Colitis Dan Crohn

27
TUGAS SISTEM PENCERNAAN Tentang KOLITIS ULSERATIF DAN ENTERITIS REGIONAL Nama Anggota : Auliani Annisa Febri Emil Wahyu Andria M. Iqbal Rahmita Triha Vischa Novita Zulvia Putri Meldia Aprisa Shinta Dosen Pembimbing : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS SUMBAR PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SUMATERA BARAT

Transcript of Colitis Dan Crohn

Page 1: Colitis Dan Crohn

TUGAS SISTEM PENCERNAAN

Tentang

KOLITIS ULSERATIF DAN ENTERITIS REGIONAL

Nama Anggota :

Auliani Annisa Febri

Emil Wahyu Andria

M. Iqbal

Rahmita Triha Vischa

Novita Zulvia Putri

Meldia Aprisa Shinta

Dosen Pembimbing :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS SUMBAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SUMATERA BARAT

THN 2013/2014

Page 2: Colitis Dan Crohn

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt atas rahmat dan maghfirah-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah dengan mata ajaran Sistem Pencernaan yang menjelaskan tentang Penyakit

Kolitis ulseratif dan Enteritis regional.

Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh

pembelajaran di semester ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen pembimbing Mata kuliah Sistem Pencernaan di Kampus II Stikes Perintis

Bukittinggi.

2. Semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan yang luas bagi si pembaca

dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran mengenai makalah ini.

Hanya inilah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kejanggalan dan kekurangan dalam

pembuatan makalah ini kami mohon maaf dan pengertiannya.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Bukittinggi, 21 Maret 2012

Hormat kami,

PENYUSUN

Page 3: Colitis Dan Crohn

Daftar Isi

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

1.2.Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

BAB II KONSEP TEORI

A. Kolitis Ulseratif

B. Enteritis Regional

BAB III Upaya Pencegahan

A. Pencegahan Primer

B. Pencegahan Sekunder

C. Pencegahan Tersier

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

Page 4: Colitis Dan Crohn

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Istilah penyakit usus inflamasi (PUI) digunakan untuk menentukan dua gangguan gastrointestinal

inflamasi usus : enteritis regional (penyakit Crohn atau kolitis garabulomatosus) dan kolitis ulseratif.

Insiden penyakit usus inflamasi usus kronis di Amerika Serikat diperkirakan 4% dan 10% , dengan

25.000 kasus baru terjadi setiap tahunnya. Penyakit ini tampak lebih sering pada orang kaukasia dan

paling sering pada populasi yahudi. Riwayat penyakit ini pada keluarga ditemukan pada 20% sampai

40% pasien.

Antibodi limfositotoksik telah ditemukan pada pasien dengan penyakit usus inflamasi, tetapi

penelitian lebih pasti perlu untuk menghubungkan faktor imunologis dan lingkungan penelitian

terbaru (Gitnick 1992) menunjukan mikrobakterium sebagai agens penyebab untuk penyakit ini.

Faktor psikologis juga telah diketahui. Banyak individu dengan kolitis ulseratif ditemukan sebagai

seseorang yang tergantung atau perfeksionis pasif dan cemas pada ketenangan. Perilaku koping

sering tidak tepat dan dapat mencakup menarik diri, menyangkal dan respirasi. Beberapa orang

mengalami penurunan tingkat toleransi terhadap nyeri dan ketidaknyamanan yang dihubungkan

dengan kram usus dan diare. Beberapa praktisi menduga bahwa sifat dan kepribadian adalah

penyebab dari gejala penyakit, tetapi penelitian klinis lebih diperlukan untuk menegakan hubungan

sebab akibat.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Colitis ulseratif dan Enteritis regional ?

2. Apa Etiologi serta pada Colitis ulseratif dan Enteritis regional ?

3. Bagaimana pengkajian dari kolitis ulseratif dan Enteritis regional?

4. Bagaimana pengkajian penatalaksanaan medis dari kolitis ulseratif dan Enteritis regional ?

5. Apa saja diagnosa yang diangkat dari penyakit kolitis ulseratif dan Enteritis regional ?

6. Apa saja rencana keperawatan dalam kolitis ulseratif dan Enteritis regional?

1.3.Tujuan

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas pencernaan yang berjudul

”COLITIS ULSERATIF dan ENTERITIS REGIONAL”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah

Page 5: Colitis Dan Crohn

menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca

tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

BAB II

KONSEP TEORI

A. KOLITIS ULSERATIF

Merupakan gangguan peradangan kronis idiopatik yang terjadi pada usus besar, khususnya

bagian kolon desenden sampai rectum.

2.1. Etiologi

Belum diketahui. Lebih sering diderita oleh wanita, terbanyak ditemukan pada usia antara 15

dan 20 tahun. Faktor predisposisi yang berkaitan adalah keturunan, imunologi, infeksi virus atau

bakteri, dan lebih jarang ditemukan pada perokok. Selain itu, sebanyak 60-70% dari pasien yang

diteliti, memiliki p-ANCA(antineutrophil cytoplasmic antibodies) yang berhubungan dengan HLA-

DR2, atau bila p-ANCA negatif, sering ditemukan HLA-DR4.

2.2. Patofisiologi

Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut

dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang lebih

sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan untuk

buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.

Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan

kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang

mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan

atau malah tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita

buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.

Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri,

disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak berkurang.

Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah

tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah. Penderita bisa demam, nafsu makannya

menurun dan berat badannya berkurang. Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi

berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia,

termasuk keturunan Yahudi. Puncak insiden adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah

Page 6: Colitis Dan Crohn

penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-

15% pasien mengalami karsinoma kolon.

Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya

ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik.

Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran,

satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai

seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan

deposit lemak.

2.3. Manifestasi klinis

Berkaitan dengan luasnya area kolon yang terlibat serta derajat penyakit. Klasifikasi klinis kolitis

ulseratif terbagi tiga.

1. Ringan : gerakan usus per hari (<4), perdarahan minimal, gejala lain(tidak ada gejala toksik),

lokasi(rektum sampai sigmoid).

2. Sedang : gerakan usus per hari (4-6), perdarahan sedang, gejala lain(subfebris, malaise),

lokasi(tak ada keterangan).

3. Berat : gerakan usus per hari (>6), perdarahan banyak, gejala lain(febris tinggi, takikardi),

lokasi(seluruh kolon).

Gejala yang sering ditemukan diare(walau ada laporan terjadi konstipasi), bila inflamasi meluas

maka diare akan disertai mukus dan darah. Selain itu terdapat nyeri perut dan gejala konstitusional

seperti demam, penurunan berat badan, dan anoreksia. Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan

abdomen.

2.4. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium hematologi dan biokimia terdapat peningkatan hitung jenis

leukosit dan LED pada serangan berat. Pemeriksaan fungsi hepar diperlukan untuk mendeteksi

adanya komplikasi.

Pada analisis dan kultur feses mungkin ditemukan eritrosit walau tanpa perdarahan rektum, dan

adanya leukosit membuktikan terjadinya inflamasi atau infeksi. Tak ditemukannya mikroorganisme

tak dapat menyingkirkannya infeksi secara otomatis. Pada infeksi oleh Clostridium difficile, selain

kultur, harus dilakukan pemeriksaan toksin.

Page 7: Colitis Dan Crohn

Foto polos abdomen menunjukkan dilatasi kolon atau gambaran perforasi pada kasus kolitis

yang fulminan. Sebaiknya dilakukan sigmoidoskopi dan biopsi bila terdapat kecurigaan kolitis. Akan

terlihat kerusakan kripti akibat perubahan kronis pada penyakit usus inflamatorik. Bila tak ada

kerusakan kripti, kemungkinan terjadi kolitis akibat infeksi. Dilakukan kolonoskopi untuk melihat

luasnya kerusakan , serta untuk menentukan diagnosis banding kolitis. Pada ileum terminal

dilakukan intubasi untuk menentukan adanya inflamasi atau ulserasi. Pada kolitis aktif berat yang

luas, lebih baik ditentukan secara klinis daripada kolonoskopi karena risiko perforasi.

Asuhan keperawatan pada klien kolitis ulseratif

1. Pengkajian

Identitas klien

Keluhan utama : nyeri abdomen, diare, tenesmus intermiten, dan pendarahan rektal.

Riwayat penyakit

- Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami nyeri perut, diare, peningkatan suhu

tubuh, mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan.

- Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit dahulu penting digali untuk menentukan

penyakit dasar yang menyebabkan kondisi kolitis ulseratif. Pengkajian predisposisi

seperti genetic, lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di

dokumentasikan. Anamnesis penyakit sistemik , seperti DM, hipertensi, dan tuberkolosis

dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian proferatif.

- Riwayat penyakit keluarga : apakah ada salah satu anggota keluarga klien pernah

mengalami penyakit ini.

Pemeriksaan fisik

- Inspeksi : kram abdomen di dapatkan. Perut didapatkan kembung. Pada kondisi

kronis, status nutrisi bisa didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi, seperti atrofi otot dan

pasien terlihat kronis.

- Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), menunjukkan penyakit parah dan

kemungkinan perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada kuadran kanan bawah. Sebuah

masa dapat teraba menunjukkan abstruksi atau megakolon. Pembesaran limpa mungkin

menunjukkan hipertensi portal dari hepatitis autoimun terkait atau kolangitis sklerosis.

- Perkusi : nyeri ketuk dan timpani akibat adanya flatulen.

- Auskultasi : bising usus bisa normal, hiperaktif atau hipoaktif. Nada gemerincing

bernada tinggi dapat ditemukan dalam kasus-kasus obstruksi.

Page 8: Colitis Dan Crohn

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, respon pembedahan.

b. Risiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah.

c. risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake

makanan yang kurang adekuat.

3. Intervensi

a. Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare, kram abdomen, sembelit, respon pembedahan

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam pascabedah, nyeri berkurang atau teradaptasi.

kriteria hasil:

- Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi

- Skala nyeri 0-1 (0-4).

- TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.

Intervensi :

1. Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan

noninvasif.

2. Lakukan manajemen nyeri keperawatan, meliputi:

Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST

3. Beri oksigen nasal apabila skala nyeri ≥ 3 (0-4).

4. Istirahatkan pasien pada saat nyeri muncul. Biasakan pasien untuk BAB di tempat

tidur.

5. Atur posisi fisiologis.

6. Beri kompres hangat pada abdomen.

7. Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.

b. Risiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Kriteria hasil :

- Pasien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.

- Membran mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT > 3 detik.

- Laboratorium : nilai elektrolit normal, analisis gas darah normal.

Intervensi :

Page 9: Colitis Dan Crohn

1. Kaji terhadap adanya tanda kekurangan volume cairan : kulit dan membrane mukosa

kering, penurunan turgor kulit, oliguria, kelelahan, penurunan suhu, peningkatan

hematokrit, peningkatan berat jenis urine, dan hipotensi.

2. Identifikasi faktor penyebab, awitan (onset), spesifikasi usia dan adanya riwayat

penyakit lain.

3. Lakukan pemasangan IVFD

4. Dokumentasi dengan akurat tentang asupan dan haluaran cairan.

c. risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake

makanan yang kurang adekuat.

Tujuan : setelah 3x24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam pascabedah

intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan.

Kriteria evaluasi :

- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.

- Keluhan mual dan muntah berkurang.

- Secara subjektif melaporkan peningkatan nafsu makan.

- Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat 0,5 kg.

Intervensi :

1. Kaji dan berikan nutrisi sesuai tingkat toleransi individu.

2. Sajikan makanan dengan cara yang menarik.

3. Fasilitasi pasien memperoleh diet rendah lemak.

4. Fasilitasi pasien memperoleh diet dengan kandungan serat tinggi.

5. Fasilitasi pasien memperoleh diet rendah serat pada gejala obstruksi.

6. Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik

(sekali seminggu).

7. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nutrisi yang akan digunakan pasien.

Page 10: Colitis Dan Crohn

B. ENTERITIS REGIONAL(PENYAKIT CROHN)

Merupakan salah satu penyakit usus inflamatorik, yang dapat menyerang seluruh bagian

saluran gastrointestinal, mulai dari mulut (berupa stomatitis) sampai lesi pada anus.

2.1. Etiologi

Belum diketahui, namun diduga disebabkan oleh mikobakterium atipikal, measles, dan penyakit

vaskular. Kebiasaan merokok meningkatkan risiko mendapat penyakit crohn. Penyakit ini lebih sering

ditemukan di negara maju.

2.2. Patofisiologi

Enteritis regional umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda, tetapi dapat terjadi kapan

saja selama hidup. Keadaan ini sering terlihat pada populasi lansia (50-80 tahun). Meskipun ini dapat

terjadi di mana saja disepanjang saluran gastrointestinal, area paling umum yang sering terkena

adalah ileum distal dan kolon. Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subakut yang meluas

keseluruh lapisan dinding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula,

fisura, dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalam peritoneum.

Lesi diduga mulai terjadi dalam kelenjar limfe dekat usus halus, yang akhirnya menyumbat aliran

saluran limfe. Selubung submukosa usus jelas menebal akibat hyperplasia jaringan limfoid dan

limfedema. Dengan berlanjutnya proses patogenik, segmen usus yang terserang menebal

sedemikian rupa sehingga kaku seperti slang kebun. Lumen usus menjadi sangat menyempit,

sehingga hanya dilewati sedikit aliran barium, menimbulkan “tanda senar (string sign)” yang terlihat

pada pemeriksaan radiografi. Seluruh dinding usus biasanya terserang. Mukosa sering kali meradang

dan timbul tukak disertai dengan eksudat putih berwarna abu-abu. Daerah yang bertukak ini

memiliki gambaran fisura dan granuloma batu koral.

2.3. Manifestasi klinis

Gejala utama adalah diare, nyeri abdomen, dan penurunan berat badan. Sering pula didapatkan

malaise, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, dan mungkin terdapat demam subfebris. Terjadi

mendadak, dapat menyerupai obstruksi atau apendisitis. Sangat penting untuk membedakan

penyakit Crohn dengan kolitis ulseratif.

Perbedaan antara kolitis ulseratif dengan penyakit Crohn :

Page 11: Colitis Dan Crohn

Kolitis Ulseratif Penyakit Crohn

Distribusi : kolon (namun dapat terjadi backwash traktus gastrointestinal

Ileitis, 10%) selalu bersambung mungkin tak bersambung

Makroskopik : ulkus horisontal berbatas tak tegas, ulkus dalam, fissura di mu-

Tanpa fissura, fistula jarang, lesi anus 25% kosa, terdapat fistula 10%,

Pemendekan lapisan otot kolon, jarang lesi anus 60%, pemendekan

Terdapat striktur atau terjadi lebih lama, akibat fibrosis, terjadi strik-

Lesi bersambung, granuloma tak ada tur segera, lesi terputus,

Granuloma 50%

Reaksi limfoid : tak jelas jelas

Fibrosis : tak jelas jelas

Serositis : berat sedang

ANCA : meningkat tak meningkat

Malabsorpsi lemak : tak ada ada, bila mengenai usus

halus

2.4. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan darah tepi, analisis dan kultur feses dapat ditemukan anemia (defisiensi besi,

asam folat atau vitamin B12), peningkatan jumlah leukosit, trombosit, dan LED yang tinggi. Dapat pula

dilakukan sigmoidoskopi/kolonoskopi. Foto polos abdomen akan menentukan ada tidaknya

obstruksi. Pemeriksaan barium enema dapat memperlihatkan gambaran khas berupa lesi dengan

ulkus dalam, striktur, dan lesi terputus, namun pemeriksaan ini telah banyak ditinggalkan dengan

adanya kolonoskopi yang lebih baik, juga dapat mendeteksi fistula. Dapat dilakukan tomografi

komputer dan scanning radionukleotida.

Asuhan keperawatan pada klien enteritis regional (chorn)

1. PENGKAJIAN

1. Riwayat Kesehatan

Page 12: Colitis Dan Crohn

a. Keluhan utama

Sering merasa nyeri abdomen dan diare. Keluhan nyeri biasanya bersifat kronis yaitu berupa nyeri

kram pada kuadran perumbilikal kanan bawah dan kondisi rasa sakit dapat mendahului diare, serta

mungkin sebagian pasien melaporkan perasaan nyaman setelah buang air besar. Diare biasanya

tanpa disertai darah dan sering terputus – putus atau tidak mau berkurang dengan melakukan

defekasi. Akan tetapi, apabila usus besar yang terlibat, pasien dapat melaporkan nyeri perut difus

serta dengan Bab lendir, darah atau nanah. Awalnya, halangan tersebut adalah peradangan

sekunder edema dan spasme usus, kemudian bermanifestasi sebagai kembung dan sakit kram.

Setelah menjadi kronis, lumen usus menyempit, pasien mungkin mengeluh sembelit dan kesukaran

membuang air besar.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapat keluhan lainnya yang menyertai seperti peningkatan suhu tubuh, mual dan muntah,

anoreksia, perasaan lemah dan penurunan nafsun makan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian predisposisi seperti genetik , lingkungan, infeksi, imunitas, makanan, vascular dan faktor

psikososial, termasuk merokok, kontrasepsi oral dan menggunakan obat anti inflamasi (OAINS) perlu

didokumentasikan. Anamnesis penyakit sistemik seperti DM, hipertensi dan tuberkulosis

dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian perioperatif.

2. Pengkajian Psikososial

Didapatkan peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan rencana pembedahan dan serta

perlunya informasi sarana pembedahan.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : terlihat lemah dan kesakitan

b. TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan diare, suhu badan pasien naik ≥38,5°C

c. Head to toe

1) Integumen

Kilit kering dan turgor tidak baik karena kekurangan nutrisi

2) Abdomen

Page 13: Colitis Dan Crohn

a) Inspeksi : pasien mengalami nyeri tekan, kram andomen, perut kembung, inspeksi dari

daerah perinatal dapat mengungkapkan fistula, abses dan jaringan parut.

b) Auskultasi : terdapat peningkatan bising usus karena pasien mengalami diare

c) Perkusi : nyeri tekuk dan tympani karena adanya flatulen

d) Palpasi : nyeri tekan abdomen, peningkatan suhu tubuh atau didapatkan adanya masaa

pada abdomen. Turgor kulit >3 detik menandakan gejala dehidrasi

4. Pemeriksaan Laboratorium

a. Anemia disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk peradangan kroni, malabsorbsi besi,

kehilangan darah kronis, dan malabsorbsi vitamin B12 atau folat

b. Hipoalbuminemia, hipokolesterolemia, hipokalsemia dan hipomagnesemia mencerminkan

malabsorbsi

c. Leukositosis disebabkan oleh peradangan kronis, abses atau pengobatan steroid

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d iritasi intestinal, kram abdomen dan respon pembedahan

2. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d pengeluaran cairan dari muntah yang

berlebihan

3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan intake

nutrisi sekunder akibat nyeri, ketidaknyamana lambung dan intestinal

4. Resti infeksi b.d adanya luka pasca bedah

5. Kecemasan b.d prognosis penyakit dan rencana pembedahan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No.

Dx

Tujuan dan KH Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri (0 – 4) 1. perawat mengkaji tingkat

Page 14: Colitis Dan Crohn

keperawatan selama 3x24

jam masalah keperawatan

nyeri dapat teratasi dengan

KH sebagai berikut :

1. Secara subjektif melaporkan

nyeri berkurang

2. Ekspresi wajah pasien

tenang dan rileks

3. Dapat mengidentifikasi

kegiatan yang dapat

menambah atau

mengurangi nyeri

4. Pasien tidak gelisah

5. Skala nyeri turun

0 - 4

2. Jelaskan dan bantu pasien

dengan tindakan pereda

nyeri nonfarmakologi

3. Istirahatkan pasien

4. Ajarkan teknik distraksi

5. manajemen pemberian diit

dan menghindari agen iritan

mukosa lambung

6. kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian antasida

sesuai dosis

nyeri dan dan kenyamanan

pasien setelah penggunaan

obat – obatan dan

menghindari zat pengiritasi

2. pendekatan dengan

menggunakan relaksasi dan

nonfarmakologi lainnya

telah menunjukkan

keefektifan dalam

mengurangi nyeri

3. istirahat secara fisiologis

dapat menurunkan

kebutuhan oksigen

4. distraksi dapat menurunkan

stim ulus internal

5. dengan emnghindari makan

dan minuman yang dapat

mengiritasi mukosa

lambung dapat

menurunkan intensitas

nyeri

6. antasid untuk

mempertahankan Ph

lambung pada tingkat

normal (4,5)

2 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24

jam, masalah cairan dan

elektrolit dapat teratasi

dengan KH sebagai berikut :

1. membran mukosa lembab,

1. Monitor TTV

2. Monitor status cairan

(membran mukosa, turgor

kulit dan output urin)

3. Kaji sumber kehilangan

1. Mengetahui keadaan umum

pasien, hipotensi datap

terjadi pada kondisi

hipovolemia

2. Jumlah dan tipe cairan

pengganti ditentukan dari

Page 15: Colitis Dan Crohn

turgor kulit normal

2. TTV dalam batas normal

3. Output >600ml/hari

4. Laboratorium : nilai

elektrolit normal

cairan

4. Manajemen pemberian

cairan

5. Kolaborasi untuk pemberian

diuresis

keadaan status cairan.

Penurunan volume cairan

mengakibatkan

menurunnya produksi urin.

Monitor dilakukan dengan

ketat pada produksi urin

3. Kehilangan caairan dan

muntah dapat disertai

dengan keluarnya natrium

per oral yang juga akan

meningkatkan risiko

gangguan elektrolit

4. Intake dan output cairan

setiap hari dipantau untuk

mendeteksi tanda – tanda

awal terjadinya dehidrasi

3 Setelah dilakukan

keperawatan selama 3x24

jam, masalah keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi

dapat teratasi dengan KH

sebagai berikut :

1. Pasien dapat

mempertahankan asupan

status nutrisi yang adekuat

2. Pernyataan motivasi yang

kuat untuk meningkatkan

kebutuhan nutrisinya

1. Kaji status nutrisi pasien,

turgor kulit, berat badan

dan penurunan berat badan

2. Fasilitasi pasien

memperoleh diit biasa yang

dikonsumsi pasien setiap

hari

3. Pantau intake dan output,

anjurkan untuk timbang

berat badan secara periodik

4. Lakukan dan ajarkan

perawatan mulut sebelum

dan sesudah makan

1. Menetapkan derajad

masalah untuk menetapkan

pilihan intervensi yang

tepat

2. Memperhitungkan

keinginan individu agar

dapat memperbaiki nutrisi

3. Berguna dalam mengukur

keefektifan nutrisi dan

dukungan cairan.

4. Menurunkan rasa tidak

enak karena sisa makanan

dan bau obat yang dapat

Page 16: Colitis Dan Crohn

5. Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk pemberian ddit yang

seimbang

6. Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian anti

muntah sesuai dosis

merangsang pusat muntah

5. Merencanakan diit dengan

kandungan nutrisi yang

adekuat untuk memenuhi

pengingkatan kebutuhan

energi dan kalori

6. Meningkatkan rasa nyaman

pada gastrointestinal dan

meningkatkan keinginan

intake nutriso dan cairan

per oral

4. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24

jam, masalah keperawatan

resti infeksi dapat teratasi

dengan KH sebagai berikut :

1. Tanpa adanya infeksi dan

tanda – tanda kemerahan

setelah jahitan dilepas

2. TTV terutama suhu dalam

batas normal

1. Kaji TTV

2. Kaji jenis pembedahan

3. Lakukan perawatan luka

pada hari ke dua pasca

bedah

4. Bersihkan luka pada saat

setiap perawatan luka

5. Tutup luka dengan kassa

steril

6. Berikan penkes kepada

keluarga pasien dan pasien

cara perawatan luka yang

benar dan steril

7. Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian anti

infeksi sesuai dosis

1. Suhu dapat ikut naik jika

pasien terjadi inflamasi dan

infeksi

2. Menidentifikasi kemajuan

atau penyimpangan dari

tujuan yang diharapkan

3. Perawatan luka sebaiknya

tidak setiap hari untuk

menurunkan kontak dengan

luka yang dalam kondisi

steril

4. Pembersihan debridemen

dapat mencegah

kontaminasi kuman ke

jaringan luar

5. Penutupan secara

menyeluruh dapat

menghindari kontaminasi

dari benda atau udara

Page 17: Colitis Dan Crohn

6. Pemberian penkes

diharapkan bisa lenih

memberikan pemenuhan

informasi bagi keluarga

7. Tindakan kolaborasi

dilakukan dengan tujuan

untuk lebih optimal dalam

pengobatan

5. Setelah dilakukan

keperawatan selama 3x24

jam, masalah keperawatan

kecemasan dapat teratasi

dengan KH sebagai berikut :

1. Pasien mampu

mgnungkapkan perasaan

kepada perawat

2. Pasien dapat mencatat

penurunan kecemasan atau

ketakutan

3. Pasien dapat rileks dan tidur

dengan nyaman

1. Monitor respon fisik, seperti

kelelahan, perubahan tanda

vital dan gerakan yang

berulang – ulang

2. Anjurkan pasien dan

keluarga mengungkapkan

dan mengekspresikan rasa

takutnya

3. Catat reaksi pasien atau

keluarga. Berikan

kesempatan utnuk

mengungkapkan

perasaannya

4. Ajarka aktivitas pengalihan

perhatian sesuai

kemampuan individu

seperti menulis, menonton

tv, dll

1. Digunakan untuk

mengevaluasi derajad atau

tingkat kesadaran,

khusunya jika melakukan

komunikasi verbal

2. Memberikan kesempatan

untuk berkosentrasi

kejadian dari rasa takut, dan

mengurangi cemas yang

berlebihan

3. Respon dari kecemasan

anggota keluarga terhadap

apa yang terjadi dapat

disampaikan kepada

perawat

4. Sejumlah aktivitas atau

ketrampilan dapat

menurunkan tingkat

kebosanan yang dapat

menjadi stumulus

kecemasan

Page 18: Colitis Dan Crohn

BAB III

Upaya Pencegahan

A. Pencegahan primer

- Memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan pada masyarakat mengenai

penyakit tersebut.

- Menjaga pola makan agar teratur dan tidak mengandung racun serta food additive yang berbahaya

- Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare.

- Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat meningkatkan

motilitas usus.

- mengkonsumsi vitamin, bisa dengan mengkonsumsi suplemen yang aman.

B. Pencegahan sekunder

- Berhenti merokok

- Lakukan terpai obat- obatan sedatife dan antidiare/ antiperistaltik digunakan untuk

mengurangi peristaltic sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi.

-Menangani Inflamasi : Sulfsalazin (Azulfidine) atau Sulfisoxazal (Gantrisin).

-Antibiotic : Digunakan untuk infeksi.

-Azulfidin : Membantu dalam mencegah kekambuhan.

C. Pencegahan tersier

- lakukan rehabilitasi

- Bila sudah terkena, agar terhindar dari kanker, harus rutin kontrol ke dokter dan screenin g kanker kolon.

Page 19: Colitis Dan Crohn

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

ENTERITIS REGIONAL(PENYAKIT CROHN)

Merupakan salah satu penyakit usus inflamatorik, yang dapat menyerang seluruh bagian

saluran gastrointestinal, mulai dari mulut (berupa stomatitis) sampai lesi pada anus

KOLITIS ULSERATIF

Merupakan gangguan peradangan kronis idiopatik yang terjadi pada usus besar, khususnya

bagian kolon desenden sampai rectum.

Manifestasi klinis yaitu:

~ Diare

~ Nyeri abdomen

~ Malaise

~ Penurunan berat badan

~ Kehilangan nafsu makan

~ Mual, muntah

~ Demam( peningkatan suhu tubuh)

~ Steatore

B. SARAN

Semoga dalam pembuatan makalah ini kami sebagai penyusun makalah serta para pembaca

lebih dapat memahami apa penyakit Crohn dan colitis itu dan berbagai hal yang berkaitan

dengan penyakit tersebut, seta dapat memberikan asuhan keperawatan terhadap penyakit

ini dengan tepat. Pada akhirnya saran beserta kritik kami harapkan guna penyempurnaan

makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin

Page 20: Colitis Dan Crohn

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta:EGC

Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.