cidera kepala

9
UJPH 2 (1) (2012) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPARAHAN CEDERA KEPALA (STUDI KASUS PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI RSUD KARANGANYAR) Slamet Wahyudi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia Abstrak Cedera kepala merupakan suatu pukulan atau benturan pada kulit kepala, tulang kepala, dan otak yaitu mulai dari selaput otak, saraf kranial, dan jaringan otak. Kecelakaan lalu lintas yang dapat mengakibat- kan cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi semua sektor kehidupan. Tujuannya adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan tingkat keparahan cedera kepala pada korban kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda motor di RSUD Karang- anyar. Penelitian ini berjenis penelitian epidemiologi observasional yang menggunakan desain penelitian cross sectional, dilaksanakan di RSUD Karanganyar, tanggal 1 Mei-31 Mei 2012. Jumlah sampel sebanyak 52 responden, diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data secara univariat dan bivariat (uji chi square atau uji fisher).Berdasarkan hasil analisis, faktor risiko yang berhubungan dengan tingkat keparahan cedera kepala adalah jenis kelamin (nilai p 0,046 < 0,05), pemakiam helm Standar Nasional Indonesi (SNI) (nilai p 0,000 < 0,05), dan kecepatan kendaraan (nilai p 0,002 < 0,05). Kesimpulan pe- nelitian ini, faktor risiko yang berhubungan dengan tingkat keparahan cedera kepala adalah jenis kelamin, pemakiam helm Standar Nasional Indonesia (SNI), dan kecepatan kendaraan; Sebaiknya Dinas Kesehatan lebih meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan; Satlantas Polres Karanganyar, hendaknya meningkatkan sosialisasi tentang peraturan undang-undang lalu lintas; Peneliti selanjutnya, hendaknya dapat menjadi pembanding, dapat melengkapi kelemahan penelitian ini. Abstract Head injury is a blow or impact to the scalp, skull, and brain starting from the lining of the brain, cranial nerves, and brain tissue. Traffic accidents that can result in injury to the head is the public health problem that can affect all life sectors. The goal is to determine the risk factors associated with the severity of head injuries in traffic accident victims in hospitals motorcyclists Karanganyar. This study various observational epidemiological studies that use cross-sectional design of the study, carried out in hospitals Karanganyar, dated 1 May to 31 May 2012. Total sample of 52 respondents, taken based on inclusion and exclusion criteria. Data analysis univariate and bivariate (chi square test or fisher test). Based on the analysis, the risk factors associated with the severity of head injury is gender (p-value 0.046 <0.05), pema- kiam helmet Indonesi National Standard (SNI) (p value 0.000 <0.05), and the speed of the vehicle (p 0.002 <0.05). The conclusion of this study, the risk factors associated with the severity of head injury is gender, helmet pemakiam Indone- sian National Standard (SNI), and vehicle speed; Better Health Office further improve health care facilities; Satlantas Karanganyar Police, should improve the dissemination of regulatory law traffic laws; Researchers further, it should be a comparison, can complement the weaknesses of this study. zz © 2012 Universitas Negeri Semarang Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Agustus 2012 Disetujui September 2012 Dipublikasikan Oktober 2012 Keywords: head injuries traffic accidents and motorcycle riders Alamat korespondensi: Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected] ISSN 2252-6781

description

cidera kepala

Transcript of cidera kepala

Page 1: cidera kepala

UJPH 2 (1) (2012)

Unnes Journal of Public Health

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPARAHAN CEDERA KEPALA (STUDI KASUS PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS PENGENDARA SEPEDA MOTORDI RSUD KARANGANYAR)

Slamet Wahyudi

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia

AbstrakCedera kepala merupakan suatu pukulan atau benturan pada kulit kepala, tulang kepala, dan otak yaitu mulai dari selaput otak, saraf kranial, dan jaringan otak. Kecelakaan lalu lintas yang dapat mengakibat-kan cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi semua sektor kehidupan. Tujuannya adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan tingkat keparahan cedera kepala pada korban kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda motor di RSUD Karang-anyar. Penelitian ini berjenis penelitian epidemiologi observasional yang menggunakan desain penelitian cross sectional, dilaksanakan di RSUD Karanganyar, tanggal 1 Mei-31 Mei 2012. Jumlah sampel sebanyak 52 responden, diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data secara univariat dan bivariat (uji chi square atau uji fisher).Berdasarkan hasil analisis, faktor risiko yang berhubungan dengan tingkat keparahan cedera kepala adalah jenis kelamin (nilai p 0,046 < 0,05), pemakiam helm Standar Nasional Indonesi (SNI) (nilai p 0,000 < 0,05), dan kecepatan kendaraan (nilai p 0,002 < 0,05). Kesimpulan pe-nelitian ini, faktor risiko yang berhubungan dengan tingkat keparahan cedera kepala adalah jenis kelamin, pemakiam helm Standar Nasional Indonesia (SNI), dan kecepatan kendaraan; Sebaiknya Dinas Kesehatan lebih meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan; Satlantas Polres Karanganyar, hendaknya meningkatkan sosialisasi tentang peraturan undang-undang lalu lintas; Peneliti selanjutnya, hendaknya dapat menjadi

pembanding, dapat melengkapi kelemahan penelitian ini.

AbstractHead injury is a blow or impact to the scalp, skull, and brain starting from the lining of the brain, cranial nerves, and brain tissue. Traffic accidents that can result in injury to the head is the public health problem that can affect all life sectors. The goal is to determine the risk factors associated with the severity of head injuries in traffic accident victims in hospitals motorcyclists Karanganyar. This study various observational epidemiological studies that use cross-sectional design of the study, carried out in hospitals Karanganyar, dated 1 May to 31 May 2012. Total sample of 52 respondents, taken based on inclusion and exclusion criteria. Data analysis univariate and bivariate (chi square test or fisher test). Based on the analysis, the risk factors associated with the severity of head injury is gender (p-value 0.046 <0.05), pema-kiam helmet Indonesi National Standard (SNI) (p value 0.000 <0.05), and the speed of the vehicle (p 0.002 <0.05). The conclusion of this study, the risk factors associated with the severity of head injury is gender, helmet pemakiam Indone-sian National Standard (SNI), and vehicle speed; Better Health Office further improve health care facilities; Satlantas Karanganyar Police, should improve the dissemination of regulatory law traffic laws; Researchers further, it should be a comparison, can complement the weaknesses of this study.

zz

© 2012 Universitas Negeri Semarang

Info ArtikelSejarah Artikel:Diterima Agustus 2012Disetujui September 2012Dipublikasikan Oktober 2012

Keywords:head injuriestraffic accidents and motorcycle riders

Alamat korespondensi: Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected]

ISSN 2252-6781

Page 2: cidera kepala

41

Slamet Wahyudi / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2012)

lalu lintas di Indonesia, sebagian besar disebab-kan karena faktor perilaku pengemudi yaitu se-besar 89,56%. Faktor tersebut berpengaruh terha-dap tingkat keparahan yang dialami oleh korban kecelakaan seperti mengemudi dengan kecepatan tinggi, tidak menggunakan helm dengan baik, dan mengkonsumsi alkohol saat mengemudikan kendaraan. Selain itu, faktor penanganan cedera pra rumah sakit juga mempengaruhi tingkat ke-parahan cedera (Woro Riyadina, 2009:66).

Berdasarkan data di Karanganyar pada tahun 2009, kejadian kecelakaan lalu lintas pen-gendara sepeda motor dengan korban yang men-galami cedera kepala sebesar 58,67% dan sebe-sar 20,77% meninggal dunia akibat cedera kepala berat yang dialami korban kecelakaan lalu lintas (Satlantas Polres Karanganyar, 2011:1). Menurut pihak Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar pada tahun 2011, pasien yang mengalami cede-ra kepala akibat kecelakaan lalu lintas sebanyak 60% dengan proporsi jenis kelamin laki-laki yang paling dominan sebesar 75% dan rentang umur pasien 25-40 tahun sebesar 80% (RSUD Karan-ganyar, 2011:1).

Dari semua kasus kecelakaan lalu lintas di Karanganyar, penyebab terbesar cedera kepa-la yaitu lebih dari 75% karena perilaku manusia dalam tertib berlalulintas di jalan. Faktor risiko yang mempengaruhi tingkat keparahan cedera akibat kecelakaan lalu lintas sepeda motor yang paling dominan di Kabupaten Karanganyar ada-lah mengemudi dengan kecepatan tinggi sebesar 50%, tidak memakai helm dengan benar sebesar 35%, mengkonsumsi alkohol saat mengemu-di sebesar 15% (Satlantas Polres Karanganyar, 2011:1). Penyebab tingkat keparahan cedera kepala pada korban kecelakaan lalu lintas yang dirawat di RSUD Karanganyar pada tahun 2011 adalah adanya benturan keras pada kepala sebe-sar 65% diikuti perdarahan pada kepala, serta adanya penyakit penyerta sebesar 5% (RSUD Karanganyar, 2011:1).

Kecelakaan lalu lintas yang dapat men-gakibatkan cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi semua sektor kehidupan. Angka kecelakaan lalu lintas secara global yang terus meningkat dari tahun 2006 sampai sekarang ini dan merupakan angka penyumbang penyebab kematian terbesar di dunia. Bahkan, angka ke-celakaan lalu lintas yang menyebabkan cedera kepala di Karanganyar pada tahun 2010 me-rupakan penyebab angka kematian tertinggi (Satlantas Polres Karanganyar, 2011:1). Upaya pengendalian faktor risiko kecelakaan lalu lintas yang telah dilakukan oleh Satlantas Karanganyar

Pendahuluan

Cedera kepala merupakan suatu pukulan atau benturan pada kulit kepala, tulang kepala, dan otak yaitu mulai dari selaput otak, saraf kra-nial, dan jaringan otak. Kerusakan otak ini me-rupakan masalah yang penting dan perlu menda-pat perhatian (Olva Irwana, 2009:1). Klasifikasi derajat cedera kepala menurut Glasgow dibagi menjadi tiga yaitu Cedera Kepala Ringan (CKR), Cedera Kepala Sedang (CKS), dan Cedera Kepa-la Berat (CKB). Penyebab prevalensi cedera kepa-la terbesar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yaitu sebesar 48%-53% yang merupakan angka terbesar penyebab cedera kepala yang kemudian dilanjutkan dengan 20%-28% lainnya akibat kare-na jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan adanya tindak kekerasan, kegiatan olahraga, dan rekreasi

(Olva Irwana, 2009:1).Menurut WHO, kecelakaan lalu lintas di

dunia pada tahun 2004 telah merenggut satu juta orang setiap tahunnya sampai sekarang dan dari 50 juta orang mengalami luka dengan sebagian besar korbannya adalah pemakai jalan yang ren-tan seperti pejalan kaki, pengendara sepeda mo-tor, anak-anak, dan penumpang (Peden, Margi, et.al, 2004). Tahun 2020 diperkirakan angka ke-celakaan lalu lintas di dunia menduduki urutan ke-3 di atas masalah kesehatan yang lain seperti malaria, TB paru, dan HIV/AIDS berdasarkan proyeksi penyakit secara global (Direktorat Jen-deral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2008:1). Berdasarkan penelitian Jennet (1996) dalam Sutarto (2003) di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dikelompokkan seba-gai Cedera Kepala Ringan sebesar 80%, Cedera Kepala Sedang sebesar 10%, dan Cedera Kepala Berat sebesar 10%.

Di Indonesia, penyebab cedera kepala ter-banyak karena kecelakaan lalu lintas dan diiku-ti perdarahan berkisar antara 17,63% - 42,20% yang menduduki urutan tertinggi, kemudian disusul yang kedua yaitu cedera ekstremitas men-capai 11,8% (Riwanto Ignatius Sastromihardjo, 2003:1). Data kecelakaan di Indonesia yang be-rasal dari kepolisian menyebutkan pada tahun 2007, jumlah korban meninggal sebanyak 16.548 jiwa dan korban yang mengalami cedera kepa-la sebanyak 20.180. Sebagian besar 70% korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor dengan golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan rendah, serta cedera kepala yang dialami merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang dialami korban kecelakaan lalu lintas (Woro Riyadina, 2009:465). Kecelakaan

Page 3: cidera kepala

Slamet Wahyudi / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2012)

42

Sampel dalam penelitian ini adalah kor-ban kecelakaan lalu lintas yang termasuk dalam kriteria inklusi dan sampel yang termasuk dalam kriteria eksklusi dikeluarkan dari sampel pene-litian. Berdasarkan hal tersebut, maka dari 145 korban didapatkan 52 korban yang memenuhi kriteria inklusi sampel penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan ada-lah kuesioner yang akan diisikan oleh peneliti yang ditujukan langsung kepada responden.

Teknik pengambilan data penelitian ini adalah untuk pengambilan data primer melalui tanya jawab pada korban kecelakaan lalu lintas atau keluarga korban, sedangkan untuk pengam-bilan data sekunder dengan cara mencatat rekam medik di RSUD Karanganyar dan data tamba-han berupa catatan laporan resmi kecelakaan lalu lintas dari Polres Satlantas Karanganyar.

Analisis ini untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat se-cara satu persatu dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) = 0,05. Uji statistik yang digu-nakan untuk membantu analisis adalah uji X2 Chi Square dengan tabulasi silang untuk mencari RP (Risk Prevalent) karena data yang diuji merupakan kelompok sampel tidak berpasangan pada 2 ke-lompok atau lebih dengan skala pengukuran va-riabel kategorik dan untuk uji alternatifnya meng-gunakan Fisher.

Hasil dan Pembahasan

Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Keparahan Cedera Kepala pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara Sepeda Mo-tor.

Hasil uji Fisher menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat keparahan cedera kepala dengan nilai p value= 0,046 (<0,05). Hal tersebut dapat dikatakan bahwa jenis kelamin menjadi faktor ri-siko terjadinya cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas.

antara lain sosialisasi dalam tertib berlalu lintas dalam berbagai media, sosialisasi penggunaan helm yang benar, razia kelengkapan berkendara secara rutin, bekerjasama dengan Polisi Keama-nan Sekolah (PKS), dan patroli rutin di titik ra-wan kecelakaan. Intervensi terhadap faktor risiko yang paling besar yaitu faktor manusia seperti penggunaan helm (Satlantas Polres Karanganyar, 2011:1).

Dari teori dan data yang diperoleh maka perlu dilakukan penelitian tentang “ Faktor Risi-ko yang berhubungan dengan Tingkat Keparahan Cedera Kepala (Studi Kasus pada Korban Kece-lakaan Lalu Lintas Pengendara Sepeda Motor di RSUD Karanganyar)”

Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian epide-miologi observasional yang menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan pertimbangan karena kasus kecelakaan lalu lintas merupakan kasus yang bersifat akut. Penelitian ini akan di-lakukan di RSUD Karanganyar. Adapun variable penelitian meliputi:

Variabel terikatnya adalah tingkat kepara-han cedera kepala pada korban kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda motor.

Variabel bebasnya adalah umur, jenis ke-lamin, pemakaian helm Standar Nasional Indo-nesia (SNI), kecepatan sepeda motor, konsumsi alkohol, dan lawan tabrakan.

Variabel kovariat (covariate) adalah tingkat pendidikan, kepemilikan SIM, kelelahan, karak-ter pengemudi, kondisi ban, lampu kendaraan, kondisi cuaca, waktu kejadian, kondisi permu-kaan jalan, dan jarak ke rumah sakit.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh korban yang mengalami cederakepala akibat kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda motor di RSUD Karanganyar pada bulan Januari sampai Desember tahun 2011 yaitu sebanyak 145 korban.

Tabel 1. Hasil Uji Fisher

No

Jenis Kelamin

Total PLaki-laki Perempuan

F F

1.Cedera Kepala

Cedera Kepala Ringan 28 14 42

0,0462. Cedera Kepala Berat 10 0 10

Total 38 14 52

Sumber: hasil penelitian 2012

Page 4: cidera kepala

43

Slamet Wahyudi / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2012)

Keadaan tersebut sesuai teori yang me-nyatakan bahwa 73% dari korban kecelakaan lalu lintas yang fatal adalah laki-laki. Hal tersebut dapat dijelaskan karena adanya faktor mobilitas yang lebih tinggi serta sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak dipilih sebagai sa-rana transportasi. Disamping itu, jumlah pengen-dara sepeda motor laki-laki di jalan lebih tinggi daripada perempuan (Woro Riyadina, 2007:70).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sutarto (2003) yang menyatakan bah-wa jenis kelamin berpengaruh terhadap beratnya trauma akibat kecelakaan lalu lintas yang dia-lami pengemudi sepeda motor (p value=0,039) dan pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas terbanyak adalah laki-laki sebanyak 73,5%.

Dari penelitian ini terbukti bahwa jenis kelamin berhubungan dengan tingkat keparahan cedera kepala. Jumlah jenis kelamin laki-laki yai-tu sebanyak 38 orang (73,1%) lebih banyak men-galami kecelakaan lalu lintas daripada perempu-an. Hal tersebut diakibatkan karena data tentang cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang ada di RSUD Kabupaten Karanganyar, jumlah laki-laki lebih banyak daripada jumlah perempu-an.

Hubungan antara Umur dengan Tingkat Keparahan Cedera Kepala Pada Korban Kecela-kaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Mo-tor.

Hasil uji kolmogorov smirnov menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat keparahan cedera kepala dengan nilai p value= 0,402 (>0,05).

Secara teori, kelompok umur yang beri-siko terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah usia 21-30 tahun yang merupakan umur

produktif (Woro, 2007:70). Separuh kecelakaan lalu lintas yang terjadi dikarenakan pada usia dewasa muda terdapat sikap tergesa-gesa dan ke-cerobohan. Selain itu, kelompok umur tersebut merupakan pengemudi pemula dengan tingkat emosi yang belum stabil serta belum berhati-hati dalam mengendarai kendaraannya (Donald Hun-ter, 1975:17) Orang-orang yang berusia 30 tahun atau lebih cenderung memiliki sikap hati-hati dan menyadari adanya bahaya dibandingkan dengan berusia muda (Metta Kartika, 2009:17)

Hasil penelitian ini sejalan penelitian Su-tarto (2003) menyatakan bahwa umur tidak ber-pengaruh terhadap kecepatan kendaraan akan tetapi umur <25 tahun mempunyai risiko 1,591 untuk mengemudi dengan kecepatan tinggi (>50 Km/jam) daripada mengemudi dengan kecepa-tan rendah (<50 Km/jam). Hal tersebut dapat terjadi karena umur <25 tahun mempunyai sifat-sifat seperti keingintahuan yang tinggi, agresif, ingin diketahui, dan lain-lain yang menyebabkan mereka dalam mengendarai kendaraan cende-rung dengan kecepatan tinggi dan kurang kehati-hatian (Budiharto, 1987:54).

Umur pengendara yang secara teori dapat mempengaruhi kecepatan kendaraan yang dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas akan tetapi ternyata tidak terbukti pada hasil penelitian ini. Hal tersebut dapat terjadi karena saat pengambi-lan data tentang cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas hanya diambil satu Rumah Sakit saja yaitu Rumah Sakit RSUD Kabupaten Karanga-nyar sehingga kasus kecelakaan lalu lintas lain-nya yang tidak terdeteksi.

Hubungan antara Pemakaian Helm Stan-dar Nasional Indonesia SNI dengan Tingkat Ke-parahan Cedera Kepala pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara Sepeda Motor.

Tabel 2 Hasil Uji Kolmogorov smirnov

No

Kelompok Umur

Total PAnak-anak

Remaja Dewasa Lansia

F F F

1.

Cedera Kepala

Cedera Kepala Ringan 1 11 27 3 42

0,4022.

Cedera Kepala Berat 0 6 4 0 10

Total 1 17 31 3 52Sumber: hasil penelitian 2012

Page 5: cidera kepala

Slamet Wahyudi / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2012)

44

kepala akibat kecelakaan lalu lintas pada pengen-dara sepeda motor. Bagi pengendara sepeda mo-tor yang tidak memakai helm Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat berisko tinggi terhadap tingakat keparahan cedera kepala. Perbedaan ha-sil penelitian tersebut terjadi karena pengkatego-rian variabel pemakaian helm Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dimaksudkan pada peneli-tian ini adalah pengemudi yang benar memakai helm Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti jenis full face atau three-quarter open face sedangkan penelitian terdahulu hanya dikategorikan mema-kai atau tidak memakai helm standar. Selain itu, lokasi penelitian di Kabupaten Karanganyar pen-gendara sepeda motor cenderung tidak memakai helm saat mengemudi dikarenakan wilayahnya bukan kota besar. Walaupun angka pemakaian helm Standar Nasional Indonesia (SNI) di Wila-yah Kabupaten Karanganyar sudah cukup tinggi yaitu sebesar 63,5% akan tetapi masih ada pen-gendara sepeda motor yang masih tidak mema-kai helm Standar Nasional Indonesia (SNI). Dari hasil wawancara tidak terstruktur dengan respon-den dikemukan bahwa responden sudah menge-tahui tentang peraturan pemakaian helm Standar Nasional Indonesia (SNI) saat mengemudikan kendaraan di jalan raya akan tetapi mereka tetap saja tidak mematuhinya dengan alasan jarak tem-puh yang dekat, tidak ada polisi, dan malas me-makai karena dianggap tidak nyaman.

Hubungan antara Kecepatan Kendaraan dengan Tingkat Keparahan Cedera Kepala pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara Se-peda Motor.

Hasil uji Fisher menunjukkan ada hubun-gan yang signifikan antara kecepatan kendaraan dengan tingkat keparahan cedera kepala dengan nilai p value= 0,020 (< 0,05).

Keadaan ini sesuai dengan teori hukum energi yang menyatakan bahwa beratnya trauma tergantung kepada jumlah dan kecepatan perpin-dahan energi permukaan di mana energi dike-rahkan (American College of Surgeon, 1997:80).

Hasil uji Fisher menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemakaian helm Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan tingkat keparahan cedera kepala dengan nilai p value= 0,000 (<0,05).

Keadaan ini sesuai teori yang menyatakan bahwa tingkat cedera kepala ditentukan oleh ku-alitas dan kuantitas APD (helm) yang dikenakan. Penggunaan helm secara signifikan mengurangi angka kematian sekitar 40% pada pengguna se-peda motor ketika mengalami kecelakaan lalu lintas (Nazar Moesbar, 2007:87). Helm yang memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia harus terdiri dari tempurung yang keras dengan permukaan halus, lapisan peredam benturan, dan tali pengikat ke dagu seperti helm model full face dan three-quarter open face (Badan Standarisasi Na-sional, 2010:5). Helm model full face adalah helm yang paling aman untuk digunakan pengendara sepeda motor karena mampu melindungi muka, kepala, leher, telinga, dan dagu dengan sempur-na, tetapi helm tersebut membuat pemakainya menjadi tidak nyaman karena bentuknya yang tertutup rapat (Joko Susilo, 2010:1). Meskipun helm melindungi kepala dari benturan dan saat jatuh dari sepeda motor, ternyata memakai helm dapat menimbulkan gerah, panas, berat, dan da-pat menimbulkan sakit kepala (pusing). Hal ter-sebut yang menjadi salah satu alasan para pen-gendara tidak memakai helm saat mengemudi (Nani Pudji Sundari, 2009:195).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sutarto (2003) menyatakan bahwa pemakaian helm tidak berpengaruh terhadap be-ratnya trauma akibat kecelakaan lalu lintas yang dialami pengemudi sepeda motor akan tetapi dilihat dari nilai Risk Prevalens (RP) bagi yang tidak menggunkan helm standar mempunyai ri-siko 4,83 kali lebih besar untuk mengalami berat dibandingkan menggunakan helm standar.

Hasil penelitian ini terbukti bahwa pema-kaian helm Standar Nasional Indonesi (SNI) berhubungan terhadap tingkat keparahan cedera

Tabel 3 Hasil Uji Fisher

No

Pemakaian Helm Standar Nasional Indonesia (SNI)

Total PYa Tidak

F F

1. Cedera Ke-pala

Cedera Kepala Ringan 32 10 42

0,0002. Cedera Kepala Berat 1 9 10

Total 33 19 52Sumber: hasil penelitian 2012

Page 6: cidera kepala

45

Slamet Wahyudi / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2012)

Kecepatan >50 Km/jam dikatakan kecepatan tinggi dikarenakan kecepatan kendarann dalam kota hanya dibatasi maksimal 50 Km/jam itu-pun hanya untuk jalan raya utama. Pembatasan kecepatan kendaraan dalam kota maupun luar kota sudah ditentukan oleh Dinas Perhubungan dan sudah dilakukan uji coba mengenai kecepa-tan kendaraan dan jarak pengeraman yang aman bagi pengguna kendaraan di jalan raya. Kecepa-tan kendaraaan <50 Km/jam saat sudah dikate-gorikan aman bagi pengguna kendaraan di jalan raya dengan jarak pengeraman membutuhkan jarak kurang lebih 10 Meter. Apabila kecepatan kendaraan >50 Km/jam membutuhkan jarak pengereman yang sangat panjang sehingga beri-siko tinggi menyebabkan kecelakaan lalu lintas (Satlantas Polres Karanganyar, 2012:1).

Hasil penelitian Sutarto (2003) menyata-kan bahwa kecepatan kendaraan tidak berpenga-ruh terhadap beratnya trauma akibat kecelakaan lalu lintas yang dialami pengemudi sepeda motor akan tetapi dilihat dari nilai Risk Prevalens (RP) dapat diasumsikan bahwa pengemudi yang men-gendari kendaraan dengan kecepatan tinggi (>50 Km/jam) mempunyai risiko 1,29 kali lebih besar untuk mengalami trauma berat dibandingkan dengan kecepatan rendah (<50 Km/jam).

Hasil penelitian terbukti bahwa kecepatan kendaraan berhubungan terhadap tingkat kepa-rahan cedera kepala akibat kecelakaan lalu lin-tas pada pengendara sepeda motor. Mengemudi dengan kecepatan tinggi (>50 Km/jam) di jalan berisiko tinggi terhadap tingkat keparahan cedera kepala. Perbedaan hasil penelitian ini dengan ter-dahulu terjadi karena karateristik pengendara se-peda motor di wilayah Kabupaten Karanganyar cenderung mengemudikan kendaraan dengan ke-cepatan tinggi (>50 Km/jam) dikarenakan jalan yang tidak terlalu padat dan kurangnya pemasan-gan rambu lalu lintas di daerah rawan kecelakaan lalu lintas.

Hubungan antara Konsumsi Alkohol den-gan Tingkat Keparahan Cedera Kepala pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara Se-peda Motor.

Hasil uji Fisher menunjukkan tidak ada hu-bungan yang signifikan antara konsumsi alkohol dengan tingkat keparahan cedera kepala dengan nilai p value= 0,351 (>0,05).

Secara teori, tingginya pengaruh konsumsi alkohol untuk terjadinya cedera berat akibat ke-celakaan lalu lintas ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa alkohol dalam tubuh akan menyebabkan penekanan pada sistem syaraf sehingga dapat mempengaruhi pusat pengenda-lian diri serta perubahan dalam menilai sesuatu atau dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengkoordinasi visual scanning dan ke-mampuan psikomotor (Rusdihardjo, 1994:78). Pada saat berkendara, pengendara sepeda motor tidak boleh memiliki kandungan alkohol dalam darah melebihi ambang batas (>0,05%). Adanya kadar alkohol dalam darah (dalam jumlah sedi-kit maupun banyak) pada pengendara sepeda motor mengakibatkan sistem syaraf pusat yang berfungsi sebagai pengontrol sikap dan penilaian terhadap reaksi saat mengemudi menjadi lemah sehingga pengemudi mengalami kesulitan dalam menilai jarak aman dan kecepatan kendaraan lain di jalan sehingga dapat berisiko menyebab-kan kecelakaan lalu lintas. Saat berkendara pen-gemudi sepeda motor harus dapat berkonsentrasi dan mengetahui posisi pengguna jalan lainnya (Ditjen Perhubungan Darat, 2006:20).

Hasil penelitian Sutarto (2003) menyata-kan bahwa mengonsumsi alkohol tidak berpen-garuh terhadap kecepatan kendaraan akan teta-pi dilihat dari nilai Risk Prevalens (RP) bagi yang mengonsumsi alkohol mempunyai risiko 2,870 kali lebih besar untuk mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi (>50 Km/jam) daripada kecepatan rendah (<50 Km/jam) yang dapat me-

Tabel 4 Hasil Uji Fisher

No

Kecepatan Kendaraan >50Km/jam

Total PTidak Ya

F F

1.

Cedera Kepala

Cedera Kepala Ringan 26 16 42

0,022x2.Cedera Kepala Berat

10 0 10

Total 36 16 52Sumber: hasil penelitian 2012

Page 7: cidera kepala

Slamet Wahyudi / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2012)

46

nyebabkan kecelakaan lalu lintas.Mengonsumsi alkohol yang secara teori

dapat mempengaruhi kondisi pengemudi dalam mengendarai kendaraannya sehingga berisiko menyebabkan kecelakaan lalu lintas akan tetapi ternyata tidak terbukti pada hasil penelitian ini. Berdasarkan hasil tanya jawab, sebagian be-sar responden yaitu sebanyak 50 orang (96,2%) menyatakan tidak mengkonsumsi alkohol atau dalam keadaan tidak mabuk saat mengemudi-kan kendaraaan sepeda motor dan hanya 2 res-ponden yang menyatakan mengonsumsi alkohol atau dalam keadaan mabuk saat mengemudikan kendaraan sepeda motor. Hal tersebut dapat ter-jadi karena pengambilan data tentang konsumsi alkohol hanya berdasarkan wawancara dengan korban atau catatan kepolisian tidak dilakukan berdasarkan hasil laboratorium mengenai kadar alkohol dalam darah sehingga dimungkinkan adanya ketidakakuratan data.

Hubungan antara Lamanya Mendapat Pertolongan Pertama dengan Tingkat Keparahan Cedera Kepala pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara Sepeda Motor.

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan bahwa jumlah pengemudi yang mendapat per-

tolongan >30 menit dengan cedera kepala rin-gan sebanyak 27 responden, pengemudi yang mendapat pertolongan >30 menit dengan cedera kepala berat sebanyak 9 responden, pengemudi yang mendapat pertolongan <30 menit dengan cedera kepala ringan sebanyak 15 responden, dan pengemudi yang mendapat pertolongan <30 menit dengan cedera kepala berat sebanyak 1 responden. Hasil uji Fisher menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya mendapat pertolongan pertama dengan tingkat keparahan cedera kepala dengan nilai p value= 0,147 (>0,05).

Secara teori menyatakan bahwa waktu ter-penting dalam kesempatan bertahan hidup kor-ban kecelakaan adalah 30-60 menit pertama se-bagai waktu stabilisasi awal. Pengalaman medis di dunia menunjukkan bahwa stabilisasi korban terluka dan rujukan ke rumah sakit spesialis da-lam jangka “waktu keemasan” dapat meningkat-kan potensi pasien untuk bertahan dan sembuh total. Apabila korban mendapat pertolongan per-tama >30 menit, maka cedera yang dialami kor-ban akan bertambah parah. Dan apabila korban mendapat pertolongan pertama <30 menit, maka keparahan cedera korban dapat dicegah (Metta

Tabel 5 Hasil Uji Fisher

NoKonsumsi Alkohol

Total PYa Tidak

F F

1.

Cedera Kepala

Cedera Kepala Ringan1 41 42

0,3512.

Cedera Kepala Berat1 9 10

Total 2 50 52Sumber: hasil penelitian 2012

Tabel 6 Hasil Uji Fisher

No

Lamanya Mendapat Pertolongan Pertama

Total PYa Tidak

F F

1.Cedera Ke-

pala

Cedera Kepala Ringan 27 15 42

0,1472. Cedera Kepala Berat 9 1 10

Total 36 16 52Sumber: hasil penelitian 2012

Page 8: cidera kepala

47

Slamet Wahyudi / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2012)

Kartika, 2009:33). Penelitian ini sejalan dengan hasil pene-

litian Sutarto (2003) yang menyatakan bahwa lamanya mendapat pertolongan pertama tidak berhubungan dengan beratnya trauma akibat ke-celakaan lalu lintas yang dialami pengemudi se-peda motor akan tetapi dilihat dari nilai Risk Pre-valens (RP) bagi lamanya mendapat pertolongan pertama >30 menit mempunyai risiko 2,667 kali lebih besar daripada yang mendapat pertolongan pertama <30 menit terhadap beratnya trauma akibat kecelakaan lalu lintas yang dialami penge-mudi sepeda motor.

Lamanya mendapat pertolongan pertama >30 menit yang secara teori dapat mempengaru-hi tingkat keparahan cedera kepala akibat kecela-kaan lalu lintas akan tetapi ternyata tidak terbukti pada hasil penelitian ini. Hal tersebut dapat terja-di karena saat pengambilan data tentang lamanya mendapat pertolongan pertama hanya berdasar-kan wawancara dengan korban (perkiraan waktu) atau catatan kepolisian tidak dilakukan berdasar-kan hasil pengukuran jam sebenarnya.

Hubungan antara Lawan Tabrakan den-gan Tingkat Keparahan Cedera Kepala pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara Se-peda Motor.

Hasil uji fisher dari data penelitian tentang hubungan antara lawan tabrakan dengan tingkat keparahan cedera kepala pada korban kecelakaan lalu lintas adalah sebagai berikut:

Hasil uji Fisher menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara lawan tabrakan dengan tingkat keparahan cedera kepala dengan nilai p value= 1,000 (>0,05).

Secara teori, pada hukum energi yang me-nyatakan bahwa beratnya trauma tergantung ke-pada jumlah dan kecepatan perpindahan energi permukaan di mana energi dikerahkan (Ameri-can College of Surgeon, 1997:80). Bentuk lawan

tabrakan yang berisiko tinggi terhadap tingkat keparahan cedera berupa kendaraan lain seper-ti sepeda ontel, sepeda motor, kendaraan roda 4 atau lebih lainnya dan benda statis seperti tumpu-kan tanah, pohon, benda diam selain kendaraan. Berat ringannya cedera kepala tergantung pada besar dan kekuatan benturan (kecepatan lawan tabrakan), arah tabrakan, tempat benturan dan keadaan kepala pada saat mendapat benturan. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa luas per-mukaan dan masa benda (lawan tabrakan) yang lebih besar dengan adanya perpindahan energi yang lebih besar juga (tabrakan dengan benda yang bergerak) menyebabkan terjadinya gaya tekan dan gaya gesek terhadap luas permukaan tubuh sehingga dapat menimbulkan cedera yang lebih parah. Gabungan antara besarnya lawan tabrakan dan kecepatan kendaraan yang tinggi (>50 m/jam) dapat berpengaruh terhadap ting-kat keparahan yang dialami korban kecelakaan lalu lintas (S. Sastrodiwirjo, 1986:28).

Hal ini tidak sejalan dengan hasil peneliti-an Sutarto (2003) yang menyatakan bahwa lawan tabrakan berpengaruh terhadap beratnya trauma akibat kecelakaan lalu lintas yang dialami pen-gemudi sepeda motor. Dilihat dari nilai Risk Pre-valens (RP) lawan tabrakan dengan roda 4 atau lebih mempunyai risiko 10,32 kali lebih besar untuk terjadi trauma berat dibandingkan lawan tabrakan roda dua.

Lawan tabrakan yang secara teori dapat mempengaruhi tingkat keparahan cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas akan tetapi ternyata tidak terbukti pada hasil penelitian ini. Hal ter-sebut dapat terjadi karena pada pengelompokkan variabel lawan tabrakan yang dilakukan dalam penelitian ini hanya dikelompokkan ada tidaknya lawan tabrakan secara umum. Sedangkan pene-litian terdahulu dikelompok menurut jenis roda kendaraannya. Selain itu, berdasarkan bentuk

Tabel 7 Hasil Uji Fisher

NoLawan Tabrakan

Total PYa Tidak

F F

1.Cedera Ke-

pala

Cedera Kepala Ringan

38 3 41

1,0002.

Cedera Kepala Berat

9 1 10

Total 47 4 52Sumber: hasil penelitian 2012

Page 9: cidera kepala

Slamet Wahyudi / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2012)

48

lawan tabrakan pada penelitian ini yang dialami responden sebagian besar memiliki lawan tabra-kan sesama pengendara sepeda motor yaitu seba-nyak 91,7%.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpu-lan sebagai berikut dari 7 faktor risiko yang dite-liti, sebanyak 42,9 % faktor risiko berhubungan dengan tingkat keparahan cedera kepala pada korban kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda motor di RSUD Karanganyar antara lain jenis kelamin, pemakaian helm Standar Nasional In-donesia (SNI), dan kecepatan kendaraan sedang-kan faktor risiko yang tidak berhubungan sebany-ak 57, 1 % antara lain umur, konsumsi alkohol, lamanya mendapatkan pertolongan pertama, dan lawan tabrakan.

Ucapan Terima Kasih

1. Kepala RSUD Karanganyar atas izin dan bantuannya.

2. Kepala Satlantas Polres Karanganyar atas izin dan bantuannya.

3. Semua pihak yang telah membantu da-lam penelitian ini.

Daftar Pustaka

Badan Standarisasi Nasional, 2010, Penerapan Standar Wajib Helm Ber-SNI, Jakarta: Departemen Per-hubungan Indonesia.

Budiharto, 1987, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Lalu Lintas yang Mengakibatkan Korban Luka Berat atau Mati di Wilayah Polda Metro Jaya, MKI, Vol.37, No. 2: Hal.122-128.

Ditjen Perhubungan Darat, 2006, Laporan Akhir Pedo-man Teknis Kampanye Program Keselamatan. Jakarta: Author. www.hubdat.web.id, diakes tanggal 2 Mei 2009.

Donal Hunter, 1975, Car Driving Before and After Pass-ing The Driving Test, Transport Road Research Laboratory Report LR 499.

Joko Susilo, 2010, Jenis Helm dan Tingkat Keamanan-nya, Selasa 2 Februari 2010, http://www.sumbawa.news.com/berita/pendidikan/jenis-helm-dan-tingkat-keamanannya, diakses tang-gal 19 Maret 2011.

Metta Kartika, 2009, Analisis Faktor Penyebab Ke-celakaan Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor di Wilayah Depok, Skripsi: Universitas Indonesia Depok.

RSUD Karanganyar, 2011.Satlantas Polres Karanganyar, 2011.Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metode Penelitian Kes-

ehatan, Jakarta: Rineka Cipta.Woro Riyadina, dkk, 2007, Profil Keparahan Cedera

pada Korban Sepeda Motor di Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati, Universa Medicina, Volume 26, No. 2, April-Juni 2007, hlm. 64-72.

Woro Riyadina, dkk, 2009, Pola dan Determinan Sos-iodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lin-tas di Indonesia, Majalah Kedokteran, Volume 59, No.10, Oktober 2009, hlm. 464-472.