Com Unitas

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG ISPA adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan yaitu organ tubuh yang dimulai dari hidung ke alveoli beserta adneksa (Romelan, 2006). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara berkembang. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari 1000 balita (Oktaviani, 2009). Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA mencakup 20-30% (Suhandayani, 2007). Untuk meningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencegahan Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes RI, 2002). Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan.

description

OK

Transcript of Com Unitas

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGISPA adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan yaitu organ tubuh yang dimulai dari hidung ke alveoli beserta adneksa (Romelan, 2006). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara berkembang. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari 1000 balita (Oktaviani, 2009). Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA mencakup 20-30% (Suhandayani, 2007). Untuk meningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencegahan Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes RI, 2002).Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Suhandayani, 2007). Penyebab ISPA paling berat disebabkan infeksi Streptococus pneumonia atau Haemophillus influenza. Banyak kematian yang diakibatkan oleh pneumonia terjadi di rumah, diantaranya setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi (Rasmaliah, 2004). Hasil survey kesehatan nasional di Indonesia tahun 2001 menunjukkan bahwa proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28 % artinya bahwa dari 100 bayi meninggal 28 disebabkan oleh penyakit ISPA dan terutama 80% kasus kematian ISPA pada balita adalah akibat Pneumonia. Angka kematian balita akibat pneumonia pada akhir tahun 2000 di perkirakan sekitar 4,9/1000 balita, berarti terdapat 140.000 balita yang meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia, atau rata-rata 1 anak balita Indonesia meninggal akibat pneumonia setiap 5 menit (Wahyuni, 2008).Dalam skala kecil, ISPA masih menjadi masalah kesehatan komunitas. ISPA merupakan salah salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak di mayoritas puskesmas seluruh kota Bengkulu. Salahsatunya, ISPA merupakan penyakit terbanyak di Puskesmas Perawatan Betungan dengan angka kejadian 2968 kasus (42%) selama tahun2014. Setiap tahunnya, insidensi kasus ISPA mengalami grafik peningkatan.Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Sutrisna (1993) faktor yang menyebabkan ISPA antara lain sosio-demografi, status gizi, tingkat pengetahuan pasien-keluarga, dan faktor lingkungan (kualitas udara). Masalah ISPA masih menjadi penyebab kunjungan terbesar di mayoritas puskesmas se-kota Bengkulu. Permasalahan ini belum teratasi secara komprehensif sehingga menyebabkan ISPA juga memiliki kunjungan ulang yang tinggi. Penulis berminat untuk melakukan analisis masalah ISPA pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Betungan menggunakan kerangka diagnosis komunitas. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar studi dan/atau pemberian rekomendasi ke Puskesmas Perawatan Betungan sebagai ujung tombak penanganan masalah kesehatan di komunitas ini, sehingga masalah ISPA dapat ditangani dengan lebih baik ke depannya.

1.2. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka diagnosis komunitas yang dibuat ini, mengidentifikasi faktor risiko penderita ISPA pada Balita di kelurahan Betungan kota Bengkulu tahun 2015. Setelah itu, diharapkan dapat dirancang perencanaan tatalaksana yang komprehensif untuk menurunkan kasus ISPA dan kunjungan ulangnya pada Balita. 1.3. TUJUAN1. Memperoleh gambaran karakteristik penderita ISPA pada Balita di kelurahan Betungan kota Bengkulu tahun 2015,2. Mengidentifikasi Faktor-faktor yang mungkin berkaitan terhadap tingginya insidensi ISPA pada Balita di kelurahan Betungan.3. Merencanakan solusi mampu laksana untuk mengatasi kasus ISPA secara komprehensif dan holistik di wilayah kerja PKM Perawatan Betungan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) A. Definisi ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua, ISPA atas dan bawah menurut Nelson (2002), Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis, sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia aspirasi.

Gambar 1. Anatomi saluran pernapasan manusia

B. Jenis-Jenis ISPA Penyakit Infeksi akut menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan aksesoris seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni antara lain : 1) Infeksi Infeksi merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2) Saluran pernapasan Saluran pernapasan merupakan organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. 3) Infeksi Akut Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ditentukan untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran pernafasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu : 1) ISPA Non-Pneumonia Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah batuk dan pilek (common cold). 2) ISPA Pneumonia Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah. Berdasarkan kelompok umur program-program pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasikan ISPA sebagai berikut : 1) Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas : a. Pneumonia berat : apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih. b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) : bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari 60 menit. 2) Kelompok umur 2 bulan -