Coloured slides template background · Identifikasi Proses Produksi 33. KESIMPULAN . Kode Aktivitas...
Transcript of Coloured slides template background · Identifikasi Proses Produksi 33. KESIMPULAN . Kode Aktivitas...
WINTER Template
01
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2012
IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING di PT.X,
PASURUAN
Peneliti Tugas Akhir :
M. Fajar Askari (2508.100.116)
Dosen Pembimbing :
H. Hari Supriyanto, Ir, MSIE.
WINTER Template
02 PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PENELITIAN
OUTLINE PRESENTASI
PENGUMPULAN &
PENGOLAHAN DATA ANALISA &
INTERPRETASI DATA
KESIMPULAN & SARAN
WINTER Template
03
PENDAHULUAN
WINTER Template
04 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
PERUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
RUANG LINGKUP
PENELITIAN
MANFAAT PENELITIAN
WINTER Template
05 LATAR BELAKANG
Suction
Duct
07 PERMASALAHAN
Finishing
Defect
5%
Overproduction
10%
Rework
7%
COPQ >20%
09 PERUMUSAN MASALAH
bagaimana meningkatkan kualitas produk dan meminimalisasi waste pada proses produksi dengan pendekatan lean manufacturing
10 TUJUAN PENELITIAN
1 • Mengidentifikasi dan mengetahui
waste pada proses produksi.
2 • Mengidentifikasi dan mengetahui
penyebab waste kritis yang berpengaruh terhadap kualitas produk.
3 • Memberikan rekomendasi perbaikan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas.
11 RUANG LINGKUP PENELITIAN
• Penelitian dilakukan pada departemen produksi.
1
BATASAN
12 RUANG LINGKUP PENELITIAN
• Proses produksi berjalan normal selama penelitian dilakukan
1
• Kebijakan perusahaan selama dilakukan penelitian tidak mengalami perubahan
2
ASUMSI
13 MANFAAT PENELITIAN
Perusahaan dapat mengetahui waste yang
paling kritis yang berpengaruh terhadap
kualitas produk, sehingga dapat mengidentifikasi
penyebab dan menentukan langkah untuk mengeliminasi
waste tersebut.
Perusahaan dapat memperoleh rekomendasi
rencana perbaikan untuk mereduksi
waste pada proses produksi.
14
TINJAUAN PUSTAKA
15 TINJAUAN PUSTAKA
LEAN MANUFACTURING
RUBBER HOSE
KUALITAS
PARETO CHART
BIG PICTURE MAPPING
COST OF POOR
QUALITY
E-DOWNTIME
RCA
FMEA
26
METODOLOGI
PENELITIAN
27
IDENTIFIKASI
MASALAH
PERUMUSAN MASALAH
PENENTUAN TUJUAN
STUDI PUSTAKA & SURVEY LAPANGAN
TAHAP IDENTIFIKASI AWAL
28 TAHAP PENGUMPULAN &PENGOLAHAN DATA
IDENTIFIKASI PROSES
PRODUKSI
PEMETAAN PROSES
PRODUKSI
IDENTIFIKASI WASTE
CRITICAL WASTE
29 TAHAP ANALISA DAN PERBAIKAN
ANALISA CRITICAL WASTE RCA FMEA
ANALISA FMEA
IMPROVEMENT
30 KESIMPULAN dan SARAN
KESIMPULAN
SARAN KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pengumpulan dan Pengolahan Data
32 Big Picture Mapping
KESIMPULAN
33 Identifikasi Proses Produksi
KESIMPULAN
Kode Aktivitas yang dilakukan VAA
NVAA NNVAA
1 Pembuatan Compound
1a pengambilan bahan baku V
1b inspeksi bahan baku V
1c penimbangan bahan baku V
1d pencampuran bahan baku V
1e penggilingan bahan baku V
1f pemberian oli dan bahan-bahan kimia
V
a mencari letak bahan baku V
b mencari oli dan bahan-bahan kimia V
2 Pembuatan Rubber Sheet
2a
pemasukan bongkahan compound pada mesin
V
2b penipisan bongkahan compound V
2c inspeksi hasil penipisan V
2d pendinginan rubber sheet V
2e Penggulungan rubber sheet V
a Mondar-mandir disekitar lokasi pembuatan rubber sheet.
V
b Menunggu bongkahan compound menumpuk
V
3 Pembuatan Nylon Cord
3a pemasangan benang nylon pada mesin
V
3b pemasukan rubber sheet V
3c penggulungan nylon cord V
3d pemberian lapisan plastik V
3e pemberian tepung V
3f pemotongan nylon cord V
a mencari lapisan plastik V
b mencari tepung V
4 Wrapping
4a pemasangan pipa mandrell V
4b pemberian pelumas pada pipa mandrell
V
4c pelilitan nylon cord V
4d pemasangan kawat baja V
4e pelilitan nylon cord V
4f pelilitan cover V
4g pemasangan rugos/merk V
4h pelilitan benang nylon V
a Membersihkan lantai disekitar daerah proses wrapping
V
b Mencari rugos/merk yang akan dipasang V
34 Identifikasi Proses Produksi
KESIMPULAN
5 Vulkanisasi
5a
penyusunan pipa mandrell pada kereta
V
5b pemasukan pipa mandrell kedalam mesin
V
5c Pengovenan pipa mandrell. V
6 Unwrapping
6a pengeluaran pipa dari dalam mesin V
6b Pemasukan pipa mandrell kedalam mesin unwrapping.
V
6c pembukaan benang nylon dan rugos dengan mesin unwrapping
V
6d
Pemisahan pipa mandrell dengan rubber hose dengan bantuan angin.
V
6e inspeksi rubber hose V
a melakukan rework pada produk V
7 Penggulungan & Packing
7a
Penaruhan produk pada alat penggulung
V
7b Penggulungan produk V
7c Pemasangan plastik pembungkus pada mesin
V
7d
Pemasukan produk kedalam mesin
V
7e Penyalaan mesin wrapping V
7f Peletakan produk yang telah diwrap dengan plastik ke gudang produk jadi
V
a Mondar-mandir disekitar lokasi penggulungan & packing V
b Menunggu produk menumpuk V
35 Identifikasi Aktivitas
KESIMPULAN
VAA 30%
NVAA 25%
NNVAA 45%
chart aktivitas
36 Identifikasi Waste
KESIMPULAN
WASTE
DEFECT
OVER PRODUCTION
WAITING
UNDERUT-ILIZED
EMPLOYEE INVENTORY
EXC. MOTION
EXC. PROCESS-
ING
37 Identifikasi Cost of Poor Quality
KESIMPULAN
no waste biaya waste
1 defect Rp 39.100.000
2 overproduction Rp 24.050.000
3 waiting Rp 11.270.000
4 inventory Rp 2.300.000
5 excessive processing Rp 14.331.100
6 excessive motion Rp 6.670.000
7 underutilized employee Rp 2.530.000
Total Rp 100.251.100
38 Waste Paling Berpengaruh
KESIMPULAN
39 Identifikasi Penyebab Waste Paling Berpengaruh
Waste sub waste why 1 why 2 why 3 why 4
Defect
Rubber sheet tidak bisa
diproses Rubber sheet terlalu
keras rubber sheet
terlalu panas
proses
penggilingan
terlalu lama
kelalaian
pekerja
bagian
pembuatan
rubber sheet
Potongan Rubber sheet
kurang baik mata pisau alat
pemotong tumpul
tidak
dilakukan
penggantian
mata pisau
spare part
mata pisau
tidak tersedia
tidak ada
kebijakan
inventory
spare part
Selang Bocor terdapat bagian selang
yang berlubang
pelilitan nylon
cord kurang
baik
melanggar
prosedur
proses
wrapping
kelalaian
pekerja
bagian
wrapping
pemisahan
pipa mandrell
dengan rubber
hose kurang
baik
melanggar
prosedur
proses
unwrapping
kelalaian
pekerja
bagian
unwrapping
40 Identifikasi Penyebab Waste Paling Berpengaruh
Waste sub waste why 1 why 2 why 3
Overproduction produksi
barang
berlebih
mengantisipasi
peningkatan
pesanan
kesalahan
perencanaan
produksi
kelalaian
bagian PPC
41 Identifikasi Penyebab Waste Paling Berpengaruh
Waste sub waste why 1 why 2 why 3 why 4
excessive
processing
melakukan
rework
produk
cacat
ukuran selang
tidak sesuai
spesifikasi
kesalahan
menerapkan
prosedur
vulkanisasi
mesin
autoclave
belum
diset ulang
kelalaian
pekerja
vulkanisasi
42 Identifikasi Penyebab Waste Paling Berpengaruh
Waste sub waste why 1 why 2 why 3 why 4 why 5
waiting
bagian
wrapping
menunggu
nylon cord
nylon cord
tidak tersedia
rubber sheet
belum ada
compound
belum tersedia
lama dalam
proses
pembuatan
compound
bahan baku
tidak tertata
pemotongan
rubber sheet
kurang baik
mata pisau alat
pemotong
kurang tajam
tidak ada
penjadwalan
maintenance
spare part mata
pisau
bagian
packaging
menunggu
produk
produk tidak
tersedia
produk belum
selesai
diproses
melakukan
rework pada
produk
kesalahan
penerapan
prosedur
kelalaian
pekerja
pipa mandrell
untuk di
unwrapping
belum ada
pipa mandrell
belum bisa
divulkanisasi
kapasitas
mesin tidak
mencukupi
43 Failure Mode and Effect Analysis Waste sub waste Effect 1 Effect 2 S Cause O Control D RPN
Rubber
sheet tidak
bisa
diproses
menghambat
laju produksi
penurunan
kualitas4
kelalaian
pekerja
bagian
pembuatan
rubber sheet
6
Inspeksi
secara
visual
1 24
Potongan
Rubber
sheet
kurang baik
menghambat
laju produksi
penurunan
kualitas9
tidak ada
kebijakan
inventory
spare part
5
Inspeksi
secara
visual
1 45
Rework pada
produk
penurunan
kualitas5
kelalaian
pekerja
bagian
unwrapping
10
Inspeksi
secara
visual
3 150
Rework pada
produk
penurunan
kualitas5
kelalaian
pekerja
bagian
wrapping
10
Inspeksi
secara
visual
3 150
tenaga kerja
menganggur
penurunan
kualitas4
bahan baku
tidak tertata9
perlu
dilakukan
analisa
lebih
lanjut
1 36
tenaga kerja
menganggur
penurunan
kualitas9
tidak ada
penjadwalan
maintenance
spare part
mata pisau
7
perlu
dilakukan
analisa
lebih
lanjut
1 63
tenaga kerja
dan mesin
menganggur
penurunan
kualitas4
kelalaian
pekerja10
perlu
dilakukan
analisa
lebih
lanjut
1 40
tenaga kerja
dan mesin
menganggur
penurunan
kualitas5
kapasitas
mesin tidak
mencukupi
10
perlu
dilakukan
analisa
lebih
lanjut
1 50
Over
production
produksi
barang
berlebih
inefisiensi
pada tenaga
kerja, waktu
dan fasilitas
penurunan
kualitas
produk
5kelalaian
bagian PPC6
perlu
dilakukan
analisa
lebih
lanjut
1 30
excessive
processing
melakukan
rework
produk
cacat
inefisiensi
pada tenaga
kerja, waktu
dan fasilitas
penurunan
kualitas
produk
5
kelalaian
pekerja
bagian
vulkanisasi
10
perlu
dilakukan
analisa
lebih
lanjut
1 50
Defect
Selang
Bocor
waiting
bagian
wrapping
menunggu
nylon cord
bagian
packaging
menunggu
produk
44 Alternatif kebijakan perbaikan
No Alternatif Perbaikan Yang
Mungkin Ditujukan Untuk Mengatasi
Kegagalan:
1 Pengadaan pelatihan untuk direct labor
(pekerja bagian wrapping, unwrapping,
dan vulkanisasi)
Selang bocor dan Rework pada
produk
2 Penjadwalan maintenance spare part
mata pisau alat pemotong Bagian wrapping menunggu nylon
cord
3 Pengadaan pelatihan untuk indirect
labor (pekerja bagian PPC) Produksi barang berlebih
45 Pemilihan Kebijakan Perbaikan
no kriteria performansi
1 Efisiensi proses produksi
2 Tingkat kualitas produk
3 Pemberian reward/punishment
No Alternatif Keterangan
1 0 Tidak menerapkan perbaikan
2 1 Menerapkan perbaikan 1
3 2 Menerapkan perbaikan 2
4 3 menerapkan perbaikan 3
5 4 Menerapkan kombinasi perbaikan 1 dan 2
6 5 Menerapkan kombinasi perbaikan 1 dan 3
7 6 Menerapkan kombinasi perbaikan 2 dan 3
8 7 menerapkan kombinasi perbaikan 1,2, dan 3
46 Alternatif Kebijakan Perbaikan Berdasarkan Performansi, Biaya& Value
1 2 3
0,663 0,252 0,85
0 Kondisi Awal 6 5 5 9,49 49.870.656Rp 49.870.656Rp 1
1 1 11 9 14 21,46 50.870.656Rp 112.802.925Rp 2,22
2 2 7 13 10 16,42 49.957.456Rp 86.290.742Rp 1,73
3 3 6 6 11 14,84 51.205.656Rp 78.001.743Rp 1,52
4 1,2 13 13 15 24,65 50.957.456Rp 129.538.608Rp 2,54
5 1,3 11 9 15 22,31 52.205.656Rp 117.270.679Rp 2,25
6 2,3 9 13 16 22,84 51.292.456Rp 120.066.968Rp 2,34
7 1,2,3 14 13 17 27,01 52.292.456Rp 141.958.967Rp 2,71
ValueNo Alternatif
Bobot Kriteria
Performance Cost
Konversi nilai
performance kedalam
satuan uang (rupiah)
47 Kebijakan Perbaikan Terpilih
Berdasarkan konsep Value Based
Management, diperoleh kebijakan perbaikan
dengan nilai value yang tertinggi, yaitu alternatif
7 yang mengimplementasikan:
1. Pengadaan pelatihan untuk direct labor.
2. Penjadwalan maintenance mata pisau alat
potong.
3. Pengadaan pelatihan untuk indirect labor.
48 Kelebihan AlternatifTerpilih
1. Membantu direct labor dalam memahami cara kerja mesin maupun prosedur proses produksi sehingga dapat mengantisipasi bila terdapat indikasi error pada mesin maupun kesalahan pada penerapan prosedur proses produksi sehingga dapat mengurangi
defect yang terjadi. 2. Mengurangi terjadinya waste defect maupun waiting yang terjadi dikarenakan tumpulnya mata pisau alat pemotong. Sehingga kerugian perusahaan yang diakibatkan oleh tidak adanya penjadwalan maintenance mata pisau alat pemotong ini dapat direduksi. 3. Membantu indirect labor dalam merencanakan produk yang akan diproduksi sehingga dapat mengurangi overproduction yang terjadi.
49 Kekurangan Alternatif Terpilih
1. Para pekerja yang kebanyakan memiliki tingkat pendidikan yang rendah akan kesulitan ketika menerima materi pelatihan yang diadakan dan akan sangat mudah untuk melupakan pelatihan yang telah didapatkan.
50 Kesimpulan
1. Waste yang terdapat pada proses produksi PT.X adalah defect,
overproduction, waiting, underutilized people, over inventory, excessive
motion dan excessive processing. 2. Waste yang paling berpengaruh terhadap kualitas PT. X adalah waste
dengan kategori defect, overproduction, waiting dan excessive processing. 3. Penyebab terjadinya waste yang paling berpengaruh terhadap kualitas PT. X adalah: a) Untuk waste kategori defect, penyebab utamanya adalah kelalaian pekerja bagian wrapping dan unwrapping. b) Untuk waste kategori overproduction, penyebab utamanya adalah kelalaian pekerja bagian PPC. c) Untuk waste kategori waiting, penyebab utamanya adalah tidak ada penjadwalan maintenance spare part mata pisau alat pemotong. d) Untuk waste kategori excessive processing penyebab utamanya adalah kelalaian pekerja bagian vulkanisasi.
51 Kesimpulan
4. Alternatif kebijakan perbaikan untuk meningkatkan kualitas yang dapat dipilih oleh PT.X adalah sebanyak delapan alternatif kebijakan mulai dari tidak menerapkan alternatif perbaikan sampai dengan menerapkan semua alternatif perbaikan yang ada. 5. Kriteria penilaian untuk menilai performansi adalah sebanya tiga kriteria yaitu efisiensi proses produksi; tingkat kualitas produk; dan pemberian reward/punsihment dengan bobot masing-masing kriteria sebesar 66,3%, 25,2%, dan 8,5%. 6. Berdasarkan nilai performansi tertinggi maka alternatif yang dipilih adalah alternatif 7, alternatif 4 dan alternatif 6 dengan nilai performansi masing-masing alternatif sebesar 27,01; 24,65; dan 22,84.
52 Kesimpulan
7. Berdasarkan biaya terendah maka alternatif yang dipilih adalah alternatif 2, alternatif 1 dan alternatif 4 dengan biaya masing-masing alternatif sebesar Rp 49.957.456,00; Rp 50.870.656,00; dan Rp 50.957.456,00. 8. Berdasarkan value tertinggi maka alternatif yang dipilih adalah alternatif 7, alternatif 4 dan alternatif 6 dengan value masing-masing alternatif sebesar 2,71; 2,54; dan 2,34. 9. Kebijakan perbaikan yang sesuai dengan kondisi PT. X adalah dengan pengadaan pelatihan untuk direct labor, penjadwalan maintenance mata pisau alat potong dan pengadaan pelatihan untuk indirectlabor (PPC) dengan peningkatan performansi perusahaan sebesar 284% dan peningkatan value sebesar 271%.
53 Saran
1. Sebaiknya perusahaan menerapkan alternatif yang sesuai dengan kondisi perusahaan.
2. Dalam melakukan continous improvement maka perusahaan dapat melakukan kontrol pada tiap periode tertentu. 3. Masih terdapat beberapa permasalahan yang belum diselesaikan karena penelitian bersifat kontinu.
31 DAFTAR PUSTAKA Arthur, J. 2011. Lean Six Sigma Demystified : Hard Stuff Made Easy (2nd Edition), New York: Mc Graw Hill. Brown, Garret D. & O'rourke, Dara. 2007. Lean Manufacturing Comes to China: A Case Study of its Impact
on Workplace Health and Safety. International Journal Occupation Environmental Health. Chrysler, Daimler. 2004. Process Sign-Off (5th Edition) Chrysler, Daimler. 2001. Potential Failure Mode and Effect Analysis : Reference Manual (3rd Edition) . Foster, S. Thomas. 2004. Managing Quality : An Integrative Approach, New Jersey : Prentice Hall. Furterer, Sandra L. 2009. Lean Six Sigma in Service, New York, CRC Press. Gaspersz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gaspersz, Vincent. 2006. Continuous Cost Reduction Through Lean-Sigma Approach. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Harrington, H. James. 1991. Business Process Improvement : The Breakthrough Strategy for Total Quality,
Producticity, and Competitiveness, New York: Mc Graw Hill. Hines, P. & Taylor, D. 2000. Going Lean, Cardiff, Lean Enterprise Research Centre. Hobbs, Dennis P. 2004. Lean Manufacturing Implementation : A Complete Execution Manual for Any Size
Manufacturer. Florida : J. Ross Publishing, Inc. Latino, Robert J. & Latino, Kenneth C. 2002. Root Cause Analysis : Improving Performance for Bottom-Line
Results, New York: CRC Press. Liker, Jeffrey K. 2004. Becoming Lean: Inside Stories of U.S. Manufacturers. New York : Productivity Press, a division of Kraus Productivity Organization, Ltd. Marudhamuthu, R. & Krishnaswamy, M. 2009. The Development Of Green Environment Through Lean Implementation In A Garment Industry. ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences 6. Melton, T. 2005. The Benefits of Lean Manufacturing : What Lean Thinking has to Offer the Process
Industries. Chemical Engineering Research and Design Journal.
32 DAFTAR PUSTAKA Pyzdek, T. & Keller, P. A. 2010. The Six Sigma Handbook. A Complete Guide for Green Belts, Black Belts,
and Managers at All Levels. New York: Mc. Graw Hill. Inc. Qiu, X. & Chen, X. 2009. Evaluate The Environmental Impacts Of Implementing Lean In Production Process
Of Manufacturing Industry .Master of Science, Chalmers University Of Technology. Quality Improvement International. 2001. Six Sigma Metrics, <URL: http://www.sixsigma-qi2.com/six-sigma- metrics.htm>. Diakses tanggal 17 Maret 2012. Reid, R. & Sanders, Nada R. 2005. Operations Management. New York: John Wiley & Sons, Inc. Six Sigma Tutorial. 2007. Understanding Defect Based Six Sigma Metrics: DPO, DPMO, PPM, DPU, Yield , <URL: http://sixsigmatutorial.com/defect-based-six-sigma-metrics-dpo-dpmo-ppm-dpu- yield/276/.htm>. Diakses tanggal 17 Maret 2012. Taylor, David & Brunt, David. 2001. Manufacturing Operations and Supply Chain Management : The Lean
Approach. Great Britain : Thomson. The Rubber Manufacturers Association, Inc. 2005. Hose Handbook. Tinoco, Juan C. 2004. implementing of Lean Manufacturing. Master of Science, University of Wisconsin- Stout.
Effect Severity Rating
Tidak ada Tidak berpengaruh terhadap proses produksi 1
Sangat minor Sedikit berpengaruh terhadap proses produksi,
namun dapat diabaikan 2
Minor Berpengaruh terhadap proses produksi, namun
dapat diabaikan 3
Sangat rendah Berpengaruh terhadap proses produksi, tidak
menyebabkan kerusakan produk 4
Rendah Berpengaruh terhadap proses produksi,
terdapat peluang kerusakan produk 5
Sedang
Berpengaruh terhadap proses produksi,
kerusakan produk pasti terjadi 6
Menghentikan satu atau dua proses produksi
Tinggi
Berpengaruh terhadap proses produksi,
kerusakan produk pasti terjadi 7
Menghentikan tiga atau sebagian proses
produksi
Sangat tinggi
Berpeluang membahayakan operator
8 Menghentikan sebagian proses produksi
Kerusakan pada produk pasti terjadi
Berbahaya
Membahayakan operator
9 Menghentikan sebagian proses produksi
Terdapat peluang kerusakan fasilitas
Sangat berbahaya
Membahayakan operator
10 Menghentikan seluruh proses produksi
Menyebabkan kerusakan pada fasilitas
Rating Tingkat
kejadian Probabilitas kejadian
1 Tidak pernah 0%
2 Jarang
0%-0,3%
3 0,4%-0,7%
4 Kadang-
kadang
0,8%-1,1%
5 1,2%-1,5%
6 Lumayan sering
1,6%-1,9%
7 2%-2,3%
8 Sering
2,4%-2,7%
9 2,8%-3%
10 Sangat sering >3%
Occurance defect
Rating Tingkat
kejadian Probabilitas kejadian
1 Tidak pernah 0%
2 Jarang
0%-2%
3 3%-5%
4 Kadang-
kadang
6%-8%
5 7%-9%
6 Lumayan sering
10%-12%
7 13%-15%
8 Sering
16%-18%
9 19%-20%
10 Sangat sering >20%
Occurance waiting
Occurance overproduction
Occurance excessive processing Rating Tingkat
kejadian Probabilitas kejadian
1 Tidak pernah 0%
2 Jarang
0%-1%
3 1%-2%
4 Kadang-
kadang
2%-3%
5 3%-4%
6 Lumayan sering
4%-5%
7 5%-6%
8 Sering
6%-7%
9 8%-10%
10 Sangat sering >10%
Rating Tingkat
kejadian Probabilitas kejadian
1 Tidak pernah 0%
2 Jarang
0%-0,3%
3 0,4%-0,7%
4 Kadang-
kadang
0,8%-1,1%
5 1,2%-1,5%
6 Lumayan sering
1,6%-1,9%
7 2%-2,3%
8 Sering
2,4%-2,7%
9 2,8%-3%
10 Sangat sering >3%
Detection Keterangan Rating
Hampir
pasti
Pemborosan langsung dapat dideteksi
1 Tidak membutuhkan alat bantu deteksi
Hasil deteksi sangat akurat
Sangat
mudah
Pemborosan dapat dideteksi melalui inspeksi visual
2 Tidak membutuhkan alat bantu deteksi
Hasil deteksi akurat
Mudah
Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi
Pemborosan 3
Pemborosan baru dapat diketahui setelah terjadi
Agak
mudah
Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi
kegagalan 4
Pemborosan dapat diketahui saat proses telah selesai
Sedang
Membutuhkan alat bantu dalam mendeteksi
kegagalan 5
Pemborosan baru terdeteksi saat dilakukan analisa lebih lanjut
Agak susah
Membutuhkan alat bantu yang canggih
6 Dibutuhkan metode untuk mengetahui
Pemborosan yang terjadi
Susah Membutuhkan alat bantu yang canggih
7 Pemborosan mulai sulit untuk dideteksi
Sangat
susah
Membutuhkan alat bantu yang canggih 8
Hasil deteksi tidak akurat
Amat
sangat
susah
Alat bantu mulai tidak dapat digunakan untuk mendeteksi
9 Hasil deteksi buruk
Pemborosan baru diketahui setelah dilakukan evaluasi