Cici Aprialiana Fitri-kti
-
Upload
elva-cristy-irianti -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Cici Aprialiana Fitri-kti
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk
membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka,
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan
beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu,
terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan,
meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan
pelayanan meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek
(BKKBN, 2004).
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang
dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program
keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil
kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang. Gerakan
Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun
70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang
bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan
dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi pada pria atau penanggulangan kelahiran
2
seperti kondom, vasektomi, koitus interuptus, kontrasepsi pria masa mendatang
(Pinem, 2009).
Tujuan mengenai keluarga berencana adalah melindungi diri dari kehamilan
dengan suatu cara yang tidak mengganggu kesuburannya di masa mendatang,
terutama menggunakan metode-metode yang juga memberikan perlindungan
terhadap Infeksi Menular Seksual (Glasier dkk, 2006).
Secara global, jenis alat kontrasepsi yang paling umum digunakan adalah
kontrasepsi jangka panjang (vasektomi) sebanyak 15 % dan sepertiganya memilih
kondom. Penggunaan kontrasepsi oleh pria masih relatif kecil, kondom merupakan
metode kontrasepsi kedua yang paling umum di Eropa, mendekati 30% dari
penggunaan metode kontraseppsi modern. Data terakhir pervalensi kondom di Afrika
8%, Asia 12%, Amerika Latin 14%, Amerika Utara 18%, dan Osenia 19% (WHO,
2011).
Pencapaian peserta keluarga berencana pria di Indonesia masih sangat rendah
dari hasil RIKESDA 2007 mencapai 1,5% (Kondom 1,2 %), (Vasektomi 0,3%), dan
95% nya adalah yang menggunakan alat kontrasepsi adalah wanita (BkkbN, 2008).
Yang menggunakan suntik mencapai 191.461 (45,4%) sedangkan yang memakai
IUD, MOP, MOW, Implan dibawah 2% (Nasrin, 2008).
Kota medan pada tahun 2009 akseptor KB pria tercapai 9.351 akseptor
sedangkan target Nasional sebanyak16.650 akseptor. Realisasi akseptor KB pria
tersebut diatas dengan rincian M)P sebanyak 450 Akseptor dan kondom sebanyak
8.901 akseptor. Tahun 2010 akseptor KB pria di kota Medan meningkat signifikan
3
yaitu MOP sebanyak 513 akseptor dan kondom sebanyak 10.705 akseptor (BPPKB
medan).
Diseluruh Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam peserta KB aktif pada
pria mencapai 52.508 orang peserta KB aktif, diantaranya yang memakai kondom
adalah 52.291 (99,59%) dan yang memakai vasektomi (MOP) adalah 217 (0,41%).
Dari seluruh Wilayah Kabupaten Aceh Besar peserta KB aktif pada pria
mencapai 3.838 orang peserta KB aktif, diantaranya yang menggunakan kondom
adalah 3.826 (99,69%) dan yang menggunakan vasektomi (MOP) adalah 12 (0,31%)
(BKKBN, 2012).
Kontrasepsi mantap Pria atau yang disebut dengan vasektomi merupakan suatu
metode Kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan
sangat efektif, memakan waktu yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum.
Tetapi di seluruh dunia, kontrasepsi ini masih merupakan metode yang terabaikan
dan kurang mendapat perhatian, baik dari pihak pria/suami maupun petugas medis
Keluarga Berencana( Hartanto, 2004).
Pengembangan metode kontrasepsi pria masih jauh tertinggal karena adanya
hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan dalam memperoleh
informasi tentang alat kontrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat
maupun ketersediaan tenaga kesehatan, selain itu juga adanya rumor yang beredar di
masyarakat mengenai alat kontrasepsi, sehingga hal ini menjadi faktor penghambat
dalam pengembangan metode kontrasepsi (BKKBN, 2001).
Menurut Notoatmodjo (2003), yang mengutip pendapat Anderson ,
karakteristik individu dalam memilih pelayanan kesehatan termasuk dalam memilih
4
metode kontrasepsi dapat di golongkan antara lain: cirri-ciri demografi, seperti jenis
kelamin, umur, struktur sosial, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, informasi, sikap
dan kesukaan manfaat kesehatan.
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari Desa Lampoh Keude Kecamatan
Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar terdapat 126 kepala keluarga dan jumlah pasangan
usia subur adalah 82. Dari studi awal yang di lakukan pada tanggal 9 februari 2013,
dari hasil wawancara pada 5 orang suami di Desa Lampoh Keude tidak ada satu pun
yang ikut serta menjadi akseptor KB, alasan yang diberikan adalah bermacam-
macam, 2 dari 5 orang suami tersebut mengatakan mereka tidak menggunakan alat
kontrasepsi karena belum mengetahui tentang alat kontrasepsi pada pria, tiga orang
lainnya mengatakan mereka sudah tau tentang alat kontrasepsi tersebut tetapi tidak
mau memakai karena mereka menganggap itu adalah kewajiban seorang istri.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Desa
Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude
Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar”.
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka peneliti menetapkan tujuan umum dan
tujuan khusus dari peneliti ini adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keikutsertaan Suami
Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta
Baro Kabupaten Aceh Besar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap Keikutsertaan Suami
Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan
Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.
b. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap keikutsertaas suami
menjadi akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan
Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.
c. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap keikutsertaan suami menjadi
akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar.
d. Untuk mengetahui pengaruh informasi terhadap keikutsertaan suami
menjadi akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan
Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat di jadikan bahan referensi untuk pembelajaran mahasiswa kebidanan
2. Bagi Tempat Penelitian.
Dapat di jadikan bahan masukan guna meningkatkan pengetahuan tentang
kontrasepsi khususnya para suami.
3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Dapat di jadikan bahan masukan dalam rangkan meningkatkan pelayanan
kontrasepsi.
4. Bagi Responden
Untuk meningkatkan pengetahuan responden agar mau mengikutsertakan
dirinya dalam program keluarga berencana.
5. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan peneliti khususnya dalam memberikan pelayanan kontrasepsi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kehamilan,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 (BKKBN, 2005).
2. Visi dan Misi BKKBN
Sejak di sepakatinya konsep baru kesehatan reproduksi di Indonesia telah
mengubah kebijakan keluarga berencana menjadi lebih luas lagi sehingga mencakup
program keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pembangunan dan kependudukan
serta gender. Dengan pendekatan ini, pelayanan KB harus berlandaskan kepada
kesukarelaan,keterbukaan dan kejujuran. Petugas KB harus dapat menjelaskan setiap
alat kontrasepsi dengan benar, lengkap segala kelebihan dan kekurangannya,
sehingga calon peserta KB dapat menentukan jenis kontrasepsi yang cocok untuk
dirinya (Pinem, 2009).
Dalam bidang kependudukan, pemerintah Indonesia menegaskan paradigm
baru Program KB yang telah disesuaikan dengan GBHN. Visi Program KB yang
semula adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dengan
selogan dua anak cukup, laki-laki dan perempuan sama saja dikembangkan menjadi
8
keluarga yang berkualitas tahun 2015. Visi ini menekankan pentingnya upaya
menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan
kualitas keluarga (BKKBN dan UNFPA, 2005).
Menurut BKKBN, (2005) setelah visi tersebut disosialisasikan selama enam
tahun banyak tuntutan dari masyarakat yang menghendaki agar visi dan misi
BKKBN dirubah menjadi;
1. Filosofi : Menggerakkan peran serta masyarakat dalam Keluarga Berencana.
2. Visi : Seluruh keluarga mengikuti Program Keluarga Berencana.
3. Misi : Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
3. Manfaat Keluarga Berencana
Dengan mengikuti program Keluarga Berencana sesuai anjuran pemerintah,
Para akseptor akan mendapatkan tiga manfaat optimal, baik untuk ibu, anak, dan
keluarga, antara lain:
1. Manfaat untuk ibu
a. Mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.
b. Menjaga kesehatan ibu.
c. Menjaga kehamilan lebih terprogram.
2. Manfaat untuk anak
a. Mengurangi resiko kematian bayi.
b. Meningkatkan kesehatan bayi.
c. Mencegah bayi kekurangan gizi.
d. Tumbuh kembang bayi lebih terjamin.
e. Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relative terpenuhi.
9
3. Manfaat untuk keluarga
a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga.
b. Harmonisasi keluarga lebih terjaga.
Program keluarga berencana ini dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya
seperti kehamilan terlalu dini, kehamilan terlalu telat, kehamilan yang terlalu dekat
jaraknya, terlalu sering hamil dan melahirkan (Hartanto, 2004).
4. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Pria
Pemilihan alat kontrasepsi yang tersedia bagi pria terbatas dibandingkan yang
tersedia pada wanita. Sebagian besar penelitian telah di tunjukan pada klien wanita,
karena wanitalah yang akan hamil dank arena lebih mudah untuk menghentikan
ovulasi bulanan dari pada proses sperma yang terus-menerus. Namun, seiring
peningkatan penyuluhan dan keterbukaan seksual, lebih banyak pria sangat tertarik
terhadap bidang ini, seperti terlihat dari jumlah pria yang memilih sterilisasi. Badan
penyuluhan kesehatan dan media telah mencoba meningkatkan pemakaian kondom
pria dalam mencegah penyakit menular seksual (PMS) dan penyebaran human
immunodeficiency virus (HIV), namun pengaruhnya masih terbatas, masih ada
kepercayaan bahwa “itu tidak akan terjadi pada saya”, dan selama kepercayaan ini
masih ada, penyebarluasan pemakaian kondom akan terhambat (Everett, 2007).
Adapun jenis-jenis alat kontrasepsi pada pria adalah sebagai berikut:
a. Koitus Interuptus
Koitus Interuptus adalah suatu alat kontrasepsi dimana saat pria menarik
penisnya sebelum ejakulasi selama koitus, ini adalah metode kontrasepsi tertua,
10
koitus interuptus ini diterima dan digunakan secara luas oleh komunitas muslim
dan kristiani (Everett, 2007).
b. Vasektomi
Metode kontrasepsi mantap (kontap) ditinjau dari sudut demografi sangat
menguntungkan. Dengan metode ini banyak kehamilan dapat dihindari, untuk
jangka panjang biayanya murah, tidak menimbulkan efek samping berarti, dan
tidak banyak memerlukan kontol medis lanjut. Kerugiannya dapat terjadi
komplikasi saat melakukan tindakan, bila belum siap terutama psikologis dapat
menimbulkan gangguan. Sebagian mungkin dapat mengalami gangguan lobido,
khusus bagi mereka secara psikologis belum siap. Perkembangan kontap untuk
kepentingan gerakan keluarga berencana (Manuba dkk,2008).
Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria
yang sangat aman, sederhana, sangat efektif, dan memakan waktu operasi yang
singkat dan tidak memerluka anastesi umum (Hartanto, 2004).
Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang
mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis ke vesikula seminalis.
Dengan pemotongan vas deferens, sperma tidak mampu di ejakulasikan dan pria
akan menjadi tidak subur setelah vas deferens bersih dari sperma, yang memakan
waktu selama tiga bulan (Everett, 2007).
1) Indikasi
a) Pemasangan yang sangat yakin bahwa keluarga mereka sudah lengkap.
b) Individu atau pasangan yang memilih untuk tidak menginginkan anak lagi.
11
2) Apabila salah satu pasangan
a) Memiliki resiko bermakna mewariskan suatu penyakit herediter.
b) Mengidap sakit kronik yang akan (pada wanita) menjadi kontra-indikasi
untuk hamil atau memengaruhi kemampuan pasangan untuk
membesarkan anak.
Pada dua keadaan yang terakhir, sterilisasi pasangan yang terkena
merupakan hal yang dapat diterima (Glasier dkk, 2006).
3) Kontraindikasi
a) Ketidakmampuan fisik yang serius.
b) Masalah hubungan.
c) Tidak di dukung oleh pasangan.
4) Keuntungan
a) Metode permanen.
b) Efektivitas tinggi.
c) Menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak di
rencanakan.
d) Prosedur aman dan sederhana.
5) Kerugian
a) Diperlukan kontrasepsi alternatif sampai didapat dua kali hitung sperma
bersih secara berurutan.
b) Diperlukan prosedur pembedahan.
c) Diperlukan anastesi lokal.
d) Tidak mudah untuk kembali subur.
12
6) Efektivitas
Vasektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Angka kegagalan
langsungnya adalah 1 dalam 1000 angka kegagalan lanjutnya adalah antara 1
dalam 3000 dan 1 dalam 7000.
7) Efek samping
a) Infeksi.
b) Hematoma.
c) Granuloma sperma.
Setelah vesektomi, beberepa pria dapat mengalami tanda-tanda berduka
karena kehilangan kesuburan dan seksualitas mereka. Kondisi ini akan bergantung
pada bagaimana prasaan pria mengenai keputusannya, jika ini merasa dipaksa
mengambil keputusan, mungkin ia merasa marah dan sedih atas kehilangannya.
Beberapa pria melihat vasektomi sama dengan kastrasi dan menjadi cemas bahwa
kemampuan fungsi mereka sebagai pria akan terganggu secara permanen. Banyak
pria melihat vasektomi sebagai kesempatan mereka melakukan sesuatu,
khususnya setelah pasangan mereka telah memiliki anak. Hal ini dapat
merekatkan hubungan mereka dan membuat mereka lbih dekat karena kecemasan
akan hamil lagi berkurang (Everett, 2007).
c. Kondom
Pada masa kini, kondom merupakam metode kontrasepsi pria yang telah
lama dikenal, kembali mendapatkan perhatian baru, baik dalam bidang Keluarga
Berencana maupun dalam bidang yang lain (Hartanto, 2004).
13
Kondom adalah selubung penis yang terbuat dari lateks, karet, plastik atau
membran binatang yang berfungsi sebagai penghalang masuknya sperma ke
dalam Vagina (Benson dkk, 2009).
Kondom merupakan barang disposal, hanya boleh sekali pakai, yang
tersedia dalam berbagai warna dan tampilan. Kondom bekerja sebagai sawar
yang mencegah pertemuan sperma dan ovum sehingga mencegah terjadinya
kehamilan (Everett, 2007).
1) Macam-macam kondom
a) Kulit
b) Lateks
c) Plastik
2) Indikasi
a) Penyakit genetalia
b) Sensitivitas penis terhadap sekret vagina
c) Jakulasi premature (Hartanto, 2004).
3) Kontraindikasi
a) Alergi terhadap lateks atau spermisida.
b) Masalah ereksi seperti gagal mempertahankan ereksi.
4) Keuntungan
a) Dalam kendali pasangan tersebut.
b) Tidak ada efek sistemik.
c) Mudah didapatkan.
d) Perlindungan terhadap penyakit menular seksual dan HIV.
14
e) Dapat sebagai perlindungan terhadap neoplasia serviks.
5) Kerugian
a) Dianggap merepotkan.
b) Dianggap mengganggu koitus.
c) Membutuhkan perencanaan kedepan.
d) Kehilangan sensitivitas.
e) Kondom lateks tidak dapat di gunakan bersamaan dengan penggunaan
lubrikan berbahan dasar minyak.
6) Efektivitas
a) Efektifitas kondom bervariasi pada pemakaian yang cermat dan konsisten
efektivitasnya dapat mencapai 98% atau serendah-rendahnya 85%.
Efektivitas yang rendah cenderung terjadi pada pria dan wanita yang
beruasia muda dan lebih subur dan kurang berpengalaman dalam
menggunakan metode ini.
7) Masalah-masalah yang dihadapi saat menggunakan kondom
a) Kondom bocor atau terlepas selama koitus.
b) Kondom terlepas selama koitus atau tertinggal di dalam vagina saat penis
di tarik setelah koitus.
c) Kondom robek saat di pasang.
d) Kesulitan memasang kondom, karena kondom terlalu besar atau kecil.
e) Alergi terhadap kondom.
f) Kehilangan sensitivitas (Everett, 2007).
15
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana
Menurut Notoatmodjo (2010), yang mengutip pendapat Anderson ,
karakteristik individu dalam memilih pelayanan kesehatan termasuk dalam memilih
metode kontrasepsi dapat di golongkan antara lain: cirri-ciri demografi, seperti jenis
kelamin, umur, struktur sosial, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, informasi, sikap
dan kesukaan manfaat kesehatan.
1. Pengetahuan
Sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar
ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa
sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,2004).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang di milikinya, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan rasa. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang di
peroleh melalui indera penglihatan dan indera pendengaran (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan merupakan hasil dari perolehan informasi dan terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
dilakukan melalui pancaindra, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba (Maryam, 2012).
Pengetahuan menurut Davenport (2007) merupakan panduan yang cair dari
pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan kerangka
16
berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman beserta informasi baru. Ini
berarti pengetahuan berbeda dengan informasi, informasi jadi pengetahuan bila
menjadi proses seperti perbandingan, konsekwensi, perhubungan dan perbincangan.
Pengetahuan dapat di bagi dalam tiga bagian yaitu :
a. Pengetahuan tentang sesuatu
b. Pengetahuan tentang mengerjakan sesuatu
c. Pengetahuan tentang bekerja dengan orang lain
Sedangkan tingkat pengetahuan dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Mengetahui bagaimana melaksanakan
b. Mengetahui bagaimana cara memperbaiki
c. Mengetahui bagaimana cara mengintergrasi
a. Tingkat pengetahuan
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati
sesuatu, atau mengingat kembali materi yang di pelajari atau yang di terima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami di artikan sebagai kemampuan menjelaskan atau
menginterprestasikan secara benar tentang objek yang di ketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi di artikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi yang lain.
17
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan
materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
struktur organisasi serta masih berkaitan satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2010).
b. Sumber Pengetahuan
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama,
adalah berupa warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-
norma dan kaidah-kaidah buku yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam norma kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi
tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit di kritik untuk di
ubah begitu saja. Jadi, harus di ikiti dengan tanpa keraguan, dengan kepercayaan
secara bulat. Kepercayaan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat
tetap (mapan) tetapi subjektif.
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas
kesaksian orang lain, juga masih di warnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak
18
pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat di percayai adalah orang
tua, guru, ulama, orang yang di tuakan, dan sebagainya. Adapun yang mereka
katakana benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya
di ikuti dan di jalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang
telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan
berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini
mengandung kebenaran, tapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-
orang itu bias dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya
itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya.
Jika kesaksian adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan manusia dan
masyarakat itu sendiri.
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengetahuan
indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan
mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit orang bias menyaksikan secara langsung
dan bila pula melakukan kegiatan hidup.
Sumber ke empat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal
pikiran mempunyai sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya
melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai mencapai hal-hal
yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal
yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan akan berubah-ubah, maka
akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang bersifat metafosis, spiritual, abstrak,
universal yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh
sebab itu akal pikiran senantiasa bersifat meragukan kebenaran pengetahuan
19
indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran
cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta
bersifat tetap, dan tidak berubah-ubah.
Sumber ke lima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling
dalam, jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas kemampuan akal
pikiranb dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi
merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui
sentuhan indera dan olahan akal pikiran. Ketika dengan serta merta seseorang
memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alas an yang jelas,
maka ia berada dalam pengetahuan yang intuitif.
Dengan demikian pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak di uji baik
menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bias
berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka ( Suhartono, 2008).
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan ( Notoatmoodjo,
2010).
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang di berikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain yang menuju kearah cita-cita tertentu. Pendidikan dapat
memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku atau pola hidup serta motivasi
20
seseorang untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah ia menerima informasi dan semakin
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya (Maryam, 2010).
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi :
1) Jalur Formal
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah jurusan, seperti: SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk
lain yang sederajat.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut dan universitas
2) Jalur Nonformal
3) Jalur Informal
a. Faktor-faktorYang Mempengaruhi Pendidikan
Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut adalah sebagai berikut:
1. Ideologi
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak
untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan.
21
2. Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
3. Sosial Budaya
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan
formal bagi anak-anaknya.
4. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju.
5. Psikologi
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian
individu agar (Hasbullah, 2005).
3. Sikap
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik dan sebagainya). Newcomb,
salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu
(Notoatmodjo, 2010).
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri atas beberapa tingkatan:
a. Menerima (receiving)
22
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang di berikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban aapabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang di berikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
merupakan indikasi dari menghargai.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang di pilih dengan segala resiko
merupakan tingkat yang paling tinggi dari sikap (Maryam, 2010).
4. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang,
kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2011).
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
23
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut (Erfandi, 2009).
Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan
suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
Sumber dari informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan
suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang
terjadi pada saat tertentu. Di dalam dunia bisnis, kejadian-kejadian yang sering
terjadi adalah transaksi perubahan dari suatu nilai yang disebut transaksi. Kesatuan
nyata adalah berupa suatu obyek nyata seperti tempat, benda dan orang yang betul-
betul ada dan terjadi.
24
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konseptual
Menurut Notoatmodjo (2010), yang mengutip pendapat Anderson,
karakteristik individu dalam memilih pelayanan kesehatan termasuk dalam memilih
metode kontrasepsi dapat digolongkan antara lain: cirri-ciri demografi, seperti jenis
kelamin, umur, struktur sosial, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, informasi, sikap
dan kesukaan manfaat kesehatan.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Keikutsertaan Suami Menjadi
Akseptor Keluarga Berencana
Pengetahuan
Pendidikan
Sikap
Informasi
25
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
Dependen
1 Keikutsertaan
suami menjadi
akseptor KB
Partisipasi
suami
terhadap
pemakaian
KB
Menyebarkan
kuesioner yang
berisi 2
pertanyaan
dengan
kategori: ya
apabila
menggunakan
kontrasepsi
dan tidak
apabila tidak
menggunakan
kontrasepsi
Kuesioner Ya
Tidak
Ordinal
Independen
1 Pengetahuan Sesuatu yang
diketahui
oleh suami
tentang KB
dan faktor-
faktor yang
mempengaru
hinya
Penyebaran
kuesioner yang
berisi 10
pertanyaan
dengan
kategori: tinggi
bila:
rendah
bila:
Kuesioner Tinggi
Rendah
Ordinal
2 Pendidikan Jenjang
pendidikan
formal yang
di selesaikan
oleh
responden
Penyebaran
kuesioner yan
berisi 1
pertanyaan
dengan
kategori: tinggi
bila
Diploma/PT
Menengah bila
SLTA/
sederajat
Dasar bila
SD/SLTP/
sederajat
Kuesioner Tinggi
Menen
gah
Dasar
Ordinal
26
4 Sikap Perilaku yang
mendukung
suami untuk
menjadi
akseptor KB
Menyebarkan
kuesioner yang
berisi 10
pertanyaan
dengan
kategori:
positif bila
Negatif bila
Kuesioner Positif
Negatif
Ordinal
5 Informasi Segala
sesuatu yang
didapatkan
atau
diketahui
oleh suami
tentang KB
pada pria
Menyebarkan
kuesioner yang
berisi 5
pertanyaan
dengan
kategori:
pernah bila:
Tidak pernah
bila:
Kuesioner Pernah
Tidak
pernah
Ordinal
C. Hipotesis
1. Ada pengaruh pengetahuan suami terhadap keikutsertaan suami menjadi
akseptor keluarga berencana.
2. Ada pengaruh pendidikan suami terhadap keikutsertaan suami menjadi
akseptor keluarga berencana.
3. Ada pengaruh sikap suami terhadap keikutsertaan suami menjadi akseptor
keluarga berencana.
4. Ada pengaruh informasi suami terhadap keikutsertaan suami menjadi
akseptor keluarga berencana.
27
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu
penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari
hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek).
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan suami
menjadi akseptor keluarga berencana (KB) di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta
Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan menjadi sasaran penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami
akseptor KB di Desa Lampoh Keude Tahun 2013 yang ada pada saat
penelitian di lakukan sebanyak 82 Pasangan Usia Subur (PUS).
2. Sampel
Sampel adalah penelitian yang dilakukan pada sebagian subjek dari populasi
(Margono, 2010). Tehnik pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah
total sampling yaitu mengambil seluruh anggota populasi di masing-masing
kelompok yang memenuhi keiteria sampel untuk menjadi sampel dalam
penelitian (Arikunto, 2006).
28
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 82 orang suami.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini di laksanakan di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
2. Waktu
Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 24 Agustus 2013.
D. Pengumpulan data
1. Tehnik pengumpulan data
Data yang di kumpulkan adalah data primer dan data skunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang di kumpulkan dengan cara memberikan
penjelasan kepada responden tentang tujuan dan tehnik penelitian serta
meminta persetujuan responden untuk menjadi responden penelitian
dengan cara mengisi informant cosent. Responden bersedia kemudian di
minta menjawab pertanyaan yang di ajukan peneliti.
b. Data skunder
Data skunder adalah data yang di dapat dari Geuchik Desa Lampoh
Keude.
29
2. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner yang berisi 27
pertanyaan menggunakan skala quetman dan likert, untuk pertanyaan
pengetahuan dan informasi dalam bentuk soal multiple choice dengan
menggunakan kategori tinggi, sedang dan rendah, untuk sikap dengan bentuk
soal checklist dengan kategori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju.
E. Pengelolah Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan komputer melalui tahap:
a. Editing
Yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian kuesioner yang
meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang di berikan oleh
responden, apabila ada kesalahan dalam pengisian kuesioner maka di
berikan kuesioner lain.
b. Coding
Yaitu memberikan kode berupa angka-angka setiap hasil jawaban pada
kuesioner.
c. Transfesing
Yaitu data yang telah di beri kode di susun secara berurutan di mulai dari
responden pertama hingga responden yang terakhir untuk di masukkan ke
dalam tabel.
30
d. Tabulating
Yaitu data yang telah di olah kemudian di susundalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa Univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel
penelitian, dan mencari persentase pada setiap variabel dengan memakai
rumus:
Keterangan:
n : Sampel
p : Persentase
f : frekuensi (Arikunto, 2006).
b. Analisa Bivariat
Analisa ini digunakan untuk menguji hipotesis yang di olah dengan
komputer menggunakan rumus SPSS versi 15, untuk menentukan
pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen melalui uji
Chi-Square Tes ( ). Untuk melihat kemungkinan (CI) 0,05% (Arikunto,
2006).
Dengan ketentuan:
a) Bila nilai P <0,05% maka Ho di tolak yang artinya ada pengaruh
antara variabel terikat dengan variabel bebas.
31
b) Bila nilai P >0.05% maka Ha di terima yang menunjukkan tidak ada
pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas.
Untuk menentukan nilai P-value Chi-Square Tes ( ) tabel, memiliki
ketentuan sebagai berikut:
1. Bila chi-Square Tes ( ) table terdiri dari table 2 x 2 di jumpai nilai
ekspantasi (E) <5, maka P-value yang di gunakan adalah nilai yang
terdapat pada nilai continuity correction.
2. Bila Chi-Square Tes ( ) tabel terdiri dari tabel 2 x 2 tidak di jumpai
nilai ekspantasi (E) <5, maka P-value yang di gunakan adalah nilai
yang terdapat pada nilai continuity correction.
3. Bila Chi-Square Tes ( ) terdiri lebih dari tabel 2 x 2, contohnya
table 3 x 2, 3 x 3 dan sebagainya, maka P-value yang di gunakan
adalah nilai yang terdapat pada nilai pearson chi-square
(Hastono,2001).
32
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Lampoh Keude memiliki luas 5 Ha, dengan jumlah KK 126 serta
jumlah penduduk 534. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki
253 jiwa dan wanita 281 jiwa, jumlah Pasangan Usia Subur berjumlah 82, dan
jumlah Wanita Usia Subur adalah 241. Jumlah peserta KB yang pemerintah
adalah 34, dan jumlah yang swasta adalah 25.
Desa Lampoh Keude berbatasan dengan :
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cot Peutano
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lambro Bile
Sebelah Selatan berbatasan dengan Babah Jurong
Desa Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lamlumpang
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar, dengan jumlah responden 82 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara membagikan kuesioner, sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut :
1. Analisa Univariat
a. Keikutsertaan suami menjadi akseptor KB
33
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi Keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di desa
Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Tahun 2013
No. Keikutsertaan suami
menjadi akseptor KB
Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 35 42,7
2 Tidak 47 57,3
Total 82 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 82 responden ternyata
suami tidak ikut menjadi akseptor KB yaitu sebanyak 47 responden
(57,3 %).
b. Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi pengetahuan di desa Lampoh Keude
Kecamatan Kuta Baro Tahun 2013
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Tinggi 40 48,8
2 Rendah 42 51,2
Total 82 100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang
berpengetahuan rendah yaitu sebanyak 42 responden (51,2 %).
c. Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi pendidikan di desa Lampoh Keude
Kecamatan Kuta Baro Tahun 2013
No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
34
1 Tinggi 21 25,6
2 Menengah 27 32,9
3 Dasar 34 41,5
Total 82 100
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang
berpendidikan dasar yaitu sebanyak 34 responden (41,5 %).
d. Sikap
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi Sikap di desa Lampoh Keude
Kecamatan Kuta Baro Tahun 2013
No. Sikap Frekuensi Persentase (%)
1 Positif 36 43,9
2 Negatif 46 56,1
Total 82 100
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang
bersikap negatif yaitu sebanyak 46 responden (56,1 %).
e. Informasi
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi Informasi di desa Lampoh Keude
Kecamatan Kuta Baro Tahun 2013
No. Informasi Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah 27 32,9
2 Tidak Pernah 55 67,1
Total 82 100
35
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang
tidak pernah mendapat informasi yaitu sebanyak 55 responden (67,1 %).
2. Analisa Bivariat
a. Pengaruh Pengetahuan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar.
Tabel 5.6
Pengaruh Pengetahuan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Tahun
2013
No. Pengetahuan Keikutsertaan Suami
Menjadi Akseptor KB
Total P Value
Ya Tidak
f % f % f %
0,001 1 Tinggi 25 62,5 15 37,5 40 100
2 Rendah 10 23,8 32 76,2 42 100
Total 35 47 82
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 42 responden yang
berpengetahuan rendah ternyata 32 responden (76,2%) suami tidak ikut
menjadi akseptor KB, dan dari 40 responden yang berpengetahuan tinggi
ternyata 25 responden (62,5%) suami ikut menjadi akseptor KB
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value
= 0,001. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha
diterima atau ada pengaruh pengetahuan dengan keikutsertaan suami
menjadi akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan
Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.
36
b. Pengaruh Pendidikan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar.
Tabel 5.7
Pengaruh Pendidikan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Tahun
2013
No. Pendidikan Keikutsertaan Suami
Menjadi Akseptor KB
Total P Value
Ada Tidak Ada
f % f % F %
0,024
1 Tinggi 14 66,7 7 33,3 21 100
2 Menengah 11 40,7 16 59,3 27 100
3 Dasar 10 29,4 24 70,6 34 100
Total 35 47 82
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 34 responden yang
berpendidikan dasar ternyata 24 responden (70,6%) suami tidak ikut
menjadi akseptor KB, dari 27 responden berpendidikan menengah ternyata
16 responden (59,3%) suami tidak ikut menjadi akseptor KB, dan dari 21
responden yang berpendidikan tinggi ternyata 14 responden (66,7%) suami
ikut menjadi akseptor KB.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value
= 0,024. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha
diterima atau ada pengaruh pendidikan dengan keikutsertaan suami menjadi
akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar.
c. Pengaruh Sikap dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga
Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh
Besar.
37
Tabel 5.8
Pengaruh Sikap dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga
Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Tahun 2013
No. Sikap Keikutsertaan Suami
Menjadi Akseptor KB
Total P Value
Ya Tidak
f % f % f %
0,021 1 Positif 21 58,3 15 41,7 36 100
2 Negatif 14 30,4 32 69,6 46 100
Total 35 47 82
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 46 responden yang
bersikap negatif ternyata 32 responden (69,6%) suami tidak ikut menjadi
akseptor KB, dan dari 36 responden yang bersikap positif ternyata 21
responden (58,3%) suami ikut menjadi akseptor KB.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value
= 0,021. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha
diterima atau ada pengaruh sikap dengan keikutsertaan suami menjadi
akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar.
d. Pengaruh Informasi dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar.
Tabel 5.9
Pengaruh Informasi dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Tahun
2013
No. Informasi Keikutsertaan Suami
Menjadi Akseptor KB
Total P Value
Ya Tidak
f % f % f % 0,018
38
1 Pernah 17 63 10 37 27 100
2 Tidak
Pernah
18 32,7 37 67,3 55 100
Total 35 47 82
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 55 responden yang
tidak pernah mendapat informasi ternyata 37 responden (67,3%) suami tidak
ikut menjadi akseptor KB, dan dari 27 responden yang pernah mendapat
informasi ternyata 17 responden (63%) suami ikut menjadi akseptor KB.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value
= 0,018. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha
diterima atau ada pengaruh informasi dengan keikutsertaan suami menjadi
akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Pengetahuan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar.
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 42 responden yang
memiliki pengetahuan rendah ternyata 32 responden (76,2%) suami tidak ikut
menjadi akseptor KB, dan dari 40 responden yang memiliki pengetahuan tinggi
ternyata 25 responden (62,5%) suami ikut menjadi akseptor KB
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value =
0,001. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima
atau ada pengaruh pengetahuan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor
39
keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten
Aceh Besar.
Berdasarkan hasil penelitian Putri (2011) yang berjudul faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor
keluarga berencana di Desa Seuneubok Rawa Kecamatan Peusangan
Kabupaten Bireuen menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan
pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor keluarga berencana (p value =
0,021).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang di milikinya, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa. Dengan sendirinya, pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian
besar pengetahuan seseorang di peroleh melalui indera penglihatan dan indera
pendengaran (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan merupakan hasil dari perolehan informasi dan terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan dilakukan melalui pancaindra, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Maryam, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Anderson
dalam Notoatmodjo (2010), bahwa karakteristik individu dalam memilih
pelayanan kesehatan termasuk dalam memilih metode kontrasepsi dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan.
40
Menurut peneliti, pengetahuan sangat mempengaruhi pilihan seseorang.
Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang pilihan yang ia miliki, maka
akan semakin mudah orang tersebut dalam memilih. Begitu juga dalam hal
keluarga berencana (KB), semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang suami tentang keluarga berencana (KB), manfaat KB dan jenis-jenis
KB maka akan semkain besar peluang suami untuk ikut berpartisipasi menjadi
akseptor keluarga berencana.
2. Pengaruh Pendidikan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar.
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 34 responden yang
memiliki pendidikan dasar ternyata 24 responden (70,6%) suami tidak ikut
menjadi akseptor KB, dari 27 responden yang memiliki pendidikan menengah
ternyata 16 responden (59,3%) suami tidak ikut menjadi akseptor KB, dan dari
21 responden yang memiliki pendidikan tinggi ternyata 14 responden (66,7%)
suami ikut menjadi akseptor KB.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value =
0,024. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima
atau ada pengaruh pendidikan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor
keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten
Aceh Besar.
Berdasarkan hasil penelitian Putri (2011) yang berjudul faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor
41
keluarga berencana di Desa Seuneubok Rawa Kecamatan Peusangan
Kabupaten Bireuen menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan dengan
pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor keluarga berencana (p value =
0,005).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Maryam
(2010), bahwa pendidikan merupakan bimbingan yang di berikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain yang menuju kearah cita-cita tertentu.
Pendidikan dapat memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku atau pola
hidup serta motivasi seseorang untuk berperan serta dalam pembangunan
kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah ia
menerima informasi dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Menurut peneliti, pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang
harus ditempuh oleh setiap individu, karena semakin tinggi pendidikan yang
ditempuh oleh seseorang maka akan semakin memudahkan seseorang untuk
menerima dan menyerap informasi sehingga pengetahuan orang tersebut akan
semakin luas. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas akan cenderung
berperilaku hidup sehat dan sadar tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan
serta kesejahteraan keluarga termasuk dalam memilih alat kontrasepsi yang
cocok, sesuai, dan efektif untuk pasangan suami istri dan keluarga.
3. Pengaruh Sikap dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga
Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten
Aceh Besar.
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 46 responden yang
memiliki sikap negatif ternyata 32 responden (69,6%) suami tidak ikut menjadi
42
akseptor KB, dan dari 36 responden yang memiliki sikap positif ternyata 21
responden (58,3%) suami ikut menjadi akseptor KB.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value =
0,021. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima
atau ada pengaruh sikap dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga
berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh
Besar.
Berdasarkan penelitian Safrinawati (2012) yang berjudul faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja
Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa ada
hubungan sikap dengan pemilihan alat kontrasepsi (p value = 0, 013).
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik dan
sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Sikap juga terdiri dari tingkat menerima, merespon, menghargai dan
bertanggung jawab atas semua yang diperoleh dari yang bersangkutan dengan
baik (Maryam, 2010).
Menurut peneliti, sikap adalah respon seseorang terhadap suatu hal,
misalnya terhadap keluarga berencana. Semakin positif sikap yang dimiliki
suami terhadap keluarga berencana, maka akan semakin baik pula pandangan
43
suami terhadap keluarga berencana, sehingga kemungkinan suami untuk ikut
menjadi akseptor keluarga berencana akan semakin besar.
4. Pengaruh Informasi dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar.
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 55 responden yang tidak
pernah mendapat informasi ternyata 37 responden (67,3%) suami tidak ikut
menjadi akseptor KB, dan dari 27 responden yang pernah mendapat informasi
ternyata 17 responden (63%) suami ikut menjadi akseptor KB.
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value =
0,018. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima
atau ada pengaruh informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor
keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten
Aceh Besar.
Berdasarkan hasil penelitian Anita (2012) yang berjudul faktor-faktor
yang mempengaruhi PUS terhadap pemilihan metode kontrasepsi Di
Pemukiman Tangan-Tangan Rayek Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten
Aceh Barat Daya juga menunjukkan bahwa ada pengaruh informasi terhadap
pemilihan metode kontrasepsi (p value = 0,019).
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek, sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai
bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan
44
orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Erfandi,
2009).
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang,
kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2011).
Menurut peneliti, informasi adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh
setiap individu, karena semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang
maka akan semakin luas dan banyak pengetahuan seseorang sehingga usaha
sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan akan semakin tinggi. Dengan
banyaknya informasi dari tenaga kesehatan yang diperoleh seorang sumai
tentang pentingnya menggunakan alat kontrasepsi maka minat suami untuk
menjadi akseptor keluarga berencana akan semakin meningkat.
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang faktor-Faktor Yang
mempengaruhi keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Desa
Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Ada pengaruh pengetahuan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor
keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten
Aceh Besar, karena didapatkan p value = 0,001.
2. Ada pengaruh pendidikan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor
keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten
Aceh Besar, karena didapatkan p value = 0,024.
3. Ada pengaruh sikap dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga
berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh
Besar, karena didapatkan p value = 0,021.
4. Ada pengaruh informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga
berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh
Besar, karena didapatkan p value = 0,018.
B. Saran
46
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah khususnya
Program Studi D-III Kebidanan, agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
untuk dijadikan bahan bacaan guna meningkatkan pengetahuan mahasiswa
kebidanan.
2. Bagi Tempat Penelitian.
Diharapkan bagi tempat penelitian agar hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan masukan guna meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi
khususnya para suami.
3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan bagi institusi pelayanan kesehatan agar hasil peneitian ini
dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan
kontrasepsi melalui penyuluhan-penyuluhan maupun konseling.
4. Bagi Responden
Diharapkan bagi responden agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan pengetahuan sehingga dapat menumbuhkan minat untuk
ikut serta menjadi akseptor program keluarga berencana.
5. Bagi Peneliti
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan peneliti khususnya dalam memberikan pelayanan kontrasepsi
serta untuk penelitian selanjutnya.