Clinical Technique

58
CLINICAL TECHNIQUE a. Initial Clinical Procedure Hal-hal yang diperlukan dalam tahap prosedur klinik adalah pemeriksaan lengkap, diagnosis, dan rencana perawatan sebelum akan pasien dijadwalkan untuk menjalani suatu operasi (dalam hal ini tidak termasuk kondisi gawat darurat).Sebelum melakukan prosedur restorasi, hendaknya mempelajari kembali secara singkat mengenai rekam medis pasien, rencana perawatan, dan ronsen foto yang ada. b. Preparation of the Operating Site Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area operasi dengan menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan superfisial. Menghilangkan kalkulus dengan beberapa instrumen juga diperlukan. Tahapan-tahapan tersebut akan menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding. Prophy paste terdiri dari flavoring agents, gliserin, atau fluoride yang berperan melawan kontaminan dan sebaiknya diberikan untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah saat prosedur etsa asam. c. Shade selection Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna gigi dengan komposit material. Umunya gigi berwarna putih dengan berbagai derajat variasi dari abu-abu,kuning, atau orange. Juga berbeda-beda sesuai translusensi, ketebalan,

description

jhgfdsdfghkjhvcxxcvbjkjhgdfghjk

Transcript of Clinical Technique

Page 1: Clinical Technique

CLINICAL TECHNIQUE

a. Initial Clinical Procedure

Hal-hal yang diperlukan dalam tahap prosedur klinik adalah pemeriksaan lengkap,

diagnosis, dan rencana perawatan sebelum akan pasien dijadwalkan untuk menjalani suatu

operasi (dalam hal ini tidak termasuk kondisi gawat darurat).Sebelum melakukan prosedur

restorasi, hendaknya mempelajari kembali secara singkat mengenai rekam medis pasien,

rencana perawatan, dan ronsen foto yang ada.

b. Preparation of the Operating Site

Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak

melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area operasi

dengan menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan

superfisial. Menghilangkan kalkulus dengan beberapa instrumen juga diperlukan. Tahapan-

tahapan tersebut akan menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding. Prophy paste

terdiri dari flavoring agents, gliserin, atau fluoride yang berperan melawan kontaminan dan

sebaiknya diberikan untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah saat prosedur etsa

asam.

c. Shade selection

Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna gigi dengan komposit

material. Umunya gigi berwarna putih dengan berbagai derajat variasi dari abu-abu,kuning,

atau orange. Juga berbeda-beda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi dari enamel dan

dentin dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti fluorosis, efek

tetrasiklin,dan perawatan endodontik.

Kebanyakan pabrik menyediakan shade guide untuk material yang spesifik, yang pada

umunya tidak dapat diganti dengan material dari pabrik lain. Beda pabrik akan beda shade

guidenya. Pencahayaan yang baik sangat dibutuhkan ketika melakukan pemilihan warna.

Pencahayaan alami lebih diutamakan disini. Ketika memilih warna yang tepat, shade guide

diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya secara umum. Kemudian

seseorang yang lain mencocokkan dengan label shade guide yang spesifik disamping area

yang direstorasi. Sebagian label shade sebaiknya diletakkan berdekatan dengan bibir pasien

Page 2: Clinical Technique

untuk mendapatkan efek yang natural. Area servikal biasanya lebih gelap daripada area

incisal. Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Beberapa dokter kadang

meminta bantuan asistennya untuk membantu menentukan warna yang tepat. Pemilihan

warna final bisa dicek oleh pasien dengan menggunakan hand mirror.

d. Isolasi dengan Cotton Roll

Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva, lidah yang

mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah adalah sedikit dari masalah-masalah

yang harus diatasi sebelum prosedur kerja yang teliti dan tepat dapat dilakukan. Beberapa

metode dapat dilakukan untuk mengisolasi daerah kerja, seperti penggunaan rubber dam dan

cotton roll (Baum dkk, 1995).

Absorben seperti cotton roll dapat digunakan untuk mengisolasi gigi sebelum dilakukan

perawatan. Penggunaan cotton roll merupakan alternatif, dan dilakukan apabila penggunaan

rubber dam dianggap tidak praktis, atau tidak dapat digunakan. Cotton roll memungkinkan

terjadinya kontrol kelembapan sehingga mendukung sifat bahan anastesi. Penggunaan cotton

roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002).

Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll efektif dalam menghasilkan isolasi

jangka pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan sealant, dan aplilan topikal

fluoride (Chandra & Chandra, 2008).

Cotton roll kering dijepit dengan cotton roll holder atau pinset, yang dipegang oleh

asisten dokter gigi. Apabila cotton roll telah dibasahi seluruhnya oleh saliva, asisten dokter

gigi bertanggung jawab untuk mengganti dengan cotton roll yang kering. Kadang-kadang,

saliva pada cotton roll yang telah basah dapat dihisap dengan suction, sehingga penggantian

cotton roll tidak perlu dilakukan. Beberapa produk untuk memegang cotton roll dalam

berbagai posisi telah tersedia di pasaran. Tetapi, cotton roll holder harus sering dikeluarkan

dari mulut untuk mengganti cotton roll yang telah basah, sehingga penggunaan cotton roll

holder ini dianggap tidak praktis dan membuang waktu, oleh karena itu cotton roll holder

jarang digunakan. Walaupun demikian, cotton roll holder mempunyai keuntungan, yaitu

dapat digunakan untuk meretraksi pipi dan lidah dari gigi, sehingga menyediakan akses dan

pandangan yang baik ke daerah operasi (Roberson, 2002).

Page 3: Clinical Technique

Menempatkan cotton roll ukuran sedang pada vestibulum fasial dilakukan untuk

mengisolasi gigi rahang atas (Roberson, 2002). Menurut Anonim (1996), terdapat dua hal

penting yang perlu diperhatikan untuk memudahkan isolasi gigi rahang atas adalah:

1. Atur posisi pasien pada supine position dengan kepala dimiringkan ke belakang dan

dagu menghadap ke atas. Posisi ini meningkatkan kontrol kelembapan secara

signifikan, sekaligus memudahkan pandanghan ke daerah operasi.

2. Dengan menggunakan kaca mulut selama prosedur perawatan. Tempatkan kaca mulut

pada sisi distal dari gigi yang diisolasi, sehingga didapatkan finger rest yang tepat.

Selain memungkinkan adanya indirect vision, penempatan kaca mulut juga berperan

dalam menjaga agar lidah tetap jauh dari gigi. Kaca mulut juga menahan pasien,

sehingga pasien tidak dapat menutup mulut selama prosedur perawatan.

Untuk mengisolasi gigi pada rahang bawah, cotton roll ukuran sedang diletakkan pada

vestibulum fasial, dan cotton roll ukuran besar diletakkan diantara gigi dan lidah.

Penempatan cotton roll pada vestibulum dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan

penempatan cotton roll pada lingual gigi mandibula lebih sulit untuk dilakukan. Penempatan

cotton roll pada lingual gigi mandibula dapat dilakukan dengan memegang ujung mesial dari

cotton roll dan menempatkan cotton roll pada daerah yang diinginkan. Jari telunjuk atau jari

pada sisi tangan yang lain digunakan untuk menekan cotton roll ke arah gingiva sambil

memutar cotton roll dengan penjepit ke arah lingual gigi.

Gigi lalu dikeringkan dengan menggunakan air syringe. Setelah cotton roll

ditempatkan, saliva ejector dimasukkan ke dalam mulut dan diatur posisinya. Perlu

diperhatikan bahwa sebelum mengeluarkan cotton roll dari mulut, sebaiknya cotton roll

dibasahi dengan air terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya perpindahan epitel pipi,

dasar mulut, dan bibir (Roberson, 2002).

TIPE-TIPE PREPARASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT

a. BEVELED CONVENTIONAL TOOTH PREPARATION

Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi gigi bentuk

konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada margin enamel dibentuk bevel

Page 4: Clinical Technique

pada margin enamel. Preparasi ini dapat dibentuk dan disempurnakan dengan menggunakan

diamond atau stone bur.

Preparasi beveled conventional ini didesain untuk suatu gigi dimana gigi tersebut

sudah direstorasi (biasanya restorasi amalgam), tetapi restorasi tersebut akan diganti dengan

menggunakan resin komposit. Preparasi dengan desain ini lebih cocok digunakan pada

kavitas klas III, IV, dan V.

Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah

perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah

ikatan antara resin dengan email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi,

mengurangi marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal. Bevel

pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur gigi

sehingga tampak lebih estetik.

Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini biasanya tidak

ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau permukaan lain yang berkontak

tinggi karena pada preparasi konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana

perlekatannya memanfaatkan enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak

ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini akan memperluas cavosurface

margin. Preparasi bevel conventional jarang digunakan untuk restorasi resin komposit pada

gigi posterior.

b. CONVENSIONAL TOOTH PREPARATION

Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada dasarnya

sama seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outline diperlukan untuk

perluasan dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk yang sama, kedalaman

dentin, membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat dengan restorasi materialnya.

Pada preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi marginal, retensi

groove, dan perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda. Desain preparasi ini digunakan

secara ekstensif pada restorasi amalgam dan komposit masa lampau, dan desain ini bisa

digabungkan ketika penggantian restorasi menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan preparasi

konvensional sebelumnya tidak hanya dibatasi pada preparasi permukaan akar saja, namun

bisa juga menjadi desain untuk kelas 3, 4 dan 5.

Page 5: Clinical Technique

Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi komposit adalah

(1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1 dan 2 sedang sampai besar.

Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan memberikan bentuk preparasi yang baik

karena ada retensi groovenya. Desain ini memberikan perlindungan yang baik antara

komposit dan permukaan dentin atau sementum dan memberikan retensi pada material

komposit di dalam gigi.

Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan bentuk

resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi konvensional menggunakan amalgam.

Bur inverted cone ataupun bur karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain

preparasi yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya

lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur inverted cone akan membuat hasil

preparasi yang kasar bila menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain

konservatif dari ekstensi oklusal fasiolingual.

Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan

amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih dari 90

derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk dinding

yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar, peningkatan

area kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil menghasilkan smear

layer yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer

ketika dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem self-etching bonding bisa

menyebabkan terjadinya efek negative pada smear layer, karena asam yang dikandung

semakin sedikit. Penggunaan istrumen putar tergantung keinginan operator, yang

berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilannya.

Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan restorasi

komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit ketika melakukan preparasi

kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk membentuk kavitas yang lebih

kecil. Karena pentingnya bentuk struktur gigi maka restorasi komposit kelas 1 dan 2

konvensional harus dilakukan dengan sesedikit mungkin perluasan fasiolingual dan harus

diperluas sampai area pit dan fisur pada permukaan oklusal ketika sealant diperlukan.

c. MODIFIED TOOTH PREPARATION

Page 6: Clinical Technique

Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun kedalaman

pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel margin. Perbedaan yang mencolok

antara teknik preparasi konvensional dan modified adalah bahwa preparasi modified ini tidak

dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan kedalaman pada teknik ini

diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman dari lesi karies atau kerusakan

yang lain.

Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan sekonservatif mungkin

dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada struktur gigi untuk mempertahankan restorasi

di dalam mulut. Round burs atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini,

yang akan menghasilkan disain marginal yang serupa dengan beveled preparation, struktur

gigi yang dibuang sedikit.

BOX-ONLY

Indikasi:

Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja.

Instrument:

Inverted cone bur atau round diamond stone/bur.

Cara kerja:

1. Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur atau round

diamond stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis mahkota gigi.

2. Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal ridge.

3. Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada dentinoenamel

junction.

FACIAL ATAU LINGUAL SLOT

Indikasi:

Page 7: Clinical Technique

Modifikasi desain yang ketiga dalam merestorasi kavitas bagian proksimal pada gigi

posterior adalah dengan menggunakan preparasi fasial atau lingual slot. Pada kasus ini, lesi

terdapat pada permukaan proximal, namun operator yakin bahwa akses menuju lesi tersebut

dapat dicapai baik dari arah facial maupun lingual daripada arah oklusal.

Instrument:

Round diamond stone/bur.

Cara kerja:

1. Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian occlusogingival.

2. Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan, pertahankan permukaan

lingual atau facial dari gigi terdekat tersebut.

3. Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction.

Sudut pada oklusal, fasial, dan gingival cavosurface margin sebesar 90o atau lebih.

Preparasi dengan teknik ini hampir serupa dengan preparasi kelas III pada gigi anterior.

PULPAL PROTECTION

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk restorasi komposit

diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara langsung. Walaupun beberapa penulis

menyarankan penggunaan resin-bonding agen, buku ini merekomendasikan penggunaan liner

dari kalsium hidroksida untuk pembukaan pulpa vital. Karena material komposit merupakan

bahan yang retentif dan kuat, maka penggunaan base pada preparasi yang dalam biasanya

tidak diperlukan.

PRELIMINARY STEPS FOR ENAMEL AND DENTIN BONDING

Teknik etsa asam dilakukan untuk mengoptimalkan hasil, termasuk isolasi dari

cairan seperti saliva dan cairan sulkus dengan menggunakan rubber dam atau gulungan kapas

dan alat retraksi. Etsa pada email mempengaruhi inti email dan bagian email yang

mengelilinginya. Etsa pada dentin mempengaruhi dentin intertubuler dan peritubuler,

Page 8: Clinical Technique

menghasilkan pembukaan pada tubuler, menghilangkan permukaan hidroksiapatit dan

meninggalkan fibril kolagen yang betautan.

Cairan dan gel etsa sudah tersedia, konsentrasi asam fosforik sekitar 32% hingga

37%. Etsa likuid bisa digunakan untuk penetsaan permukaan yang luas, seperti pada sealant

dan full veneer. Thixotropic gels digunakan oleh banyak praktisi untuk dinding preparasi

termasuk bevel dan margin. Etsa dalam bentuk gel dapat digunakan dengan brush atau paper-

point endodontik dengan hati-hati, namun biasanya syringe digunakan untuk menginjeksikan

gel tersebut ke gigi yang sedang di preparasi. Permukaan yang dietsa tidak boleh

terkontaminasi oleh cairan yang ada di rongga mulut. Jika terkena, maka prosedur tersebut

harus diulang. Untuk preparasi yang melibatkan area proksimal dari gigi anterior, matriks

polyester diletakkan diantara gigi sebelum asam di aplikasikan untuk menghindari etsa pada

gigi yang berdekatan.

INSERSI RESIN KOMPOSIT

Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu

aplikasi adesif bonding. Tahap kedua yaitu insersi material restorative. Saat ini terdapat dua

tipe komposit, yaitu self-cured dan light cured. Komposit tipe self cured tidak lagi digunakan

secara luas karena tipe light cured lebih memberikan beberapa keuntungan seperti

berkurangnya diskolorisasi, berkurangnya porositas, penempatan yang lebih mudah, dan

finishingnya pun lebih mudah.

Karena sumber sinar harus diaplikasikan pada komposit light cured agar

menyebabkan polimerisasi, maka material komposit harus diinsersikan pada preparasi gigi

dengan ketebalan 1-2 mm. hal ini akan menyebabkan sinar dapat mempolimerisasi komposit

dengan sebaik-baiknya dan akan mengurangi efek dari pengkerutan polimerisasi, terutama

pada sepanjang dinding gingival.

Baik instrumen tangan maupun alat syringe dapat digunakan untuk menginsersi

komposit light cured maupun self cured. Penggunaan instrument tangan lebih popular

digunakan karena lebih mudah dan cepat. Kekurangan dari penggunaan instrument tangan

yaitu udara dapat terperangkap pada preparasi gigi atau tidak dapat tercampur pada material

saat prosedur insersi. Teknik syringe digunakan karena dapat memberikan kenyamanan

dalam memindahkan material komposit ke preparasi gigidan mengurangi kemungkinan

terperangkapnya udara. Pada preparasi yang kecil, teknik syringe akan mendapatkan

Page 9: Clinical Technique

kesulitan karena ujung syringe yang terlalu besar sehingga sebaiknya tip syringe yang kosong

sebelumnya sudah dicobakan pada preparasi gigi. Komposit yang dapat diinjeksikan

tergantung pula pada viskositasnya. Beberapa komposit microfill tidak dapat diinjeksikan,

sehingga bahan-bahan material sebaiknya dievaluasi sebelum penggunaan klinis.

FINISHING DAN POLISHING COMPOSITE

Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan

polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat

dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3

menit setelah pengerasan awal.

Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :

1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b

atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium,

atau nikel titanium.

2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari

flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing

strips, dan pasta polishing.

Diamond dan carbide burs

Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat

digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi.

Discs

Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat

mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari

yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan finishing

dan polishing.

Page 10: Clinical Technique

Impregnated rubber points dan cups

Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk

mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat

permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini

adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk

bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual

gigi anterior

Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk

membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa

digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus

berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan

plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa

jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:

1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area

proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari

resin komposit.

2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada

aspek distal

3. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing

permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.

4. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal

5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan

permukaan oklusal restorasi

6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing

permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

Page 11: Clinical Technique

1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai

dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.

2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil, kontak

dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.

Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna

permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I DIREK

INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

1. Restorasi yang berukuran kecil dan sedang

2. Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika

mempertimbangkan segi estetik

3. Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal

4. Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat

5. Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan

6. Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan untuk mahkota

7. Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi yang

melemah

8. Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal. (Summit dkk,

2001)

KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

1. Ketika letak daerah yang akan ditumpat tidak dapat diisolasi

2. Ketika terjadi tekanan oklusal yang berat

3. Ketika seluruh kontak oklusal hanya terjadi pada komposit

4. Pada restorasi yang meluas ke permukaan akar. Kebanyakan, perluasan ke permukaan

akar dengan restorasi komposit akan terbentuk V-shaped gap (celah kontraksi) di

Page 12: Clinical Technique

antara akar dan komposit. Celah ini muncul akibat dari penyusutan polimerisasi

komposit lebih besar daripada initial bond strength komposit terhadap dentin pada

akar. V-shaped gap terdiri atas komposit pada sisi restorasi dan denti yang

terhibridisasi pada sisi akar. Efek jangka panjang dari timbulnya celah tersebut masih

belum diketahui

5. Pasien yang memiliki kebiasaan grinding atau clenching

Gambar 4. Celah pada permukaan akar

KEUNTUNGAN RESTORASI KOMPOSIT KELAS I DIREK

Dibawah ini merupakan beberapa keuntungan restorasi menggunakan bahan

tumpatan resin komposit, yaitu:

1. estetik

2. pengurangan struktur gigi secara konservatif (pengurangan struktur gigi minimal)

3. mudah, preparasi gigi tidak terlalu kompleks/rumit

4. ekonomis (bila dibandingkan dengan mahkota dan restorasi gigi secara tidak

langsung)

5. insulasi

6. keuntungan bonding

microleakage berkurang

mengurangi terjadinya karies sekunder

mengurangi sensitifitas post operative

meningkatkan retensi

Page 13: Clinical Technique

meningkatkan kekuatan struktur gigi yang tersisa

7. mudah dipolish

8. tidak mengalami diskolorasi

9. melekat pada permukaan gigi secara mekanis, yaitu melalui mikropit yang ada pada

permukaan email

KERUGIAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I DIREK

Beberapa kerugian restorasi dengan resin komposit kelas I direk adalah:

1. Kemungkinan besar penggunaannya terlokalisir

2. Adanya efek pengerutan polimerisasi (shrinkage polymerisation)

3. Tidak diketahuinya biokompatibilitas dari beberapa komponen

4. Membutuhkan waktu lebih untuk restorasi

5. Elastisitas rendah

6. Dapat terjadi fraktur pada marginal ridge

7. Adanya beberapa teknik yang sensitive, seperti:

etching, priming, penempatan bahan adhesif

penumpatan komposit

curing komposit

membentuk kontak proksimal

finishing dan polishing

8. Lebih mahal daripada restorasi amalgam

9. Dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit

Kegagalan restorasi resin komposit dapat disebabkan oleh faktor berikut, perbedaan masing-

masing koefisien termal ekspansi diantara resin komposit, dentin dan enamel, penggunaan

oklusi dan pengunyahan yang normal, dan kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora

yang ada, lingkungan mulut bersifat asam, maka akibat kegagalan ini dapat terjadi kebocoran

tepi pada resin komposit.

Page 14: Clinical Technique

10. Sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa serta adaptasi yang tidak baik terhadap

dinding kavitas.

Sifat iritasi resin komposit erat hubungannya dengan sifat kimia bahan tersebut.

Sayegh menyatakan bahwa resin komposit merupakan bahan tumpat yang bersifat toksik

terhadap jaringan pulpa. Ini berarti resin komposit dapat mengiritasi serta mengakibatkan

radang pulpa. Namun lebih lanjut Brannstrom mengemukakan bahwa iritasi pulpa ini

terutama di sebabkan oleh kebocoran yang terjadi melalui tepi tumpatan serta diikuti oleh

invasi mikroorganisme dan cairan mulut melalui tubuli dentin. Kebocoran tersebut terutama

disebabkan oleh pengerutan yang terjadi selama polimerisasi resin komposit. Keadaan

demikian dapat mengakibatkan kegagalan adaptasi bahan tersebut terhadap dinding kavitas.

CLINICAL TECHNIQUE FOR DIRECT CLASS I COMPOSITE

RESTORATIONS

a. Initial Clinical Procedures

Akhir-akhir ini semen komposit dianggap tidak lagi cocok untuk digunakan merestorasi

kavitas oklusal, tetapi untuk kavitas yang kecil pada permukaan oklusal gigi yang cukup

sehat dapat dilakukan restorasi dengan komposit etsa asam, asalkan fisura yang masih ada

juga direstorasi pada saat yang bersamaan. Dengan makin membaiknya sifat fisik dari resin

komposit, bahan ini dapat dipertimbangkan kegunaannya untuk kavitas yang besar. Dewasa

ini resin komposit hanya cocok digunakan untuk restorasi kavitas lingual pada gigi yang

sudah dirawat saluran akar.

Sama seperti prosedur preparasi umumnya, preparasi kelas I restorasi komposit didahului

dengan seleksi area yang akan dipreparasi. Diperlukan juga penilaian terhadap hubungan

oklusi dengan gigi antagonisnya untuk meminimilkan terjadinya trauma oklusi. Isolasi pada

daerah operasi pada umumnya tidak menjadi masalah, tetapi sangat menentukan keberhasilan

dari preparasi.

b. Tooth Preparation

Page 15: Clinical Technique

Terdapat tiga tipe dalam preparasi komposit, yaitu konvensional, beveled conventional,

dan modifikasi. Konvensional preparasi dapat digunakan untuk meningkatkan resistance

form yang dapat meminimalkan terjadinya fraktur pada gigi dan bahan komposit pada saat

selesai preparasi. Preparasi konvensional ini juga digunakan pada gigi dengan area preparasi

yang luas serta memiliki tekanan oklusal yang besar. Desain bevel konvensional, preparasi

konvensional, atau kombinasi keduanya, dasar kavitas yang rata untuk menerima tekanan

oklusal, kekuatan gigi, serta konfigurasi dari permukaan restorasi merupakan unsur-unsur

yang dapat membantu dalam menahan kemungkinan frakturnya gigi dan restorasi.

Restorasi kavitas kecil hingga sedang preparasinya dapat menggunakan preparasi

modifikasi, yang biasanya tidak memiliki karakteristik resistance form pada preparasi

konvensional. Preparasi jenis modifikasi ini memiliki pelebaran pada bagian cavosurface

tanpa adanya bagian yang datar pada pulpa atau axial wall. Preparasi ini biasanya lebih

membulat dan lebih kecil, sehingga lebih bersifat konservatif pada gigi. Pada preparasi jenis

ini dapat digunakan cutting instrument.

Berbagai tipe cutting instrument dapat digunakan pada preparasi kelas I, secara umun

ukurannya sesuai dengan lesi yang ada, dan ketajamannya dapat berguna dalam pembentukan

retensi dan resistensi yang diinginkan. Bila permukaan oklusal yang akan direstorasi lebih

luas, maka dapat kita gunakan disain boxlike preparation, preparasi ini menghasilkan

resistensi dan retensi yang besar terhadap terjadinya fraktur.

TEKNIK PREPARASI

a. CONVENSIONAL

Untuk preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan inverted cone diamond

lewat distal area pit pada permukaan oklusal, posisikan sejajar dengan sumbu akar dan

mahkota. Saat diantisipasi bahwa seluruh panjang mesiodistal dari sentral groove yang akan

dipreparasi, lebih mudah memasukkan bagian distal terlebih dulu dan kemudian melintasi

mesial.

Teknik ini memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk operator selama

melakukan preparasi. Siapkan pulpal floor untuk kedalaman inisiasi awal 1,5 mm, yang

diukur dari sentral groove (Gb. 5) . Setelah daerah groove sentral dibuang, facial atau lingual

diukur kedalaman, ini akan lebih besar, biasanya sekitar 1,75 mm, tetapi

Page 16: Clinical Technique

ini tergantung pada kecuraman dari kecondongan cuspal (Gb. 6). Biasanya kedalaman awal

ini adalah kira-kira 0,2 mm dalam (internal) di Dej. diamond dipindahkan ke mesial (Gb. 7)

untuk menyertakan sisa lain, mengikuti groove sentral, sebaik turun naiknya DEJ (Gb. 8).

Perluasan permukaan bukal dan lingual dan lebar mengikuti karies, material restorasi

lama, atau kesalahan. Mempertahankan kekuatan cuspal dan marginal ridge sebanyak

mungkin. Meskipun ikatan akhir restorasi komposit akan membantu memulihkan beberapa

kekuatan melemah, permukaan yang tidak dipreparasi, lingual mesial, atau distal struktur

gigi, bentuk outline harus sebagai konservatif mungkin di daerah ini. Perluasan pada cups

harus seminimal mungkin. Perluasan sampai marginal ridge harus menghasilkan kira-kira 1,6

mm ketebalan gigi sisa struktur (diukur dari perluasan internal ke kontur proksimal) untuk

premolar dan kira-kira 2 mm untuk geraham (Gb. 9). Perluasan terbatas tergantung oleh

dukungan dentin pada marginal ridge email dan cups. Diamond berjalan sepanjang groove

dan menghasikan pulpal floor yang datar dan mengikuti naik turunnya DEJ. Jika perluasan

mengharuskan pengurangn cups, ini sama kira-kira 1,5 mm kedalaman dipertahankan,

biasanya menghasilkan pulpal floor naik ke oklusal (Gb. 10).

Gambar 5. Diamond is moved mesially to include all faults

Page 17: Clinical Technique

Gambar 6. Mesiodistal initial pulpal depth preparation follows DEJ. A, Mesiodistal cross-section of premolar. B, Move cutting instrument mesially. C, Follow contour of DEJ.

Gambar 8. Faciolingual extension. Maintain initial 1.5-mmpulpal depth up cuspal inclines.Gambar 7. Mesiodistal extension. Preserve dentin support of marginal ridge enamel. A, Molar. B, Premolar.

Gambar 9. Groove extension. A, Cross-section through facial and lingual groove area. B, Extension through cusp ridge at 1.5 mm initial pulpal depth; facial wall depth is 0.2 mm

inside the DEJ. C, Facial view.

Page 18: Clinical Technique

Gambar 10. Beveling a facial groove extension. Coarse diamond creates a 0.5-mm bevel width at a 45-degree angle. A, Facial view. B, Occlusal view.

b. MODIFIED

Preparasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ketebalan yang cukup bagi

bahan restoratif. Semua tepi harus mempunyai butt-joint cavosurface angle 90º untuk

mendapatkan kekuatan tepi bagi bahan restorasi. Semua tepi dan sudut harus dibuat

membulat untuk menghindari tekanan pada restorasi dan gigi, sekaligus mengurangi

kemungkinan terjadinya fraktur.

Bur carbide atau diamond yang digunakan untuk preparasi gigi harus yang berbentuk

tappered supaya dinding fasial dan lingual divergen ke arah oklusal. Bentuk divergen ini

akan mempermudah insersi pasif untuk restorasi. Ujung mata bur harus bulat supaya sudut

yang dibentuk tidak tajam, sehingga dapat mengurangi stress internal. Derajat divergensi di

antara 2º-5º pada setiap dinding. Sepanjang preparasi, instrument potong digunakan untuk

membuat dinding vertikal sejajar aksis panjang mahkota gigi.

Preparasi pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan komposit dan

keramik memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran 1,5mm untuk mengurangi fraktur

pada restorasi. Dinding fasial dan lingual dipreparasi sehingga cusps datar dan halus.

Idealnya, tidak boleh ada undercut yang menghalangi insersi bahan restorasi. Jika ada

undercut yang kecil, bisa ditutupi dengan menggunakan liner semen ionomer. Dinding pulpa

juga harus rata dan halus. Jika sisa karies atau bahan restorasi yang sebelumnya akan

dibuang, dindingnya direstorasi dengan liner/base light-cured semen ionomer. Margin

Page 19: Clinical Technique

gingival dikurangi seminimal mungkin karena margin pada enamel lebih sering digunakan

untuk bonding.

Apabila bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies, maka preparasi

dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang transitional line angle agar kerusakan

dapat dihilangkan. Dinding aksial pada pelebaran ini di preparasi untuk mendapatkan

ketebalan restorasi yang mencukupi. Cusp haruslah di capping jika preparasi melebihi 2/3

atau lebih dari groove primer ke ujung cusps. Jika cusps di capping, preparasi dikurangi 1,5-

2mm dan mempunyai cavosurface angle 90º. Apabila cusps dikapping, terutama centric

cusps, shoulder haruslah dibuat dengan cavosurface margin fasial dan lingual menjauhi dari

kontak gigi antagonis.

TEKNIK RESTORASI

Matrix tidak di perlukan pada preparasi restorasi karena konturnya dapat dikontrol

secara langsung pada saat material komposit dimasukan ke dalam preparasi seperti pada

restorasi klas V. Hal ini benar terutama pada pemakaian lightcured material dimana

mempunyai working time yang lebih lama, sehingga operator dapat membuat kontur pada

restorasi apabila material restorasi masih berada dalam keadaan yang belum terpolimerisasi.

ETCHING, PRIMING DAN PENEMPATAN ADHESIVE

a. TEKNIK ETSA

Tujuan:

Pengerutan polimerisasi terjadi ketika resin metakrilat mengeras, oleh karena itu kebocoran

tepi restorasi lebih mungkin terjadi pada restorasi resin dibandingkan bahan jenis lain. Bahan

komposit yang ada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk menahan kebocoran tepi,

sehingga kebocoran cairan mulut sering terjadi pada bagian yang berdekatan dengan

restorasi. Secara singkat tujuan etsa asam adalah meningkatkan perlekatan mekanis dan

menutup tepi. Prosedur ini memperluas penggunaan bahan restorasi berbasis resin karena

memberikan ikatan yang kuat antara resin dan email serta memecahkan masalah yang

Page 20: Clinical Technique

dihadapi oleh restorasi berbasis resin yaitu perubahan warna di bagian tepi karena kebocoran

tepi restorasi yang berhadapan.

Penggunaan

Teknik etsa asam membentuk basis bagi kebanyakan prosedur inovatif kedokteran gigi,

seperti retensi logam berikatan resin, vinir berlapis porselen dan braket ortodontik.1 Secara

sistematis, ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan etsa asam : metode, waktu,

konsentrasi asam, dan tipe asam yang digunakan.

Metode

Asam fosforik dapat diaplikasikan dalam bentuk gel dengan menggunakan kuas atau

injeksi. Kuas lebih dianjurkan karena ujung yang baik dari kuas akan mengikatkan

asam ke enamel pada preparasi chamfer-shoulder dan bulu kuas yang halus akan

mencegah gosokan kasar yang nantinya akan menghasilkan penurunan retensi akibat

fraktur dari enamel interstitial yang mengelilingi pori-pori yang sangat kecil

(micropore).

Waktu

Waktu yang digunakan untuk etsa asam fosforik tidaklah lama, normalnya 10-60

detik.3 Waktu yang lebih lama tidak akan menambah kekuatan ikatan. Namun,

lamanya pemberian etsa bervariasi tergantung riwayat gigi yang dietsa. Aplikasi dapat

lebih lama (1 menit atau lebih) pada gigi susu dan gigi yang mengalami fluorosis

karena keduanya bersifat melawan prosedur etsa.

Konsentrasi asam

Konsentrasi 30%-50% adalah yang paling efektif dan banyak terdapat di pasaran.1,3

Konsentrasi 37% merupakan konsentrasi terbanyak di pasaran. Konsentrasi lebih dari 50%

dapat menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada permukaan teretsa

yang menghambat kelarutan lebih lanjut.

Tipe asam yang digunakan

Ada 2 macam tipe asam yang dapat digunakan untuk etsa yaitu gel dan larutan encer. Tipe

larutan encer mudah untuk digunakan tetapi sangat sulit untuk mengontrol flow cairan.2,3

Gel fosforik dengan viskositas tinggi seperti Caulk Gel Etchant atau Ultradent Etching Gel

Page 21: Clinical Technique

lebih mudah untuk dikontrol secara klinis.2 Dalam pembuatannya, gel tersebut seringkali

dibuat dengan menambah silika koloidal atau butiran polimer ke dalam asam.

Pada umumnya etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan bahan dapat lebih

dikendalikan. Selama peletakan usahakan agar gelembung udara antara kedua bahan tidak

masuk karena jika ada gelembung udara daerah tersebut tidak dapat teretsa. Setelah dietsa,

asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, kemudian enamel dikeringkan. Tanda

keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel yang berwarna putih salju. Enamel ini

harus dijaga agar tetap kering sampai resin diletakkan, tujuannya untuk membentuk ikatan

yang baik. Kontak dengan saliva atau darah misalnya, walaupun hanya sebentar dapat

menghalangi pembentukan resin tag yang efektif dan mengurangi kekuatan ikatan. Jika

terjadi kontaminasi, kontaminan harus segera dibersihkan, enamel dikeringkan serta dietsa

kembali selama 10 detik (lebih singkat dari waktu etsa awal).

b. TEKNIK PRIMER

Primer harus diaplikasikan pada semua struktur gigi yang dipreparasi dengan

menggunakan microbrush atau applicator. Pabrik akan menentukan lama aplikasi bahan

primer serta lama penyinaran. Apabila sudah dilapisi dengan primer maka dentin seharusnya

mengkilap secara rata, dan jika terdapat bagian yang kering maka harus diberi lapisan primer

lagi.

c. PENEMPATAN ADHESIF

Jika sistem bonding tidak menyatukan primer dan adhesive, maka bonding adhesive

diaplikasikan. Microbrush atau applicator digunakan untuk mengaplikasikan bahan adhesive

semua bagian atau struktur gig yang telah di etsa dan di primer. Harus diperhatikan agar

bahan adhesive tidak mengalir ke bagian yang lain. Apabila sudah diaplikasikan, bahan

adhesive dipolimerisasi dengan penyinaran cahaya. Setelah polimerisasi material komposit

akan terikat secara langsung dengan bahan adhesive tersebut.

INSERSI DAN CURING THE COMPOSITE

Page 22: Clinical Technique

Self cured atau light cured komposit dapat diinsersi dengan instrument tangan atau

syringe. Komposit self-curing jarang digunakan untuk restorasi klas V karena light-curing

mempunyai banyak kelebihan dibanding self-curing. Diusapakan campuran komposit self-

cured pada preparasi dengan menggunakan instrument tangan sambil vibrasi. Ujungnya dapat

dilubrikasi dengan bonding adhesive. Biasanya prosedur ini dilakukan dua kali supaya

preparasi terisi penuh atau lebih. Kemudian eksesnya dibersihkan dimulai dari gingival

cavosurface margin dengan menggunakan eksplorer No. 2 atau dengan menggunakan blade

pada instrument komposit, seterusnya pada bagian struktur gigi yang tidak dipreparasi,

gingival dan terakhir pada bagian yang dipreparasi. Jika komposit mulai mengeras, maka

konturing harus dihentikan.

Material light-cured direkomendasikan umumnya untuk preparasi klas V disebabkan

oleh working time yang lebih lama dan kontur yang dapat dikontrol sebelum terjadi

polimerisasi. Hal ini sangat berguna pada restorasi dengan preparasi yang besar atau pada

preparasi dengan merginnya yang terletal pada cementum, karena instrument rotasi dapat

merusakan struktur gigi.

KONTURING DAN POLISHING KOMPOSIT

Konturing dapat dimulai dengan segera setelah penyinaran light-cured materi

komposit selesai polimerisasinya atau 3 menit sesudah pengersan materi self-cured.

Permukaan oklusal dibentuk dengan round, 12-bladed carbide finishing bur atau bentuk yang

serupa untuk finishing diamond. Special carbide-tipped carvers (carbide carvers;brasseler

USA, Savannah,Ga) digunakan untuk menghilangkan kelebihan komposit yang panjang di

daerah tepi oklusal. Finishing dilakukan dengan piloshing cups atau point atau keduanya

setelah oklusi diperoleh. Setelah itu dilakukan pembentukan anatomi oklusal komposit gigi

sehingga juga diperoleh seni dalam insersinya .

Tahapan:

Page 23: Clinical Technique

1. Diamond fine 8274-016 (red band) digunakan untuk membuat kontur dan meperbaikii morfologi oklusal gigi. Ujung cups, kemiringan instrument diletakkan dengan benar pada fossa dari arah bukal atau lingual

2. Diamond ET 6 Fine (red band) digunakan untuk membuat kontur dan antomi oklusal gigi. Ujung instrument ditempatkan dengan tepat di tengah fossa dan diarahkan daru bukal maupun sisi lingual. Bisa digunakan untuk fossa sebelah mesial maupun distal.

  3. ET6UF(30 blade white band) carnide digunakan untuk finishing restorsai komposit. Instrumen ini  digunakan untuk restorasi komposit dan menfinishing bagian magin gigi.

  4. H274uf-016 (30 blade white band) digunakan untuk menfinishing, dan membuat kontur dari oklusal gigi agar sesuai dengan anatomi.

5.Ujung diamond imprehnated(green)DC1M digunakan untuk mengawali polishing yang ditempatkakn pada tengah fossa dan diarahkan dari bukal maupun lingual

6.  Pada akhir polishing, maka digunakn ujung dari fine (gray)polishing sehingga dapat diproduksi kilau yang bagus pada gigi.

Page 24: Clinical Technique

7. cup DC3M (medium) digunakan untuk menghilangkan kotoran dan membuat hasil restorasi baik

8. Hasil akhir dari Poloshing, sehingga restorasi komposit terlihat mengkilat

Tujuan melakukan polishing:

1. supaya tahan dari stain

2. supaya tahan dari formasi plak dan kalkulus

3. mudah dibersihkan

4. meminimalkan iritasi dari jaringan lunak

5. dapat meningkatkan ketahanan restorasi

RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

Page 25: Clinical Technique

Indikasi untuk restorasi indirect tooth-colored yang dihubungkan dengan kombinasi

tuntutan estetik dan ukuran restorasi sebagai berikut:

1. Estetik

Restorasi indirect tooth-colored diindikasikan utuk restorasi kelas I dan II yang berlokasi di

daerah yang penting estetiknya bagi pasien.

2. Kerusakan yang luas atau sudah direstorasi sebelumnya

Restorasi indirect tooth-colored dapat dipertimbangkan untuk merestorasi kerusakan pada

kelas I dan II atau dapat digunakan juga untuk mengganti restorasi yang luas, khususnya pada

bagian faciolingual dan disarankan untuk menutup cups/tonjol. Restorasi yang luas paling

baik direstorasi dengan restorasi adhesive sehingga lebih memperkuat struktur gigi. Materi

restorasi indirect tooth-colored dapat lebih tahan lama dibandingkan dengan direct komposit

jika ditempatkan pada restorasi yang luas pada bagian oklusal posterior, khususnya dalam

mempertahankan permukaan oklusal dan kontak oklusal. Resistensi yang didapatkan dari

materi indirect khususnya pada restorasi luas bagian posterior melibatkan semua kontak

oklusal. Tanpa bagian terbesar yang mencukupi, maka keberadaan restorasi komposit/

indirect keramik akan mudah fraktur terutama pada bagian molar.

3. Faktor ekonomi

Beberapa pasien menginginkan perawatan dental yang terbaik dengan tanpa memperhatikan

biayanya. Untuk pasien yang seperti ini, maka restorasi indirect-tooth colored diindikasikan

tidak hanya untuk restorasi yang luas, tetapi juga untuk restorasi dengan ukuran yang sedang

(biasanya dapat direstorasi dengan materi restorasi direct, misalnya komposit).

KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

Kontraindikasi untuk tumpatan sewarna gigi metode indirek adalah sebagai berikut:

Page 26: Clinical Technique

1. Tekanan oklusal yang besar

Tumpatan komposit dapat retak/fraktur ketika mendapat tekanan oklusal yang besar,

misalnya pada pasien dengan kebiasaan buruk mengerot gigi (bruxism). Pada pasien bruxism

sebagian besar giginya mengalami atrisi karena lapisan enamelnya menipis.

2. Area terlalu kering

Tumpatan indirek membutuhkan bahan adhesive untuk merekatkan restorasi dengan gigi.

Bahan adhesive ini memerlukan kelembaban untuk menjaga keawetan restorasi tersebut.

Oleh sebab itu, pada area yang terlalu kering, penumpatan dengan teknik ini harus dihindari

karena keawetan restorasi tidak akan optimal.

3. Preparasi subgingiva yang terlalu dalam

Preparasi dengan batas subgingiva yang terlalu dalam harus dihindari sebab akan

menimbulkan kesulitan saat dilakukan pencetakan.

KEUNTUNGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

Keuntungan tumpatan sewarna gigi metode indirek adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sifat fisik

Tumpatan indirek memiliki sifat fisik yang lebih baik dibandingkan tumpatan resin komposit

metode direk karena tumpatan indirek dibuat dibawah kondisi laboratoris yang ideal.

2. Teknik dan material dapat bermacam-macam

Tumpatan indirek dapat menggunakan resin komposit maupun ceramic yang dibuat dengan

bermacam-macam proses laboratorium atau dengan metode CAD/CAM.

3. Keawetan

Tumpatan ceramic lebih tahan lama pemakaiannya dibandingkan tumpatan resin komposit

merode direk, khususnya pada penumpatan regio oklusal yang luas pada gigi posterior.

Page 27: Clinical Technique

4. Mengurangi pengekerutan saat polimerisasi

Pengkerutan saat polimerisasi merupakan kelemahan terbesar dari tumpatan resin komposit

metode direk. Dengan metode indirek, sebagian besar preparasi terisi oleh tumpatan dan

tekanan dapat berkurang karena hanya sedikit semen yang digunakan saat sementasi.

5. Memperkuat struktur gigi pendukung

Struktur gigi yang lemah oleh karena karies, trauma, maupun preparasi dapat diperkuat

dengan bonding adhesive pada tumpatan indirek.

6. Memiliki kontur dan kontak yang lebih baik

Tumpatan indirek biasanya memiliki kontur (khususnya kontur proksimal) dan kontak

oklusal yang lebih baik dibandingkan tumpatan direk. Hal ini dikarenakan pembuatan di luar

rongga mulut akan memudahkan akses dan penglihatan.

7. Biokompatibel dan respon jaringan yang baik

Ceramic merupakan material inert dengan biokompatibiltas yang sempurna dan respon

jaringan yang baik.

KEKURANGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK

1. Waktu dan biaya yang lebih banyak

Sebagian besar teknik indirek, kecuali metode CAD-CAM, membutuhkan dua kali kunjungan

pasien, serta pembuatan restorasi sementara. Faktor ini, ditambah dengan biaya laboratorium,

berkontribusi pada lebih mahalnya biaya restorasi indirek dibanding restorasi direk.

Meskipun inlay dan onlay indirek lebih mahal dibanding restorasi direk (amalgam dan

komposit), inlay dan onlay ini lebih murah dibanding mahkota all ceramic atau porcelain

fused to metal.

2. Sensitivitas teknik

Page 28: Clinical Technique

Restorasi yang dibuat dengan teknik indirek membutuhkan ketrampilan operator yang tinggi.

Ketrampilan ini penting saat preparasi, mengukir model, sementasi, dan finishing restorasi.

3. Kegetasan keramik

Restorasi keramik dapat pecah bila hasil preparasi tidak menghasilkan ketebalan yang

adekuat untuk melindungi dari tekanan oklusal atau bila restorasi tidak didukung oleh media

semen dan preparasi yang baik. Pecahnya keramik juga dapat terjadi selama try in atau

setelah sementasi, yang biasa terjadi pada pasien dengan tekanan oklusal yang tinggi.

4. Kontak berlebih antara gigi antagonis dan restorasi antagonisnya

Material keramik dapat menyebabkan pemakaian yang berlebih pada gigi atau restorasi

antagonisnya.

5. Perlekatan resin dengan resin yang sulit

Restorasi komposit harus diabrasi secara mekanik atau diberi bahan kimia untuk

memfasilitasi adhesi semen. Ikatan antara restorasi komposit indirek dan semen komposit

sangat lemah.

6. Kemungkinan kecil dapat diperbaiki

Restorasi indirek, terutama inlay atau onlay keramik, sulit untuk diperbaiki meski hanya

pecah sebagian. Bila pecah terjadi pada restorasi, inlay atau onlay kompist dapat diperbaiki

menggunakan sistem adesif dan resin komposit aktivasi sinar. Kekuatan ikatan restorasi

komposit indirek dan direk relative sama. Namun jika sebuah inlay atau onlay keramik pecah,

perbaikannya tidak sama dengan inlay atau onlay komposit. Karena inlay atau onlay keramik

diindikasikan untuk daerah yang terkena tekanan oklusal tinggi serta estetik yang

diutamakan, perbaikan dengan komposit direk tidak dianjurkan karena komposit tidak sesuai

untuk area yang terlihat dari luar.

7. Try in dan polishing yang sulit

Page 29: Clinical Technique

Restorasi komposit dapat dipolish intraoral dengan instrument dan material yang sama untuk

memolish restorasi komposit direk, meski beberapa area tepi sulit untuk dipolish. Namun,

keramik lebih sulit dipolish karena dapat terjadi marginal gap dan kekerasan permukaan

keramik.

INLAY DAN ONLAY KOMPOSIT YANG DIPROSES SECARA

LABORATORIS

Inlay dan onlay komposit yang diproses secara laboratoris lebih resisten terhadap

tekanan oklusal daripada resin komposit direk, terutama pada area kontak bagian oklusal.

Restorasi ini mudah disesuaikan, memberi sedikit tekanan pada dentin, estetik yang baik, dan

dapat diperbaiki.

Gambar 11. Onlay dan inlay komposit pada working model (Alex, 2003)

Page 30: Clinical Technique

Gambar 12. Onlay dan inlay komposit pada gigi (Alex, 2003)

Restorasi ini diindikasikan ketika :

1. Wear resistance yang maksimum dibutuhkan

2. Kontur dan area kontak yang baik sulit didapatkan melalui restorasi lain

3. Restorasi keramik merupakan kontraindikasi karena biaya yang besar atau khawatir

terjadi keausan pada gigi antagonis

Restorasi inlay dengan menggunakan bahan komposit pada gigi molar diketahui

memiliki tingkat kegagalan 50%, hal ini mengindikasikan bahwa bahan restorasi komposit

lebih baik digunakan pada gigi molar (Roberson dkk.,2002) .

Keuntungan menggunakan teknik indirek restorasi komposit adalah diperoleh tooth

reinforcement, menjaga stuktur gigi, integritas tepi yang tepat, dan wear resistance yang

mirip dengan enamel. Restorasi ini juga memberikan wear compatibility yang sesuai dengan

gigi antagonis, kontak proksimal yang tahan lama, dan morfologi dan estetik gigi yang tepat

(Terry dan Touati, 2001).

Berikut ini merupakan fabrikasi inlay/onlay komposit menurut Roberson dkk. (2002):

1. Restorasi komposit indirek pertama-tama dibentuk pada working model gigi yang

dipreparasi.

Page 31: Clinical Technique

2. Penempatan komposit dilakukan per lapisan, tiap lapisan disinar dengan light curing

unit untuk polimerisasi.

3. Apabila sudah didapatkan bentuk yang sesuai, restorasi tersebut dilapisi gel khusus

untuk mengeluarkan udara dan menghindari terbentuknya lapisan permukaan oxygen-

inhibited.

4. Curing akhir dilakukan dengan menginsersi inlay pada alat seperti oven.

Page 33: Clinical Technique

PREPARASI KELAS I INDIREK

            Restorasi gigi indirek adalah restorasi gigi yang dibuat di laboratorium, di mana

sebelumnya gigi dan rahang pasien sudah dicetak oleh dokter gigi kemudian hasil cetakan

tersebut dikirim ke laboratorium. Umumnya indirect restorations berupa logam tuang yang

akan disemenkan pada gigi yang telah dipreparasi, dan pengerjaannya membutuhkan lebih

dari satu kali kunjungan. Material yang lazim digunakan adalah porcelain, logam paduan

emas, atau logam paduan dasar. Indirect restoration umumnya diindikasikan pada gigi

belakang (premolar maupun molar). Macam dari indirect restorations diantaranya adalah :

Inlay, Onlay, dan Crown atau mahkota tiruan.

Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan dari logam tuang yang dibuat di dental lab

kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang

dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi

dengan tambalan yang kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct

dengan amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan

bertahan lama karena patah atau lepas.

Teknik preparasi gigi untuk onlay dan inlay berbeda karena langkah-langkah

pembuatannya juga berbeda. Permukaan gigi premolar & molar tidak rata melainkan ada

tonjol-tonjol (cusps). Inlay adalah tambalan yang berada di antara cusp, sehingga ukurannya

Page 34: Clinical Technique

biasanya tidak begitu luas. Sementara onlay biasanya lebih luas dan menutupi salah satu atau

lebih tonjol gigi tersebut. Dapat dikatakan onlay adalah merekonstruksi kembali gigi yang

kerusakannya sudah sangat luas.

Sebelum memulai proses preparasi, dokter gigi sebaiknya benar-benar memastikan

jenis restorasi apa yang akan dikerjakan sesuai dengan indikasi yang terdapat pada kasus gigi

tersebut. Pada kunjungan pertama, langkah awal yang harus dilakukan adalah menganestesi

dan mengisolasi pasien, misalnya dengan rubber dam. Gigi pasien yang mengalami karies

dibersihkan, atau tambalan lama dibongkar. Karies, undercut, dan email yang tidak didukung

dentin harus dihilangkan dari gigi tersebut. Kemudian gigi diasah/dipreparasi untuk

kedudukan inlay/onlay, setelah preparasi selesai gigi pasien dicetak. Hasil cetakan akan

dibawa ke dental lab untuk diproses selanjutnya. Gigi pasien lalu ditutup dengan tambalan

sementara. Pada kunjungan kedua, inlay/onlay dicobakan dan direkatkan ke gigi secara

permanen. Dinding-dinding direstorasi sampai mencapai bentuk yang ideal dengan bantuan

liner/base material restorasi komposit atau  light-cured glass-ionomer.

Tujuan dasar dari preparasi onlay dan inlay adalah menghasilkan ketebaan yang

adequate untuk menampung material restoratif  dan pola insersi yang pasif.  Dinding-dinding

kavitas membentuk sudut 90°  dan sejajar satu sama lain.

            Bur  yang digunakan adalah bur carbide atau diamond yang berbentuk tapered yang

dapat membentuk dinding facial dan lingual divergen ke oklusal. Bentuk ini dapat

memudahkan terciptanya insersi dan removal hasil restorasi ssecara pasif. Sudut divergensi

yang optimal tidak diketahui secara pasti, tapi dapat diprkirakan sebesar  2°-5°

            Komposit dan keramik menganjurkan agar luas isthmus dan pemanjangan groove

minimal 1,5 mm untuk mengurangi kemungkinan tejadinya fraktur pada restorasi. Lantai

pulpa harus halus dan rata. Garis cavosurface sebaiknya membentuk sudut 90° karena inley

komposit dan keramik sifatnya mudah retak. Jika pada permukaan facial ataupun lingual gigi

Page 35: Clinical Technique

terdapat karies ataupun kerusakan lainnya, maka pelebaran preparasi harus dilakukan dengan

penambahan gingival shoulder. Jika tonjol-tonjl gigi harus ditutup, maka harus dilakukan

pengurangan terhadap tonjol tersebut sebesar 1,5-2 mm dengan sudut cavosurface sebesar 

90°.

            Aksiopulpal line angle dibuat tajam, dan aksiogingival line angle diberi groove(alur).

Dinding-dinding dibuat tegak atau sedikit divergen ke arah oklusal untuk memudahkan

afdruk malam atau pemasangan inley. Retensi dan resistensi diperoleh dengan membentuk

dinding-dinding kavitas sejajar satu dengan yang lain, dinding-dinding yang lurus, dasar yang

datar dan sudut-sudut yang tajam.

IMPRESSION

Sistem tooth-colored indirect inlay/onlay mengharuskan preparasi gigi dan gigi-gigi

disebelahnya tercetak sesuai dengan interoklusal gigi-gigi yang dicetak, barulah restorasi

tersebut boleh diproses di laboratorium.

Setelah gigi selesai dipreparasi sesuai bentuknya, pencetakan harus segera dilakukan

agar mendapat bentuk cetakan preparasi gigi yang akurat. Material (bahan) cetak harus

mampu mencetak semua permukaan gigi yang telah dipreparasi. Hal ini tidak selalu dapat

dicapai jika gingiva yang mengelilingi gigi yang telah dipreparasi tersebut menghalangi

material (bahan) cetak untuk mencapai seluruh permukaan gigi. Oleh karena itu, retraksi

gingiva sering dilakukan dengan tujuan untuk membuka perlekatan gingiva dari bagian

serviks gigi secara sementara. Tahap dari retraksi gingiva yaitu sebagai berikut : (1) pastikan

bagian gigi yang akan dicetak dalam kondisi kering dan bersih, dapat menggunakan cotton

rolls, dri-angles, dan saliva ejector jika diperlukan. (2) Tempatkan benang retraksi gingiva

mengelilingi gigi yang telah dipreparasi. (3) Tunggu kurang lebih 4 menit. (4) Kemudian cuci

dan keringkan daerah gigi yang akan dicetak.

Tahap pencetakan gigi setelah dilakukan retraksi gingival, yaitu :

1. Semprotkan material cetakan dengan menggunakan syringe dengan hati-hati hanya

mengelilingi gigi yang telah dipreparasi.

Page 36: Clinical Technique

2. kemudian segera masukkan sendok cetak yang juga telah diberi material cetakan agar

dapat mencetak keselurahan gigi dalam 1 rahang.

(3) Tunggu kurang lebih 5 menit sampai material cetakan mengeras.

(4) Lepaskan sendok cetak.

(5) Lepaskan benang retraksi gingiva yang sebelum telah dipasangkan.

Material cetakan yang sering digunakan untuk pencetakan restorasi indirek yaitu

material cetakan silicon atau polyvinylsiloxane. Ketepatan pencetakan sangat menentukan

keberhasilan restorasi indirek.

TAHAP PRE-ELIMINASI

Penggunaan rubber-dam sangat dianjurkan untuk menghindari kontaminasi

kelembaban dari dari gigi yang dipreparasi atau permukaan restorasi saat sementasi dan untuk

meningkatkan akses serta memudahkan penglihatan saat pengerjaan restorasi. Setelah

Page 37: Clinical Technique

penghilangan restorasi sementara, seluruh semen sementara dibersihkan dari dinding

preparasi.

TRY-IN RESTORASI DAN PENYESUAIAN KONTAK PROKSIMAL

Inlay atau onlay diletakkan dalam preparasi menggunakan tekanan ringan untuk

mengevaluasi ketepatannya. Jika restorasi tidak pas, biasanya penyebab utama hal ini adalah

permukaan proksimal yang overkontur. Gunakanlah kaca mulut jika diperlukan, embrasur

harus diamati dari permukaan fasial, lingual, dan oklusal untuk menentukan di mana kontur

proksimal perlu penyesuaian untuk menentukan penempatan akhir restorasi ketika

menciptakan posisi yang tepat dan membentuk kontak. Melewatkan dental-floss tipis

melewati kontak dapat digunakan untuk mengetahui ketebalan dan posisi, menunjukkan

kepada operator yang telah berpengalaman di mana letak dan derajat ekses kontak. Kertas

artikulasi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kontak proksimal yang terlalu tebal.

Abrasive disk digunakan untuk menyesuaikan kontur proksimal dan hubungan kontak. Ketika

menyesuaikan intensitas dan lokasi kontak proksimal, successively finer grits dari abrassive

disk digunakan untuk memoles permukaan proksimal karena daerah ini tidak dapat dipoles

setelah sementasi.

Jika kontur proksimal tidak overkontur, dan restorasi masih tetap tidak pas, preparasi

harus dicek kembali untuk residual material sementara atau debris. Jika preparasi bersih,

interferensi internal atau marginal juga dapat mencegah restorasi untuk pas pada tempatnya.

Ketika interferensi telah diidentifikasi menggunakan inspeksi visual yang teliti pada margin

atau menggunakan material ”fit-checker”, harus dilakukan penyesuaian pada restorasi, pada

preparasi, atau pada keduanya. Interferensi jarang terjadi karena keakuratan material impresi

kontemporer dan sistem keramik, dan laboratorium biasanya menggunakan die-spacer pada

aspek internal dari preparasi untuk menghindari kesulitan pada saat penempatan restorasi.

Jika terjadi diskrepansi yang besar antara preparasi dengan inlay atau onlay, cetakan baru

harus dibuat.

Ketepatan marginal dicek kembali setelah keseluruhan restorasi telah ditempatkan.

Sedikit ekses kontur dapat dihilangkan, jika akses memungkinkan, dengan menggunakan

instrumen fine-grit diamond atau bur 30-fluted carbide finihing. Penyesuaian ini dilakukan

setelah restorasi disemenkan untuk menghindari fraktur marginal. Kebanyakan restorasi

Page 38: Clinical Technique

sewarna gigi indirek mempunyai jarak marginal yang lebih besar daripada restorasi dari

emas.

SEMENTASI

Untuk menghasilkan bonding yang baik, maka permukaan internal dari inlay/onlay

harus diberikan perlakuan tertentu lebih dulu. Teknik dan material yang digunakan bervariasi

tergantung pada sistem restorasi yang digunakan. Untuk inlay/onlay komposit, matriks dari

resin telah terpolimerisasi sehingga bonding site pada permukaan internal restorasi telah siap

untuk berikatan secara kimiawi dengan semen komposit. Untuk meningkatkan perlekatan

semen dengan restorasi komposit, beberapa sistem memerlukan penggunaan pelarut sebelum

melakukan sementasi untuk membuat permukaan dalam dari restorasi menjadi lebih halus.

Sistem lain merekomendasikan air abrading / sandblasting dengan menggunakan partikel

aluminium oxide yang abrasif pada permukaan internal restorasi. Hal ini dapat meningkatkan

kekasaran permukaan dan meningkatkan luas permukaan area untuk bonding.

Asam hidrofluoric biasa digunakan untuk mengetsa permukaan internal dari

inlay/onlay keramik. Asam tersebut meningkatkan dukungan permukaan, meningkatkan luas

permukaan untuk berikatan dan menghasilkan ikatan mikromekanis semen komposit dengan

restorasi keramik. Etsa dengan menggunakan asam hidrofluoric biasanya dilakukan di

laboratorium. Operator harus memperhatikan permukaan internal dari restorasi untuk

memastikan bahwa proses etsa sudah berhasil dengan baik, yang terlihat dari adanya suatu

penampakan putih yang opaque serupa dengan penampakan email setelah dietsa. Pengetsaan

keramik yang langsung dilakukan dihadapan pasien biasanya memerlukan waktu selama 2

menit untuk mengaplikasikan asam hidrofluoric pada permukaan internal inlay/onlay. Setelah

dietsa, diberikan silane coupling agent untuk memfasilitasi perikatan kimiawi pada semen

komposit.

Prosedur sementasi yang biasanya dilakukan adalah dengan menggunakan strip

matriks yang dapat dibuat dari plastik bening yang dipotong kecil-kecil dan diaplikasikan

pada masing-masing sisi proksimal gigi dan dengan menggunakan wedge (perlu diketahui

juga bahwa penggunaan matriks ini bukan merupakan suatu keharusan). Setelah itu dapat

dilakukan try-in inlay/onlay untuk melihat ketepatan ukuran. Dilakukan pengetsaan pada

permukaan preparasi, setelah itu dilakukan bonding pada email atau dentin. Pada umumnya,

langkah terakhir dalam bonding (misalnya unfilled resin) juga diaplikasikan pada permukaan

Page 39: Clinical Technique

internal restorasi yang telah sebelumnya dietsa dan diberikan silane (self-adhesive, semen

yang berbasis semen). Komposit dual-core biasanya dicampur dan diinsersikan pada

preparasi dengan menggunakan syringe atau instrument yang berbentuk paddle. Setelah itu,

permukaan internal dari restorasi dilapisi dengan semen komposit lalu inlay dapat segera

diinsersikan pada gigi yang telh dipreparasi dengan tekanan yang tidak begitu keras. Untuk

menempatkan inlay dengan tepat pada restorasi biasanya digunakan ball burnisher yang

digetarkan dengan lembut sedikit demi sedikit. Jika terdapat kelebihan pada semen komposit

dapat dikurangi dengan menggunakan thin-bladed composite instrument, brushes atau

eksplorer. Perlu diperhatikan oleh operator untuk berhati-hati dalam menghilangkan komposit

dari permukaan marginal antara gigi dengan inlay. Setelah pas, dilakukan proses light-

curingdari arah oklusal, fasial, dan lingual masing-masing selama 60 detik. Namun dapat

juga disesuaikan dengan rekomendasi pabrik. Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-

langkah dalam melakukan sementasi dapat dilihat dari gambar 1-4 yang ada di bawah ini.

Gambar 21. aplikasi asam hydrofluoric pada permukaan internal sebuah inlay keramik

Gambar 22. strip matriks yang berupa plastik bening ditempatkan pada bagian proksimal

gigi (gambar kiri) dan inlay diinsersikan pada gigi (gambar kanan)

Page 40: Clinical Technique

Gambar 23. A terlihat enamel dan dentin yang dietsa dengan menggunakan asam fosfor

B Semen komposit diaplikasikan pada inlay

C Setelah itu dilakukan aplikasi dengan sistem adhesif

D Inlay keramik diinsersikan pada gigi

Gambar 23 E dan F sebelum dilakukan proses light cure, kelebihan semen komposit dihilangkan dengan menggunakan eksplorer, brushes atau IPC carver. Lalu pada gambar F

dilakukan proses light-cure dari sisi oklusal, fasial dan lingual

FINISHING DAN POLISHING RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I

INDIREK

Kelebihan (ekses) restorasi resin komposit dapat dihilangkan dengan surgical blade.

Setelah ekses dihilangkan, dilakukan pengecekan oklusi dan bila perlu dilakukan

penyesuaian. Kontak prematur dapat dikoreksi dengan instrumen fine-grid diamond,

dilanjutkan dengan 30-fluted carbide finishing burs, bila penyesuaian dilakukan pada

restorasi. Pada beberapa kasus, penyesuaian oklusi dilakukan pada gigi antagonis dari gigi

yang direstorasi. Hal ini hanya dilakukan jika dibutuhkan penyesuaian oklusi untuk

Page 41: Clinical Technique

mengkoreksi dataran oklusal (occlusal plane) dari gigi antagonis atau untuk mengurangi

tonjol gigi antagonis agar tidak terjadi trauma oklusal (Roberson dkk., 2002).

Setelah penyesuaian oklusi dilakukan, restorasi harus dipoles. Pemolesan restorasi

resin komposit indirek menggunakan alat dan bahan yang sama dengan restorasi resin

komposit direk. Pada pemolesan digunakan polishing cups atau polishing points. Dalam

penggunaan instrumen putar harus selalu disertai aliran air dan pemakaian dengan tekanan

kecil. Hasil restorasi yang mengkillap bisa didapatkan dengan mengaplikasikan pasta poles

yang mengandung pumice, silca, alumina, atau tinoxide dengan bantuan sikat (brushes),

rubber cups, atau dental tapes. Setelah pemolesan akhir, restorasi resin komposit dapat diberi

lapisan tipis glaze untuk meningkatkan kehalusan permukaan (Chandra dkk., 2007).

 

Gambar 24. Finishing dengan egg-shaped 30-bladed 

Gambar 25. Polishing dengan silicone carbide bur

tungsten fine finishing bur

Page 42: Clinical Technique

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1996. Achieving Cotton Roll Isolation, J Am Dent Assoc. 127 (3): 354.

Baratieri LN, Ritter AV, Felippe PJ, Luis A. 1998. Direct Posterior Composite Resin Restoration:

Current Concepts For The Technique. Pract Priodont Aesthet Dent. 10(7):875-886.

Baum L, Phillipis RW, Lund MR. 1995. Textbook of Operative Dentistry. Edisi 3, W.B. Saunders Company. Philadelphia.

Chandra S. 2008. Textbook of Operative Dentistry. Edisi 1. Jaypee Brothers Medical Publisher. India.

Devlin, Hugh. 2006. Operative Dentistry, A Practical Guide to Recent Innovations. Springer.

Germany.

Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. 2002. Sturdevant’s Art & Science Opertrive Dentistry,

Edisi 4. Mosby. Missouri.

Summitt JB, Robbins JW, Hilton TJ, Schwartz RS. 2006. Fundamentals of Operative Dentistry, A

Contemporary Approach. Quintessence Publishing Co, Inc. Chicago.

Hermina TM. 2003. Perbaikan Restorasi Resin Komposit. Fakultas Kedokteran Gigi, Bagian Pedodonsia, Universitas Sumatera Utara. Digitized by USU digital library.

Restorasi Resin Komposit Kelas I