Chronic Cough Children

75
1 Pendekatan Diagnosis Pada skenario, anak usia 3 tahun datang dengan gejala: Batuk kronis sejak 3 minggu lalu Batuk diawali batuk pilek dengan demam ringan Sampai sekarang batuk makin memberat terutama malam hari Batuk tidak mereda dengan diberi syrup obat batuk Batuk bersifat persisten dan kadang disertai vomiting Ibu memiliki riwayat complete tretment untuk TB Gejala utama pada skenario adalah batuk kronik persisten. Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh( dalam hal ini saluran nafas) yang alamiah yaitu suatu refleksperlindungan yang primitive untuk membuang sekresi trakeobronkial yang berlebihan ataupun benda asing yang masuk kesaluran pernafasan. Refleks

description

Chronic Cough Children

Transcript of Chronic Cough Children

Laporan Tutorial Skenario 4_ Chronic Cough. . .

Laporan Tutorial Skenario 4_ Chronic Cough. . .Kelompok 3Pendekatan DiagnosisPada skenario, anak usia 3 tahun datang dengan gejala: Batuk kronis sejak 3 minggu lalu Batuk diawali batuk pilek dengan demam ringan Sampai sekarang batuk makin memberat terutama malam hari Batuk tidak mereda dengan diberi syrup obat batuk Batuk bersifat persisten dan kadang disertai vomiting Ibu memiliki riwayat complete tretment untuk TB

Gejala utama pada skenario adalah batuk kronik persisten. Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh( dalam hal ini saluran nafas) yang alamiah yaitu suatu refleksperlindungan yang primitive untuk membuang sekresi trakeobronkial yang berlebihan ataupun benda asing yang masuk kesaluran pernafasan. Refleks batuk ini terjadi akibat terangsangnya reseftor batuk yang terdapat disaluran nafas atau diluar saluran nafas, oleh rangsangan yang bersifat kimiawi,maupun mekanis.Reseptor batuk yang merupakan ujung nivagus terdapat diantara sel-sel epitel berambut getar dari faring sampai bronkiolus, hidung, sinus, paranasalis, saluran telinga dan selaput gendang, pleura, lambung,pericard dan diafragma.Adapun kemungkinan penyakit yang dapat menyebabkan batuk persisten pada anak sangat beragam, seperti dapat dilihat pada tabel disamping. Jika dilihat dari mekanisme patofisiologinya, refleks batuk dapat ditimbulkan oleh rangsang: Mekanik, seperti stimulasi pada reseptor iritan pada epitel permukaan saluran napas, debu atau asap, oleh distorsi saluran napas, oleh fibrosis paru, atelektasis atau massa intrabronkial. Proses inflamasi seperti post nasal drip, refluks gastroesofageal, laringitis, atau trakeobronkitis. Stimulasi psikogenik, batuk psikogenik biasanya batuk kering, rangsangan psikologenik dapat meningkatkan batuk yang disebabkan stimulasi mekanis dan inflamasi.

Tipe batuk berdasarkan waktu munculnya Batuk paroksismalContohnya kemasukan benda asing Batuk malam hariContohnya pada pasien yang menderita asma Batuk ketika bangun tidurContohnya pada bronchitis, dimana sifat batuk yaitu: Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar OlahragaContohnya pada fibrosis kistik Hilang malam hari

Tipe batuk yang disertai dengan sputum Jernih mukoid, kemungkinan diakibatkan karena bronchitis akut atau kronis. Purulen, kemungkinan diakibatkan karena anaerob oral(aspirasi), abses paru, bronkiektasis. Darah Bau busuk, biasanya disebabkan karena bakteri anaerobikContohnya pada benda asing, fibrosis kistik

Penyebab batuk kronik berulang pada anakBayiAnak kecilAnak besar

Refluks gastroesofagealHiperreaktivitas saluran napas pascainfeksi virusAsma

InfeksiAsmaPost-nasal drip

Malformasi kongenitalPerokok pasifPertusis

Penyakit jantung bawaanPertusisTB pulmoner

Perokok pasifRefluks gastroesofagealBronkiektasis

Polusi lingkunganBenda asingBatuk psikogenik

AsmaBronkiektasis

Perokok pasif

Gejala lain pada anak seperti vomiting tidak spesifik untuk diagnosis tertentu. Batuk yang terus menerus pada anak dapat merangsang terjadinya muntah terlepas dari etiologi batuk itu sendiri. Hal ini terkait dengan kebiasaan anak untuk menelan sputum yang akhirnya masuk gaster dan merangsang muntah. Batuk yang diawali dengan batuk pilek dan demam sebelumnya dapat merujuk pada penyakit infeksi dimana seringkali infeksi saluran napas bawah diawali oleh infeksi saluran napas atas. Tapi selain infeksi, asma juga dapat dicetuskan oleh ISPA sebelumnya. Selain itu, kecurigaan terhadap asma juga didapat dari batuk yang semakin parah pada malam hari. Batuk yang semakin memberat pada malam hari dapat disebabkan karena udara dingin yang dapat menyempitkan saluran napas. Dari penelitian yang telah dilakukan, pada biopsi transbronkial pasien asma yang mengalami obstruksi didapatkan akumulasi eosinofil dan makrofag di alveolus dan jaringan peribronkial pada malam hari. Batuk yang memberat pada malam hari juga dapat disebabkan oleh posisi supine saat tidur dibandingkan saat bangun. Jika mempertimbangkan usia anak yang sudah 3 tahun, anomali kongenital dapat dipinggirkan. Selain itu, jika dilihat dari insidensi penyebab batuk pada anak usia 3 tahun, dapat dipertimbangkan penyakit dengan insidensi tersering seperti asma, foreign body, aspirasi, atau TB Jadi berdasarkan uraian diatas, kami memiliki kemungkinan diagnosis untuk kasus pada skenario, yaitu: Asma Bronkial TB pulmo Pertussis Foreign Body Bronkiektasis Bronkitis Brokiolitis

Untuk mempersempit kemungkinan diagnosis, masih diperlukan banyak data tambahan yang dapat merujuk pada suatu diagnosis tertentu. Tapi, bila kita melihat data-data yang ada pada skenario, sebenarnya kita sudah dapat merujuk pada beberapa diagnosis banding. Riwayat ibu dengan pengobatan TB complete dapat membawa kecurigaan kita pada diagnosis TB. Hal ini didukung oleh riwayat batuk lama pada anak, ada demam ringan dan ditambah insidensi TB yang relatif tinggi. Untuk dapat memastikan atau menyingkirkan diagnosis TB pada anak ini, perlu dikaji informasi tambahan yang terkait dengan skoring diagnosis TB anak. Adapun informasi yang dapat digali adalah riwayat kontak anak. Apakah anak sempat berkontak dengan ibu saat menderita TB, hal ini terkait dengan waktu pengobatan ibu dan evaluasi hasil pengobatan. Selain itu, perlu juga dipastikan kemungkinan kontak lain disekitar anak. Setelah itu dapat ditanyakan penurunan berat badan (failure to thrive) dan rasa bengkak pada badan. Pada pemeriksaan fisik pastikan suhu anak apakah masih demam, raba adakah perbesaran KGB servikal. Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan mantoux dan foto rotgen thorax. Data skenario juga merujuk pada asma bronkial. Hal ini didukung dengan gejala yang memberat dimalam hari (ada pola tertentu), hal ini perlu digali lagi apakah memang memiliki pola pengulangan tertentu (cari pola pengulangan lain, misal batuk dicetuskan karena rangsang tertentu). Selain itu, kita harus lebih agresif dalam menanyakan riwayat/faktor resiko-faktor resiko yang dapat memperkuat/menghilangkan kecurigaan terhadap asma. Tanyakan apakah dulunya sering mengalami ISPA berulang yang khas dengan pola tertentu dan reversible (menghilang sendiri, bedakan dengan ISPA biasa yang sering berulang pada anak), adakah riwayat asma/atopi lain pada keluarga. Bila kita memiliki kecurigaan kuat terhadap asma dan gejala yang mengarah kepada diagnosis lain juga tidak jelas, dapat diberikan terapi bronkodilator pada anak, bila efek bagus maka anak daat didiagnosis asma. Pertussis adalah penyakit dengan gejala khas batuk rejan. Meskipun gejala lain pada skenario mendukung kearah pertussis, kita harus memastikan diagnosis pertussis dengan menemukan episode serangan paroksysmal pada pasien yang meliputi parosysm, whooping atau post-tussive vomiting. Bila tidak, dapat dilakukan tes kultur bakteri untuk menemukan kuman bordetella pertussis. Foriegn body juga masih memungkinkan terjadi pada anak. Hal ini selain terkait insidensinya yang tinggi pada usia aak tersebut juga didukung gejal pada anak, meskipun gejala-gejala tersebut tidak khas. Untuk memastikan diagnosis/meningkatkan kecurigaan pada foreign body anamnesis yang baik sangat diperlukan. Tanyakan adakah riwayat anak batuk hingga sulit bernapas/tersedak ketika makan, gali pula riwayat anak terpapar dengan bahan-bahan yang biasa menyebabkan aspirasi. Riwayat vomiting juga perlu digali untuk menyakinkan tidak ada kecurigaan adanya spirasi gastroesofageal. Untuk memastikan diagnosis, dapat dilakukan foto rotgen atau CT scan. Untuk bronkiektasis, bronkitis dan bronkiolitis sebenarnya hanya sedikit kecurigaan kearah sana, tetapi perlu juga dipertimbangkan kemungkinannya. Hal ini terkait batuk-batuk yang diwali infeksi saluran napas atas (batuk dan running nose), dimana seringkali pada anak dapat berlanjut menjadi infeksi saluran napas bawah.

Overview PenyakitTUBERCULOSIS ANAK

Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Micobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (ceIl-mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak di paru, tetapi dapat mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang efektif untuk penyakit yang aktif, biasa terjadi perjalanan penyakit yang kronik, dan berakhir dengan kematian.

ETIOLOGIMycobacterium tuberculosis adalah bakteri berbentuk basil dengan ukuran sekitar 3-5 m. Bakteri basilus aerobic ini seringkali tidak berefek pada pengecatan gram. Tapi bila telah terwarnai, sangat sulit menghilangkan warnanya dengan asam alcohol karena sifat tahan asamnya. Squene genom lengkap dari M. tuberculosis terdiri atas 4043 gen yang mengkode 3993 proteins dan 50 gen yang mengkode RNAs.

EPIDEMIOLOGILaporan mengenai TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus TB anak pertahun adalah 5-6% dari total kasus TB. Pada tahun 1989, WHO memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat 1,3 juta kasus baru TB anak, dan 450.000 anak usia 1-2 tahun) atau yang tak sembuh sempurna setelah terapi steroid hirup.

PATOFISIOLOGIA. Obstruksi Jalan NapasManifestasi klinis: batuk, sesak, wheezing, hiperreaktivitas saluran napas terhadap berbagai rangsanganObstruksi terjadi akibat :1. Kontraksi otot polos bronkus yang diprovokasi oleh pelepasan agonis dari sel-sel inflamasi 2. Penebalan dinding saluran napas akibat edema akut, infiltrasi sel-sel inflamasi, remodeling, hyperplasia dan hipertrofi kronis otot polos, vascular, & sel sekretori, dan deposisi matrix pada dinding saluran napas3. Akibat produksi secret yang banyak, kental, lengket oleh sel goblet, kelenjar submukosa, protein plasma yang keluar melalui mikrovaskular bronkus dan debris selular

B. Hiperreaktivitas saluran napas Mekanisme pasti belum diketahui Mungkin akibat : hipertrofi dan hiperplasi otot polos saluran napas yang terjadi secara sekunder menyebabkan perubahan konraktilitas

DIAGNOSIS Titik awal : wheezing berulang dan/atau batuk kronis berulangpada anak bisa timbul batuk saja Berespon baik terhadap bronkodilator dan steroid sistemikpemeriksaan faal paru Uji provokasi bronkus dengan histamine, metakolin, latihan, udara kering dan dingin, dengan nacl hipertonis

TATALAKSANATerapi Asma Jangka PanjangTujuan untuk anak :1. Dapat menjalani aktivitas normal2. Sesedikit mungkin angka absensi sekolah3. Gejala tak timbul siang/malam hari4. Uji fungsi paru senormal mungkin, tak ada variasi diurnal yang mencolok5. Kebutuhan obat seminimal mungkin & tak ada serangan6. Efek samping obat dapat dicegah agar tidak/sesedikit mungkin timbul, terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Obat asma ada 2 kelompok besar :1. Obat pereda / reliever / obat seranganDigunakan bila ada serangan, bila sudah teratasi tak digunakan lagi2. Obat pengendali / pencegah / profilaksisUntuk mengatasi masalah dasar asma (inflamasi respirtorik kronik), dipakai terus-menerus tergantung derajat dan respon terhadap pengobatan. Diberikan pada asma episodic sering dan asma persisten

PREVENSI dan INTERVENSI DINIPrevensi : Pengendalian lingkungan : hindari asap rokok, ventilai udara Asi eksklusif minimal 4 bulan Menghindari makanan berpotensi alergenik Pengurangan pajanan terhadap tungau, debu rumah, rontokan bulu binatang

Intervensi dini Antihistamin non sedative jangka panjang dapat mencegah asma pada anak Tujuan : keterlambatan pemberian obat pengendali berakibat menyempitnya jalan napas yang ireversibel

PROGNOSISAdanya asma pada orangtua dan dermatitis atopic pada anak dengan wheezing disertai 2-3 keadaan berikut: eosinofilia, rhinitis alergika, wheezing yang menetap pada keadaan bukan flu merupakan indiator terjadinya asma di kemudian hari

SERANGAN ASMAIalah perburukan dari gejala-gejala batuk, sesak napas, wheezing positif, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi gejala tersebut mencerminkan gagalnya tatalaksana asma jangka panjang atau adanya pajanan dengan pencetusTujuan tatalaksana: Meredakan penyempitan saluran napas secepat mungkin Mengurangi hipoksemia Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya Rencana re-evaluasi tatalaksana jangka panjang untuk mencegah kekambuhan

Derjat serangan asma

Manajemen Serangan Asma

ASPIRASI BENDA ASING

Balita biasanya menggunakan mulut mereka terutama untuk mencoba benda-benda asing yang belum mereka kenal. Pada saat ini juga mereka mengalami saat kepuasan oral sehingga apapun yang mereka temukan rata-rata dimasukkan ke mulut. Kebanyakan kasus adalah anak-anak usia dibawah 3 tahun (73%). Biasanya yang paling sering ditelan adalah kacang. Komplikasi yang paling serius pada kasus ini adalah obstruksi total saluran nafas. Tahapan proses dari benda asing masuk hingga menimbulkan komplikasi :1. Inisial batuk paroksismal yang keras, rasa seperti tercekik, dan kemungkinan obstruksi terjadi segera setelah terjadi aspirasi.2. Asimtomatik interval benda asing terfiksasi dan menyebabkan fatique. 3. komplikasi obstruksi, erosi, dan infeksi berkembang menjadi inflamasi. Komplikasi meliputi demam, batuk, hemoptisis, pneumonia, dan ateletaksis.

Sebagian besar benda asing diam di bronkus kanan (58% kasus), 10% kasus pada laringeal/ tracheal. Benda asing ini bisa menekan trachea bisa menjadi asimtomatik dan radiologi normal, tetapi pada 15-30% kasus radioopaque. Benda-benda radioluscent dideteksi dengan menggunakan CT scan atau bronkoskopi. Berikut adalah kemungkinan temapt benda tersangkut.1. Benda asing pada laringeal (laringeal foreign bodies) Objek biasanya tipis dan datar. Diam pada bagian plica vocalis, bidang sgital dan menyebabkan laringotracheobronchitis, batuk, stridor, dan dispneu. Biasanya untuk mengatasinya dilakukan manuver heimlich.

2. Tracheal Foreign BodiesPerasaan tercekik dan aspirasi terjadi pada 90% kasus ini, stridor 60%, dan wheezing 50%. Radiograf (leher) posteroanterior dan lateral pada jaringan lunak abnormal pada 92% kasus, sedangkan foto thorax 58% normal.

3. Bronchial Foreign Bodiesfoto thorax posteroanterior dan lateral adalah standar untuk menilai anak dengan aspirasi (suspek). Termasuk juga pada abdomennya. Ekspiratorik yang bagus pada gambaran posteroanterior adalah penting karena selama ekspirasi, benda asing pada bronkus akan menghambat jalannya udara dari paru-paru yang mengalami hambatan, menghasilkan suatu emfisema obstruktif (air trapping) dengan inflasi persisten dan pergeseran mediastinum ke sisi yang berlawanan. Udara yang terperangkap nantinya akan mengakibatkan suatu ateletaksis, tetapi hal ini ditemukan pada akhir fase. Foto lateral dekubitus atau fluoroskopi bisa memberikan informasi yang sama. Adanya riwayat dan pemeriksaan fisik, tanpa radiografi, menetukan indikasi bronkoskopi, dan kepentingan diagnostik serta terapeutik.

Ketika benda asing masuk ke jalan nafas, anak akan segera bereaksi dengan cara batuk untuk mengeluarkannya. Batuk spontan adalah mekanisme yang paling efektif dan aman untuk mengeluarkan benda tersebut dibandingkan dengan manuver eksternal karena respon tersebut adalah alami dari tubuh itu sendiri. Jika batuk tidak ada atau tidak efektif dan benda asing menyumbat jalan nafas secara total anak akan berada dalam keadaan asfiksi. Intervensi aktif dari FBAO (foreing body aspiration obstruction) diperlukan apabila mekanisme batuk tidak efektif sehingga diperlukan bantuan dari luar, tetapi ini pun memerlukan waktu yang cepat dan tepat. Hal yang harus diperhatikan dari FBAO :1. Keamanan, karena kebanyakan kasus aspirasi ini terjadi pada anak-anak, dimana keamanannya terutamam harus lebih diperhatikan karena berbeda dengan dewasa2. Tindakan yang ditentukan berdasarkan keefektifan batuka. Jika batuk efektif tidak diperlukan manuver eksternal. Hanya saja perlu dilakukan monitor terhadap jalan nafas, fungsi nafas dan sirkulasi anak.b. Jika batuk inefektif dilakukan manuver eksterna (back blow, chest thrust, dan abdominal thrust).

BORDETELLA PERTUSSIS

Batuk rejan merupakan penyakit yang disebabkan oleh B pertussis. Penyakit ini biasanya berlangsung selama 6 miggu atau lebih, oleh karna itu biasa disebut batuk seratus hari. Batuk pertussis ditandai dengan batuk hebat yang khas dan biasanya diakhiri dengan suara pernafasan yang melengking.

EPIDEMIOLOGIPertussis adalah penyebab kematian utama di USA sebelum ditemukannya vaksin pertussis, angka kematian mencapai 10.000 pertahun untuk anak < 14thn. Setelah penemuan vaksin dan penggunaannya secara efektif, angka kejadian dan angka kematian akibat penyakit ini dapat ditekan hingga 99%. Hal ini dapat dilihat dengan tetap tingginya angka kejadian pertussis dibeberapa Negara berkembang dan Negara dengan vaksinasi yang tidak memadai. Di Amerika sendiri, angka kejadian pertussis beberapa kali meningkat dan menimbulkan epidemi, jadi sebenarnya vaksinasi pun tidak memberikan perlindungan menyeluruh terhadap penyakit ini.Menurut usia, angka kejadian pertussis tertinggi ditemukan pada anak usia 1-5 thn (pada daerah yang tidak bagus program vaksinasinya) dan pada anak usia7hari diketahui terkena pertussis. Pada dewasa, seringkali gejala pertussis tidak terlalu parah, hal ini menyebabkan seringkali penularan dari dewasa kepada anak seringkali tidak disadari.

ETIOLOGIPertussis disebabkan karena infeksi bakteri yang termasuk kelompok genus bordetella. Adapun spesies yang sering menginfeksi manusia adalah Bordetella pertussis dan Bordetella parapertussis. Infeksi B. pertussis lebih sering ditemukan, karena itu akan kami bahas ciri dan kharakteristik dari bakteri B. pertussis ini.Identifikasi dan MorfologiBordetella pertussis adalah kuman gram negative yang mengandung beberapa komponen yaitu Pertusis Toxin (PT), Filamentous Hemagglutinin (FHA), Aglutinogen, endotoksin, dan protein lainnya. Ciri organisme ini adalah pendek, dan dengan pewarnaan toluidin biru dapat terlihat granula bipolar metakromatik. Bakteri ini aerob murni dan membentuk asam tapi tidak membentuk gas dari glukosa dan laktosa. Untuk biakan isolasi primer B. pertussis dapat digunakan Bordet Gengou agar kentang-darah-gliserol) yang mengandung Penisilin 0,5 g/mL.Terdapat dua mekanisme bagi B pertussis untuk berganti menjadi bentuk yang non hemolitik, dan bentuk tidak virulen yang tidak menghasilkan toksin. Modulasi fenotipik yang reversible terjadi bila B pertussis tumbuh dalam kondisi lingkungan tertentu. (misalnya suhu 280 C melawan suhu 370 C, adanya MgSO4, dll.)

FAKTOR RESIKOVaksinasi telah mengurangi angka kejadian pertussis dengan cukup signifikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa vaksinasi dapat mengurangi factor resiko terkena pertussis meskipun dengan vaksinasi atau riwayat terinfeksi pertussis tidak terbukti memberikan perlindungan menyeluruh terhadap infeksi ataupun reinfeksi B.pertussis. Bordetella pertussis adalah kuman yang tidak dapat hidup lama di lingkungan luar. Meskipun demikian, kuman yang menyebar lewat droplet (aerosol) ini sangat mudah terhirup dan menginfeksi manusia. Paparan droplet dalam jarak dekat hampir pasti menyebabkan kuman masuk saluran napas dan akan menyebabkan infeksi pada 80% orang yang terpapar. Paparan dari dewasa paa anak seringkali tidak disadari karena biasanya pertussis pada dewasa tidak menyebabkan penyakit yang berat.

PATOGENESISBordetella pertussis akan dikeluarkan bersama droplet dari penderita dan masuk ke saluran napas orang sehat dan menginfeksi pada permukaan epitel bersilia. Beberapa protein permukaan pada B. pertussis berperan dalam perlekatan kuman ini dengan silia pada epitel. Adapun protein permukaan yang berperan ialah filamentous hemaglutinin (FHA), aglutinogen (terutama yang fimbriae tipe 2 dan 3 (fim2 dan 3)) dan protein permukaan non-fimbriae (pentactin/Pn). Setelah berikatan dengan epitel bersilia, kuman pertussis akan mensekresikan pertussis toxin (PT), tracheal cytotoxin dan adenylate cyclase untuk mencegah proses clearance dengan menonaktifasi/menghambat kerja silia. Selain itu, ketiga zat ini juga dipostulasikan berperan dalam patogenesitas kuman pertussis yang menyebabkan gangguan/kerusakan epitel bersilia, selanjutnya menyebabkan munculnya berbagai symptom respirasi dan memungkinkan invasi PT ke dalam tubuh yang nantinya akan menghsilkan manifestasi sistemik penyakit. Gejala timbul dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi.

PT adalah major virulence protein yang hanya diprosuksi oleh Bordetella pertussis, tidak ditemukan pada infeksi B. parapertussis. Pt memiliki banyak aktifitas biologic yang menghasilkan efek sistemik, antara lain: Sensitasi histamine Sekresi insulin Disfungsi leukosit Menyebabkan limfositosis dengan jalan mengubah rute perjalanan limfosit dan menahannya diperedaran darah.

Imunitas akan timbul setelah sembuh dari B pertussis. Infeksi sekunder biasa timbul tetapi hanya ringan dan pada orang dewasa timbul setelah bertahun-tahun dan sangat hebat.

Bagan patofisiologi

BordetellapertusisInhalasi dropletReaksi radangReaksi radang antibodyAkumulasi sekretPeningkatan produksi sekretObstruksi jalan nafasPeningkatan aktivitas seluleralveolusTuberkel pecahbatukPola nafas tidak efektifMetab.meningkatAsupan kurang14 hari ditamnah salah satu gejala, yaitu: Paroksysm whoop Post-tussive vomitingDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut: Pembiakan lendir hidung dan mulut Pembiakan apus tenggorokan Pemeriksaan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang ditandai dengan sejumlah besar limfosit yang kecil yang belum matang) Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertussis ELISA

Gold standart untuk diagnosis pertussis adalah Kultur b. pertussis. Specimen untuk kultur diambil dari aspirasi nasofaringeal dalam atau flexible swab pada posterior nasofaring selama 15-30detik (atau hingga muncul batuk). Specimen dikumpulkan dalam larutan asam casamino 1% (tahan selama 2 jam) atau dapat dibawa dengan medium transport semisolid Regan-Lowe atau kaldu Stainer-Scholte yang atahan lebih lama (4 hari). Kultur dapat dilakukan denga media tumbuh agar arang Regan-Lowe (dengan 10% darah kuda dan 5-40 g/ml cephalexin) atau media Stainer-Scholt (dengan cyclodextrin resin). Kultur diikubasi pada suhu 35-37F pada keadaan lembab dan dicek satiap hari selama 7 hari untuk melihat koloni bakteri.

Gambar Bordetella pertussis

PENGOBATANPemberian Eritromisin pada stadium kataral akan membantu pencegahan dan pembasmian mikroorganisme. Sedangkan pengobatan pada stadium paroksismal jarang mengubah gejala klinik. B pertussis peka terhadap obat antimikroba in vitro. Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di Rumah Sakit dan ditempatkan di kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan juga bisa merangsang serangan batuk. Dapat pula dilakukan pengisapan lendir dari tenggorokan. Pada kasus yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang dimasukkan ke trakea. Diberikan cairan melalui infuse untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah pada bayi dan karena biasanya tidak dapat makan akibat batuk. Gizi yang baik sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering.Pengobatan farmakologik:1. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kg BB/hari dibagi 4 dosis selama 14 hari. Obat ini menghilangkan Bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-6 hari (rata-rata 3-6 hari), dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi.2. Ampisilin dengan dosis 100 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis.3. Lain-lain klorampenikol, tetrasiklin, kotrimoksazol, dll.4. Immunoglobulin (masih dipertentangkan)5. Ekspektoransia dan mukolitik6. Kodein jika batuk berat7. Lumirol sebagai sedativa

KOMPLIKASIa. Alat pernafasanDapat terjadi otitis media, bronchitis, bronchopneumonia, atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus, empisema, bronkiektasis, atau dapat memperberat TB yang sebelumnya.b. Alat pencernaanMunta-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasis (anak menjadi kurus sekali). Prolaps rectum atau hernia yang mungkin terjadi timbul karena tingginya tenkanan intra abdominal, ulkus pada ujung lidah karena tergigit pada saat serangan batuk, juga dapat terjadi stomatitis.c. Susunan sarafKejang dapat timbul karena gangguan elektrolit (tidak seimbang) akibat muntah-muntah. Kadang-kadang terdapat kongesti dan edema pada otak, mungkin pula terjadi perarahan otak.d. Lain-lainDapat pula terjadi epistaksis, hemoptisis dan perdarahan subkonjungtiva.

PENCEGAHANPemberian 3 suntikan vaksin pertussis (biakan tidak murni) dalam konsentrasi tepat pada bayi sangat perlu. Biasanya diberikan dengan kombinasi dengan toksoid difteria dan tetanus (DPT). Eritromisin profilaktik dapat diberikan pada bayi yang belum divaksin atau orang dewasa yang kontak dengan penyakit ini.

BRONKIOLITIS

Penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus disebut dengan bronkiolitis. Sebagian besar anak berumur 2 tahun terinfeksi, dengan gejala yang berat pada bayi antara umur 1 sampai 3 bulan. Munculnya bronkiolitis berdasarkan musim, biasanya muncul pada musim dingin dan musim semi.ETIOLOGISecara umum bronkiolitis diakibatkan oleh infeksi virus. Tidak pernah ditemukan adanya bronkiolitis yang diseabkan oleh infeksi bakteri, meskipun seringkali terjadi kebingungan dalam membedakannya dengan bacterial pneumonia. Respiratory syncytial virus (RSV) adalah penyebab utama bronkiolitis dengan insiensi>50%. Penyebab lainya meliputi adenovirus, virus Influenza, virus Parainfluenza, Rhinovirus, dan mikoplasma.

EPIDEMIOLOGIPenyakit ini merupakan infeksi yang sering terjadi pada bayi. Infeksi ini sering terjadi pada bayi berusia 2 sampai 24 bulan, dan puncaknya terjadi pada usia 2 sampai 8 bulan. Sembilan puluh lima persen kasus terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun dan 75% terjadi pada anak-anak dibawah usia 1 tahun. Di USA terdapat 50-80 ribu kasus rawat inap karena bronkiolitis pada anak usia