihak Ketiga di lingkungan Pemerintah Kota Bima. Penelusuran atas rincian kas di Bendahara Umum Daerah yang belum dipertanggungjawabkan tersebut pada buku panjar Kuasa BUD TA 2007 diketahui sisa panjar dengan rincian sebagai berikut:

No. Uraian Jumlah (Rp) Keterangan 1. Y. Titi Handoyo, SE (Kabid Anggaran) 15.000.000,00 Bantuan Masji Oi Niu 10.316.000,00 SPPD

2. Bawasda 30.000.000,00 SPPD 3. Panjar Zainal Arifin (Dinas Tata Kota) 4.500.000,00 Panjar Bantuan Wisuda 4. Panjar Abdul Hamid (KTU BPKD) 3.478.200,00 Panjar Pribadi

Page 115: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 19

5. Walikota Bima 135.000.000,00 Bantuan Masjid 6. Taufikurrahman, S.Sos (Kuasa BUD) 63.000.000,00 Biaya Tamu 7. Panjar Proyek (Taufikurrahman, S.Sos) 4.999.300,00 8. Panjar Proyek (Taufikurrahman, S.Sos) 4.940.000,00 9. Pembangunan Kantor Pertanian 100.000.000,00 H.Ridwan Mustakim

10. Panjar Dinkes, Puskesmas Asakota 500.000.000,00 Ibu Sakura H.Abidin (Anggota DPRD)

11. Panjar Walikota Bima 200.000.000,00 Lampu Hias Jalan 12. Walikota Bima (Transfer ke Ir Bambang

Sumantri) 500.000.000,00 -

Jumlah 1.571.233.500,00 Rincian masing-masing panjar tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Berdasarkan konfirmasi dan surat pernyataan dari Y Titi Handoyo yang juga sebagai Kepala

Bidang Anggaran, diketahui panjar sebesar Rp15.000.000,00 tersebut direncanakan digunakan untuk sumbangan kepada Masjid Oi Niu oleh Walikota Bima. Dana tersebut diterima dari Kuasa BUD dan selanjutnya diserahkan kepada Walikota, akan tetapi tidak ada SPJ yang diserahkan kepada BPKD sebagai pengelola bantuan ataupun pengembalian atas panjar tersebut kepada Kuasa BUD TA 2007. Sedangkan panjar sebesar Rp10.316.000,00 digunakan yang bersangkutan untuk biaya Perjalanan Dinas ke Surabaya dalam rangka mendampingi Walikota Bima. Atas panjar tersebut yang bersangkutan berjanji untuk segera mengembalikan dengan menyetor ke kas daerah.

b. Berdasarkan konfirmasi dan surat pernyataan yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran Bawasda Kota Bima diketahui bahwa panjar dari Bawasda Kota Bima sebesar Rp30.000.000,00 merupakan panjar untuk perjalanan dinas ke luar daerah. Panjar tersebut telah dibayar kembali dan telah dicatat oleh Kuasa BUD TA 2007 pada sebuah buku khusus panjar berupa buku pola kecil dan bukti tanda terima dijepitkan pada buku tersebut. Kuasa BUD TA 2007 menyatakan kalau buku pola tersebut tidak ada, di samping itu Bendahara Pengeluaran Bawasda Kota Bima tidak dapat membuktikan pengembalian panjar kepada Kuasa BUD karena sudah tidak memiliki lagi bukti pembayaran yang ada padanya (sudah hilang). Berdasarkan bukti Surat Tanda Setoran (STS) yang diterima oleh BPK pada tanggal 22 Oktober 2007, diketahui panjar tersebut telah dibayar kembali oleh Bendahara Pengeluaran Bawasda Kota Bima sebesar Rp30.000.000,00 dengan STS nomor 2 tanggal 22 Oktober 2007.

c. Berdasarkan konfirmasi dan surat pernyataan dari Zainal Arifin (Kepala Seksi Perencanaan Umum Dinas Kimpraswil Kota Bima) diketahui bahwa panjar sebesar Rp4.000.000,00 tersebut merupakan panjar untuk biaya wisuda S2 ke Malang. Yang bersangkutan mengajukan panjar karena ada rencana dari Pemerintah Kota Bima untuk memberikan bantuan wisuda, dan ternyata bantuan tersebut tidak jadi dikeluarkan. Sampai dengan saat pemeriksaan, dana tersebut masih belum dikembalikan.

d. Berdasarkan konfirmasi dan surat pernyataan dari Abdul Hamid (Kepala Tata Usaha BPKD) diketahui bahwa panjar sebesar Rp3.478.200,00 tersebut merupakan panjar untuk Perjalanan Dinas, dan panjar tersebut sebenarnya merupakan pinjaman kepada Kuasa BUD secara pribadi, dan pada saat dana Perjalanan Dinas sudah cair, yang bersangkutan telah mengembalikan sebesar Rp1.500.000,00 kepada Kuasa BUD TA 2007. Yang bersangkutan tidak mengetahui kalau ternyata pinjaman tersebut dibebankan ke kas daerah, untuk itu yang bersangkutan akan

Page 116: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 20

melakukan pembayaran setelah meminta kembali dana yang telah disetorkan ke Kuasa BUD TA 2007.

e. Berdasarkan konfirmasi dengan Kuasa BUD TA 2007 diketahui bahwa untuk panjar-panjar lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1). Panjar dari Bawasda Kota Bima sebesar Rp30.000.000,00 merupakan panjar untuk

perjalanan dinas ke luar daerah. Konfirmasi yang dilakukan kepada Kuasa BUD TA 2007 diketahui bahwa panjar tersebut belum dibayar kembali oleh Bawasda Kota Bima,

2). Panjar ke Walikota Bima sebesar Rp135.000.000,00 merupakan panjar untuk bantuan masjid yang akan diberikan oleh walikota kepada masyarakat berdasarkan disposisi dari Walikota. Hasil konfirmasi dengan Bendahara Bantuan BPKD diketahui Bendahara Bantuan BPKD tidak mengetahui tentang panjar untuk bantuan masjid tersebut dan tidak ada pertanggungjawabannya.

3). Panjar sebesar Rp63.000.000,00 merupakan biaya tamu yang dikeluarkan oleh Kuasa BUD TA 2007 dan yang bersangkutan sanggup untuk membayar kembali panjar sebesar Rp63.000.000,00 tersebut.

4). Panjar sebesar Rp4.999.300,00 merupakan panjar atas proyek, akan tetapi yang bersangkutan tidak mempunyai catatan proyek yang mana yang masih menggunakan panjar dari BUD tersebut. Dengan demikian panjar ini masih merupakan tanggung jawab Kuasa BUD TA 2007 untuk mengembalikan ke kas daerah.

5). Berdasarkan konfirmasi dengan Kuasa BUD TA 2007 diketahui panjar sebesar Rp4.940.000,00 merupakan panjar atas proyek, akan tetapi yang bersangkutan tidak mempunyai catatan proyek yang mana yang masih menggunakan panjar dari BUD tersebut. Dengan demikian panjar ini masih merupakan tanggung jawab Kuasa BUD TA 2007 untuk mengembalikan ke kas daerah.

6). Berdasarkan konfirmasi dengan Kuasa BUD TA 2007 diketahui panjar sebesar Rp100.000.000,00 merupakan panjar atas pembangunan kantor Dinas Pertanian pada Tahun Anggaran 2007 yang diterima oleh H. Ridwan Mustakim sebagai perencana dan pengawas teknis dari Dinas PU Kota Bima. Uang tersebut diserahkan kepada pelaksana proyek (Hj. Subianti). Konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran Dinas Pertanian diketahui bahwa panjar sebesar Rp100.000.000,00 tersebut baru dibuatkan SP2D pada TA 2008, dan baru ditandatangani pada tanggal 11 September 2008. Pengeluaran atas panjar tersebut juga tidak masuk sebagai belanja di Buku Kas Umum Bendahara Pengeluaran Dinas Pertanian TA 2007.

7). Berdasarkan konfirmasi dengan Kuasa BUD TA 2007 diketahui panjar sebesar Rp500.000.000,00 tersebut merupakan panjar atas pembangunan Puskesmas Asakota yang dikerjakan terlebih dahulu dan baru akan dianggarkan pada APBD Perubahan TA 2008 melalui disposisi Walikota. Panjar tersebut diterima oleh Sakura H.Abidin (anggota DPRD Kota Bima). Konfirmasi dengan Sakura H Abidin diketahui bahwa panjar tersebut diterima pada Tahun 2007 untuk proyek Puskesmas Asakota. Konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran dan PPK Dinas Kesehatan diketahui bahwa untuk proyek Puskesmas Asakota TA 2007 telah diselesaikan pembayarannya dengan menggunakan panjar yang lain dan diketahui pula bahwa sampai dengan tanggal 18 September 2008 belum ada tender yang dilakukan untuk proyek pembangunan Puskesmas Asakota TA 2008.

8). Berdasarkan konfirmasi dengan Kuasa BUD TA 2007 diketahui panjar sebesar Rp200.000.000,00 merupakan panjar atas proyek lampu hias jalan Gatot Subroto, diberikan berdasarkan disposisi Walikota Bima dan panjar tersebut diterima sendiri oleh H.M. Nur

Page 117: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 21

A.Latif sebagai Walikota Bima. Sampai dengan akhir pemeriksaan, Dokumen Kontrak maupun dokumen pendukung administrasi keuangan atas proyek Lampu Hias Jalan tersebut tidak dapat diperoleh oleh Tim BPK.

9). Panjar sebesar Rp500.000.000,00 merupakan panjar walikota yang selanjutnya ditransfer pada tanggal 8 Oktober 2007 kepada Ir. Dadang Sumantri, M.H. Pada tanggal tersebut, Kuasa BUD TA 2007 bersama dengan Kepala BPKD Kota Bima dipanggil ke kantor bank BNI oleh Walikota Bima. Pada saat sampai di kantor bank BNI, Walikota Bima memerintahkan Kuasa BUD untuk mengeluarkan cek sebesar Rp500.000.000,00 untuk selanjutnya diserahkan kepada ajudan Walikota Bima untuk disetorkan ke bank dengan penerima Ir. Dadang Sumantri, M.H. pada BNI cabang Tebet, Jakarta (No. Rek. 1140032-6) dan pengirim M. Nur A. Latif. Konfirmasi selanjutnya kepada ajudan Walikota pada saat itu (Sdr Is Fahmin) diketahui bahwa ajudan tersebut mengakui kalau diperintahkan oleh Walikota Bima untuk melakukan penyetoran ke rekening BNI cabang Tebet atas nama Ir.Dadang Sumantri, M.H., akan tetapi yang bersangkutan tidak mengetahui kapasitas Ir Dadang Sumantri MH tersebut.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada Pasal 21: - ayat (1) yang menyatakan bahwa Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan

sebelum barang dan/atau jasa diterima; - ayat (3) yang menyatakan bahwa Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang

persediaan yang dikelolanya setelah : a). Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran; b). Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran; c). Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan,

- ayat (4) Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan pada ayat (3) tidak dipenuhi.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang Pengelolaan Uang milik Negara/Daerah yang menyebutkan Pasal 38 ayat (1) Bendahara Umum Negara/Daerah, walikota / kepala kantor atau Satuan Kerja di pusat maupun di daerah bertanggung jawab atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 122 ayat (6) yang menyatakan bahwa Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.

Kondisi di atas mengakibatkan indikasi kerugian daerah sebesar Rp1.571.233.500,00. Kondisi tersebut terjadi karena kebijakan dan kelalaian Walikota, Kuasa BUD TA 2007, serta penerima panjar yang tidak segera menyelesaikan sesuai ketentuan pengelolaan keuangan daerah yang berlaku. Walikota Bima menyatakan bahwa pemberian panjar tersebut merupakan kelalaian Kuasa BUD Kota Bima TA 2007 yang tidak segera menyelesaikannya dengan pihak-pihak yang menerima panjar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun demikian, terhadap panjar sebesar

Page 118: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 22

Rp1.571.233.500,00 tersebut diperintahkan kepada Kuasa BUD Tahun 2007 dan pihak-pihak yang menerima panjar untuk segera menyelesaikannya/mempertanggungjawabkan dan atau menyetor kembali ke kas daerah. BPK RI menyarankan Walikota Bima agar:

a. Mengembalikan panjar yang diterima sebesar Rp835.000.000,00 ke kas daerah; b. Memerintahkan kepada Y. Titi Handoyo untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar

Rp25.316.000,00 ke Kas Daerah; c. Memerintahkan kepada Zainal Arifin untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar

Rp4.500.000,00 ke Kas Daerah; d. Memerintahkan kepada Abdul Hamid untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar

Rp3.478.200,00 ke Kas Daerah; e. Memerintahkan kepada Kuasa BUD TA 2007 (Taufikurrahman, S.Sos) untuk mengembalikan

panjar yang diterima sebesar Rp72.939.300,00 ke Kas Daerah; f. Memerintahkan kepada H. Ridwan Mustakim untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar

Rp100.000.000,00 ke Kas Daerah; g. Memerintahkan kepada Sakura H. Abidin untuk mengembalikan panjar yang diterima sebesar

Rp500.000.000,00 ke Kas Daerah.

7. Aliran Kas sebesar Rp3.000.000.000,00 Tidak Jelas Statusnya dan Setoran Pemerintah Kota Bima pada PT BRI (Persero) cabang Bima sebesar Rp3.130.000.000,00 Tidak Tercatat sebagai Penyetoran dalam Rekening Koran Pemerintah Kota Bima Pemeriksaan terhadap mutasi kredit (penyetoran) pada rekening koran Pemerintah Kota Bima No.00000079-01-000262-30-4 diketahui terdapat penyetoran secara tunai sebesar Rp6.130.000.000,00 terdiri dari penyetoran pada tanggal 18 Januari 2007 sebesar Rp3.130.000.000,00 dan tanggal 14 Februari sebesar Rp600.000.000,00 dan Rp2.400.000.000,00. Konfirmasi atas permasalahan tersebut dengan Kuasa BUD Tahun Anggaran 2007 diketahui bahwa untuk penyetoran tanggal 18 Januari 2007 sebesar Rp3.130.000.000,00 merupakan penyetoran yang dilakukan pada tanggal 17 Januari 2007 oleh Kuasa BUD TA 2006 bersama-sama dengan Kuasa BUD TA 2007 dan Plt Kepala BPKD yang dananya berasal dari pencairan cek No. AHH 238713 sebesar Rp680.000.000,00, cek No.AHH 239248 sebesar Rp250.000.000,00 dari PT Bank NTB, serta cek No.CI 654280 sebesar Rp2.200.000.000,00 dari Bank BNI yang tidak jadi digunakan. Penyetoran tersebut dilakukan di luar jam operasional bank (sore hari) dan diterima oleh Bp.Eddi dan Bp. Bakri dari Bank BRI dengan bukti setor berupa slip setoran yang ditandatangani oleh pejabat bank tanpa disertai print out penambahan rekening serta tanpa validasi pada bagian atas slip setoran. Sedangkan untuk penyetoran tanggal 14 Februari 2007 sebesar Rp600.000.000,00 dan Rp2.400.000.000,00 bukan merupakan penyetoran dari kuasa BUD.

Penelusuran pada rekening koran dan surat Kantor Wilayah BRI Denpasar No.R.107/KW-XI/LOK/03/2008 tanggal 17 Maret 2008 diketahui bahwa untuk penyetoran Kuasa BUD TA 2006 pada tanggal 17 Januari 2007 sebesar Rp3.130.000.000,00 diatas tercatat sebagai mutasi kredit (penyetoran) pada tanggal 18 Januari 2007, akan tetapi menurut hasil penelitian BRI Kantor Wilayah Denpasar, yang melakukan penyetoran adalah mantan pemimpin cabang BRI Raba Bima dengan menggunakan dana milik BRI.

Page 119: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 23

Dengan kata lain, setoran Kuasa BUD TA 2007 sebesar Rp3.130.000.000,00 pada tanggal 17 Januari 2007 tidak diakui oleh pihak Bank BRI sebagai setoran dari Kuasa BUD Pemerintah Kota Bima. Sedangkan atas setoran pada tanggal 14 Februari 2007 sebesar Rp600.000.000,00 dan Rp2.400.000.000,00 juga merupakan setoran mantan pemimpin cabang BRI Raba Bima dengan menggunakan dana milik BRI. Walikota Bima melalui surat No.973/112/BPKD/2008 tanggal 15 Juli 2008 meminta penjelasan mengapa mutasi penyetoran yang dilakukan Kuasa BUD TA 2006 tanggal 17 Januari 2007 sebesar Rp3.130.000.000,00 tidak dicantumkan sebagai mutasi setoran dalam rekening giro Pemerintah Kota Bima dan sampai dengan saat pemeriksaan belum ada jawaban.

Konfirmasi dengan Pimpinan Cabang BRI Kota Bima melalui Surat Ketua Tim No. 13/Tim LKPDKotaBima/09/2008 perihal konfirmasi tentang status terkini hingga pemeriksaan berakhir belum diperoleh jawaban dari Pimpinan Cabang BRI Kota Bima.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang Pengelolaan Uang milik Negara/Daerah, a. Pasal 8 yaitu Wewenang Bendahara Umum Daerah dalam pengelolaan Uang Daerah antara lain

memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk

b. Pasal 9 pada ayat (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kuasa Bendahara Umum Daerah berwenang memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk

c. Pasal 37 ayat (2) yang menyatakan bahwa Penempatan Uang Daerah pada Bank Umum dilakukan dengan memastikan bahwa Bendahara Umum Daerah dapat menarik uang tersebut sebagian atau seluruhnya ke Rekening Kas Umum Daerah pada saat diperlukan.

Kondisi tersebut mengakibatkan penerimaan pada rekening koran Pemerintah Kota Bima No.00000079-01-000262-30-4 sebesar Rp6.130.000.000,00 belum jelas status kepemilikannya.

Kondisi tersebut terjadi karena: a. Kelalaian Kuasa Bendahara Umum Daerah TA 2006 yang melakukan penyetoran tanpa melalui

mekanisme penyetoran bank dan tidak memastikan bahwa setoran tersebut sudah masuk ke kas daerah.

b. Kuasa BUD TA 2007 tidak melakukan rekonsiliasi secara periodik atas transaksi yang terdapat pada rekening koran.

Walikota Bima menyatakan bahwa aliran kas masuk tersebut merupakan kelalaian dari pihak PT Bank BRI cabang Raba Bima.

BPK RI menyarankan Walikota Bima agar: a. Menempuh langkah hukum untuk memperjelas status kepemilikan mutasi setoran penerimaan

pada rekening koran Pemerintah Kota Bima sebesar Rp6.130.000.000,00. b. Memberikan sanksi kepada BUD dan Kuasa BUD TA 2006 dan 2007 yang tidak melakukan

rekonsiliasi dan pemantauan pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank.

Page 120: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 24

8. Pencairan deposito sebesar Rp1.000.000.000,00 pada Bank NTB tidak disetor ke kas daerah dan bunga deposito disimpan di rekening tabungan atas nama pribadi dengan saldo per 31 Desember 2007 sebesar Rp100.758.074,00

Dalam Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007, Investasi Jangka Pendek disajikan sebesar Rp2.350.000.000,00, dengan rincian sebagai berikut:

Uraian Saldo Per 31 Des 2007

Deposito Bank NTB No.005.21.00001.05-2 1.000.000.000,00 Deposito Bank NTB No.Dep.23-06325.01.4 1.000.000.000,00 Deposito Bank BNI No Rek. 7337829 350.000.000,00

Jumlah 2.350.000.000,00 Pemeriksaan lebih lanjut atas bukti kepemilikan berupa sertifikat deposito diketahui bahwa

per 31 Desember 2007, saldo deposito yang dimiliki sebesar Rp850.000.000,00 masing-masing pada PT. Bank NTB No. A. 23.06334.01-3 sebesar Rp500.000.000,00 atas nama Pemerintah Kota Bima, dan pada PT. BNI (Persero) Tbk No. Rekening 96686564 sebesar Rp350.000.000,00 atas nama Bpk M. Djalil AR, MM. Drs. Selama Tahun 2007 tidak ada mutasi penarikan atas deposito dimaksud. Bukti kepemilikan atas deposito sebesar Rp2.000.000.000,00 tidak ditemukan. Dengan demikian, maka per 31 Desember 2006, seharusnya saldo deposito yang disajikan pada Neraca adalah juga sebesar Rp850.000.000,00.

Konfirmasi atas permasalahan tersebut dengan pihak PT. Bank NTB Cabang Bima diketahui

bahwa : a. Deposito No. 005.21.00001.05-2 sebesar Rp1.000.000.000,00 sebenarnya bukan deposito, tapi

merupakan Rekening Giro atas nama Pemerintah Kota Bima. Rekening ini dibuka pada tanggal 5 Januari 2005 dengan setoran pertama sebesar Rp1.000.000.000,00. Pada tanggal 28 Maret 2005 saldo sebesar Rp1.000.000.000,00 tersebut ditarik, dengan uraian pada rekening Koran “Rekening Deposito”. Penelusuran lebih lanjut atas penarikan tersebut pada PT Bank NTB diketahui bahwa rekening giro tersebut diubah menjadi deposito berjangka /on call berjangka waktu 1 (satu) bulan Nomor 23.06322.01-1 atas nama Pemerintah Kota Bima sebesar Rp1.000.000.000,00. Pada tanggal 18 Januari 2006 deposito tersebut ditarik lagi.

b. Deposito No. 23.06325.01-4 sebesar Rp1.000.000.000,00 merupakan deposito berjangka /on call berjangka waktu 1 (satu) bulan atas nama Pemerintah Kota Bima. Deposito ini dibuka pada tanggal 25 Juli 2005. Pada tanggal 20 Januari 2006 deposito tersebut ditarik lagi.

Konfirmasi kepada Kuasa BUD TA 2006 diketahui bahwa untuk penarikan deposito No.

23.06322.01-1 ditarik oleh Drs H.M. Djalil AR BAF, MM selaku Kepala BPKD pada saat itu dan diserahkan kepada Kuasa BUD TA 2006 untuk digunakan sebagai belanja, sedangkan untuk penarikan deposito No. 23.06325.01-4 dilakukan oleh Drs H.M. Djalil AR BAF, MM selaku Kepala BPKD pada saat itu dan Kuasa BUD TA 2006 tidak mengetahui kemana uang tersebut karena uang tersebut tidak diserahkan padanya. Konfirmasi pada Drs H.M. Djalil AR BAF, MM tidak dapat dilakukan karena yang bersangkutan sudah pensiun. Pemeriksaan selanjutnya terhadap deposito Pemerintah Kota Bima, diketahui bahwa untuk Deposito dengan sertifikat No 23.06334-01.3 pada PT. Bank NTB sebesar Rp500.000.000,00

Page 121: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 25

bunganya telah ditransfer secara otomatis setiap bulan ke rekening pada Bank NTB No 005.21.00002.00-9 an. Kas Pemkot (PAD) sedangkan untuk Deposito sebesar Rp350.000.000,00 pada PT. BNI (Persero) Tbk bunganya ditansfer setiap bulan ke Rekening Tabungan BNI Nomor rekening 12061952-5 atas nama Bpk M. Djalil AR,MM, Drs, dengan saldo per 31 Desember 2006 Rp77.446.060,00 dan per 31 Desember 2007 Rp100.758.074,00. Drs. M. Djalil AR,MM adalah Kepala BPKD Kota Bima pada saat rekening tersebut dibuka. Pemeriksaan lebih lanjut atas rekening tabungan BNI tersebut pada Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2006, diketahui bahwa rekening tabungan ini tidak tercantum sebagai rekening kas daerah Kota Bima.

Konfirmasi atas permasalahan ini dengan Kepala BPKD Kota Bima selaku BUD, dijelaskan bahwa semenjak rekening tabungan ini diserahkan oleh mantan Kepala BPKD Kota Bima (Drs. M. Djalil AR,MM) rekening tersebut belum dipindahkan ke Kas Daerah Kota Bima dan pada saat pemeriksaan buku tersebut dipegang oleh Y.Titi Handoyo, SE selaku Kuasa BUD TA 2008.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Pasal 14 ayat (3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi. Kondisi tersebut mengakibatkan: a. Indikasi kerugian atas pencairan deposito sebesar Rp1.000.000.000,00 yang tidak diterima oleh

Kuasa BUD TA 2006. b. Pendapatan bunga deposito sampai dengan 31 Desember 2007 kurang diterima sebesar

Rp100.758.074,00 dan membuka peluang terjadinya penyalahgunaan keuangan daerah. Kondisi tersebut disebabkan oleh: a. Kesengajaan Kepala BPKD Kota Bima TA 2006 yang mencairkan deposito sebesar

Rp1.000.000.000,00 yang tidak disetor ke kas daerah; b. Mantan Kepala BPKD Kota Bima an. Drs. M. Djalil AR, MM menyimpan uang milik daerah

pada rekening atas nama pribadi tidak sesuai ketentuan yang berlaku; c. Kelalaian Kepala BPKD Kota Bima yang tidak segera memindahkan rekening tersebut ke kas

daerah dan menyajikan pada Neraca Daerah.

Kepala BPKD Kota Bima menyatakan bahwa atas permasalahan diatas, Pemerintah Kota

Bima akan segera menindaklanjuti dengan menelusuri aliran dana pada saat deposito tersebut dicairkan dan rekening tabungan atas nama pribadi dengan saldo per 31 Desember 2007 sebesar Rp100.758.074,00 tersebut akan segera ditindaklanjuti dengan memindahkan dana tersebut ke Kas Daerah Kota Bima.

BPK RI menyarankan agar Walikota Bima agar: a. Menarik kerugian daerah atas pencairan deposito sebesar Rp1.000.000.000,00 untuk selanjutnya

disetor ke kas daerah; b. Menarik dan memindahkan dana yang terdapat dalam rekening tabungan BNI nomor rekening

12061952-5 atas nama M. Djalil AR,MM, Drs ke kas daerah;

Page 122: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 26

c. Memerintahkan Inspektorat Kota untuk menelusuri aliran dana pada saat deposito dibuka Tahun 2005 s.d.2007 dan hasilnya diberitahukan ke BPK RI.

9. Pengeluaran Kas Daerah pada Sekretariat Daerah sebesar Rp1.100.000.000,00 Tidak Sah dan Sisa Kas di BPKD sebesar Rp499.866.558,00 tidak diketahui pertanggungjawabannya Pemeriksaan atas Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007 diketahui terdapat saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp14.944.726.491,00. Dari nilai saldo kas tersebut diantaranya merupakan saldo kas pada Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah dan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD). A. Pengeluaran Kas oleh Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah

Pada Neraca per 31 Desember 2007 disebutkan Sisa Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp6000,00 namun pada draft pengesahan SPJ pertanggungjawaban penerimaan dan belanja Sekretariat daerah bulan Desember tahun 2007 diketahui bahwa masih terdapat pengeluaran kas dari rekening Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah yang belum dipertanggungjawabkan sebagai belanja sebesar Rp1.100.000.000,00 yang dianggap sebagai Sisa Kas karena tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pemeriksaan lebih lanjut diketahui pengeluaran kas yang belum dipertanggungjawabkan tersebut terdiri dari belanja makan dan minum lebaran sebesar Rp600.000.000,00 dan belanja modal pengadaan sarana kesehatan Puskesmas (pembebasan tanah lokasi Puskesmas Ranggo) sebesar Rp500.000.000,00.

Konfirmasi dengan Kepala Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kota Bima yang bertugas untuk melaksanakan pengadaan tanah di lingkup Sekretariat Daerah Kota Bima diperoleh penjelasan bahwa yang bersangkutan selama Tahun 2007 tidak pernah menerima uang sebesar Rp500.000.000,00 dan tidak pernah melaksanakan kegiatan pengadaan tanah untuk lokasi Puskesmas Ranggo. Konfirmasi lebih lanjut dengan Bendahara Pembantu Pengeluaran Bagian Tata Pemerintahan yang dijabat oleh sdr Abdul Malik, pernah diperintahkan oleh Kepala BPKD Kota Bima H. Yusuf Ahmad untuk membuat pertanggungjawaban atas pengeluaran uang sebesar Rp500.000.000,00 berupa Surat Perintah Pembayaran (SPP) untuk pengadaan tanah Puskesmas Ranggo, namun ditolak oleh sdr Abdul Malik karena tidak lengkapnya dokumen/bukti pengadaan tanah tersebut.

Hasil verifikasi Rekening Koran milik Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 dan konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 diketahui bahwa pengeluaran uang dengan nilai total sebesar Rp1.100.000.000,00 tanpa melalui pengajuan Surat Perintah Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM). Uang sebesar Rp500.000.000,00 diterima dari Kuasa BUD pada tanggal 10 Agustus 2007 dengan menggunakan Bilyet Giro (BG) nomor BM.820855 tanpa disertai Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan dikeluarkan dari rekening Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 pada hari yang sama dengan menggunakan cek nomor Cj 093840. Kemudian uang tersebut diserahkan kepada Kepala Badan Pengelola Keuangan (BPKD) untuk diserahkan kepada Walikota Bima di Bandara Bima.

Penjelasan lebih lanjut, diketahui bahwa uang sebesar Rp600.000.000,00 diterima dari Kuasa BUD pada tanggal 20 September 2007 dengan menggunakan Bilyet Giro (BG) nomor BM.820773 tanpa disertai Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan dikeluarkan dari rekening Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 pada hari yang sama dengan menggunakan

Page 123: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 27

cek nomor Cj 093855. Kemudian uang tersebut diserahkan langsung oleh Bendahara Pengeluaran kepada Walikota Bima di ruang kerja Walikota. Konfirmasi dengan Kuasa BUD TA 2007 a.n. Taufikurrahman, diketahui bahwa pencairan uang sebesar Rp500.000.000,00 dan Rp600.000.000,00 tersebut memang dilakukan tanpa penerbitan SP2D. Pencairan dana sebesar Rp500.000.000,00 dan Rp600.000.000,00 tersebut dilakukan karena adanya perintah dari Walikota Bima.

B. Sisa Kas di Bendahara Pengeluaran BPKD Dalam Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007 saldo kas di Bendahara Pengeluaran BPKD adalah sebesar Rp502.825.417,00. Dalam saldo kas tersebut terdapat sisa kas pada Bendahara Pengeluaran BPKD per 31 Desember 2006 yang sampai dengan saat pemeriksaan belum dikembalikan ke Kas Daerah sebesar Rp499.866.558,00. Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa pada Tahun 2006, BPKD memiliki 2 Bendahara Pengeluaran. Bendahara Pengeluaran yang pertama Suryadin, S.Sos bertugas dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Juni 2006. Bendahara Pengeluaran selanjutnya H. Ahyar, bertugas sebagai Bendahara Pengeluaran dari bulan Juli 2006 sampai dengan bulan Desember 2006. Konfirmasi dengan kedua bendahara tersebut, menyatakan tidak mengetahui sama sekali mengenai sisa UUDP BPKD TA 2006 sebesar Rp499.866.558,00. Kedua bendahara menyatakan bahwa seluruh kas di Pemegang Kas (PK) di BPKD pada Tahun Anggaran 2006 telah dipertanggungjawabkan seluruhnya sebesar nilai Kas PK (SPM PK) yang telah diterima selama Tahun 2006. Kedua Bendahara tidak mengetahui apakah ada atau tidak, sisa kas dari pertanggungjawaban SPM BT selama Tahun 2007. Hasil konfirmasi dengan semua pejabat di BPKD juga dijelaskan bahwa tidak ada yang mengetahui secara pasti uang tersebut.

Kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dalam:

(1) Pasal 20 ayat (1) menyebutkan bahwa Bendahara Umum Daerah berkewajiban untuk menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

(2) Pasal 21 ayat (1) menyebutkan bahwa Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 28 huruf a dan d antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dilarang membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan dilarang melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tahun 2006 tentang Pedoman Pegelolaan Keuangan Daerah dalam: (1) Pasal 132 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus

didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. (2) Pasal 132 ayat (2) menyebutkan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.

(3) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Bendahara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib

Page 124: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 28

mengganti kerugian tersebut.” Permasalahan tersebut mengakibatkan adanya indikasi kerugian daerah sebesar Rp1.599.866.558,00,00 (Rp1.100.000.000,00 + Rp499.866.558,00). Permasalahan tersebut disebabkan oleh: a. Walikota Bima membuat kebijakan menggunakan dana daerah yang menyimpang dari peraturan

perundangan yang berlaku. b. Kuasa BUD TA 2007 Taufikurrahman, S.Sos dan Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA

2007 Samsuddin, S.Sos mengeluarkan uang dari Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran tidak sesuai peraturan perundangan.

c. Kepala BPKD Kota Bima sebagai Pengguna Anggaran SKPD BPKD tidak melakukan pengawasan atas pengelolaan anggaran di BPKD.

d. Kepala BPKD Kota Bima sebagai atasan langsung tidak mengawasi kinerja Bendahara Pengeluaran.

Walikota Bima memberikan tanggapan bahwa untuk perluasan Puskesmas Ranggo senilai Rp500.000.000,00 dikeluarkan langsung oleh BPKD/BUD tanpa pengajuan SPP/SPM dan untuk hal tersebut sedang diupayakan pembenahan/penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan untuk belanja makan dan minum lebaran senilai Rp600.000.000,00 proses pencairannya sama seperti proses pencairan dana untuk perluasan Puskesmas Ranggo, namun dalam pelaksanaannya diperuntukkan untuk pemberian bantuan kepada petani berupa nutrisi saputra sehingga terjadi kesalahan pencatatan, dan untuk itu akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Kepala BPKD Kota Bima menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak pernah menerima uang sebesar Rp500.000.000,00 dan tidak pernah menyerahkannya kepada Walikota Bima. Kepala BPKD Kota Bima menyatakan bahwa ia hanya menandatangani Bilyet Giro (BG) bersama Kuasa BUD lalu menyerahkan kepada Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007. Kepala BPKD tidak mengetahui kepada siapa uang tersebut diserahkan oleh Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007. Kepala BPKD Kota Bima menyatakan bahwa sisa UUDP pada Bendahara Pengeluaran BPKD senilai Rp499.866.558,00 merupakan hasil dari penyusunan Neraca TA 2005 dan 2006 dan belum disetor kembali ke Kas Daerah karena Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2005 sdr M. Yamin, S.Sos telah meninggal dunia. Dan untuk penyelesaian sisa UUDP TA 2006 akan diupayakan penyelesaiannya untuk disetor kembali ke Kas Daerah. BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar: a. Mengembalikan dana yang telah dikeluarkan secara tidak sah sebesar Rp1.100.000.000,00 ke

Kas Daerah. b. Memberikan sanksi bagi Kuasa BUD TA 2007 Taufikurrahman, S.Sos dan Bendahara

Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 Samsuddin, S.Sos atas kelalaiannya mengeluarkan uang dari Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran tidak sesuai peraturan perundangan.

c. Memberikan sanksi bagi Kepala BPKD Kota Bima atas kelalaiannya dalam melaksanakan tugas sebagai Pengguna Anggaran dan Atasan Langsung Bendahara untuk mengawasi kinerja Bendahara Pengeluaran dan selanjutnya memerintahkan Kepala BPKD Kota Bima untuk menyetor kembali sisa kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp499.866.558,00 ke Kas Daerah.

Page 125: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 29

10. Pengeluaran Kas sebesar Rp300.000.000,00 untuk Pembangunan Pusat Jajan Serba Ada Kota Bima Tidak Sah Pemeriksaan atas Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bima Tahun Anggaran (TA) 2007 diketahui Pemerintah Kota Bima telah merealisasikan belanja daerah seluruhnya selama TA 2007 sebesar Rp216.980.261.039,00. Dari nilai realisasi tersebut, diantaranya terdapat realisasi belanja Sekretariat Daerah Kota Bima sebesar Rp34.763.679.208,00. Pemeriksaan secara uji petik atas realisasi belanja Sekretariat Daerah Kota Bima diketahui bahwa pada bulan November 2007 Sekretariat Daerah Kota Bima merealisasikan belanja modal pembangunan Pusat Jajan Serba Ada (Pujasera) sebesar Rp300.000.000,00. Pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban belanja modal tersebut diketahui Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas kegiatan pembangunan Pujasera tidak ditandatangani oleh Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD). SP2D dengan nomor 5292/LS/07 tanggal 20 November 2007 tersebut dilampiri Surat Perintah Pembayaran (SPP) tanpa nomor dengan tanggal 15 November 2007 dan ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran Samsuddin, S.Sos dan Kepala Bagian Umum Drs. Abdul Gawis dan dilampiri Surat Perintah Membayar (SPM) tanpa nomor dengan tanggal 15 September 2007 dan tidak ditandatangani oleh Sekretaris Daerah selaku Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa dokumen pertanggungjawaban tersebut tidak dilampiri dengan Kwitansi Pembayaran dan Kontrak Pekerjaan Pembangunan Pujasera. Kwitansi Pembayaran dan Kontrak Pekerjaan Pembangunan Pujasera diperoleh dari Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 hanya terdiri dari 2 kwitansi masing-masing senilai Rp99.000.000,00 dan Rp99.800.000,00. Kedua kwitansi tersebut tanpa disertai dengan tujuan pembayaran, nomor dan tanggal dibukukannya kwitansi tersebut, serta tidak ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran, Sekretaris Daerah dan rekanan penerima dana tersebut. Sedangkan kontrak pekerjaan diperoleh dari Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah dan terdiri dari 3 kontrak. Ketiga kontrak tersebut masih berupa draft dan belum ditandatangani oleh pihak-pihak yang disebut dalam kontrak. Hasil Konfirmasi dengan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) Sekretariat Kota Bima TA 2007 yang juga merupakan Ketua Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kota Bima TA 2007 diketahui bahwa yang bersangkutan selama Tahun 2007 tidak pernah melakukan verifikasi atas SPP kegiatan pembangunan Pujasera dan juga tidak pernah menerbitkan SPM atas kegiatan tersebut. Yang bersangkutan selaku Ketua Panitia Pengadaan Barang dan Jasa juga tidak pernah melaksanakan proses pengadaan barang dan jasa atas kegiatan pembangunan Pujasera tersebut. Hasil konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran diperoleh penjelasan bahwa selama Tahun 2007 yang bersangkutan tidak pernah membuat dan mengajukan SPP atas kegiatan pembangunan Pujasera. Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 membuat SPP, SPM dan SP2D pada bulan Juli 2008 untuk melengkapi kekurangan pertanggungjawaban realisasi belanja Sekretariat Daerah TA 2007. Hasil verifikasi Rekening Koran diketahui bahwa uang sebesar Rp300.000.000,00 tersebut diterima dari Kuasa BUD pada tanggal 20 November 2007 dengan menggunakan Bilyet Giro (BG) nomor BN.100842 dan dikeluarkan dari rekening Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 pada hari yang sama dengan menggunakan cek nomor Cj 093866. Kemudian uang sebesar Rp300.000.000,00 tersebut diserahkan kepada Walikota Bima diruang kerja Walikota. Oleh Walikota uang tersebut lalu diserahkan kepada Sdr. Suaeb. Hasil konfirmasi dengan Suaeb diketahui bahwa yang bersangkutan telah menerima dana sebesar Rp295.000.000,00 dari Walikota Bima untuk mengerjakan proyek Pusat Jajan Serba Ada.

Page 126: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 30

Pekerjaan tersebut diperintahkan oleh Walikota dan tanpa melalui mekanisme pengadaan barang dan jasa karena tidak melalui proses lelang dan tanpa ada kontrak. Sampai dengan saat pemeriksaan berakhir, pekerjaan proyek Pusat Jajan Serba Ada tersebut belum selesai dikerjakan oleh yang bersangkutan. Kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada Pasal 21 ayat (1)

yang menyatakan bahwa Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 28 huruf a dan d antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dilarang membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan dilarang melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam: (1) Pasal 132 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus

didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. (2) Pasal 132 ayat (2) menyebutkan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.

(3) Pasal 205 ayat (1), (2) dan (3) antara lain menyebutkan bahwa SPP-LS yang diajukan untuk pengadaan barang dan jasa diantaranya terdiri dari lampiran SPP-LS yang diantaranya terdiri dari surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dengan pihak ketiga serta mencantumkan nomor rekening bank pihak ketiga, berita acara penyelesaian pekerjaan, berita acara serah terima barang dan jasa, berita acara pembayaran, dan kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan PPTK sertai disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.

(4) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Bendahara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.”

Permasalahan tersebut mengakibatkan belanja modal sebesar Rp300.000.000,00 untuk pembangunan Pujasera tidak sah dan berindikasi kerugian daerah. Permasalahan tersebut terjadi karena: a. Walikota Bima membuat kebijakan menggunakan dana daerah yang menyimpang dari peraturan

perundangan. b. Kuasa BUD TA 2007 dan Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 yang

mengeluarkan uang dari Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran yang menyimpang dari peraturan perundangan.

c. Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah TA 2007 dan Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 membuat pertanggungjawaban fiktif atas pekerjaan pembangunan Pujasera.

Page 127: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 31

Walikota Bima dan Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah Kota Bima menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan pujasera berdasarkan permintaan masyarakat Kota Bima sifatnya sangat mendesak, sehingga segera ditunjuk saudara Suaeb (Bengkel Gajah Mada) untuk melaksanakan kegiatan pembangunan pujasera dengan rincian: pembangunan gapura senilai Rp100.000.000,00, pembangunan perlengkapan penjualan untuk pedagang kaki lima senilai Rp100.000.000,00, dan pembangunan fasilitas pendukung seperti lampu hias dan tong sampah senilai Rp100.000.000,00. BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar: a. Mengembalikan dana pembangunan pujasera yang telah dikeluarkan secara tidak sah sebesar

Rp300.000.000,00 ke Kas Daerah. b. Memberikan sanksi bagi Kuasa BUD TA 2007 dan Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah

TA 2007 atas kelalaiannya mengeluarkan uang dari Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran tidak sesuai peraturan perundangan.

c. Memberikan sanksi bagi Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah TA 2007 dan Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah TA 2007 atas kesengajaannya membuat pertanggungjawaban fiktif atas pekerjaan pembangunan Pujasera.

11. Penyertaan Modal Pemerintah Kota Bima Tidak Sesuai Ketentuan Pemeriksaan atas Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007 diketahui Pemerintah Kota Bima memiliki saldo investasi jangka panjang berupa penyertaan modal pada BUMD Pemerintah Kota Bima sebesar Rp2.562.968.642,00. Saldo investasi penyertaan modal tersebut merupakan saldo investasi penyertaan modal pada 4 BUMD yaitu PT. Bank NTB, BPR LKP Sarae, KPN Kasabua Ade dan PT. Bima Palapa Sumber Energi, dengan rincian:

No. Badan Usaha Milik Daerah Jumlah Investasi (Rp) 1. 2. 3. 4.

PT. Bank NTB PT. Bima Palapa Sumber Energi BPR-LKP Sarae Koperasi Kasabua Ade

1.205.419.127,00 500.000.000,00 654.449.515,00 203.100.000,00

Jumlah 2.562.968.642,00 Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut pada Neraca Pemerintah Kota Bima dan dokumen pendukung investasi yang dimiliki Pemerintah Kota Bima diketahui beberapa hal sebagai berikut: A. Penyertaan modal Pemerintah Kota Bima pada PT Bima Palapa Sumber Energi tidak jelas

keberadaannya Pemeriksaan terhadap data tentang PT Bima Palapa Sumber Energi yang dimiliki oleh Bagian APP Sekretariat Kota Bima, diketahui bahwa PT Bima Palapa Sumber Energi merupakan perusahaan gabungan antara PT Chamaris Palapa Sumber Energi dengan Pemerintah Kota Bima yang didirikan pada Tahun 2005, dengan maksud untuk mengikuti dan memenangkan tender proyek pembangunan PLTU 2 x 6 MW di Kota Bima. Pada bulan Februari 2005 Direktur Utama PT Bima Palapa Sumber Energi mengajukan permohonan Dana Penyertaan Modal sebesar Rp500.000.000,00 sebagai dana dalam rangka proses penyelesaian administrasi tender dengan janji jika tender tersebut tidak dimenangkan oleh PT Bima Palapa Sumber Energi maka dana tersebut akan dikembalikan ke Pemerintah Kota Bima. Semua kegiatan menyangkut tender diurus

Page 128: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 32

oleh PT Bima Palapa Sumber Energi melalui surat tugas khusus No.094/100/2005 dari H.M. Nur A. Latif (Walikota Bima) sebagai komisaris PT Bima Palapa Sumber Energi kepada Dra Siti Ruchayati (Direktur Utama PT Bima Palapa Sumber Energi).

Penelusuran atas dokumen penyerahan dana penyertaan modal tersebut diketahui penyerahan tersebut dilakukan dengan kuitansi tertanggal 5 Desember 2005 sebesar Rp500.000.000,00, diserahkan oleh Pemegang Kas Sekretariat Kota Bima Samsuddin kepada Siti Ruchayati dan mengetahui Sekretaris Kota (Drs Maryono Nasiman). Konfirmasi atas realisasi pembayaran penyertaan modal kepada PT Bima Palapa Sumber Energi kepada Suryani (staf bagian ekonomi) diketahui yang bersangkutan tidak mengetahui secara persis mengenai pencairan dana tersebut. Pada saat pencairan dana tersebut, uang telah dikeluarkan terlebih dahulu, dan yang bersangkutan sebagai pembantu bendahara pengeluaran diberi kuitansi tanda terima dan diperintahkan oleh Kepala Bagian Ekonomi pada saat itu (Bp. Tajuddin) untuk membuat kelengkapan administrasi (membuat SPP) atas penyertaan modal pada PT Bima Palapa Sumber Energi sebesar Rp500.000.000,00. Kepala Bagian Ekonomi pada saat itu tidak dapat dikonfirmasi karena sedang mengikuti pendidikan di Surabaya.

Konfirmasi atas permasalahan tersebut pada Kepala Bagian APP Sekretariat Daerah Kota Bima diketahui bahwa pada bulan Februari Tahun 2007 Pemerintah Kota Bima melalui Kepala Bagian APP menemui Direktur Utama PT Bima Palapa Sumber Energi untuk meminta penjelasan berkaitan dengan proses tender PLTU tersebut. Direktur Utama PT Bima Palapa Sumber Energi menyatakan bahwa tender masih berjalan dan uang penyertaan modal dari Pemerintah Kota Bima masih dalam penjaminan di PLN Pusat dan apabila pada proses tender PT Bima Palapa Sumber Energi mengalami kekalahan, maka uang penyertaan modal akan dikembalikan. Pada awal Tahun 2008, Pemerintah Kota Bima berusaha menghubungi kembali Direktur Utama PT Bima Palapa Sumber Energi, akan tetapi yang bersangkutan sudah pindah alamat dan tidak dapat diketahui lagi keberadaannya, dengan kata lain penyertaan modal Pemerintah Kota Bima pada PT Bima Palapa Sumber Energi sudah diragukan eksistensinya. Penelusuran selanjutnya atas dokumen penyertaan modal tersebut diketahui bahwa tidak ada bukti penyertaan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bima dalam bentuk saham pada PT Bima Palapa Sumber Energi dan penyertaan modal tersebut hanya berdasarkan Keputusan Walikota No.100A Tahun 2005 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Bima pada PT Bima Palapa Sumber Energi. Konfirmasi dengan Kepala BPKD Pemerintah Kota Bima diketahui bahwa atas penyertaan modal pada PT Bima Palapa Sumber Energi Tahun Anggaran 2005 tersebut tidak ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri. Penyertaan modal didasarkan atas anggaran yang telah ditetapkan dalam APBD Tahun Anggaran 2005.

B. Penyertaan modal Pemerintah Kota Bima kurang diterima oleh KPN Kasabua Ade Berdasarkan Surat Keputusan Walikota tentang penyertaan modal Pemerintah Kota Bima

pada KPN Kasabua Ade Tahun 2005 dan Tahun 2006 diketahui bahwa nilai penyertaan modal Pemerintah Kota Bima pada KPN Kasabua Ade adalah sebesar Rp200.000.000,00.

Pemeriksaan terhadap Laporan Pertanggungjawaban Pengurus KPN Kasabua Ade untuk Tahun buku 2007 diketahui jumlah penyertaan modal Pemerintah Kota Bima yang dicatat dalam Laporan Keuangan KPN Kasabua Ade adalah sebesar Rp100.000.000,00, sehingga terdapat selisih antara jumlah penyertaan modal Pemerintah Kota Bima yang diakui oleh Pemerintah Kota Bima dengan jumlah penyertaan modal Pemerintah Kota Bima yang diakui oleh KPN Kasabua Ade sebesar Rp100.000.000,00.

Page 129: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 33

Pemeriksaan atas kuitansi pembayaran penyertaan modal Pemerintah Kota Bima kepada KPN Kasabua Ade Tahun 2005 dan Tahun 2006 diketahui bahwa pembayaran penyertaan modal pada Tahun 2005 sebesar Rp100.000.000,00 dibayarkan pada tanggal 5 Desember 2005 dan diterima oleh Syafruddin Jafar, SH selaku Sekretaris Pengurus KPN Kasabua Ade Periode Tahun 2002 s.d 2005. Sedangkan penyertaan modal Tahun 2006 sebesar Rp100.000.000,00 dibayarkan pada tanggal 30 Mei 2006 dan diterima oleh H. Yurid selaku Manajer KPN Kasabua Ade.

Konfirmasi dengan Manajer KPN Kasabua Ade H. Yurid H. Alwi diketahui bahwa KPN Kasabua Ade hanya mengakui nilai penyertaan modal Pemerintah Kota Bima sebesar Rp100.000.000,00 karena pada Tahun 2005 yang bersangkutan tidak pernah tahu dan tidak pernah menerima bantuan penyertaan modal dari Pemerintah Kota Bima kepada KPN Kasabua Ade sebesar Rp100.000.000,00. KPN Kasabua Ade menerima bantuan penyertaan modal dari Pemerintah Kota Bima hanya pada Tahun 2006 sebesar Rp100.000.000,00.

Konfirmasi dengan Syafruddin Jafar, SH yang saat ini menjabat Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Bima, diperoleh penjelasan bahwa pada Tahun 2005 yang bersangkutan hanya diminta oleh Kepala Bagian Ekonomi Tahun 2005 Drs. Tajudin Umar untuk menandatangani kwitansi penerimaan pembayaran penyertaan modal Pemerintah Kota Bima kepada KPN Kasabua Ade, sedangkan uang penyertaan modal sebesar Rp100.000.000,00 akan langsung diserahkan oleh Drs. Tajudin Umar kepada Manajer Koperasi. Konfirmasi dengan Drs. Tajudin Umar dilakukan melalui telepon pada tanggal 8 September 2008 dengan menggunakan telepon genggam milik Syafruddin Jafar, SH, karena Drs. Tajudin Umar sedang mengikuti Pendidikan dan Pelatihan di Surabaya. Dari hasil konfirmasi diketahui bahwa uang penyertaan modal sebesar Rp100.000.000,00 tersebut oleh Drs. Tajudin Umar tidak diserahkan kepada KPN Kasabua Ade, namun diserahkan kepada Walikota Bima M. Nur A. Latif atas perintah Walikota Bima.

C. Penggunaan Langsung atas Laba Penyertaan Modal pada KPN Kasabua Ade Pemeriksaan terhadap Laporan Pertanggungjawaban Pengurus KPN Kasabua Ade untuk Tahun buku 2007 diketahui Pemerintah Kota Bima untuk Tahun Buku 2007 mendapatkan bagian laba usaha atau Sisa Hasil Usaha (SHU) atas modal yang telah disertakan pada Koperasi KPN Kasabua Ade sebesar Rp2.510.000,00. Hasil konfirmasi dengan Manajer KPN Kasabua Ade diketahui bahwa SHU tersebut telah disetorkan ke Pemerintah Kota Bima pada tanggal 9 Juli 2008 melalui Kepala Sub Bagian Penanaman Modal Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah TA 2008. Dari hasil konfirmasi dengan Kepala Sub Bagian Penanaman Modal diketahui bahwa SHU sebesar Rp2.510.000,00 belum disetor ke Kas Daerah karena telah digunakan oleh yang bersangkutan untuk kepentingan dinas atas seijin Kepala Bagian Ekonomi Sekretraiat Daerah TA 2008. Sampai dengan pemeriksaan berakhir uang tersebut belum disetorkan oleh yang bersangkutan ke Kas daerah.

Kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan : a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada Pasal 41 ayat (5)

yang menyatakan bahwa Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan dengan peraturan daerah.

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 28 huruf a dan d antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dilarang membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni yang bertentangan dengan peraturan

Page 130: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 34

perundang-undangan dan dilarang melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa.

c. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah pada Pernyataan No.06 Akuntansi Investasi pada: (1) Paragraf 20 yang menyebutkan bahwa suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai

investasi apabila memenuhi salah satu kriteria: 1) Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa pontensial di masa yang

akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah; 2) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).

(2) Paragraf 23 yang menyebutkan bahwa Kriteria pengakuan investasi sebagaimana dinyatakan pada paragraf 20 butir b, biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran atau pembelian yang didukung dengan bukti yang menyatakan/mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu investasi mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehannya atau berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehan.

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam: (1) Pasal 71 ayat (7) menyebutkan bahwa Investasi Pemerintah Daerah dapat dianggarkan

apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

(2) Pasal 122 ayat (3) menyebutkan bahwa Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

(3) Pasal 122 ayat (4) menyebutkan bahwa Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.

(4) Pasal 132 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

(5) Pasal 132 ayat (2) menyebutkan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.

(6) Pasal 142 ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintah daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain.

(7) Pasal 315 ayat (2) menyebutkan bahwa “Bendahara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.”

e. Keputusan Walikota Bima Nomor 112 Tahun 2005 tentang Perkuatan Modal Pemerintah Kota Bima pada Koperasi KPN Kasabua Ade dalam diktum pertama menyebutkan bahwa Pemerintah Kota Bima memberikan perkuatan modal bagi KPN Kasabua Ade per Juni 2005 sebesar Rp100.000.000,00.

Permasalahan tersebut mengakibatkan adanya indikasi kerugian daerah sebesar Rp602.510.000,00 (Rp500.000.000,00 + Rp100.000.000,00 + Rp2.510.000,00). Permasalahan tersebut terjadi karena: a. Walikota Bima sebagai Komisaris PT Bima Palapa Sumber Energi tidak memantau

perkembangan penyelesaian tender atas PLTU di Kota Bima.

Page 131: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 35

b. Itikad tidak baik dari Direksi PT Bima Palapa Sumber Energi dalam pengelolaan dana Pemerintah Kota Bima dan tidak mematuhi perjanjian yang telah dibuat.

c. Walikota Bima membuat kebijakan menggunakan dana daerah yang ditujukan untuk penyertaan modal pada KPN Kasabua Ade tidak sesuai peruntukannya.

d. Kepala Bagian Ekonomi TA 2005 Drs. Tajudin Umar menyerahkan uang yang ditujukan untuk penyertaan modal pada KPN Kasabua Ade tidak sesuai peruntukannya.

e. Kepala Sub Bagian Penanaman Modal Firmansyah, S.Sos, M.Ap. dan Kepala Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah TA 2008 Drs. H. Idrus H. Idris, SH, MH menggunakan langsung bagian laba atas penyertaan modal Pemerintah Kota Bima serta tidak menyetorkan ke Kas Daerah.

Walikota Bima dan Kepala Bagian Ekonomi menyatakan bahwa penyertaan modal pada PT Bima Palapa Sumber Energi sebesar Rp500.000.000,00 dihajatkan untuk mensukseskan pelaksanaan tender proyek pembangunan PLTU 2 x 6 MW di Kota Bima Tahun 2005. Penyertaan Modal tersebut merupakan piutang Pemerintah Kota Bima pada Direktur PT Bima Palapa Sumber Energi. Ke depan Pemerintah Kota Bima akan berupaya meminta kembali piutang tersebut dan akan memperbaiki pola kerja sama investasi dengan pihak lain di masa yang akan datang. Walikota Bima memberikan tanggapan bahwa dana sebesar Rp100.000.000,00 tidak jadi diserahkan kepada KPN Kasabua Ade karena digunakan untuk membayar paket lebaran kepada pihak ketiga berupa sarung dan lain-lain. Kepala Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah TA 2008 Drs. H. Idrus H. Idris, SH, MH memberikan tanggapan bahwa SHU atas penyertaan modal Pemerintah Kota Bima Tahun Buku 2007 sebesar Rp2.510.000,00 belum disetorkan ke Kas Daerah karena digunakan untuk beberapa kegiatan Bagian Ekonomi. SHU tersebut akan disetorkan ke Kas Daerah pada bulan Oktober 2008 dan kedepan hal tersebut tidak akan terulang lagi. BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar: a. Menertibkan semua penyertaan modal Pemerintah untuk ditetapkan dengan Peraturan Daerah. b. Menarik kerugian daerah atas investasi pada PT Bima Palapa Sumber Energi sebesar

Rp500.000.000,00 dan menyetorkan ke kas daerah. c. Mengembalikan dana penyertaan modal Pemerintah Kota Bima pada KPN Kasabua Ade yang

telah digunakan tidak sesuai peruntukannya sebesar Rp100.000.000,00 ke Kas Daerah. d. Memberikan sanksi bagi Kepala Bagian Ekonomi TA 2005 Drs. Tajudin Umar yang tidak

menyerahkan uang sebesar Rp100.000.000,00 sesuai peruntukannya. e. Memberikan sanksi bagi Kepala Sub Bagian Penanaman Modal Firmansyah, S.Sos, MAP., dan

Kepala Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah TA 2008 Drs. H. Idrus H. Idris, SH, MH yang menggunakan langsung uang laba atas penyertaan modal Pemerintah Kota Bima dan selanjutnya memerintahkan untuk menyetorkan kembali SHU sebesar Rp2.510.000,00 ke Kas Daerah.

12. Pemberian Bantuan Ekonomi Mikro kurang diterima oleh penerima bantuan sebesar Rp800.000.000,00 Pemeriksaan atas Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bima Tahun Anggaran (TA) 2007 diketahui Pemerintah Kota Bima telah merealisasikan belanja daerah seluruhnya selama TA 2007 sebesar Rp216.980.261.039,00. Dari nilai realisasi tersebut, diantaranya terdapat realisasi belanja Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Kota Bima sebesar Rp 35.589.041.752,00.

Page 132: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 36

Pemeriksaan secara uji petik atas realisasi belanja BPKD Kota Bima diketahui bahwa BPKD Kota Bima telah merealisasikan belanja bantuan modal pos keuangan mikro (UKM) seluruhnya sebesar Rp1.452.500.000,00. Dari hasil konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran dan verifikasi terhadap SPJ BPKD diketahui dari realisasi tersebut diantaranya sebesar Rp1.000.000.000,00 merupakan realisasi belanja bantuan ekonomi mikro bagi CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima. Pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban belanja bantuan tersebut berupa Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan lampirannya yaitu Surat Perintah Pembayaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM) diketahui bahwa bantuan tersebut selama Tahun 2007 dibayarkan dengan 6 SP2D dengan rincian sebagai berikut:

No Nomor SP2D Nilai bantuan (Rp) 1 1965/LS/2007 100.000.000,00 2 3276/LS/2007 20.000.000,00 3 3299/LS/2007 700.000.000,00 4 3585/LS/2007 50.000.000,00 5 4068/LS/2007 30.000.000,00 6 5512/LS/2007 100.000.000,00

Jumlah 1.000.000.000,00 Pemeriksaan lebih lanjut atas keenam SP2D tersebut, diketahui bahwa antara SPP, SPM dan SP2D terdapat ketidakkonsistenan nomor, tanggal serta bulan antara masing-masing dokumen. Konfirmasi dengan Kepala Bagian Tata Usaha selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) BPKD diperoleh penjelasan bahwa dokumen SPP dan SPM untuk pemberian bantuan ekonomi mikro bagi CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima dibuat berdasarkan disposisi tertulis dari Kepala BPKD pada bulan Mei 2007. Disposisi tersebut memerintahkan agar yang bersangkutan untuk membuat SPP dan SPM sebesar Rp100.000.000,00, Rp100.000.000,00 dan Rp700.000.000,00. Konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007 diperoleh keterangan bahwa yang bersangkutan selama Tahun 2007 telah mempertanggungjawabkan pengeluaran untuk pemberian bantuan ekonomi mikro bagi CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima sebanyak 6 kali dengan nilai total sebesar Rp1.000.000.000,00. Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007 menyatakan bahwa dari nilai sebesar Rp1.000.000.000,00 tersebut, bantuan yang memang diserahkan langsung oleh yang bersangkutan hanya sebesar Rp300.000.000,00. Pemberian bantuan tersebut berdasarkan perintah lisan dari Ir. Khairil selaku pemilik CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima yang juga merupakan Anggota DPRD Kota Bima Periode 2004-2009, dengan melampirkan proposal permohonan bantuan dari CV. Khair. Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007 memberikan penjelasan bahwa untuk pembayaran bantuan sebesar Rp700.000.000,00, tidak dibayarkan oleh yang bersangkutan. Penjelasan lebih lanjut diketahui Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007 mendapat perintah dari Kuasa BUD TA 2007 untuk membuat kelengkapan dokumen pertanggungjawaban atas pengeluaran bantuan sebesar Rp700.000.000,00. Pemeriksaan atas proposal permohonan bantuan dari CV. Khair, diketahui bahwa bantuan tersebut diberikan dalam bentuk modal bergulir. Konfirmasi dengan Kepala Bagian Ekonomi TA 2007 Sekretariat Daerah Kota Bima diketahui bahwa dokumen pendukung pemberian bantuan modal bergulir tersebut berupa 1 Surat Keputusan Walikota No. 67 Tahun 2007 tentang Program Bantuan

Page 133: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 37

Dana Keuangan Ekonomi Mikro kepada Usaha Kecil tanggal 26 April 2007 dan 2 (dua) perjanjian antara Kepala Bagian Ekonomi TA 2007 dengan pemilik CV. Khair dalam rangka penyaluran bantuan ekonomi mikro bagi CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima yaitu Perjanjian Pertama No500/27/EKO/V/2007 dan No.07/KHAIR/V/2007 tanggal 09 Mei 2007 dan Perjanjian Kedua No500/56/EKO/IX/2007 dan No.21/KHAIR/IX/2007 tanggal 13 September 2007.

Berdasarkan penjelasan Kepala Bagian Ekonomi TA 2007 diketahui 2 (dua) Surat perjanjian tersebut dibuat oleh yang bersangkutan pada bulan Mei 2007 dan September 2007 namun berdasarkan penelusuran pada Agenda Surat Masuk/Keluar Tahun 2007 milik Bagian Ekonomi Setda diketahui kedua perjanjian tersebut tidak tercatat dan surat dengan nomor 27 tercatat pada bulan April 2007 tidak pada bulan Mei 2007 yaitu No 500/27/EKO/IV/2007 perihal Surat Keterangan Alokasi Penerimaan BBM dengan penerima Safiuddin, demikian atas surat dengan nomor 56 tercatat pada bulan Mei 2007 tidak pada bulan September 2007 yaitu Surat No500/56/EKO/V/2007 tanggal 21 Mei 2007 perihal Persetujuan Dukungan dengan Penerima Walikota Bima serta untuk korespondensi bulan September Nomor Surat 95 ke atas. Hal ini mengindikasikan Surat Perjanjian dengan CV.Khair fiktif atau baru dibuat pada saat pemeriksaan. Atas hal tersebut Kepala Bagian Ekonomi tetap menjelaskan bahwa Surat Perjanjian benar dibuat pada Mei dan September 2007..

Dalam SK Walikota maupun Perjanjian tersebut disebutkan bahwa Pemerintah Kota Bima memberikan bantuan bagi CV. Khair sebanyak 2 kali dengan nilai Rp700.000.000,00 dan Rp200.000.000,00. Berdasarkan Buku Penomoran SK Walikota Tahun 2007 (No 1 s/d 238) Milik Bagian Hukum Setda Kota Bima diketahui bahwa SK Walikota No. 67 Tahun 2007 tentang Program Bantuan Dana Keuangan Ekonomi Mikro kepada Usaha Kecil tanggal 26 April 2007 tidak tercatat pada Buku Penomoran tersebut. Labih lanjut pada Buku tersebut terdapat SK Walikota No. 67 Tahun 2007 tentang Pengukuhan Pengurus Kontak Tani Andalan (KTA) Kota Bima Periode 2006 – 2011 tanggal 15 Maret 2007. Konfirmasi lisan dengan Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Bima diketahui seluruh SK Walikota yang melalui proses verbal pasti akan dimasukkan pada Buku Penomoran SK dan atas dua SK dengan Nomor yang sama tersebut dijelaskan bahwa Kepala Bagian Hukum tidak pernah menerbitkan SK Walikota tentang pemberian bantuan bagi CV. Khair tersebut. Hal ini juga mengindikasikan bahwa SK Walikota tersebut fiktif atau baru dibuat pada saat pemeriksaan. Konfirmasi dengan Ir.Khairil pemilik CV. Khair (juga sebagai Anggota DPRD) selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima diperoleh penjelasan bahwa yang bersangkutan mengajukan proposal permohonan bantuan kepada Pemerintah Kota Bima untuk memberikan bantuan pembelian nutrisi saputra bagi para petani di wilayah Kota Bima. Atas permohonan bantuan tersebut, Pemerintah Kota memberikan bantuan dengan pola modal bergulir. Pemilik CV. Khair memberikan penjelasan bahwa selama tahun 2007 tidak pernah menerima bantuan sebanyak Rp1.000.000.000,00 dari Pemerintah Kota Bima. Yang bersangkutan selama tahun 2007 hanya menerima bantuan modal bergulir sebesar Rp200.000.000,00. Bantuan sebesar Rp200.000.000,00 tersebut diterima sebanyak 3 kali dengan nilai Rp100.000.000,00 dan Rp50.000.000,00 yang diberikan secara tunai oleh Kuasa BUD TA 2007 dan Rp50.000.000,00 yang diberikan secara tunai oleh Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007. Penjelasan lebih lanjut oleh pemilik CV. Khair diketahui bahwa yang bersangkutan baru memperoleh bantuan modal bergulir bagi penyaluran nutisi saputra sebesar Rp1.000.000.000,00 pada Tahun Anggaran 2008. Pemilik CV. Khair menjelaskan bahwa dalam rangka proses administrasi untuk pemberian bantuan ekonomi mikro untuk pemberian Nutrisi Saputra, dirinya beberapa kali diminta untuk menandatangani kwitansi pembayaran kosong, termasuk kwitansi pembayaran sebesar Rp700.000.000,00 yang dia tandatangani ketika dipanggil ke rumah Walikota. Atas pemberian

Page 134: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 38

tandatangan tersebut, yang bersangkutan tidak pernah menerima dana bantuan sebesar Rp700.000.000,00 baik ketika berada di rumah walikota tersebut maupun setelahnya. Hasil Konfirmasi dengan Kuasa BUD TA 2007 diketahui bahwa pengeluaran dana Kas Daerah untuk bantuan ekonomi mikro bagi CV. Khair selaku Agen Nutrisi Saputra Kota Bima sebesar Rp700.000.000,00 dilakukan pada bulan Februari 2007 tanpa melalui penyampaian SPP, SPM maupun penerbitan SP2D. Yang bersangkutan mengeluarkan dana tersebut dari Kas Daerah atas perintah lisan Walikota Bima yang disampaikan oleh Kepala Bidang Anggaran BPKD. Atas perintah tersebut, yang bersangkutan mencairkan dana sebesar Rp700.000.000,00 tersebut dan mengantarkannya ke rumah Walikota. Di rumah Walikota tersebut, Kuasa BUD TA 2007 meminta pemilik CV. Khair untuk menandatangani kwitansi pembayaran pemberian bantuan nutrisi bagi CV. Khair. Kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dalam:

(1) Pasal 20 ayat (1) menyebutkan bahwa Bendahara Umum Daerah berkewajiban untuk menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

(2) Pasal 21 ayat (4) Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan yang pembayaran tidak dipenuhi.

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 28 huruf a dan d antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dilarang membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan dilarang melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam: (1) Pasal 132 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus

didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. (2) Pasal 132 ayat (2) menyebutkan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.

(3) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Bendahara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.”

Permasalahan pemberian bantuan ekonomi mikro dana bergulir yang kurang diterima oleh penerima bantuan tersebut mengakibatkan adanya indikasi kerugian daerah sebesar Rp800.000.000,00. Permasalahan tersebut terjadi karena: a. Walikota Bima membuat kebijakan menggunakan dana daerah yang menyimpang dari peraturan

perundangan yang berlaku. b. Kepala Bagian Ekonomi sebagai Wakil Pemerintah Kota Bima tidak melakukan pemantauan atas

pencairan dana bantuan nutrisi tersebut. c. Kuasa BUD TA 2007 dan Bendahara Pengeluaran BPKD TA 2007 yang mengeluarkan uang dari

Page 135: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 39

Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran tidak sesuai peraturan perundangan. Walikota memberikan tanggapan bahwa pemberian pinjaman tersebut tidak dibuatkan SK Walikota dan hanya berdasarkan SK Sekretaris Daerah. Kedepannya akan dilakukan perbaikan manajemen untuk dana UKM sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar: a. Mengembalikan dana bantuan ekonomi mikro yang tidak disalurkan sesuai peruntukkannya

sebesar Rp800.000.000,00 ke Kas Daerah. b. Memberikan sanksi kepada Kepala Bagian Ekonomi sebagai Wakil Pemerintah Kota Bima yang

tidak melakukan pemantauan atas pencairan dana bantuan nutrisi tersebut. c. Memberikan sanksi kepada Kuasa BUD TA 2007 Taufikurrahman, S.Sos dan Bendahara

Pengeluaran BPKD TA 2007 A. Khairil yang mengeluarkan uang dari Kas Daerah dan Kas Bendahara Pengeluaran tidak sesuai peraturan perundangan.

13. Penerimaan Insentif PBB sebesar Rp1.838.463.000,00 dibagikan tidak melalui mekanisme pengelolaan APBD serta sebesar Rp1.327.168.949,00 diantaranya dibagikan kepada yang tidak berhak menerima

Pemeriksaan atas Neraca per 31 Desember 2007 Pemerintah Kota Bima diketahui Pemerintah Kota Bima tidak memiliki piutang, baik piutang pajak, piutang retribusi, piutang dana bagi hasil, ataupun piutang ganti rugi atas kekayaan daerah. Penelusuran atas berita acara rekonsiliasi penerimaan dana perimbangan antara Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah dan Pemerintah Kota Bima diketahui pada Tahun Anggaran 2007 Pemerintah Kota Bima mendapatkan alokasi insentif atas penerimaan PBB yang melebihi target sebesar Rp1.838.463.000,00.

Penelusuran selanjutnya pada rekening koran Bank BNI No.0053763211 atas nama Badan Pengelola Keuangan Daerah diketahui alokasi insentif PBB Tahun Anggaran 2007 tersebut direalisasikan pada Tahun Anggaran 2008 dan masuk ke rekening kas daerah (No. Rek. 0053763211 pada Bank BNI cabang Raba-Bima atas nama Badan Pengelola Keuangan Daerah) pada tanggal 21 Januari 2008 sebesar Rp1.838.463.000,00 dan pada tanggal 21 Januari 2008 itu juga dana tersebut ditarik secara tunai oleh Bendahara PBB Bidang Pendapatan BPKD. Penelusuran selanjutnya diketahui bahwa insentif PBB TA 2007 tersebut dibagikan kepada pejabat penanggung jawab, aparat pengelola administrasi keuangan, petugas koordinasi, pengawas, juru pungut, pembantu juru pungut, dan instansi terkait serta pengadaan sarana prasarana berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bima No.238 Tahun 2007 tanggal 29 Desember 2007 tentang Penetapan Pembagian Insentif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pemerintah Kota Bima. SK tersebut hanya membagi persentase yang akan diterima oleh masing-masing pihak, akan tetapi tidak membagi persentase secara pasti untuk masing-masing pegawai yang berhak menerima pembagian insentif tersebut.

Penelusuran atas syarat syarat administrasi atas pembagian dana insentif pelampauan PBB tersebut diketahui tidak terdapat SPP, SPM, atau SP2D yang diterbitkan untuk pencairan dana insentif tersebut, dengan kata lain dana tersebut dikeluarkan dan dipertanggungjawabkan tidak melalui mekanisme APBD. Penelusuran pada buku rekapitulasi pembagian insentif PBB diketahui insentif PBB tersebut dibagi dalam dua tahap, tahap pertama dibagikan pada tanggal 24 Januari 2007, dan tahap kedua dibagikan pada tanggal 13 Februari 2007 dengan jumlah realisasi pembagian sebesar

Page 136: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 40

Rp1.838.371.969,00. Tidak ada Surat Ketetapan yang diterbitkan untuk mengatur jumlah realisasi pembagian untuk masing-masing pegawai. Realisasi pembagian tersebut termasuk realisasi pengadaan dua unit mobil operasional sebesar Rp319.000.000,00 dan pengadaan tiga unit sepeda motor operasional sebesar Rp36.850.000,00 serta untuk membayar PPh pasal 21 atas pembagian insentif. Untuk pengadaan mobil operasional, satu unit mobil dengan plat nomor EA 64 S dipakai oleh Kepala Bidang Pendapatan BPKD Pemerintah Kota Bima, dan satu unit mobil dengan plat nomor EA 63 S dipinjam pakaikan kepada Kantor Pelayanan PBB Raba-Bima, sedangkan dua unit sepeda motor dipinjam pakaikan kepada Kepala Kelurahan Dodu Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima dan Kepala Kelurahan Melayu Kecamatan Asakota. Penelusuran atas berita acara pinjam pakai baik untuk mobil maupun untuk motor diketahui bahwa Berita Acara Penyerahan Kendaraan tersebut masih dalam bentuk draft. Untuk berita acara penyerahan mobil, peminjam pakai (Kepala KP PBB Raba Bima) sudah tanda tangan, akan tetapi Walikota Bima belum tanda tangan, sedangkan untuk berita acara penyerahan motor belum ada pihak yang menandatangani berita acara pinjam pakai. Penelusuran atas rincian pegawai yang menerima insentif PBB tersebut diketahui terdapat pegawai selain yang tercantum pada SK Walikota No.91 Tahun 2007 tentang penunjukan juru pungut, atasan langsung juru pungut, petugas pengawas, dan koordinator pungutan PBB TA 2007 yang juga menerima pembagian insentif dengan jumlah sebesar Rp1.327.168.949,00 (rincian penerima pembagian insentif pada lampiran 1). Selain SK Walikota No.91 Tahun 2007 diatas, terdapat juga SK Walikota No.92 Tahun 2007 tentang penunjukan Tim Pelaksana Penagihan PBB sektor perkotaan TA 2007 yang berisi penunjukan pejabat dan pegawai di lingkungan BPKD Kota Bima sebagai tim dan koordinator penagihan PBB sektor perkotaan, akan tetapi sampai dengan pemeriksaan berakhir, Tim Pemeriksa tidak dapat memperoleh output yang dihasilkan oleh tim tersebut.

Konfirmasi atas permasalahan diatas pada Kepala Bidang Pendapatan diketahui bahwa penerimaan insentif PBB tersebut dianggap sebagai dana non budgeter sehingga tidak dimasukkan ke dalam APBD.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada

pasal 122 ayat (4) yang menyatakan bahwa Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.

b. Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah pada pasal sebagai berikut: 1). Pasal 12 ayat (2) yang menyatakan bahwa ” Uang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri dari uang dalam Kas Daerah dan uang pada Bendahara Penerimaan daerah dan Bendahara Pengeluaran daerah”.

2). Pasal 13 ayat (2) yang menyatakan bahwa ” Pengurangan Uang Daerah diakibatkan oleh: a) belanja daerah; b) pengeluaran pembiayaan, antara lain pembayaran pokok utang, penyertaan modal

pemerintah daerah, dan pemberian pinjaman; dan c) pengeluaran daerah lainnya, antara lain pengeluaran perhitungan pihak ketiga.

c. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2000 tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Daerah pada: 1). Pasal 3 ayat (3) yang menyatakan bahwa alokasi pembagian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditentukan sebagai berikut : a. 65% (enam puluh lima per seratus) dibagikan secara merata kepada seluruh Daerah

Kabupaten/Kota;

Page 137: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 41

b. 35% (tiga puluh lima per seratus) dibagikan sebagai insentif kepada Daerah Kabupaten/Kota yang realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan pada Tahun Anggaran sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan.

2). Pasal 4 yang menyatakan bahwa hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan bagian Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a dan huruf b dan Pasal 3 ayat (2) merupakan pendapatan Daerah dan setiap tahun anggaran dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

d. Lampiran SK Walikota No.91 Tahun 2007 tentang penunjukan juru pungut, atasan langsung juru pungut, petugas pengawas, dan koordinator pungutan PBB TA 2007;

Kondisi tersebut mengakibatkan kerugian daerah atas pembagian insentif PBB kepada yang

tidak berhak menerima sebesar Rp1.327.168.949,00.

Kondisi tersebut terjadi karena: a. Walikota Bima mengeluarkan SK tentang Penetapan Pembagian Insentif Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) Pemerintah Kota Bima. b. Kepala Bidang Pendapatan BPKD Kota Bima dan Kepala BPKD Kota Bima membagi insentif

kelebihan penerimaan PBB tersebut tanpa melalui mekanisme APBD. Walikota Bima menyatakan bahwa insentif tersebut akan dicantumkan pada APBD P 2008

baik sebagai penerimaan maupun belanja. Pembagian insentif tersebut diatur dengan keputusan Walikota dan mengenai pengadaan kendaraan dimaksud sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasional pemungutan PBB.

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar menarik dana insentif APBD yang

dibagikan kepada yang tidak berhak menerima sebesar Rp1.327.168.949,00 dan menyetorkannya ke kas daerah.

14. Pengelolaan Investasi Dana Bergulir pada Pemerintah Kota Bima Tidak Sesuai Ketentuan

Pemeriksaan atas Neraca Pemerintah Kota Bima per 31 Desember 2007 diketahui Pemerintah Kota Bima memiliki saldo investasi jangka panjang berupa investasi dana bergulir sebesar Rp2.490.355.493,00 Saldo investasi dana bergulir tersebut merupakan saldo investasi dana bergulir pada 4 Satuan Kerja Perangkat Daerah yaitu:

No SKPD Saldo Dana Bergulir (Rp) 1 Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan 318.214.493,002 Sekretariat Daerah (Bagian Ekonomi) 2.042.157.000,003 Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan 129.984.000,004 Dinas Perikanan dan Kelautan 92.871.000,00 Jumlah 2.490.355.493,00

Berdasarkan Hasil konfirmasi dengan pengelola dana bergulir di 3 SKPD (Dinas Koperindag, Bagian Ekonomi Sekda dan Kantor PMP), bukti-bukti penerimaan serta penyaluran kembali, diketahui bahwa

Page 138: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 42

penerimaan kembali investasi dana bergulir dari masing-masing UKM maupun Koperasi penerima bantuan disimpan oleh masing-masing bendahara pengelola investasi dana bergulir dan kemudian disalurkan kembali bagi UKM-UKM yang sedang membutuhkan bantuan modal. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut diketahui hal-hal sebagai berikut: A. Pengembalian investasi dana bergulir di Dinas Koperindag tidak disalurkan kembali ke

Masyarakat Hasil konfirmasi dengan Bendahara pengelola dana bergulir di Dinas Koperindag, serta dari hasil pemeriksaan terhadap Buku Kas Bendahara pengelola dana bergulir diketahui bahwa dana dari hasil pengembalian atas pengelolaan dana bergulir dari UKM atau Koperasi Peminjam telah disalurkan kembali pada Tahun 2007 dan 2008 kepada UKM atau Koperasi lain yang juga membutuhkan. Penyaluran kembali dana bergulir tersebut tanpa disertai SK dari Walikota tentang penetapan UKM atau Koperasi penerima bantuan dana. Penyaluran kembali dana bergulir tersebut hanya berdasarkan SK dari Kepala Dinas Koperindag. Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa dari bunga yang telah diperoleh dari penyaluran dana bergulir tersebut, disetor ke Kas Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 20%, sebagai honor untuk 3 orang penagih sebesar 60%, dan sebagai penambah pokok sebesar Rp20% dari total bunga yang diterima. Penjelasan bendahara pengelola dana bergulir, bunga yang merupakan PAD telah disetorkan oleh bendahara pengelola dana bergulir kepada Bendahara Penerimaan Dinas Koperindag sedangkan honor untuk 3 orang penagih dibayarkan kepada Kepala Bidang UKM Dinas Koperindag Pemeriksaan lebih lanjut atas buku kas bendahara pengelola dana bergulir diketahui bahwa uang hasil pengembalian dana bergulir selain digulirkan kembali kepada UKM atau Koperasi juga untuk membayar honor monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan dana bergulir tersebut. Honor monitoring dan evaluasi tersebut dibayarkan kepada Kepala Bidang UKM Dinas Koperindag. Konfirmasi dengan Kepala Bidang UKM diketahui bahwa pembayaran honor untuk penagih maupun untuk monitoring dan evaluasi tersebut tanpai disertai dengan SK Walikota tentang pemberian honor untuk penagih maupun untuk monitoring dan evaluasi. Selain digulirkan kembali kepada UKM atau Koperasi dan pembayaran honor uang hasil pengembalian dana bergulir juga digunakan untuk kepentingan pegawai di lingkup Dinas Koperindag selain dari kepentingan pengelolaan dana bergulir. Penjelasan bendahara pengelola dana bergulir diketahui bahwa penggunaan dana diluar kepentingan dana bergulir tersebut dilakukan seijin Kepala Dinas Koperindag. Sampai dengan saat pemeriksaan, pengeluaran yang tidak jelas tersebut masih banyak yang belum dikembalikan kepada bendahara pengelola dana bergulir oleh pihak yang menggunakan, dengan rincian sebagai berikut:

No Nama Pihak Pengguna Pinjaman yang belum dibayar

(Rp)

Biaya Monitoring dan Evaluasi

(Rp) 1 Syafruddin M. Djafar, SH

(Kepala Dinas Koperindag) 12.350.000,00 -

2 Drs. Ibrahim M. Saleh (Kabid UKM Dinas Koperindag

23.078.000,00 16.400.000,00

3 Jamaluddin, B.Sc 950.000,00 -4 Pengeluaran lainnya atas perintah

Kabid UKM 2.500.000,00 -

Jumlah 38.878.000,00 16.400.000,00

Page 139: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 43

Hasil konfirmasi dengan masing-masing pihak pengguna diatas diketahui bahwa yang bersangkutan memang telah meminjam dana hasil pengembalian dari investasi dana bergulir tersebut dan akan mengembalikannya ke Kas Daerah.

B. Pengembalian investasi dana bergulir di Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah tidak disalurkan kembali ke Masyarakat Dari hasil konfirmasi dengan Bendahara Pengelola dana bergulir di Bagian Ekonomi diketahui dana bergulir pada Bagian Ekonomi disalurkan kepada masyarakat sejak Tahun 2006. Penyaluran kembali dana bergulir atas dana bergulir yang telah dikembalikan oleh UKM penerima kepada UKM yang membutuhkan, tanpa disertai SK dari Walikota tentang penetapan UKM atau Koperasi penerima bantuan dana. Penyaluran kembali dana bergulir tersebut hanya berdasarkan SK dari Sekretaris Daerah Kota Bima. Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa dari bunga yang telah diperoleh dari penyaluran dana bergulir tersebut, telah disetor ke Kas Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada Bendahara Penerimaan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD). Pemeriksaan atas buku kas bendahara pengelola dana bergulir diketahui bahwa uang hasil pengembalian dana bergulir selain digulirkan kembali kepada UKM juga untuk digunakan untuk kepentingan pegawai di lingkup Bagian Ekonomi selain dari kepentingan pengelolaan dana bergulir. Penjelasan bendahara pengelola dana bergulir diketahui bahwa penggunaan dana diluar kepentingan dana bergulir tersebut dilakukan seijin Kepala Bagian Ekonomi. Sampai dengan saat pemeriksaan, terdapat pengeluaran yang tidak jelas yang belum dikembalikan kepada bendahara pengelola dana bergulir oleh pihak yang menggunakan, yaitu oleh Kepala Sub Bagian Penanaman Modal Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah TA 2008 Sdr.Firmansyah sebesar Rp500.000,00 dan oleh Sdr. Lili Damayanti sebesar Rp50.000,00.

C. Bunga hasil investasi dana bergulir di Kantor Pemberdayaan Perempuan tidak disetor ke Kas Daerah Dari hasil konfirmasi dengan Bendahara Pengelola dana bergulir di Kantor Pemberdayaan Perempuan (PMP) diketahui dana bergulir pada Kantor PMP disalurkan kepada masyarakat sejak Tahun 2005. Penyaluran kembali dana bergulir atas dana bergulir yang telah dikembalikan oleh UKM penerima kepada UKM yang membutuhkan, juga tanpa disertai SK dari Walikota tentang penetapan UKM atau Koperasi penerima bantuan dana maupun tanpa SK Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan. Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa dari bunga yang telah diperoleh dari pengelolaan dana bergulir tersebut, tidak disetor ke Kas Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun digulirkan kembali kepada UKM yang membutuhkan. Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa nilai bunga yang telah diperoleh dari pengelolaan dana bergulir yang tidak disetor ke Kas Daerah adalah sebesar Rp23.477.000,00 dengan rincian bunga dari hasil penyaluran dana bergulir Tahun 2005 adalah sebesar Rp9.165.000,00 dan hasil penyaluran dana bergulir Tahun 2006 adalah sebesar Rp14.312.000,00.

Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut atas pengelolaan dana bergulir pada 4 SKPD diatas diketahui bahwa tidak ada peraturan yang mengatur sampai kapan dana bergulir tersebut akan digulirkan di masyarakat dan disetorkan kembali ke Kas Daerah.

Page 140: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 44

Kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan: a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, dalam: 1) Pasal 17 ayat (1) menyebutkan bahwa penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah

dan penerimaan pembiayaan daerah; 2) Pasal 71 ayat (3) menyebutkan bahwa investasi non permanen bertujuan untuk dimiliki

secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali, diantaranya merupakan dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah;

3) Pasal 72 ayat (4) menyebutkan bahwa penerimaan hasil atas investasi pemerintah daerah dianggarkan dalam kelompok pendapatan asli daerah pada jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

4) Pasal 79 ayat (1) menyebutkan bahwa seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus dianggarkan dalam APBD;

5) Pasal 79 ayat (2) menyebutkan bahwa penganggaran penerimaan dan pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukum penganggaran;

6) Pasal 122 ayat (1) menyebutkan bahwa Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD;

7) Pasal 122 ayat (3) menyebutkan bahwa penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;

8) Pasal 122 ayat (4) menyebutkan bahwa penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.

Permasalahan tersebut mengakibatkan: a. Adanya indikasi kerugian daerah sebesar Rp55.828.000,00 (Rp38.878.000,00 + Rp16.400.000,00

+ Rp550.000,00) atas pengeluaran yang tidak sah yang telah dikeluarkan dari bendahara pengelola dana bergulir pada Dinas Koperindag dan Bagian Ekonomi untuk kepentingan diluar kepentingan dana bergulir ke masyarakat.

b. Hilangnya penerimaan daerah atas pendapatan bunga dari hasil investasi yang telah diterima sejak Tahun 2005 pada Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan sebesar Rp23.477.000,00 yang belum disetor ke Kas Daerah.

c. Membuka peluang penyalahgunaan keuangan daerah atas dana bergulir yang tidak disetorkan kembali ke Kas Daerah.

Permasalahan tersebut terjadi karena: a. Kepala Dinas Koperindag dan Kepala Bagian Ekonomi telah mengijinkan penggunaan dana hasil

investasi tidak berpedoman dengan ketentuan yang berlaku. b. Pengelola dana bergulir pada Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan mengelola

bunga hasil investasi tidak berpedoman dengan ketentuan yang berlaku. c. Walikota Bima yang tidak membuat peraturan yang mengatur sampai kapan dana bergulir akan

digulirkan di masyarakat dan disetorkan kembali ke Kas Daerah.

Page 141: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 45

Kepala Dinas Koperindag memberikan tanggapan bahwa penggunaan bunga yang diperoleh dari penyaluran dana bergulir ditetapkan dengan SK Kepala Dinas yang berpedoman pada SK Walikota yang menetapkan segala biaya yang timbul dibebankan pada dana perkuatan modal kerja yang diberikan. Kepala Bagian Ekonomi memberikan tanggapan bahwa pinjaman dari hasil pengembalian investasi dana bergulir bukan untuk kepentingan pribadi tapi untuk kepentingan dinas dan pinjaman tersebut akan segera dikembalikan. Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan memberikan tanggapan bahwa jasa dari dana bergulir tidak disetorkan ke Kas Daerah karena besaran jasa tersebut sangat kecil dan membutuhkan waktu 2 tahun untuk menghimpunnya. Kedepannya jasa tersebut akan disetor ke Kas Daerah sesuai ketentuan yang berlaku. BPK RI menyarankan Walikota Bima agar: a. Memberikan sanksi kepada Kepala Dinas Koperindag dan Kepala Bagian Ekonomi atas

kelalaiannya dalam melaksanakan tugasnya mengijinkan penggunaan dana hasil investasi tidak berpedoman dengan ketentuan yang berlaku.

b. Memerintahkan kepada Kepala Dinas Koperindag dan Kepala Bagian Ekonomi untuk menyetorkan kembali dana yang telah digunakan tidak sesuai ketentuan yang berlaku sebesar Rp55.828.000,00 (Rp38.878.000,00 + Rp16.400.000,00 + Rp550.000,00) ke Kas Daerah.

c. Memberikan sanksi bagi Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan atas kelalaiannya dalam melaksanakan tugasnya mengelola bunga hasil investasi tidak berpedoman dengan ketentuan yang berlaku.

d. Memerintahkan kepada Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan untuk menyetorkan kembali bunga hasil investasi sebesar Rp23.477.000,00 (Rp9.165.000,00 + Rp14.312.000,00).

e. Menetapkan peraturan yang mengatur tata cara penyaluran dana bergulir, pengembalian serta penyetoran kembali ke Kas Daerah.

15. Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tidak sesuai ketentuan sebesar Rp107.812.734,02 Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bima Tahun Anggaran (T.A.) 2007 diketahui bahwa Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (1.20.03.00.00.5.1.1.03.03) dianggarkan sebesar Rp.250.000.000,00 dan telah direalisasikan seluruhnya atau 100% dari anggaran, Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut dicairkan bulan Maret, Mei, Juli, dan November 2007 dengan rincian sebagai berikut:

No Jabatan Anggaran Realisasi (Rp) (Rp) %

1 Kepala Daerah 162.500.000,00 165.000.000,00 65 2 Wakil Kepala Daerah 87.500.000,00 90.210.200,00 35

Jumlah 250.000.000,00 255.210.200,00 100 Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran T.A. 2006 yang telah ditetapkan dengan SK

Walikota No.197/2007 tentang penjabaran perhitungan APBD TA 2006 diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) direalisasikan sebesar Rp.4.970.312.840,95 dan berdasarkan Peraturan Daerah

Page 142: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 46

No.9/2007 tentang Perubahan APBD TA 2007 dianggarkan PAD sebesar Rp.7.673.493.500,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp.4,913.248.866,06.

Pemeriksaan atas APBD Kota Bima T.A.2007 yang ditetapkan dengan Perda Kota Bima Nomor 1 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007 dan Perubahan APBD yang ditetapkan dengan Perda Nomor 9 Tahun 2007 tanggal 26 November 2007 diketahui Biaya Penunjang Operasional tersebut dianggarkan sebesar Rp.250.000.000,00 walaupun sebelumnya pada proses evaluasi APBD oleh Provinsi NTB ditetapkan untuk dianggarkan maksimal sebesar Rp152.394.000,00 sebagaimana tertuang dalam Keputusan Gubernur NTB No. 39A Tahun 2007 tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kota Bima tentang APBD T.A. 2007 dan Rancangan Peraturan walikota Bima tentang Penjabaran APBD T.A. 2007 Bab III Belanja nomor 12 ayat (c) tentang Belanja Penunjang Operasional. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan : a. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah yaitu pada Pasal 9 ayat (2) huruf a yang menyatakan bahwa Besarnya biaya penunjang operasional Kepala Daerah Kota/Kabupaten, ditetapkan berdasarkan klasifikasi Pendapatan Asli Daerah sampai dengan Rp5 milyar paling rendah Rp125 juta dan paling tinggi sebesar 3%; berdasarkan ketentuan tersebut, perhitungan maksimal sebesar Rp147.397.465,98 (PAD T.A. 2006 Rp4.970.312.840,95 x 3%). Dengan demikian realisasi belanja operasional Walikota dan Wakil Walikota Bima sebesar Rp 255.210.200,00 tersebut berlebih sebesar Rp107.812.734,02 (Rp255.210.200,00 – Rp147.397.465,98).

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD T.A. 2007 yaitu pada Kebijakan Penyusunan APBD huruf b Belanja Daerah angka 10) Penganggaran belanja Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah berpedoman pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah , dan angka 11) Gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan biaya penunjang operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dianggarkan pada belanja tidak langsung Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Penganggaran dan realisasi Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah yang tidak sesuai ketentuan tersebut mengakibatkan indikasi kerugian keuangan daerah sebesar Rp107.812.734,02.

Hal tersebut terjadi karena kelalaian Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Bima yang tidak melakukan penyesuaian anggaran sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2000 dan Keputusan Gubernur NTB No.39A Tahun 2007. Walikota Bima menyatakan bahwa penganggaran biaya penunjang operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ditetapkan dalam perda APBD Kota Bima setiap tahunnya mulai APBD awal sampai APBD perubahan dengan dasar perhitungan 3% dari rencana penerimaan PAD. Mengenai penyesuaian kembali biaya penunjang operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Perda APBD perubahan tidak bisa dilakukan disebabkan karena pada saat tersebut belum dapat diketahui secara pasti berapa besarnya jumlah realisasi penerimaan PAD sampai dengan 31 Desember 2007.

Page 143: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 47

BPK RI menyarankan kepada Walikota Bima agar memberikan sanksi kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Bima yang tidak melakukan penyesuaian anggaran sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2000 dan Keputusan Gubernur NTB No.39A Tahun 2007 serta menyetorkan kelebihan realisasi Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebesar Rp107.812.734,02 ke kas daerah.

16. Pencairan dan Pengelolaan rekening DAK Pemerintah Kota Bima TA 2007 tidak sesuai ketentuan

Pada Tahun Anggaran 2007, Pemerintah Kota Bima menganggarkan dan merealisasikan Dana Alokasi Khusus sebesar Rp32.658.000.000,00. Dana tersebut meliputi DAK untuk tujuh bidang dan dicairkan melalui empat tahap pengajuan kepada KPPN Raba Bima dengan rincian sebagai berikut:

No Uraian Jumlah (Rp) 1 DAK Infrastruktur 10.764.000.000,002 DAK Perikanan dan Kelautan 1.946.000.000,003 DAK Prasarana Pemerintahan 977.000.000,004 DAK Kesehatan 6.374.000.000,005 DAK Lingkungan hidup 697.000.000,006 DAK Pertanian 2.495.000.000,007 DAK Pendidikan 9.405.000.000,00

Jumlah 32.658.000.000,00

Pemeriksaan atas mutasi rekening DAK tersebut pada BUD diketahui terdapat mutasi keluar/transfer dalam jumlah besar pada akhir tahun 2007 dari Rekening Kas Umum Daerah untuk mengelola DAK ke rekening khusus untuk menampung dana tersebut pada SKPD yang mengelola DAK.

Penelusuran atas pengelolaan rekening DAK tersebut diketahui terdapat permasalahan sebagai berikut: a. Dokumen pendukung pencairan dana DAK dari Kas Negara melalui KPPN ke Kas Daerah fiktif

Pemerintah Kota Bima tidak dapat menyediakan dokumen pendukung pencairan dana DAK dari Kas Negara ke Kas Daerah. Penelusuran lebih lanjut melalui prosedur alternatif dengan Surat Ketua Tim Nomor : 12/Tim LKPDKotaBima/09/2008 tentang Permintaan Peminjaman Dokumen Pencairan Dana DAK TA 2007 pada KPPN Kota Bima (uji petik atas pencairan tahap III dan IV) diketahui bahwa pencairan atas Dana DAK Kota Bima tidak sesuai ketentuan dengan rincian sebagai berikut: 1) SP2D Kota Bima tidak diberi Nomor dan Tanggal SP2D dan SP2D atas Pencairan Dana

DAK Kota Bima tidak tercatat pada Register SP2D Tahun Anggaran 2007. 2) Daftar Penggunaan DAK Tahap III (30%) Per Tanggal 13 Desember 2007 seluruhnya sudah

memberikan data yang menyebutkan telah ada realisasi Pembayaran dari Kas Daerah (melalui SP2D) namun pada kenyataannya pada saat itu belum ada;

3) Fotokopi bukti Surat Setor Pajak (SSP) PPN dan PPh yang telah dikonfirmasi ke KPPN berkenaan untuk pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara kontraktual, tidak ada.

Page 144: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 48

Dari ketiga hal tersebut diatas yang seharusnya dilampirkan pada saat pengajuan SPM LS Tahap II namun ternyata tidak dilampirkan, sehingga dapat diindikasikan bahwa pencairan dana DAK Kota Bima TA 2007 hanya proforma/fiktif

b. Pemindahan dana DAK dari kas daerah ke rekening penampungan tidak melalui prosedur pengeluaran kas

Pada posisi 28 Desember 2007 diketahui pada masing-masing rekening Dana Alokasi Khusus tersebut masih terdapat saldo dalam jumlah yang cukup besar. Saldo tersebut merupakan dana alokasi untuk pembayaran proyek-proyek DAK Tahun Anggaran 2007 yang belum dapat dibayar kepada pihak ketiga baik karena proyek belum selesai ataupun karena syarat-syarat pencairan sisa proyek belum dapat dipenuhi. Untuk mengamankan dana DAK Tahun Anggaran 2007 tersebut, Kepala BPKD kota Bima bersama dengan Kuasa BUD TA 2007 mengambil inisiatif untuk memanggil bendahara pengeluaran dari 6 (enam) dinas pengelola Dana Alokasi Khusus selain Dinas Tata Kota dan memerintahkan masing-masing bendahara tersebut untuk membuka rekening penampungan DAK TA 2007 atas nama pribadi masing-masing pada Bank BNI dan selanjutnya Kuasa BUD TA 2007 memindahkan dana dari rekening Kas Daerah khusus Dana Alokasi Khusus ke rekening penampungan tersebut. Penelusuran pada rekening koran per 31 Desember 2007 diketahui bahwa dari rekening penampungan masing-masing bendahara pengeluaran tersebut terdapat saldo sebesar Rp14.225.628.881,00 pada enam rekening penampungan dengan rincian sebagai berikut:

No SKPD No

Rekening Nama Nasabah Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)

Per 22-08-2008

1 Dinas Perikanan dan Kelautan

0138721710 Muhammad Aqilzen, ST (DAK Penampungan Dinas Perikanan)

942.921.000,00 0,00

2 Dinas Perumahan dan Prasarana Wilayah

0138720692 Lestari Slamet (DAK Penampungan Kimpraswil Kota)

3.536.276.884,00 416.039.454,00

3 Dinas Kesehatan 0138721765 Zulkarnain (Penamp. DAK Dikes Kota Bima)

1.194.095.500,00 0,00

4 Dinas Kehutanan dan Lingkungan hidup

0138720954 Mutadayyinah, S.Hut (Penamp.Dinas Kehutanan Kota Bima)

291.599.500,00 0,00

5 Dinas Pertanian dan Pernakan

0138722066 M. Adzan Sabil (Penamp. Diperta & Ternak Kota)

1.662.258.497,00 0,00

Page 145: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 49

6 Dinas DIKBUDPAR

0138719291 Sailan (Penampungan DAK DIKBUDPAR Kota Bima)

6.598.477.500,00 0,00

Jumlah 14.225.628.881,00 416.039.454,00 Khusus untuk DAK Prasarana Pemerintah tidak dibuatkan rekening penampungan.

Penelusuran pada SP2D dan mutasi rekening koran diketahui penerimaan DAK Prasarana Pemerintah selama TA 2007 pada dua rekening, yaitu rekening 0079.01.000359-30-5 a.n. DAK Prasarana Pemerintahan sebesar Rp293.100.000,00 pada BRI cabang Bima dan rekening 013631764-0 a.n. DAK Prasarana Pemerintahan sebesar Rp683.900.000,00 pada Bank BNI cabang Bima. Atas dana DAK Prasarana Wilayah ini, untuk dana yang terdapat pada BRI dengan no. rekening 0079.01.000359-30-5 telah dipindahkan ke bank BNI pada saat penutupan seluruh rekening Pemerintah Kota Bima di BRI cabang Bima pada bulan Maret 2007. Sedangkan untuk dana yang terdapat pada Bank BNI no. rekening 013631764-0 sampai dengan 31 Desember 2007 masih bersaldo Rp683.900.000,00.

Penelusuran lebih lanjut diketahui bahwa pemindahan dana dari rekening Kas Daerah khusus Dana Alokasi Khusus ke rekening penampungan tersebut tanpa melalui mekanisme APBD. Pemindahan dana kas daerah tersebut tanpa disertai SPP dan SPM dari Dinas maupun SP2D yang ditandatangani oleh Kuasa BUD TA 2007.

c. Prosedur Pencairan Kas Tidak Sesuai Ketentuan Sebagai tindak lanjut dari pemindahan dana DAK dari rekening Kas Daerah ke rekening penampungan Satuan Kerja, maka pencairan dana DAK kepada pihak ketiga menjadi wewenang sepenuhnya dari Satuan Kerja. Dalam hal ini SPP dan SPM yang diajukan oleh Satuan Kerja dan SP2D yang dibuat oleh Kuasa BUD TA 2007 hanya merupakan formalitas saja, karena dibuat setelah Tahun Anggaran 2007 berakhir dengan tanggal pada bulan Desember. Konfirmasi atas permasalahan ini dengan Kepala BPKD Kota Bima dan Kuasa BUD TA 2007 diketahui bahwa pembukaan rekening penampungan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pemutusan kontrak dengan pihak ketiga karena banyak proyek yang belum selesai dikerjakan dan belum dilengkapi dengan dokumen-dokumen syarat pembayaran sehingga sampai dengan akhir Desember 2007 proyek tersebut belum dapat dibayarkan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada

pasal sebagai berikut: 1) Pasal 205 ayat (1) “PPTK menyiapkan dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa

untuk disampaikan kepada bendahara pengeluaran dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran” dan ayat (6) Bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pengguna anggaran setelah ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.

2) Pasal 211 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Dalam hal dokumen SPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (2) dinyatakan lengkap dan sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran menerbitkan SPM”.

Page 146: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 50

3) Pasal 213 yang menyatakan bahwa “SPM yang telah diterbitkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 212 ayat (1) diajukan kepada kuasa BUD untuk penerbitan SP2D”.

4) Pasal 216 pada ayat (1) Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dan ayat (6) Dalam hal dokumen SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap, kuasa BUD menerbitkan SP2D.

b. Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. PER-01/PB/2007 tentang Petunjuk Teknis Pengesahan dan Pencairan DIPA DAK TA 2007 pada 1) Pasal 6 yaitu Hasil kegiatan fisik yang dibiayai melalui DAK TA 2007 harus sudah selesai

dan dapat dimanfaatkan pada akhir tahun 2007 2) Pasal 11 ayat 4 Pengajuan SPM-LS Tahap II dan selanjutnya, dilakukan dengan

melampirkan: (a) Fotokopi SP2D Daerah (pada SP2D tersebut harus dicantumkan tanggal, nomor dan nilai

kontrak serta uraian pekerjaan) (b) Daftar Penggunaan DAK (c) Fotokopi SSP PPN dan PPh yang telah dikonfirmasi ke KPPN berkenaan untuk

pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara kontraktual, sedangkan untuk pekerjaan yang dilakukan secara swakelola kewajiban pajak diselesaikan oleh wajib pajak bersangkutan.

Kondisi tersebut mengakibatkan membuka peluang penyalahgunaan keuangan daerah serta realisasi keuangan proyek tidak sesuai dengan realisasi fisik.

Kondisi tersebut terjadi karena: a. Kepala BPKD selaku PPK dan Kepala Bidang Anggaran selaku Kuasa Pengguna

Anggaran/Penanda Tangan SPM membuat dokumentasi proforma untuk pencairan Dana DAK b. KPPN Kota Bima menerima pengajuan pencairan Dana DAK Kota Bima TA 2007 dengan

menggunakan dokumentasi proforma c. Kepala BPKD Kota Bima dan Kuasa BUD TA 2007 membuat kebijakan dengan memerintahkan

bendahara SKPD untuk membuka rekening giro penampungan DAK yang tidak sesuai ketentuan yang berlaku.

Walikota Bima menyatakan bahwa setelah dilakukan konfirmasi dengan masing-masing bendahara pengeluaran, saldo DAK tersebut karena belum sempat dilakukan pembayaran karena proses administrasi belum selesai, sedangkan mengenai keberadaan tujuh rekening penampungan DAK pada SKPD merupakan saran lisan dari KPPN Kota Bima.

BPK RI menyarankan Walikota Bima agar: a. Memberikan sanksi atas kesengajaan Kepala BPKD selaku PPK dan Kepala Bidang Anggaran

selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Penanda Tangan SPM yang membuat dokumentasi proforma untuk pencairan Dana DAK.

b. Memberikan sanksi atas kesengajaan Kepala BPKD Kota Bima dan Kuasa BUD TA 2007 yang memerintahkan bendahara SKPD untuk membuka rekening giro penampungan DAK.

c. Memerintahkan kepada seluruh bendahara SKPD menutup rekening giro penampungan dan di masa mendatang tidak membuka rekening penampungan.

Page 147: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 51

17. Penggunaan Uang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) TA 2007 untuk Keperluan Pribadi oleh Bendahara Pengeluaran Kantor Penghubung dan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Tidak Sesuai Ketentuan. Pengelolaan Kas/Uang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) TA 2007 pada Bendahara Pengeluaran SKPD Pemerintah Kota Bima kurang tertib terbukti dari hasil uji petik atas lima SKPD diketahui adanya perbedaan angka menurut Pengesahan SPJ (Surat Pertanggungjawaban) Fungsional dengan Buku Pajak/ Surat Setoran Pajak walaupun kedua dokumen tersebut dibuat oleh Bendahara Pengeluaran yang sama. Hal ini dijelaskan pada Temuan Sistem Pengendalian Intern (SPI).

Hingga berakhirnya pemeriksaan hanya beberapa SKPD yang menyerahkan dokumen pengelolaan uang PFK lengkap. Lebih lanjut berdasar dokumentasi yang ada diketahui terdapat penggunaan uang PFK yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kantor Penghubung

Dari dokumen SSP pada SPJ diketahui seluruh Pajak tahun 2007 seluruhnya baru disetor tanggal 4 Maret 2008. Konfirmasi dengan Bendahara a.n. Arisman Indah diketahui bahwa uang setoran pajak sebesar Rp15.000.000,00 telah digunakan untuk keperluan pribadi dahulu dan pada tanggal 4 Maret 2008 seluruh Pajak telah disetor ke Kas Negara dengan uang pribadi Kepala Kantor Penghubung dan Bendahara akan dipotong gajinya Rp500.000,00 per bulan selama 23 bulan sejak Maret 2008 sesuai dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak tanggal 26 Pebruari 2008. Hal ini tidak diketahui oleh BPKD dikarenakan Subbidang Verifikasi tidak cermat melakukan verifikasi atas SPJ SKPD terkait dan inisiatif bendahara yang tidak memasukkan SPJ untuk bulan Mei hingga Desember 2007 untuk diverifikasi. Penelusuran lebih lanjut untuk mengetahui besaran uang pajak yang sebenarnya digunakan tidak dapat dilakukan karena hingga berakhirnya pemeriksaan , Buku Rekap Pajak tidak diserahkan kepada BPK.

2. Kantor Polisi Pamong Praja Dari Pengesahan SPJ dan buku Pajak hanya ada rekap potongan dan setoran untuk bulan Nopember hingga Desember 2007. Konfirmasi dengan Bendahara Pengeluran a.n. Amirudin Iba diketahui bahwa dirinya baru bertugas mulai Nopember dan untuk bulan Januari hingga Oktober data dan uang pajak dibawa oleh Bendahara terdahulu a.n. Ikhsan ADT. Konfirmasi dengan bendahara terdahulu tidak dapat dilakukan karena yang bersangkutan tidak memenuhi panggilan BPK hingga berakhirnya pemeriksaan, yang bersangkutan hanya menitipkan Surat Pernyataan Membayar tanggal 15 September 2008 yang berisi pengakuan bahwa yang bersangkutan menggunakan uang setoran pajak sebesar Rp5.439.763,00 (pajak Bulan Januari hingga Oktober 2007) digunakan untuk keperluan pribadi dan akan bersedia mengganti segera pada tanggal 20 Nopember 2008. Tidak diketahui besaran uang pajak yang digunakan sebenarnya karena berdasarkan Rekap Pajak Kantor Pol PP untuk bulan Januari hingga Oktober 2007 pajak yang harus disetor sebesar Rp14.277.013,00. Penelusuran lebih lanjut untuk mengetahui besaran uang pajak yang sebenarnya digunakan tidak dapat dilakukan karena hingga berakhirnya pemeriksaan Bendahara Pengeluaran dimaksud tidak memenuhi panggilan BPK.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada Pasal 135 Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut PPh dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara pada bank yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai Bank Persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 148: Contoh laporan keuangan daerah (Kota Bima).pdf

PERWAKILAN BPK RI DI MATARAM 52

Kondisi tersebut mengakibatkan indikasi kerugian daerah minimal sebesar Rp20.439.763,00 (Rp5.439.763,00 + Rp15.000.000,00).

Kondisi tersebut terjadi karena: a. Kesengajaan Bendahara Pengeluran TA 2007 Kantor Penghubung a.n Arisman Indah dan Kantor

Satpol PP a.n. Ikhsan ADT yang menggunakan uang PFK untuk keperluan pribadi. b. Kelalaian Kepala Kantor Penghubung dan Kantor Satpol PP yang kurang melakukan pengawasan

atas pengelolaan uang PFK. Walikota Bima mengakui adanya kelemahan dalam pengelolaan uang PFK dan ke depan akan diperbaiki.

BPK RI menyarankan Walikota Bima agar: a. Memerintahkan Kepala Bawasda / Inspektorat Daerah untuk menelusuri besaran pajak yang

digunakan oleh Bendahara Arisman dan Ikhsan, apabila ditemukan besaran lebih dari Rp20.439.763,00 (Rp5.439.763,00 ditambah Rp15.000.000,00) maka ditetapkan kurang bayar atas Pajak.

b. Memberikan sanksi atas Kelalaian Kepala Kantor Penghubung dan Kantor Satpol PP yang kurang melakukan pengawasan atas pengelolaan uang PFK.

c. Memerintahkan Bendahara Pengeluran TA 2007 Kantor Penghubung a.n Arisman Indah dan Kantor Satpol PP a.n. Ikhsan ADT segera menyetor uang PFK ke Kas Negara yang telah digunakan menunggu hasil penelusuran Bawasda.