Cici Aprialiana Fitri-kti

46
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan pelayanan meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek (BKKBN, 2004). Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang. Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi pada pria atau penanggulangan kelahiran

description

vasektomi

Transcript of Cici Aprialiana Fitri-kti

Page 1: Cici Aprialiana Fitri-kti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk

membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka,

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan

beresiko tinggi, kesakitan dan kematian membuat pelayanan yang bermutu,

terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan,

meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan

pelayanan meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek

(BKKBN, 2004).

Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang

dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program

keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil

kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang. Gerakan

Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun

70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang

bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan

dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi pada pria atau penanggulangan kelahiran

Page 2: Cici Aprialiana Fitri-kti

2

seperti kondom, vasektomi, koitus interuptus, kontrasepsi pria masa mendatang

(Pinem, 2009).

Tujuan mengenai keluarga berencana adalah melindungi diri dari kehamilan

dengan suatu cara yang tidak mengganggu kesuburannya di masa mendatang,

terutama menggunakan metode-metode yang juga memberikan perlindungan

terhadap Infeksi Menular Seksual (Glasier dkk, 2006).

Secara global, jenis alat kontrasepsi yang paling umum digunakan adalah

kontrasepsi jangka panjang (vasektomi) sebanyak 15 % dan sepertiganya memilih

kondom. Penggunaan kontrasepsi oleh pria masih relatif kecil, kondom merupakan

metode kontrasepsi kedua yang paling umum di Eropa, mendekati 30% dari

penggunaan metode kontraseppsi modern. Data terakhir pervalensi kondom di Afrika

8%, Asia 12%, Amerika Latin 14%, Amerika Utara 18%, dan Osenia 19% (WHO,

2011).

Pencapaian peserta keluarga berencana pria di Indonesia masih sangat rendah

dari hasil RIKESDA 2007 mencapai 1,5% (Kondom 1,2 %), (Vasektomi 0,3%), dan

95% nya adalah yang menggunakan alat kontrasepsi adalah wanita (BkkbN, 2008).

Yang menggunakan suntik mencapai 191.461 (45,4%) sedangkan yang memakai

IUD, MOP, MOW, Implan dibawah 2% (Nasrin, 2008).

Kota medan pada tahun 2009 akseptor KB pria tercapai 9.351 akseptor

sedangkan target Nasional sebanyak16.650 akseptor. Realisasi akseptor KB pria

tersebut diatas dengan rincian M)P sebanyak 450 Akseptor dan kondom sebanyak

8.901 akseptor. Tahun 2010 akseptor KB pria di kota Medan meningkat signifikan

Page 3: Cici Aprialiana Fitri-kti

3

yaitu MOP sebanyak 513 akseptor dan kondom sebanyak 10.705 akseptor (BPPKB

medan).

Diseluruh Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam peserta KB aktif pada

pria mencapai 52.508 orang peserta KB aktif, diantaranya yang memakai kondom

adalah 52.291 (99,59%) dan yang memakai vasektomi (MOP) adalah 217 (0,41%).

Dari seluruh Wilayah Kabupaten Aceh Besar peserta KB aktif pada pria

mencapai 3.838 orang peserta KB aktif, diantaranya yang menggunakan kondom

adalah 3.826 (99,69%) dan yang menggunakan vasektomi (MOP) adalah 12 (0,31%)

(BKKBN, 2012).

Kontrasepsi mantap Pria atau yang disebut dengan vasektomi merupakan suatu

metode Kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan

sangat efektif, memakan waktu yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum.

Tetapi di seluruh dunia, kontrasepsi ini masih merupakan metode yang terabaikan

dan kurang mendapat perhatian, baik dari pihak pria/suami maupun petugas medis

Keluarga Berencana( Hartanto, 2004).

Pengembangan metode kontrasepsi pria masih jauh tertinggal karena adanya

hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan dalam memperoleh

informasi tentang alat kontrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat

maupun ketersediaan tenaga kesehatan, selain itu juga adanya rumor yang beredar di

masyarakat mengenai alat kontrasepsi, sehingga hal ini menjadi faktor penghambat

dalam pengembangan metode kontrasepsi (BKKBN, 2001).

Menurut Notoatmodjo (2003), yang mengutip pendapat Anderson ,

karakteristik individu dalam memilih pelayanan kesehatan termasuk dalam memilih

Page 4: Cici Aprialiana Fitri-kti

4

metode kontrasepsi dapat di golongkan antara lain: cirri-ciri demografi, seperti jenis

kelamin, umur, struktur sosial, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, informasi, sikap

dan kesukaan manfaat kesehatan.

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari Desa Lampoh Keude Kecamatan

Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar terdapat 126 kepala keluarga dan jumlah pasangan

usia subur adalah 82. Dari studi awal yang di lakukan pada tanggal 9 februari 2013,

dari hasil wawancara pada 5 orang suami di Desa Lampoh Keude tidak ada satu pun

yang ikut serta menjadi akseptor KB, alasan yang diberikan adalah bermacam-

macam, 2 dari 5 orang suami tersebut mengatakan mereka tidak menggunakan alat

kontrasepsi karena belum mengetahui tentang alat kontrasepsi pada pria, tiga orang

lainnya mengatakan mereka sudah tau tentang alat kontrasepsi tersebut tetapi tidak

mau memakai karena mereka menganggap itu adalah kewajiban seorang istri.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Desa

Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude

Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar”.

Page 5: Cici Aprialiana Fitri-kti

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang ada, maka peneliti menetapkan tujuan umum dan

tujuan khusus dari peneliti ini adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keikutsertaan Suami

Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta

Baro Kabupaten Aceh Besar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap Keikutsertaan Suami

Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan

Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.

b. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap keikutsertaas suami

menjadi akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan

Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.

c. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap keikutsertaan suami menjadi

akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar.

d. Untuk mengetahui pengaruh informasi terhadap keikutsertaan suami

menjadi akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan

Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.

Page 6: Cici Aprialiana Fitri-kti

6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat di jadikan bahan referensi untuk pembelajaran mahasiswa kebidanan

2. Bagi Tempat Penelitian.

Dapat di jadikan bahan masukan guna meningkatkan pengetahuan tentang

kontrasepsi khususnya para suami.

3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Dapat di jadikan bahan masukan dalam rangkan meningkatkan pelayanan

kontrasepsi.

4. Bagi Responden

Untuk meningkatkan pengetahuan responden agar mau mengikutsertakan

dirinya dalam program keluarga berencana.

5. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan peneliti khususnya dalam memberikan pelayanan kontrasepsi.

Page 7: Cici Aprialiana Fitri-kti

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kehamilan,

pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 (BKKBN, 2005).

2. Visi dan Misi BKKBN

Sejak di sepakatinya konsep baru kesehatan reproduksi di Indonesia telah

mengubah kebijakan keluarga berencana menjadi lebih luas lagi sehingga mencakup

program keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pembangunan dan kependudukan

serta gender. Dengan pendekatan ini, pelayanan KB harus berlandaskan kepada

kesukarelaan,keterbukaan dan kejujuran. Petugas KB harus dapat menjelaskan setiap

alat kontrasepsi dengan benar, lengkap segala kelebihan dan kekurangannya,

sehingga calon peserta KB dapat menentukan jenis kontrasepsi yang cocok untuk

dirinya (Pinem, 2009).

Dalam bidang kependudukan, pemerintah Indonesia menegaskan paradigm

baru Program KB yang telah disesuaikan dengan GBHN. Visi Program KB yang

semula adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dengan

selogan dua anak cukup, laki-laki dan perempuan sama saja dikembangkan menjadi

Page 8: Cici Aprialiana Fitri-kti

8

keluarga yang berkualitas tahun 2015. Visi ini menekankan pentingnya upaya

menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan

kualitas keluarga (BKKBN dan UNFPA, 2005).

Menurut BKKBN, (2005) setelah visi tersebut disosialisasikan selama enam

tahun banyak tuntutan dari masyarakat yang menghendaki agar visi dan misi

BKKBN dirubah menjadi;

1. Filosofi : Menggerakkan peran serta masyarakat dalam Keluarga Berencana.

2. Visi : Seluruh keluarga mengikuti Program Keluarga Berencana.

3. Misi : Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.

3. Manfaat Keluarga Berencana

Dengan mengikuti program Keluarga Berencana sesuai anjuran pemerintah,

Para akseptor akan mendapatkan tiga manfaat optimal, baik untuk ibu, anak, dan

keluarga, antara lain:

1. Manfaat untuk ibu

a. Mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.

b. Menjaga kesehatan ibu.

c. Menjaga kehamilan lebih terprogram.

2. Manfaat untuk anak

a. Mengurangi resiko kematian bayi.

b. Meningkatkan kesehatan bayi.

c. Mencegah bayi kekurangan gizi.

d. Tumbuh kembang bayi lebih terjamin.

e. Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relative terpenuhi.

Page 9: Cici Aprialiana Fitri-kti

9

3. Manfaat untuk keluarga

a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga.

b. Harmonisasi keluarga lebih terjaga.

Program keluarga berencana ini dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya

seperti kehamilan terlalu dini, kehamilan terlalu telat, kehamilan yang terlalu dekat

jaraknya, terlalu sering hamil dan melahirkan (Hartanto, 2004).

4. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Pria

Pemilihan alat kontrasepsi yang tersedia bagi pria terbatas dibandingkan yang

tersedia pada wanita. Sebagian besar penelitian telah di tunjukan pada klien wanita,

karena wanitalah yang akan hamil dank arena lebih mudah untuk menghentikan

ovulasi bulanan dari pada proses sperma yang terus-menerus. Namun, seiring

peningkatan penyuluhan dan keterbukaan seksual, lebih banyak pria sangat tertarik

terhadap bidang ini, seperti terlihat dari jumlah pria yang memilih sterilisasi. Badan

penyuluhan kesehatan dan media telah mencoba meningkatkan pemakaian kondom

pria dalam mencegah penyakit menular seksual (PMS) dan penyebaran human

immunodeficiency virus (HIV), namun pengaruhnya masih terbatas, masih ada

kepercayaan bahwa “itu tidak akan terjadi pada saya”, dan selama kepercayaan ini

masih ada, penyebarluasan pemakaian kondom akan terhambat (Everett, 2007).

Adapun jenis-jenis alat kontrasepsi pada pria adalah sebagai berikut:

a. Koitus Interuptus

Koitus Interuptus adalah suatu alat kontrasepsi dimana saat pria menarik

penisnya sebelum ejakulasi selama koitus, ini adalah metode kontrasepsi tertua,

Page 10: Cici Aprialiana Fitri-kti

10

koitus interuptus ini diterima dan digunakan secara luas oleh komunitas muslim

dan kristiani (Everett, 2007).

b. Vasektomi

Metode kontrasepsi mantap (kontap) ditinjau dari sudut demografi sangat

menguntungkan. Dengan metode ini banyak kehamilan dapat dihindari, untuk

jangka panjang biayanya murah, tidak menimbulkan efek samping berarti, dan

tidak banyak memerlukan kontol medis lanjut. Kerugiannya dapat terjadi

komplikasi saat melakukan tindakan, bila belum siap terutama psikologis dapat

menimbulkan gangguan. Sebagian mungkin dapat mengalami gangguan lobido,

khusus bagi mereka secara psikologis belum siap. Perkembangan kontap untuk

kepentingan gerakan keluarga berencana (Manuba dkk,2008).

Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria

yang sangat aman, sederhana, sangat efektif, dan memakan waktu operasi yang

singkat dan tidak memerluka anastesi umum (Hartanto, 2004).

Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang

mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis ke vesikula seminalis.

Dengan pemotongan vas deferens, sperma tidak mampu di ejakulasikan dan pria

akan menjadi tidak subur setelah vas deferens bersih dari sperma, yang memakan

waktu selama tiga bulan (Everett, 2007).

1) Indikasi

a) Pemasangan yang sangat yakin bahwa keluarga mereka sudah lengkap.

b) Individu atau pasangan yang memilih untuk tidak menginginkan anak lagi.

Page 11: Cici Aprialiana Fitri-kti

11

2) Apabila salah satu pasangan

a) Memiliki resiko bermakna mewariskan suatu penyakit herediter.

b) Mengidap sakit kronik yang akan (pada wanita) menjadi kontra-indikasi

untuk hamil atau memengaruhi kemampuan pasangan untuk

membesarkan anak.

Pada dua keadaan yang terakhir, sterilisasi pasangan yang terkena

merupakan hal yang dapat diterima (Glasier dkk, 2006).

3) Kontraindikasi

a) Ketidakmampuan fisik yang serius.

b) Masalah hubungan.

c) Tidak di dukung oleh pasangan.

4) Keuntungan

a) Metode permanen.

b) Efektivitas tinggi.

c) Menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak di

rencanakan.

d) Prosedur aman dan sederhana.

5) Kerugian

a) Diperlukan kontrasepsi alternatif sampai didapat dua kali hitung sperma

bersih secara berurutan.

b) Diperlukan prosedur pembedahan.

c) Diperlukan anastesi lokal.

d) Tidak mudah untuk kembali subur.

Page 12: Cici Aprialiana Fitri-kti

12

6) Efektivitas

Vasektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Angka kegagalan

langsungnya adalah 1 dalam 1000 angka kegagalan lanjutnya adalah antara 1

dalam 3000 dan 1 dalam 7000.

7) Efek samping

a) Infeksi.

b) Hematoma.

c) Granuloma sperma.

Setelah vesektomi, beberepa pria dapat mengalami tanda-tanda berduka

karena kehilangan kesuburan dan seksualitas mereka. Kondisi ini akan bergantung

pada bagaimana prasaan pria mengenai keputusannya, jika ini merasa dipaksa

mengambil keputusan, mungkin ia merasa marah dan sedih atas kehilangannya.

Beberapa pria melihat vasektomi sama dengan kastrasi dan menjadi cemas bahwa

kemampuan fungsi mereka sebagai pria akan terganggu secara permanen. Banyak

pria melihat vasektomi sebagai kesempatan mereka melakukan sesuatu,

khususnya setelah pasangan mereka telah memiliki anak. Hal ini dapat

merekatkan hubungan mereka dan membuat mereka lbih dekat karena kecemasan

akan hamil lagi berkurang (Everett, 2007).

c. Kondom

Pada masa kini, kondom merupakam metode kontrasepsi pria yang telah

lama dikenal, kembali mendapatkan perhatian baru, baik dalam bidang Keluarga

Berencana maupun dalam bidang yang lain (Hartanto, 2004).

Page 13: Cici Aprialiana Fitri-kti

13

Kondom adalah selubung penis yang terbuat dari lateks, karet, plastik atau

membran binatang yang berfungsi sebagai penghalang masuknya sperma ke

dalam Vagina (Benson dkk, 2009).

Kondom merupakan barang disposal, hanya boleh sekali pakai, yang

tersedia dalam berbagai warna dan tampilan. Kondom bekerja sebagai sawar

yang mencegah pertemuan sperma dan ovum sehingga mencegah terjadinya

kehamilan (Everett, 2007).

1) Macam-macam kondom

a) Kulit

b) Lateks

c) Plastik

2) Indikasi

a) Penyakit genetalia

b) Sensitivitas penis terhadap sekret vagina

c) Jakulasi premature (Hartanto, 2004).

3) Kontraindikasi

a) Alergi terhadap lateks atau spermisida.

b) Masalah ereksi seperti gagal mempertahankan ereksi.

4) Keuntungan

a) Dalam kendali pasangan tersebut.

b) Tidak ada efek sistemik.

c) Mudah didapatkan.

d) Perlindungan terhadap penyakit menular seksual dan HIV.

Page 14: Cici Aprialiana Fitri-kti

14

e) Dapat sebagai perlindungan terhadap neoplasia serviks.

5) Kerugian

a) Dianggap merepotkan.

b) Dianggap mengganggu koitus.

c) Membutuhkan perencanaan kedepan.

d) Kehilangan sensitivitas.

e) Kondom lateks tidak dapat di gunakan bersamaan dengan penggunaan

lubrikan berbahan dasar minyak.

6) Efektivitas

a) Efektifitas kondom bervariasi pada pemakaian yang cermat dan konsisten

efektivitasnya dapat mencapai 98% atau serendah-rendahnya 85%.

Efektivitas yang rendah cenderung terjadi pada pria dan wanita yang

beruasia muda dan lebih subur dan kurang berpengalaman dalam

menggunakan metode ini.

7) Masalah-masalah yang dihadapi saat menggunakan kondom

a) Kondom bocor atau terlepas selama koitus.

b) Kondom terlepas selama koitus atau tertinggal di dalam vagina saat penis

di tarik setelah koitus.

c) Kondom robek saat di pasang.

d) Kesulitan memasang kondom, karena kondom terlalu besar atau kecil.

e) Alergi terhadap kondom.

f) Kehilangan sensitivitas (Everett, 2007).

Page 15: Cici Aprialiana Fitri-kti

15

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor

Keluarga Berencana

Menurut Notoatmodjo (2010), yang mengutip pendapat Anderson ,

karakteristik individu dalam memilih pelayanan kesehatan termasuk dalam memilih

metode kontrasepsi dapat di golongkan antara lain: cirri-ciri demografi, seperti jenis

kelamin, umur, struktur sosial, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, informasi, sikap

dan kesukaan manfaat kesehatan.

1. Pengetahuan

Sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar

ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa

sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa

Indonesia,2004).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang di milikinya, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, dan rasa. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang di

peroleh melalui indera penglihatan dan indera pendengaran (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil dari perolehan informasi dan terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

dilakukan melalui pancaindra, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba (Maryam, 2012).

Pengetahuan menurut Davenport (2007) merupakan panduan yang cair dari

pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan kerangka

Page 16: Cici Aprialiana Fitri-kti

16

berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman beserta informasi baru. Ini

berarti pengetahuan berbeda dengan informasi, informasi jadi pengetahuan bila

menjadi proses seperti perbandingan, konsekwensi, perhubungan dan perbincangan.

Pengetahuan dapat di bagi dalam tiga bagian yaitu :

a. Pengetahuan tentang sesuatu

b. Pengetahuan tentang mengerjakan sesuatu

c. Pengetahuan tentang bekerja dengan orang lain

Sedangkan tingkat pengetahuan dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu :

a. Mengetahui bagaimana melaksanakan

b. Mengetahui bagaimana cara memperbaiki

c. Mengetahui bagaimana cara mengintergrasi

a. Tingkat pengetahuan

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati

sesuatu, atau mengingat kembali materi yang di pelajari atau yang di terima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami di artikan sebagai kemampuan menjelaskan atau

menginterprestasikan secara benar tentang objek yang di ketahui tersebut.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi di artikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut

pada situasi yang lain.

Page 17: Cici Aprialiana Fitri-kti

17

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan

materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

struktur organisasi serta masih berkaitan satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2010).

b. Sumber Pengetahuan

Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama,

adalah berupa warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-

norma dan kaidah-kaidah buku yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Di

dalam norma kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi

tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit di kritik untuk di

ubah begitu saja. Jadi, harus di ikiti dengan tanpa keraguan, dengan kepercayaan

secara bulat. Kepercayaan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat

tetap (mapan) tetapi subjektif.

Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas

kesaksian orang lain, juga masih di warnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak

Page 18: Cici Aprialiana Fitri-kti

18

pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat di percayai adalah orang

tua, guru, ulama, orang yang di tuakan, dan sebagainya. Adapun yang mereka

katakana benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya

di ikuti dan di jalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang

telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan

berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini

mengandung kebenaran, tapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-

orang itu bias dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya

itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya.

Jika kesaksian adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan manusia dan

masyarakat itu sendiri.

Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengetahuan

indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan

mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit orang bias menyaksikan secara langsung

dan bila pula melakukan kegiatan hidup.

Sumber ke empat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal

pikiran mempunyai sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya

melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai mencapai hal-hal

yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal

yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan akan berubah-ubah, maka

akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang bersifat metafosis, spiritual, abstrak,

universal yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh

sebab itu akal pikiran senantiasa bersifat meragukan kebenaran pengetahuan

Page 19: Cici Aprialiana Fitri-kti

19

indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran

cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta

bersifat tetap, dan tidak berubah-ubah.

Sumber ke lima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling

dalam, jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas kemampuan akal

pikiranb dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi

merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui

sentuhan indera dan olahan akal pikiran. Ketika dengan serta merta seseorang

memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alas an yang jelas,

maka ia berada dalam pengetahuan yang intuitif.

Dengan demikian pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak di uji baik

menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bias

berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka ( Suhartono, 2008).

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau

kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan ( Notoatmoodjo,

2010).

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang di berikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain yang menuju kearah cita-cita tertentu. Pendidikan dapat

memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku atau pola hidup serta motivasi

Page 20: Cici Aprialiana Fitri-kti

20

seseorang untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin mudah ia menerima informasi dan semakin

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya (Maryam, 2010).

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi :

1) Jalur Formal

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah jurusan, seperti: SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk

lain yang sederajat.

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institut dan universitas

2) Jalur Nonformal

3) Jalur Informal

a. Faktor-faktorYang Mempengaruhi Pendidikan

Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut adalah sebagai berikut:

1. Ideologi

Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak

untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan.

Page 21: Cici Aprialiana Fitri-kti

21

2. Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai

tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

3. Sosial Budaya

Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan

formal bagi anak-anaknya.

4. Perkembangan IPTEK

Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan

keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju.

5. Psikologi

Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian

individu agar (Hasbullah, 2005).

3. Sikap

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik dan sebagainya). Newcomb,

salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu

(Notoatmodjo, 2010).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri atas beberapa tingkatan:

a. Menerima (receiving)

Page 22: Cici Aprialiana Fitri-kti

22

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang di berikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban aapabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang di berikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

merupakan indikasi dari menghargai.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang di pilih dengan segala resiko

merupakan tingkat yang paling tinggi dari sikap (Maryam, 2010).

4. Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang,

kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2011).

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan

tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media

massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang

Page 23: Cici Aprialiana Fitri-kti

23

berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut (Erfandi, 2009).

Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu

bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan

suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan.

Sumber dari informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan

suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang

terjadi pada saat tertentu. Di dalam dunia bisnis, kejadian-kejadian yang sering

terjadi adalah transaksi perubahan dari suatu nilai yang disebut transaksi. Kesatuan

nyata adalah berupa suatu obyek nyata seperti tempat, benda dan orang yang betul-

betul ada dan terjadi.

Page 24: Cici Aprialiana Fitri-kti

24

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konseptual

Menurut Notoatmodjo (2010), yang mengutip pendapat Anderson,

karakteristik individu dalam memilih pelayanan kesehatan termasuk dalam memilih

metode kontrasepsi dapat digolongkan antara lain: cirri-ciri demografi, seperti jenis

kelamin, umur, struktur sosial, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, informasi, sikap

dan kesukaan manfaat kesehatan.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Keikutsertaan Suami Menjadi

Akseptor Keluarga Berencana

Pengetahuan

Pendidikan

Sikap

Informasi

Page 25: Cici Aprialiana Fitri-kti

25

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

Dependen

1 Keikutsertaan

suami menjadi

akseptor KB

Partisipasi

suami

terhadap

pemakaian

KB

Menyebarkan

kuesioner yang

berisi 2

pertanyaan

dengan

kategori: ya

apabila

menggunakan

kontrasepsi

dan tidak

apabila tidak

menggunakan

kontrasepsi

Kuesioner Ya

Tidak

Ordinal

Independen

1 Pengetahuan Sesuatu yang

diketahui

oleh suami

tentang KB

dan faktor-

faktor yang

mempengaru

hinya

Penyebaran

kuesioner yang

berisi 10

pertanyaan

dengan

kategori: tinggi

bila:

rendah

bila:

Kuesioner Tinggi

Rendah

Ordinal

2 Pendidikan Jenjang

pendidikan

formal yang

di selesaikan

oleh

responden

Penyebaran

kuesioner yan

berisi 1

pertanyaan

dengan

kategori: tinggi

bila

Diploma/PT

Menengah bila

SLTA/

sederajat

Dasar bila

SD/SLTP/

sederajat

Kuesioner Tinggi

Menen

gah

Dasar

Ordinal

Page 26: Cici Aprialiana Fitri-kti

26

4 Sikap Perilaku yang

mendukung

suami untuk

menjadi

akseptor KB

Menyebarkan

kuesioner yang

berisi 10

pertanyaan

dengan

kategori:

positif bila

Negatif bila

Kuesioner Positif

Negatif

Ordinal

5 Informasi Segala

sesuatu yang

didapatkan

atau

diketahui

oleh suami

tentang KB

pada pria

Menyebarkan

kuesioner yang

berisi 5

pertanyaan

dengan

kategori:

pernah bila:

Tidak pernah

bila:

Kuesioner Pernah

Tidak

pernah

Ordinal

C. Hipotesis

1. Ada pengaruh pengetahuan suami terhadap keikutsertaan suami menjadi

akseptor keluarga berencana.

2. Ada pengaruh pendidikan suami terhadap keikutsertaan suami menjadi

akseptor keluarga berencana.

3. Ada pengaruh sikap suami terhadap keikutsertaan suami menjadi akseptor

keluarga berencana.

4. Ada pengaruh informasi suami terhadap keikutsertaan suami menjadi

akseptor keluarga berencana.

Page 27: Cici Aprialiana Fitri-kti

27

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu

penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari

hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek).

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan suami

menjadi akseptor keluarga berencana (KB) di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta

Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan menjadi sasaran penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami

akseptor KB di Desa Lampoh Keude Tahun 2013 yang ada pada saat

penelitian di lakukan sebanyak 82 Pasangan Usia Subur (PUS).

2. Sampel

Sampel adalah penelitian yang dilakukan pada sebagian subjek dari populasi

(Margono, 2010). Tehnik pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah

total sampling yaitu mengambil seluruh anggota populasi di masing-masing

kelompok yang memenuhi keiteria sampel untuk menjadi sampel dalam

penelitian (Arikunto, 2006).

Page 28: Cici Aprialiana Fitri-kti

28

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 82 orang suami.

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini di laksanakan di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.

2. Waktu

Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 24 Agustus 2013.

D. Pengumpulan data

1. Tehnik pengumpulan data

Data yang di kumpulkan adalah data primer dan data skunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang di kumpulkan dengan cara memberikan

penjelasan kepada responden tentang tujuan dan tehnik penelitian serta

meminta persetujuan responden untuk menjadi responden penelitian

dengan cara mengisi informant cosent. Responden bersedia kemudian di

minta menjawab pertanyaan yang di ajukan peneliti.

b. Data skunder

Data skunder adalah data yang di dapat dari Geuchik Desa Lampoh

Keude.

Page 29: Cici Aprialiana Fitri-kti

29

2. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner yang berisi 27

pertanyaan menggunakan skala quetman dan likert, untuk pertanyaan

pengetahuan dan informasi dalam bentuk soal multiple choice dengan

menggunakan kategori tinggi, sedang dan rendah, untuk sikap dengan bentuk

soal checklist dengan kategori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,

dan sangat tidak setuju.

E. Pengelolah Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan komputer melalui tahap:

a. Editing

Yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian kuesioner yang

meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang di berikan oleh

responden, apabila ada kesalahan dalam pengisian kuesioner maka di

berikan kuesioner lain.

b. Coding

Yaitu memberikan kode berupa angka-angka setiap hasil jawaban pada

kuesioner.

c. Transfesing

Yaitu data yang telah di beri kode di susun secara berurutan di mulai dari

responden pertama hingga responden yang terakhir untuk di masukkan ke

dalam tabel.

Page 30: Cici Aprialiana Fitri-kti

30

d. Tabulating

Yaitu data yang telah di olah kemudian di susundalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa Univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel

penelitian, dan mencari persentase pada setiap variabel dengan memakai

rumus:

Keterangan:

n : Sampel

p : Persentase

f : frekuensi (Arikunto, 2006).

b. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk menguji hipotesis yang di olah dengan

komputer menggunakan rumus SPSS versi 15, untuk menentukan

pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen melalui uji

Chi-Square Tes ( ). Untuk melihat kemungkinan (CI) 0,05% (Arikunto,

2006).

Dengan ketentuan:

a) Bila nilai P <0,05% maka Ho di tolak yang artinya ada pengaruh

antara variabel terikat dengan variabel bebas.

Page 31: Cici Aprialiana Fitri-kti

31

b) Bila nilai P >0.05% maka Ha di terima yang menunjukkan tidak ada

pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas.

Untuk menentukan nilai P-value Chi-Square Tes ( ) tabel, memiliki

ketentuan sebagai berikut:

1. Bila chi-Square Tes ( ) table terdiri dari table 2 x 2 di jumpai nilai

ekspantasi (E) <5, maka P-value yang di gunakan adalah nilai yang

terdapat pada nilai continuity correction.

2. Bila Chi-Square Tes ( ) tabel terdiri dari tabel 2 x 2 tidak di jumpai

nilai ekspantasi (E) <5, maka P-value yang di gunakan adalah nilai

yang terdapat pada nilai continuity correction.

3. Bila Chi-Square Tes ( ) terdiri lebih dari tabel 2 x 2, contohnya

table 3 x 2, 3 x 3 dan sebagainya, maka P-value yang di gunakan

adalah nilai yang terdapat pada nilai pearson chi-square

(Hastono,2001).

Page 32: Cici Aprialiana Fitri-kti

32

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Lampoh Keude memiliki luas 5 Ha, dengan jumlah KK 126 serta

jumlah penduduk 534. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki

253 jiwa dan wanita 281 jiwa, jumlah Pasangan Usia Subur berjumlah 82, dan

jumlah Wanita Usia Subur adalah 241. Jumlah peserta KB yang pemerintah

adalah 34, dan jumlah yang swasta adalah 25.

Desa Lampoh Keude berbatasan dengan :

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cot Peutano

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lambro Bile

Sebelah Selatan berbatasan dengan Babah Jurong

Desa Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lamlumpang

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar, dengan jumlah responden 82 orang. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara membagikan kuesioner, sehingga diperoleh hasil sebagai

berikut :

1. Analisa Univariat

a. Keikutsertaan suami menjadi akseptor KB

Page 33: Cici Aprialiana Fitri-kti

33

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi Keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di desa

Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Tahun 2013

No. Keikutsertaan suami

menjadi akseptor KB

Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 35 42,7

2 Tidak 47 57,3

Total 82 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 82 responden ternyata

suami tidak ikut menjadi akseptor KB yaitu sebanyak 47 responden

(57,3 %).

b. Pengetahuan

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi pengetahuan di desa Lampoh Keude

Kecamatan Kuta Baro Tahun 2013

No. Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Tinggi 40 48,8

2 Rendah 42 51,2

Total 82 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang

berpengetahuan rendah yaitu sebanyak 42 responden (51,2 %).

c. Pendidikan

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi pendidikan di desa Lampoh Keude

Kecamatan Kuta Baro Tahun 2013

No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Page 34: Cici Aprialiana Fitri-kti

34

1 Tinggi 21 25,6

2 Menengah 27 32,9

3 Dasar 34 41,5

Total 82 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang

berpendidikan dasar yaitu sebanyak 34 responden (41,5 %).

d. Sikap

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi Sikap di desa Lampoh Keude

Kecamatan Kuta Baro Tahun 2013

No. Sikap Frekuensi Persentase (%)

1 Positif 36 43,9

2 Negatif 46 56,1

Total 82 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang

bersikap negatif yaitu sebanyak 46 responden (56,1 %).

e. Informasi

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi Informasi di desa Lampoh Keude

Kecamatan Kuta Baro Tahun 2013

No. Informasi Frekuensi Persentase (%)

1 Pernah 27 32,9

2 Tidak Pernah 55 67,1

Total 82 100

Page 35: Cici Aprialiana Fitri-kti

35

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 82 responden yang

tidak pernah mendapat informasi yaitu sebanyak 55 responden (67,1 %).

2. Analisa Bivariat

a. Pengaruh Pengetahuan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor

Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar.

Tabel 5.6

Pengaruh Pengetahuan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor

Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Tahun

2013

No. Pengetahuan Keikutsertaan Suami

Menjadi Akseptor KB

Total P Value

Ya Tidak

f % f % f %

0,001 1 Tinggi 25 62,5 15 37,5 40 100

2 Rendah 10 23,8 32 76,2 42 100

Total 35 47 82

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 42 responden yang

berpengetahuan rendah ternyata 32 responden (76,2%) suami tidak ikut

menjadi akseptor KB, dan dari 40 responden yang berpengetahuan tinggi

ternyata 25 responden (62,5%) suami ikut menjadi akseptor KB

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value

= 0,001. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha

diterima atau ada pengaruh pengetahuan dengan keikutsertaan suami

menjadi akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan

Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.

Page 36: Cici Aprialiana Fitri-kti

36

b. Pengaruh Pendidikan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor

Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar.

Tabel 5.7

Pengaruh Pendidikan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor

Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Tahun

2013

No. Pendidikan Keikutsertaan Suami

Menjadi Akseptor KB

Total P Value

Ada Tidak Ada

f % f % F %

0,024

1 Tinggi 14 66,7 7 33,3 21 100

2 Menengah 11 40,7 16 59,3 27 100

3 Dasar 10 29,4 24 70,6 34 100

Total 35 47 82

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 34 responden yang

berpendidikan dasar ternyata 24 responden (70,6%) suami tidak ikut

menjadi akseptor KB, dari 27 responden berpendidikan menengah ternyata

16 responden (59,3%) suami tidak ikut menjadi akseptor KB, dan dari 21

responden yang berpendidikan tinggi ternyata 14 responden (66,7%) suami

ikut menjadi akseptor KB.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value

= 0,024. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha

diterima atau ada pengaruh pendidikan dengan keikutsertaan suami menjadi

akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar.

c. Pengaruh Sikap dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga

Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh

Besar.

Page 37: Cici Aprialiana Fitri-kti

37

Tabel 5.8

Pengaruh Sikap dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga

Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Tahun 2013

No. Sikap Keikutsertaan Suami

Menjadi Akseptor KB

Total P Value

Ya Tidak

f % f % f %

0,021 1 Positif 21 58,3 15 41,7 36 100

2 Negatif 14 30,4 32 69,6 46 100

Total 35 47 82

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 46 responden yang

bersikap negatif ternyata 32 responden (69,6%) suami tidak ikut menjadi

akseptor KB, dan dari 36 responden yang bersikap positif ternyata 21

responden (58,3%) suami ikut menjadi akseptor KB.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value

= 0,021. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha

diterima atau ada pengaruh sikap dengan keikutsertaan suami menjadi

akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar.

d. Pengaruh Informasi dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor

Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar.

Tabel 5.9

Pengaruh Informasi dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor

Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Tahun

2013

No. Informasi Keikutsertaan Suami

Menjadi Akseptor KB

Total P Value

Ya Tidak

f % f % f % 0,018

Page 38: Cici Aprialiana Fitri-kti

38

1 Pernah 17 63 10 37 27 100

2 Tidak

Pernah

18 32,7 37 67,3 55 100

Total 35 47 82

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 55 responden yang

tidak pernah mendapat informasi ternyata 37 responden (67,3%) suami tidak

ikut menjadi akseptor KB, dan dari 27 responden yang pernah mendapat

informasi ternyata 17 responden (63%) suami ikut menjadi akseptor KB.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value

= 0,018. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha

diterima atau ada pengaruh informasi dengan keikutsertaan suami menjadi

akseptor keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Pengetahuan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor

Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar.

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 42 responden yang

memiliki pengetahuan rendah ternyata 32 responden (76,2%) suami tidak ikut

menjadi akseptor KB, dan dari 40 responden yang memiliki pengetahuan tinggi

ternyata 25 responden (62,5%) suami ikut menjadi akseptor KB

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value =

0,001. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima

atau ada pengaruh pengetahuan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor

Page 39: Cici Aprialiana Fitri-kti

39

keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten

Aceh Besar.

Berdasarkan hasil penelitian Putri (2011) yang berjudul faktor-faktor

yang berhubungan dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor

keluarga berencana di Desa Seuneubok Rawa Kecamatan Peusangan

Kabupaten Bireuen menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan

pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor keluarga berencana (p value =

0,021).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang di milikinya, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa. Dengan sendirinya, pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan seseorang di peroleh melalui indera penglihatan dan indera

pendengaran (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil dari perolehan informasi dan terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan dilakukan melalui pancaindra, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Maryam, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Anderson

dalam Notoatmodjo (2010), bahwa karakteristik individu dalam memilih

pelayanan kesehatan termasuk dalam memilih metode kontrasepsi dapat

dipengaruhi oleh pengetahuan.

Page 40: Cici Aprialiana Fitri-kti

40

Menurut peneliti, pengetahuan sangat mempengaruhi pilihan seseorang.

Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang pilihan yang ia miliki, maka

akan semakin mudah orang tersebut dalam memilih. Begitu juga dalam hal

keluarga berencana (KB), semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh

seorang suami tentang keluarga berencana (KB), manfaat KB dan jenis-jenis

KB maka akan semkain besar peluang suami untuk ikut berpartisipasi menjadi

akseptor keluarga berencana.

2. Pengaruh Pendidikan dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor

Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar.

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 34 responden yang

memiliki pendidikan dasar ternyata 24 responden (70,6%) suami tidak ikut

menjadi akseptor KB, dari 27 responden yang memiliki pendidikan menengah

ternyata 16 responden (59,3%) suami tidak ikut menjadi akseptor KB, dan dari

21 responden yang memiliki pendidikan tinggi ternyata 14 responden (66,7%)

suami ikut menjadi akseptor KB.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value =

0,024. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima

atau ada pengaruh pendidikan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor

keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten

Aceh Besar.

Berdasarkan hasil penelitian Putri (2011) yang berjudul faktor-faktor

yang berhubungan dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor

Page 41: Cici Aprialiana Fitri-kti

41

keluarga berencana di Desa Seuneubok Rawa Kecamatan Peusangan

Kabupaten Bireuen menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan dengan

pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor keluarga berencana (p value =

0,005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Maryam

(2010), bahwa pendidikan merupakan bimbingan yang di berikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain yang menuju kearah cita-cita tertentu.

Pendidikan dapat memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku atau pola

hidup serta motivasi seseorang untuk berperan serta dalam pembangunan

kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah ia

menerima informasi dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Menurut peneliti, pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang

harus ditempuh oleh setiap individu, karena semakin tinggi pendidikan yang

ditempuh oleh seseorang maka akan semakin memudahkan seseorang untuk

menerima dan menyerap informasi sehingga pengetahuan orang tersebut akan

semakin luas. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas akan cenderung

berperilaku hidup sehat dan sadar tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan

serta kesejahteraan keluarga termasuk dalam memilih alat kontrasepsi yang

cocok, sesuai, dan efektif untuk pasangan suami istri dan keluarga.

3. Pengaruh Sikap dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga

Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten

Aceh Besar.

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 46 responden yang

memiliki sikap negatif ternyata 32 responden (69,6%) suami tidak ikut menjadi

Page 42: Cici Aprialiana Fitri-kti

42

akseptor KB, dan dari 36 responden yang memiliki sikap positif ternyata 21

responden (58,3%) suami ikut menjadi akseptor KB.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value =

0,021. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima

atau ada pengaruh sikap dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga

berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh

Besar.

Berdasarkan penelitian Safrinawati (2012) yang berjudul faktor-faktor

yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja

Puskesmas Baitussalam Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa ada

hubungan sikap dengan pemilihan alat kontrasepsi (p value = 0, 013).

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik dan

sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Sikap juga terdiri dari tingkat menerima, merespon, menghargai dan

bertanggung jawab atas semua yang diperoleh dari yang bersangkutan dengan

baik (Maryam, 2010).

Menurut peneliti, sikap adalah respon seseorang terhadap suatu hal,

misalnya terhadap keluarga berencana. Semakin positif sikap yang dimiliki

suami terhadap keluarga berencana, maka akan semakin baik pula pandangan

Page 43: Cici Aprialiana Fitri-kti

43

suami terhadap keluarga berencana, sehingga kemungkinan suami untuk ikut

menjadi akseptor keluarga berencana akan semakin besar.

4. Pengaruh Informasi dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor

Keluarga Berencana Di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro

Kabupaten Aceh Besar.

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 55 responden yang tidak

pernah mendapat informasi ternyata 37 responden (67,3%) suami tidak ikut

menjadi akseptor KB, dan dari 27 responden yang pernah mendapat informasi

ternyata 17 responden (63%) suami ikut menjadi akseptor KB.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi-square didapatkan p value =

0,018. Sehingga didapat kesimpulan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima

atau ada pengaruh informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor

keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten

Aceh Besar.

Berdasarkan hasil penelitian Anita (2012) yang berjudul faktor-faktor

yang mempengaruhi PUS terhadap pemilihan metode kontrasepsi Di

Pemukiman Tangan-Tangan Rayek Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten

Aceh Barat Daya juga menunjukkan bahwa ada pengaruh informasi terhadap

pemilihan metode kontrasepsi (p value = 0,019).

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek, sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai

bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan

Page 44: Cici Aprialiana Fitri-kti

44

orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Erfandi,

2009).

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang,

kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2011).

Menurut peneliti, informasi adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh

setiap individu, karena semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang

maka akan semakin luas dan banyak pengetahuan seseorang sehingga usaha

sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan akan semakin tinggi. Dengan

banyaknya informasi dari tenaga kesehatan yang diperoleh seorang sumai

tentang pentingnya menggunakan alat kontrasepsi maka minat suami untuk

menjadi akseptor keluarga berencana akan semakin meningkat.

Page 45: Cici Aprialiana Fitri-kti

45

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang faktor-Faktor Yang

mempengaruhi keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana di Desa

Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Ada pengaruh pengetahuan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor

keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten

Aceh Besar, karena didapatkan p value = 0,001.

2. Ada pengaruh pendidikan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor

keluarga berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten

Aceh Besar, karena didapatkan p value = 0,024.

3. Ada pengaruh sikap dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga

berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh

Besar, karena didapatkan p value = 0,021.

4. Ada pengaruh informasi dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga

berencana di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh

Besar, karena didapatkan p value = 0,018.

B. Saran

Page 46: Cici Aprialiana Fitri-kti

46

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’Budiyah khususnya

Program Studi D-III Kebidanan, agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan

untuk dijadikan bahan bacaan guna meningkatkan pengetahuan mahasiswa

kebidanan.

2. Bagi Tempat Penelitian.

Diharapkan bagi tempat penelitian agar hasil penelitian ini dapat

dijadikan bahan masukan guna meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi

khususnya para suami.

3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan bagi institusi pelayanan kesehatan agar hasil peneitian ini

dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan

kontrasepsi melalui penyuluhan-penyuluhan maupun konseling.

4. Bagi Responden

Diharapkan bagi responden agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan pengetahuan sehingga dapat menumbuhkan minat untuk

ikut serta menjadi akseptor program keluarga berencana.

5. Bagi Peneliti

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan peneliti khususnya dalam memberikan pelayanan kontrasepsi

serta untuk penelitian selanjutnya.