Cindikia Ayu S_tugas Ujian

download Cindikia Ayu S_tugas Ujian

of 2

description

tugas

Transcript of Cindikia Ayu S_tugas Ujian

CINDIKIA AYU S.11020110651. Cara membedakan polip dengan konka hipertropik Polip :BertangkaiMudah digerakkanKonsistensi lunakTidak nyeri bila ditekanTidak mudah berdarahPada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil konka hipertropikTidak bertangkaiSukar digerakkanNyeri bila ditekan dengan pinsetMudah berdarahDapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin).2. Cara mengetahui polip berasa dari maksila atau etmoidEndoskopi dilakukan untuk melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari kompleks osteomeatal. memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip berukuran kecil di meatus media.Rigid or flexible endoscopy merupakan metoda terbaik untuk pemeriksaan rongga hidung dan nasofaring untuk secara penuh dapat menilai anatomi hidung dan menentukan tingkat dan lokasi polip hidung. Untuk anak kecil flexible nasopharyngoscope fiberoptic sering digunakan karena lebih sedikit traumatis karena anak-anak mungkin menggerakkan kepala mereka karena merasa cemas atau tidak nyaman.Pada anak-anak dan remaja yang lebih kooperatif, rigid endoscopy dapat digunakan untuk menilai meatus media dan sphenoethmoid recess. Dilakukan Pemberian dekongestan dan anesthesia yang cukup pada rongga hidung sebelum melakukan prosedur endoscopic pada anak yang berusia lebih dari 6 bulan.Pada anak-anak, mengevaluasi dinding posterior rongga mulut dapat mengindikasikan gejala-gejala polip hidung (misalnya, postnasal drip yang terjadi bersamaan dengan sinusitis kronis). Polip yang besar atau adanya lesi pada rongga hidung dapat memasuki oropharynx posterior lewat nasofaring; dapat juga menjadi lesi di balik palatum dan uvula, dapat menekan palatum inferior dan anterior. Pemeriksaan otoscopic polip hidung yang meluas dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachian sehingga dapat menyebabkan cairan dan infeksi dalam ruang telinga bagian tengah. Pemeriksaan seksama sistem innervasi saraf kranium dan struktur craniofacial dapat membantu menggambarkan perluasan lesi hidung yang potensial meluas pada struktur penting sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, George L. 1994. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.2. Soepardi, Prof. Dr. Efiaty Arsyad, Sp.THT-KL (K), et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.