chapter_2

51
PROSES-PROSES PERSEPSI PENDAHULUAN Persepsi adalah suatu proses kognisi yang menggunakan basis pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk mengambil dan menginterpretasikan stimulus/rangsangan yang dicatat (ditangkap) oleh indera kita. Persepsi mengkombinasikan aspek-aspek baik yang ada di alam luar yang berupa stimulus maupun yang ada dalam diri yang berupa pengetahuan awal dan mengkombinasikanya pula apa yang disebut sebagai proses bottom-up dan top-down. Proses-proses persepsi yang dibahas dibatasi pada topik yang masing-masing relevan dengan proses persepsi yaitu : Pengenalan Obyek (Object Recognition) yang memberi kemampuan untuk mempersepsikan suatu bentuk dari suatu stimulus, dan Perhatian(Attention) yang berperan bagi kita dalam memproses lebih luas terhadap informasi yang masuk, serta kesadaran(consciousness) yaitu : kesadaran yang dimiliki seseorang tentang dunia diluar dirinya, tentang persepsi-persepsi, gambaran-gambaran dan perasaan- perasaanya. Antara topik pengenalan obyek dengan perhatian terdapat topik yang menghubungkan keduanya yaitu change blindness. Pada penelitian tentang change blindness ditunjukkan bahwa kita dalam mengenali obyek jika tidak kita lanjutkan lebih dalam dengan melakukan perhatian (attention), maka 1

description

terjemahan bab 2

Transcript of chapter_2

Page 1: chapter_2

PROSES-PROSES PERSEPSI

PENDAHULUAN

Persepsi adalah suatu proses kognisi yang menggunakan basis pengetahuan yang

sudah ada sebelumnya untuk mengambil dan menginterpretasikan stimulus/rangsangan

yang dicatat (ditangkap) oleh indera kita. Persepsi mengkombinasikan aspek-aspek

baik yang ada di alam luar yang berupa stimulus maupun yang ada dalam diri yang

berupa pengetahuan awal dan mengkombinasikanya pula apa yang disebut sebagai

proses bottom-up dan top-down.

Proses-proses persepsi yang dibahas dibatasi pada topik yang masing-masing

relevan dengan proses persepsi yaitu : Pengenalan Obyek (Object Recognition) yang

memberi kemampuan untuk mempersepsikan suatu bentuk dari suatu stimulus, dan

Perhatian(Attention) yang berperan bagi kita dalam memproses lebih luas terhadap

informasi yang masuk, serta kesadaran(consciousness) yaitu : kesadaran yang dimiliki

seseorang tentang dunia diluar dirinya, tentang persepsi-persepsi, gambaran-gambaran

dan perasaan-perasaanya.

Antara topik pengenalan obyek dengan perhatian terdapat topik yang

menghubungkan keduanya yaitu change blindness. Pada penelitian tentang change

blindness ditunjukkan bahwa kita dalam mengenali obyek jika tidak kita lanjutkan

lebih dalam dengan melakukan perhatian (attention), maka kita bisa tidak mengetahui

kalau obyek tersebut sebenarnya sudah diganti.

Aspek biologis dari proses persepsi juga disajikan dalam pembahasan ini, yang

menjelaskan tentang penelitian-penelitian yang berkaitan tentang bagian-bagian di otak

kita, serta yang dikerjakanya dihubungkan dengan proses persepsi yang kita lakukan.

Pada pendalaman materi tentang persepsi wajah juga akan dijelaskan secara khusus

dimana pengenalan wajah manusia memerlukan proses yang khusus dibandingkan

dengan pengenalan obyek-obyek yang lain.

Pada bagian belakang setelah penjelasan tentang proses-proses persepsi,

diberikan contoh penerapan pada pengajaran matematika. Pembahasan soal-soal

chapter-2 juga disertakan dengan harapan bisa memperjelas tentang permasalahan

proses-proses persepsi ini.

1

Page 2: chapter_2

A. PENGENALAN OBYEK (OBJECT RECOGNITION)

Pengenalan Obyek (Object Recognition) adalah pengenalan terhadap susunan

yang kompleks dari stimulus yang datang pada pada panca indera dengan

menggunakan basis pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Disaat kita mengenal

suatu obyek, indera kita memproses pemindahan dan mengorganisir informasi mentah

yang disediakan oleh indera penerima kemudian kita bandingkan stimulus pada indera

dengan informasi yang terdapat pada penyimpan-penyimpan memori yang sudah ada

sebelumnya.

Pengenalan Obyek meliputi pemakaian suatu nama atau sebutan untuk suatu

fakta yang tersusun pada stimulus, contohnya bahwa kita dapat mengenal suatu angka,

huruf, suara nyanyian dan lain-lain. Juga meliputi kesadaran bahwa kita pernah melihat

suatu keterangan atau fakta sebelumnya walaupun kita tidak mengenal namanya,

misalnya ada pemain sinetron yang tidak terkenal yang sedang di televisi, kita

mengenal wajahnya walaupun kita tidak dapat menyebutkan namanya.

Para ahli psikologi telah mengembangkan dua terminologi yang berkaitan dengan

persepsi terhadap stimulus yaitu distal stimulus dan proximal stimulus. Distal

stimulus merupakan obyek nyata yang dikenali oleh panca indera, misalnya laptop

berada didepan kita. Proximal stimulus yaitu informasi yang tercatat didalam sensory

receptors, contohnya : gambar di retina yang terbentuk oleh laptop tersebut.

Demonstrasi 2.1 yang pertama kali dilakukan oleh Biederman tahun 1995

melakukan percobaan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Hidupkan TV anda, lalu pilihlah menu “mute”.

Tutup mata anda dan pindahlah channel TV ke saluran yang lain.

Buka mata anda dan langsung lihat TV tersebut dan kenalilah gambarnya

Penelitian ini menunjukkan bahwa kita dapat mengenali obyek pada kejadian yang

baru ditampakkan ke kita sekitar 1/10 detik (Biederman, 1995).

Pengenalan Obyek dalam tinjauan biologis, informasi visual yang masuk

melewati retina dibawa masuk melalui neuron ke primary visual cortex di otak.(lihat

gambar 1) Iconic-memory atau visual sensory-memory mencatat visual stimulus

dalam waktu 200-400 milisecond setelah visual stimulus terlihat. Primary visual cortex

merupakan area di occipital lobe di otak yang bertugas mengolah stimulus yang

berbentuk visual. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

2

Page 3: chapter_2

primary visual cortex tersebut menjadi aktif pada saat kita mengenali obyek yang

kompleks.

Gambar 1. Otak Manusia

A.1. TEORI-TEORI PENGENALAN OBJECT

A.1.1. Template-Matching Theory

Teori yang membandingkan antara suatu stimulus pada suatu kumpulan bentuk-

bentuk dengan obyek-obyek spesifik yang kita simpan dalam memori. Setelah

membandingkan stimulus pada beberapa bentuk, otak akan mencatat suatu bentuk

yang kesesuaianya paling dekat.

Teori ini tidak cukup mampu dalam menjelaskan terhadap proses yang kompleks

dari pengenalan obyek pada manusia. Hal ini disebabkan oleh sebagai berikut :

Teori ini tidak fleksibel, karena menurut teori ini, jika suatu bentuk obyek sudah

jauh berbeda dengan aslinya maka, maka obyek tersebut sudah tidak dapat

dikenali. Tetapi kenyataanya hal ini tidak terjadi pada otak manusia, misalnya

manusia masih bisa mengenali suatu huruf yang bentuknya sebenarnya sudah jauh

dari bentuk aslinya, seperti terlihat pada gambar 2. Huruf Z yang sudah dibuat

menjadi beberapa versi, namun masih bisa dikenali sebagai huruf Z.

3

Page 4: chapter_2

Dengan teori ini kita membutuhkan bentuk yang jumlahnya tak terhngga dalam

upaya mengenali seluruh variasi yang mungkin ditemukan pada object-object

(padahal volume otak kita terbatas)

Teori ini hanya bekerja untuk huruf-huruf yang tersendiri dan obyek-obyek

sederhana lainya yang ditampilkan dalam bentuk lengkap. Padahal kita mampu

mengenal benda yang bercampur baur dan dalam ukuran yang tidak sebenarnya.

Oleh karena alasan-alasan tersebut, template matching theory ini tidak mampu

menangani kompleksanya proses visual yang dilakukan oleh manusia.

Gambar 2. Beberapa versi huruf Z

A.1.2. Feature Analysis Models

Beberapa teori yang didasarkan pada feature analysis models mengemukakan

bahwa stimulus visual tersusun atas sejumlah kecil karakteristik atau komponen. Tiap-

tiap karakteristik tersebut dinamakan distinctive feature. Jadi distinctive feature

merupakan karakteristik yang menyusun satu stimulus visual. Menurut model ini kita

menyimpan daftar distinctive feature untuk setiap huruf. Perhatikan gambar 3 yang

menggambarkan demonstrasi 2.2 yang dibuat oleh Elanor Gibson(1969)

menggambarkan distinctive feature pada huruf abjad. Pada demonstrasi 2.2 tersebut,

perhatikan huruf R, pada huruf R ini terdapat distinctive feature antara lain garis lurus

vertikal, kurva melengkung dan garis lurus diagonal. Hal ini berbeda dengan huruf P

yang hanya memuat garis lurus vertikal dan kurva melengkung. Jika kita melihat huruf

baru, maka sistim visual kita akan mencatat distinctive feature yang ada pada huruf

baru tersebut, feature apa yang ada dan feature apa yang tidak ada. Kemudian

distinctive feature tersebut kita bandingkan dengan daftar distinctive feature dari

huruf-huruf yang sudah ada dalam memory otak kita.

Jika dibandingkan dengan Template Matching Theory, maka perbedaan yang

penting adalah bahwa pendekatan Feature Analysis Model menyatakan bahwa analisa

4

Page 5: chapter_2

pengamatan hanya meliputi bagian-bagian spesifik yan penting dari suatu stimulus.

Sebaliknya pada template matching theory menekankan pada pentingnya seluruh

bentuk dari suatu stimulus, atau memandang suatu stimulus sebagai satu kesatuan

obyek yang utuh.

Bagaimanapun juga terdapat beberapa kendala pada pendekatan feature analysis

model ini, yaitu :

Pengenalan object sebenarnya tidak sesederhana hanya menyusun daftar feature

yang terdapat pada suatu stimulus, tetapi harus juga ada penjelasan lebih lanjut

tentang feature-feature tersebut serta hubungan-hubunganya(Bruce,1988).

Contohnya pada huruf T yang mempunyai feature garis lurus vertikal dan garis

lurus horisontal. Jika huruf T kita tulis dengan miring T kita masih tetap bisa

mengenalinya, yang berarti bahwa feature garis diagonal bisa mengganti garis lurus

vertikal. Begitu juga huruf H bisa ditulis dengan H.

Feature analysis models sebenarnya lebih cocok untuk diterapkan pada pengenalan

huruf secara sederhana, padahal bentuk-bentuk object di alam raya ini sangatlah

kompleks. Misalnya adalah bentuk kuda, apakah mengenalinya dengan mengenali

feature-feature yang kompleks yang ada pada kuda tersebut, misalnya kakinya,

kukunya, bulu-bulunya, mulutnya, kepalanya ? Tentunya hal ini lebih rumit dari

sekedar mengenali huruf-huruf.

A.1.3. Pengenalan Dengan Komponen Model

Irving Biederman(1987,1990,1995) telah mengembangkan suatu pendekatan

yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana manusia bisa mengenali bentuk 3

dimensi. Asumsi Biederman dalam recognition-by-component theory adalah bahwa

obyek 3 dimensi dapat direpresentasikan sebagai susunan dari beberapa bentuk 3

dimensi yang sederhana. Bentuk 3 dimensi sederhana ini oleh Biederman dinamakan

geons, kependekan dari geometrical ions.

Lima dari 24 geons yang diusulkan dan beberapa contoh bentuk 3 dimensi yang

bisa dibentuknya dapat dilihat pada gambar 4. Sebagai ilustrasi, kata-kata dalam

kalimat tersusun dari huruf-huruf abjad, begitu juga dengan obyek-obyek bentuk 3

dimensi yang ada tersusun dari geon-geon. Kata-kata yang berbeda artinya bisa

tersusun dari huruf-huruf yang sama misalnya buku dengan kubu, begitu juga dengan

5

Page 6: chapter_2

dua atau lebih bentuk tiga dimensi yang berbeda bisa tersusun dari sejumlah geon yang

sama.

Gambar 3. Distinctive feature pada huruf abjad

Masalah yang dihadapi untuk pendekatan ini adalah jika obyek terletak pada

posisi sudut pandang yang tidak tepat. Misalnya suatu obyek yang tersusun dari geon

nomor 5 (bulat melengkung), pada sudut pandang lain bisa saja terlihat bahwa benda

itu tersusun dari geon nomor 3(bulat lurus).

6

Page 7: chapter_2

Gambar 4. Sebagaian Geon (A) dan contoh benda yang dibentuknya (B)

A.1.4 Viewer-centered Approach

Pada pendekatan ini, kita menyimpan sejumlah view (pandangan) dari obyek 3

dimensi. Jika kita memandang suatu obyek baru maka pandangan tersebut kita simpan

di memori, kemudian jika kita memandang dengan sudut yang lain dan posisi itu

belum ada di memori kita, maka hasil padangan ini juga kita simpan di memori. Jika

kita melihat suatu dari sudut yang lain padahal kita sudah pernah melihatnya maka

pikiran kita harus merubah posisi obyek tersebut sesuai dengan data yang tersimpan

dalam memori otak kita. Perubahan posisi obyek yang dilakukan secara mental

membutuhkan waktu beberapa saat dan bisa saja menimbulkan kesalahan. Kontroversi

tentang pengenalan obyek ini masih belum terpecahkan, masih diperlukan penelitian

lanjutan untuk mengetahui bagaimana kita mengenali obyek yang berada pada posisi

pandangan yang tidak baku.

7

Page 8: chapter_2

A.2. TOP-DOWN PROCESSING

Teori-teori tentang pengenalan obyek yang telah kita bahas diatas menekankan

bagaimana sesorang mengenali suatu obyek berdasarkan pada pengenalan obyek yang

memberi stimulus pada kita, hal ini disebut sebagai Bottom-up processing (disebut

juga Data Driven processing) pada pengenalan obyek.

Suatu hal yang tidak kalah penting dalam pengenalan obyek adalah Top-Down

processing (disebut juga Conceptually Driven processing). Top-Down processing

adalah pendekatan yang menekankan bagaimana sesorang yang sudah memiliki konsep

dan proses mental tingkat tinggi bisa mempengaruhi pengenalan obyek. Secara

terperinci, konsep-konsep yang telah kita miliki, harapan-harapan serta daya ingat kita

akan membantu kita dalam mengenali suatu obyek.

Para ahli psikologi kognitif menyatakan bahwa baik top-down processing

maupun bottom-up processing, keduanya sangat diperlukan untuk menjelaskan

kompleksitas dari pengenalan obyek. Mereka tidak bisa mengatakan yang satu lebih

mendominasi yang lain atau sebaliknya, karena dalam pengenalan obyek, kedua

proses tersebut terjadi secara bersama-sama.

PENELITIAN-PENELITIAN PADA TOP DOWN PROCESSING

Para peneliti telah menemukan bahwa top-down processing dapat mempengaruhi

kemampuan kita untuk mengenali berbagai macam obyek(Bar&Ullman,1996;

Becker,1999; Biederman et al.,1982; Palmer,1975). Mari kita perhatikan suatu kreasi

spesifik pada penelitian tersebut yang mendemonstrasikan bahwa top-down processing

mempengaruhi kemampuan kita dalam hal membaca suatu kalimat.

Perhatikanlah tulisan pada demonstrasi 2.3. pada gambar 5. Seperti yang kita

lihat bahwa terdapat tiga bentuk huruf yang sama tetapi bisa mempunyai dua maksud,

pada satu tempat sebagai H dan pada tempat lain sebagai A. Pada demonstrasi ini, kita

bisa mengidentifikasi kata pertama sebagai THE, pengetahuan kita tentang kata-kata

membantu kita untuk mengenali bahwa huruf kedua adalah H, begitu juga dengan

kata-kata berikutnya kita dapat mengidentifikasinya sebagai MAN RAN. Jadi, dalam

hal ini konteks juga bisa membantu dalam pengenalan obyek.

8

Page 9: chapter_2

Gambar 5. Demonstrasi 2.3

Kebanyakan penelitian pada topik ini telah menguji bahwa konteks telah

membantu kita untuk mengenali huruf alfabet. Para ahli psikologi yang mempelajari

proses membaca telah melihat kenyataan selama beberapa dekade bahwa teori

pengenalan tidaklah cukup jika hanya didasarkan pada informasi yang didapat dari

stimulus obyek saja. Sebagai contoh, andaikan kita selalu mengenali tiap huruf dari

kata-kata yang kita baca dengan menganalisa fitur yang terdapat huruf-huruf tersebut.

Kita anggap bahwa tiap-tiap huruf rata-rata terdapat empat fitur yang berbeda.

Berdasarkan kemampuan rata-rata umumnya orang membaca, maka berdasarkan

analisa tersebut tiap menit proses membaca harus menganalisa kurang lebih 5000 fitur

yang terdapat pada huruf. Hal ini sangatlah besar dan proses persepsi kita (jika hanya

mengandalkan informasi stimulus dari huruf saja) tidak akan bisa menangani hal

tersebut.

Satu penelitian lagi tentang pengenalan huruf yang cukup fenomenal adalah

mengenai word superiority effect. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa kita bisa

mengenali sebuah huruf lebih akurat dan lebih cepat jika huruf tersebut terdapat pada

suatu kata daripada huruf tersebut berdiri sendiri atau dalam suatu string (kumpulan

huruf) yang tidak bermakna. Sebagai contoh, Reicher(1969) mendemonstrasikan

bahwa keakuratan pengenalan huruf lebih meningkat secara signifikan didalam suatu

kata misalnya work daripada pada bukan kata misalnya orwk.

Dari pembahasan tersebut terlihat bahwa huruf–huruf dapat lebih mudah dikenali

didalam konteks kata. Hal ini menunjukkan pentingnya top-down processing. Begitu

juga kata-kata lebih mudah dikenali jika suatu kata berada dalam suatu kalimat.

9

Page 10: chapter_2

Sebagai contoh, kata makan lebih mudah dikenali jika berada dalam suatu kalimat

“Ayah makan nasi”.

Selanjutnya akan dibahas tentang penelitian kata-kata dalam kalimat (words-in-

sentences). Rueckl dan Oden(1986) menunjukkan bahwa fitur dari stimulus dan

konteks yang wajar bisa membantu pengenalan kata. Dalam hal ini baik bottom-up

processing maupun top-down processing berperan bersama-sama secara seimbang.

Peneliti tersebut menggunakan huruf-huruf dan character yang menyerupai huruf,

dalam hal ini yang digunakan peneliti adalah huruf n dan huruf r serta tiga huruf yang

bentuknya antara n dan r. Bentuk huruf-huruf ini seperti pada gambar 6, dibawah garis

mendatar bagian bawah. Masing-masing huruf tersebut digabungkan dalam kata

“bea_s”. Jadi penelitian ini menggunakan lima kata dimulai dari “beans” sampai

“bears”.

Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar 6. Kita bisa melihat bahwa secara

umum responden grafiknya naik menuju pemilihan “bears” ketika huruf “n” secara

perlahan diubah menjadi huruf “r”. Hal ini menunjukkan bahwa fitur dari stimulus

sangatlah penting (bottom-up processing). Temuan lain yang bisa dilihat adalah bahwa

penjaga kebun binatang dan pawang harimau secara konsisten lebih banyak memilih

bears(beruang) dibandingkan para ahli–tumbuhan dan para petani pabrik susu. Hal ini

menunjukkan adanya top-down processing dalam pengenalan kata.

Gambar 6. Hasil penelitian words-in-sentences Rueckl dan Oden(1986).

10

Page 11: chapter_2

Overactive Top-Down Processing

Overactive top-down processing berarti penerapan top-down processing secara

berlebihan, hal ini terkadang bisa mengakibatkan kesalahan dalam mengenali suatu

huruf atau kata. Mary Potter dan koleganya (1993) menggambarkan kecenderungan ini

sebagai “overuse good strategy” pada penelitian proses membaca.

Dalam penelitian tersebut, obyek penelitian diinstruksikan untuk membaca

sejumlah kata-kata. Setengah dari kata-kata tersebut adalah kata-kata aslinya,

sedangkan setengahnya lagi adalah kata-kata yang hurufnya sudah diubah-ubah

sehingga sudah tidak bermakna lagi, misalkan kata motor dirubah jadi mitor. Daftar

kata-kata ditampilkan sangat singkat yaitu 1/10 detik per kata. Hasilnya 57% kata-kata

berhasil dibaca dengan benar. Mereka banyak melakukan kesalahan pada penganalan

kata-kata yang sudah diubah. Hal ini menunjukkan bahwa top-down processing

mereka berlebihan, misalkan mereka diberi stimulus kata droam, kebanyakan dibaca

dengan dream.

IN DEPTH

PERSEPSI WAJAH (FACE PERCEPTION)

Proses pengenalan wajah manusia merupakan suatu proses yang spesifik

dibandingkan dengan pengenalan obyek yang lain. Dalam pengenalan wajah, sulit

bahkan tidak bisa dilakukan secara parsial atau per bagian.

Sebagai contoh, seseorang yang sudah kita kenal misalkan bernama si A yang

tidak pernah menggunakan kacamata hitam, tiba-tiba menggunakan kacamata hitam.

Pada saat melintas didepan kita dan tanpa berkata-kata kepada kita, kita akan sulit

yakin bahwa seorang yang melintas tersebut adalah si A. Hal ini dikarenakan dalam

pengenalan wajah, faktor yang penting adalah bahwa wajah tersebut terlihat secara

utuh, walaupun ekspresi wajah berubah-ubah (tertawa, senyum, menangis, dsb.) kita

masih mudah mengenalinya.

Pengenalan Wajah dibanding Obyek lain

Pengenalan wajah manusia berbeda dengan obyek lain, misalnya wajah kuda.

Dalam pengenalan wajah manusia, kita melakukan pengenalan wajah secara utuh,

11

Page 12: chapter_2

namun dalam mengenali wajah kuda, prosesnya sama dengan pengenalan obyek-

obyek pada umumnya.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh James Tanaka dan Martha

Farah(1993) menunjukkan bahwa responden masih bisa akurat mengenali kuda,

walaupun kuda itu menggunakan masker yang menutup sebagian wajah kuda.

Sebaliknya dalam mengenali wajah manusia, dengan sedikit ditutup sebagian

wajahnya, manusia sudah sulit dikenali, lihat hasil penelitian seperti pada gambar 7.

Pada hasil penelitian tersebut terlihat bahwa pada Isolated-part condition (sebagian

wajah ditutupi) pengenalan wajah manusia jauh lebih sulit dibanding pengenalan

wajah kuda. Sedangkan pada Whole-object condition (terbuka semuanya), hasilnya

hampir sama.

Gambar 7. Hasil penelitian pengenalan wajah manusia dan kuda

12

Page 13: chapter_2

Neuroscience Research pada Pengenalan Wajah

Neuroscience research mengenai pengenalan wajah sudah banyak dilakukan.

Misalnya McNein dan Warrington (1993) meneliti pada seorang professional yang

kecelakaan dan mengakibatkan kerja otaknya terganggu, dia kehilangan kemampuan

untuk mengenali wajah orang, tapi dia masih bisa mengenali wajah dari biri-birinya.

Lokasi di otak yang banyak merespon pengenalan wajah adalah temporal cortex,

lebih khusus lagi adalah inferotemporal cortex, perhatikan gambar 1. Para peneliti

menyatakan bahwa ada sel spesifik di cortex yang merespon persepsi wajah.

Applied Research pada Pengenalan Wajah

Kemp dan Koleganya (1997) mengadakan penelitian tentang persepsi wajah,

dimana 47 mahasiswa masing-masing diberi 4 jenis kartu kredit, (1) Foto sebenarnya

(2)Ada perubahan pada wajahnya (3) Foto orang lain yang mirip (4) Foto orang lain

yang tidak mirip tapi ada kesamaan gender dan etnik.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa petugas kasir bisa mengenali foto

dan menerima kartu kredit jenis (1) 93% jenis (2) 86 % . Serta berhasil menolak kartu

kredit jenis (3) 36% , jenis (4) 66%.

Change Blindness

Change blindness merupakan suatu kejadian ketidakmampan untuk mendeteksi

adanya perubahan obyek atau peristiwa (Simons&Lenin,1997a). Simon&Levin

(1997b;1998) mengadakan penelitian tentang change blidness seperti pada gambar 2.6.

Hasilnya hanya separo responden yang mengetahui adanya perubahan obyek.

Resink and colleagues(1997) dalam percobaanya menemukan bahwa orang akan

secara cepat mengetahui perubahan dua foto, jika perubahan/perbedaan dua foto

tersebut sangat nyata. Dari penelitian-penelitian menunjukkan bahwa jika kita tidak

fokus dalam perhatian pada obyek, maka kemungkinan akan terjadi change blindness

tersebut sangat besar.

B. PERHATIAN (ATTENTION)

Kata perhatian/atensi(attention) dalam perkataan sehari-hari sering digunakan

untuk memasukkan beberapa jenis aktifitas mental yang berbeda. Para psikolog juga

menggunakan kata ini pada banyak konteks yang berbeda. Perhatian(attention) dapat

13

Page 14: chapter_2

diartikan sebagai kegiatan konsentrasi yang merupakan aktifitas mental dimana kita

bisa memilih jenis-jenis tertentu dari stimulus untuk diproses lebih lanjut, dan dengan

mengabaikan stimulus lainya (Shapiro, 1994). Sebagai contoh, pada saat ujian kita

berkonsentrasi pada stimulus yang datang dari soal-soal ujian saja, dengan

mengabaikan stimulus lain yang datang.

Perhatian(attention) bisa juga dimaksudkan pada kegiatan berkonsentrasi untuk

menerima informasi selanjutnya. Misalnya pada saat kita akan mendengarkan

pengumuman, maka kita harus berkonsentrasi untuk menerima informasi yang akan

disampaikan. Perhatian(attention) juga bisa dimaksudkan pada kegiatan konsentrasi

menerima satu percakapan dan mengabaikan percakapan-percakapan dari orang lain.

Dari sedikit pembahasan tersebut, perhatian (attention) bisa diartikan sebagai

konsentrasi dari aktifitas mental.

Kita akan memulai diskusi kita tentang perhatian pada dua kegiatan kognitif yang

saling berhubungan yaitu : perhatian terbagi (divided attention) dan perhatian

terseleksi (selective attention). Kemudian kita akan menjelaskan pengujian pada

perhatian (attention). Sebagai penutup akan dibahas tentang consciousness (kesadaran)

yang mempunyai hubungan erat dengan perhatian.

B.1. Perhatian Terbagi (Divided Attention)

Sebagai gambaran pada perhatian yang terbagai, misalkan anda sebagai

seorang eksekutif yang sibuk, berbicara dengan telepon genggam di mobil mengenai

suatu pertemuan penting. Percakapan di telepon menguras perhatian, sehingga anda

lupa belok dan menghabiskan waktu 15 menit untuk kembali ke jalur yang benar.

Konsekuensi perhatian yang terbagi dapat juga membahayakan jiwa. Di Yugoslavia

tahun 1976, dua pesawat terbang tabrakan dan semua 176 penumpang dan anggota kru

tewas. Pengendali lalulintas udara bekerja tanpa asisten, dan dia mengawasi 11

pesawat secara bersamaan. Beberapa menit sebelum tabrakan, dia mengirimkan

delapan pesan dan menerima 11 pesan(Barber,1988). Manusia memang sangat

kompeten tetapi dia tidak mampu memperhatikan segala sesuatu dengan baik pada saat

yang bersamaan.

Pada jenis perhatian ini, seseorang harus memberi perhatian pada dua atau lebih

stimulus yang datang dalam waktu yang bersamaan, memberi respon pada stimulus-

stimulus tersebut sesuai dengan kebutuhan(Moran,1996) Ada dua hal yang akan

14

Page 15: chapter_2

dibahas dalam subbab ini yaitu penelitian pada perhatian terbagi, serta perhatian

terbagi dan latihan.

Penelitian pada Perhatian Terbagi

Dalam laboratorium, perhatian terbagi pada umumnya diteliti dengan menyuruh

partisipan (subyek penelitian) untuk melakukan dua pekerjaan dalam waktu yang

bersamaan. Sebagai contoh Duncan(1993) meminta partisipan untuk membuat

penilaian-penilaian terhadap satu obyek. Dan mereka mampu untuk membuat dua

penilaian (tentang apakah benda itu dan letaknya dimana) yang akurat terhadap satu

obyek tersebut dalam waktu yang bersamaan. Tetapi mereka sering membuat

kesalahan saat memberi dua penilaian pada dua obyek yang berbeda dalam waktu yang

bersamaan. Dengan kata lain, sistim persepsi kita dapat menangani dua atau lebih

perhatian sekaligus, tetapi akan terjadi kesalahan jika terlalu banyak respon yang harus

dikerjakan.

Perhatian Terbagi dan Latihan

Seperti yang banyak diucapkan orang “Latihan akan menjadikan kesempurnaan”.

Penelitian tentang Latihan dan Perhatian yang terbagi banyak yang mendukung tentang

ucapan tersebut. Sebagai contoh, dalam dua penelitian klasik, para siswa dilatih untuk

membaca riwayat secara pelan-pelan, dalam waktu bersamaan mereka didikte dengan

kata-kata yang tidak relevan(Hirst et al. 1980; Spelke et al. 1976). Pada awalnya,

mereka bermasalah dengan mengkombinasikan dua pekerjaan tersebut, proses

membacanya turun dengan drastis begitu juga dengan tulisan tangan hasil diktenya

juga tidak bagus. Tapi setelah 6 minggu latihan, mereka bisa membaca dengan cepat

walaupun sambil didikte, begitu juga hasil tulisan tanganya juga menjadi lebih bagus.

Topik tentang Perhatian terbagi juga diaplikasikan pada psikologi olahraga.

Sebagai contoh, penelitian telah dibuat pada para pemain bola volly, mereka bisa

membagi-bagi perhatian pandangan pada beberapa gerakan (lawan maupun bola) yang

penting di lapangan, tanpa secara fisik merubah-rubah arah mata

mereka(Castiello&Umilta, 1992;Moran,1996).

15

Page 16: chapter_2

B.2. Perhatian Terseleksi (Selective Attention)

Perhatian terseleksi berhubungan erat dengan perhatian terbagi Pada kegiatan

perhatian terbagi, orang-orang diinstruksikan untuk perhatian pada dua atau lebih

sumber stimulus informasi. Sedangkan pada perhatian terseleksi, seseorang

diinstruksikan untuk memberi perhatian pada satu sumber stimulus/informasi dan

mengabaikan sumber-sumber stimulus/informasi yang lain(Miliken et al. 1998).

Aktifitas tersebut bisa jadi merupakan sesuatu yang sulit (Mordkoff,1996). Dalam hal

perhatian terseleksi ini, kita mungkin pernah punya pengalaman dimana didalam suatu

ruangan pada suatu acara yang gaduh dengan pembicaraan orang-orang banyak, kita

bisa memberi perhatian pada satu pembicaraan dan mengabaikan suara-suara

pembicaraan orang lain.

Secara umum penelitian-penelitian yang telah dilakukan tentang perhatian

terseleksi terbagi menjadi dua kelompok. Beberapa penelitian menguji tentang aktifitas

pendengaran yang disebut dengan dichotic listening, sedangkan kelompok lain

menguji tentang aktivitas visual yang disebut dengan Stroop effect.

Dichotic Listening

Pernahkah anda menerima telepon dengan salah satu telinga, sedangakan telinga

yang lain mendengarkan radio. Jika pernah, maka kejadian tersebut merupakan situasi

yang dinamakan sebagai dichotic listening. Dalam laboratorium, dichotic listening

adalah suatu penelitian yang meminta orang-orang sebagai subyek penelitian untuk

menggunakan earphone, pada satu sisi earphone diberi pesan yang berbeda dengan sisi

yang lain. Subyek penelitian diminta untuk mengikuti pesan-pesan yang bersumber

dari satu sisi, dan mereka diminta untuk mengulangi apa yang didengarkan tersebut.

Dalam penelitian klassik yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam kasus

dichotic listening tersebut orang-orang sangat sedikit yang memberi perhatian pada

pesan kedua(Cherry,1953). Sebagai contoh Cherry terkadang merubah pesan kedua

dari kata-kata dalam bahasa Inggris ke bahasa Jerman. Orang-orang menganggap

bahwa pesan kedua tersebut masih disampaikan dalam bahasa Inggris, padahal sudah

diganti bahasa Jerman. Dengan kata lain, perhatian mereka sangat tertuju pada pesan

yang harus diikuti.

Triesman(1960) mengadakan penelitian tentang hal ini dimana seseorang diminta

untuk mengikuti pesan dari salah satu telinga (shadowed ear) serta mengucapkanya

16

Page 17: chapter_2

dan mengabaikan pesan dari sisi telinga yang lain (unattended ear). Hasilnya, setelah

berhasil mengikuti dan mengucapkan pesan beberapa kata dari salah satu telinga,

pesan kemudian tersisipi oleh kata-kata yang terambil dari telinga yang seharusnya

diabaikan (seperti pada gambar 8).

Gambar 8. Ilustrasi Penelitian Treisman

The Stroop Effect

The Stroop Effect merupakan suatu peristiwa observasi dimana orang-orang

sebagai subyek diminta untuk menyebutkan warna dari stimulus yang berupa tulisan,

tetapi tulisan itu menyebut warna yang tidak sesuai dengan warnanya sendiri. Misalkan

ada tulisan MERAH, tetapi warna tulisanya biru. Mengapa stroop effect bisa

menunjukkan adanya efek dari perhatian terseleksi ? jelas bahwa hal ini merupakan

kasus adanya perhatian terseleksi, karena seseorang harus memperhatikan satu hal

yaitu warna dari tulisan itu dan mengabaikan isi tulisan itu. Penelitian ini pertama kali

dilakukan oleh J.R Stroop (1935) dan menemukan bahwa orang-orang membutuhkan

waktu rata-rata 110 detik untuk menyebutkan warna tinta pada 100 kata yang artinya

tidak sesuai dengan warnanya. Padahal orang-orang tersebut hanya membutuhkan

waktu 63 detik untuk menyebutkan warna dari 100 kotak berwarna.

17

Page 18: chapter_2

Hasil penelitian lain yang menarik adalah bahwa kita dalam kehidupan nyata

lebih banyak membaca kata daripada menyebut warna(MacLeod,1977). Jadi automatic

process kita lebih banyak berupa membaca kata dibandingkan dengan menyebut warna

(less automatic process).

B.3. TEORI-TEORI TENTANG PERHATIAN (ATTENTION)

B.3.1. Teori Awal

Teori awal tentang perhatian/atensi menekankan bahwa orang secara ekstrim

dibatasi dalam jumlah informasi yang mampu mereka proses dalam waktu tertentu.

Istilah yang biasa digunakan tentang teori ini adalah konsep tentang leher botol.

Seperti layaknya leher botol yang membatasi aliran dari suatu daerah ke daerah lain,

teori leher botol mengemukakan tentang sebuah jalan terusan sempit yang sama dalam

proses informasi manusia. Dengan kata lain, leher botol ini membatasi jumlah

informasi yang dapat kita beri curahan perhatian. Sehingga disaat suatu pesan mengalir

melalui leher botol, pesan lain harus mengikuti dari belakang.

Teori leher botol ini akhimya banyak yang menolak sebab tidak

memperhitungkan fleksibilitas dari atensi seorang manusia. Tidak ada satupun

ungkapan yang menjadi dasar dari sebuah mesin sederhana atau struktur sederhana

yang mampu dengan baik melaporkan tentang pengalaman proses-proses persepsi

manusia.

B.3.2. Automatic Versus Controlled Processing

Walter Schneider dan Richard Shrifin telah mengajukan dua tingkatan tentang

proses yang berkaitan dengan atensi. Automatic processing dapat dipakai atas tugas

yang mudah meliputi item-item yang sangat dikenal. Sebaliknya, controlled processing

harus dipakai atas kegiatan-kegiatan yang sulit atau kegiatan yang meliputi item-item

yang tidak dikenal. Selanjutnya, automatic processing adalah paralel; dimana anda

dapat menangani dua atau lebih item pada waktu yang sama. Sebaliknya controlled

processing adalah serial, hanya mampu menangani satu item dalam satu waktu.

Pada perhatian terseleksi, kegiatan yang menggunakan proses otomatis dari

seseorang adalah seperti mengambil ciri dari pesan-pesan yang tidak diminta untuk

diikuti. Pada kegiatan perhatian terbagi dimana dua kegiatan memerlukan proses

18

Page 19: chapter_2

otomatis, juga akan cukup mudah untuk melakukan dua kegiatan secara serempak.

Kegiatan-kegiatan yang pernah secara luas dilakukan akan cenderung termasuk pada

automatic processing (proses secara otomatis). Adapun yang berkenaan dengan

kegiatan-kegiatan yang sulit dengan item-item yang tidak di kenal membutuhkan

controlled processing (proses terkontrol).

Dalam perhatian terseleksi; dimana orang menggunakan proses terkontrol, sangat

sedikit ciri-ciri dari pesan yang tidak diikuti akan dapat diperhatikan. Dalam kegiatan

perhatian terbagi, akan sulit untuk melakukan dua kegiatan secara serempak. Kegiatan-

kegiatan yang belum secara luas dipraktekkan biasanya akan membutuhkan proses

terkontrol.

B.3.3. TEORI CIRI-CIRI TERINTEGRASI (FEATURE-INTEGRATION THEORY)

Anne Treismann telah mengembangkan sebuah teori yang menggabungkan

perhatian dan proses persepsi. Teori aslinya yang dikemukakan tahun 1980 cukup

bagus dan sederhana(Treisman&Gelade, 1980). Bagaimanapun juga, dia lebih

menekankan pada artikelnya, “Simple stories never stay that way”(Treisman,1993,

p.5). Selanjutnya akan kita perhatikan versi terkini dari teori ciri-ciri terintegrasi

(feature-integration theory).

Sesuai dengan teori ciri-ciri terintegrasi dari Treisman, kita terkadang melihat

kejadian menggunakan perhatian terdistribusi, dimana semua bagian-bagian kejadian

tersebut diproses pada waktu yang sama. Di lain kesempatan, kita menggunakan

perhatian terfokus, dimana tiap-tiap item kejadian diproses pada satu waktu(tidak

bersamaan). Selanjutnya, perhatian terdistribusi dan perhatian terfokus membentuk

satu kesatuan, sedemikian sehingga kita sering menggunakan jenis perhatian antara

dua jenis perhatian tersebut.

Selanjutnya akan dibahas tentang dua jenis perhatian tersebut. Pada bagian

pertama akan dibahas perhatian terdistribusi. Perhatian terdistribusi mengarahkan kita

untuk mendaftar pada memori kita ciri-ciri suatu obyek secara otomatis, menggunakan

pemrosesan paralel(paralel processing). Perhatian terdistribusi merupakan pemrosesan

level-rendah (low-level processing) identik dengan automatic processing yang

19

Page 20: chapter_2

dikemukakan Schneider dan Shiffrin (1977). Jenis pemrosesan ini merupakan jenis

pemrosesan yang begitu saja terjadi, bahkan kita tidak sadar kapan proses tersebut

telah terjadi pada kita.

Bagian kedua dari teori Treisman adalah perhatian terfokus. Perhatian terfokus

ini membutuhkan pemrosesan serial (berurutan), dimana tiap satu obyek diproses pada

satu waktu. Perhatian terfokus membutuhkan banyak proses, dan hal tersebut terjadi

pada saat obyek lebih kompleks. Jadi, perhatian terfokus hampir identik dengan

pencarian terkontrol(controlled search) yang dikemukakan oleh Schneider dan

Shiffrin(1977). Perhatian terfokus memilih ciri-ciri mana yang dimiliki bersama-sama,

misalnya bentuknya apa dengan warna apa.

Kita telah membahas tentang elemen dasar dari teori ciri-ciri terintegrasi.

Selanjutnya akan dibahas tentang topik-topik yang berkaiatan dengan teori tersebut,

yaitu : (1) Feature-present/feature-absent effect, (2)Illusory Conjuction dan (3)

Pengembangan lebih lanjut tentang teori ciri-ciri terintegrasi (Further Development in

feature-integration theory).

B.3.3.1 The feature-present/feature-absent effect

Perhatikan bagian A dari demonstrasi 2.6, dimana lingkaran dengan garis

terlihat begitu saja dengan mudah, atau secara “pop out” dari tampilan tersebut.

Sebaliknya perhatikan gambar bagian B, untuk menemukan lingkaran yang tidak ada

garisnya, kita masih memerlukan pencarian(lebih sulit dari yang bagian A). Tresiman

dan Souter (1985) telah menemukan bahwa orang-orang bisa lebih cepat mencari suatu

obyek dengan ciri-ciri khusus yang tampak, sedangkan obyek-obyek yang lain tidak

ada ciri tersebut (seperti pada bagian A). Orang-orang yang mencari pada obyek

dengan ciri khusus yang tampak bisa menggunakan perhatian terdistribusi lebih

efisien. Dalam kasus ini, item yang anda cari tersebut tertangkan pada perhatian kita

secara automatis (Johnston&Schwarting, 1997).

20

Page 21: chapter_2

Sebaliknya, perhatikan apa yang terjadi ketika kita mencari lingkaran yang tidak

bergaris pada gambar bagian B. Treisman dan Souther (1985) menemukan bahwa

waktu pencarian meningkat (lebih lama) secara dramatis pada saat jumlah obyek yang

tidak dicari ditambah. Seseorang yang mencari suatu benda dengan ciri-ciri tidak

tampak (sedangkan pada benda yang tidak dicari, ciri tersebut ada) menggunakan

perhatian terfokus. Pekerjaan mengenai hal ini masih merupakan tantangan, seperti

yang dilakukan Wolfe(1998) yang juga menemukan dalam penelitianya yang mahal

tentang the feature-present/feature-absent effect.

B.3.3.2 Illusory Conjunctions (Hubungan Khayalan)

Illusorry conjunctions adalah sebuah kombinasi dari ciri-ciri yang tidak sesuai

yang mungkin mengkombinasikan antara bentuk suatu obyek dengan warna suatu

obyek didekatnya. Hasil-hasil penelitian-penelitian tentang hal tersebut sudah banyak

dikemukakan, sebagai contoh bahwa huruf N berwarna biru dan huruf T berwarna

hijau dapat menghasilkan Illusory Conjunction dimana orang yang melihat merasakan

sebagai huruf T yang berwarna biru(Ashby et al.,1996; Hazeltine et al. 1997).

Penelitian-penelitian tentang Illusorry conjunctions mengkonfirmasikan

kesimpulan yang ditunjukkan didalam penelitian-penelitian tentang persepsi.

Berlawanan dengan akal dan intuisi kita, sistim visual kita memproses ciri-ciri obyek

secara independen. Sebagai contoh, jika kita melihat apel merah, maka sistim visual

21

Page 22: chapter_2

kita menganalisa warna merah secara terpisah dengan bentuk bulat apel (Hazeltine et

al.,1997). Jika kita menggunakan perhatian terfokus pada apel tersebut, kita akan bisa

merasakan gambaran menyeluruh dari apel tersebut yaitu warna merah dan bentuk

bulat.

Penelitian-penelitian lain menunjukkan bahwa sistim visual kita dapat membuat

suatu Illusorry conjunctions dari materi verbal (Treisman, 1990). Sebagai contoh,

seseorang yang perhatianya dikacaukan ditunjukan padanya dua kata tanpa makna dax

dan kay. Pada saat kata tersebut diperlihatkan dengan sangat cepat dan item tersebut

tidak bisa dilakukan perhatian terfokus, sehingga terbentuklah Illusorry conjunctions..

Peneliti melaporkan melihat kata day dari hasil penelitian pada dua kata tanpa makna

tadi. Top-down processing membantu kita menampilkan kombinasi yang tidak

sesuai(Treisman,1990).

B.3.3.3 Pengembangan lebih lanjut tentang teori ciri-ciri terintegrasi (Further Development in feature-integration theory).

Elemen mendasar dari teori ciri-cir terintegrasi telah di sampaikan lebih dari 20

tahun yang lalu. Sejak saat tersebut, banyak penelitian sudah dilakukan, dan teori-teori

yang asli sudah dimodifikasi. Sebagai contoh, Treisman dan koleganya (1992)

memberikan latihan yang banyak pada subyek penelitian tentang pencarian untuk

hubungan-hubungan target yang membutuhkan perhatian terfokus. Dengan latihan

yang banyak subyek penelitian dapat menemukan lokasi target dengan sangat cepat.

Sebagai contoh, setelah 9000 kali mencoba, subyek mampu untuk menemukan lokasi

target yaitu warna biru dan bentuk-X secepat mereka menemukan target yang hanya

berwarna biru.

Bagaimana orang-orang bisa melakukan pencarian dengan sangat efisien dengan

menggunakan perhatian terbagi ? Para peneliti telah mengusulkan bahwa sistim visual

mengatur untuk mengekstraksi cukup informasi selama dalam situasi tantangan ini

untuk membantu perhatian selanjutnya( e.g., Wolfe,1992). Sebagai tambahan,

Treisman dan Sato(1990) memperkenalkan komponen baru dalam teori ciri

terintegrasi. Secara spesifik, mereka menyarankan bahwa feature-inhibition

mechanism dapat menghalangi secara serentak ciri-ciri yang tidak sesuai dengan

target yang dicari.

22

Page 23: chapter_2

B.4. NEUROSCIENCE RESEARCH ON ATTENTION

Beberapa bagian dari otak kita merupakan bagian yang memberi respon terhadap

perhatian(attention), termasuk struktur-struktur dibawah permukaan cerebral cortex.

(Parasuraman, et al. 1998; Webster&Ungerleider,1998). Penelitian-penelitian tentang

perhatian menekankan pada pentingnya dua daerah dari cortex, yaitu : (1) posterior

attention network di daerah parietal lobe, dan (2) anterior attention network didaerah

frontal lobe. Perhatikan gambar 1.

B.4.1 Posterior attention network.

Bayangkan kita sedang mencari lensa kontak yang jatuh kedalam bak mandi

yang lebar. Pada saat perhatian kita tertuju pada lokasi-lokasi dalam proses pencarian

tersebut, maka posterior attention network kita aktif bekerja. Jadi, posterior attention

network merupakan jaringan syaraf otak yang memberi respon pada jenis perhatian

yang dibutuhkan saat pencarian dengan pandangan (visual search).

Untuk mengetahui hal tersebut, telah dilakukan penelitian yang menggunakan

positron emission tomography (PET scan). Alat ini melihat/mengukur aliran darah

dalam otak dengan memasukkanbahan kimia sebelum dia melakukan kegiatan kognisi.

Metode penelitian penting lain yang digunakan untuk menentukan dasar biologis

dalam perhatian (attention) difokuskan pada orang yang terkena sakit gegar otak atau

kecelakaan otak yang lain. Seseorang yang terkena kecelakaan di otak di daerah

parietal region otak bagian kanan akan mempunyai masalah dengan rangsangan visual

yang tampak di sebelah kiri pada area visualnya. Sedangkan orang-orang yang terkena

luka di daerah otak sebelah kiri akan mendapat masalah dengan rangsangan visual

yang tampak di sebelah kanan area pada visualnya.

(Posner&Raichle,1994;Robertson,1998). Gambar 9 berikut ini menunjukkan hasil

gambar dari seseorang mempunyai sakit pada otak disebelah kanan.

23

Page 24: chapter_2

Gambar 9. Gambar dari seseorang mempunyai sakit otak disebelah kanan

B.4.2. Anterior attention network.

Gambar otak yang terlihat pada gambar menunjukkan daerah di frontal lobe dari

cortex yang memberi respon pada jenis kegiatan perhatian yang terfokus pada

pemaknaan kata. Anterior attention network menjadi aktif pada saat sesorang

melaksanakan kegiatan Stroop task dimana arti kata berbeda dengan identifikasi warna

kata tersebut(Posner&Fernandez Duque, 1999; Webster&Ungerleider, 1998). Bagian

otak ini berperan memberi respon pada proses pencegahan pada respon otomatis atas

rangsangan.

Anterior attention network juga menjadi aktif pada saat seseorang diminta

untuk mendengar daftar kata-kata dan diminta untuk merespon dengan menyebutkan

kegunaan dari kata-kata tersebut(misalkan kata ‘jarum’ direspon dengan ‘menjahit’).

Dapat disimpulkan bahwa PET scan telah mengindentifikasi salah satu daerah di otak

yang bekerja aktif pada saat seseorang melakukan kegiatan pencarian obyek dan

daerah lain di otak yang aktif pada saat seseorang harus mencegah respon otomatis dan

menghasilkan sedikit respon yang jelas.

B.4.3 Penggunaan Teknik Event-Related Potential (ERP)

Metode lain dalam penelitian aktifitas biologis otak adalah dengan ERP (Event-

Related Potential). Pada metode ini, yang dilakukan adalah merekam perubahan

aktifitas elektrik otak pada saat merespon stimulus. Salah satu hasil dari metode ERP

24

Page 25: chapter_2

ini, terlihat bahwa terdapat perubahan yang sistimatis pada otak manusia pada saat

melakukan aktifitas pencarian obyek-obyek visual.

B.5. KESADARAN(CONSCIOUSNESS)

Topik ini merupakan topik yang kontroversial, salah satu sebabnya adalah

adanya berbagai macam definisi dari istilah consciousness tersebut (Chalmers,1996;

Farthing, 1992). Dalam hal ini, diberikan definisi kasar tentang consciousness yaitu :

kesadaran yang dimiliki seseorang tentang dunia diluar dirinya, tentang persepsi-

persepsi, gambaran-gambaran dan perasaan-perasaanya (Davis,1999;Hirst,1995;

Hobson,1997). Kesadaran (consciousness) tersebut juga bisa memuat persepsi-persepsi

kita tentang dunia disekitar kita, gambaran-gambaran visual, komentar-komentar yang

membuat kita terdiam, memory tentang kejadian dalam hidup kita, keyakinan kita

terhadap kehidupan ini, rencana-rencana kita tentang hari esok, serta sikap kita

terhadap orang lain (Baars,1997).

B.5.1. Conciuousness About Our Higher Mental Processes

Perhatikan dan jawablah pertanyaan ini, “Siapakah nama gadis ibu

kandungmu ?” kemudian jawablah pertanyaan dibawah ini “Bagaimana pikiran anda

bisa sampai pada jawaban dari pertanyaan pertama tadi ?”, jika anda sama dengan

kebanyakan orang, maka jawabanya ada begitu saja secepat kilat didalam kesadaran

kita, dan kita tidak bisa menjelaskan proses pikiran kita (Miller, 1962).

Kita bisa sadar penuh dengan hasil dari proses pemikiran kita, tetapi kita tidak

sadar tentang proses yang terjadi pada pikiran kita yang menghasilkan hasil tersebut.

B.5.2. Thought Suppression (Pemaksaan Pikiran)

Perhatikan dan lakukan Demonstrasi 2.7 ! Apakah anda bisa mengerjakan

perintah berikut : Jangan berfikir tentang beruang putih ! Hal tersebut sangat sulit.

Jika kita mencoba dengan sungguh-sungguh untuk membuang pikiran tentang hal

tertentu dari pikiran kita. Pikiran yang sama tersebut pelan-pelan akan kembali ke

kesadaran kita. Para peneliti menyebutnya sebagai rebound effect (efek pantulan) yang

mengikuti pemaksaan pikiran kita

25

Page 26: chapter_2

Wenger(1997b) menggunakan istilah ironic effects of mental control untuk

menggambarkan bahwa usaha kita akan berantakan jika kita mencoba mengontrol isi

dari kesadaran kita

B.5.3. Blindsight (Kebutaan Pandangan)

Blindsight adalah keadaan dimana seseorang yang mengalami kerusakan visual

cortex tidak mampu untuk melihat obyek. Namun, ia masih bisa mengenali ciri-ciri

suatu obyek secara akurat(Baars et al.1998;Farah,1997;Weiskrantz,1997).

Dalam suatu penelitian, sinar lampu disinarkan pada 10 derajat disebelah kanan

orang dg Blindsight. Mereka tidak bisa melihat obyek tsb. Tetapi dia bisa menebak

lokasinya. Peneliti menemukan bahwa orang tsb memiliki performance lebih baik dari

kesempatan yang diberikan dan mendekati selalu benar (Weiskrantz,1997). Seseorang

dengan blindsight dapat mengidentifikasi ciri-ciri stimulus visual didasarkan pada

informasi-2 yang dicatat didalam lapisan-lapisan otak yang lain.

B.5.4. The Cognitive Unconciuous

Cognitive Unconciuous merupakan informasi yang diterimanya diluar

kesadaranya. Para ahli masih kesulitan mendefinisikan unconciuous. Para peneliti

mengemukakan bahwa aktifitas orang banyak dipengaruhi oleh informasi diluar

kesadaranya(Carlson,1997).Contohnya adalah orang dengan blindsight yang bisa

mengetahui ciri-ciri suatu obyek.

Conscious dan Unconscious, bagaimanapun juga tidak bisa dibatasi menjadi dua

bagian dengan batas yang jelas, jadi terdapat hubungan yang menyatukan

keduanya(Erdelyi,1992)

Pada ahirnya, diskusi-diskusi tentang consciousness menunjukkan bahwa topik

tersebut masih merupakan tantangan untuk diselidiki lebih lanjut. Kesadaran kita

bukanlah suatu cermin yang bisa digunakan untuk melihat proses kognisi yang terjadi

pada kita, sedemikian sehingga kita masih sulit menjelaskan proses tersebut.

Kesadaran juga tidak bisa diibaratkan sebagai suatu papan tulis dimana kita bisa

menulisi pada satu saat dan menghapusnya dengan mudah di saat yang lain.

Oleh karena hal tersebut, kesadaran kita haruslah diisi dengan hal-hal yang

benar dan positif sesuai dengan perintah Allah swt. agar hidup kita menjadi lebih

hidup dan menyenangkan dalam menghadapi segala masalah didunia ini, amiin.

(Abdul Qohar)

26

Page 27: chapter_2

-oOo-

C. CONTOH IMPLEMENTASI PADA PENDIDIKAN MATEMATIKA

Pemahaman Konsep Limit

Mahasiswa diharapkan bisa membuat deskripsi tentang makna .

Pembuatan deskripsi ini dapat dimulai dari suatu fungsi, misalnya fungsi f berikut:

.

Gambarlah grafik fungsi f pada interval [0,5]. Perhatikanlah (Attention) grafik itu

untuk dan . (Jadi dalam hal ini terjadi proses Divided Attention, dimana

mahasiswa diminta untuk memperhatikan dua titik sekaligus).

Berapakah nilai fungsi f di kiri . Berapa pula nilai fungsi itu di kanan .

Apakah nilai fungsi f dekat ke suatu nilai di . Mengapa. Periksa juga fungsi f di

. Apakah di nilai fungsi f dekat ke suatu nilai. Mengapa? Di titik manakah

fungsi itu mempunyai limit. Atas dasar hasil pengamatan itu, buatlah deskripsi/uraian

tentang . Kemudian periksa hubungan nilai-nilai , f(x), dan L. Uraian itu

harus memuat pertanyaan yang berfungsi mengarahkan anda untuk membuat definisi

. Selanjutnya anda diminta membuat deskripsi tentang makna

. ( Selective Attention )

D. JAWABAN SOAL-SOAL PADA CHAPTER 2

1. Untuk menjelaskan Persepsi pada orang yang tidak mempunyai latar belakang

kuliah psikologi, dengan menggunakan bahasa sederhana yang mereka kenal,

misalnya persepsi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pikiran kita dalam

menanggapi hal-hal yang diterima oleh panca indera kita. Misalkan didepan kita

ada sebuah buku, bagaimana pikiran kita menanggapi adanya buku tersebut apakah

27

Page 28: chapter_2

pikiran kita memperhatikan atau mengabaikan buku tersebut dan memperhatikan

benda lain disekitarnya, merupakan persepsi.

Proses-proses persepsi yang yang terjadi lima menit yang lalu :

Mencari buku Cognition diantara tumpukan buku, merupakan kegiatan object

recognition.

Membuka Laptop dan menghidupkanya, merupakan Automatic processing.

Mencari soal di Chapter 2, merupakan kegiatan object recognition.

Membaca soal nomor satu, merupakan kegiatan object recognition dan

Attention (selective attention)

Memikirkan jawaban soal nomor 1, Attention (selective attention)

2. Ada catatan teman yang mengkin kurang jelas tentang angka 8 yang bisa mengarah

ke angka 6 atau 3, tetapi saya tetap berkesimpulan bahwa angka tersebut adalah 8,

dengan penjelasan sebagai berikut :

Dengan template matching theory, didalam pikiran/kognisi saya sudah ada

model atau template angka 8, dimana terdapat dua lingkaran tertutup yang

bertumpuk dua. Sedangkan template untuk angka 6 ada lubang diatas, dan

angka 3 hanya setengah lingkarang (terdapat dua lubang). Setelah saya

banding-bandingkan dengan template-template yang ada dipikiran saya, saya

menyimpulkan bahwa angka yang ditulis teman saya tersebut adalah 8.

Dengan feature analysis model. Saya melihat bahwa angka yang ditulis teman

saya tersebut mempunyai fitur/ciri-ciri di angka dimana terdapat dua lingkaran

tertutup walaupun tidak jelas yang merupakan ciri dari angka delapan, sehingga

saya menyimpulkan bahwa angka tersebut adalah angka 8.

3. Tujuan dari teori Biederman tentang pengenalan obyek 3D dengan komponen

model adalah untuk menyatakan bahwa benda-benda 3 dimensi yang ada di dunia

ini bentuknya tersusun dari bentuk-bentuk standar yang disebut sebagai geon

(geomtrical ions). Ibaratnya adalah semua kata-kata yang tersusun dari 26 abjad,

semua bentuk benda juga terbentuk dari 24 geon yang diciptakanya.

Contohnya :

Buku, buku ini merupakan benda 3 dimensi yang tersusun dari geon nomor

2 (kotak).

Tas, tersusun dari geon nomor 2 (kotak) dan geon nomor 5 (lengkung)

28

Page 29: chapter_2

Lengan tangan, tersusun dari geon nomor 3 dan geon nomor 4.

4. Bottom-up processing pada pengenalan obyek adalah .bagaimana sesorang

mengenali suatu obyek berdasarkan pada obyek yang memberi stimulus pada kita.

Sedangkan Top-Down processing adalah pendekatan yang menekankan

bagaimana sesorang yang sudah memiliki konsep dan proses mental tingkat tinggi

bisa mempengaruhi pengenalan obyek.

Pada saat proses membaca paragraf ini yang dimulai dengan kata Distinguish,

karena saya sudah pernah mengetahui kata ini sebelumnya, maka dengan cepat bisa

mengenalinya tanpa melihat satu persatu huruf yang ada pada kata tersebut, dalam

hal ini top-down processing membantu saya dalam mengenali huruf-huruf dalam

kata tersebut dengan cepat. Begitu juga dengan membaca kata-kata ‘between

bottom-up’ dan seterusnya.

Kebanyakan penelitian pada masalah top-down processing telah menguji bahwa

konteks telah membantu kita untuk mengenali huruf alfabet. Para ahli psikologi

yang mempelajari proses membaca telah melihat kenyataan selama beberapa

dekade bahwa teori pengenalan tidaklah cukup jika hanya didasarkan pada

informasi yang didapat dari stimulus obyek saja. Sebagai contoh, andaikan kita

selalu mengenali tiap huruf dari kata-kata yang kita baca dengan menganalisa fitur

yang terdapat huruf-huruf tersebut. Kita anggap bahwa tiap-tiap huruf rata-rata

terdapat empat fitur yang berbeda. Berdasarkan kemampuan rata-rata umumnya

orang membaca, maka berdasarkan analisa tersebut tiap menit proses membaca

harus menganalisa kurang lebih 5000 fitur yang terdapat pada huruf. Hal ini

sangatlah besar dan proses persepsi kita (jika hanya mengandalkan informasi

stimulus dari huruf saja) tidak akan bisa menangani hal tersebut.

Dalam hal mengenali suara top-down processing sangat membantu kita, pada saat

ada suara adzan yang hanya sayup-sayup terdengar, ummat muslim pada umumnya

sudah bisa yakin bahwa suara tersebut adalah suara adzan. Hal ini karena sudah

ada di memori tentang bagaimana suara adzan itu. Begitu juga dalam hal

mengenali rasa, dengan kemampuan top-down processing, kita bisa mengenali

rasa, walaupun hanya sedikit dari obyek yang kita rasakan tersebut, atau bahkan

belum merasakanya. Misalkan didepan kita disediakan asam, walau tidak

mencicipinya kita sudah bisa mengenali rasa asamnya. Selanjutnya, top down

processing juga membantu kita dalam mengenali bau, misalkan dibalik ruangan ini

29

Page 30: chapter_2

orang yang membakar sate kambing, tentunya walau kita tidak melihatnya, kita

bisa tau ada sate kambing. Pengenalan obyek dengan adanya stimulus sentuhan

juga bisa terbantu dengan adanya top-down processing, misalnya untuk mengambil

buku Cognition(yang cukp tebal dibanding yang lain) dari dalam tas diantara buku-

buku yang lain, dengan tanpa melihat dan tanpa banyak meraba-raba, dengan

tersentuh pojoknya saja kita sudah bisa mengambil buku tersebut.

5. Proses pengenalan wajah merupakan suatu proses yang spesifik dibandingkan

dengan pengenalan obyek yang lain. Dalam pengenalan wajah, sulit bahkan tidak

bisa dilakukan secara parsial atau per bagian. Sebagai contoh, seseorang yang

sudah kita kenal misalkan bernama si A yang tidak pernah menggunakan kacamata

hitam, tiba-tiba menggunakan kacamata hitam. Pada saat melintas didepan kita dan

tanpa berkata-kata kepada kita, kita akan sulit yakin bahwa seorang yang melintas

tersebut adalah si A. Hal ini dikarenakan dalam pengenalan wajah, faktor yang

penting adalah bahwa wajah tersebut terlihat secara utuh, walaupun ekspresi wajah

berubah-ubah (tertawa, senyum, menangis, dsb.) kita masih mudah mengenalinya.

Hal ini berbeda dengan obyek lain, misalnya wajah kuda. Dalam sebuah penelitian

yang dilakukan oleh James Tanaka dan Martha Farah(1993) menunjukkan bahwa

responden masih bisa akurat mengenali kuda, walaupun kuda itu menggunakan

masker yang menutup sebagian wajah kuda. Sebaliknya dalam mengenali wajah

manusia, dengan sedikit ditutup sebagian wajahnya, manusia sudah sulit dikenali.

Neuroscience research mengenai pengenalan wajah sudah banyak dilakukan.

Misalnya McNein dan Warrington (1993) meneliti pada seorang professional yang

kecelakaan di kepalanya dan mengakibatkan kerja otaknya terganggu, dia

kehilangan kemampuan untuk mengenali wajah orang-orang. Kemudian orang

tersebut beralih profesi menjadi penggembala biri-biri, dan ternyata dia bisa

mengenali wajah-wajah dari biri-birinya.

6. Divided Attention adalah suatu proses kognisi dimana seseorang harus memberi

perhatian pada dua atau lebih stimulus yang datang dalam waktu yang bersamaan

dan memberi respon pada stimulus-stimulus tersebut sesuai dengan kebutuhan.

Contoh (kejadian 24 jam terahir) :

Ketika saya mengetik dengan laptop ini perhatian saya terpecah karena dua

anak saya (umur 4 dan 5 tahun) sedang bermain jumping ball, dan saya

30

Page 31: chapter_2

khawatir jumping ballnya terlempar mengenai laptop. Sehingga disamping saya

perhatian menulis juga memperhatikan larinya jumping ball tersebut.

Ketika saya naik angkutan, saya sedang menulis sms, sementara angkutan

sudah hampir sampai. Perhatian saya terpecah pada handphone dan jalan, agar

turunya tidak terlambat.

Membaca buku sambil mendengarkan siraman rohani dari radio.

Penelitian tentang Latihan dan Perhatian yang terbagi menyatakan bahwa latihan

akan membuat kemampuan hal ini meningkat. Sebagai contoh, dalam dua

penelitian klasik, para siswa dilatih untuk membaca riwayat secara pelan-pelan,

dalam waktu bersamaan mereka didikte dengan kata-kata yang tidak relevan(Hirst

et al. 1980; Spelke et al. 1976). Pada awalnya, mereka bermasalah dengan

mengkombinasikan dua pekerjaan tersebut, proses membacanya turun dengan

drastis begitu juga dengan tulisan tangan hasil diktenya juga tidak bagus. Tapi

setelah 6 minggu latihan, mereka bisa membaca dengan cepat walaupun sambil

didikte, begitu juga hasil tulisan tanganya juga menjadi lebih bagus.

Pengalaman saya tentang latihan dan membagi perhatian, adalah ketika mengajar

di kelas, saya perhatian pada materi yang sampaikan, pada saat bersamaan saya

juga memperhatikan mahasiswa yang mengikuti kuliah tersebut. Latihan tersebut

saya lakukan terus menerus sehingga bisa melakukan kedua hal tersebut secara

bersamaan dengan baik.

7. Perhatian terseleksi adalah suatu proses kognisi dimana seseorang diinstruksikan

untuk memberi perhatian pada satu sumber stimulus/informasi dan mengabaikan

sumber-sumber stimulus/informasi yang lain.

Contoh (kejadian 24 jam terahir) :

Pada saat kuliah Satistik Multivariat perhatian saya tertuju pada penjelasan

dosen, walaupun didepan saya ada dan terlihat data dari komputer dan internet.

(visual and auditory)

Ketika naik sepeda motor, perhatian tertuju ke jalan didepan, walau banyak

stimulus di kiri-kanan jalan.(Visual)

Pada saat masuk toko dan mencari-cari barang, perhatian saya hanya tertuju

pada satu barang yang saya cari. (Visual)

Berdasarkan penelitian tentang Latihan dan membagi perhatian, saya sangat yakin

bahwa dengan latihan, konsentrasi pada satu rangsangan bisa ditingkatkan

31

Page 32: chapter_2

walaupun terhadap hal-hal yang tidak relevan. Karena kedua proses kognisi

tersebut(divided attention dan selective attention) saling berhubungan erat. Bahkan

mungkin latihan membagi perhatian lebih sulit dibandingkan dengan menyeleksi

perhatian.

8. Saya sedang membaca artikel majalah yang menarik, pada saat yang bersamaan

teman saya juga berbincang-bincang dengan saya. Dalam kasus tersebut, saya tidak

bisa optimal dalam membaca dan memahami artikel, apalagi artikelnya sulit

dipahami. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari teori bottleneck, dimana

kognisi saya tidak bisa melakukan kedua hal tersebut secara maksimal secara

bersamaan.

Pada kasus tersebut terjadi automatic processing, yaitu pada saat membaca kata-

kata yang sudah umum dan sering saya baca. Maksudnya kata-kata tersebut dengan

cepat terbaca secara otomatis begitu terlihat walaupun sambil berbicara dengan

teman. Sedangkan untuk memahami suatu paragraph, diperlukan controlled

processing yaitu perlu perhatian khusus untuk memahaminya dan tidak bisa

dilakukan bersamaan dengan berbicara dengan teman.

Sesuai dengan Triesman’s Integration theory, bahwa kita sering melakukan

pekerjaan dimana kita menggunakan perhatian terdistribusi (distributed attention),

dimana semua pekerjaan tersebut terjadi secara bersamaan, dan pada kesempatan

lain kita menggunakan perhatian yang terfokus (focused attention) dimana pada

satu waktu hanya perhatian pada satu pekerjaan. Contoh diambil seperti pada

kejadian tersebut diatas, pada saat membaca sambil berbicara dengan teman terjadi

distributed attention. Sedangkan pada saat memahami maksud dari paragraph yang

sulit, maka terjadi focused attention.

9. Misalkan, saya sedang mencari halaman dimana terdapat gambar-gambar berbagai

macam geon. Pada aktifitas ini maka bagian otak yang bekerja adalah Posterior

Attention Network.

Pada saat kita mencurahkan perhatian untuk mengetahui maksud dari kata geon.

Maka pada aktifitas ini, bagian otak yang bekerja adalah Anterior Attention

Network.

Penelitian-penelitian tentang landasan biologis pada masalah perhatian(attention)

dilakukan dengan PET (positron emission tomography) scan. Penelitian dengan

PET scan dilakukan dengan mengukur aliran darah yang mengalir ke berbagai

32

Page 33: chapter_2

bagian otak, seperti pada parietal cortex dan frontal cortex, pada saat seseorang

melakukan proses perhatian. Penelitian lain untuk mengetahui kerja otak pada saat

melakukan proses perhatian adalah dengan fMRI (functional magnetic resonance

imaging), penelitian ini didasarkan pada prinsip bahwa oksigen yang memenuhi

darah merupakan index dari aktifitas otak. Pada penelitian ini mengambil ‘foto’

dari perubahan-perubahan atom oksigen yang terdapat di otak pada saat seseorang

tersebut melaksanakan proses perhatian (attention). Metode lain dalam penelitian

aktifitas biologis otak adalah dengan ERP (Event-Related Potential). Pada metode

ini, yang dilakukan adalah merekam perubahan aktifitas elektrik otak pada saat

merespon stimulus. Salah satu hasil dari metode ERP ini, terlihat bahwa terdapat

perubahan yang sistimatis pada otak manusia pada saat melakukan aktifitas

pencarian obyek-obyek visual.

10. Consciousness adalah kesadaran yang dimiliki seseorang tentang dunia diluar

dirinya, tentang persepsi-persepsi, gambaran-gambaran dan perasaan-perasaanya.

Berdasarkan informasi di chapter ini, seseorang tidak dapat mengontrol secara

penuh tentang isi dari kesadaran kita, seperti yang diungkapkan oleh

Wenger(1997b) yang menggunakan istilah ironic effects of mental control untuk

menggambarkan bahwa usaha kita akan berantakan jika kita mencoba mengontrol

isi dari kesadaran kita.

Tentang proses kognitif yang terjadi pada kita, kita juga kesulitan untuk

mengetahuinya. Kita bisa sadar penuh dengan hasil dari proses pemikiran kita,

tetapi kita tidak sadar tentang proses yang terjadi pada pikiran kita yang

menghasilkan hasil tersebut.

Consciousness berbeda dengan attention, consciousness merupakan kesadaran

yang dimiliki seseorang tentang dunia diluar dirinya, tentang persepsi-persepsi,

gambaran-gambaran dan perasaan-perasaanya. Sedangkan Attention merupakan

kegiatan konsentrasi yang merupakan aktifitas mental dimana kita bisa memilih

jenis-jenis tertentu dari stimulus untuk diproses lebih lanjut, dan dengan

mengabaikan stimulus lainya

-oOo-

33