CHARTA POLITIKA INDONESIA - … · dalam pilkada dan pemilu legislatif. ... 20 Juli 2010 Tim...
Transcript of CHARTA POLITIKA INDONESIA - … · dalam pilkada dan pemilu legislatif. ... 20 Juli 2010 Tim...
4
Edhie Baskoro Yudhoyono, yang akrab disapa Ibas, membuat kejutan dalam panggung politik Indonesia. Secara mengejutkan ia terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR RI) dengan perolehan suara ter besar dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2009 lalu. Setahun kemudian, ia juga berhasil menduduki jabatan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat periode 2010-2015. Saat bertarung di Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur VII, banyak yang meragukan kemampuan Ibas untuk memenangkan suara di basis politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini. Walau tergolong sebagai pendatang baru, Ibas pun mahfum. Namun, putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini tidak berdiam diri saja. Berbekal pengalaman politiknya sebagai Ketua DPP Partai Demokrat Bidang Kaderisasi, Ibas segera melakukan konsolidasi politik dan menggunakan pendekatan-pendekatan modern dalam kampanye politiknya. Setelah menjadi anggota Komisi I DPR RI, talenta politik pemuda kelahiran 24 November 1980 ini kembali diuji dengan penunjukan dirinya sebagai Ketua Panitia Pengarah Kongres ke-II Partai Demokrat, akhir Mei 2010 lalu. Hasilnya, Kongres II Partai Demokrat berjalan sukses, dan Ibas berhasil terpilih menjadi Sekjen Partai Demokrat. Buku yang berada di tangan pembaca ini menjelaskan strategi dan faktor kemenangan Ibas dalam pemilu legislatif 2009. Kehadiran buku Edhie Baskoro Yudhoyono: Anak Muda Merajut Demokrasi dinilai sangat penting bagi calon yang hendak maju dalam pencalonan politik
Prakata Penulis
baik di tingkat lokal maupun nasional. Buku ini menjelaskan secara detail langkah-langkah yang harus ditempuh kandidat untuk dapat mengenali perilaku pemilih, meningkatkan tingkat kadar popularitas dan elektabilitas, merawat dukung an pemilih, serta memaksimalkan dukungan pemilih. Buku yang berangkat dari pengalaman lapangan langsung Charta Politika Indonesia bersama Laskar Berlian dan FOX Indonesia juga menjelaskan bahwa kemenangan Ibas dalam pemilu lalu bukan hanya karena ia adalah putra SBY. Selain faktor tersebut, kemenangan Ibas turut ditopang oleh persiapan kampanye yang matang, pembentukan tim pemenangan yang diisi oleh kelompok profesional dari konsultan politik, manajemen tim pemenangan yang rapi, penggunaan strategi kampanye yang ter ukur, serta perpaduan antara strategi kampanye melalui “perang udara” dan “perang darat”. Charta Politika Indonesia percaya bahwa aktivitas dan strategi kampanye yang terukur dan dilakukan melalui pendekatan kampanye modern, seperti survei perilaku pemilih, branding analysis, microtargeting, dan door-to-door campaign akan berhasil memaksimalkan kemampuan kandidat untuk meraup dukungan dalam pilkada dan pemilu legislatif. Dalam buku ini, pembaca dapat memperoleh gambaran bagai-mana mengelola tim pemenangan, menganalisis hasil survei dan Focus Group Discussion (FGD), serta bagaimana melakukan aktivitas door-to-door campaign. Pada kesempatan ini, Charta Politika mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Jakarta, 20 Juli 2010 Tim Penulis
5
7
Prakata Penulis
11BAB IRekor Baru Pesta
Demokrasi
19BAB IIMembangun Fondasi
Kemenangan
31BAB IIIPolitik sebagai Jalur
Pengabdian
39BAB IV Perjuangan di Tanah
Leluhur
Daftar Isi
BAB VModal Politik dan Sosial
• Survei Awal Daerah Pemilihan dan
Pemetaan Kompetitor • Maju Sebagai Unggulan
49
63 BAB VIStrategi Merebut Hati Rakyat• Survei dan Riset Sebagai Landasan Strategi• Analisis Microtargetting• Analisis Branding• Gerilya Darat Door-to-Door Campaign• Penentuan Caleg Tandem• Masa Kampanye yang Penuh Ujian
99
109
BAB VIIKemenangan yang Fenomenal
BAB VIIIBerpolitik dengan Totalitas
Hal
Hal
1980
Lahir di Bandung24 November 1980
Bergabung denganPartai Demokrat
Menjabat Sekretaris Majelis Dzikir Nurussalam
2002
2004
2005
Lulus dengan Gelar Bachelor of Commerce in Finance andE-Commerce, Curtin University, Australia
Ketua Bidang
Kaderisasi DPP
Partai Demokra
t
2007
Meraih Gelar Master of Science in International Political Economy,Rajaratnam School ofInternational Studies (RSIS),Nanyang Technological University(NTU), Singapore
Maju sebagai Caleg dari Dapil Jawa Timur VII dan membentuk Laskar Berlian
Dilantik sebagai Anggota Komisi I DPR RIperiode 2009–2014
2008
2009
2010
Menjabat Sekretaris JenderalPartai Demokrat 2010–2015
13
Susah payah Edhie Baskoro Yudhoyono berusaha keluar dari
kerumunan pencari berita yang terus memburunya sejak pagi.
Hari itu, Kamis, 1 Oktober 2009, putra bungsu Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ini resmi menyandang tugas baru setelah
dilantik seba gai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Ibas, begitu panggilan akrabnya, tampak gagah dengan balutan
jas hitam dan berpeci. Beberapa orang pengawal mencoba menahan
wartawan yang terus merangsek sambil berteriak meminta dirinya
berhenti dan berkomentar.
‘‘Di mana pun saya ditugaskan, saya akan melaksanakannya de ngan
baik. Semua amanah harus dijalankan dan dilanjutkan apa yang sudah
ada,” ujarnya lugas di tengah-tengah kepungan wartawan.
Ibas menjejakkan kakinya di Senayan dengan modal amanah terbesar
di antara semua wakil rakyat yang dilantik hari itu. Secara fenomenal dia
berhasil meraih suara terbanyak pada Pemilu Legislatif 2009. Bertarung
di Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur (Jatim) VII, yang meliputi
Kabupaten Trenggalek, Ngawi, Ponorogo, Magetan, dan Pacitan, Ibas
sukses mendulang dukungan 327.097 suara sekalipun menempati nomor
urut tiga dalam daftar calon anggota legislatif (caleg) Partai Demokrat
setelah Ramadhan Pohan dan Rusminiati.
Raihan suara Ibas tersebut merupakan rekor baru pada Pemilu
2009, jauh melampaui jumlah suara yang diperoleh Hidayat Nurwahid
pada Pemilu 2004. Hidayat, yang saat itu menjabat Pre siden DPP Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), dan ditempatkan di Dapil Jakarta II, meraih
dukungan terbanyak dengan 262.019 suara.
Rekor Baru Pesta Demokrasi
E D H I E B A S K O R O Y U D H O Y O N O
14
Secara nasional, perolehan suara Ibas menggungguli kader muda
partai-partai lain yang lebih dahulu muncul atau politisi senior yang
sudah berkali-kali menjadi kontestan pesta demokrasi. Putri Ketua Umum
DPP PDIP Megawati Soekarno Putri, Puan Maharani, yang berlaga di
Dapil Jawa Tengah (Jateng) V, berada di posisi kedua dengan perolehan
242.504 suara. Selanjutnya adalah Karolin Margaret Natasa, yang juga
merupakan putri Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) dengan 222.021
suara; Dodi Reza Alex Noerdin, putra Gubernur Sumatera Selatan (Dapil
Sumsel I) 218.991 suara; Tantowi Yahya (Dapil Sumsel II) 209.044 suara,
dan politisi kawakan Abdul Waham Dalimunthe (Dapil Sumatera Utara I)
dengan 192.716 suara.
Jawa Timur secara umum merupakan basis dukungan PKB. Namun,
pada Pemilu 2004, dominasi Golkar dan PDIP di Dapil Jatim VII sangat
kokoh dengan meraih tiga dan dua kursi. Sebagai pendatang baru,
Demokrat menempati urutan keempat dengan 10,67 persen suara dan
hanya meloloskan satu calon anggota DPR. Dua kursi lainnya diambil
Partai Amanat Nasional (PAN) dan PKB.
Pada Pemilu 2009, Dapil Jatim VII kembali mendapat jatah delapan
kursi. Mantan Pemimpin Redaksi Jurnal Nasional, Ramadhan Pohan,
bertutur, masuknya Ibas di wilayah itu akan menjadi senjata bagi Partai
Demokrat untuk mendongkrak perolehan suara. Harapan itu terwujud
setelah partai berlambang berlian itu berhasil meloloskan tiga wakilnya
ke Senayan. Selain Ibas, calon yang lolos adalah Ramadhan Pohan sendiri
dengan perolehan 51.485 suara dan Rusminiati dengan 36.224 suara.
Partai Demokrat mengambil dua kursi yang sebelumnya dikuasai
PDIP dan satu kursi Golkar. Kader PDIP yang akhirnya terpilih menjadi
anggota DPR adalah Heri Akhmadi dengan 74.958 suara. Mustokoweni
Murdi, kader senior Golkar, juga lolos setelah mendulang dukungan
62.289 suara. Caleg lainnya asal Dapil Jatim VII yang juga berkiprah di
legislatif pusat adalah Ibnu Multazam (PKB/45.995 suara), Rofi’i Munawar
(PKS/37.718 suara), dan Mardiana Indraswati (PAN/32.378 suara).
Kemenangan Ibas yang fenomenal itu tentu tidak dapat diraih
de ngan seketika. Di sana ada perjuangan, strategi, dan pengorbanan.
Setiap jenderal yang memimpin pasukan di medan perang sangat yakin
15
No. Dapil Nama Caleg Asal Partai Suara
1 Jatim VII Edhie Baskoro Yudhoyono Partai Demokrat 327.097
2 Jateng V Puan Maharani PDIP 242.504
3 Kalbar Karolin Margret Natasa PDIP 222.021
4 Sumsel I Dodi Reza Alex Noerdin Partai Golkar 218.991
5 Sumsel II Tantowi Yahya Partai Golkar 209.044
6 Sumut I Abdul Wahab Dalimunthe Partai Demokrat 192.716
7 Bali Wayan Koster PDIP 185.901
8 Papua Paskalis Kossay Partai Golkar 179.965
9 Jatim VI Anas Urbaningrum Partai Demokrat 178.381
10 Jatim VI Pramono Anung Wibowo PDIP 164.265
11 Jambi Ratu Munawarah Zulkifli PAN 157.651
12 Jateng VI Angelina Sondakh Partai Demokrat 145.159
13 Jabar II Adjeng Ratna Suminar Partai Demokrat 142.607
14 NTB Nanang Samodra KA Partai Demokrat 139.737
15 Bali I Made Urip PDIP 135.415
16 Sulut EE. Mangindaan Partai Demokrat 130.882
17 Jateng II Nusron Wahid Partai Golkar 130.542
18 Jabar IX Maruarar Sirait PDIP 128.850
19 Jatim XI Achmad Syafi’i Partai Demokrat 128.110
20 Jabar VII Nurul Arifin Partai Golkar 122.452
20 Caleg Perolehan Suara Tertinggi
Tabel 1
17
tentara yang bertempur tanpa ditopang oleh strategi yang matang akan
pulang tanpa kehormatan.
Lalu, apa modal, strategi, dan proses politik yang dilakukan Ibas
selama masa Pemilu 2009? Buku ini mengurai dengan menyeluruh
me ngenai aktivitas pemenangan Ibas di Dapil Jawa Timur VII. Tak dapat
dipungkiri bahwa predikat putra Presiden adalah modal yang berarti
untuk masuk ke kancah pertarungan politik. Namun tanpa dukungan
strategi pemenangan yang efektif dan manajemen tim pemenangan
yang profesional, nama besar tidak cukup menjadi jaminan raihan
prestasi fenomenal sebagai calon legislatif peraih suara terbanyak secara
nasional.
Grafik 1Jumlah Suara Caleg Terpilih
dari Dapil Jatim VII Pemilu 2009
21
Pepatah mengatakan, tiada yang lebih berharga selain keluarga
dan sa habat. Sahabat sejati adalah tempat berbagi suka maupun
duka. Tidak heran bila orang-orang bijak berkata, “Seribu sahabat
tidak cukup, seorang musuh sudah berlebih”.
Rasa solidaritas sebagai seorang sahabat itulah yang menjadi alasan
bagi Aditya Djanaka dan kawan-kawan untuk terlibat secara sukarela
membantu Ibas pada Pemilu 2009. Mereka adalah teman-teman Ibas
dan kakaknya, Agus Harimurti Yudhoyono, saat duduk di bangku sekolah
dan kuliah. Untuk memudahkan identifikasi dan koordinasi, kumpulan
sahabat ini menamakan diri mereka Laskar Berlian, yang ter-inspirasi dari
logo Partai Demokrat.
Laskar Berlian merupakan satu dari tiga tim yang menjadi motor
pemenangan Ibas di Dapil Jatim VII. Dua lainnya adalah Fox Indonesia
dan Charta Politika Indonesia. “Sebagai seorang teman yang temannya
menjadi caleg, kami bekerja secara sukarela. Kami hanya menyumbang
dan tidak dibayar,” tutur Aditya Djanaka.
Itulah sebabnya, sumbangan yang diberikan anggota Laskar Berlian
disesuaikan dengan apa yang dimiliki atau keahlian masing-masing.
Keterlibatan teman-teman masa kecil membuat Ibas kian nyaman dalam
menembus massa di Dapil Jatim VII. Pembentukan tim pemenangan
pemilu merupakan sebagian kecil dari persiapan yang dilakukan Laskar
Berlian.
Laskar Berlian bersifat personal dan, bersama Charta Politika, mendapat
tugas khusus menggelar kampanye door-to-door untuk menyosialisasikan
Ibas. Ratusan anggota dari kedua tim turun langsung menemui masyarakat
MembangunFondasi Kemenangan
E D H I E B A S K O R O Y U D H O Y O N O
22
hingga ke pelosok daerah. Gerakan gerilya ini merupakan metamorfosa
dari budaya leluhur yang memegang pakem “meminta restu secara
langsung”. Pendekatan secara personal itu menuai simpati yang kemudian
dibuktikan dengan banjirnya dukungan suara untuk Ibas.
Sementara itu, tugas tim Fox Indonesia, yang bertanggung jawab
dalam hal pencitraan, terfokus pada branding ter hadap profil Ibas secara
pribadi. Mereka mendesain dan memasang baliho pencalonan Ibas di
seluruh Dapil Jatim VII. Hasil kerja Laskar Berlian dan Fox selanjutnya
dieva luasi oleh tim Charta Politika Indonesia. Tim ini juga bertugas
melakukan survei tingkat keterpilihan putra bungsu SBY tersebut.
Langkah Ibas untuk masuk ke dunia politik praktis dimulai ketika
ayahnya membidani lahirnya Partai Demokrat, mesin penggalang massa
yang menjadi kendaraan SBY menuju tampuk kepemimpinan nasional.
Ibas dipilih sebagai Ketua Bidang Kaderisasi DPP Partai Demokrat 2005-
2010. Sebagai Ketua Bidang Kaderisasi, Ibas kerap memberikan materi
pelatihan kepemimpinan di internal Demokrat.
Pada saat yang hampir bersamaan, Ibas juga ditunjuk sebagai
Koordinator Wilayah (Korwil) Daerah Khusus Ibukota (DKI) DPP Demokrat.
Sebagai Korwil, Ibas banyak melakukan kegiatan sosial-kemasyarakatan.
Di antaranya, melakukan penyuluhan sosial dan memberi arahan pada
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.
Penunjukkan tersebut menyulut sinisme pengamat politik. SBY
dituding sedang memainkan politik dinasti. SBY pun menampik tudingan
itu. Sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, SBY menegaskan,
model dinasti politik bukan pola yang dipilih untuk pengembangan
Demokrat. Menurut SBY, siapa pun kader yang berkualitas berhak untuk
mendapatkan tempat terbaik dalam jajaran kepengurusan partai.
Sikap ini ditunjukkan SBY saat menolak pencalonan istrinya, Ani
Yudhoyono, sebagai calon penggantinya pasca 2014. Bagi SBY, baik klan
Yudhoyono ataupun Sarwo Edhie haruslah bersaing secara terbuka dan
demokratis untuk memperebutkan pengaruh secara internal dalam
Demokrat. Sikap Sang Ayah inilah yang kemudian banyak membantu
Ibas untuk menemukan visi politiknya. Seperti SBY, Ibas memiliki prinsip
politik yang bersih, cerdas, dan santun.
23
Bagi Ibas, meritokrasi yang diterapkan oleh SBY menunjukkan bahwa
kualitas diri harus diasah terlebih dahulu, sebelum berkompetisi secara
terbuka. “Ayah saya selalu mengingatkan bahwa tidak ada jalan pintas
untuk karir politik. Perlu proses pematangan karakter dan pengayaan
wawasan yang tiada henti untuk menjadi politisi yang paripurna,” ujar
Ibas pada suatu kesempatan.
Kegiatan Pra-Kampanye Merebut hati rakyat bukan perkara gampang. Rakyat harus terus
didekati, diingatkan, dan diyakinkan. Kampanye adalah sebuah proses
panjang yang melelahkan karena merupakan ajang adu taktik, strategi,
dan stamina antara satu kandidat dengan kandidat lain.
Ibas, bersama tim kampanyenya, menggelar kegiatan pra-kampanye
untuk membuka komunikasi awal dengan calon konstituennya. Kegiatan
itu dirancang jauh dari kesan hura-hura, tapi bersifat mempererat
silaturahmi dan mengembangkan potensi diri maupun potensi ekonomi
masyarakat.
Ibas bersama Laskar Berlian
24
Di sebagian besar wilayah Dapil Jatim VII membentang tanah-tanah
subur yang menyimpan potensi besar untuk mendatangkan kesejahte-
raan. Melihat potensi yang belum tergarap itu, Ibas membagikan
bibit pohon kelapa di Kabupaten Magetan, Ngawi, Pacitan, Ponorogo,
dan Trenggalek. Kegiatan ini menunjukkan keberpihakannya pada
pengembangan ekonomi rakyat, khususnya sektor perkebunan.
Masyarakat Jawa Timur pun terkenal sangat religius. Ribuan pondok
pesantren tersebar hingga pelosok daerah. Kegiatan keagamaan
berdenyut sepanjang waktu. Tim kampanye Ibas mencoba merengkuh
pemilih Muslim ini. Caranya dengan penyebaran hewan kurban saat Hari
Raya Idul Adha di sejumlah titik Dapil Jatim VII.
Untuk masyarakat Jatim yang merantau ke kota lain, terutama Jakarta,
Ibas menggelar kegiatan mudik bareng. Kegiatan mudik gratis ini digelar
pada 24 September 2008 bagi warga Pacitan, kota kelahiran Presiden SBY.
Melalui Paguyuban Pacitan di Jakarta, terkumpul peserta mudik sebesar
580 orang dengan menggunakan bus sebanyak 12 unit.
Ibas dalam salah satu kegiatan di pondok pesantren
25
“Kami melihat cukup besarnya antusias Paguyuban Pacitan asal
Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek) untuk pulang ke
kampung halamannya. Oleh sebab itu, kami berusaha agar rombongan
ini dapat mudik dengan nyaman, aman, dan gratis menuju kampung SBY.
Sehingga mereka dapat berkumpul bersama keluarga menjalani ibadah
dan bersilaturahmi di hari kemenangan Idul Fitri,” ucap Ibas.
Kegiatan ini merupakan bentuk public relations (hubungan
masyarakat) yang efektif karena mengingatkan khalayak akan kedekat an
(proximity) pribadi Ibas dengan warga Pacitan. “Ayah saya, Presiden
Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Ibu Ani Yudhoyono
menitipkan salam hangat kepada seluruh rombongan “Mudik Asyik ke
Kampung SBY”, dan agar dapat menggunakan waktu Lebaran sebaik
mungkin. Sehingga sekembalinya di Jakarta akan memberikan semangat
yang baru untuk memberikan kontribusi terbaiknya pada keluarga dan
bangsa,” ungkap Ibas dalam pidatonya saat melepas rombongan mudik.
Respons positif warga Pacitan atas acara bertema “Mudik Asyik Ke
Kampung SBY” secara langsung mampu meningkatkan awareness dari
Ibas melepas rombongan “Mudik Asyik ke Kampung SBY”
26
para calon pemilih terhadap Ibas. Tim kampanye memberikan pelayanan
total demi kepuasan pemudik. Efek domino dari strategi kampanye
ini sudah bisa ditebak: masyarakat yang puas dengan suka rela akan
bercerita tentang perjalanan mudiknya yang aman, nyaman, dan gratis
karena difasilitasi Ibas kepada sanak keluarganya di kampung.
Inilah yang disebut dengan mouth-to-mouth marketing yang diyakini
sejumlah pakar pemasaran sangat dahsyat pengaruhnya untuk meng-
ubah perilaku konsumen, dalam hal ini calon pemilih pada Pemilu 2009.
Sebagai caleg dari kelompok generasi muda, Ibas tidak alpa untuk
menggarap para pemuda mengembangkan potensi diri, mengingat
sebagian besar pemilih merupakan kaum muda (17-35 tahun). Anak
muda identik dengan sesuatu yang penuh semangat dan energik.
Kegiatan olahraga merepresentasikan spirit tersebut. Maka, selama dua
hari, 8-9 November 2008, digelar Kejuaraan Bola Voli Piala EBY di 12
kecamatan yang ada di Pacitan.
Piala yang diperebutkan dalam Kejuaraan Bola Voli Piala EBY
27
Mengambil tema “Semangat Muda dalam Berprestasi”, Ibas melekat-
kan citranya di benak pemilih sebagai kader muda Partai Demokrat.
“Melalui lomba voli diharapkan tercipta bibit muda potensial,” tutur Ibas.
Mengapa bola voli yang dipilih untuk kota kecil berpenduduk
kurang dari 700 ribu jiwa itu? Jawabannya, karena masyarakat Pacitan
menggemari olahraga ini sehingga popularitasnya tidak kalah dengan
sepak bola. Selain itu, bola voli merupakan olahraga kegemaran SBY
sejak muda.
Ibas pun gemar menonton pertandingan voli sehingga ia kerap
terlihat menonton di pinggir lapangan, larut dengan keceriaan penonton.
Pada hari pertama pelaksanaan kompetisi, Ibas mendatangi Kecamatan
Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, dan Sudimoro. Kemudian, pada hari
kedua ke Kecamatan Arjosari dan Tegalombo.
“Animo masyarakat yang besar merupakan salah satu bukti olahraga
voli sangat digemari masyarakat,” kata Ibas. Program mudik bareng dan
kejuaraan bola voli adalah langkah awal yang dirancang untuk menguatkan
ikatan emosional antara Ibas dengan konstituen di Dapil Jatim VII.
Selain mengembangkan hubungan dengan konstituennya, Ibas
pun memperlebar pergaulan internasionalnya. Pada 1 November 2008,
Ibas bersama lima pemimpin muda potensial dari Indonesia mendapat
undangan dari pemerintah Jepang untuk bertemu dengan pim pinan
partai-partai di Jepang, baik Partai Demokrat Jepang (DPJ) maupun Partai
Liberal Demokrat (LDP). Termasuk pula Perdana Menteri (PM) Jepang saat
itu, Yasuo Fukuda.
Selain Ibas, ikut diundang Budiman Sudjatmiko (anggota DPR RI
F-PDIP), Poempida Hidayatulloh (kader muda Partai Golkar), Bima Arya
Sugiarto (Ketua DPP PAN), Basuki Tjahya Purnama (anggota DPR RI
F-Partai Golkar), dan Jeffrey Masse (politisi PDIP).
Fukuda, yang dikenal memiliki kedekatan dengan banyak tokoh pen-
ting Indonesia, terlihat bersemangat saat menerima politisi-politisi muda
asal Indonesia. Bahkan, di luar kebiasaannya, Fukuda sempat bercanda
dan meng ajukan pertanyaan, “Apakah kalian semua akan maju dalam
pencalonan pemilu (legislatif ) mendatang?” tanya Fukuda yang langsung
disam but tawa oleh sekelompok politisi muda Indonesia tersebut.
28
Setelah dijelaskan bahwa yang maju pencalonan sebanyak empat
orang, yaitu Ibas, Budiman Sudjatmiko, Jeffrey Masse, dan Poempida
Hidayatulloh, Fukuda menyatakan doanya agar semuanya terpilih.
“Saya akan mendukung dengan doa dari jauh kepada Anda-anda yang
mencalonkan diri untuk pemilu (legislatif ) mendatang, sehingga
persahabatan Jepang-Indonesia terus berlangsung akrab,” kata Fukuda.
Ketika diperkenalkan satu persatu nama-nama para politisi muda,
Fukuda kontan menyela saat nama Ibas disebut. “Kalau yang satu ini
saya cukup banyak mengetahui namanya,” ujar Fukuda yang membuat
Ibas tersenyum.
Pertemuan dilanjutkan dengan pembahasan materi serius, termasuk
soal politik dan ekonomi. Sebelum pertemuan usai, rekan-rekannya
Ibas bertemu PM Jepang periode 2007-2008, Yasuo Fukuda
“Semoga ini bisa menjadi kenangan bagi hubungan antar generasi di Jepang dan Indonesia,” kata Ibas yang dijawab anggukan kepala oleh Fukuda.
29
Ibas bersama para politisi muda Indonesia
mempersilakan Ibas untuk memberikan cinderamata sebagai kenang-
kenangan kepada Yasuo Fukuda, PM Jepang yang terkenal dengan
doktrin “dari hati ke hati” itu. “Semoga ini bisa menjadi kenangan bagi
hubungan antar generasi di Jepang dan Indonesia,” ujar Ibas yang
dijawab anggukan kepala dan senyuman oleh Fukuda.
Saat pertemuan resmi dengan para tokoh senior LDP di Gedung
Parlemen Jepang, Ibas juga menyampaikan pandangannya mengenai
pentingnya mengokohkan hubungan bilateral yang sudah terjalin
dengan baik dengan prinsip saling menghargai dan menguntungkan.
Segudang aktivitas itulah yang nyaris luput dari pantauan media
sehingga tercipta kesan Ibas maju sebagai caleg karena memanfaatkan
azas “aji mumpung”, dan mendompleng nama besar keluarganya
dengan perjuang an politik minimal. Padahal proses politik yang dilalui
Ibas untuk meretas jalan menuju kursi wakil rakyat cukup berliku.
33
L imousin hitam Cadillac berplat nomor 800-002 yang membawa
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tiba di Gedung Putih, Rabu,
pukul 14:50 waktu Washington, AS. SBY kala itu melakukan
pembicaraan bilateral dengan Presiden George W. Bush selama 45
menit di Kantor Oval, Gedung Putih.
Usai acara itu, majalah Tempo yang ikut dalam rombongan Presiden
mencatat kejadian menarik. Presiden SBY mengenalkan kedua putranya,
Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono, kepada
Presiden Bush. Presiden Bush sontak berdiri, menghampiri mereka,
menyapa dan bersalaman hangat, “Hi guys, how are you going?”
Bush juga sempat mengenalkan dua putra Presiden SBY itu sebelum
memulai pidatonya pada acara Asian Pacific American Heritage di Sayap
Timur Gedung Putih. Bush pun menyebut SBY sebagai “tamu istimewa
dan seorang teman baik”.
Setelah itu Bush menunjuk Agus dan Ibas, berkata “Juga hadir kedua
putra Presiden, Agus dan Ibas,” kata Bush, disambut tawa dan tepuk
tangan hadirin.
Presiden SBY tampak berusaha melibatkan dan mengajarkan kedua
putranya tentang kehidupan politik secara tidak langsung. Salah satu
caranya dengan membangun relasi dan pergaulan internasional. Maka,
tidak heran apabila kemudian Ibas memaklumatkan diri untuk berki prah
di jalur politik. Sementara kakaknya saat ini mengabdi sebagai tentara,
yang merupakan salah satu jalur kaderisasi potensial dalam proses
kepemimpinan nasional.
Politik sebagai Jalur Pengabdian
E D H I E B A S K O R O Y U D H O Y O N O
34
Ibas berfoto bersama keluarga setelah acara
wisuda Master NTU, Singapura.
Suasana bahagia
terpancar saat resmi
meraih gelar Master
NTU, Singapura.
35
Dalam sebuah wawancara, Ibas mengaku awal keterlibatannya dalam
politik setelah diajak bergabung oleh Ketua Umum DPP Partai Demokrat
Hadi Utomo. “Hadi Utomo mengatakan saya memiliki bakat politik,” tutur
Ibas.
Setelah meraih gelar Bachelor of Commerce in Finance and
E-Commerce dari Curtin University of Technology, Perth, Australia, ia
langsung direkrut Partai Demokrat. Presiden SBY, pendiri Partai Demokrat,
tak keberatan. Ibas juga tercatat sebagai Sekretaris Majelis Dzikir SBY
Nurussalam, kelompok pengajian yang didirikan SBY setelah terpilih
sebagai Presiden RI pada 2004.
Sebagai pimpinan teras Partai Demokrat, Ibas kerap terlibat dalam
aktivitas partai baik di dalam maupun luar negeri. Misalnya, dia hadir
dalam silahturahmi fungsionaris DPP Partai Demokrat dengan DPD
Partai Demokrat Gorontalo. Dalam pertemuan dengan para kader
seluruh Provinsi Gorontalo, Ibas mengatakan, tahun 2008 merupakan
tahun yang menentukan bagi kemajuan Partai Demokrat. Oleh karena
itu, seluruh kader harus bekerja serius dan perlu menunjukkan apa yang
sudah dilakukan Partai Demokrat untuk rakyat.
“Ini penting agar ke depan Partai Demokrat semakin besar. Kalau
partai sudah besar maka akan semakin mudah melakukan perubahan
yang lebih baik bagi rakyat. Begitu pula Partai Demokrat akan memiliki
wakil rakyat di parlemen,” kata Ibas di hadapan kader DPD Partai
Demokrat Gorontalo.
Ibas menambahkan, Partai Demokrat telah meramu sebuah landasan
program pembangunan yang akan dilaksanakan seluruh kader yang ada
di seluruh Indonesia. Semboyan pembangunan Partai Demokrat perlu
diperjuangkan dan diwujudkan, yakni Indonesia Sejahtera, Indonesia
Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Hijau, dan Indonesia Kreatif.
Ibas pun pernah melantik lima pengurus cabang Dewan Perwakilan
Luar Negeri (DPLN) Partai Demokrat di lima negara bagian di Malaysia
(Kuala Lumpur, Negeri Sembilan, Melaka, Perak, dan Pahang), Minggu, 6
Juli 2008. Tidak kurang dari 3.000 orang membanjiri tempat acara yang
digelar di Dewan Wawasan, Menara PGRM Lantai 4, Cheras, Kuala Lumpur
tersebut.
36
Sebagai caleg, Ibas sangat intens mengunjungi konstituennya di Dapil
Jatim VII. Saat bertemu kader di Ponorogo, ia mengajak seluruh jajaran
Partai Demokrat menjaga momentum keunggulan partai. Berdasarkan
survei, partai bernomor urut 31 ini mengungguli partai-partai lainnya.
Keunggulan ini tak lepas dari upaya pemerintah menggelontorkan
program-program pro rakyat.
“Jika kita menang, kita mempunyai kesempatan meneruskan
program-program pro rakyat tersebut,” katanya di depan ratusan kader
Partai Demokrat Ponorogo, 3 Februari 2009.
Ibas mengharapkan para kader untuk terus melakukan sosialisasi dan
mengajak calon pemilih pada Pemilu 2009 memilih Demokrat. Sebab,
suara pemilih menjadi bekal untuk mencalonkan presiden yang berasal
dari kader partai, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. “Struktur partai harus
lebih banyak bergerak ke grassroots. Satu orang satu kawan. Kerja keras
harus dilakukan seiring, mulai cabang hingga anak ranting,” katanya.
Ibas mengingatkan, agar dalam bekerja selalu mengedepankan etika
politik. Kader harus mengedepankan politik yang bersih, cerdas, dan santun.
Dengan demikian, baik friksi internal maupun eksternal akan bisa dihindari.
“Pilihan yang berdasar kecintaan lebih mengena di hati,” imbuhnya.
Calon Pemimpin BangsaBeberapa pihak menyebutkan bahwa Ibas merupakan salah satu kader
yang dipersiapkan untuk mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat,
atau kepemimpinan nasional setelah kiprah SBY berakhir. Namun,
keluar ga besar SBY sepakat 2014 merupakan tahun akhir bagi kiprah
keluarga di pemerintahan. Tidak ada niat untuk memunculkan salah satu
dari anggota keluarga duduk sebagai RI-1 ketika saat itu tiba.
“Jika saya mendapat mandat rakyat untuk memimpin negara ini lima
tahun ke depan, bagi saya dan keluarga itu adalah pengabdian
terakhir kami bagi bangsa dan negara di pemerintahan,” ujar Presiden
SBY, di kediamannya, di Cikeas, Kabupaten Bogor, Selasa, 14 Juli 2009.
Menurut SBY, Ibas belum saatnya menduduki posisi yang berat
karena ia masih membutuhkan pembelajaran dan pengalaman panjang
membangun karir politik di masa mendatang. “Sebagai caleg terpilih
37
tentu pada saatnya Edhie Baskoro Yudhoyono akan mengabdi di DPR.
Itulah saatnya nanti dia mulai belajar hingga pada waktunya mengemban
tugas yang lebih berat lagi,” jelas SBY.
SBY yakin akan bermunculan banyak calon pemimpin baru pada
Pemilu 2014 kelak. Semua pihak dihimbau memberi kesempatan
bagi munculnya bakal penerus kepemimpinan RI itu. Mengingat
tantangan berat di masa depan, diharapkan para pemimpin baru itu
harus berkemampuan yang lengkap.
Pemimpin bangsa harus paham masalah bangsa, sanggup
menjalankan pemerintahan, memahami Pancasila dan Bhineka Tunggal
Ika, berkomitmen pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
memiliki integritas dan kapasitas, mampu menjalin persahabatan dengan
negara lain, dan mendapat dukungan rakyat. “Mari ikut memberikan
ruang bagi munculnya pemimpin baru itu nanti. Kami ikut mendorong
munculnya pemimpin baru,” tandas SBY.
Ibas saat meraih gelar Bachelor of Commerce in Finance and E-Commerce dari Curtin University of Technology, Perth, Australia,
41
Ratusan poster dan baliho Ibas memadati semua kota hinggga
pelosok yang ada di wilayah Dapil Jawa Timur VII. Mungkin karena
menyandang nama besar SBY, beberapa baliho dan poster itu
kerap hilang. “Sebagian termakan angin dan hujan, tapi beberapa
lainnya dibawa simpatisan pulang ke rumahnya. Umumnya ditempel di
dekat rumah mereka,” kata Aditya Djanaka, juru bicara Laskar Berlian.
Meski ada di nomor urut tiga pada daftar caleg Partai Demokrat di
Dapil Jatim VII, atribut kampanye Ibas terlihat paling mencolok di daerah
pemilihannya. Hasto Kristiyanto, kompetitor Ibas sebagai wakil dari PDIP
di Dapil Jatim VII dengan nomor urut dua itu, mengatakan membanjirnya
poster dan baliho itu cukup mendongkrak popularitas Ibas di masyarakat.
“Meski wajahnya tersebar di seluruh pelosok kampung, keberadaannya
secara langsung tak tampak sama sekali,” kritiknya seperti dikutip sejumlah
media.
Kemunculan Ibas di ranah politik praktis memicu reaksi miring dari para
pengamat politik karena SBY dinilai mulai mempraktekkan “politik dinasti”.
Namun, di internal Partai Demokrat, majunya Ibas sebagai caleg merupakan
sebuah kewajaran dan akan berimplikasi positif untuk mendulang suara
partai.
Ketua DPR RI yang juga Sekjen DPP Partai Demokrat Periode 2004-
2009, Marzuki Alie, menegaskan, pencalonan diri sebagai anggota legislatif
merupakan hak politik dari masing-masing kader. Dia menilai, Ibas sudah
bekerja sebagai kader dalam rentang waktu yang cukup. “Tentunya SBY
dan keluarga atau siapa pun tidak dapat menghalangi pilihan tersebut,”
tegasnya.
Perjuangandi Tanah Leluhur
E D H I E B A S K O R O Y U D H O Y O N O
42
Politisi senior Partai Demokrat lainnya, Sutan Bhatoegana, mengatakan
partai tidak pernah meragukan kapasitas Ibas mengingat latar belakang
pendi dikan yang telah dituntaskannya di Australia dan Singapura, meskipun
Ibas masih muda dan langsung terjun ke dunia politik selepas tamat kuliah.
“Perkataan tentang nepotisme mungkin benar. Tapi Ibas adalah
orang berpendidikan dan otaknya encer. Bukan semata-mata dijadikan
caleg. Ibas adalah kader Demokrat yang kebetulan saja anak Presiden,”
jelasnya. Menurut Sutan, Ibas meng ikuti irama Demokrat dari awal. “Jika
ada rapat di rumahnya, dia ikut. Jadi saya kira nggak ada yang aneh. Kita
butuh orang muda yang punya talenta,” tuturnya.
Sementara itu, mantan Ketua DPP Partai Demokrat, Syarif Hasan,
menilai pencalonan Ibas harus dilihat dalam konteks regenerasi
organi sasi. Untuk kelanggengan sebuah organisasi mutlak harus ada
generasi kedua. “Generasi kedua itu boleh siapa pun, asal ia mempunyai
kemampuan, acceptability, dan mampu mengemban tugas yang
diberikan oleh partai,” ujarnya.
Dalam penentuan kader di tiap daerah pemilihan, Partai Demokrat
menerapkan beberapa kriteria, di antaranya: 1) semaksimal mungkin
memenuhi unsur demografi (asal-usul caleg) karena ini akan
meningkatkan hubungan emosional antara caleg dengan pemilih; 2)
kinerja caleg di dapil tersebut; 3) ketokohan/citra caleg; dan 4) strategi
partai untuk meraih suara di dapil tersebut. Adapun penempatan
nomor urutnya akan ditentukan berdasarkan jenjang kepengurusan dan
aktifitas di partai, senioritas, dan tingkat resis tensi terkecil di antara caleg
pada dapil tersebut.
Awalnya, Ibas akan bertarung di Dapil DKI Jakarta II yang meliputi
Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan daerah pemilihan luar negeri.
Penem patan itu rasional karena Ibas merupakan koordinator wilayah
(Korwil) DKI Jakarta II. Para petinggi Partai Demokrat optimis Ibas akan
menjadi magnet utama di dapil itu. Optimisme ini kian kental karena
Ibas mendapat dukungan dari DPLN Partai Demokrat Malaysia yang
terbentuk pada 2 April 2006. Pada saat peresmian pembentukan DPLN
ini, Ibas dan sejumlah fungsionaris Partai Demokrat hadir. Ibas bahkan
langsung memberikan pengarahan kepada jajaran pengurus DPLN.
43
Ibas bersilaturahmi dengan masyarakat
“Kami sudah siap memenangkan Pak Ibas menjadi caleg dengan
nomor urut satu untuk Pemilu 2009,” ujar Wakil Ketua DPLN Partai
Demokrat, Misbahul Munir, di Kuala Lumpur, seperti dikutip detik.com.
Pada Pemilu 2004, Partai Demokrat hanya memperoleh suara sekitar
5.000 dari sekitar dua juta pemilih di Malaysia.
Namun, rapat penentuan caleg di Partai Demokrat akhirnya
memutuskan Ibas sebagai caleg di Dapil Jatim VII, yang salah satunya
mencakup Kabupaten Pacitan, tanah leluhurnya.
Ibas ditempatkan di Dapil Jatim VII disebabkan berbagai alasan.
Pertama, dia sebagai putra Pacitan yang diperkuat dengan ketokohan SBY.
Kedua, Ibas sebagai “wajah SBY” diperkirakan akan mampu mendulang
suara mayoritas di Dapil Jatim VII.
Alasan ketiga, kultur sosial masyarakat kota besar dengan
masyarakatnya yang heterogen sangat berbeda dengan kota kecil, di
mana faktor paternalistik masih sangat berperan.
Penempatan Ibas di Dapil Jatim VII membuat wilayah ini terlihat
menantang di mata lawan politik. Melihat sosok Ibas yang irit bicara,
44
sejumlah partai politik berpikir dapil ini akan menjadi peluang emas
untuk menaklukkan sekaligus mempermalukan SBY. Maka, tidaklah
mengherankan apabila isu Daftar Pemilih Tetap (DPT), money politics,
dan kapasitas Ibas saat kampanye memenuhi pemberitaan media hampir
setiap hari.
Anggapan bahwa Ibas akan mudah ditaklukkan merupakan awal
pemikiran yang keliru. Ibas cukup aktif karena tidak saja didukung oleh
tim sukses yang militan, namun juga hitungan yang sangat cermat dalam
setiap aktivitas kampanye. Tidak tanggung-tanggung, Ibas bahkan
memutuskan untuk tinggal di dapil tersebut selama masa kampanye.
Selama bermukim di dapil, Ibas tinggal di sebuah rumah kontrakan tipe
54, yang hanya tersedia 1 kamar tidur saja. Ini menunjukan totalitas Ibas
kepada konstituen untuk menjadi wakil rakyat dari dapil tersebut.
Tabel 2Data Pemilihan Dapil Jatim VII
45
“Itu sebabnya dia mempunyai daya pikat yang tinggi di Dapil Jatim VII.
Walaupun kita akui mayoritas orang melihat Ibas karena SBY. Ibas adalah
bibit yang bagus. Artinya, kekuatan yang ada di SBY ada pada diri Ibas,”
tutur Ramadhan Pohan, anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat yang
maju di dapil yang sama dengan Ibas.
Penempatan Ibas di Dapil Jatim VII dinilai sebagai strategi yang
jitu untuk mendulang suara Demokrat semaksimal mungkin. Kriteria
caleg seperti Ibas itulah yang dibutuhkan Demokrat untuk menerobos
kekuatan PDIP dan Golkar. Pada Pemilu 2004, PDIP meraih dukungan
mayoritas dengan tiga kursi DPR RI, Golkar dua kursi, serta Demokrat,
PAN, dan PKB masing-masing satu kursi. Situasi ini berbalik pada Pemilu
2009. Demokrat akhirnya mampu merebut kursi PDIP dan Golkar setelah
mendapatkan tiga kursi. PDIP, Golkar, PAN, PKB dan PKS harus puas
dengan masing-masing satu kursi.
Beruntung pencalonan Ibas di wilayah itu tidak membuat caleg
Partai Demokrat lain was-was dan gamang. Mereka tidak menganggap
Ibas sebagai musuh, melainkan aset yang luar biasa untuk bersinergi
dan berkolaborasi secara tidak langsung. Bahkan penempatan Ibas di
dapil tersebut seperti berkah bagi caleg-caleg Partai Demokrat yang
bertarung di tingkat DPRD. Karena secara umum, pencalonan Ibas turut
mendongkrak popularitas Partai Demokrat.
Di internal caleg Partai Demokrat kemudian terjadi semacam
pembagian “wilayah kekuasaan”. Ibas dan timnya fokus berkampanye
di wilayah perkotaan dengan menebar ribuan spanduk, poster, dan
baliho. Sementara caleg lainnya bergerak di pinggiran dan pelosok
lima kabupaten tersebut. Sebagian besar memilih berkampanye
menggunakan media radio yang bisa mencapai konstituen secara luas
hingga pedalaman. Selain itu, para caleg menggencarkan kunjungan
ke daerah untuk bertatap muka secara langsung dengan konstituen.
Ramadhan Pohan mengaku dirinya merambah 393 lokasi konstituen
yang belum tersentuh Ibas dan caleg lain. “Saya jalan ke manapun
tingkat elektabilitas Ibas cukup tinggi. Pusat kota sudah digarap Mas Ibas,”
katanya.
46
Polemik Nomor Urut Tak Surutkan Perolehan Suara Ibas Pada tahap awal penyusunan daftar caleg Dapil Jatim VII, Ibas pertama
kali ditempatkan di urutan pertama. Penempatan ini berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan partai, yakni jenjang kepengurusan dan aktivitas di
partai, senioritas, dan resistensi terkecil di antara caleg pada dapil tersebut.
Namun, kemudian posisinya “diturunkan” ke nomor tiga. Ketua DPP
Partai Demokrat periode 2010-2015, Anas Urbaningrum, bercerita bahwa
keputusan partai yang menarik Ibas ke nomor urut tiga ini sempat diprotes
oleh beberapa kader Demokrat yang berada di Dapil Jatim VII. “Dari DPC
(Dewan Pimpinan Cabang) banyak yang mengirim surat ke DPP agar Ibas
tetap berada di nomor satu,” katanya.
“SBY ingin membuktikan bahwa pencalonan Ibas tidak berlatar
belakang politik dinasti seperti ramai dibicarakan. Saya menangkap, SBY
ingin agar ada tanda yang kuat bahwa Ibas maju murni karena
kemampuannya,” tambah Anas.
Perubahan nomor urut Ibas bukannya tanpa alasan. Marzuki Alie
mengatakan bahwa SBY tampaknya menginginkan tidak ada korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) dalam penyusunan nomor urut caleg.
Sementara itu, Syarif Hasan mengatakan, penentuan nomor urut
dipengaruhi oleh tingkat senioritas kader dan kebijakan internal partai.
“Penempatan Ibas di nomor urut tiga saya kira adalah kebijakan partai yang
tepat, meskipun ada keinginan kuat di internal partai yang menginginkan
agar Ibas ditempatkan di nomor urut satu,” ujar Syarif.
Selain kebijakan perubahan nomor urut Ibas, isu penentuan caleg
terpilih berdasarkan suara terbanyak juga menjadi pembicaraan hangat
di internal Partai Demokrat. Menurut Syarif Hasan, sebelumnya putusan
Mahkamah Konstitusi (MK) itulah yang menetapkan penentuan caleg
terpilih berdasarkan suara terbanyak. “Karena itu, penempatan Ibas di
nomor urut manapun, kami yakin masyarakat akan memilihnya,” terang
Syarif.
“Ialah generasi muda yang memiliki kemampuan, kapasitas, dan
intelektual. Demokrat juga melakukan regenerasi. Saya pikir kebijakan
partai sudah tepat. Itu merupakan salah satu uji coba sejauh mana
generasi muda berhasil meraup suara,” jelas Syarif lagi.
47
Sementara itu, menanggapi keputusan partai terkait penempatan
nomor urut, Ibas berujar, “Saya merasa bahwa orang tua saya betul-
betul ingin melihat saya berjuang dengan keringat sendiri dan meraih
sebanyak-banyaknya pengalaman apapun hasilnya nanti. Hal ini
membuat saya semakin tertantang untuk terjun di tengah-tengah
konstituen”.
Partai Demokrat mendorong agar Ibas meraih suara sebanyak-
banyaknya, karena bila suara untuk Partai Demokrat membumbung,
tentu imbasnya akan melimpah kepada caleg lain. Apalagi, jauh sebelum
pelaksanaan kampanye, Ibas secara konsisten sudah turun ke lapangan
untuk melakukan sosialisasi.
“Kami melihat suara Ibas akan besar di Pacitan, dan ternyata hasilnya
banyak. Itu prestasi yang patut diapresiasi. Secara eksplisit, dapat
ditangkap besarnya harapan rakyat pada Ibas. Itu tanggung jawab Ibas
untuk mengembannya,” pungkas Syarif.
Rombongan Ibas dalam rangka sosialisasi langsung ke lapangan
51
Mahkamah Konstitusi (MK), pada 23 Desember 2008, menga-
bulkan uji materi atas Undang-Undang (UU) No. 10/2008
tentang Pemilihan Umum, Pasal 214 huruf (a), (b), (c),
(d), dan (e). Keputusan itu menandai sejarah baru dalam
khazanah pesta demokrasi Indonesia, karena untuk kali pertama, dalam
Pemilu 2009, penetapan caleg terpilih akan ditentukan dengan sistem
suara terbanyak.
Dalam putusannya, MK menilai pasal tersebut hanya menguntungkan
para caleg yang berada di nomor urut jadi, yakni 1, 2, dan 3. Sedang kan
caleg yang berada di nomor urut bawah, meskipun mendapatkan suara
terbanyak, perolehan suara mereka diberikan kepada nomor urut jadi.
Hakim MK saat itu, Arsyad Sanusi, menjelaskan, Pasal 214 huruf (a),
(b), (c), (d), dan (e), yang menentukan pemenang adalah yang memiliki
suara di atas 30 persen dan menduduki nomor urut lebih kecil adalah
inkontitusional, bertentangan dengan kedaulatan rakyat sebagaimana
diatur dalam UUD 1945.
Pasal tersebut, lanjut Arsyad, tidak adil karena mengandung standar
ganda yang memaksakan pemberlakuan hukum yang berbeda dalam
kondisi yang sama. “Yaitu menggunakan nomor urut dan perolehan suara
masing-masing caleg,” kata Arsyad.
Keputusan ini disikapi beragam oleh calon anggota legislatif. Caleg
yang sudah terlanjur mengeluarkan anggaran cukup besar untuk ber buru
nomor urut kecil terpaksa harus mengerahkan segenap daya upaya untuk
membuktikan bahwa mereka memang pantas menempati posisi teratas.
Sementara bagi caleg yang berada di nomor urut bawah, umumnya politisi
Modal Politik dan Sosial
E D H I E B A S K O R O Y U D H O Y O N O
52
pemula, keputusan MK itu menjadi energi baru yang mampu melecut
semangat mereka agar mampu menerobos dominasi caleg politisi senior.
Penetapan calon terpilih dengan suara terbanyak membawa
konsekuensi pada model kampanye. Pelaku kampanye menjadi tidak
terbatas pada partai sebagai subyek utamanya. Pertarungan juga terjadi
antar individu, baik satu partai maupun lintas partai yang diberi kedudukan
sama untuk memenuhi syarat mendapatkan kursi.
Hal ini berbeda dengan kampanye Pemilu Legislatif 2004, dimana
media kampanye baik media elektronik maupun cetak, rapat akbar,
ataupun dialog tertutup yang sangat menonjolkan simbol partai. Hanya
sedikit caleg yang berani melakukan kampanye politik secara individu.
Faktor penentuan caleg berdasarkan nomor urut membuat caleg-caleg
nomor bawah kehilangan semangat dan ambisi untuk bertarung dalam
masa kampanye.
Masa kampanye selama satu tahun ini kemudian banyak diisi oleh
iklan perseorangan dengan menonjolkan sisi individu dan didukung oleh
simbol partai di dalamnya. Komunikasi lebih ditekankan oleh perseorangan
dengan basis massa pendukung. Kondisi ini tentu saja mengharuskan
caleg untuk memiliki modal finansial dan sosial untuk bisa memenangkan
perebutan suara basis konstituen.
Sifat relasional dari kedua variabel ini sendiri bersifat substitute (saling
menggantikan). Modal sosial yang besar biasanya akan mengurangi
takaran dari modal finansial yang dibutuhkan, begitu pula sebaliknya.
Kedua modal inilah yang kemudian dipakai sebagai sarana untuk membuat
berbagai macam metode kampanye secara kreatif.
Berdasar pada kondisi inilah, sebuah riset dibutuhkan sebagai pijakan
awal seorang caleg untuk memulai kegiatan kampanye. Riset bisa membaca
dan memetakan seberapa besar modal sosial yang dimiliki kandidat.
Termasuk di antaranya adalah tingkat popularitas dan elektabilitas dari
caleg tersebut dibandingkan dengan kompetitor yang ada. Hal inilah yang
mendasari survei yang dilakukan Charta Politika Indonesia sebagai kerja
awal dari pemenangan Ibas di Dapil Jatim VII.
Dapil Jatim VII terdiri dari 3.040.005 pemilih yang menyediakan
delapan buah kursi untuk diperebutkan oleh para calon wakil rakyat di
53
Perolehan Jumlah Kursi Pemilu Legislatif 2004 Dapil Jatim VII
Nama Partai
Suara % Suara
Kursi Tahap
1
Sisa Suara
Peringkat Sisa Suara
Kursi Tahap
2
TotalKursi
% Kursi
PDIP 527.054 25.97 2 19.738 0 2 2 25
Golkar 383.204 18.88 1 129.546 1 2 2 25
PKB 327.099 16.12 1 73.441 0 1 1 12.5
Demokrat 216.593 10.67 0 216.593 1 1 1 12.5
PAN 122.679 6.05 0 122.679 1 1 1 12.5
PPP 73.613 3.63 0 73.613 1 1 1 12.5
PKS 67.308 3.32 0 67.308 0 0 0 0
Tabel 3
Grafik 2Daftar Pemilih Tetap (DPT)
Dapil Jatim VII
700.102
543.314596.889
446.047
Ponorogo Ngawi Magetan PacitanTrenggalek
54
tingkat nasional. Terdapat 129 caleg dari 35 partai yang memperebutkan
suara terbanyak dari lima kabupaten di dapil ini, yaitu Kabupaten Pacitan,
Ponorogo, Ngawi, Magetan, dan Trenggalek.
Adapun partai politik yang tidak mengirimkan wakilnya di daerah ini
adalah PKPB, PPIB, dan PPDI. Sementara parpol yang tercatat mengirimkan
caleg terbanyak adalah Partai Demokrat dan PDIP, masing-masing 10 orang.
Secara kuantitatif, Ponorogo dan Ngawi merupakan daerah yang
pali ng banyak memiliki jumlah pemilih dengan angka di atas 700 ribu
orang, kemudian diikuti oleh Trenggalek, Magetan, dan Pacitan, masing-
masing sekitar 500 ribuan.
Pada Pemilu 2004, dapil ini dikuasai oleh enam partai politik. PDIP dan
Golkar memimpin perolehan suara. Disusul oleh PKB, Partai Demokrat, PAN,
dan PPP (lihat Tabel 3). Adapun nama-nama caleg yang berhasil menjadi
0 5 10 15 20 25
Hasto Krisyanto
Subki Risya
Soetadji
Mahsusoh Ujiati
Heri Akhmadi
Anwar Yunus
Mardiana Indraswati
Yahya Zaini
Markum Singodimedjo
Hasto Kristiyanto
Grafik 3Popularitas Anggota DPR
Periode 2004–2009 dari Dapil Jatim VII(Februari 2009)
55
wakil rakyat di Dapil VII Jatim pada 2004 ini adalah Markum Singodimedjo
(Golkar), Yahya Zaini (Golkar), Heri Akhmadi (PDIP), Hasto Kristiyanto (PDIP),
Mardiana Indraswati (PAN), Anwar Yunus (Demokrat), Subki Risya (PKB),
dan Mahsusoh Ujiati (PPP).
Beberapa nama di atas maju kembali pada Pemilu 2009 seperti Heri
Akhmadi (PDIP), Hasto Kristiyanto (PDIP), Anwar Yunus (Demokrat),
Mahsusoh Ujiati (PPP), Mardiana Indraswati (PAN), dan Markum
Singodimedjo (Golkar). Tak dipungkiri mereka akan menjadi kompetitor
kuat mengingat modal jaringan dan popularitas yang telah dimiliki berkat
pemilu sebelumnya.
Hal ini terbukti dari hasil survei popularitas yang dilakukan oleh Charta
Politika Indonesia di dapil ini. Nama-nama tersebut cukup dikenal dan
memiliki kans yang kuat untuk terpilih mewakili Dapil Jatim VII.
Survei Awal Dapil dan Pemetaan Kompetitor Charta Politika Indonesia melakukan survei pada Februari 2009
terhadap 800 orang responden berusia 17 tahun ke atas yang tersebar di
80 primary sampling unit (PSU). Adapun 80 desa yang menjadi PSU survei
ini tersebar secara proporsional sesuai dengan jumlah penduduk masing-
masing kabupaten yang terdapat di Dapil Jatim VII. Metodologi penarikan
sampel survei sendiri dilakukan dengan memakai multi-stage random
sampling dengan tingkat kepercayaan 95 persen dengan margin of error
sekitar 3-4 persen. Metode wawancara dilakukan dengan tatap muka
secara langsung oleh para pewawancara terlatih.
Selain menggali persepsi pemilih mengenai figur caleg, survei ini juga
memetakan isu yang menjadi perhatian pemilh. Survei menunjukkan
bahwa masalah yang dianggap mendesak oleh para responden di dapil
ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan harga kebutuhan pokok.
Masalah ini dianggap sebagai masalah paling krusial baik dari sisi
egosentrik maupun sosiotropik. Menyusul kemudian masalah mengenai
kurangnya lapangan kerja serta biaya pendidikan yang masih dirasakan
tidak terjangkau bagi sebagian masyarakat.
Dalam pertanyaan lebih mendalam, ditemukan data bahwa mayoritas
responden merasa bahwa harga kebutuhan pokok selalu naik, kurangnya
56
penyediaan lapangan kerja dibandingkan dengan jumlah penduduk, serta
keterjangkauan biaya kesehatan dan pendidikan yang masih dirasa kurang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa perhatian utama dari masyarakat
tertuju kepada isu-isu ekonomi secara praktis yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Adapun isu-isu selain ekonomi yang mencuat
adalah korupsi, polusi, dan pelayanan birokrat dalam hal pembuatan Kartu
Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK), ataupun surat-surat lainnya (lihat Grafik 4 dan Grafik 5).
Responden juga mengidentifikasi kriteria ideal apa saja yang harus
dimiliki oleh seorang anggota DPR yang akan mewakili mereka. Jawaban
yang pertama muncul berkaitan dengan masalah intelektualitas yang
mereka ukur melalui tingkat pendidikan para caleg. Selanjutnya adalah
pengalaman yang dimiliki sebagai anggota DPR. Hal ini tentu saja
menguntungkan para incumbent yang akan berupaya untuk maju kembali.
Selain itu, faktor-faktor primordial seperti kesamaan agama, suku, dan
tingkat keaslian sebagai putra daerah juga masih memiliki pengaruhnya
sendiri di mata sebagian responden. Adapun faktor lain yang tersisa adalah
usia muda dan hubungan caleg dengan tokoh yang dianggap terpandang.
Survei ini juga memperlihatkan bagaimana posisi elektoral suatu partai
di mata responden (lihat Grafik 6). Dapat terlihat bahwa Partai Demokrat
menduduki posisi teratas baik dilihat secara tingkat keterpilihan maupun
tingkat kedekatan dengan masyarakat. Hasil ini berbeda dengan capaian
Pemilu 2004 yang menempatkan Partai Demokrat pada posisi empat di
bawah PDIP, Golkar, dan PKB. Pada survei ini, ketiga partai tersebut hanya
menduduki posisi kedua, tiga, dan empat.
Hasil ini berjalan lurus dengan jawaban responden atas pertanyaan
mengenai calon presiden yang menempatkan SBY pada urutan teratas
(lihat Grafik 7). Charta Politika juga menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan prediksi me ngenai perilaku pemilih dikaitkan dengan kampanye
yang akan berlangsung. Didapat jawaban bahwa ternyata kebanyakan
dari responden lebih merasa nyaman dengan kegiatan tatap muka dan
kunjungan dibandingkan dengan model kampanye dengan pawai, rapat
umum, atau melalui pengerahan massa. Mayoritas responden menjawab
tidak lagi tertarik untuk mengikuti kampanye terbuka (lihat Grafik 8).
57
Grafik 4Masalah Paling Mendesak
(Sosiotropik, Februari 2009)
Sulitnya memenuhi kenutuhan pokokSulitnya mencari lapangan kerja
Kebutuhan biaya sekolah yang maiin tinggiPengangguran dan kemiskinan
Mencari modal untuk usaha sangay sulitLainnya
Kurangnya pembangunan jalan rayaKorupsi di pemerintahan
Biaya kesehatan tidak terjangkauPelayanan publik (KTP/SIM/STNK dll) yang
bertele-teleKetidakamanan/ketidaktetiban lingkungan
Grafik 5Masalah Paling Mendesak (Egosentrik, Februari 2009)
58
Hasil terakhir dari survei adalah menggali preferensi pemilih ter-
hadap nama caleg dan tanda gambar partai. Ditemukan hasil bahwa para
responden akan lebih memerhatikan tanda gambar partai dibandingkan
de ngan nomor urut maupun nama calon legislatif. Fakta ini sebenarnya
menyulitkan para caleg yang tidak berasal dari partai besar dan berada di
nomor urut bawah.
Maju Sebagai Unggulan Khusus mengenai Ibas, survei juga menanyakan mengenai tingkat
popularitas dan elektabilitas dari caleg-caleg yang ada, baik berupa
pertanyaan tertutup ataupun terbuka. Dimulai dengan pertanyaan
mengenai tingkat popularitas yang menempatkan Ibas pada posisi kedua
caleg terpopuler setelah Markum Singodimedjo, caleg dari Partai Golkar
(lihat Grafik 9). Di susul oleh calon-calon lain yang kebanyakan adalah sosok
incumbent.
Grafik 6Partai yang Paling Dirasa Dekat
(Februari 2009)
59
Grafik 7Pemilihan Presiden dalam Pemilu 2009
(Februari 2009)
Grafik 8Medium Kegiatan Kampanye
(Februari 2009)
60
Hasilnya cukup menggembirakan, mengingat Ibas adalah caleg baru
yang sebelumnya tidak pernah terlibat dalam politik lokal di Dapil Jatim
VII. Bandingkan dengan sosok Markum yang notabene adalah seorang
mantan Bupati Ponorogo, sekaligus anggota DPR RI dari Dapil Jatim VII
pe riode 2004-2009.
Sementara itu, pada tingkat keterpilihan, Ibas berada pada posisi
pertama, diikuti oleh Markum Singodimedjo pada posisi kedua (Grafik 10).
Adapun calon lain dari Partai Demokrat yang juga masuk di dalam daftar
adalah Anwar Yunus dan Ramadhan Pohan pada urutan tiga dan sembilan.
Anwar Yunus adalah anggota DPR yang berhasil menduduki satu-satunya
kursi Partai Demokrat di Dapil Jatim VII periode 2004-2009. Sementara
Ramadhan Pohan adalah mantan Pemimpin Redaksi Jurnal Nasional, yang
memiliki kedekatan politik dengan Partai Demokrat.
Grafik 9Tingkat Popularitas Kandidat
(Februari 2009)
61
Grafik 10Tingkat Keterpilihan Caleg
Simulasi 24 Nama (Februari 2009)
Berdasarkan temuan-temuan data di atas dan pemetaan yang detail
atas kondisi demografis dan elektoral, maka disusunlah sebuah strategi
kampanye dan target kemenangan.
Strategi kampanye yang dirancang tim pemenangan Ibas meliputi
pencitraan, penetapan target pemilih, dan pengendalian isu. Secara
umum ditargetkan bahwa Ibas dengan potensi awal yang dimiliki dapat
meningkatkan tingkat elektabilitasnya mendekati tingkat elektabilitas
Partai Demokrat. Untuk mencapai hasil tersebut, tim pemenangan juga
menargetkan bahwa pada masa akhir kampanye, para sukarelawan
pemenangan harus telah menemui sekitar 470 ribu pemilih secara
langsung.
65
Keberhasilan seorang caleg meraih dukungan masyarakat, salah
satunya ditentukan oleh berjalannya mesin politik yang diawaki
tim sukses yang solid, militan, dan profesional. Tim sukses adalah
suatu kebutuhan untuk mencapai tujuan politik.
Lahirnya keputusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan
pemenang pemilu berdasarkan suara terbanyak membuat caleg harus
bekerja lebih keras lagi. Mereka harus bertarung dengan memanfaatkan
segenap sumber daya yang dimilikinya karena kemenangan untuk
melangkah ke Senayan kini terbuka lebar meskipun caleg berada di
nomor urut bawah.
Ibas menyadari betul konsekuensi dari keputusan politiknya untuk
memasuki arena pemilihan dan lahirnya keputusan MK tersebut. Ia pun
memutuskan untuk membangun tim sukses demi memuluskan proses
pencalonannya.
Lalu, dari mana tim sukses itu berasal? Banyak calon legislatif yang
hanya bertumpu pada jaringan kekerabatan untuk menjadi motor
pemenangan. Tak sedikit pula yang hanya memercayakan aktivitas
kampanye pada konsultan profesional. Langkah paling ideal tentu saja
memadukan unsur kekerabatan, pertemanan, dan profesional dalam
suatu desain tim sukses yang solid. Pilihan inilah yang kemudian diambil
oleh Ibas.
Pada tahap awal, Ibas melibatkan teman-temannya yang selama ini
sering menemaninya di luar aktivitas politiknya. Bagi Ibas, komponen
utama dalam lingkaran utama tim politiknya adalah teman-teman yang
mengenal betul dirinya dan keluarganya. Prinsip yang dikedepankan
Strategi MerebutHati Rakyat
E D H I E B A S K O R O Y U D H O Y O N O
66
dalam pemilihan ini adalah unsur kepercayaan. Bagaimanapun
kepercayaan adalah elemen yang paling mahal dalam membangun tim
yang solid. Mencari tenaga ahli dan pakar bukanlah hal yang sulit. Namun
kepakaran tanpa kepercayaan tidak menjamin terbangunnya tim yang
efektif. Diperlukan proses untuk membangun kepercayaan.
Dengan pertimbangan di atas, Dino dan Adit, dua karib Ibas, ditunjuk
menjadi tim utama pemenangan di Dapil Jatim VII. Dino dipercaya
sebagai manajer kampanye yang bertanggung jawab terhadap day-to-
day aktivitas politik. Sedangkan Adit bertanggung jawab dalam urusan
keuangan tim.
Adit dan Dino kemudian mendapatkan mandat penuh dari Ibas
untuk menyusun tim sukses yang kemudian diberi nama Laskar Berlian.
Penggunaan kata Laskar diawal kata Berlian terinspirasi dari novel best
seller Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Laskar Berlian adalah kumpulan tim sukses Ibas yang dirancang untuk
menyokong transformasi politik Ibas dari dunia non-politik ke dunia
politik. Namun, karena Laskar Berlian belum memiliki pengalaman dan
jam terbang politik yang cukup, pihak keluarga dan orang-orang terdekat
Istana menyarankan agar Ibas didampingi pihak lain yang berpengalaman
atau konsultan politik.
Pembagian kerja pun dibuat untuk menyinergikan target dan tujuan
pemenangan pemilu dan menghindari tumpang tindih pekerjaan di
lapangan. Fox Indonesia, konsultan politik Partai Demokrat, ditunjuk oleh
Ibas untuk menggarap pencitraan dan media. Selain menunjuk Fox, Ibas
juga melibatkan Charta Politika Indonesia.
Untuk menjalankan aktivitasnya masing-masing, Fox, Charta Politika,
dan Laskar Berlian membuat struktur tim masing-masing, serta posko
untuk mengkoordinir kebutuhan tim.
Laskar Berlian bertugas dan bertanggung jawab terhadap publikasi
Ibas baik dalam media massa maupun lewat atribut seperti spanduk,
baliho, billboard, dan sejenisnya, yang mencerminkan aktivitas “serangan
udara”.
Pemasangan atribut ini dilakukan secara sistematis dengan penentuan
tempat-tempat strategis yang dikoordinasikan dengan dua tim lainnya.
67
Struktur Organisasi Tim Kampanye
Koordinator Dapil
KoordinatorPonorogo
KoordinatorNgawi
KoordinatorPacitan
Asisten Bidang
Admin & Database
Relawan
Asisten Bidang
Admin & Database
Relawan
Asisten Bidang
Admin & Database
Relawan
Asisten Bidang
Admin & Database
Relawan
Asisten Bidang
Admin & Database
Relawan
KoordinatorTrenggalek
KoordinatorMagetan
Asisten Bidang Admin & Database
Asisten Bidang Logistik
Untuk membantu pelaksanaan kerjanya, Laskar Berlian juga merekrut
jaringan relawan di setiap kecamatan yang bertugas untuk membantu
pemasangan dan pengamanan atribut.
Sedangkan Fox Indonesia dipercaya untuk merancang dan
mengendalikan kampanye media dan publikasi Ibas, temasuk
bertanggung jawab terhadap pemasangan atribut kampanye.
Apabila Fox dipercaya menggarap kampanye udara, maka Charta
diberikan mandat penuh untuk menganalisa, dan menyiapkan strategi
kampanye serta menggarap kampanye di tingkat grassroots.
Charta Politika Indonesia, yang dikenal atas kelengkapan data
politiknya, bertugas memberikan rekomendasi strategi untuk
pembentukan opini dan materi kampanye berdasarkan data-data yang
68
dimiliki. Sementara tugas Laskar Berlian meliputi koordinasi semua
aktivitas kampanye dan membiayai kebutuhan-kebutuhan dari semua
aktivitas kampanye, termasuk membuka jalur koordinasi dan komunikasi
dengan internal pengurus Partai Demokrat di Dapil Jatim VII.
Survei dan Riset sebagai Landasan Strategi Tudingan bahwa kemenangan Ibas dilatari oleh money politics tentu
saja menafikan strategi kampanye yang ditopang oleh riset politik dan
metode komunikasi politik yang efektif. Sepanjang kampanye, semua
lini tim kampanye Ibas bergerak menembus segala lapisan masyarakat.
Strategi ini tidak sembarangan bergerak karena dipandu hasil riset yang
akurat serta sasaran tertentu yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil survei awal Charta Politika pada Februari 2009,
dapat ditarik beberapa kesimpulan, di antaranya: pertama, tingkat
elektabilitas partai. Kalau Pemilu Legislatif diadakan bulan Februari 2009,
Partai Demokrat akan memperoleh suara terbanyak (32,17%) disusul
PDIP (19,22%), Golkar (11,21%), PKB (4%), PPP (2,53%), PAN (1,86%), dan
PKS (1,46%).
Dari survei awal ini, juga diketahui pemilih yang belum menentukan
pilihan (undecided voters) berpotensi untuk mengalihkan suara ke partai-
partai besar yakni PDIP, Golkar, Demokrat, dan PKB. Di antara pemilih
Demokrat ada potensi peralihan suara ke PDIP (11%), Golkar (9%),
Gerindra (3%), PKS (2%), dan PKB (2%).
Berdasarkan penyebarannya, undecided voters tertinggi berada di
Ponorogo dan terendah di Pacitan. Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara pemilih laki-laki atau perempuan. Begitu juga jumlah
undecided voters dari variable gender yang memiliki proporsi seimbang
antara laki-laki dan perempuan.
Kedua, perubahan peta politik. Hasil survei di atas menunjukkan
perubahan peta politik di Dapil Jatim VII bila dibandingkan dengan
peroleh an suara dalam Pemilu 2004. Pada Pemilu 2004, Partai Demokrat
hanya berada dalam ranking empat besar dengan jumlah suara 10,67%.
Kini, Partai Demokrat telah menempati ranking pertama menggusur PDIP
yang dalam Pemilu 2004 memperoleh suara terbanyak (25,97%). Kenaikan
69
Ibas menampung aspirasi masyarakat
di Dapil Jatim VII
Masyarakat memberikan hak pilih pada Pemilu Legislatif 2009
70
suara Partai Demokrat diikuti dengan penurunan tajam perolehan suara
PKB dari 16,12% dalam Pemilu 2004 menjadi 4%. Golkar juga mengalami
penurunan signifikan dari 18,88% ke 11,21%.
Selain Partai Demokrat yang mengalami kenaikan impresif, Gerindra
yang merupakan partai baru, juga memperlihatkan performa yang
meyakinkan. Hasil survei ini memperlihatkan perubahan yang mena rik
jika dibandingkan dengan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) periode
September 2008. Survei LSI masih menunjukkan dominasi PDIP (23,5%),
tapi elektabilitas partai berlambang moncong putih ini mengalami
penuruan pada survei Charta Politika, Februari 2009.
Ketiga, tingginya angka swing voters (pemilih mengambang). Hasil
survei menunjukkan adanya sekitar 50% responden yang masih ragu
dan masih mungkin untuk mengubah pilihannya. Hanya 20,1% yang
menyatakan sangat mantap dan tidak akan mengubah pilihannya.
Artinya, 50% responden di Dapil Jatim VII, jika pemilu diadakan ketika
survei sedang berjalan, masuk dalam kategori swing voters. Kondisi ini
memaksa setiap caleg untuk bekerja lebih keras meyakinkan pemilih.
Sementara, jumlah undecided voters menyangkut pertanyaan soal
parpol yang akan dipilih dalam pemilu nanti hanya 15,5%. Namun jika
responden diberikan 24 pilihan nama-nama caleg saja (tanpa parpol
pengusungnya), tingkat undecided voters melonjak menjadi 63%. Jika
pilihan calegnya dikurangi menjadi 14 nama saja, tingkat undecided
voters berkurang menjadi 25,5%. Undecided voters tertinggi tersebar di
rentang usia 31-40 tahun. Sementara terendah ada pada pemilih pemula
17-22 tahun. Peringkat undecided voters berdasarkan kategori usia adalah
sebagai berikut: 31-40 tahun, 51>, 23-30 tahun, 41-50 tahun, dan 17-22
tahun. Penting untuk catatan bahwa secara keseluruhan jumlah pemilih
yang sudah mantap dengan pilihannya melebihi jumlah undecided voters.
Keempat, tingkat popularitas dan elektabitas kandidat. Di antara 24
nama caleg yang disurvei dari 12 partai besar dan baru, caleg dari Partai
Golkar, Markum Singodimejo, meraih tingkat popularitas paling tinggi
sebesar 21,19%, disusul Ibas (Demokrat, 20,68%). Selebihnya, caleg-
caleg lain yang berada dalam dapil yang sama hanya dikenal pemilih di
bawah 10%.
71
Meskipun dari tingkat popularitas Markum lebih unggul sedikit
dibanding Ibas, namun tingkat elektabilitas Ibas jauh mengungguli
Markum. Dari pilihan 24 nama-nama caleg terkuat dari lintas partai,
Ibas memperoleh 13,23%, disusul Markum (9,12%) dan Anwar Yunus
(Demokrat, 3,59%). Bila pilihan caleg dikerucutkan menjadi 14 nama,
elektabilitas Ibas melonjak menjadi 17%, disusul Markum (10%), Anwar
Yunus (4%), Mardiana Indraswati (PAN, 3%), dan Hasto (PDIP, 3%). Bisa
disimpulkan bahwa kompetitor eksternal paling kuat untuk Ibas adalah
Markum, sementara kompetitor internal Demokrat adalah Anwar Yunus.
Kelima, basis lumbung suara partai. Dilihat dari distribusi suara partai-
partai, maka lumbung suara Partai Demokrat adalah Pacitan, sementara
PDIP adalah Ngawi, dan Golkar di Ponorogo. Namun Partai Demokrat cukup
mendapatkan suara di Trenggalek dan Ponorogo. PDIP juga tidak terlalu
buruk performanya di Ponorogo. Hal ini menunjukan bahwa Ponorogo
adalah the real battle field yang diperebutkan banyak partai dan caleg.
Metode MicrotargetingAnalisis Varians dengan Memadukan Data Demografis dan Data Elektoral
Ditemukan variabel-variabel demografis yang berpengaruh positif terhadap suara Demokrat.
Output : Ditemukannya variable-variable demografis yang berpengaruh positifterhadap suara Demokrat
72
Keenam, distribusi suara ke Partai Demokrat untuk pemilu legislatif
tingkat nasional relatif solid. Artinya, pemilih Partai Demokrat di tingkat
kabupaten dan provinsi, sebagian besar juga memilih Partai Demokrat
di tingkat DPR RI. Tetapi, ada distribusi suara yang tidak cukup besar,
tapi masih bisa dimaksimalisasi, yaitu dari mereka yang memilih PKB
dan Golkar di tingkat kabupaten dan provinsi, tapi memilih Demokrat di
tingkat nasional. Temuan ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan
jika ada “calo-calo politik” dari partai lain yang mengklaim bisa
mengarahkan pemilih dari non-Demokrat untuk melakukan split voting
ticket di tingkat DPR RI.
Analisis Microtargetting Agar terhindar dari kampanye sporadis yang tidak efektif dan
melelahkan, perlu disusun strategi kampanye berdasarkan analisis
microtargetting. Analisis ini dapat memberikan efisiensi dan efektivitas
kampanye dengan mengetahui potensi lumbung suara Demokrat
beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Analisis microtargetting merupakan metode yang kerap digunakan di
Amerika Serikat untuk menetapkan secara jitu target kampanye. Analisis
dilakukan dengan menggabungkan data suara pemilu terakhir dengan
karakter demografis di wilayah tersebut. Sehingga dapat dilihat titik-titik
persinggungan antara basis suara elektoral dengan komunitas ranah
publik tertentu. Sebagai contoh, di Amerika, analisis microtargetting
dapat mengindentifikasi secara detil rumah-rumah penduduk yang
merupakan pendukung Partai Republik atau Partai Demokrat dengan
ciri khas yang ada pada rumah-rumah tersebut, seperti adanya arena
bermain anak-anak di halaman rumah.
Penerapan analisis microtargetting di Dapil Jatim VII juga akan dapat
membantu tim pemenangan untuk melakukan pemetaan daerah
potensial bagi target kampanye. Analisis microtargetting dilakukan
dengan memadukan data-data demografis Dapil Jatim VII dengan data
elektoral Dapil Jatim VII.
Untuk itu, dilakukanlah analisis mengenai daerah mana saja yang
menjadi kekuatan dan kelemahan Demokrat berdasarkan data pemilu
73
Tabel 6
Tabel 7
No.
1
2
3
4
5
6
Kecamatan
Punung
Bandar
Kebon AG
Tulakan
Bandar
Ngadirejo
Desa
Punung
Bandar
Ketro
Bubakan
Jeruk
Wonokarto
SuaraDemokrat
1332
1616
687
829
941
1043
Posyandu
8 unit
7 unit
7 unit
8 unit
6 unit
8 unit
PasarTanpa
Bangunan
1
1
1
1
1
2
Suara
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
2 unit
Desa Microtarget Kampanye di Pacitan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Kecamatan
Pulung
Mlarak
Babadan
Babadan
Pulung
Pulung
Sooko
Ngebel
Desa
Bekiring
Kaponana
Kadipaten
Romahan
Jeruk
Munggung
Ngadirejo
Wagirlor
560
466
522
553
442
483
579
645
Koperasi
0
0
2
1
0
0
1
0
Puskesmas
4 unit
4 unit
4 unit
4 unit
6 unit
5 unit
6 unit
5 unit
Desa Microtarget Kampanye di Ponorogo
SuaraDemokrat
74
Tabel 8
Tabel 9
Desa Microtarget Kampanye di Magetan
No.
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
Magetan
Maospati
Magetan
Plaosan
Magetan
Sukomoro
Barat
Desa
Selosari
Maospati
Tawangan
Dadi
Kepolore
Pojoksari
Purwodadi
SuaraDemokrasi
660
704
690
491
682
517
412
Posyandu
9 unit
9 unit
7 unit
8 unit
12 unit
5 unit
5 unit
Desa Microtarget Kampanye di Ngawi
No. Kecamatan Desa SuaraDemokrasi
KeluargaMiskin
Posyandu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sine
Kendal
Jogorogo
Ngawi
Paron
Ngawi
Widodar
Ngawi
Ngawi
Ngawi
Tulakan
Sidorejo
Jogorogo
Karangas
Ngale
Karang T
Kauman
Margomul
Katenggi
Grodu
326
401
504
427
369
322
352
535
473
503
570 keluarga
489 keluarga
686 keluarga
746 keluarga
738 keluarga
327 keluarga
319 keluarga
431 keluarga
304 keluarga
696 keluarga
8 unit
7 unit
10 unit
8 unit
6 unit
6 unit
7 unit
5 unit
6 unit
6 unit
75
2004 dan survei Februari 2009 untuk kemudian dihubungkan dengan
data demografis di wilayah tersebut. Output dari tahap pertama ini
adalah ditemukannya variabel-variabel demografis yang berpengaruh
positif terhadap suara Partai Demokrat.
Dari pelaksanaan tahapan pertama ini, dapat diperoleh beberapa
ke simpulan. Pertama, variabel posyandu dan pasar tanpa bangunan
selalu berkorelasi signifikan terhadap suara Partai Demokrat pada kese-
luruhan Dapil Jatim VII. Kedua, kampanye yang dilakukan di titik-titik
posyandu dan pasar tanpa bangunan dapat memberikan efek yang
signifikan terhadap perolehan suara Demokrat secara keseluruhan.
Ketiga, untuk Kabupaten Ngawi, segmen keluarga miskin harus diberikan
perhatian lebih untuk program kampanye. Keempat, untuk Kabupaten
Ponorogo, segmen buruh pabrik serta koperasi merupakan titik strategis
untuk kampanye Demokrat. Sementara di Kabupaten Trenggalek, tidak
ditemukan adanya variabel demografis yang signifikan.
Setelah analisis tahap pertama selesai, analisis microtargetting
dilanjutkan pada analisis tahap kedua. Analisis ini menggunakan analisis
varian dengan dendrogram dan eucledian distance untuk menemukan
desa-desa dengan karakteristik demografis yang signifikan dan suara
Demokrat yang tinggi. Kecamatan yang telah keluar namanya adalah
lokasi yang berpotensi untuk mempertahankan dan meningkatkan
suara Demokrat.
Dengan analisis tahap kedua ini dapat ditarik beberapa kesimpulan
utama, yakni: pertama, total suara Demokrat pada desa-desa pilihan
microtargetting mencapai 19.000 suara atau sekitar 8% bilangan pembagi
pemilih (BPP) tahun 2004. Dengan mengkapitalisasi variabel demografis
yang berpengaruh terhadap suara Demokrat, jumlah 19.000 suara dapat
ditingkatkan secara signifikan. Kedua, hasil microtargetting dengan
mengoptimalkan infrastruktur (posyandu, pasar, dan jumlah keluarga
miskin) yang telah ditemukan akan memberikan spin effect pada desa-
desa sekitar.
76
Grafik 11Media yang Paling Membantu Pemilih
Mengenal Caleg (Februari 2009)
Grafik 12Koran yang Paling Banyak Dibaca
(Februari 2009)
77
Analisis BrandingDalam perspektif ilmu periklanan, branding merupakan sebuah upaya
untuk mengomunikasikan sebuah gagasan, ide, atau produk baru
sehingga gagasan, ide, atau produk tersebut diketahui, dipertimbangkan,
dan akhirnya dipilih atau digunakan konsumen.
Pada dasarnya, branding dalam politik praktis dapat berfungsi untuk
memperkenalkan caleg kepada masyarakat sehingga namanya diketahui,
diingat, dipertimbangkan, dan dipilih pada saat pencoblosan. Branding
ini merupakan tahapan sangat krusial yang menyebabkan caleg itu
dikenal atau tidak oleh calon pemilih.
Ibas merupakan bintang baru dalam pesta demokrasi 2009. Sebagai
pemain baru, meskipun seorang anak presiden, ia belum banyak dikenal
masyarakat. Dalam upaya pengenalan kepada masyarakat inilah, Charta
Politika melakukan analisis branding terhadap Ibas.
Analisis branding didasarkan pada tiga metode penelitian, yaitu:
pertama, desk study melalui penelusuran dokumen Ibas. Kedua, survei
dapil melalui penelitian kuantitatif dengan sampel penelitian 800 orang
responden di lima kabupaten Dapil Jatim VII. Ketiga, Forum Group
Discussion (FGD) dapil melalui penelitian kualitatif dengan menggunakan
in-depth interview dan observasi dengan sampel penelitian 30 orang
(laki-laki dan perempuan) dari lima kabupaten di Dapil Jatim VII.
Dalam penelusuran desk study oleh Charta Politika, artikel
mengenai Ibas tidak mudah ditemukan, baik di media cetak maupun
internet. Aktivitas politik Ibas belum banyak diliput oleh media massa.
Penelusuran dokumen melalui Internet hanya menemukan berita
mengenai kelulusannya sebagai sarjana dan pengangkatannya sebagai
Ketua Departemen Kaderisasi DPP Partai Demokrat.
Berdasarkan data Charta Politika selama 2008 hingga awal 2009, Ibas
belum pernah mengeluarkan pernyataan di media nasional (Kompas,
Media Indonesia, Republika, Rakyat Merdeka, dan Seputar Indonesia).
Satu-satunya artikel wawancara mengenai Ibas hanya diperoleh dari
harian Jurnal Nasional.
Namun, Charta Politika melihat Ibas memiliki potensi publisitas.
Potensi tersebut meliputi, pertama, kapasitas intelektual Ibas yang
78
menamatkan jenjang S1 di Australia dari Curtin University, bidang Finance
and Electronic Commerce, dan meraih gelar master di bidang International
Political Economy, dari Rajaratnam School of International Studies (RSIS),
Nanyang Technological University (NTU), Singapura.
Ibas juga memiliki potensi jaringan internasional dari latar
belakang pendidikan, profesional, dan organisasionalnya yang dapat
dipubilisitaskan. Misalnya, jaringan internasional yang dimiliki Ibas yang
dapat dikapitalisasi adalah jaringan masa kuliahnya di Australia dan
Singapura. Ia juga pernah diundang oleh pemerintah Jepang dan dijamu
oleh PM Jepang periode 2007-2008, Yasuo Fukuda, sebagai bagian dari
pemimpin muda nasional.
Berdasarkan hasil desk study inilah, Charta Politika memberikan
rekomendasi bagi personal branding Ibas. Rekomendasi tersebut adalah:
1) perlunya peningkatan ekspose media terhadap kegiatan Ibas, 2)
aktivitas dan pemikiran Ibas sebaiknya mendapat liputan oleh media.
Ibas bertemu dengan pelajar di Dapil Jatim VII
79
Selain itu, Charta Politika juga menyarankan enam isu utama dalam
kampanye, di antaranya ialah isu pertanian. Isu tersebut memiliki
bobot liputan media sebesar 168,000. Kedua, isu penurunan harga
sembako. Isu ini mendapat liputan media sebesar 147,700. Ketiga, pe-
nguatan visi dan misi politik. Keempat, penguatan partai politik. Kelima,
pentingnya kehidupan beragama yang toleran dan terbuka. Keenam,
perlunya kapitalisasi jaringan internasional Ibas, terutama dalam konteks
bagaimana jaringan internasional ini dapat berkontribusi terhadap
pengu atan ekonomi lokal dan penguatan kapasitas lokal.
Selain melakukan desk study, tim Charta Politika juga menggali opini
dari pemilih mengenai sosok yang mereka harapkan untuk menjadi wakil
rakyat mewakili dapil mereka serta masalah yang dianggap penting.
Pertanyaan-pertanyaan ini juga dimasukan di survei awal Charta Politika
pada Februari 2009. Selain itu juga ditanyakan beberapa isu penting lain
terkait dengan keperluan pencitraan seperti metode kampanye yang
efektif, atribut kampanye yang paling digemari, serta terhadap media
yang paling efektif untuk sosialisasi caleg.
Dari hasil survei dapil diketahui bahwa kriteria seorang anggota
yang DPR ideal adalah memiliki gelar pendidikan tinggi (80,7%), punya
pengalaman sebagai anggota DPR (71,9%), kesamaan agama dengan
responden (68,8%), putra daerah (67,25%), kesamaan suku dengan
responden (55,7%), masih berusia muda di bawah 40 tahun (55,5%) dan
memiliki hubungan darah dengan tokoh terpandang (39,9%).
Isu yang relevan untuk kampanye berdasarkan survei adalah: sulitnya
memenuhi kebutuhan pokok (45%), sulit mencari lapangan kerja (14%),
biaya pendidikan yang mahal (10%), pengangguran dan kemiskin an
(9%), dan kesulitan mencari modal usaha (8%).
Medium sosialisasi dan kegiatan yang paling efektif untuk digunakan
adalah: pertemuan tatap muka (32%), kunjungan (28%), rapat umum
(22%), pawai di jalan (19%), talkshow di televisi (12%), dan talkshow di
radio (10%). Sementara atribut kampanye yang paling digemari adalah
kaos dan jam dinding.
Diketahui pula media eksposur Ibas adalah media lokal, terutama
untuk media cetak. Media-media itu adalah Grup Jawa Pos (Radar Madiun
80
Ibas bertemu dengan sejumlah anggota
tim pemenangannya di Dapil Jatim VII
dan Radar Pacitan), Surya, dan Memorandum. Yang perlu diingat adalah
tingkat readership di daerah sangat rendah, sehingga metode tatap muka
dan kunjungan ke lapangan masih menjadi metode paling efektif dalam
kampanye politik.
Berdasarkan hasil survei dapil, tim Charta Politika kemudian me-
rekomendasikan beberapa hal, yakni: a) pentingnya upaya kapitalisasi
latar belakang pendidikan Ibas yang memiliki gelar pendidikan tinggi,
seorang putra daerah, masih berusia muda, dan anak dari Presiden RI;
b) Meningkatkan media eksposur dan tingkat kunjung an lapangannya;
c) Cermat terhadap agenda setting media dan mencermati isu-isu
yang berkembang di media massa; d) penggunaan isu-isu yang
berhubungan langsung dengan masyarakat bawah ketika melakukan
kunjungan ke daerah; e) pentingnya desain atribut kampanye yang
kreatif.
81
Riset lain yang tidak kalah pentingnya adalah Focus Group Discussion
(FGD) di dapil. FGD dilakukan pada 26 Januari 2009 secara paralel pada
semua kabupaten. Sampling diambil dari masing-masing kabupaten
dengan sebaran gender yang berimbang. Usia paling muda adalah 26
tahun dan paling tua adalah 50 tahun. Profesi responden beragam mulai
dari petani, guru, karyawan swasta, dan wiraswasta.
Berikut hasil temuan utama FGD yang tersebar di lima kabupaten.
FGD Ponorogo Untuk FGD di Ponorogo dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama,
kultur masyarakat Ponorogo adalah masyarakat yang sabar. Kedua, pada
level isu, masyarakat menganggap kelangkaan pupuk sebagai masalah
utama mereka. Ungkapan kefrustrasian mereka atas langkanya pupuk,
misalnya seperti: “Pupuk tidak apa mahal, yang penting ada”.
Masyarakat juga mengalami kebingungan menghadapi pemilu dan
bersikap apatis terhadap politik. Menurut masyarakat, partai politik tidak
memiliki visi politik yang jelas. Masyarakat terbuka terhadap isu money
politics. Bahkan secara terang-terangan mereka mengaku tidak tertarik
mengikuti pemilu jika tidak diberi uang, atau ongkos transportasi.
Ketiga, temuan performa caleg. Masyakat berharap caleg harus
berkampanye secara langsung menemui masyarakat. Masyarakat merasa
Ibas tidak perlu bertandem karena dikhawatirkan akan mempengaruhi
citra politik Ibas. Masyarakat merasa belum mengenal Ibas secara
baik. Menurut masyarakat track record Ibas juga belum jelas. Masyarakat
mempersepsikan Ramadhan Pohan sebagai caleg yang paling sering
turun ke lapangan. Namun belum terlambat untuk Ibas sepanjang
mengintensifkan kunjungan dalam dua bulan sisa masa kampanye.
Keempat, temuan model kampanye. Masyarakat menginginkan
adanya kampanye terbuka. Laki-laki umumnya menginginkan kampanye
dengan panggung hiburan. Sementara perempuan menginginkan
acara jalan santai. Masyarakat merekomendasikan pesantren dan petani
sebagai point of entry dalam berkampanye/turun ke lapangan.
82
Kelima, temuan atribut. Masyarakat beranggapan, nomor urut caleg
sangat penting. Menurut masyarakat pemilihan font juga penting dalam
desain atribut.
FGD Ngawi Pertama, temuan isu lokal. Fenome na kelangkaan pupuk begitu
merepotkan masyarakat Ngawi dan harga jual pupuk yang mahal.
Minimnya teknologi pertanian, sempitnya lapangan pekerjan, banyaknya
jalan rusak, tidak jelasnya dana alokasi pembangunan, sangat apresiatif
terhadap program pemerintah KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan PNPM
Mandiri, menjadi beberapa isu utama di masyarakat.
Kedua, metode kampanye. Menurut masyarakat, Ibas tidak perlu
bertandem. Selain itu, masyarakat berharap agar kampanye tidak hanya
berwacana dan berjanji, masyarakat menyukai kampanye yang sifatnya
informal. Masyarakat merekomendasikan operasi kunjungan ke pasar
untuk mengecek harga-harga kebutuhan pokok, mengadakan acara
jalan santai, membantu posyandu, dan mengadakan Tabligh Akbar.
Ketiga, atribut kampanye. Menurut masyarakat sebaiknya kandidat
memberikan atribut-atribut yang bermanfaat seperti kantong plastik
belanja, buku bekas, majalah yang berkaitan dengan tanam menanam,
atau pembatas buku. Gambar SBY di atribut sebaiknya jangan lebih besar
dari gambar calegnya.
FGD Pacitan Pertama, isu lokal. Fenomena kelangkaan pupuk dan sistem irigasi
yang tidak memadai kerap merepotkan masyarakat. Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) kurang terasa imbasnya ke lapisan masyarakat.
Masyarakat menginginkan pemimpin/anggota DPR dari putra daerah,
dan harus mulai berkampanye soal isu-isu sosial seperti pendidikan.
FGD juga menemukan kecenderungan sikap apatis masyarakat terhadap
politik dan pemilu.
Kedua, metode kampanye. Sebaiknya Ibas tidak mendompleng nama
besar SBY. Ketiga, temuan atribut. Menurut masyarakat nomor urut
penting. Sebaiknya logo Ibas diganti dengan nomor urut saja.
83
FGD Trenggalek Pertama, metode kampanye dan peta politik. Masyarakat menyaran-
kan agar Ibas mengunjungi pesantren. PKB dianggap masih sangat kuat
dan punya potensi untuk menang di Trenggalek karena efek perpecah an
PKB tidak terasa di Trenggalek. Sementara itu, partai-partai kompetitor
lainnya, seperti Golkar dan PDIP belum turun di Trenggalek. Namun
ada juga kekecewaan yang besar di Trenggalek terhadap PKB karena
dianggap tidak memenuhi janji yang dulu pernah disampaikan ketika
berkampanye pada tahun 2004.
Kedua, performa caleg. Caleg yang populer adalah Ramadhan Pohan
dan Anwar Yunus karena sudah turun ke lapangan sejak awal. Rama dhan
Pohan tidak hanya mulai bertatap muka dengan para konstituennya
tetapi juga mengunjungi beberapa pesantren dan melakukan advokasi
kepada masyarakat mengenai sengketa tanah antara masyarakat dengan
Perhutani. Rata-rata partisipan optimis Ibas akan mendapatkan kursi
dikarenakan kinerja SBY selama ini.
Ketiga, temuan atribut kampanye. Masyarakat lebih mengenal Edhie
Baskoro dengan panggilan Baskoro ketimbang Ibas. Untuk desain atribut
kampanye sudah bagus, sebaiknya ditambah gambar SBY dan juga
nomor urut caleg.
FGD Magetan Pertama, isu lokal. Rata-rata partisipan memilih karena figur Ibas
dianggap titisan SBY. Figur SBY dianggap berhasil, namun demikian
masyarakat merasa belum banyak mengenal Ibas. Masyarakat
menginginkan adanya pembuatan sumur untuk irigasi/pengairan,
khususnya di daerah Parang dan Ngariboyo.
Kedua, metode kampanye. Partisipan menginginkan adanya
turnamen bola voli di tiap kabupaten, adanya sembako murah, bazaar,
dan sunatan massal. Ibas diharapkan bisa langsung turun ke lapangan,
silaturahmi atau sowan langsung ke masyarakat agar masyarakat lebih
merasa dihargai dan terwakili. Di mata masyarakat, ada kesan sombong
pada Ibas karena tidak mau turun langsung ke Magetan. Faktor
pemicunya dikarenakan Ibas merupakan putra Presiden.
84
Tabel 8
Charta Politika mencatat beberapa kesimpulan utama dari semua
FGD. Utamanya, isu pertanian masih menjadi isu utama dalam kampanye.
Selain itu isu-isu seperti tingginya tingkat apatisme terhadap partai,
masyarakat meng anggap politik uang sebagai sesuatu yang biasa,
kekuatan figur masih menjadi motivasi pemilih bukan partai politik, dan
penggunaan nama SBY sangat berpotensi besar untuk mendongkrak
suara dalam pemilu.
Gerilya Darat Door-to-Door (D2D) Untuk memperkuat “serangan udara” yang dimotori oleh Fox
Indonesia, Charta Politika merancang “gerilya darat” dalam bentuk door-
to-door campaign (D2D). Model kampanye ini dipilih untuk melekatkan
sosok Ibas dan gagasan-gagasannya secara personal dan se-informal
mungkin ke benak setiap pemilih.
Model kampanye ini tidak saja menguatkan relasi emosional dengan
konstituen, namun juga sebagai cikal bakal jaringan konstituen yang
akan mendukung tugas-tugas Ibas jika terpilih sebagai wakil rakyat di
daerah ini.
Jumlah Relawan per Kecamatan Dapil Jatim VII
No. Kabupaten Jumlah Kecamatan Total
1 Pacitan 12 48
2 Magetan 18 72
3 Ngawi 19 76
4 Ponorogo 21 84
5 Trenggalek 14 56
Jumlah 84 336
85
Grafik 13Jumlah Kunjungan Relawan Kabupaten
Pengukuran KinerjaRelawan
AnalisisStrategi Kampanye
RekomendasiStrategi Kampanye
Form D2D A Form D2D B
Mengetahui Total Kunjungan Relawan
dan Perilaku Pemilih
Mengetahui Isu Lapangan dan Kekuatan
Kompetitor
86
Ibas turun langsung ke lapangan dalam rangka menjaring aspirasi masyarakat
Tim relawan disiapkan semaksimal mungkin agar memiliki kapasitas
untuk menghadirkan sosok Ibas di setiap rumah pemilih. Untuk itu
disiapkan secara matang, mulai dari kriteria relawan, materi pelatihan,
struktur, hingga mekanisme kerja. Charta Politika merekrut dua orang per
kecamatan ditambah dengan dua orang lainnya yang direkrut atas nama
Laskar Berlian. Empat orang per kecamatan ini dilatih khusus dan dibekali
dengan teknik-teknik pemasaran dan persuasi politik untuk melancarkan
“serangan darat” dari rumah ke rumah.
Kampanye D2D melibatkan 336 relawan. Di setiap kecamatan di Dapil
Jatim VII ada empat orang relawan yang bertugas melakukan sosialisasi.
Program D2D ini dilakukan selama 51 hari kalender yang pelaksanaannya
dimulai pada 9 Februari dan berakhir 31 Maret 2009, atau sepekan
menjelang hari pencoblosan.
87
Kampanye ini ditangani bersama antara relawan Laskar Berlian dan
relawan Charta Politika dengan penataan organisasi yang elok. Dalam
upaya rekrutmen, Charta Politika memanfaatkan jaringan yang berlatar
belakang aktivis mahasiswa, seperti Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Pemuda
(GP) Ansor, Majelis Zikir, dan juga beberapa jaringan lokal lainnya. Dari
penelusuran ke setiap ja ringan maka ditemukanlah beberapa jaringan
yang kemudian bersedia membantu Charta Politika untuk membangun
jaringan relawan sampai ke tingkat kecamatan yaitu:
1. Di Ponorogo, menggunakan jaringan aktivis Nahdatul Ulama (NU)
dan PMII.
2. Di Trenggalek, menggunakan jaringan mantan aktivis HMI.
3. Di Magetan, menggunakan jaringan mantan aktivis HMI cabang
Jember, dan mantan relawan Lingkar Pembaruan Pedesaan dan
Agraria (KARSA).
4. Di Ngawi, menggunakan jaringan-jaringan lokal yang merupakan
mantan relawan KARSA.
5. Di Pacitan, menggunakan jaringan aktivis GP Ansor dan Majelis
Zikir
Masing-masing koordinator kabupaten mencari relawan dua orang
untuk setiap kecamatan (lihat Tabel 8). Tidak sembarang personel bisa
menjadi relawan karena mereka harus mempunyai kualifikasi tertentu.
Kualifikasi yang ditetapkan oleh Charta Politika dalam proses rekrutmen
relawan di setiap kecamatan adalah sebagai berikut:
1. Bersedia bekerja full-time
2. Muda dan sanggup menjalankan aktivitas kampanye door-to-door
3. Memiliki simpati terhadap Partai Demokrat dan Ibas
4. Berdomisili di wilayah kerjanya
5. Bukan kader parpol
6. Memiliki pengalaman organisasi
Sebelum memasuki medan, para relawan dibekali dengan rencana
dan strategi dalam aktivitas door-to-door campaign melalui training dan
pembekalan. Dalam training, relawan dijelaskan visi dan misi politik Ibas,
pengenalan peta politik dan mekanisme pengisian formulir-formulir D2D.
88
Dalam aktivitas D2D, setiap relawan dibekali sejumlah formulir.
Diantaranya, formulir capaian kinerja kunjungan, perilaku pemilih,
identifikasi tokoh, dan identifikasi kegiatan kompetitor.
Dalam tahapan persiapan ini, semua formulir yang dibutuhkan
membantu aktivitas politik pemenangan Ibas dalam skenario yang sudah
digariskan, disiapkan, dan dibagikan kepada seluruh relawan tanpa
terkecuali.
Banyak suka dan duka yang dialami para relawan dalam menggelar
kampanye ini. Relawan di Kabupaten Trenggalek seringkali menemui
kesulitan dalam melakukan sosialisasi karena masyarakat menuntut
diberikannya atribut sosialisasi kampanye berupa kaos. Akibatnya
apabila relawan tidak memberikan kaos, mereka tidak dapat melakukan
sosialisasi program kampanye Ibas.
Di beberapa kabupaten, relawan seringkali menemui kesulitan di
lapangan dikarenakan daerah yang dikunjunginya tersebut telah di-block
oleh caleg lain. Bahkan oleh sesama caleg Partai Demokrat walaupun caleg
tersebut adalah caleg di tingkat DPRD. Mereka mempunyai kekhawatiran
akan “rusaknya” kondisi yang telah dilakukan oleh caleg-caleg tersebut,
sekalipun caleg tersebut bukan kompetitor langsung Ibas.
Selama masa kampanye tersebut, tim relawan melakukan sekitar
288.072 kali kunjungan kepada masyarakat di seluruh Dapil Jatim VII.
Kunjungan tertinggi dilakukan tim relawan di Kabupaten Ngawi dengan
total 86.634 kunjungan. Selanjutnya adalah Ponorogo (55.752), Magetan
(55.392 ), Trenggalek (45.914), dan Pacitan (44.380) (lihat Grafik 13).
Terbukti penggabungan dua model kampanye, kampanye udara
yang dikordinir oleh Fox Indonesia dan kampanye darat yang dijalankan
oleh Charta Politika, berhasil melakukan penetrasi secara maksimal pada
calon pemilih di Dapil Jatim VII.
Penentuan Caleg Tandem Keputusan Mahkamah Konstitusi mengenai penetapan caleg terpilih
melalui suara terbanyak mengubah konstelasi persaingan politik.
Konsekuensi di lapangan adalah terjadinya potensi kanibalisasi suara
antar caleg dalam satu partai: tokoh daerah memiliki peluang lebih besar
89
dari tokoh nasional disebabkan jaringan infastruktur, tingkat pengenalan
masyarakat, serta waktu berkampanye yang lebih panjang.
Tokoh nasional dapat mengatasi kendala tersebut dengan melakukan
tandem dengan caleg tingkat provinsi/daerah. Tandem ini adalah kese-
pakatan untuk saling mendukung dalam aktivitas kampanye. Namun
keputusan tandem memiliki aspek positif dan negatif. Aspek positifnya
adalah caleg nasional dapat memanfaatkan jaringan lokal.
Sementara aspek negatif yang mungkin timbul adalah perolehan
suara dari caleg tingkat kabupaten/provinsi seringkali tidak signifikan
dibandingkan suara yang dibutuhkan di tingkat pusat, dan tidak efektif
dilakukan pada caleg tingkat pusat yang sudah populer.
Untuk menguji efektivitas kampanye tandem, Charta Politika
melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa pendekatan. Di
antaranya, survei persepsi publik, FGD, observasi lapangan, wawancara
Atribut kampanye Ibas
90
Ibas menyampaikan visi-misi dalam rangka sosialisasi politik
mendalam dengan tokoh-tokoh partai atau caleg lokal, serta penelusuran
melalui media lokal untuk mengetahui isu tandem dan kekuatan tokoh-
tokoh lokal.
Penelitian ini berusaha untuk memetakan tingkat popularitas tokoh
Demokrat lokal yang memiliki potensi untuk menjadi tandem kampanye
Ibas serta dampak bagi Ibas apabila memilih untuk melakukan tandem
dengan tokoh tertentu.
Hasil temuan Charta, ternyata tandem tidak berkorelasi positif de-
ngan tingkat elektabilitas Ibas. Hal ini dikarenakan kebanyakan dari
caleg Partai Demokrat lokal (tingkat provinsi/kabupaten) tidak memiliki
tingkat popularitas yang signifikan, terkecuali di Kabupaten Ponorogo.
Sebaliknya beberapa caleg tingkat pusat memiliki tingkat popularitas
lebih tinggi dibandingkan dengan caleg kabupaten/provinsi. Ini berarti
bahwa tandem cenderung menguntungkan caleg lokal, namun belum
tentu membawa keuntungan yang sama bagi caleg nasional.
91
Dari wawancara juga diketahui tingkat pengenalan dan ketertarikan
tandem pada caleg nasional mengerucut pada tiga nama, yakni Ibas,
Anwar Yunus, dan Ramadhan Pohan. Para caleg ini memilih melakukan
tandem karena berharap adanya bantuan biaya kampanye, serta melihat
performa dan visi-misi caleg yang bersangkutan.
Dari proses wawancara dengan para caleg dan narasumber di Dapil
Jatim VII, dapat diambil tiga kesimpulan utama yang langsung terkait
dengan pencalegan Ibas. Pertama, rata-rata caleg lokal ingin melakukan
tandem dengan caleg nasional yang populer, dalam hal ini termasuk Ibas.
Kedua, dalam beberapa kasus, nama Ibas bahkan sudah dipakai secara
informal oleh beberapa caleg lokal. Ketiga, untuk menggunakan caleg
tandem secara formal dalam atribut sudah agak terlambat karena para
caleg lokal sudah terlanjur mencetak atribut mereka.
Dalam FGD yang dilakukan secara paralel dan serentak dengan
partisipan dari 5 kabupaten, semua partisipan juga sepakat bahwa Ibas
tidak perlu melakukan tandem dengan caleg lokal.
Tahapan Strategi Kampanye
Survei
Histografi
Isu
Demografi
Survei
Performa
Kompetitor
Isu
DemografiProfil Dapil
Peta Elektoral
Branding
Kampanye
Kompetitor
D2D
Sosialisasi
DataCollecting Analisis Rekomendasi
Strategi Implementasi
93
Beberapa alasan yang disebutkan adalah, pertama, tandem membuat
Ibas terlihat tidak percaya diri untuk turun ke lapangan. Kedua, tandem
hanya diperlukan bagi caleg yang tidak terkenal. Sementara Ibas adalah
putra Presiden SBY sehingga tidak perlu lagi tandem. Ketiga, tandem
dapat membuat nama Ibas menjadi tidak baik, jika terasosiasi dengan
caleg lokal yang memiliki track record yang buruk.
Setelah melakukan proses panjang untuk mengkaji persoalan caleg
tandem, Charta Politika merekomendasikan sebagai berikut: pertama,
Ibas tidak memerlukan tandem, baik berdasarkan temuan kualitatif dan
kuantitatif. Berdasarkan kajian di lapangan, tandem tidak membawa
dampak yang signifikan bagi Ibas. Tanpa ada komitmen formal tandem
pun, caleg lokal sudah menggunakan nama Ibas dalam kampanye. Hal ini
malah menguntungkan, sehingga Ibas tidak perlu mengikatkan diri pada
satu caleg lokal saja.
Kedua, persepsi tandem bagi masyarakat luas malah dapat
berakibat negatif karena dianggap tidak percaya diri untuk turun
ke lapangan. Masyarakat pemilih juga tidak selamanya fasih dengan
metode tandem. Kecenderungan perilaku pemilih adalah memilih
nomor urut yang sama untuk semua caleg DPR, DPRD Kab/Kota. Untuk
itu, rangkaian hasil kajian ilmiah melalui survei, FGD, dan media tracking
menjadi landasan yang kokoh bagi tim pemenangan dalam menyusun
strategi kampanye untuk memantapkan langkah Ibas untuk menuju
Senayan. Status “darah biru” hanyalah modal awal, selanjutnya strategi
dan soliditas tim sukseslah yang menjadi penentu kemenangan.
Masa Kampanye yang Penuh Ujian Model kampanye pada Pemilu 2009 berbeda dengan pemilu
sebelumnya. Jika pada masa lalu, kampanye biasanya dilakukan sebulan
menjelang hari pencoblosan, pada Pemilu 2009, kampanye merentang
dalam waktu yang sangat panjang. Peserta pemilu memasuki masa
“kampanye damai” sekitar sembilan bulan, dimulai pada 12 Juli 2008 dan
berakhir 5 April 2009.
Panjangnya masa kampanye ini tentu menguras tenaga, pikiran, dan
tentu saja dana calon anggota legislatif. Selintas, tebal tipisnya pundi-
94
pundi atau dana kampanye yang dimiliki seorang caleg terlihat dari
riuh rendahnya atribut kampanye caleg tersebut di ruang-ruang publik,
termasuk di media massa cetak maupun elektronik.
Itu pula yang terjadi di Dapil Jatim VII. Ratusan spanduk dan baliho
Ibas terlihat hampir di seantero wilayah pemilihan tersebut. Munculnya
ribuan spanduk dan baliho ini tak pelak mengundang sejumlah tudingan
miring dan kritikan dari sesama calon anggota legislatif. Caleg dari PDIP,
Hasto Kristiyanto, seperti yang dipublikasikan di situs pri badinya, menilai
Ibas hanya menghambur-hamburkan uang untuk memasang puluhan
spanduk dan baliho berukuran besar bergambar dirinya.
Tidak tanggung-tanggung, dalam hitungan Hasto, dana untuk
spanduk dan baliho itu mencapai Rp1,5 miliar di setiap kabupaten. “Hal
ini sempat membuat mental saya goyang apalagi saya tidak banyak
memasang spanduk dan baliho. Rakyat tidak butuh tampilan-tampilan
dalam bentuk spanduk dan baliho itu,” keluhnya.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia saat itu, Bima Arya
Sugi arto, mengatakan banyaknya pemasangan spanduk dan baliho
bergambar Ibas di daerah pemilihan diperlukan untuk lebih mengenalkan
Ibas ke masyarakat. Namun, Bima menegaskan Ibas pun sering turun dan
bertemu dengan kelompok-kelompok masyarakat membahas masalah
pendidikan, pupuk, dan kebutuhan pokok lainnya.
Pertemuan dilakukan untuk menyerap aspirasi dan permasalahan
warga yang kemudian dirumuskan dalam solusi yang tepat bagi warga.
”Ibas tidak mau memberikan bantuan dalam bentuk uang kepada
masyarakat karena hal itu tidak mendidik. Lagi pula kalau itu dilakukan
bisa termasuk politik uang,” tutur Bima.
Sebagai putra dari tokoh politik yang sedang berkuasa, wajar apabila
setiap orang menganggap Ibas memiliki sumber daya dan sumber
dana untuk menggerakkan mesin politiknya. Kekuatan politik uang
diyakini sebagian pihak akan digunakan Ibas untuk mendulang dukung-
an pemilih. Tapi, apakah uang dapat membeli semua pemilih? Rasanya
mustahil. Tidak mungkin semua suara dapat dibeli.
Namun, lontaran isu politik uang menjadi tak terhindarkan ketika
suhu politik sepanjang kampanye yang melelahkan kian memanas,
95
dan persaingan menuju Senayan kian terjal. Para caleg, selain mencoba
mengangkat dirinya, pada saat bersamaan berusaha menghempaskan
lawan politiknya. Pilihan untuk menjatuhkan lawan dilakukan dengan
menebar kampanye hitam atau black campaign.
Tudingan money politics pun akhirnya muncul. Hembusan rumor itu
muncul di situs okezone.com dan thejakartaglobe.com yang menyebut
pada 3 April 2009, Ibas melakukan perjalanan kampanye ke Ponorogo
dan membagikan uang. Ibas baru menyadari adanya berita itu pada
Senin, 6 April 2009, sehingga ia pun melaporkan tudingan tak berdasar
itu ke polisi.
Menanggapi rumor tersebut, dengan tegas Ibas mengatakan, “Berniat
saja tidak. Berfikir juga tidak. Apalagi melakukan politik uang.” Polisi
langsung bertindak sigap. Menurut Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur
Irjen Anton Bachrul Alam menyatakan, dari hasil penyelidikan terbukti
bahwa pihak yang melaporkan dugaan politik uang justru mencemarkan
nama baik Ibas. Pencemaran nama baik berupa berita bohong, penistaan
Ibas saat melakukan kampanye di Dapil Jatim VII
96
atau penghinaan tentang Ibas menyebarkan amplop berisi sejumlah
uang yang dilampiri foto dan alat peraga lainnya di wilayah Ponorogo.
Polisi akhirnya menetapkan dua tersangka dalam kasus pencemaran
nama baik Ibas karena diduga sebagai pelaku yang mendesain tindakan
money politics tersebut. Mereka adalah caleg dari Partai Gerindra, Nazirin,
dan Ketua Kongres Advokat Indonesia (KAI) Cabang Ponorogo, Bambang
Kisminarso. Kedua tersangka itu semula dijerat dengan Pasal 310 dan
311 KUHP juncto Pasal 45 ayat (1) UU Nomor 11 Tahun 2008 juncto pasal
55 KUHP, dengan ancaman hukuman 6 tahun. Kemudian mereka hanya
dikenai Pasal 310 dan 311 KUHP dengan ancaman hukuman kurang dari
5 tahun.
Polisi juga menetapkan status tersangka untuk pimpinan situs
Okezone, The Jakarta Globe, dan Harian Bangsa (Ponorogo). Status
tersangka untuk ketiga pimpinan media tersebut dicabut pada Rabu (8/4),
dini hari. Partai Demokrat menegaskan Ibas tidak pernah melaporkan
tiga media massa di atas ke polisi atas dugaan pencemaran nama baik.
Demokrat berkomitmen untuk menghormati kebebasan pers.
“Saya sudah mengonfirmasi DPP, bahwa Ibas tidak pernah melaporkan
ketiga media tersebut dengan tudingan pencemaran nama baiknya.
Yang dilaporkan hanya dua orang,” tegas Wakil Ketua Dewan Pimpinan
Daerah (DPD) PD Jawa Timur, Arif Afandi.
Wakil Walikota Surabaya Periode 2005-2010 ini menegaskan baik
Demokrat, SBY, maupun Ibas sangat memegang komitmen untuk tidak
mengkriminalisasikan pers. Maka, apabila ada pemberitaan yang tidak
sesuai kenyataan, akan ditempuh melalui hak jawab, sesuai UU Pokok
Pers yang berlaku.
Sehari kemudian, Rabu (8/4), sidang pleno Panwaslu Ponorogo
menghentikan kasus dugaan money politics Ibas karena kekurangan
saksi dan bukti. Meski menghentikan kasus tersebut, Panwaslu Ponorogo
tidak membuat kesimpulan atas kasus tersebut. Ketua Panwaslu Jatim Sri
Sugeng Pujiatmoko menjelaskan, dari empat saksi yang dipanggil, hanya
satu yang memenuhi panggilan, yakni Ketua LSM Pijar Keadilan Bambang
Kisminarso, sang pelapor dugaan money politics yang dilakukan Ibas.
Karena kekurangan saksi, Panwaslu pun tidak bisa menindaklanjutinya.
97
Caleg dari Partai Demokrat, Ramadhan Pohan, menilai tudingan
politisi lain atas putra Presiden SBY dalam kasus money politics tersebut
dinilai sebagai langkah panik. Apalagi SBY dan Demokrat selalu unggul
dalam berbagai hasil survei. “Serangan politisi parpol lain terhadap Ibas
hanyalah sasaran untuk menjatuhkan SBY dan Demokrat. Upaya itu sia-
sia,” katanya.
Dia menegaskan, Ibas adalah caleg dan politisi yang sportif, intelek,
dan santun. “Ibas adalah caleg yang paling populer dan memiliki
elektabilitas tertinggi dari seluruh caleg di Dapil Jatim VII, baik di
Demokrat maupun parpol-parpol lain,” jelasnya.
Salah satu pendukung fanatik Ibas saat melakukan kampanye
di daerah pemilihan Jatim VII
101
Meski menyandang status sebagai putra Susilo Bambang Yudho-
yono, bukan berarti Ibas bisa berdiam diri. Pembentukan tim
pemenang an pemilu langsung dilakukan setelah Ibas resmi
ditetapkan sebagai calon anggota legislatif.
Tidak tertutup kemungkinan adanya peralihan suara dari kelompok
swing voters pada proses pemilihan langsung. Maka dari itu, tim kampanye
harus menargetkan populasi swing voters yang mencapai 32% sebagai
target kampanye. Agar sosialisasi dan kampanye itu mengena di hati
masyarakat, pemilih berharap Ibas lebih memprioritaskan kunjungan dan
tatap muka dengan masyarakat.
Dari hasil survei Charta Politika, tergambar bahwa tingkat elektabilitas
Partai Demokrat di Dapil Jatim VII sekitar 32%, sementara elektabilitas
Ibas berada di level 17%. Hal ini merupakan tantangan besar bagi tim
kampanye untuk meningkatkan elektabilitas Ibas guna memperkecil
jurang popularitas dan elektabilitas dengan Partai Demokrat.
Kerja keras Ibas dan tim kampanyenya membuahkan hasil yang manis.
Secara mengejutkan, Ibas sukses mencetak sejarah baru setelah meraih
dukungan sebesar 327.097 suara pada Pemilu 2009. Ini merupakan
dukungan terbesar di seluruh Indonesia. Perolehan ini berarti ada
peningkatan elektabilitas Ibas dari yang tadinya sekitar 17% pada saat
survei (Januari 2009) menjadi 24% (hasil Pemilu 2009).
Ibas bahkan berhasil mengungguli perolehan suara caleg lain yang
lebih senior di internal Partai Demokrat secara signifikan. Ramadhan Pohan
meraih dukungan terbanyak kedua setelah Ibas, dengan peroleh an sebesar
51.485 suara. Di posisi ketiga terdapat Rusminiati dengan dukung an 36.224
suara.
Kemenangan yang Fenomenal
E D H I E B A S K O R O Y U D H O Y O N O
102
Grafik 14Perbandingan Tingkat Elektabilitas
Ibas dan Demokrat (Februari 2009)
Grafik 15Tingkat Elektabilitas
Edhie Baskoro Yudhoyono
Ibas Partai Demokrat
17 %
32 %
103
Grafik 16Total Perolehan Suara Caleg Demokrat
Pemilu 2009
Grafik 17Perolehan Suara
Edhie Baskoro Yudhoyono per Kabupaten (Pemilu 2009)
104
Grafik 19Perbandingan Perolehan Suara
Edhie Baskoro Yudhoyono dengan Program Door to Door Campaign
(Pemilu 2009)
Grafik 18Perbandingan Suara 9 Parpol
Lolos Parliamentary Threshold Pemilu 2009, Dapil Jatim VII
105
Grafik 20Perbandingan Perolehan Suara
Edhie Baskoro Yudhoyono dengan Door-to-Door Campaign
Pemilu 2009 per Kabupaten
Grafik 21Jumlah Suara Caleg Terpilih
Dapil Jatim VII(Pemilu 2009)
106
Perolehan suara Ibas yang fenomenal ini mampu membuat Demokrat
mendulang 41% suara sehingga meruntuhkan dominasi PDIP yang
berada di posisi kedua dengan total dukungan 18% suara serta Partai
Golkar yang meraih 13% suara.
Dukungan untuk Ibas sebagian besar berasal dari Kabupaten Pacitan
dengan 113.266 suara, disusul Ponorogo (79.842 suara), Magetan (50.535
suara), Trenggalek (44.564 suara), dan Ngawi (38.875 suara).
Model kampanye D2D yang mengetuk langsung pintu rumah calon
pemilih ternyata merupakan senjata ampuh untuk memenangkan
peperangan dalam Pemilu 2009. Meskipun elektabilitas Ibas berada di
bawah Partai Demokrat, elektabilitasnya masih melebihi elektabilitas
parpol lain seperti PDIP dan Golkar. Angkanya bahkan jauh dari perolehan
suara parpol lain, terutama parpol-parpol baru. Pencapaian program-
program pemerintah, yang diklaim sebagai keberhasilan Partai Demokrat,
terbukti efektif sebagai bahan kampanye dan mendapat apresiasi
masyarakat di Dapil Jatim VII.
Efektifitas kampanye D2D terlihat dari penganti tingginya intensitas
kunjungan relawan terhadap perolehan suara di setiap kabupaten. Fakta
juga menunjukkan terjadinya fenomena ticket splitting yang cukup
signifikan, karena Ibas juga dipilih oleh konstituen dari parpol lain. Hal ini
menunjukkan kunjungannya ke masyarakat/komunitas dalam program
tatap muka cukup signifikan dan berpengaruh dalam mendongkrak
perolehan suara.
P e r o l e h a n
suara pada Pemilu
Legislatif 2009
juga secara faktual
m e m p e r l i h a t k a n
bahwa caleg
i n c u m b e n t
DPR RI lemah
dalam “merawat”
k o n s t i t u e n n y a
dan tidak mampu Anggota tim pendukung dan pemenangan Ibas
berkoordinasi sebelum naik bus EBY
107
membendung popularitas dan elektabilitas Ibas. Buktinya, kandidat-
kandidat incumbent tersebut gagal meraih kembali tiket ke Senayan.
Delapan caleg dari Dapil Jatim VII akhirnya melenggang ke Senayan.
Selain Ibas, mereka yang lolos adalah tokoh senior PDIP, Heri Akhmadi
dengan perolehan 74.958 suara, Mustokoweni Murdi (Golkar, 62.289
suara), Ramadan Pohan (Demokrat, 51.485 suara), Rofi Munawar (PKS,
37.718 suara), Rusminiati (Demokrat, 36.224 suara), Ibnu Multazam (PKB,
45.995 suara), dan Mardiana Indraswati (PAN, 32.378 suara).
Secara nasional, perolehan suara Ibas yang menempati urutan teratas
mendapat apresiasi dari Masyarakat Pemantau Pemilu Persatuan Wartawan
Indonesia (Mapilu-PWI). Ibas bersama putri Megawati Soekarnoputri,
Puan Maharani asal Dapil Jawa Tengah V serta Karolin Margret Natasa
asal Dapil Kalimantan Barat menerima anugerah dari Mapilu-PWI karena
pada Pemilu lalu anggota DPR RI itu mendapat bilangan pembagi pemilih
terbanyak. Anugerah Mapilu - PWI itu diberikan langsung Ketua PWI Pusat,
Margiono di Palembang, Senin (8/2/2010) malam. Penghargaan tersebut
rutin dilaksanakan Mapilu -PWI sebagai penghormatan kepada figur yang
dipercaya rakyat.
Pada kesempatan itu, Ibas mengatakan, anugerah yang diberikan itu
tidak lain untuk memotivasi anggota DPR lainnya dalam pelaksanaan pesta
demokrasi mendatang. Ia yakin, perolehan suara terbanyak itu berkat
dukungan dari seluruh lapisan masyarakat di Dapil Jatim VII terutama para
pemilih yang telah
menyalurkan suara
dalam Pemilu lalu. Ibas
juga menyampaikan,
k e b e r h a s i l a n n y a
meraih dukungan
pemilih terbanyak
berkat orang tuanya
yang selama ini sangat
mendukung Ibas
untuk terjun ke dunia
politik. Edhie Baskoro Yudhoyono saat mendapatkan anugerah
dari Mapilu - PWI di Palembang.
111
Nama Edhie Baskoro Yudhoyono muncul di layar monitor
dalam rapat paripurna DPR RI, Senin, 19 Oktober 2009. Ia
resmi dilantik menjadi anggota Komisi I DPR RI. Komisi yang
membidangi masalah luar negeri, pertahanan, dan informasi
ini dinilai prestisius karena sebelumnya diisi oleh pimpinan-pimpinan fraksi.
Menjadi anggota DPR merupakan pengabdian formal yang pertama
bagi Ibas. Kini, di bahunya dipikul mandat sekaligus kewajiban untuk
menyerap dan menyalurkan aspirasi masyarakat Jawa Timur, utamanya
bermukim di Kabupaten Magetan, Pacitan, Trenggalek, Ponorogo, dan
Ngawi, yang telah memilihnya sebagai anggota DPR pada Pemilu 2009.
Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, mengatakan, Ibas
dinilai mampu menjalankan tugas di Komisi I DPR. Selain pernah kuliah di
bidang ekonomi, kata Anas, Ibas juga pernah berkecimpung di pendidikan
internasional.
Ibas meraih gelar Master of International Political Economy dari
Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological
University, Singapura. Sebelumnya ia juga meraih gelar Bachelor of
Commerce in Finance and E-Commerce dari Curtin University of Technology,
Perth, Australia.
Nama Edhie Baskoro Yudhoyono merupakan perpaduan antara nama
kakeknya, Sarwo Edhie Wibowo, dan ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono.
Edhie memiliki arti keindahan. Baskoro, bermakna senjata pamungkas.
Sementara Yudhoyono adalah kemenangan dalam perang.
Sebelum menempuh karier dalam dunia politik, Ibas dikenal sebagai
profesional muda yang berkiprah di organisasi bisnis maupun sosial.
Berpolitik dengan Totalitas
E D H I E B A S K O R O Y U D H O Y O N O
112
Ia pernah didapuk sebagai Ketua Departemen Pengembangan Industri
Derivatif Pertanian, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Ibas juga pernah tercatat sebagai Ketua Departemen Pengabdian
Masyarakat dan Olahraga di Generasi Muda Forum Komunikasi Putra
Putri TNI dan Polri (GM FKPPI). Keterlibatan Ibas dalam GM FKPPI semakin
mengasah kemampuannya dalam berorganisasi. GM FKPPI merupakan
organisasi kemasyarakatan yang merupakan wadah bagi putra dan
putri purnawirawan TNI dan Polri yang tentunya dalam berorganisasi
memiliki visi dan misi membangun bangsa dan memegang teguh amanat
mempertahankan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 45.
Setelah meraih gelar masternya, Ibas memilih berkonsentrasi
membesarkan Partai Demokrat. Langkah Ibas langsung disambut hangat
fungsionaris dan simpatisan Partai Demokrat. Jabatan sebagai Ketua
Departemen Kaderisasi DPP Partai Demokrat langsung dilimpahkan
padanya selama periode 2005-2010 .
Keberadaan Ibas di Partai Demokrat dianggap sejumlah kalangan
sebagai bentuk dari politik dinasti. Padahal fenomena politik dinasti
sesungguhnya bukanlah khas Indonesia saja. Sejarah dunia mencatat
kiprah sejumlah dinasti politik yang mewarnai perjalanan politik
negaranya. Di Asia misalnya, sejarah politik India tak mungkin menafikan
sepak terjang keluarga Gandhi. Pengaruh keluarga Bhutto begitu kokoh
Ibas bersama Ketua umum GM FKPPI, Hans Silalahi, pada rangkaian
latihan kaderisasi GM FKPPI se-Indonesia di Surabaya, Jawa Timur.
114
meramaikan dinamika politik di Pakistan. Di negara demokrasi yang
lebih mapan seperti Amerika Serikat pun hingga kini politik dinasti
masih berlangsung. Kiprah klan Kennedy masih bertahan hingga
puluhan tahun dalam politik Amerika.
Pertanyaannya, apa sesungguhnya yang membuat suatu klan atau
keluarga mampu mempertahankan pengaruh politiknya hingga gene-
rasi ketiga? Tak mudah memang untuk menemukan jawaban yang
pasti. Namun yang jelas, generasi kedua dari keluarga seorang tokoh
politik memiliki kesempatan yang besar untuk meneruskan pe ngaruh
orang tuanya jika disiapkan dan mempersiapkan diri secara serius.
Ta lenta kepemimpinan tidak akan berkembang hanya dalam ruang-
ruang kemewahan dan fasilitas berlimpah yang kedap persoalan. Kisah
sukses estafet kepemimpinan ke generasi kedua dipenuhi dengan
proses penggemblengan dan pematangan karakter melalui berbagai
medium. Generasi kedua menghadapi tantangan yang tidak ringan
untuk keluar dari bayang-ba yang orang tua dan memenuhi harapan
yang tinggi masyarakat.
Sejarah yang akan membuktikan apakah Ibas mampu untuk
melanjutkan kiprah ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono, sang pendiri
Partai Demokrat dan Presiden pertama yang terpilih secara langsung.
Terpilih sebagai anggota DPR dengan suara terbanyak secara nasional
tentu legitimasi awal yang harus dilanjutkan dengan kinerja maksimal.
Ibas memiliki kesempatan untuk mengembangkan modal politik yang
dimiliki untuk menjadi politisi yang berkualitas. Sesaat setelah terpilih
sebagai anggota DPR RI, Ibas menunjukkan niatnya untuk secara total
Ibas mengikuti sidang di DPR
115
berkiprah di jalur politik dengan menyusun program dan merancang
tim pendukung. Sejumlah intelektual muda direkrut untuk memperkuat
tim kecil yang menunjang tugas Ibas baik di parlemen maupun partai.
Bersama Ibas, tim ini kemudian merumuskan program selama lima
tahun ke depan, tidak saja untuk menunaikan janji kampanye namun
juga untuk terus memelihara ikatan emosional dengan konstituen. Tim
ini juga bertugas untuk menjaring dan mengolah aspirasi di daerah
pemilihan
Di Amerika, misalnya, seorang anggota DPR bisa memiliki puluhan staf
untuk menunjang tugas-tugasnya. Di Indonesia hal ini belum sepenuhnya
memungkinkan karena keterbatasan alokasi dana dari ne gara. Namun
di sisi lain, totalitas dalam menjalankan fungsi perwakilan juga masih
belum banyak ditunjukan oleh anggota dewan kita. Tidak banyak politisi
parlemen yang serius membentuk tim penunjang dengan tenaga ahli
yang berkualitas. Jatah staf ahli anggota DPR biasanya tidak dimanfaatkan
secara maksimal oleh anggota DPR. Tak jarang pula anggota DPR yang
merekrut staf ahli hanya berdasarkan hubungan kekerabatan ketimbang
profesionalitas. Bahkan ada pula yang mencantumkan nama fiktif untuk
sekedar mendapatkan alokasi dana dari Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR
RI. Dalam hal perekrutan staf ahli ini, Ibas melakukannya dengan sangat
serius melalui proses rekruitmen yang terbuka untuk mendapatkan
tenaga terbaik di bidang yang terkait dengan tugasnya di Komisi I, yaitu
politik luar negeri, pertahanan, dan informasi.
Totalitas dalam berpolitik sesungguhnya juga telah ditunjukkan
Ibas dalam masa kampanye pemilu. Keputusan untuk tinggal di daerah
pemi lihan selama masa kampanye, naik-turun gunung untuk bertemu
konstituen, pembentukan tim profesional dan strategi pemenangan
yang matang dan terukur adalah bukti dari totalitas itu. Ibas begitu
meyakini bahwa modal popularitas belum menjamin tingkat elektabilitas
yang tinggi. Tim pemenangan yang solid dan profesional dan strategi
kampanye yang matang dan efektif kemudian terbukti meningkatkan
popularitas dan elektabilitas Ibas secara fenomenal.
Kapasitas kepemimpinan dan manajerial Ibas juga diuji selama masa
kampanye. Bukan hal yang mudah untuk memimpin dan mengelola tim
116
pemenangan kampanye dengan latar belakang yang amat berbeda. “Ibas
sangat detail dalam memeriksa laporan dan tidak pernah segan untuk
turun langsung memeriksa persiapan kapampanye di lapangan,” kata
Luvie Triadi, Direktur Charta Politika Indonesia yang memimpin tim Charta
Politika Indonesia di Dapil Jatim VII. Luvie menambahkan bahwa selama
tinggal di Dapil Jatim VII, Ibas kerap kali makan siang atau makan malam
di warung-warung makanan tradisional di Ponorogo, Pacitan, Ngawi,
Trenggalek, dan Magetan secara bergiliran untuk mendengar langsung
harapan warga.
“Memang Ibas masih relatif baru dalam percaturan partai politik,
baik di internal Partai Demokrat maupun dalam perpolitikan nasional.
Karena baru, ini menjadi ruang bagi beliau untuk membuktikan seluas-
luasnya bahwa beliau dapat berkontribusi kuat bagi partai dan juga bagi
demokratisasi Indonesia,” tutur mantan Ketua Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Hidayat Nur Wahid.
Melihat dari suara yang didapatkan, tradisi keluarga dan sistem
yang berlaku di Demokrat, Hidayat mengatakan Ibas bisa memberikan
kontribusi yang baik untuk meningkatkan kualitas, acceptability, maupun
demokratisasi di Partai Demokrat.
“Dia memiliki kemampuan, pendidikan tinggi, pribadi sederhana, low
profile, dan mudah beradaptasi. Saya pikir ia salah satu calon pemimpin
yang bisa kita harapkan. Mudah-mudahan sepuluh tahun lagi, dia sudah
bisa jadi pemimpin,” ujar mantan Ketua DPP Partai Demokrat, Syarif Hasan.
Melalui Jawa Timur, Ibas memulai karirnya sebagai wakil rakyat.
Sejak ditetapkan sebagai calon legislatif mewakili Dapil Jatim VII, Ibas
memiliki keteguhan tekad untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat
Jawa Timur. Biaya pendidikan terjangkau, akses yang mudah terhadap
kesehatan, dan terbukanya lapangan kerja adalah beberapa agenda
utama yang ia perjuangkan.
Sebagai putra Presiden, setiap langkah Ibas selalu dinanti oleh publik.
Baik lawan maupun kawan politik kini mengamati dengan cermat kiprah
Ibas di parlemen.
Menjelang Kongres II Partai Demokrat, Ibas kembali menunjukkan
naluri politiknya untuk mempersiapkan pelaksanaan kongres dan
117
mendukung salah satu kandidat, yaitu Andi Mallarangeng. Terhadap
sosok Ibas, Andi Mallarangeng yang juga merupakan mantan juru bicara
Presiden SBY, mengatakan, “Mas Ibas adalah kader partai, punya hak
politik, punya hak pendapat. Kalau dia bergabung, saya bersyukur dapat
dukungan”.
Sekali lagi, sejarah yang akan mencatat, apakah peraih suara
terbanyak nasional yang mengawali kiprah di parlemen dengan totalitas
ini mampu untuk menjadi wakil rakyat yang amanah.
Ujian sebagai Ketua Steering Committee dalam kongres merupakan
bukti keberhasilan Ibas. Kunci keberhasilan tersebut terlihat saat
Ibas memimpin Kongres Nasional II Partai Demokrat di Padalarang,
Kabupaten Bandung Barat, 21-23 Mei 2010, yang berjalan sukses dan
demokratis. Pelaksanaan kongres ini juga memberikan pembelajaran
politik tersendiri bagi Ibas.
Setelah kongres berlangsung demokratis, kubu Ketua Umum Partai
Demokrat terpilih, Anas Urbaningrum, menawarkan kursi Sekretaris
Jenderal untuk Ibas. Ada tiga alasan utama mengapa kubu Anas
Urbaningrum menggaet Ibas. Pertama, karena Ibas adalah Ketua Steering
Committee Kongres II. Kedua, kapasitas Ibas yang sudah memadai sebagai
Sekjen. Ketiga, regenerasi. Sebagai partai besar, Demokrat harus mampu
melahirkan pemimpin partai dari generasi muda.
Keberhasilan ini juga menunjukkan lompatan dan keberanian
mengusung calon dari kalangan muda. Ibas akhirnya resmi ditunjuk
sebagai Sekjen Partai Demokrat dalam pengumuman kepengurusan
yang dilakukan oleh Anas Urbaningrum, 17 Juni 2010, di kantor DPP
Partai Demokrat terdahulu, di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. Ibas
disebut sebagai kader Partai Demokrat yang mempunyai kapasitas dan
kemampuan sebagai Sekjen Partai Demokrat.
Ibas sendiri mengakui bahwa tantangan Partai Demokrat akan berat
ke depannya, namun ia tetap optimis. Format kepengurusan DPP Partai
Demokrat yang baru merupakan gabungan dari segenap kader terbaik
Partai Demokrat. Selain itu, format kepengurusan baru ini lebih dinamis
dan tidak terpusat pada satu pos tertentu saja.
120
Tabel &Grafik
Daftar TabelTabel Judul Hal
1
23
45678
20 Caleg Perolehan Suara Tertinggi Pemilu 2009Data Pemilihan Dapil Jatim VII Pemilu 2009Perolehan Jumlah Kursi Pemilu Legislatif 2004 Dapil Jatim VIIDesa Microtarget Kampanye di PacitanDesa Microtarget Kampanye di PonorogoDesa Microtarget Kampanye di MagetanDesa Microtarget Kampanye di NgawiJumlah Relawan per Kecamatan di Dapil Jatim VII
15
4453
7373747484
Daftar GrafikGrafik Judul Hal
1
23
4
5
Jumlah Suara Caleg Terpilih dari Dapil Jatim VII Pemilu 2009Data Pemilihan Dapil Jatim VII Pemilu 2009Popularitas Anggota DPR Periode 2004-2009 dari Dapil Jatim VII, Februari 2009Masalah Paling Mendesak (Sosiotropik Februari 2009)Masalah Paling Mendesak (Egosentrik Februari 2009)
17
5354
57
57
121
Grafik Judul Hal67
89
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Partai yang Dirasa Dekat (Februari 2009)Pemilihan Presiden Dalam Pemilu 2009 (Februari 2009)Medium Kegiatan Kampanye (Februari 2009)Tingkat Popularitas Kandidat (Februari 2009)Tingkat Keterpilhan Kandidat, Simulasi 24 Nama (Februari 2009)Media yang Paling Membantu Pemilih Mengenal Caleg (Februari 2009)Koran yang Paling Banyak Dibaca (Februari 2009)Jumlah Kunjungan Relawan per Kabupaten (Februari 2009)Perbandingan Tingkat Elektabilitas Ibas dan Partai Demokrat (Februari 2009)Tingkat Elektabilitas Edhie Baskoro Yudhoyono Pemilu 2009Total Perolehan Suara Caleg Partai Demokrat Pemilu 2009Perolehan Suara Edhie Baskoro Yudhoyono per Kabupaten Pemilu 2009Perbandingan Suara 9 Parpol Lolos Parliamentary Threshold 2009 Dapil Jatim VIIPerbandingan Perolehan Suara Edhie Baskoro Yudhoyono dengan Program Door-to-Door Campaign 2009Perbandingan Perolehan Suara Edhie Baskoro Yudhoyono dengan Program Door-to-Door Campaign 2009 per KabupatenJumlah Suara Caleg Terpilih Dapil Jatim VII Pemilu 2009
5859
596061
76
76
85
102
102
103
103
104
104
105
105
122
© 2012Diterbitkan olehCharta Politika
Hak Cipta dilindungiUndang-undang.Dilarang memperbanyakatau mengutip sebagianatau seluruh isi buku tanpaizin tertulis pemeganghak cipta.
Tim PenyusunLuvie TriadiArya FernandesLili HermawanYunarto WijayaDicky SeptriadiAditya DjanakaChairudin
Project ManagerBonggas Adhi Chandra
FotografiAdrian
DesainFren Mashudi
PenyuntingAbdul Qowi Bastian
ProduksiDavid Christian Bojoh
Cetakan pertamaDicetak di Indonesia
ISBN978-602-19821-0-5
Edhie Baskoro Yudhoyono
Anak Muda MerajutDemokrasi
Colophon