Colostomy
-
Upload
kefas-prasetya -
Category
Documents
-
view
133 -
download
10
Transcript of Colostomy
![Page 1: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/1.jpg)
MANAGEMENT STOMA KOLOSTOMI
PRODI SI KEPERAWATAN STIKES KARYA HUSADA
SEMARANG
2012
Oleh :
Kelompok V
Atik Rohana 1207003
Heni Arifah 1207013
Kefas Prasetya adi 1207015
Sudibyo 1207026
![Page 2: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULAUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki lima kebutuhan dasar berdasarkan hirarki Maslow.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan prioritas tertinggi, meliputi oksigen,
cairan, nutrisi, temperature, eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks.
Kebutuhan fisiologis: eliminasi, terbagi dua yaitu eliminasi urine dan
eliminasi fekal. Eliminasi urine berhubungan dengan pengeluaran urine dan
melibatkan organ-organ seperti ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Eliminasi fekal berhubungan dengan pengeluaran feses dan melibatkan
organ-organ pencernaan bawah meliputi usus halus (duodenum, jejunum, dan
ileum) dan usus besar (sekum, kolon, apendiks, dan rektum)
(Mubarak&Chayatin, 2008).
Kebutuhan fisiologis dapat saja terganggu pemenuhannya dan merupakan
tugas perawat dalam membantu klien maupun keluarga untuk memenuhi
kebutuhan ini (Potter&Perry, 2006). Kebutuhan fisiologis yang bisa
terganggu pemenuhannya adalah kebutuhan eliminasi fekal. Empat gangguan
umum yang berhubungan dengan eliminasi fekal meliputi konstipasi, diare,
inkontinensia fekal, dan flatulence (Kozier,et al, 2008, hlm.1328)
Ostomi atau stoma adalah pembukaan yang dibuat dari sistem
gastrointestinal, sistem urinary, atau sistem respirasi dan membentuk lubang
di kulit (Kozier,et al, 2008, hlm 1330)
![Page 3: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/3.jpg)
Tindakan kolostomi menyebabkan saluran pencernaan menjadi lebih
pendek karena pengangkatan seluruh atau sebagian kolon, mengurangi
aborbsi air dan elektrolit, sebagian besar:sodium dan potassium. Setelah
kolostomi, disarankan untuk meningkatkan intake cairan. Bila kekurangan
cairan harus diperhatikan tanda-tanda dehidrasi yaitu penurunan keluaran
urine, warna urine kuning tua, kehausan, mulut&kulit kering (Changi General
Hospital,2009).
Gangguan eliminasi lain yang bisa terjadi adalah diare. Diare merupakan
peningkatan cairan yang abnormal pada feses dan pada berat (volume) feses
harian (Brunner & Suddarth’s, 2008). Makanan pedas dapat menyebabkan
diare dan flatus pada sebagian individu (Kozier,et al, 2008, hlm 1337).
Penyebab diare yang lain adalah stress psikologis, bakteri, makanan yang
terkontaminasi, obat-obatan, alergi, dan iritasi usus (Mubarak&Chayatin,
2008, hlm 105).
Perawatan kolostomy adalah tindakan membersihkan luka stoma dan
mengganti kantong kolostomi dengan yang baru.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah management luka kolostomi
(stoma kolostomi) adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah wound
healing.
![Page 4: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/4.jpg)
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan makalah management luka kolostomi
(stoma kolostomi) adalah:
a. Mahasiswa memahami pengertian dari kolostomi
b. Mahasiswa memahami indikasi dari kolostomi
c. Mahasiswa memahami jenis-jenis kolostomi
d. Mahasiswa memahami karakteristik luka kolostomi
e. Mahasiswa memahami anatomi fisiologi colon
f. Mahasiswa memahami pemeriksaan penunjang pada kolostomi
g. Mahasisw bisa melakukan pengkajian pada pasien dengan kolostomi
h. Mahasiswa bisa melakukan perawatan luka kolostomi
![Page 5: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan
buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan
ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer
Schrock, MD, 1983).
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli
bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen,
1991).
Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara
bedah(Keperawatan Medical Bedah, Brunner & suddart hal 1127)
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga
jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi
dapat dibuat secara permanen maupun sementara.
B. Anatomy Fisiologis Colon
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar
5 kaki (sekitar 1,5 m) yang mulai sekum sampai kanalis ani. Diameter usus
besar sudah pasti lebih besar dari usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar
6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Kolon dibagi lagi
menjadi kolon asendens, transversum, desenden dan sigmoid. Sekum
menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Tempat dimana
![Page 6: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/6.jpg)
kolon membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas
berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon
sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk-
S, lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu
dengan rektum, yang menjelaskan alasan anatomis meletakkan penderita pada
sisi kiri bila diberi enema. Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan
rektum dan terbentang dari kolon sigmoid sampai anus (muara ke bagian
luar). Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 5,9 inci (15 cm).
Usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti juga bagian usus
lainnya. Akan tetapi, ada beberapa gambaran yang khas pada usus besar saja.
Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam
tiga pita yang dinamakan taenia koli. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih
tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau
rugae. Kriptus Lieberkuhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan
mempunyai lebih banyak sel goblet dari pada usus halus.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan
dengan suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior
memperdarahi belahan bagian kanan (sekum, kolon asendens dan dua pertiga
proksimal kolon transversum), dan arteria mesenterika inferior memperdarahi
belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens dan
sigmoid, dan bagian proksimal rectum). Aliran balik vena dari kolon dan
rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior dan vena
hemoroidalis superior.
![Page 7: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/7.jpg)
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan
perkecualian sfingter eksterna yang berada di bawah kontrol volunter.
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi,
serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan perangsangan parasimpatis
mempunyai efek yang berlawanan.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah
mengabsorbsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon
bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung
massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi sekitar 600 ml air per hari, bandingkan dengan usus
halus yang mengabsorpsi sekitar 8.000 ml. Kapasitas absorpsi usus besar
adalah sekitar 2.000 ml/hari. Sedikitnya pencernaan yang terjadi di usus besar
terutama diakibatkan oleh bakteri dan bukan karena kerja enzim.
![Page 8: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/8.jpg)
C. Indikasi
Indikasi colostomy permanen sebagian besar disebabkan oleh ca colon
Indikasi Colostomy Temporar adalah
1. Atresia Ani
Penyakit atresia ani adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembuatan lubang anus
yang tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz, 2002). Menurut
Suriadi (2006), Atresi ani
atau imperforata anus
adalah tidak komplit
perkembangan embrionik
pada distal usus (anus)
tertutupnya anus secara
abnormal.
2. Hirschprung
Penyakit Hirschprung atau
megakolon aganglionik bawaan
disebabkan oleh kelainan
inervasi usus, mulai pada
sfingter ani interna dan meluas
ke proksimal, melibatkan
![Page 9: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/9.jpg)
panjang usus yang bervariasi (Nelson, 2000). Penyakit Hischprung disebut
juga kongenital aganglionosis atau megacolon yaitu tidak adanya sel
ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon (Suriadi, 2006)
3. Malforasi Anorektum
Istilah Malforasi Anorektum merujuk pada suatu spektrum cacat. Perhatian
utama ditujukan pada pengendalian usus selanjutnya, fungsi seksual dan
saluran kencing. Beberapa kelainan yang memerlukan pembedahan
kolostomi adalah;
a. Fistula Rektovesika
Pada penderita Fistula Rektovesika, rektum berhubungan dengan
saluran kencing pada setinggi leher vesika urinaria. Mekanisme sfingter
sering berkembang sangat jelek. Sakrum sering tidak terbentuk atau
sering kali tidak ada. Perineum tampak datar. Cacat ini mewakili 10%
dari seluruh penderita laki-laki dengan cacat ini. Prognosis fungsi
ususnya biasanya jelek. Kolostomi diharuskan selama masa neonatus
yang disertai dengan operasi perbaikan korektif (Nelson, 2000).
b. Fistula Rektouretra
Pada kasus Fistula Rektouretra, rektum berhubungan dengan bagian
bawah uretra atau bagian atas uretra. Mereka yang mempunyai Fistula
Rektoprostatik mengalami perkembangan sakrum yang jelek dan sering
perineumnya datar. Penderita ini mengalami kolostomi protektif selama
masa neonatus. Fistula Rektouretra merupakan cacat anorektum yang
paling sering pada penderita laki-laki ( Nelson, 2000).
![Page 10: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/10.jpg)
c. Atresia Rektum
Atresia Rektum adalah cacat yang jarang terjadi, hanya 1% dari
anomali anorektum. Tanda yang unik pada cacat ini adalah bahwa
penderita mempunyai kanal anus dan anus yang normal ( Nelson,
2000).
d. Fistula Vestibular
Fistula Vestibular adalah cacat yang paling sering ditemukan pada
perempuan. Kolostomi proteksi diperlukan sebelum dilakukan operasi
koreksi, walaupun kolostomi ini tidak perlu dilakukan sebagai suatu
tindakan darurat karena fistulanya sering cukup kompeten untuk
dekompresi saluran cerna ( Nelson, 2000).
e. Kloaka Persisten
Pada kasus Kloaka Persisten, rektum, vagina, dan saluran kencing
bertemu dan menyatu dalam satu saluran bersama. Perineum
mempunyai satu lubang yang terletak sedikit di belakang klitoris.
Kolostomi pengalihan terindikasi pada saat lahir, lagipula penderita
yang menderita kloaka mengalami keadaan darurat urologi, karena
sekitar 90% diserai dengan cacat urologi. Sebelum kolostomi, diagnosis
urologi harus ditegakkan untuk mengosongkan saluran kencing, jika
perlu pada saat yang bersamaan dilakukan kolostomi (Nelson, 2000).
D. Jenis Colostomy
1. Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya;
a. transversokolostomi merupakan kolostomi di kolon transversum
![Page 11: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/11.jpg)
b. sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid
c. kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden
d. kolostomi asenden, adalah kolostomi di asenden
(Suriadi, 2006)
2.
Berdasarkan Penggunaannya
a. Kolostomi Permanen
Kolostomi permanen diperlukan ketika tidak terdapat lagi segmen usus
bagian distal setelah dilakukan reseksi atau untuk alasan tertentu usus
tidak dapat disambung lagi. Kolostomi dibuat untuk menggantikan
fungsi anus bila anus dan rectum harus diangkat.
Kolostomi permanen harus hati-hati ditempatkan untuk memudahkan
dalam penganganan jangka panjang. Kolostomi permanen biasanya
dibuat pada kolon kiri pada fossa iliaka kiri.
Kolostomi permanen dilakukan pada beberapa kondisi tertentu,
termasuk sekitar 15% oleh karena kasus kanker kolon. Kolostomi ini
biasanya digunakan saat rektum perlu diangkat akibat suatu penyakit
ataupun kanker.
b. Kolostomi Sementara
transversokolostomi sigmoidostomi kolostomi desenden kolostomi asenden
![Page 12: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/12.jpg)
Kolostomi sementara sering dilakukan untuk mengalihkan aliran feses
dari daerah distal usus. Setelah masalah pada usus bagian distal telah
teratasi, maka kolostomi dapat ditutup kembali.
Kolostomi sementara berguna untuk:
1) Mengatasi obstruksi pada operasi elektif maupun tindakan darurat.
Kolostomi dilakukan untuk mencegah obstruksi komplit usus besar
bagian distal yang menyebabkan dilatasi bagian proksimal.
2) Melakukan proteksi terhadap anastomosis kolon setelah reseksi.
Kolostomi sementara dibuat, misalnya pada penderita gawat
abdomen dengan peritonitis yang telah dilakukan reseksi sebagian
kolon. Pada keadaan demikian, membebani anastomosis baru dengan
pasase feses merupakan tindakan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk pengamanan
anastomosis, aliran feses dialihkan sementara melalui kolostomi dua
stoma yang disebut stoma double barrel. Dengan cara Hartman,
pembuatan anastomosis ditunda sampai radang di perut telah reda.
3) Kolostomi sementara dapat berguna untuk mengistirahatkan segmen
usus bagian distal yang terlibat pada proses inflamasi misalnya abses
perikolik, fistula anorektal.
3. Berdasarkan Bentuk
a. Kolostomi loop
Jenis kolostomi ini didesain sehingga baik segmen distal maupun
proksimal usus terdapat pada permukaan kulit
![Page 13: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/13.jpg)
b. Kolostomi double barrel
Pada kolostomi double barrel, dibuat dua stoma yang terpisah pada
dinding abdomen. Stoma bagian proksimal berhubungan dengan traktus
gastrointestinal yang lebih atas dan akan menjadi saluran pengeluaran
feses. Stoma bagian distal berhubungan
dengan rectum. Kolostomi double barrel
termasuk jenis kolostomi sementara.
Kolostomi double barrel mudah dan aman
digunakan pada neonatus dan bayi.
c. Kolostomi devided
Kolostomi ini sering dibuat di sigmoid pada
karsinoma rektum yang tak dapat diangkat,
sehingga karsinoma tersebut tidak teriritasi oleh
tinja.
d. Kolostomi terminal
Tipe ini dilakukan bila diperlukan untuk
membuang kolon karena terlalu
membahayakan bila dilakukan anastomosis
yang memudahkan timbulnya sepsis.
![Page 14: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/14.jpg)
Kontinuitas dapat diperbaiki kemudian hari bila sepsis telah dapat
diatasi dan kondisi penderita lebih baik.
e. Sekostomi dengan pipa (tube)
Sekostomi merupakan kolostomi
sementara. Berguna untuk
dekompresi gas dalam usus.
Sekostomi tidak cocok untuk
diversi aliran feses. Saat ini
sekostomi jarang digunakan
karena stoma sering tersumbat oleh feses dan seringkali diperlukan
irigasi untuk kembali melancarkan.
E. Karakteristik
Colostomy normal adalah segar, lembab, merah mengkilap, sama dengan
mukosa bibir.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos abdomen 3 posisi
a. Abdomen supinasi AP (antero posterior) Untuk memperhatikan ada
tidaknya penebalan / distensi pada kolon yang disebabkan karena massa
atau gas pada kolon itu.
b. Abdomen setengah duduk / duduk untuk menampakan udara bebas
dibawah diafragma.
c. Abdomen LLD (left lateral decubitus) untuk memperlihatkan fluid level
atau udara bebas yang mungkin terjadi karena perforasi kolon.
![Page 15: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/15.jpg)
2. Colon in loop
Adalah teknik pemeriksaan secara radiologis di kolon dengan media
kontras barium sulfat.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari kolon
sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau
kelainan-kelainan pada kolon
Supinasi AP
![Page 16: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/16.jpg)
3. Colonoscopy
Dikerjakan dengan memasukan tabung yang lentur (flexible) kira-kira
sebesar satu jari tangan kedalam dubur (anus), dan kemudian memajukan
secara perlahan, dibawah kontrol visual, kedalam rektum dan seluruh usus
besar. Dilaksanakan dengan kontrol visual pada monitor TV.
Digunakan untuk mengevaluasi penampilan dalam dari kolon (secara
visual / video)
4. USG abdomen
Adalah prosedur yang digunakan
untuk memeriksa organ-organ
dalam perut menggunakan
sebuah tranduser USG (probe)
yang ditempelkan erat pada kulit
perut. Gelombang suara energi
tinggi dari tranduser memantul pada jaringan dan membuat gema. Gema
![Page 17: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/17.jpg)
ini dikirim ke komputer yang membuat citra / gambar yang disebut
sonogram.
Tujuannya adalah untuk mendektesi massa, membedakan cairan atau
massa padat, mengevaluasi dan memetakan organ, dan mengevaluasi
kelainan lain dalam rongga abdomen.
5. Leukosit (hitung total)
Nilai normal pada orang dewasa 4500-10000 sel/mm³, neonatus 9000-
30000 sel/mm³, bayi sampai balita 5700-18000 sel/mm³, anak 10 tahun
4500-13500 sel/mm³, ibu hamil 6000-17000 sel/mm³, postpartum 9700-
25700 sel/mm³.
Peningkatan jumlah leukosite menandakan terjadinya infeksi.
6. Pemeriksaan Feses
a. Secara makroskopis meliputi warna, bau konsistensi, lendir, darah
nanah, parasit serta makanan yang tidak tercerna, dll.
b. Secara mikroskopis untuk mengetahui adanya sel epitel, makrofag,
eritrosit, lekosit, dll
c. Secara kimia untuk mengetahui adanya darah samar, urobilin,
urobilinogen, bilirubin,dll.
d. Secara bakteriologis untuk mengetahui bakteri apa saja yang terdapat di
feses.
G. Komplikasi Kolostomi
1. Obstruksi / penyumbatan
![Page 18: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/18.jpg)
Penyumbatan dapat disebabkan oleh
adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan.
dapat terjadi akibat udem ataupun
timbunan feses.ini dapat dilihat dengan
laparoscopic technik. Stricture atau total obstruksi pada stroma dapat
terjadi jika pembuatan lobang untuk colostomy terlalu sempit , iritasi yang
berulang , Infeksi yang mengalami penyembuhann, dll.
2. Retraksi stoma / mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena
kantong kolostomi yang terlalu sempit
dan juga karena adanya jaringan scar
yang terbentuk disekitar stoma yang
mengalami pengkerutan. Sering juga
terjadi pada penderita yang gemuk atau overweight.
3. Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen
atau karena fiksasi struktur penyokong
stoma yang kurang adekuat dan
pembukaan yang terlalu besar pada
dinding abdomen pada saat pembedahan.
4. Parastomal hernia.
![Page 19: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/19.jpg)
Keadaan ini dapat timbul akibat letak stoma pada dinding abdomen yang
lemah atau dibuat terbuka terlalu besar pada dinding abdomen.Bisa juga
terjadi akibat jahitan pada bagian yang kuat di dinding perut seperti fascia
mengalami dehischence atai leakage atau terlepas akibat benang
absorbable yang cepat di serap seperti jenis chromic catgut yang di
gunakan.
5. fistula parastomal
Dapat terjadi jika terjadi infeksi yang
cronis atau abces para stoma yang tidak
di tangani dengan baik sehingga abses
akan membentuk fistel enterocutan.Dapat
juga terjadi sewaktu operasi berupa kesalah , penjahitan sehingga ada
bagian yang mengalami perforasi dll.
6. dermatitis pada stoma
Terjadi akibat makanan yang di makan
penderita keluar melalui stoma
menimbulkan allergi atau iritasi yang
berulang.atau bisa juga karena penderita
![Page 20: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/20.jpg)
mengalami allergi terhadap bahan colostomi bag seperti lem pelengker ,
plastik dll.
7. dehischence parastoma.
Terjadi karena infeksi yang berat dan
kronis berulang - ulang sehingga
jahitannya lepas.
8. Infeksi
Infeksi pada permukaan kulit kerap
terjadi apalagi jika perawatan stoma
tidak baik, sering kotoran lambat baru di
bersihkan, colostomi bag jarang di ganti.
Sehingga permukaan stoma mengalami peradangan, merah, bengkak dan
nyeri kadang melepuh dan ber pus.
9. Nekrosis pada stoma
Terjadi diakibatkan tidak adekuatnya
suplai darah. Komplikasi ini biasanya
terlihat 12-24 jam setelah pembedahan.
H. Pengkajian
1. Inspeksi adanya obstruksi / penyumbatan, gunakan jari (memakai hands
coon dan jelli) masukan ke dalam stoma untuk memastikan adanya
![Page 21: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/21.jpg)
obstruksi. Obstruksi karena pengerasan feses bisa di ketahui bila tidak ada
ekskresi feses.
2. Kaji apakah stoma mengalami retraksi / mengkerut, ada tidaknya jaringan
scar di sekitar stoma. Kaji juga over weight karena retraksi stoma sering
terjadi pada pasien dengan kelebihan berat badan.
3. Kaji apakah kolon keluar dari abdomen (prolap), kaji juga fiksasi stoma
apakah adekuat atau tidak.
4. Kaji adanya hernia parastomal, dengan cara melihat apakah abdomen
disekitar stoma mengalami penggelembungan / pembesaran dan
mempalpasi adanya hernia di sekitar stoma. Kaji juga apakah hernia
reversible atau irreversible.
5. Kaji adanya fistula parastomal. Kaji juga adanya perforasi di sekitar stoma
yang bisa mengakibatkan fistula.
6. Kaji adanya dermatitis pada kulit sekitar stoma, apakah ada perubahan
warna. Kaji juga apakah ada alergi terhadap kantung klostomi.
7. Kaji apakah jahitan pada stoma masih adekuat.
8. Kaji apakah ada tanda-tanda infeksi pada stoma dan sekitarnya (perubahan
warna, suhu, bengkak, pus, dll)
9. Kaji apakah stoma nekrosis atau tidak dari warnannya.
![Page 22: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/22.jpg)
BAB III
MANAGEMENT COLOSTOMI
A. Perawatan Luka Colostomy
1. Obstruksi total stoma kolostomi dapat di koreksi dengan tindakan
pembedahan. Obstruksi karena feses yang mengeras bisa di atasi dengan
irigasi. Selain bisa melunakan feses juga bisa mencegah obstruksi di stoma
kolostomi karena prosedurnya di lakukan dengan memasukan kone tip
secara teratur.
2. Retraksi stoma bisa dikoreksi dengan tindakan pembedahan. Untuk
mencegah bisa dengan menggunakan kantong stoma sesuai ukuran.
3. Prolaps pada stoma colostomy di koreksi dengan tindakan bedah. Sambil
menunggu koreksi, penting menghindarkan stoma kolostomi dari infeksi
dengan cara menggunakan kantong kolostomi yang tepat sesuai kondisi
stoma.
4. Hernia parastomal bisa dikoreksi dengan tindakan operasi. Bila hernia
reversible harus segera dimasukan kembali untuk mencegah terjadinya
nekrosis pada stoma sambil menunggu koreksi (biasanya dipasang mess).
5. Fistula di rawat seperti luka lainnya berdasarkan wound bednya.
6. Dermatitis bisa di atasi dengan pemilihan kantung stoma yang tepat, dan
membersihkan serta mengganti kantung stoma secara teratur.
![Page 23: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/23.jpg)
7. Jika terjadi infeksi pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan
tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi
sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
8. Nekrosis pada stoma harus segera dikoreksi dengan pembedahan.
Vaskulerisasi yang baik dan pemilihan kantong stoma sesuai ukuran akan
mengurangi nekrosis secara bermakna.
B. Perawatan Colostomy
1. Pengertian
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan mengganti
kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
2. Tujuan
a. Memberikan kenyamanan pada klien.
b. Menjaga kebersihan pasien.
c. Mencegah terjadinya infeksi.
d. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma.
e. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya.
3. Fase Pra Interaksi
Persiapan alat
a. Alat untuk membersihkan: tissue, air hangat, sabun mandi yang lembut,
waslap yang halus, handuk mandi / selimut mandi, perlak.
b. Sarung tangan
c. Kantong kolostomi bersih
d. Bengkok / pispot
Kantung kolostomi
![Page 24: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/24.jpg)
e. Barrier kulit
f. Kassa
g. Spray pelindung (seperti Kenalog,bila terjadi infeksi).
h. Tempat sampah
i. Gunting
j. Masker
k. Skerem
4. Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
e. Klien / keluarga diberi kesempatan bertanya.
f. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
g. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.
h. Informed consent
i. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan).
j. Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
k. Menyiapkan lingkungan (menutup skerem).
5. Fase Kerja
![Page 25: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/25.jpg)
a. Mencuci tangan, memakai masker.
b. Mendekatkan alat-alat kedekat klien.
c. Pasang selimut mandi / handuk dan perlak.
d. Pasang sarung tangan.
e. Buka kantong lama dan buang ketempat bersih.
f. Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan menggunakan sabun yang
lembut dengan menggunakan waslap halus lembab dan cairan hangat.
g. Lindungi stoma dengan tissue atau kassa agar feces tidak mengotori
kulit yang sudah dibersihkan.
h. Bilas dan keringkan kulit secara seksama di sekitar stoma dengan tissue
atau kassa.
i. Pasang kantong stoma
j. Bila tidak terdapat iritasi kulit :
Barier kulit yang tepat dipasang pada kulit periostomal sebelum
kantung dipasang.
Lepaskan penutup dari permukaan perekat diskus dari kantong plastik
sekali pakai dan pasang langsung pada kulit.
Tekan dengan kuat selama 30 detik untuk memastikan perekatan.
k. Bila terdapat iritasi kulit:
Bersihkan kulit dengan seksama tapi perlahan, keringkan dengan cara
menepuknya.
Gunakan spray Kenalog, keringkan kelebihan kelembaban dengan
kapas dan tebarkan bedak nistatin (mycostatin).
![Page 26: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/26.jpg)
Kantong kemudian dipasang pada kulit yang telah diobati.
l. Pastikan kantong stoma merekat dengan baik dan tidak bocor, periksa
bagian bawah kantong.
m. Buka sarung tangan dan masker
n. Bereskan alat
o. Rapihkan pasien
p. Mencuci tangan
6. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon pasien.
b. Melaksanakan dokumentasi :
Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar
catatan klien.
Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan/ paraf pada lembar catatan klien.
c. Beritahu klien bahwa tindakan sudah selesai.
d. Mengucapkan salam terapeutik.
C. Irigasi Kolostomi
1. Pengertian
Irigasi stoma adalah suatu cara untuk mengeluarkan isi kolon (feses),
dilakukan secara terjadual dengan memasukkan sejumlah air dengan suhu
yang sama dengan tubuh / hangat.
2. Tujuan
![Page 27: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/27.jpg)
merangsang kontraksi usus sehingga mendorong keluarnya isi kolon
(feses).
3. Fase Pra Interaksi
Persiapan alat
a. Alat untuk membersihkan: tissue, kassa, air hangat, sabun mandi yang
lembut, waslap yang halus, handuk mandi / selimut mandi, perlak.
b. Sarung tangan, masker
c. Kantong kolostomi
bersih
d. Bengkok / pispot
e. Kantung irigasi
f. Plastik irigasi
g. Kone tip, pengontrol aliran air
h. Jelly
i. Gunting
j. Air Hangat (Sesuai suhu tubuh)
4. Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
![Page 28: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/28.jpg)
e. Klien / keluarga diberi kesempatan bertanya.
f. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
g. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.
h. Informed consent
i. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan).
j. Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
k. Menyiapkan lingkungan (menutup skerem).
5. Fase Kerja
a. Cuci tangan, jelaskan kembali
prosedur jika diperlukan.
b. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan
( di kamar mandi ).
c. Jaga privasi.
d. Pasien dalam posisi duduk di
kloset.
e. Pasang sarung tangan dan masker.
f. Isi kantong irigasi dengan air yang tersedia (air hangat / air khusus
untuk irigasi) dan gantung pada tempat yg tinggi (tiang infus / dinding)
±45 cm dari stoma kolostomi.
g. Alirkan air kedalam selang, hindari adanya udara dalam selang.
h. Lepaskan kantung stoma lalu pasang plastik irigasi dan masukkan ujung
selang kedalam stoma.
![Page 29: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/29.jpg)
i. Letakkan plastik irigasi ke dalam kloset untuk memfasilitasi
pengeluaran ke dalam kloset.
j. Olesi jari dengan jelli kemudian masukkan jari yang sudah diolesi
secara perlahan kedalam stoma untuk menentukan saluran secara pasti.
k. Hubungkan cone-tip cateter dengan kateter dan beri jelly.
l. Masukkan cone-tip ke dalam stoma dan tangan tetap memegang cone-
tip untuk menahan.
m. Alirkan air dengan aliran yang cukup ( 10 – 15 menit ), lambatkan
aliran jika terdapat tanda-tanda kram abdomen.
n. Klem kateter dan tutup stoma 15 – 20 menit
o. Satu jam kemudian pengeluaran akan terjadi, biarkan sampai semua
feses keluar.
p. Bersihkan area stoma dengan sabun lembut dan air.
q. Pasang kembali kantung stoma.
r. Lepas sarung tangan dan masker.
s. Rapikan pasien
t. Rapikan alat
u. Cuci tangan.
6. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon pasien.
b. Melaksanakan dokumentasi :
Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar
catatan klien.
![Page 30: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/30.jpg)
Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan/ paraf pada lembar catatan klien.
c. Beritahu klien bahwa tindakan sudah selesai.
d. Mengucapkan salam terapeutik.
![Page 31: Colostomy](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572141e497959fc0b93cf92/html5/thumbnails/31.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Potter, patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan ; Alih
bahasa, renata komalasari : editor bahasa indonesia, Monica Ester.
Jakarta:EGC.
Smeltzer, suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Brunner & Suddarth ; alih bahasa, agung Waluyo; editor bahasa
indonesia, Monica Ester. Jakarta : EGC
Wong, donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik; alih
bahasa, Monica Ester; editor bahasa indonesia, Sari kurnianingsih. Edisi
4. jakarta: EGC
www.google.com