characteristics of usage patterns and water services in business ...

21
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku/Pola Pemakaian Air Bersih Engel dan kawan-kawan (1994) mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan tersebut. Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan membeli yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah, mencari informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan, evaluasi alternatif yang berupa penyeleksian, tahap pengambilan keputusan pembelian, dan diakhiri dengan perilaku sesudah pembelian. Perilaku/pemakaian air bersih pada suatu kawasan tidak akan pernah sama persis dengan kawasan lainnya akibat dari karakteristik yang dimiliki oleh kawasan yang bersangkutan. Pola pemakaian air bersih sangat ditentukan oleh iklim, ciri-ciri penduduk, masalah lingkungan hidup, industri dan perdagangan, iuran atas air, ukuran kota dan kebutuhan konservasi air.(Linsley,1995; Twort dkk, 2003 serta Kodoatie dan Syarif,2005). 2.1.1 Iklim Pola pemakaian air untuk kegiatan rumah tangga seperti mandi, mencuci, menyiram taman, pengaturan udara dan kegiatan lainnya akan lebih besar untuk

Transcript of characteristics of usage patterns and water services in business ...

Page 1: characteristics of usage patterns and water services in business ...

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perilaku/Pola Pemakaian Air Bersih

Engel dan kawan-kawan (1994) mengatakan bahwa perilaku konsumen

merupakan suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi

serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului

tindakan tersebut.

Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilan

keputusan membeli yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah, mencari

informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan, evaluasi alternatif yang

berupa penyeleksian, tahap pengambilan keputusan pembelian, dan diakhiri

dengan perilaku sesudah pembelian.

Perilaku/pemakaian air bersih pada suatu kawasan tidak akan pernah sama

persis dengan kawasan lainnya akibat dari karakteristik yang dimiliki oleh

kawasan yang bersangkutan. Pola pemakaian air bersih sangat ditentukan oleh

iklim, ciri-ciri penduduk, masalah lingkungan hidup, industri dan perdagangan,

iuran atas air, ukuran kota dan kebutuhan konservasi air.(Linsley,1995; Twort

dkk, 2003 serta Kodoatie dan Syarif,2005).

2.1.1 Iklim

Pola pemakaian air untuk kegiatan rumah tangga seperti mandi, mencuci,

menyiram taman, pengaturan udara dan kegiatan lainnya akan lebih besar untuk

Page 2: characteristics of usage patterns and water services in business ...

9

daerah yang mempunyai iklim yang hangat dan kering daripada daerah yang

mempunyai iklim yang lembab. Pada daerah yang mempunyai iklim yang sangat

dingin air mungkin akan diboroskan di keran-keran untuk mencegah bekunya

pipa-pipa air bersih (Linsley,1995). Sebagai contoh konsumsi air bersih di negara

tropis seperti Bangkok mencapai 218 liter/orang/hari (1999), Singapura 310

liter/orang/hari (2000), Malaysia 230-321 liter/orang/hari (1995) lebih besar jika

dibandingkan dengan konsumsi air bersih di negara sub tropis seperti Norwegia

mencapai 130 liter/orang/hari (1994), Netherland 195 liter/orang/hari dan Jerman

196 liter/orang/hari (Norken,2002).

2.1.2 Ciri-Ciri Penduduk

Pemakaian air akan dipengaruhi oleh status ekonomi dari para pengguna air

(Linsley,1995). Hal ini sejalan dengan Hall (1984), yang menyebutkan bahwa

semakin tinggi tingkat kesejahteraan penduduk maka semakin tinggi tingkat

konsumsi airnya. Hal ini ditunjukkan oleh Twork dkk.(2003) bahwa kebutuhan air

untuk kota kecil dengan perumahan standar rendah berkisar antara 90 sampai

dengan 150 liter/orang/hari, sementara untuk kota besar dan modern penggunaan

air bersih dapat mencapai 600 liter/orang/hari. Semakin tinggi kesejahteraan maka

semakin lengkap alat-alat rumah tangga yang berakibat semakin besar pula

kebutuhan airnya.

Page 3: characteristics of usage patterns and water services in business ...

10

2.1.3 Masalah Lingkungan Hidup

Perhatian masyarakat terhadap penyelamatan sumber-sumber air yang

merupakan aset lingkungan hidup telah mendorong penciptaan alat-alat rumah

tangga yang lebih hemat terhadap air sehingga pemakaian air yang lebih besar

dapat dikurangi. Sebagai contoh inovasi penggunaan katup pembatas aliran dan

pemancar pembatas aliran pada alat pancuran mandi persentase penggunaan

airnya masing-masing 50% dan 60% jika dibandingkan dengan menggunakan alat

konvensional. Demikian juga dengan inovasi pada toilet jenis katup penggelontor

bertumpuk dua dan toilet dua siklus persentase penggunaan airnya adalah 62%

dan 70% jika dibandingkan dengan menggunakan alat konvensional

(Linsley;1995 dan Soufyan,2000).

2.1.4 Iuran Atas Air dan Meteran

Apabila air mahal maka orang akan berpikir untuk menghabiskan air yang

banyak, begitu juga dengan industri yang mendorong pengembangan teknologi

yang berbasis pada teknologi hemat air. Jadi pengenaan tarif atas air dan meteran

akan mempengaruhi pola dan prilaku masyarakat serta dunia industri dalam

mempergunakan air (Linsley,1995 dan Twort,2003). Pengenaan tarif atas meteran

oleh PDAM dibedakan atas besarnya diameter pipa yang masuk pelanggan.

Semakin besar pipa maka semakin besar pula biaya meteran yang dikenakan.

Demikian juga pemberlakuan tarif air bersih oleh PDAM selain dibedakan dari

jenis pelanggan juga dibedakan menurut jumlah pemakaian air bersih bulanan

Page 4: characteristics of usage patterns and water services in business ...

11

(Direktori Perpamsi,2005). Menurut Linsley (1995), pemasangan meteran pada

sambungan air masyarakat telah menurunkan penggunaan air sebanyak 40%.

2.1.5 Ukuran Kota

Semakin besar ukuran kota maka jumlah penduduknya semakin bertambah,

kegiatan industri dan perdagangan lebih banyak serta jaringan limbah yang lebih

komplek dan mungkin juga terjadinya pemborosan air yang lebih besar.Variabel-

variabel diatas menyebabkan semakin besar ukuran kota maka semakin besar juga

kebutuhan airnya. Ditjen Cipta Karya (2000), telah menetapkan standar

pemakaian air untuk kota metropolitan sebesar 190 liter/orang/hari, ini lebih besar

dari standar kebutuhan air untuk kota besar sebesar 170 liter/orang/hari, kota

sedang sebesar 150 liter/orang/hari, dan kota kecil sebesar 130 liter/orang/hari.

Secara terperinci alokasi penggunaan air untuk beberapa katagori kota dapat

dilihat pada Tabel 2-1 berikut:

Tabel 2.1

Kriteria Pemakaian Air Domestik di Indonesia

No. Uraian KotaMetropolitan

KotaBesar

KotaSedang

KotaKecil

Desa

1. Konsumsi domestik(liter/orang/hari) 190 170 150 100 30

2. Konsumsi unit nondomestik (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30

3. Kehilangan air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-304. Jam Operasi 24 24 24 24 24

Sumber:Direktorat Jenderal Cipta Karya, DPU, 2000

Page 5: characteristics of usage patterns and water services in business ...

12

2.1.6 Kebutuhan Konservasi Kota

Pada beberapa daerah keadaan kekeringan telah memaksa penduduk yang

ada di dalamnya untuk melakukan penghematan terhadap kebutuhan air mereka.

Badan-badan atau otoritas yang berwenang terpaksa akan mengalokasikan

cadangan air untuk keperluan musim kemarau atau musim kering. Sebagai akibat

dari hal ini maka lambat laun penduduk di daerah itu akan menyesuaikan gaya

hidup terhadap pemakaian air dan hal ini memberikan efek edukatif yang bagus

bagi konservasi potensi air yang ada. Linsley, (1995) memberikan ilustrasi bahwa

pemakaian air dapat dikurangi 10 sampai dengan 40% tanpa menimbulkan suatu

masalah yang berarti bagi masyarakat pelanggan air bersih.

2.2 Jenis Kebutuhan Air Bersih

Jenis kebutuhan air bersih dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu

kebutuhan air domestik dan kebutuhan air non domestik. Kebutuhan air domestik

dan kebutuhan air non domestik ditambah dengan kehilangan air selama distribusi

merupakan kebutuhan air total (Kodoatie & Sjarief, 2005 dan Twort dkk. 2003).

2.2.1 Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air domestik sangat ditentukan oleh jumlah penduduk dan

konsumsi perkapita. Kecendrungan populasi dan sejarah populasi dipakai sebagai

dasar perhitungan kebutuhan air domestik, terutama dalam penentuan

kecendrungan laju pertumbuhan (Growth Rate Trend).

Page 6: characteristics of usage patterns and water services in business ...

13

Menurut Twort dkk. (2003), kebutuhan air domestik meliputi kebutuhan air

di dalam rumah, kebutuhan air di luar rumah dan kran umum. Kebutuhan air di

dalam rumah meliputi kebutuhan untuk minum, memasak, sanitasi, membersihkan

rumah, mencuci pakaian dan mencuci kendaraan. Sementara kebutuhan di luar

rumah meliputi kebutuhan untuk menyiram kebun, air mancur dan kolam renang.

Kebutuhan untuk kran umum adalah kebutuhan untuk kran yang dimanfaatkan

oleh publik.

Perbedaan pemakaian air domestik sangat ditentukan oleh karakteristik

komponen yang ada di dalamnya. Sebagai contoh kebutuhan air domestik

penduduk kota industri besar di Amerika Serikat sebesar 600 sampai dengan 800

liter/orang/hari, sementara kebutuhan air beberapa kota besar dan daerah

perkotaan di dunia sebesar 300 sampai dengan 550 liter/orang/hari. Di Inggris dan

Wales sebesar 288 liter/orang/hari tahun 1998/1999. Sementara pada tahun

1997/1998 penggunaan air rata-rata di Skotlandia sudah mencapai 460

liter/orang/hari dan di Irlandia Utara pada saat yang sama sudah mencapai 407

liter/orang/hari. Di negara –negara yang sudah maju kebutuhan airnya terus

bergerak naik seiring dengan peningkatan perkapita penduduknya (Souyan, 2000).

Contoh lainnya penggunaan air domestik rata-rata penduduk kota montreal di

Kanada sebesar 647 liter/orang/hari tahun 1975 sementara penggunaan air

domestik pada tahun yang sama di kota Monako, Prancis, sebesar 565

liter/orang/hari. Sedangkan menurut Norken (2006) di Indonesia tahun 1999

alokasi penggunaan air di perkotaan dicanangkan sebesar 125 liter/orang/hari dan

Page 7: characteristics of usage patterns and water services in business ...

14

60 liter/orang/hari di pedesaan, sementara di Denpasar tahun 2006 kebutuhan air

sudah mencapai 274 liter/orang/hari.

Kebutuhan air domestik di Indonesia menurut Direktorat Jenderal Sumber

Daya Air (2000) mengacu pada data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal

Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Air Bersih dengan

mengklasifikasikan daerah menjadi dua katagori yaitu kota dan desa. Kriteria kota

dibedakan lagi menjadi 4 katagori yaitu kota metropolitan, kota besar, kota sedang

dan kota kecil.

Penggunaan air domestik dari berbagai angka yang disodorkan oleh

berbagai instansi menunjukan bahwa pemakaian air terbesar adalah pada

kebutuhan kakus dan kamar mandi (Soufyan, 2000). Kebutuhan untuk kakus yang

meliputi kloset dan peturasan rata-rata 35,4% dari total kebutuhan air bersih

perhari. Sedangkan untuk kebutuhan kamar mandi rata-rata 30,72% dari

kebutuhan total air bersih perhari. Sementara pemakaian untuk dapur rata-rata

sebesar 6,2 %, cuci muka dan tangan sebesar 9,4 % dan untuk kebutuhan lainnya

sebesar 6,5 % dari total kebutuhan air bersih perhari.

2.2.2 Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air selain untuk keperluan di

dalam rumah, di luar rumah dan kran umum. Kebutuhan air non domestik

meliputi kebutuhan air untuk industri dan fasilitas umum.

Page 8: characteristics of usage patterns and water services in business ...

15

1. Kebutuhan Air Untuk Industri

Kebutuhan air untuk industri meliputi cakupan yang sangat luas dan

beragam mengingat industri terbagi dalam industri jasa dan industri yang

memproduksi barang.

a. Kebutuhan Air Industri Jasa

Dalam industri jasa seperti industri kepariwisataan kebutuhan air

diperhitungkan dari fasilitas pendukung industri pariwisata tersebut, seperti

kebutuhan air untuk restoran atau rumah makan, kebutuhan air hotel, losmen atau

penginapan, villa dan sarana pariwisata lainnya. Mengacu pada standar Ditjen

Cipta Karya (2000), kebutuhan air untuk restoran atau rumah makan

diperhitungkan terhadap jumlah tempat duduk yang disediakan. Standar

pemakaian air yang ditetapkan sebesar 100 liter/tempat duduk/hari. Sementara

kebutuhan air untuk hotel dihitung dari banyaknya kamar yang disediakan.

Kebutuhan air untuk hotel ditetapkan sebesar 150 liter/kamar/hari.

b. Kebutuhan Air Industri Barang

Kebutuhan air untuk industri yang menghasilkan barang sangat tergantung

dari jenis barang yang dihasilkan. Seperti contoh industri minuman akan

membutuhkan air yang lebih besar dabandingkan dengan industri yang tidak

berbasis pada air.

2. Kebutuhan Air untuk Fasilitas Umum

Kebutuhan air fasilitas umum diperhitungkan dari kebutuhan air untuk

sekolah, serta sarana kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas,

Page 9: characteristics of usage patterns and water services in business ...

16

a. Kebutuhan Air untuk Sekolah

Kebutuhan air untuk sekolah diperhitungkan dari banyaknya jumlah siswa

dan guru serta pegawai administrasi yang ada. Ditjen Cipta Karya (2000),

menetapkan kebutuhan air untuk sekolah sebesar 10 liter/murid/hari.

b. Kebutuhan Air untuk Sarana Kesehatan

Kebutuhan air untuk sarana kesehatan berupa rumah sakit dihitung dari

banyaknya tempat tidur/bed yang disediakan. Ditjen Cipta Karya (2000),

menetapkan bahwa kebutuhan air untuk rumah sakit sebesar 200 liter/bed/hari.

Sementara kebutuhan air untuk puskesmas ditetapkan sebesar 2 m3/hari.

Kebutuhan Total Air Non Domestik

Sebagian orang/instansi memperkirakan besarnya kebutuhan air non

domestik berdasarkan persentase terhadap besarnya kebutuhan air domestik. Besar

kebutuhan air non domestik diperkirakan sebesar 20% - 25% dari kebutuhan air

domestik (kodoatie & Syarif, 2005). Sementara Direktorat Jenderal Cipta Karya

(2000), memperkirakan besarnya kebutuhan air non domestik sebesar 20% - 30%

dari kebutuhan air domestik.

2.3. Pelayanan Air Bersih

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam

interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan

menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan

melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan

Page 10: characteristics of usage patterns and water services in business ...

17

seseorang. Kep.MenPan No. 81/93, menyatakan bahwa pelayanan umum adalah

segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintahan pusat/daerah,

BUMN/BUMD dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dan/atau

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pelayanan air bersih terkait erat dengan institusi pengelolaan air bersih,

cakupan wilayah pelayanan, jumlah dan klasifikasi pelanggan, kontinuitas,

kwantitas dan kwalitas aliran, penentuan tarif atas air, kebocoran serta kemauan

dari pelanggan untuk membayar kenaikan tarif atas pelayanan yang lebih baik.

2.3.1. Institusi Pengelolaan Air Bersih

Agar pengelolaan air bersih dapat terjamin maka diperlukan suatu

manajemen yang sistematis melalui suatu badan atau lembaga pengelolaan air

bersih. Banyak institusi atau lembaga pengelolaan air bersih yang ada di dunia,

seperti The Water and Sewerage Authority (WASA) di Sain Luca, Public Utility

Board (PUB) di Singapura, Hongkong Water Supplies Department (WSD) di

Hongkong, The Honolulu Board of Water Supply (BWS) di Hawaii, USA,

Cipprus The Water Development Department (WDD) di Siprus dan lembaga-

lembaga lainnya (Norken, 2002).

Di Indonesia pengelolaan air oleh pemerintah dipercayakan kepada PDAM

yang mempunyai fungsi sebagai operator penyedia air minum dan sekaligus

sebagai pengatur kebijakan air minum di daerah (Bappenas, 2003). Pada saat ini

jumlah PDAM sebagai perusahaan daerah berjumlah sekitar 300 buah di seluruh

Indonesia. Menurut Bappenas, 2003 pada saat ini institusi PDAM secara rata-rata

Page 11: characteristics of usage patterns and water services in business ...

18

nasional mempunyai kinerja yang belum memenuhi harapan, seperti tingkat

pelayanan yang rendah yaitu 17% dari total jumlah penduduk yang ada,

kehilangan air yang tinggi berkisar 41% dan konsumsi air yang rendah rata-rata

14 m3/sambungan/bulan, harga air yang belum memadai serta kesediaan sumber

daya manusia (SDM) yang masih kurang.

2.3.2. Cakupan Wilayah Pelayanan

Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan air bersih

menjadi semakin meningkat. Peningkatan ini menyebabkan cakupan wilayah

pelayanan menjadi semakin besar. Cakupan pelayanan rata-rata PDAM di

Indonesia saat ini baru sekitar 17% dari total penduduk meliputi 32% dari total

penduduk di daerah perkotaan dan 6,4% di daerah pedesaan (Bappenas, 2003).

2.3.3. Klasifikasi Pelanggan

a. Jumlah Pelanggan

Semakin besar jumlah pelanggan tentu akan semakin membuat PDAM

mempunyai daya saing sebagai sebuah perusahaan. Pada saat ini dari sekitar 300

PDAM di Indonesia hanya 3% yang mempunyai pelanggan di atas 100.000 orang.

Sebagian besar (49%) PDAM berukuran kecil dengan jumlah pelanggan di bawah

10.000 orang sehingga skala ekonominya kurang atau tidak menguntungkan

(Bappenas, 2003). Bali dengan 23 buah perusahaan air minum yang tersebar di 9

kabupaten dan kota mempunyai pelanggan rumah tangga sebesar 612.184

pelanggan (Statistik Air Minum, BPS Propinsi Bali, 2009).

Page 12: characteristics of usage patterns and water services in business ...

19

b. Klasifikasi Pelanggan

Klasifikasi pelanggan diperlukan untuk memudahkan dalam penentuan tarif

atas air yang dikenakan oleh PDAM. Klasifikasi pelanggan oleh PDAM

dibedakan menjadi beberapa klasifikasi yaitu sosial, non niaga, niaga, industri,

dan khusus, Peraturan Bupati Badung No. 1 Tahun 2007, tentang Tarif Air

Minum PDAM Kabupaten Badung.

Klasifikasi Sosial

Klasifikasi pelanggan sosial dibedakan menjadi klasifikasi sosial A dan

sosial B. Sosial A yaitu golongan pelanggan yang kegiatan setiap harinya

memberikan pelayanan kepentingan umum khususnya bagi masyarakat yang

berpenghasilan rendah, antara lain : hidran umum, kamar mandi umum, WC

umum, terminal air dan kran umum. Pelanggan sosial B yaitu golongan pelanggan

yang kegiatan setiap harinya memberikan pelayanan kepentingan umum dan

masyarakat serta mendapatkan sumber dana sebagian dari kegiatannya seperti

yayasan social, sekolah negeri/swasta, panti-panti asuhan, rumah-rumah ibadah.

Klasifikasi Non Niaga

Klasifikasi pelanggan non niaga adalah kelompok pelanggan yang

memanfaatkan air untuk kepentingan kegiatan sehari-hari. Klasifikasi ini

dibedakan menjadi rumah tangga A1, rumah tangga A2, rumah tangga A3, rumah

tangga A4, rumah tangga B dan rumah tangga C.

Page 13: characteristics of usage patterns and water services in business ...

20

Rumah Tangga A1 : Perumahan yang di muka rumahnya terdapat jalan yang

kelebarannya termasuk saluran got dan berm 0 – 3,99 meter,

dengan kode tarif D1.

Rumah Tangga A2 : Perumahan yang di muka rumahnya terdapat jalan yang

kelebarannya termasuk saluran got dan berm 4 – 6,99 meter,

dengan kode tarif D2.

Rumah Tangga A3 : Perumahan yang di muka rumahnya terdapat jalan yang

kelebarannya termasuk saluran got dan berm 7 – 10 meter,

dengan kode tarif D3.

Rumah Tangga A4 : Perumahan yang di muka rumahnya terdapat jalan yang

kelebarannya termasuk saluran got dan berm di atas 10

meter, dengan kode tarif D3.

Rumah Tangga B : Pelanggan rumah tangga selain sebagai tempat tinggal,

rumah tangga tersebut ada sesuatu usaha kecil (tidak

memiliki ijin usaha), untuk mendapatkan keuntungan baik

pelanggan tersebut juga untuk orang lain serta tanpa

memperhatikan lebar jalan, dengan kode tarif D4.

Rumah Tangga C : Sarana instansi pemerintah, lembaga pemerintah lainnya,

kolam renang milik pemerintah, kantor pemerintah

badan/lembaga sosial kebudayaan pemerintah, perwakilan

asing dan rumah sakit pemerintah, yang sumber dananya

dari APBN/APBD, dengan kode tarif D4.

Page 14: characteristics of usage patterns and water services in business ...

21

Klasifikasi Niaga

Klasifikasi pelanggan niaga adalah klasifikasi pelanggan yang kegiatannya

berorientasi pada industri. Kelompok ini dibedakan menjadi 2 yaitu niaga kecil

dan niaga besar.

Niaga Kecil : kios, warung, toko, kantor perusahaan, praktek dokter swasta,

biro jasa, losmen, penginapan, usaha penukaran uang, Bank,

BUMN/BUMD, rumah sakit Tipe D dengan kriteria bahwa di

muka bidang usaha tersebut terdapat jalan yang kelebarannya

termasuk got dan berm antara 4 – 6,99 meter, dengan kode tarif

E1.

Niaga Sedang : kios, warung, toko, kantor perusahaan, praktek dokter swasta,

biro jasa, losmen, penginapan, usaha penukaran uang, Bank,

BUMN/BUMD, rumah sakit Tipe D dengan kriteria bahwa di

muka bidang usaha tersebut terdapat jalan yang kelebarannya

termasuk got dan berm antara 7 – 10 meter, dengan kode tarif E2.

Niaga Besar : Komplek pertokoan, kantor perusahaan, praktek dokter swasta,

show room, biro jasa, rumah makan, losmen, penginapan, rumah

sakit swasta tipe A/B, importer/eksportir, expeditur, pasar

swalayan, kolam renang umum swasta, pompa bensin,

distributor/pedagang besar, night club, diskotik, bengkel besar

dan usaha-usaha besar lainnya dengan criteria bahwa di muka

bidang usaha tersebut di atas terdapat jalan raya utama atau jalan

Page 15: characteristics of usage patterns and water services in business ...

22

kembar termasuk got dan berm yang lebarnya di atas 10 meter,

dengan kode tarif E2.

Klasifikasi Industri

Industri Kecil : Hotel non bintang, hotel melati, villa, garmen, usaha konveksi,

peternakan kecil, usaha industri lainnya, dengan kode tarif F1.

Industri Besar : Hotel Berbintang, pabrik pengalengan, pabrik es, cold storage,

pabrik minuman dan peternakan besar, dengan kode tarif F2.

Klasifikasi Katagori Khusus

Pelabuhan Laut/Udara : pelayanan penjualan air kepada pelanggan di pelabuhan,

dengan kode tarif H.

Irigasi : pelayanan penjualan air khusus untuk penyiraman

kebun di hotel-hotel, dengan kode tarif I.

PDAM Kota Denpasar : pelayanan penjualan air khusus untuk PDAM Kota

Denpasar, dengan kode tarif J.

PAM PT. TB : pelayanan penjualan air khusus untuk PAM PT.

Tirtaartha Buanamulia, dengan kode tarif J.

2.3.4 Kontinuitas Pelayanan, Kwantitas dan kwalitas

a. Kontinuitas Pelayanan

Pelayanan air yang ideal adalah adanya pelayanan untuk pemakai air selama

24 jam. Beberapa keterbatasan seperti potensi dan kebocoran menyebabkan

Page 16: characteristics of usage patterns and water services in business ...

23

pelayanan air bersih tidak bisa dilakukan selama 24 jam secara penuh. Menurut

Twort dkk. (2003), beberapa negara di asia seperti India sangat jarang pelayanan

air bersih bisa dilakukan selama 24 jam. Sementara menurut data survey yang

dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) pada tahun 1996 menunjukkan

40% dari 50 kota-kota di kawasan Asia tidak dapat memberikan suplai air bersih

selama 24 jam dan sekitar 2/3 dari kebutuhan air masyarakat pemenuhannya

dilakukan melalui kran umum. Adanya ketimpangan mengenai kebutuhan yang

terus meningkat sementara pengembangan sumber baru yang terbatas

menyebabkan pelayanan yang diberikan kepada konsumen menjadi terbatas.

b. Kwantitas

Kwantitas merupakan ketersediaan air yang akan didistribusikan kepada

konsumen atau pelanggan. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan jumlah air yang semakin

besar. Sebagai contoh jumlah air yang disalurkan oleh PDAM di seluruh Bali

tahun 2008 sebesar 128.442.336 m3, sedangkan secara nasional jumlah air bersih

yang ada di Indonesia sebanyak 2.793 km3 atau 6 % dari air bersih dunia.

c. Kwalitas Air Bersih

Pada saat ini air yang disalurkan oleh PDAM kepada pelanggan belum

merupakan air yang siap diminum melainkan air bersih yang harus melewati

pengelolaan sebelum di minum (Kodoatie, 2005)

Menurut Efendi (2003), sesuai peraturan pemerintah (PP) No. 20 tahun

1990 memilah air menjadi beberapa golongan yang mengacu pada standar World

Health Organisation (WHO). Dalam standar ini mempertimbangkan standar

Page 17: characteristics of usage patterns and water services in business ...

24

kesehatan air dilihat dari faktor fisika (warna, bau, temperatur, kekeruhan), faktor

kimia (zat-zat kimia berbahaya), faktor renik (logam berahaya) dan faktor

bakteriologi (seperti bakteri E-Colli). Menurut peruntukannya penggolongan air

menurut PP No. 20 tahun 1990 adalah sebagai berikut:

1. Golongan A : air yang dapat dipergunakan sebagai air minum secara

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu

2. Golongan B : air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

3. Golongan C : air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan

4. Golongan D : air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di

perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.

2.3.5 Penentuan Tarif Atas Air

Salah satu yang mempengaruhi jumlah pemakaian air menurut Linsley

(1995), Twort dkk.(2003) dan Kodoatie & Syarif (2005), adalah tarif air minum

yang di kenakan. Harga air yang murah memberikan efek pemakaian air secara

berlebihan dan boros. Pada saat ini secara rata-rata nasional biaya produksi air

baku oleh PDAM ternyata lebih tinggi dari tarif yang dikenakan oleh PDAM

kepada pelanggannya (Bappenas, 2003). Selanjutnya Bappenas (2003),

menjelaskan PDAM yang mempergunakan mata air sebagai sumber air baku

biaya produksinya rata-rata Rp.787/m3, sedangkan tarif rata-ratanya Rp.618/m3.

PDAM yang mempergunakan mata air, sumur dalam dan sungai sekaligus sebagai

sumber air baku biaya produksi rata-ratanya Rp.1.188/m3 sedangkan tarif rata-

Page 18: characteristics of usage patterns and water services in business ...

25

ratanya Rp.1.112/m3. PDAM yang hanya mempergunakan sungai sebagai sumber

air baku biaya produksi rata-ratanya Rp.1.665/m3, sedangkan tarif rata-ratanya

Rp.1.175/m3, Besarnya tarif yang dikenakan PDAM sebagai perusahaan daerah

terhadap pelanggannya didasarkan kepada keputusan Bupati yang sebelumnya

telah mendapat persetujuan dari DPRD.

2.3.6 Kemauan Menerima Kenaikan Tarif Atas Pelayanan Yang Lebih

Baik

Menurut Norken (2006), pada sebagian pelanggan PDAM ada yang secara

sukarela mau menerima kenaikan tarif PDAM asalkan adanya jaminan perbaikan

pelayanan yang diberikan oleh PDAM. Kondisi ini menuntut adanya peningkatan

layanan PDAM yang sudah ada saat ini. Meskipun PDAM dengan posisi sebagai

perusahaan daerah yang memiliki berbagai keterbatasan, kedepan haruslah

mengembangkan pelayanan dengan semangat profesionalisme. Menurut Norken

(2006), pelanggan air di Kota Denpasar 80% mau menerima kenaikan tarif air

bersih dari 10% sampai 20% asal ada jaminan perbaikan pelayanan dari PDAM.

2.3.7 Kebocoran (Unaccounted For Water/UFW)

Sampai saat ini UFW merupakan komponen mayor dari kebutuhan air. Di

negara berkembang seperti Indonesia UFW bisa mencapai lebih dari 50% dari

suplai yang ada (Kodoatie & Syarif, 2005). Kebocoran air dapat didefinisikan

sebagai perbedaan antara jumlah air yang diproduksi oleh produsen air dan jumlah

yang terjual kepada konsumen sesuai dengan yang tercatat di meter-meter air

Page 19: characteristics of usage patterns and water services in business ...

26

pelanggan. Ada 2 jenis kehilangan air pada sistem suplesi air bersih yaitu :

kebocoran fisik dan kebocoran administrasi.

Besarnya kebocoran sangat bervariasi antara 10% sampai dengan 50% dari

total penggunaan air (Norken, 2002). Selanjutnya Norken (2002) menjelaskan

kehilangan air di Jerman berkisar antara 9% sampai dengan 43%, sementara di

Malaysia berkisar antara 20% sampai dengan 30% dan rata-rata kehilangan air di

negara-negara Asia sekitar 35%. Kehilangan air yang dikelola oleh PDAM di

Indonesia menurut Ditjen Cipta Karya (2000) ditetapkan sebesar 20% sampai

dengan 30%.

2.4 Kebutuhan Air di Masa Yang Akan Datang

Prediksi kebutuhan air dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai

besarnya kebutuhan air untuk saat ini dan masa yang akan datang yang mengacu

pada perencanaan Direktorat Jenderal Cipta Karya (2000), yaitu jangka pendek (5

tahun), jangka menengah (10 tahun) dan jangka panjang (20 tahun). Prediksi

pemakaian air akan sangat menentukan neraca air bersih yang tersedia pada suatu

tahun prediksi.

Untuk memperoleh gambaran mengenai jumlah pemakaian air maka salah

satu yang paling penting untuk diprediksikan adalah mengenai jumlah penduduk.

Rumus pendekatan yang dipakai memprediksi besarnya pertambahan penduduk

menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam Rencana Induk Pengembangan

Air Terpadu, (2000) adalah pendekatan rumus Geometrik dan pendekatan rumus

Aritmatik.

Page 20: characteristics of usage patterns and water services in business ...

27

Formula (metode) Geometrik : Pn = Po(1 + r)n (1)

Dimana : Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n;

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar;

r = laju pertumbuhan penduduk;

n = jumlah interval

Formula (metode) Arithmatik : Pn = Po + Ka(Tn – To) (2)

Dimana : Ka =Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n;

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar;

Tn= tahun ke n;

To= tahun dasar;

Ka= konstanta arithmatik;

P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I;

P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir;

T1 = tahun ke I yang diketahui;

T2 = tahun ke II yang diketahui.

2.5 Tingkat Keandalan Penyediaan Air Bersih

Tingkat keandalan merupakan persentase antara jumlah potensi air yang

tersedia dibandingkan dengan pemakaian air yang ada. Menurut BPS Provinsi

Bali (Statistik Air Minum, 2009), menyatakan bahwa tingkat keandalan PDAM di

seluruh Bali dilihat dari potensi dan debit yang disalurkan sebesar 111%. Potensi

Page 21: characteristics of usage patterns and water services in business ...

28

air yang ada di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Bali bersumber dari

sungai, danau, waduk, mata air, air tanah dan lainnya.

Pola pemakaian air terkait sangat erat dengan karakteristik dan lingkungan

pelanggan, seperti iklim, ciri-ciri penduduk, masalah lingkungan hidup, industri

dan perdagangan, iuran atas air dan meteran, ukuran kota dan kebutuhan

konservasi. Pola pemakaian dan pelayanan akan menjadi acuan bagi PDAM dan

instansi terkait dalam manajemen air bersih.