Communication as a Tool in Developing Creativity in...
Embed Size (px)
Transcript of Communication as a Tool in Developing Creativity in...

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
1
Communication as a Tool in Developing Creativity in Organization
Nurul Margi Astusti,
Martina Mariko Nindar Novena,
Wustari L.H.Mangundjaya,
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
Abstrak
Keadaan perekonomian yang semakin membaik di Indonesia menciptakan kondisi yang
kondusif bagi sektor properti sehingga memberi dampak yang positif pada bisnis di sektor ini. Hal
ini juga menyebabkan munculnya perusahaan–perusahaan properti baru yang menawarkan barang dan
jasa yang sama di pasar. Munculnya pesaing-pesaing baru membuat organisasi melakukan
pembelajaran agar dapat beradaptasi dan bertahan dalam persaingan bisnis.
Dalam usaha membantu perusahaan untuk berubah dan berkembang, penelitian ini
menggunakan Organizational Development Framework berupa Congruence Model yang
dikembangkan oleh Nadler dan Thusman (1988). Metode tambahan berupa wawancara mendalam dan
penyebaran kuesioner digunakan untuk menemukan aspek kekuatan organisasi dan faktor apa yang
menghambat organisasi untuk dapat berkembang. Melalui Blockage Questionnaire (Woodcock dan
Francis (1994) dengan melibatkan 50 karyawan yang tersebar di 8 unit, dapat diketahui bahwa aspek
yang dapat menghambat perkembangan organisasi adalah rendahnya kreativitas.
Kreativitas dalam memunculkan gagasan-gagasan atau inovasi merupakan hal yang penting
bagi suatu organisasi, gagasan-gagasan merupakan katalis utama bagi pertumbuhan dalam setiap
organisasi industri. Gagasan dapat berupa ide ide untuk memunculkan produk baru, strategi baru,
atau lainnya demi peningkatan produktivitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Elton Mayo dan
peneliti lainnya, komunikasi di dalam organisasi dapat mengikatkan produktivitas pekerja.
Komunikasi dapat membantu penyebaran informasi pada karyawan, yaitu; informasi terkait tujuan
organisasi dan aktivitasnya, koordinasi tugas, interaksi antar karyawan, feedback, serta peluang untuk
berpartisipasi dalam proses organisasi.
Penelitian ini menggunakan komunikasi sebagai alat untuk menunjang kreatifitas dalam
organisasi. Komunikasi informal yang telah berjalan cukup baik di dalam perusahaan dapat menjadi
kekuatan untuk dibentuknya program atau sistem informasi yang baku dan jelas agar informasi dan
koordinasi yang ada dapat berjalan secara lebih merata. Oleh karena itu desain intervensi berupa
division meeting dan monthly meeting, serta buletin dapat digunakan sebagai media komunikasi
formal agar terciptanya kreatifitas dalam organisasi.
Kata Kunci: Organisasi, Kreativitas, Blockage Questionnaire. Komunikasi
1. Pendahuluan
Keadaan perekonomian yang semakin membaik di Indonesia menciptakan kondisi
yang kondusif bagi sektor properti sehingga memberi dampak yang positif pada bisnis di
sektor ini untuk saling berkompetisi. Keadaan pasar dengan iklim kompetisi yang tinggi
menurut Palmer, dkk (2006) merupakan salah satu alasan mengapa perusahaan perlu untuk

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
2
berubah. Perubahan terencana pada perilaku kerja anggota organisasi yang bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan individu dan meningkatkan kinerja organisasi merupakan
perubahan yang dibutuhkan. Proses tersebut disebut juga Pengembangan Organisasi
(Organizational Development) (Porras & Robertson dalam Jex dan Britt, 2008)
PT. XYZ, Tbk. yang berdiri pada tahun 1979 pada awalnya PT. XYZ, Tbk merupakan
pelopor di bidang properti, namun seiring dengan pertumbuhan ekonomi tersebut munculah
banyak kompetitor dari sektor bisnis sejenis yang mengakibatkan PT. XYZ, Tbk tidak
termasuk dalam sepuluh pengembang properti dan sepuluh perusahaan arsitektur paling aktif
di Indonesia. Oleh karena itu PT. XYZ, Tbk perlu untuk melakukan pengembangan
organisasi agar dapat bersaing ditengah kompetisi yang tinggi dalam bisnis properti.
Dalam usaha membantu perusahaan untuk berubah dan berkembang, penelitian ini
menggunakan metode berupa wawancara mendalam dan penyebaran Blockage Questionnaire
(Woodcock dan Francis (1994) untuk menemukan aspek kekuatan organisasi dan faktor apa
yang menghambat organisasi untuk dapat berkembang. Selain itu penelitian ini menggunakan
Organizational Development Framework berupa Congruence Model yang dikembangkan
oleh Nadler dan Thusman (1988) sebagai dasar alur berpikir penelitian.
2. Teori
2.1.Pengembangan Organisasi
Beberapa penulis berusaha untuk menjelaskan pengembangan organisasi dengan cara yang
beragam. Porras dan Robertson (dalam Jex dan Britt, 2008) menjelaskan bahwa
pengembangan organisasi merupakan seperangkat perilaku berbasis ilmu pengetahuan, nilai,
strategi, dan teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan individu dan
meningkatkan kinerja organisasi, melalui perubahan terencana pada perilaku kerja anggota
organisasi. Sedangkan Cummings & Worley (2009) menjelaskan bahwa Organizational
Development/OD adalah suatu teori dan praktek yang membuat perubahan yang terencana
terhadap suatu organisasi. Hal yang mendorong dilakukannya pengembangan organisasi
adalah agar perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi kompetitor yang lain. Hal lain di
belakang faktor tersebut adalah rendahnya kinerja organisasi yang menyebabkan kegagalan
organisasi mencapai keuntungan yang maksimal (Jex & Britt, 2008).
2.2 Congruence Model

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
3
David Nadler dan Michael Thusman membuat model sistem terbuka dalam organisasi
berdasarkan efektivitas organisasi yang ditentukan oleh konsistensi (kesesuaian/ congruence)
antara beberapa beragam elemen yang terdapat dalam organisasi. Model ini melihat
organisasi dalam 4 komponen, yaitu: tugas (tugas khusus yang sudah terberi), individual
(pengetahuan, kemampuan, kebutuhan dan harapan) dari orang-orang dalam organisasi,
pengaturan organisasi formal (struktur, proses, dan metode), dan organisasi informal
(implisit, nilai, kepercayaan dan perilaku yang tidak tercantum).
Gambar 2.1 Congruence Model
Environment
Resources
History
Strategy Task
Informal
Organization
Individual
Formal
Organizational
Arrangements
Organization
Group
Individual
Transformation Process
Context Output
Feedback
2.3 Organization Assessment
Asesmen organisasi adalah proses untuk merefleksikan dan melihat berbagai area
dalam organisaisi dalam hal apa yang bekerja dan apa yang bisa berbeda. Melalui asesmen
didapatkan gambaran ojektif mengenai keadaan real organisasi berkaitan dengan segala
aspek di dalamnya. Proses ini akan membantu organisasi mengidentifikasi area
perkembangan untuk memaksimalkan efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan
organisasi (www.Forbesfund.org). Oleh karena itu, untuk melakukan pengembangan
organisasi perlu untuk menemu kenali masalah yang menjadi penghambat bagi perusahaan.

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
4
1.4 Blockage Questionnaire
Woodcock dan Francis (1994) membuat kuesioner yang terdiri dari 140 item sebagai alat
untuk membantu untuk menjelaskan area mana saja dalam perusahaan yang perlu untuk
diperhatikan atau disebut sebagai “blockage” atau penghambat. Terdapat 14 hambatan yang
secara umum menjadi masalah bagi perusahaan, yaitu:
1. Hambatan 1: Unclear aims (ketidak jelasan tujuan)
2. Hambatan 2 : Unclear values (ketidak jelasan nilai)
3. Hambatan 3 : Inappropriate management philosophy (ketidaksesuaian filosofi
manajemen)
4. Hambatan 4 : Lack of management development (kurang pengembangan
manajemen)
5. Hambatan 5 : Confused organizational structure (Kebingungan struktur
organisasi)
6. Hambatan 6 : Inadequate control (Ketidakmampuan kontrol)
7. Hambatan 7 : Inadequate recruitment and selection (ketidakmaksimalan proses
rekrutmen dan seleksi)
8. Hambatan 8 : Unfair rewards ( Ketidakadilan pemberian imbalan)
9. Hambatan 9 : Poor training (training yang tidak memadai)
10. Hambatan 10 : Personal stagnation ( Keajegan personal)
11. Hambatan 11 : Inadequate communication ( Ketidakmampuan komunikasi)
12. Hambatan 12 : poor teamwork ( Kurangnya kerjasama tim)
13. Hambatan 13 : Low motivation ( Motivasi rendah)
14. Hambatan 14 : Low creativity ( Kreativitas rendah)
2.4. Kreativitas
Menurut Amabile (Kylen dkk, 2002) kreativitas adalah Kemampuan mengembangkan
ide – ide baru yang unik dan tidak biasa serta dapat bermanfaat dalam situasi kerja.
Setiap organisasi yang ingin bertahan dan berkembang harus mampu menghadapi tren
dan perubahan. Kreativitas yang sebenarnya bergantung pada situasi yang ada saat ini
serta kemampuan untuk bersaing secara berulang, mekanis dan tidak sensitive. Hal ini
membutuhkan kualitas dan perhatian mendalam yang sulit diraih. Pada prakteknya
kreativitas sulit dijalankan pada institusi karena hal ini menantang peraturan – peraturan

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
5
yang telah dibentuk dan mengubahnya kedalam ketidakpastian. Jika berbagai ide – ide
baru yang akan disampaikan disensor terlebih dulu maka ide tersebut bisa saja
merupakan ide – ide potensial bagi perkembangan perusahaan. Jika aspek kreativitas
tidak terdapat dalam perusahaan, perusahaan tersebut dapat dikatakan sebagai uncreative
organization.
Organisasi yang tidak kreatif bekerja bagaikan mesin, bisa jadi merupakan organisasi
yang sangat teratur atau bisa jadi merupakan organisasi yang rapuh, lambat dan tidak
memiliki fasilitas yang menunjang. Manajer hanya menyisihkan sedikit waktu untuk
mengembangkan ide – ide baru untuk perkembangan organisasi dan ide – ide yang
disampaikan karyawan tidak di realisasikan. Ketika seseorang memberikan ide – ide baru
yang tidak biasa ditanggapi dengan dingin oleh manajer kecuali ide – ide tersebut datang
dari atasan. Sehingga pada akhirnya karyawan merasa bahwa lebih baik berada di zona
aman. Orang – orang yang berada pada organisasi yang tidak kreatif belajar bahwa
mengambil resiko merupakan hal yang berbahaya dan tidak akan diapresiasi. Jika hal ini
merupakan praktek yang biasa dijalankan oleh perusahaan maka orang – orang yang ada
di dalamnya akan takut untuk melakukan hal – hal yang menyangkut ketidakpastian.
Maka sebagai hasilnya manajer tidak akan memperoleh ide – ide baru. Hal tersebut dapat
berdampak pada berbagai level. Bagi top manajer pengambilan keputusan mengenai
keuangan dan pemasaran dan produk menjadi konservatif, dan tidak dijalankan dengan
sungguh – sungguh oleh karyawan. Pada level bawah terjadi ketidak pedulian dan tidak
adanya kesadaran untuk menangani dokumen – dokumen tertentu. Akibat dari konspirasi
kreativitas ini maka kompetitor dari perusahaan akan lebih berkembang. Dan lambat laun
organisasi seperti ini akan tenggelam dan punah.
2.5. Komunikasi dalam Organisasi
Penelitan-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Elton Mayo menunjukan bahwa
keberadaan komunikasi di dalam organisasi akan dapat meningkatkan produktivitas para
pekerja. Komunikasi dalam organisasi menyediakan informasi bagi karyawan untuk
melaksanakan tugasnya (apa yang diharapkan padanya); umpan balik terkait kinerja;
informasi terkait dengan tujuan dan kegiatan organisasi, kesempatan untuk dapat
berpartisipasi dalam proses organisasi (seperti: pengambilan keputusan); informasi mengenai
pencapaian produk ataupun pelayanan organisasi (reaksi klien sampai pada hasilnya); serta

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
6
kesempatan untuk membangun dan menjaga hubungan interpersonal (untuk koordinasi tugas
dan interaksi antar anggota organisasi). (Hellweg, S.A & Phillips, S.L, 1982)
Praktek komunikasi yang terjalin di dalam organisasi disebut komunikasi internal
organisasi. Praktik internal organisasi komunikasi terdiri dari spektrum penuh kegiatan
komunikasi, baik formal maupun informal, yang dilakukan oleh anggotanya dengan tujuan
menyebarkan informasi ke satu atau lebih partisipan dalam organisasi. Definisi umum tetapi
komprehensif ini diperlukan agar secara akurat mencerminkan sifat sejati dan luasnya praktek
ini. Komunikasi internal dapat dilakukan untuk tujuan komunikasi kebawah, kesamping, atau
keatas dan dapat dimulai oleh siapa saja dalam organisasi. Namun, tetap menjadi tanggung
jawab dari manajemen untuk memastikan bahwa sistem komunikasi internal yang efektif dan
efisien sesuai sehingga dapat dipastikan bahwa semua karyawan memiliki ketepatan waktu,
informasi penting, dan relevan. (Carrie`re . J dan Bourque. C, 2009).
3. Metode
Kelompok menggunakan metode pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner,
wawancara, dan data sekunder sebagai usaha untuk menemukan aspek yang menjadi sumber
permasalahan. Kuesioner yang digunakan adalah Blockage Questionnaire yang disebar pada
120 karyawan dan kembali sebanyak 50 kuesioner yang tersebar di 8 unit, dapat diketahui
bahwa aspek yang dapat menghambat perkembangan organisasi adalah rendahnya kreativitas.
4. Hasil Temuan
Setelah dilakukannya analisis pengembangan organisasi PT. XYZ dengan
menggunakan framework “congruence model” milik Nadler dan Thusman (1988, dalam
Palmer, Dunford & Atkin, 2006), ditemukan hasil sebagai berikut:
Hasil kuesioner yang ada setelah diolah dan dikonfirmasi dengan wawancara
ditemukan hambatan tertinggi dalam organisasi adalah low creativity. Kreativitas dalam
memunculkan gagasan-gagasan atau inovasi merupakan hal yang penting bagi suatu
organisasi, gagasan-gagasan merupakan katalis utama bagi pertumbuhan dalam setiap
organisasi industri. Gagasan dapat berupa ide-ide untuk memunculkan produk baru, strategi
baru, atau lainnya demi peningkatan produktivitas.
Melalui hasil wawancara dapat diketahui bahwa karyawan tidak memiliki dorongan
untuk melakukan pekerjaan melebihi target yang ditetapkan, karena karyawan merasa apa
yang mereka kerjakan sudah sesuai dengan yang diharapkan pihak perusahaan. Diketahui

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
7
pula bahwa kebanyakan para manajer unit pada PT. XYZ juga tidak terlalu memonitor kerja
karyawannya, yang diperhatikan adalah hasil akhir dari setiap karyawan di unitnya yaitu
tercapainya target pada KPI masing-masing.
Dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa komunikasi yang terjalin dalam PT. XYZ
berada pada urutan ke-9 yang berarti komunikasi yang ada tidak menjadi masalah yang
menghambat perkembangan perusahaan. Dari hasil wawancara, komunikasi dalam
perusahaan berlangsung cukup baik, hanya saja komunikasi yang terjalin antar anggota
organisasi lebih banyak bersifat informal dan kurang membahas permasalahan yang dihadapi
perusahaan dengan seksama. Karena itu karyawan merasa perusahaan belum menyediakan
wadah ataupun media formal yang sesuai untuk menjaga komunikasi antar karyawan.
5. Peran Komunikasi sebagai Rancangan Intervensi Pengembangan Perusahaan
Komunikasi dapat membantu penyebaran informasi pada karyawan, yaitu; informasi
terkait tujuan organisasi dan aktivitasnya, koordinasi tugas, interaksi antar karyawan,
feedback, serta peluang untuk berpartisipasi dalam proses organisasi. Salah satu komponen
penting dari komunikasi organisasi di lingkungan serba cepat seperti sekarang ini adalah apa
yang disebut dengan berita penting (urgent news). Urgent news merupakan segala berita yang
dibagi dengan karyawan mengenai informasi penting, baik positif dan negatif, tentang
perubahan besar dalam bisnis yang mempengaruhi organisasi dan / atau karyawan secara
langsung. Urgent news bisa berupa berita akuisisi, perubahan karyawan, perubahan harga
saham dan pendapatan, kehilangan pelanggan besar, persaingan besar dan lain sebagainya.
Urgent news berbeda dengan crisis communication, dimana crisis communication
didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau kondisi yang mengancam keberlangsungan
organisasi. Media komunikasi yang dijalankan oleh organisasi menentukan bagaimana urgent
news ini dapat tersampaikan di seluruh anggota organisasi. Dalam upaya untuk memahami
dan meresepkan seberapa efektif komunikasi organisasi dapat tercapai, para peneliti telah
merujuk pada teori kekayaan media (Daft & Lengel 1984; Lengel & Daft, 1988).
Teori kekayaan Media menyatakan bahwa media komunikasi yang berbeda (misalnya,
telepon, email, memo) digunakan dalam organisasi memiliki tingkat yang berbeda kekayaan
(jumlah data bersama) informasi, dan tingkat kekayaan mempengaruhi bagaimana
komunikasi dirasakan.

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan merasa puas dengan
informasi yang mereka terima tentang pekerjaan mereka dari media komunikasi yang kaya
seperti pertemuan tatap muka dengan atasan mereka, percakapan telepon, dan pertemuan
departemen. Media komunikasi lain yang dapat meningkatkan komunikasi dalam organisasi
seperti pertemuan kuartalan, newsletter karyawan, atau memo tertulis dan pemberitahuan
juga berkontribusi dalam menambahkan informasi mereka.(Byrne & Elaine, 2006)
Dari hasil temuan yang telah dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa rendahnya
kreativitas dapat terjadi karena tidak adanya media komunikasi formal yang memfasilitasi ide
kreatif karyawan. Berdasarkan hal tersebut, untuk dapat meningkatkan kreativitas pada
perusahan, dapat dilakukan beberapa intervensi sebagai berikut:
1) Monthly Meeting
Intervensi ini dapat dijalankan untuk mengatasi rendahnya kreativitas dalam PT.
XYZ disebabkan oleh kurangnya wadah yang disediakan oleh perusahaan untuk
menampung ide karyawan. Komunikasi mempunyai peran yang cukup besar untuk
memperbesar atau memperkecil gap yang terjadi antara kelompok (Willemyns,
Gallois & Callan, 2003 dalam Dahesihsari, 2007). Karena itu dibutuhkan monthly
meeting yang dilakukan secara rutin untuk mengumpulkan seluruh ide yang ada
dari masing-masing perwakilan unit yang ada. Selain itu, komunikasi antar unit
sangat dibutuhkan agar dapat saling membantu dan berkoordinir dengan seluruh
unit yang ada dalam organisasi. Sasaran level dari intervensi ini adalah Level
Kelompok (Group) yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi
dalam kelompok
2) Division Meeting
Intervensi ini dapat dijalankan untuk mengatasi rendahnya kreativitas dalam PT.
XYZ disebabkan oleh kurangnya wadah yang disediakan oleh perusahaan untuk
menampung ide karyawan. Interaksi atau hubungan antar individu-individu dan
kelompok dalam setiap organisasi akan memunculkan harapan-harapan. Harapan
ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu yang harus diemban
oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi misi serta tujuan organisasi
(Lubis, 2008). Oleh karena itu, dibutuhkan Division meeting yang dilakukan dalam
sebuah unit secara rutin sebagai wadah pengumpulan ide kreatif yang dapat
menjadi harapan pengembangan organisasi dan koordinasi pelaksanaannya di

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
9
dalam setiap unit yang ada. Sasaran level dari intervensi ini adalah Level
Kelompok (Group) yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi
dalam kelompok.
3) Media Tulis/Buletin (News letter)
Intervensi ini dapat dijalankan untuk mengatasi rendahnya kreativitas dalam
PT. XYZ yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan karyawan mengenai bisnis
yang sedang dan rencana bisnis yang akan dijalankan oleh perusahaan.
Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian
dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja orang-
orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut (Lubis, 2008). Komunikasi adalah
penting untuk mengahasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi
dengan penerima informasi pada semua tingkat dalam organisasi (Lubis, 2008).
Karena itu perlu diadakannya sebuah media sebagai alat untuk dapat
memberitahukan bagaimana jalannya perusahaan beserta rencana usaha yang akan
dilakukan oleh perusahaan. Hal ini ditujukan agar seluruh informasi perusahaan
dapat sampai kepada seluruh karyawan secara merata. Buletin dianggap menjadi
sarana yang tepat karena mudah untuk didapatkan oleh setiap karyawan, karena
tidak membutuhkan akses internet dan tidak terhambat oleh jabatan/kelompok level
tertentu. Sasaran level dari intervensi ini adalah Level Individu yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan, pengalaman, keterampilan individu.
6. Kesimpulan dan Saran
Melalui penjelasan sebelumnya, permasalahan kreativitas yang muncul pada PT. XYZ
didasari oleh kurang terfasilitasinya komunikasi pada level individu, kelompok, dan
organisasi. Karena itu untuk mengembangakan organisasi, dibutuhkan intervensi
komunikasi pada setiap level yang ada.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Elton Mayo dan peneliti lainnya, komunikasi
di dalam organisasi dapat mengikatkan produktivitas pekerja. Komunikasi dapat
membantu penyebaran informasi pada karyawan, yaitu; informasi terkait tujuan
organisasi dan aktivitasnya, koordinasi tugas, interaksi antar karyawan, feedback, serta
peluang untuk berpartisipasi dalam proses organisasi. Para ilmuwan kreativitas
mengungkapkan beberapa cara dalam mengembangkan kreativitas yaitu;

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
10
a) Mendorong komunikasi aktif
Brainstorming tidak perlu harus dilakukan dalam rapat – rapat saja, tetapi ketika
melihat karyawan berbincang satu sama lain mereka sering memunculkan gagasan
– gagasan yang tidka biasa yang dapat digunakan untuk pengembangan
perusahaan
b) Menggunakan keanekaragaman
Para pakar kreativitas mengatakan bahwa mengupulkan orang dengan latar
belakang beraneka ragam meningkatkan proses pemupukan silang yang
membantu dalam menghasilkan gagasan – gagasan.
c) Kurangi rasa takut akan kegagalan & menanamkan sikap positif
Menganggap kesalahan dan kekeliruan sebagai peluang untuk belajar. Daripada
mencoba menemukan kesalahan – kesalahan dalam setiap gagasan yang muncul
doronglah orang – orang yang ada untuk menemukan nilai tambahnya terlebih
dahulu. Dengan demikian, orang – orang akan lebih bersedia untuk menyarankan
gagasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Higgins dalam Sefertzi (2000) yang
menyatakan bahwa mengembangkan kreativitas individu meliputi meningkatkan
penggunaan intuisi dan mengurangi hal – hal yang menghambat individu dalam
berkreasi seperti rasa takut akan kegagalan.
d) Berpikiran terbuka
Kemauan untuk mendengarkan semua gagasan yang muncul dan mencoba untuk
mengembangkan kapasitas untuk mengakui sebuah gagasan yang baik ketika
melihat suatu gagasan yang baik.
Daftar Pustaka
Amabile, T.M., Conti, R., Coon, H., Lazenby, J. and Herron, M. (1996). Assessing the work
environment for creativity. Academy of Management Journal, 39, 1154-1184.
Amelia, Agnes., Dahesihsari. (2010). Kaitan Antara Strategi Komunikasi Karyawan Asing
Dengan Intergroup Relation: Tinjauan dari Sisi Karyawan Lokal. Penerbit: Jakarta:
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Tahun terbit: 2010 Jenis: Thesis
Amy Foster. - . Diunduh dari: http://forbesfunds.org/tools/building-management-capacity
Anderson, N., et.al. (2010). The practitioner-researcher divide in Industrial, Work and
Organizational (IWO) psychology: Where are we now, and where do we go from
here?. Diunduh dari :
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1348/096317901167451/pdf

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
11
Armstrong, Michael.(2002). Employee Reward 3rd
ed. London : Chartered Inst. Of Personel
Development.
Byrne, Zinta S. & LeMay, Elaine. (2006). Different Media for Organizational
Communication: Perceptions of Quality and Satisfaction Source. Journal of Business
and Psychology, Vol. 21, No. 2, pp. 149-173.
Carrie`re, J & Bourque, C. (2009). The effects of organizational communication on job
satisfaction and organizational commitment in a land ambulance service and the
mediating role of communication satisfaction. Career Development International Vol.
14 No. 1. pp. 29-49.
Cummings, T.G. & Worley, C.G. (2005). Organization Development & Change 8th
ed. Ohio:
Thomson
Dahesihsari, 2007. Mengelola Keragaman dengan Komunikasi. Diunduh dari :
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/211086981_0853-3598.pdf
Frese, M., Teng, E., & Wijnen, C. J. D. (1999). Helping to improve suggestion systems:
Predictors of making suggestions in companies. Journal of Organizational Behavior,
20, 1139–1155.
Frese, M., Garst, H., & Fay, D. (2000). Control and complexity in work and the development
of personal initiative: A four-wave longitudinal struc- tural equation model of
occupational socialization. Manuscript submit- ted for publication.
Hellweg, Susan A & Phillips, Steven L. (1982). Communication and Productivity in
Organizations. Public Productivity Review, Vol. 6, No. 4. M.E Sharpe, Inc.
Jex dan Britt. (2008). Organizational Psychology. A Scientist-Practitioner Approach.
International student ed. Hoboken, N.J. : John Wiley & Sons Asia PTE.
Woodcock dan Francis (1994). Unblocking your Organization. Indiana : Gower Publishing.
Khan, Ullah., Farooq, Umar., Ullah. 2010. The Relationship between Rewards and Employee
Motivation in Commercial Banks of Pakistan. Diunduh dari :
www.eurojournals.com/rjis_14_06.pdf
Kylen, S. F., & Shani, A. B. (2002). Triggering Creativity in Teams: An Exploratory
Investigation. Creativity And Innovation Management. USA, MA: Blackwell
Publishers Ltd (Vol. 11 No.1) pp. 17-30.
Leenawong, Manu. The Initial Impact of Organizational Development Interventions on
Leadership, Teamwork, and Reward System upon Employee Satisfaction and
Motivation: A Case Study of ABC Sales Co., Ltd. Diunduh dari :
http://gsbejournal.au.edu/GP/Publication2/1.pdf
Lubis, Fatma W. (2008). Peranan Komunikasi Dalam Organisasi. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18705/1/har-jan2008-2%20(6).pdf
Mangundjaya, wustari H. & Mansoer, Wilman D. (2010). Pengembangan Human Capital
Melalui Program Pelatihan. Jakarta: Swascita.

Proceedings Temu Ilmiah Psikologi Sosial, Pekan Baru, 2-4 November 2012
12
NN. (2012). BCI Asia Top 10 Awards. Diunduh dari :
http://www.bciasia.com/top10/?&top10year=2012#detail
Oldham dan Cunnings (1996). Employee Creativity: Personal and Contextual Factors at
Work. The Academy of Management Journal, Vol. 39, No. 3. (Jun., 1996), pp. 607
634. Diunduh dari : http://www.d.umn.edu/~rdtaylor/p5.pdf
Palmer.I, Dunford. R & Akin.G. (2006). Managing Organizational Change. New York : Mc
Graw Hill
Paulus, P. B. (2000). Groups, teams and creativity: The creative potential of idea generating
groups. Applied Psychology: An International Review, 49, pp. 237-262.
Ramus, Catherine. (2001). Organizational support for employees: Encouraging creative
ideas for environmental sustainability. California Management Review; Spring 2001;
43, 3; ABI/INFORM Complete pg. 85
Rani, A.D. (2007). Hubungan Antara Iklim Organisasi Dengan Peluang Untuk Berkreasi
Pada Karyawan Desain PT. Batik Danar Hadi Surakarta. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro
Pratitia, Ida Irma. (2005). Program Penyusunan Career Path di Divisi Corporate Human
Resource Development. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Randall et.al. (2010). Work Psychology: Understanding Human Behaviour in the Workplace.
Harlow ; New York : Prentice Hall : Financial Times, cop.
Sefertzi, Eleni. (2000). Creativity. Diunduh dari:
http://www.adi.pt/docs/innoregio_creativityen.pdf
Sembiring, D. (2010). Pengaruh Komunikasi Organisasi Antara Pimpinan dan Bawahan
Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai di Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom)
Provinsi Sumatera Utara Terhadap Efektifitas Kerja. Tesis. Diunduh dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30471/5/Chapter%20I.pdf
Stenmark, D. (2005). Organisational creativity in context: Learning from a failing attempt to
introduce IT-support for creativity. International Journal of Technology and Human
Interaction, Vol. 1, Issue 4, pp. 80-98.
Timpe, A.D. (2002). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Kreativitas. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Yasin MM. (2002). The Theory and Practice of Benchmarking : Then and Now.
Benchmarking : An International Journal 9 (3) : 217-243.