Coblos Gambar Atau Foto

2
COBLOS TANDA GAMBAR PARTAI ATAU COBLOS FOTO/ NAMA CALEG Keluar dari bilik suara pada pagi hari itu, seketika muncul pertanyaan yang sangat mengganggu fikiran dan perasaan bahkan sampai saat tulisan ini dibuat. 1. Secara logika, kalau seseorang mencoblos ‘TANDA GAMBAR PARTAI’ maka 100% dapat dipastikan bahwa orang tersebut ‘tidak mau memilih’ salah seorangpun dari CALEG yang foto atau namanya tercantum di dalam surat suara tersebut. Atau dengan kata lain, hak suara orang tersebut ‘tidak boleh diberikan’ kepada CALEG yang foto atau namanya tercantum di dalam surat suara tersebut. Atau dengan perkataan lain lagi, orang tersebut telah mempercayakan kepada partai politik untuk memilihkan ‘CALEG LAIN’ untuknya, selain dari CALEG-CALEG yang foto/ namanya ada di dalam surat suara. Apakah partai politik dapat menjaminnya? Atau apakah memang demikian prosedur yang berlaku di seluruh partai politik peserta pemilu? Jadi apabila hak suara tersebut masih juga diberikan kepada CALEG yang foto/namanya tercantum di dalam surat suara, maka jelas hal ini telah ‘melanggar hak dan kebebasan memilih’ yang telah dijamin oleh undang-undang, dan orang tersebut dapat menuntut partai politik telah melakukan kekurangan terhadap hak suaranya.2. Kalau seseorang mencoblos ‘FOTO/NAMA CALEG’, maka 100% sudah jelas bahwa orang tersebut menginginkan CALEG yang dicoblosnya mewakili suaranya di dewan perwakilan rakyat. Namun apabila ternyata suara yang dikumpulkan oleh CALEG pilihannya tersebut ternyata tidak mencukupi persyaratan, maka seharusnya suara tersebut ‘tidak boleh diberikan’ ke CALEG lain atau ke orang lain, atau dengan perkataan lain ‘tidak ada siapapun yang berhak atas suara tersebut’, selain dari pada CALEG yang dipilih. Atau dengan perkataan lain lagi adalah ‘haram hukumnya’ apabila ‘hak suara’ tersebut diambil/diberikan kepada CALEG lainnya. Namun apabila hak suara tersebut masih juga diberikan kepada CALEG lain yang ‘tidak dicoblosnya’, maka jelas hal ini telah ‘melanggar hak dan kebebasan memilih’ yang telah dijamin oleh undang-undang, dan orang tersebut dapat ‘menuntut partai politik telah melakukan kekurangan terhadap hak suaranya.’ Secara logika, dan dengan menjunjung tinggi kejujuran’ dan ‘keadilan’ maka seharusnya hak suara tersebut adalah ‘batal demi hukum!’. 3. Bagaimana pula halnya apabila seseorang ‘ingin mencoblos salah seorang anggota partai yang dipercayainya’ untuk mewakili suaranya di dewan perwakilan rakyat, namun FOTO atau NAMA-nya ternyata ‘tidak tercantum’ di dalam surat suara? Jelas hal ini telah ‘melanggar hak pemilih’ untuk bebas menentukan pilihannya! Dengan perkataan lain, maka orang yang akan memberikan hak suaranya tersebut telah ‘digiring oleh peraturan’ untuk masuk ke dalam kategori ‘GOLPUT’ karena memang tidak ada pilihan yang mau dicoblosnya. Jadi secara logika ‘peraturanlah’ yang sebenarnya telah mendorong dan mensahkan adanya GOLPUT. Jadi sebenarnya, apabila kita berfikir secara logika dan dengan menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran, maka peraturan dan tata cara ‘mencoblos’ pada masa ‘ORDE BARU’ ternyata adalah yang paling ‘sesuai’ dan ‘dapat diterima oleh logika, kejujuran, dan keadilan’. Bagi rakyat, CUKUP MENCOBLOS TANDA GAMBAR PARTAI POLITIK yang dipercayainya, dan seterusnya biarlah partai politik secara bertanggungjawab menentukan CALEG-nya untuk duduk di dewan perwakilan rakyat mewakili konstituennya. Disinilah partai politik harus benar-benar ‘bertanding’ melalui wakil- waklinya di DPR, dan disini pulalah para CALEG harus benar-benar punya kecerdasan dan niat yang bersih dan tulus. Di sini pulalah rakyat, wakilnya dan partai politik bersama-sama belajar demi kemajuan dan kemuliaan bangsa dan tanah air Indonesia.

description

Pemilu yang bikin bingung

Transcript of Coblos Gambar Atau Foto

Page 1: Coblos Gambar Atau Foto

COBLOS TANDA GAMBAR PARTAI ATAU COBLOS FOTO/ NAMA CALEG Keluar dari bilik suara pada pagi hari itu, seketika muncul pertanyaan yang sangat mengganggu

fikiran dan perasaan bahkan sampai saat tulisan ini dibuat.

1. Secara logika, kalau seseorang mencoblos ‘TANDA GAMBAR PARTAI’ maka 100% dapat

dipastikan bahwa orang tersebut ‘tidak mau memilih’ salah seorangpun dari CALEG yang foto

atau namanya tercantum di dalam surat suara tersebut. Atau dengan kata lain, hak suara

orang tersebut ‘tidak boleh diberikan’ kepada CALEG yang foto atau namanya tercantum di

dalam surat suara tersebut. Atau dengan perkataan lain lagi, orang tersebut telah

mempercayakan kepada partai politik untuk memilihkan ‘CALEG LAIN’ untuknya, selain dari

CALEG-CALEG yang foto/ namanya ada di dalam surat suara. Apakah partai politik dapat

menjaminnya? Atau apakah memang demikian prosedur yang berlaku di seluruh partai politik

peserta pemilu? Jadi apabila hak suara tersebut masih juga diberikan kepada CALEG yang

foto/namanya tercantum di dalam surat suara, maka jelas hal ini telah ‘melanggar hak dan

kebebasan memilih’ yang telah dijamin oleh undang-undang, dan orang tersebut dapat

‘menuntut partai politik telah melakukan kekurangan terhadap hak suaranya.’

2. Kalau seseorang mencoblos ‘FOTO/NAMA CALEG’, maka 100% sudah jelas bahwa orang

tersebut menginginkan CALEG yang dicoblosnya mewakili suaranya di dewan perwakilan

rakyat. Namun apabila ternyata suara yang dikumpulkan oleh CALEG pilihannya tersebut

ternyata tidak mencukupi persyaratan, maka seharusnya suara tersebut ‘tidak boleh

diberikan’ ke CALEG lain atau ke orang lain, atau dengan perkataan lain ‘tidak ada siapapun

yang berhak atas suara tersebut’, selain dari pada CALEG yang dipilih. Atau dengan perkataan

lain lagi adalah ‘haram hukumnya’ apabila ‘hak suara’ tersebut diambil/diberikan kepada

CALEG lainnya. Namun apabila hak suara tersebut masih juga diberikan kepada CALEG lain

yang ‘tidak dicoblosnya’, maka jelas hal ini telah ‘melanggar hak dan kebebasan memilih’ yang

telah dijamin oleh undang-undang, dan orang tersebut dapat ‘menuntut partai politik telah

melakukan kekurangan terhadap hak suaranya.’ Secara logika, dan dengan menjunjung tinggi

‘kejujuran’ dan ‘keadilan’ maka seharusnya hak suara tersebut adalah ‘batal demi hukum!’.

3. Bagaimana pula halnya apabila seseorang ‘ingin mencoblos salah seorang anggota partai

yang dipercayainya’ untuk mewakili suaranya di dewan perwakilan rakyat, namun FOTO atau

NAMA-nya ternyata ‘tidak tercantum’ di dalam surat suara? Jelas hal ini telah ‘melanggar hak

pemilih’ untuk bebas menentukan pilihannya! Dengan perkataan lain, maka orang yang akan

memberikan hak suaranya tersebut telah ‘digiring oleh peraturan’ untuk masuk ke dalam

kategori ‘GOLPUT’ karena memang tidak ada pilihan yang mau dicoblosnya. Jadi secara logika

‘peraturanlah’ yang sebenarnya telah mendorong dan mensahkan adanya GOLPUT.

Jadi sebenarnya, apabila kita berfikir secara logika dan dengan menjunjung tinggi kebenaran dan

kejujuran, maka peraturan dan tata cara ‘mencoblos’ pada masa ‘ORDE BARU’ ternyata adalah yang

paling ‘sesuai’ dan ‘dapat diterima oleh logika, kejujuran, dan keadilan’. Bagi rakyat, CUKUP

MENCOBLOS TANDA GAMBAR PARTAI POLITIK yang dipercayainya, dan seterusnya biarlah partai

politik secara bertanggungjawab menentukan CALEG-nya untuk duduk di dewan perwakilan rakyat

mewakili konstituennya. Disinilah partai politik harus benar-benar ‘bertanding’ melalui wakil-

waklinya di DPR, dan disini pulalah para CALEG harus benar-benar punya kecerdasan dan niat yang

bersih dan tulus. Di sini pulalah rakyat, wakilnya dan partai politik bersama-sama belajar demi

kemajuan dan kemuliaan bangsa dan tanah air Indonesia.

Page 2: Coblos Gambar Atau Foto

Dengan demikian mudah2an tidak ada lagi CALEG yang stress dan mengalami gangguan kejiwaan

sehabis kalah dalam pemilu, seperti apa yang telah terjadi pada pemilu-pemilu di era reformasi

selama ini. Kalau dipandang dari sudut psikologi, maka ternyata yang terjadi selama ini adalah

banyak para CALEG yang mencalonkan diri sebenarnya ‘tidak layak’ secara psikologi untuk duduk

menjadi wakil rakyat di DPR.

Dan sekarang “SIAPAKAH YANG DAPAT MENJAMIN BAHWA PARA CALEG YANG TELAH BERHASIL

DLAM PEMILU INI DAN AKAN MENJADI ANGGOTA DPR YANG MEWAKILI RAKYAT NANTINYA

ADALAH PARA WAKIL YANG BENAR-BENAR SEHAT SECARA PSIKIS?” karena selama ini kita telah

sering menonton ‘kegilaan-kegilaan’ yang terjadi di dalam gedung DPR, dan ‘korupsi’ sebenarnya

adalah manifestasi dari suatu ‘kondisi psikis yang sakit’, jadi kalau kita kembalikan kata ‘korupsi’ ke

akar katanya ‘corrupt’ yang berarti ‘rusak/sakit’, maka bukan hanya mencuri uang rakyat saja yang

dapat disebut korupsi, akan tetapi tindakan teriak-teriak, memaki-maki, marah-marah sampai

melempar asbak di ruang rapat, atau bahkan menerobos ‘lampu merah’ di perempatan jalan juga

adalah manifestasi dari kondisi jiwa/mental/psikis yang rusak/sakit, atau yang juga disebut

“korupsi.”

Marilah kita kembali ke logika berfikir yang sehat, jujur dan juga adil.

Wallahu’alam.