Ciri Sosial Budaya Ekonomi Dan Kepercayaan Pada Masa Berburu Dan Pertanian

6
D. Ciri-Ciri Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Kepercayaan Masyarakat Pada Masa Berburu (Food Gathering) dan Masyarakat Pertanian (Food Producing) 1. Masyarakat Masa Berburu (Food Gathering) Disebut sebagai masyarakat masa berburu karena aktivitas kehidupan masyarakatnya dalam upaya mendapatkan makanan tergantung pada apa yang disediakan oleh alam, berburu dari apa yang ada di sekitarnya. Mereka hanya melakukan aktivitas mengumpulkan makanan yang ada (food gathering). a. Sosial Ciri-ciri kehidupan sosial masyarakatnya ditandai dengan: • Mereka hidup berkelompok dalam kelompok-kelompok kecil • Tidak memiliki tempat tinggal tetap, mereka senantiasa berpindah-pindah (nomaden) dari satu tempat ke tempat yang lainnya untuk mendapatkan makanan yang disediakan oleh alam. • Tempat tinggal sementara mereka adalah gua-gua, baik di pedalaman maupun di pinggir aliran sungai, daerah lembah, atau pantai untuk menghindarkan diri dari serangan binatang buas dan yang dekat dengan sumber makanan. • Hubungan antara sesama anggota kelompok sangat erat dan mereka saling membantu satu sama lain. Mereka berusaha mempertahankan kelompoknya dari serangan kelompok lain atau serangan binatang buas. • Meskipun kehidupan mereka masih sederhana, tetapi mereka telah mengenal pembagian tugas. Kaum laki-laki biasanya mendapat tugas yang lebih berat seperti menangkap binatang dan mengumpulkan makanan dari hutan. Sementara, kaum wanita mengurus tugas-tugas yang lebih ringan, seperti memasak dan mengurus anak-anak. • Masing-masing kelompok masyarakat dipimpin oleh seseorang yang sangat dihormati, disegani dan ditaati oleh anggotanya. Dengan demikian, pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah terlihat tanda-tanda kehidupan sosial, meskipun dalam taraf yang masih sangat sederhana. b. Budaya • Budaya hidup (non-materi) Dalam hal pemilihan tempat tinggal sementara (tempat berlindung)

Transcript of Ciri Sosial Budaya Ekonomi Dan Kepercayaan Pada Masa Berburu Dan Pertanian

Page 1: Ciri Sosial Budaya Ekonomi Dan Kepercayaan Pada Masa Berburu Dan Pertanian

D. Ciri-Ciri Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Kepercayaan Masyarakat Pada Masa Berburu (Food Gathering) dan Masyarakat Pertanian (Food Producing)

1. Masyarakat Masa Berburu (Food Gathering)Disebut sebagai masyarakat masa berburu karena aktivitas kehidupan masyarakatnya dalam upaya mendapatkan makanan tergantung pada apa yang disediakan oleh alam, berburu dari apa yang ada di sekitarnya. Mereka hanya melakukan aktivitas mengumpulkan makanan yang ada (food gathering).

a. Sosial Ciri-ciri kehidupan sosial masyarakatnya ditandai dengan: • Mereka hidup berkelompok dalam kelompok-kelompok kecil • Tidak memiliki tempat tinggal tetap, mereka senantiasa berpindah-pindah (nomaden) dari satu tempat ke tempat yang lainnya untuk mendapatkan makanan yang disediakan oleh alam. • Tempat tinggal sementara mereka adalah gua-gua, baik di pedalaman maupun di pinggir aliran sungai, daerah lembah,  atau pantai untuk menghindarkan diri dari serangan binatang buas dan yang dekat dengan sumber makanan. • Hubungan antara sesama anggota kelompok sangat erat dan mereka saling membantu satu sama lain. Mereka berusaha mempertahankan kelompoknya dari serangan kelompok lain atau serangan binatang buas. • Meskipun kehidupan mereka masih sederhana, tetapi mereka telah mengenal pembagian tugas. Kaum laki-laki biasanya mendapat tugas yang lebih berat seperti menangkap binatang dan mengumpulkan makanan dari hutan. Sementara, kaum wanita mengurus tugas-tugas yang lebih ringan, seperti memasak dan mengurus anak-anak. • Masing-masing kelompok masyarakat dipimpin oleh seseorang yang sangat dihormati, disegani dan ditaati oleh anggotanya. Dengan demikian, pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah terlihat tanda-tanda kehidupan sosial, meskipun dalam taraf yang masih sangat sederhana.

b. Budaya• Budaya hidup (non-materi)Dalam hal pemilihan tempat tinggal sementara (tempat berlindung) ada kelompok yang memilih daerah pedalaman dan sebaliknya ada yang lebih memilih daerah dekat pantai. Hal demikian pada akhirnya menimbulkan budaya yang berbeda juga. Kelompok yang tinggal di daerah pantai memfokuskan aktivitas hidupnya pada upaya mendapatkan makanan yang dihasilkan dari laut seperti ikan, kerang dan lainnya. Untuk dapat bertahan hidup dalam lingkungannya tersebut, mereka mulai mengembangkan berbagai bentuk peralatan yang berfungsi sebagai alat untuk menangkap ikan. Muncullah budaya pembuatan alat anak panah dan tombak baik yang terbuat dari kayu, bambu, tulang binatang atau mata panah dan tombak yang dibuat dari batu.  Sementara itu, masyarakat yang lebih memilih tinggal di daerah pedalaman umumnya memilih area dekat sungai untuk mendapatkan makanan berupa ikan atau siput air tawar, disamping mengandalkan hasil makanan dari hutan. • Budaya benda atau alatPada awalnya benda-benda hasil budaya mereka sangat sederhana sekali. Benda-benda itu dibuat dan terkait erat dengan aktivitas untuk mendapatkan makanan dan mengolah makanan.Tahun 1935 di daerah Sungai Baksoka, Punung, Kabupaten Pacitan, von Koenigswald

Page 2: Ciri Sosial Budaya Ekonomi Dan Kepercayaan Pada Masa Berburu Dan Pertanian

menemukan alat-alat dari dipercayai merupakan hasil budaya masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makanan. Dalam perkembangannya kemudian disebut dengan budaya Pacitan. Alat yang ia temukan adalah berupa kapak perimbas. Pada tahun-tahun setelah penemuan tersebut H.R. van Heekeren, Basuki dan R.P. Soejono melakukan penggalian di daerah yang sama dengan lokasi penggalian Koenigswald dan menemukan alat-alat yang memiliki bentuk seperti kapak perimbas, alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang. Selain di daerah Pacitan, berdasarkan hasil penelitian, peralatan manusia purba masa berburu dan mengumpulkan makanan banyak ditemukan di berbagai wilayah, seperti daerah Jampang Kulon (Suka-bumi), Gombong (Jawa Tengah), Perigi dan Tambang Sawah (Bengkulu), Lahat dan Kalianda (Sumatera Selatan), Sembiran Trunyan (Bali), Wangka dan Maumere (Flores), daerah Timor Timur, Awang Bangkal (Kalimantan Timur), dan Cabbenge (Sulawesi Selatan).Para ahli menafsirkan bahwa yang membuat alat-alat tersebut adalah manusia Pithecanthropus dan kebudayaannya disebut dengan tradisi Paleolitikum.

Kapak perimbas Adalah benda yang memiliki bentuk seperti kapak tetapi tidak memiliki tangkai yang terbuat dari batu. Cara menggunakan kapak ini adalah dengan menggenggamnya. Disamping daerah Pacitan daerah lainnya yang darinya ditemukan jenis kapak perimbas adalah Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat, Bali, Flores dan daerah Timor. Berdasarkan lapisan penemuannya, para ahli menyimpulkan bahwa kapak perimbas adalah hasil budaya Pithecantropus erectus. Selain di Indonesia, kapak jenis ini juga ditemukan di beberapa negara Asia, seperti Myanmar, Vietnam, Thailand, Malaysia, Pilipina, dan Cina sehingga sering dikelompokkan dalam kebudayaan Bascon-Hoabin.

Kapak genggam Kapak genggam memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas, tetapi lebih kecil dan belum diasah. Kapak ini juga ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Cara menggunakan kapak ini adalah menggenggam bagian yang kecil.

Pahat genggam Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil dari kapak genggam. Menurut para ahli, pahat ini dipergunakan untuk menggemburkan tanah. Alat ini digunakan untuk mencari ubi-ubian yang dapat dimakan.

Alat-alat dari tulang Tampaknya, tulang-tulang binatang hasil buruan telah dimanfaatkan untuk membuat alat seperti pisau, belati, mata tombak, mata panah, dan lain-lainnya. Alat-alat ini banyak ditemukan di Ngandong dan Sampung (Ponorogo). Oleh karena itu, pembuatan alat-alat ini sering disebut kebudayaan Sampung.

Blade, Flake, dan Microlith Alat-alat ini banyak ditemukan di Jawa (dataran tinggi Bandung, Tuban, dan Besuki); di Sumatera (di sekeliling danau Kerinci dan gua-gua di Jambi); di Flores, di Timor, dan di Sulawesi. Semua alat-alat itu sering disebut sebagai kebudayaan Toale atau kebudayaan serumpun.

Page 3: Ciri Sosial Budaya Ekonomi Dan Kepercayaan Pada Masa Berburu Dan Pertanian

Alat-alat serpih Adalah alat-alat yang terbuat dari pecahan batu yang dibuat dengan bentuk yang sangat sederhana yang kemungkinan besar dibuat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dilihat dari bentuknya maka kemungkinan alat-alat serpih itu antara lain memiliki fungsi sebagai pisau, atau alat penusuk. Alat-alat ini di Indonesia banyak ditemukan di daerah Sangiran (Jawa Tengah), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere (Flores), dan Timor. Kebanyakan ditemukan di dalam ceruk atau gua-gua yang merupakan tempat tinggal manusia prasejarah.

c. EkonomiCiri-ciri kehidupan ekonomi masyarakatnya ditandai dengan:• Kehidupan ekonomi bergantung pada alam (food gathering) oleh karenanya, mereka selalu berpindah untuk mencari bahan makanan, baik dari tumbuh-tumbuhan maupun binatang.• Mereka belum mengenal sistem pertanian (bercocok tanam)• Aktivitas berburu dilakukan secara berkelompok• Lingkungan ekonomi mereka ada yang di daerah pedalaman (hutan), pinggir aliran sungai atau daerah tepi pantai

d. KepercayaanSistem kepercayaan telah muncul sejak masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan. Kuburan pra-sejarah merupakan bukti bahwa masyarakat telah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Masyarakat percaya bahwa orang yang meninggal, rohnya akan pergi suatu tempat. Bahkan, jika orang itu berilmu atau berpengaruh dapat memberikan perlindungan atau nasihat kepada mereka yang mengalami kesulitan.

2. Masyarakat Pertanian atau Bercocok TanamSeiring dengan makin berkembangnya pola pikir dan kecerdasan manusia terutama dikaitkan dengan upaya mempertahankan kehidupan mereka, menyebabkan munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang tinggal dalam dalam suatu area wilayah tertentu. Mereka mulai memikirkan upaya untuk memenuhi sendiri kebutuhan makanan yang cukup untuk masa waktu tertentu. Munculnya kemudian budaya pertanian atau budaya cocok tanam di Indonesia. Pola hidup lama dari para pendahalu mereka yang nomaden mulai ditinggalkan. Hasil dari penemuan bukti-bukti arkeologis juga menunjukkan bahwa pada masa ini masyarakat telah memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi, baik dilihat dari sistem sosial ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun kesenian yang mereka miliki.

a. SosialDitinjau dari segi sosial kahidupan masyarakat prasejarah masa pertanian dicirikan dengan beberapa hal berikut:• Terbentuknya komunitas manusia yang menetap menunjukkan bahwa masyarakatnya mulai mengenal adanya pranata sosial, meskipun dalam taraf yang masih sederhana• Pembagian kerja dan tugas dalam keluarga maupun dalam masyarakat juga semakin tegas

b. Budaya• Budaya HidupKarena merupakan masyarakat dengan pola hidup menetap dan bercocok tanam, maka budaya

Page 4: Ciri Sosial Budaya Ekonomi Dan Kepercayaan Pada Masa Berburu Dan Pertanian

hidup mereka adalah tradisi mengolah tanah untuk kemudian ditanami dengan aneka tanaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

• Budaya Berupa Hasil Benda atau AlatMemiliki kemampuan membuat alat-alat penunjang kehidupan sehari-hari yang umumnya terbuat dari batu atau tulang dengan teknik dan seni pembuatan yang lebih halus (sudah diupam). Diantara alat-alat yang menurut para ahli sejarah sebagai hasil budaya masyarakat bercocok tanam antara lain:- Beliung persegi. Memiliki fungsi yang berkaitan dengan dimensi kepercayaan. Tempat penemuannya antara lain meliputi daerah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara- Kapak Lonjong. Memiliki fungsi sebagai alat ekonomi: memotong makanan. Memiliki bentuk yang memperlihatkan sebuah bidang berbentuk lonjong, terbuat dari batu kali hitam dengan seni pembuatan yang sudah diupam. Banyak ditemukan di Maluku, Irian, dan daerah Sulawesi bagian Utara- Mata Panah. Memiliki fungsi ekonomi: antara lain sebagai alat untuk menangkap ikan. Terbuat dari batu serpih, tulang, dan kemunginan besar juga kayu yang diruncing bagian ujungnya dan dibuat bergerigi pada bagian pinggirnya. Jadi memiliki bentuk yang berbeda dengan mata panah untuk berburu. Banyak ditemukan di dalam gu-gua yang ada di daerah patai atau sungi.- Aneka benda gerabah (terbuat dari tanah liat). Memiliki fungsi sebagai wadah atau tempat untuk menyimpan. Tradisi gerabah pun hingga saat ini masih menjadi tradisi masyarakat di beberapa daerah atau desa tradisional Indonesia, seperti di Yogyakarta. - Benda-benda perhiasan. Dibuat tentu saja dengan pola dan bentuk yang masih sangat sederhana. Bahannya pun tentu saja bukan emas atau belian. Kebanyakan mengambil bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan alam tempat tinggal mereka seperti tanah liat, yasper, dan kalsedon- Benda-benda megalitik, seperti menhir, dolmen, sarkofagus, punden batu berundak, kubur batu dan waruga. Semua benda tersebut memiliki fungsi yang berkaitan dengan tradisi kepercayaan.

a. Ekonomi• Dengan pola hidup yang menetap, maka sebagian besar upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia masa ini bertumpu pada aktivitas pertanian atau budidaya tanaman• Mereka menanam jenis tanaman yang pada awalnya tumbuh liar• Disamping aktivitas pertanian, mereka diperkirakan juga telah menjinakkan hewan (aktivitas pertenakan) seperti anjing, kerbau, sapi, kuda, babi dan lainnya. • Kehidupan berladang dengan sistem huma telah mereka lakukan

b. KepercayaanPenghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang merupakan unsur utama dalam tradisi kepercayaan masyarakat pada periode ini. Khusus di Indonesia, pemujaan kepada orang yang telah meninggal diwujudkan dalam bentuk pembuatan benda-benda megalitik baik itu sebagai simbol maupun sarana pemujaan. Benda-benda megalitik tersebut diantaranya adalah menhir, dolmen, sarkofagus, punden batu berundak, kubur batu dan waruga.