Chapter II.pdf

42
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Foreign Direct Investement 2.1.1. Pengertian Foreign Direct Investement Keputusan investasi ke luar negeri merupakan hasil dari proses yang kompleks yang berbeda dari investasi di dalam negeri. Investasi di luar negeri biasanya di dasari oleh pertimbangan strategic, pertimbangan perilaku dan pertimbangan ekonomis yang kompleks. Menurut Krugman (1994) yang dimaksud dengan FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan control terhadap perusahaan di luar negeri. UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967) dikeluarkan untuk menarik investasi asing guna membangun ekonomi nasional.di Indonesia adalah wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan persetujuan dan ijin atas investasi langsung luar negeri 2.1.2. Tujuan Foreign Direct Investment Tujuan setiap FDI tidaklah sama, perusahaan investor tergerak oleh berbagai ragam alasan untuk berinvestasi di luar negeri. Mereka memiliki proses pengambilan keputusan dan prioritas yang berbeda – beda saat memilih sebuah lokasi investasi. Terdapat lima tujuan utama FDI (Foreign Direct Investment) yaitu: 1. Mencari sumber daya, Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II.pdf

Page 1: Chapter II.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Foreign Direct Investement

2.1.1. Pengertian Foreign Direct Investement

Keputusan investasi ke luar negeri merupakan hasil dari proses yang

kompleks yang berbeda dari investasi di dalam negeri. Investasi di luar negeri

biasanya di dasari oleh pertimbangan strategic, pertimbangan perilaku dan

pertimbangan ekonomis yang kompleks. Menurut Krugman (1994) yang dimaksud

dengan FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara

mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak

hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan control

terhadap perusahaan di luar negeri. UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967)

dikeluarkan untuk menarik investasi asing guna membangun ekonomi nasional.di

Indonesia adalah wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk

memberikan persetujuan dan ijin atas investasi langsung luar negeri

2.1.2. Tujuan Foreign Direct Investment

Tujuan setiap FDI tidaklah sama, perusahaan investor tergerak oleh berbagai

ragam alasan untuk berinvestasi di luar negeri. Mereka memiliki proses pengambilan

keputusan dan prioritas yang berbeda – beda saat memilih sebuah lokasi investasi.

Terdapat lima tujuan utama FDI (Foreign Direct Investment) yaitu:

1. Mencari sumber daya,

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II.pdf

2. Mencari pasar,

3. Mencari efesiensi

4. Mencari asset strategis.

5. Mencari keamanan politis

2.1.3. Metode-Metode Dalam Berinvestasi

Bila perusahaan telah memutuskan untuk berinvestasi di luar negeri, maka

yang harus dipertimbangkan cara yang terbaik untuk melakukannya. Cara-cara yang

dapat dipilih untuk melakukan investasi luar negeri antara lain :

1. Malakukan Joint Venture

Melakukan join venture dengan satu atau lebih mitra lokal, Joint venture

adalah kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan multinasional dan perusahaan

lokal. Join Venture merupakan persekutuan berbadan hukum yang

mengkombinasikan sumber daya yang dimilki oleh masing-masing perusahaan untuk

mencapai tujuan tertentu.

Keunggulan Joint Venture adalah sebagai berikut ini :

• Sekutu lokal lebih memahami adat istiadat, kebiasaan dan Lembaga

kemasyarakatan dilingkungan setempat.

• Akses kepasar modal negara tuan rumah dapat dipertinggi oleh hubungan dan

reputasi sekutu lokal.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II.pdf

• Sekutu lokal mungkin memilki tehnologi yang cocok untuk lingkungan

setempat.

Kelemahan Joint Venture adalah sebagai berikut :

• Jika salah dalam memilih sekutu maka akan meningkatkan resiko politik yang

dihadapi.

• Dapat terjadi perbedaan pandangan antara sekutu lokal dengan perusahaan.

• Adanya harga transfer produk atau komponen akan menimbulakn konflik

kepentingan antara kedua belah pihak.

2. Melakukan Marger Atau Akuisi Dengan Perusahaan Yang Telah Eksis.

Akuisi terjadi apabila suatu perusahaan memilki saham biasa perusahaan lain,

atau perusahaan menginvestasikan uangnya dalam jangka panjang diperusahaan lain.

Keunggulan melakukan merger dan akuisi :

• Lebih cepat melakukan proses operasi.

• Tidak perlu menyiapkan manajeman baru karena diperusahaan yang diakuisi

adalah manajemen, tinggal dilihat kinerjanya.

• Resiko bisnisnya lebih kecil.

Kelemahan melakukan merger dan akuisi:

• Membutuhkan dana yang cukup besar.

• Reaksi politik dari negara tuan rumah mungkin timbul saat perusahaan lokal

diakuisisi perusahaan multinasional.

• Kesalahan penilaian kinerja perushaan yang akan daiakuisisi.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II.pdf

3. Lisensi

Lisensi merupakan metode yang populer bagi perusahaan untuk mengadakan

ekspansi pemasaran internasioanl,metode ini biasanya dilakukan oleh perusahaan no-

multinasioanal.

Keunggulan melakukan lisesnsi :

• Cara yang mudah bagi produsen untuk mengadakan ekspansi pemasaran

internasional.

• Tidak memerlukan dana yang besar.

• Resiko politik yang dihadapi rendah bila seluruh kepemilikan lisensi dipegang

produsen lokal.

Kelemahannya melakukan lisensi :

• Penghasilan yang diperoleh dari lisensi lebih rendah daripada laba yang

diperoleh jika berinvestasi secara langsung.

• Kurangnya pengendalian kualitas dari pemberian lisensi.

• Tehnologi yang dilisensikan mudah ditiru.

4. Kontrak Manajeman

Hampir mirip dengan lisensi, yaitu adanya penerimaan kas dari luar negeri

yang di peroleh tanpa harus menyediakan dana investasi yang signifikan. Namun

kontrak manajemen meiliki resiko politik yang lebih rendah di banding dengan lisensi

karena dalam kotrak menejemen terdapat kemudahan untuk merepatriasi sumberdaya.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II.pdf

Keunggulan dengan kontrak manajemen:

• Resiko politik lebih rendah karena manajer yang dikontrak dapat dengan

mudah ditarik pulang.

• Perusahaan multinasional dapat terus menerima keuntungan melalui

kepemilikan saham diperusahaan yang menerima kontrak.

Kelemahannya dengan kontrak manajemen:

• Perusahaan memberi kontrak tidak memperbolehkan perusahaan yang

membeli kontrak untuk menetapkan kebijakan operasionalnya selama dalam

jangka waktu tertentu.

• Perusahaan membeli kontrak tidak dapat menunjukkan bakat manajemennya

yang mungkin lebih baik dari pada manajemen pemberi kontrak manajemen.

2.1.4. Pertimbangan Dalam Melakukan Investasi

Hal – hal yang perlu di perhatikan untuk dapat menarik investasi asing antara

lain adalah:

a. Memahami Investasi Asing Langsung (FDI), perusahaan investor tergerak

oleh berbagai ragamlasan untuk berinvestasi di luar negeri. Mereka memiliki

proses pengambilan keputusan dan prioritas yang berbeda – beda saat memilih

sebuah lokasi investasi. Terdapat empat jenis utama FDI yaitu pencari sumber

daya, pencari pasar, pencari efesiensi dan pencari asset strategi.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II.pdf

b. Membangun sebuah Badan Promosi Investasi, IPA berperan sebagai tuan

rumah investasi dalam upaya nasionaluntuk memasarkan lokasinya. Suatu

daerah / lokasi menggunakan berbagai cara untuk menarik para investor.

Salah satu pendekatan paling penting dan umum digunakan adalah memakai

institusi khusus sebuah badan promosi investasi (IPA).

c. Menciptakan Strategi Promosi Investasi, Strategi promosi investasi adalah

peta untuk membantu sebuah IPA mencapai tujuan yang di tetapkan. Strategi

ini harus dimulai dengan sebuah pengertian awal mengenai apa yang dapat

ditawarkan oleh lokasi kepada para calon investor. Strategi promosi harus

tidak hanya berfokus pada sektor industri apa yang akan di bidik dalam jangka

pendek, tetapi juga harus mencerminkan apa yang akan di bidik dalam jangka

menengah dan idealnya dalam jangka panjang, dengan asumsi adanya

perbaikan dalam lingkungan investasi.

d. Membangun kemitraan yang efektif, Keberhasilan dalam promosi investasi

membutuhkan kerjasama yang efektif antara perantara promosi investasi dan

organisasi lain. Saat membangun strategi promosi investasi juga harus

mempertimbangkan badan pemerintahan ataupun swasta lainnya sebagai mitra

kerja yang cukup berpotensi untuk membantu mengembangkan serta

menyampaikan pembangunan citra, pembangkit investasi, dan layanan jasa

investasi

e. Memperkuat citra daerah /lokasi, Kegiatan membangun kesadaran dan citra

merupakan dasar dari promosi investasi. Jika para investor mempunyai

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II.pdf

presepsi negatif yang tidak benar atau hanya mengetahui sedikit informasi

tentang sebuah daereah / lokasi dan keuntungan yang di tawarkan, maka

upaya yang harus dilakukan untuk menarik investasi akan menjadi kurang

efektif.

f. Membidik dan membangkitkan peluang investasi, Membangun dan

memelihara hubungan dengan bisnis yang menghasilkan investasi merupakan

fungsi dasar perantara promosi investasi di seluruh dunia. Salah satu

gambaran paling umum yang berhubungan dengan investasi adalah

menghubungi calon investor untuk membahas peluang di daerah lokasinya.

g. Pelayanan investor, dimulai pada saat seorang investor memutuskan untuk

mengunjungi sebuah lokasi. Ini adalah titik awal dimana aktifitas layanan jasa

bagi para investor dimulai. Dengan mengusai dan mengintegrasikan layanan

bagi para investor berarti meningkatkan kemungkinan secara signifikan untuk

mengubah kunjungan para investor menjadi sebuah investasi yang

sesungguhnya.

h. Memonitor dan mengevalusi aktifitas dan hasil

i. Memantau dan melakukan evaluasi tidak dapat mendorong atau membantu

investasi, namun merupakan kegiatan pendukung yang penting dalam menilai

keaktifan badan promosi serta untuk mengembangkan ukuran kinerja

kualitatif dan kuantitatif.

j. Memanfaatkan teknologi informasi. Meningkatnya penggunaan dan

perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara berbisnis pemerintah

dan perusahaan di seluruh dunia, hal ini berlaku juga untuk promosi investasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II.pdf

2.1.5. Teori-Teori Investasi Luar Negeri

2.1.5.1 Sthepen Hymer

Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri, Hymer

mengemukakan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan

keunggulan khas perusahaan dan ketidaksempurnaan pasar dalam usaha menjelaskan

motivasi yang mendasari perusahaan dalam melakukan investasi.

Menurut pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi diluar

negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian

investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui

pasar modal dan tidak memerlukan pemindahan perusahaan. Sehubungan dengan

pengembalian investasi yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang sudah ada atau

potensial dinegara tuan rumah agar dapat menutup kerugian ketidakunggulan operasi

perusahaan tersebut diluar negeri.

Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan

timbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas perusahaan yang ada di

negara tuan rumah. Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena adanya

akses ke sumber modal yang lebih mudah dan besar, adanya pasar bahan mentah

yang diproduksi dengan skala besar dan memiliki keahlian seperti keahlian

manajemen, ketrampilan pemasaran dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II.pdf

2.1.5.2.1 R. Vernon

Vernon mengemukakan suatu teori invetasi luar negeri dimana teori ini

dikenal dengan nama teori ”Product Cycle” dalam produksi internasional, model ini

terdiri dari atas beberapa tahap, antara lain:

1. Tahap inovasi, yaitu produk masih belum distandarisasi dan dipasarkan di dalam

negeri. Perusahaan mempunyai keuntungan teknologi yang bersifat sementara

untuk mengatasi pertimbangan biaya karena ia berusaha didekat pasar.

2. Tahap dimana perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasar-pasar

baru dinegara-negara yang relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan

tujuan pada negara dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala

ekonomi dalam produksi, pengangkutan dan pemasaran. Strategi-strategi

penentuan harga dan lokasi didasarkan atas aksi dan reaksi multinational

corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif.

3. Tahap dimana produk sudah terstandarisasi sehingga riset ketrampilan

manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah

terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya produk bergerak ke negara-

negara yang sedang berkembang dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih

rendah. Produk-produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan

diimpor kembali kenegara asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh

karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak

pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat

mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk-produk inovatifnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II.pdf

2.1.5.2.2 Kiyoshi Kojima

Kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komparatif suatu negara

dalam perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus investasi luar

negeri. Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber-sumber alam dan keunggulan

tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dalam rangka menentukan arus investasi luar

negeri.

2.1.5.2.3 S. Hirsch

Menurut Hirsch, Investasi luar negeri langsung akan dipilih bila penghasilan

yang diharapakan lebih besar dari biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan

pengawasan di luar negeri. Atau biaya-biaya produksi dan pengawasan di luar negeri

tersebut lebih rendah daripada biaya-biaya produksi dalam negeri ditambah biaya-

biaya pemasaran ekspor. Bila afiliasi di luar negeri telah terbentuk, maka diferensiasi

biaya pemasaran menurun dan ekspor barang-barang lain seperti intermediate goods

dalam negeri dapat terlaksana.

Hirsch berkesimpulan bahwa investasi internasional memungkinkan

spesialisasi berdasarkan keunggulan komperatif yaitu melalui ekspansi penghasilan

atau pembentukan pabrik-pabrik baru di lokasi-lokasi dengan biaya serendah-

rendahnya. Ini dapat pula dilakukan melalui penyuplaian semua pasar termasuk pasar

di dalam negeri dari lokasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II.pdf

2.1.5.5 J.H. Dunning

Dunning melakukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan serba

elektrik (memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan teori-teori

perdagangan, lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan multinasional. Dunning

berargumen bahwa luasnya keterlibatan ekonomi internasional (melalui perdagangan

dan investasi) atau negara mengakibatkan perusahaan-perusahaan akan lebih memilih

untuk berproduksi di luar negeri yang memiliki ketersediaan sumber tertentu tapi

tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari negara lain.

Faktor-faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat

mempengaruhi pemilihan lokasi investasi adalah biaya-biaya upah komperatif, sifat-

sifat di dalam negeri seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan keberadaan

persaingan di dalam negeri, kendala-kendala perdagangan baik tarif maupun non

tarif, jarak dari negara yang melakukan investasi, lingkungan politik, sosial dan

ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan partisipasi nasional

dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran keuntungan.

2.1.6. Faktor-Faktor Yang Menentukan Jumlah Investasi

Muana Nanga, (2001). Adapun faktor-faktor yang menentukan jumlah

investasi adalah sebagai berikut :

a. Tingkat suku bunga, terdapat hubungan negatif antara jumlah investasi dan

tingkat bunga. Jika tingkat suku bunga naik level investasi akan berkurang,

sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah orang akan berbondong-bondong

menanamkan investasi diberbagai bidang usaha.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II.pdf

b. Inovasi dan teknologi, adanya temuan-temuan baru yang menyebabkan cara-

cara berproduksi lama menjadi tidak efisisen. Untuk itu perusahaan-

perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli mesin-mesin dan

peralatan-peralatan baru yang lebih canggih.

c. Tingkat perekonomian, makin banyak aktifitas perekonomian makin besar

pendapatan nasional, dan makin banyak bagian pendapatan yang dapat

ditabung. Yang pada akhirnya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang

menguntungkan.

d. Ramalan atau harapan orang tentang perekonomian dimasa datang, jika

oarang meramal perekonomian dimasa yang akan datang cerah, oarang akan

giat melakukan investasi sekarang.

e. Tingkat keuntungan perusahaan, makin besar tingkat keuntungan perusahaan

makin banyak bagian laba yang dapat ditahan (retained earnings) dan bagian

laba yang ditahan ini dapat digunakan untuk tujuan investasi.

f. Situasi politik, jika situasi politik aman dan pemerintah banyak memberikan

kemudahan-kemudahan bagi perusahaan maka tingkat investasi akan tinggi.

Dan sebaliknya jika pemerintah tidak banyak memberikan kemudahan bagi

perusahaan banyak menghadapi birokrasi yang berbelit-belit maka tingkat

investasi akan rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II.pdf

2.2. Upah

2.2.1. Pengertian Upah

Yang dimaksud dengan upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari

pengusaha kepada pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan,

dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan

atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja

antara pengusaha dan pekerja termasuk tunjangan, baik untuk pekerja sendiri maupun

keluarganya. (PP No 8 Tahun 1981).

Kedudukan dan fungsi upah adalah sebagai hak bagi pekerja dan kewajiban

bagi perusahaan yang merupakan sarana untuk memelihara, melestarikan dan

meningkatkan kebutuhan hidup manusia, ditetapkan atas dasar nilai-nilai tugas

seorang pekerja dengan memperhatikan keseimbangan prestasi, kebutuhan pekerja

dan kemampuan perusahaan.

2.2.2. Kriteria Dalam Menentukan Upah

Dalam menentukan upah perusahaan harus memperhatikan beberapa kriteria

yaitu (Suprihanto, 1986 : 52)

• Struktur upah perlu disederhanakan dan diupayakan agar upah pokok lebih

besar dari tunjangan lainnya.

• Idealnya diperlukan komponen upah secara umum yang dapat digunakan

untuk setiap pekerjaan dan keperluan. Tetapi kenyataanya hal ini sukar

dilakukan karena perbedaan prinsip-prinsip penggunaanya. Karena itu

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II.pdf

diperlukan perkataan komponen upah menurut keperluannya masing-masing

yaitu :

Untuk keperluan penghitungan upah pada waktu tidak masuk bekerja dengan

hak upah, antara lain hak upah lembur, pensiunan, tunjangan hari tua atau bonus

tahunan, cuti tahunan, sakit di rumah sakit dan lain sebagainya sebagai bahan

pertimbangan pemerintah.Mengingat bahwa di Indonesia klasifikasi jabatan belum

dilaksanakan secara meluas sehingga bagi perusahaan tertentu tidak ada sistem yang

jelas dalam menentukan jumlah pengupahan,.

2.2.3. Status Pekerja dan Sistem Pengupahan

Pada dasarnya sistem pengupahan dapat ditetapkan menurut waktu atau

berdasarkan upah potongan atau borongan atau kombinasi-kombinasinya. Dengan

demikian jelas sistem pengupahan tidak boleh dikaitkan dengan status atau

kedudukan pekerja. Apabila suatu pekerja oleh perusahaan diserahkan kepada

kontraktor maka perusahaan yang mengontrakkan pekerja tersebut wajib mengetahui

tentang status hukum dari perusahaan kontraktor itu bahwa perusahaan kontraktor

tersebut telah menjalankan wajib lapor perusahaan. Hal ini penting sekali demi

perlindungan pekerja yang bekerja pada perusahaan kontraktor tersebut. Apabila

perusahaan menggunakan kontraktor yang tidak berbadan hukum dan belum

melakukan wajib lapor perusahaan maka perusahaan yang menggunakan seperti itu

bertanggung-jawab sepenuhnya atas kerugian yang diderita oleh pekerja akibat

kelalaian kontraktor tersebut atau dengan kata lain para pekerja dari kontraktor tadi

harus dianggap dan diperlukan sebagai pekerja sendiri. Apabila kontraktor yang

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II.pdf

berbadan hukum dan sudah melakukan wajib lapor, menyerahkan lagi pekerjaan

kepada suatu kontraktor lain yang tidak berbadan hukum maka kontraktor yang

menyerahkan pekerjaan tadi bertanggung-jawab atas kerugian yang diderita oleh

pekerja.

2.2.4. Mekanismen Penetapan Upah.

Pada dasarnya upah dapat ditetapkan atau ditentukan melalui :

• Perjanjian kerja

• Peraturan perusahaan

• Kesepakan kerja bersama

• Apabila ada perselisihan ditetapkan melalui P4 daerah atau P4 Pusat.

Ukuran Kenaikan Upah

Kenaikan upah dimusyawarahkan antara pekerja dan pengusaha menurut

kriteria sebagai berikut :

• Prestasi kerja pekerja

• Kebutuhan hidup pekerja yang penyesuaiannya didasarkan Indeks Harga

Konsumen (IHK)

• Perkembangan perusahaan

• Keadaan perekonomian pada umumnya.

Ratio Upah

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II.pdf

Untuk dapat mencapai ratio upah terendah dan tertinggi yang lebih seimbang

dan memadai secara bertahap jarak terendah dan tertinggi perlu didekatkan antara lain

dengan cara :

• Diberlakukan skala upah secara landai

• Diadakan pertimbangan antara upah pokok dan tunjangan

• Peninjauan upah minimum secara konsisten.

2.2.5. Upah Minimum

Fungsi upah minimum

• Sebagai jaring pengaman

• Untuk mengangkat taraf hidup dan martabat golongan penerima upah

terendah

• Untuk pemerataan pendapatan dalam upaya mewujudkan keadilan sosial

Dalam penetapan upah minimum perlu diperhatikan :

• Kemampuan perusahaan

• Keadaan perekonomian daerah atau nasional

• Tingkat pengupahan di sektor atau nasional

• Tingkat pengupahan di sektor atau sub sektor sejenis di suatu wilayah atau

wilayah yang berdekatan.

Upah minimum yang ditetapkan yang telah ditetapkan harus diumumkan

kepada pekerja melalui papan pengumuman perusahaan atau tempat kerja. Bagi

perusahaan yang nyata-nyata tidak mampu melaksanakan ketetapan upah minimum

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II.pdf

setelah diperiksa akuntan publik, pemerintah perlu memberikan bantuan bimbingan

atau dorongan agara perusahaan dimaksud dapat mampu memulai ketentuan upah

minimum. Dalam ketetapan upah minimum harus diperjelas pengertian upah, yang

maksudnya untuk mencegah terjadinya perbedaan pengertian atau penafsiran. Dalam

jangka panjang dengan memperhatikan perkembangan ekonomi dan kebijaksanaan

pemerintah mengenai pembangunan serta faktor kemampuan dunia usaha dan

produktivitasnya, tingkat atau standar upah minimum diusahakan mencapai anggaran

belanja pekerja dengan satu istri dan tiga anak. Untuk kepentingan dokumentasi dan

pengawasan terhadap upah secara efektif, maka setiap perusahaan diwajibkan

menyelenggarakan administrasi upah secara teratur dan dilengkapi dengan daftar

keluarga dari pekerja yang dicatat secara tersendiri dalam kartu pekerja. Setiap

pembayaran upah pekerja harus didasarakan atas upah bruto sebelum dipotong pajak

pendapatan, kecuali apabila perusahaan tersebut diberi wewenang dan inspeksi pajak

untuk memotong pajak dari pekerja.

2.2.6. Teori yang Mendasari Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan di suatu negara biasanya didasarkan falsafah yang dianut

negara tersebut. Teori yang mendasari sistem pengupahan pada dasarnya dapat

dibedakan menurut dua ekstrim. Ekstrim yang pertama didarkan atas ajaran Karl

Marx mengenai teori nilai dan pertentangan kelas. Ekstrim yang kedua didasarkan

pada teori pertambahan produk marginal berlandaskan asumsi perekonomian bebas.

Sistem pengupahan dari ekstrim pertama umumnya dilaksanakan di negara-negara

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II.pdf

penganut paham komunis, sedangkan sistem pengupahan dari ekstrim kedua

umumnya dilaksanakan oleh negara-negara penganut paham kapitalis atau liberal

1. Upah Menurut Kebutuhan

Ajaran karl Marx pada dasarnya berpusat pada tiga hal, yang pertama adalah

mengenai teori nilai. Marx berpendapat hanya buruh yang merupakan sumber nilai

ekonomi, jadi nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau jumlah waktu kerja

yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. Implikasi pandangan yang

demikian adalah :

1. Harga barang berbeda menurut jumlah jasa buruh yang dialokasikan untuk

seluruh proses produksi barang tersebut.

2. Jumlah jasa yang dikorbankan untuk memproduksi suatu jenis barang adalah

kira-kira sama, oleh sebab itu harganya pun di beberapa tempat menjadi kira-

kira sama.

3. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, jadi dengan demikian

hanya buruh/pekerja yang berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional

tersebut.

Pandangan ini tidak cocok dengan kenyataan, walaupun manusia menjadi

yang paling utama dalam proses produksi, namun peranaan faktor modal maupun

mesin-mesin ternyata besar. Peranaan sektor modal ini tidak dipertimbangkan dalam

teori Karl Marx. Kedua peranaan selera dan pola konsumsi masyarakat ternyata

sangat berpengaruh dalam penentuan harga. Ajaran kedua dari Karl Marx

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II.pdf

menyangkut pertentangan kelas. Marx berpendapat bahwa kapitalis selalu berusaha

menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh, dengan

demikian akan muncul pengangguran besar-besaran. Dengan adanya pengangguran

yang sangat besar ini maka pengusaha dapat menekan upah.

Konsekuensi dari pemikiran yang demikian ini maka tiada jalan bagi buruh

kecil kecuali untuk bersatu untuk merebut kapital dari pengusaha menjadi milik

bersama. Pandangan yang salah mengenai sikap pengusaha atau setidak-tidaknya

mengenai mengenai nasib pekerja yang digambarkan demikian jeleknya dapat

dibantah dengan berbagai kenyataan yang dapat disajikan misalnya :

1. Terutama sejak awal abad 20, telah berkembang aliran pendekatan manusia,

(human approach) dalam manajemen perusahaan. Tujuan utama pendekatan

ini adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan namun yang

yang ditekankan mengenai perbaikan penghasilan, insentif, lingkungan kerja,

dll.

2. Adanya campur tangan pemerintah dalam penentuan sistem upah mengatasi

pengangguran melalaui proyek2 pemerintah.

3. Hadirnya serikat pekerja dan ikut berpeeran mendampingi pengusaha ddalam

menenntukan sistem upah.

Yang ketiga, sebagai konsekuensi dari dua ajaran Karl Marx, adalah

terbentuknya masyarakat komunis. Dalam masyarakat ini seseorang tidak menjualkan

tenaga kepada yang lain, akan tetapi masyarakat itu melalaui partai buruh, akan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II.pdf

mengatur apa dan berapa jumlah produksi. Dalam masyrakat impian Marx tersebut,

setiap orang harus bekerja menurut kemampuannya, dan setiap orang memperoleh

menurut kebutuhannya.

Implikasi pandangan Marx tersebut dalam sistem pengupahan dan

pelaksanaanya adalah :

1. Bahwa tiap-tiap orang mempunyai macam dan jumlah kebutuhan konsumsi

yang kira-kira sama. Nilai setiap barang yang sama (walaupun terdapat di

tempat yang berbeda) adalah juga sama Oleh sebab itu upah tiap-tiap orang

juga kira-kira sama. Dalam hal ini sistem upah hanya sekedar menjalankan

fungsi sosial, yaitu memenuhi kebutuhan konsumtif dari buruh.

2. Sistem pengupahan di sini tidak mempunyai fungsi pemberian insenstif yang

sangat perlu untuk menjamin peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan

nasional.

3. Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap orang

betul-betul mau bekerja menurut kemampuannya. Ini memerlukan sentralisasi

kekuasaan dan sistem paksaan, yang dipandang bertentangan dengan asas-asas

kemanusiaan.

2. Upah Sebagai Imbalan

Teori Neoklasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan

keuntungan, tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi yang

dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marjinal

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II.pdf

dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha mempekerjakan sejumlah

karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marjinal seseorang sama

dengan upah yang diterima orang tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang

dibayarkan pengusaha adalah :

W = VMPPL = MPPL X P

W = tingkat upah (dalam arti labour cost) yang dibayarkan pengusaha kepada

pekerja.

P = harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang

MPPL = marginal physical product of labour I atau pertambahan hasil marginal

pekerja, diukur dlam unit barang per unit waktu

V MPPL = value of marginal physical labour atau nilai pertambahan hasil marginal

pekerja atau karyawan.

Nilai pertambahan hasil marginal pekerja (VMMPL) merupakan nilai jasa

yang diberikan oleh pekerja kepada pengusaha. Sebaliknya upah (W) dibayarkan oleh

pengusaha kepada pekerja sebagai imbalan terhadap jasa yang diberikan kepada

pngusaha.

Selama nilai pertambahan hasil marginal pekerja lebih besar dari upah yang

dibayarkan oleh pengusaha (VMMPL > W) pengusaha dapat membawa keuntungan

dengan menambah pekerja. Di pihak lain, pengusaha tentu tidak bersedia membayar

upah yang lebih besar dari nilai usaha kerja yang diberikan pekerja kepada

pengusaha. Dilihat dari sisi pekerja mereka tidak bersedia menerima upah lebih

rendah dari pada nilai usaha kerjanya. Bila pengusaha tertentu membayar upah yang

lebih rendah dari nilai usaha kerja pekerja, maka pekerja tersebut akan mencari

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II.pdf

pekerjaan ditempat lain yang mampu membayar sama denngan usaha

kerjanya.,degnan kata lain asumsi adanaya mobilitas sempurna, pekerja akan

memperoleh upah senilai pertambahan hasil marginalnya sebagai mana dinyatakan

dalam persamaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut teori neoklasik pekerja

memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marginalnya. Dengan kata lain,

upah dalam hal ini berfunngsi sebagai imbaalan atas usaha kerja yang diberikan

seseorang tersebut kepada pengusaha

2.3. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan merupakan salah satu pengeluaran pemerintah

selain pengeluaran rutin. Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang

digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum,

baik pembangunan secara fisik maupun non fisik. Peranan anggaran pembangunan

lebih ditekankan pada upayn penciptaan kondisi yang stabil dan kondusif bagi

berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dengan tetap memberikan stimulus bagi

pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kaitan dengan pengelolaan APBN secara

keseluruhan dengan keterbatasan sumber pembiayaan yang tersedia, maka pencapaian

sasaran-sasaran pembangunan harus dilakukan seoptimal mungkin. Sehubungan

dengan hal tersebut, formulasi distribusi alokasi dan penentuan besarnya pengeluaran

memegang peranan penting dalam target kebijakan fiskal.

Disamping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap

ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan APBN yang sehat,

melalui upaya mengurangi secara bertahap peran pembiayaan yang bersumber dari

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II.pdf

luar negeri tanpa mengurangi upaya menciptakan pertumbuhan yang

berkesinambungan. Pembiayaan pembangunan rupiah dibiayai dari sumber-sumber

pembiayaan dalam negeri, dan pinjaman program. Pengelolaan dana tersebut akan

dialokasikan kepada departemen di tingkat pusat termasuk Departemen Hankam, dan

pemerintah daerah, yang diklasifikasikan ke dalam dana pembangunan yang dikelola

daerah.

Dalam kebijakan penyusunan APBN dikenal ada beberapa kebijakan

anggaran, yaitu anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Dalam

pengertian umum, anggaran berimbang adalah suatu kondisi dimana penerimaan

sama dengan pengeluaran (G=T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari

penerimaan (G<T), sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana pengeluaran

lebih besar dari penerimaan (G>T).

Anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah inflasi,

sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah

pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan dengan

kemampuan dana dalam negeri maka pembiayaan proyek masih tetap dibutuhkan.

Pembiayaan pembangunan dengan dana yang bersumber dari luar negeri diupayakan

untuk dikurangi secara bertahap. Untuk itu, pembiayaan proyek harus dimanfaatkan

secara lebih optimal terutama bagi kegiatan ekonomi yang produktif dan

dilaksanakan secara lebih transfaran, efektif dan efisien. Persentase pembiayaan

proyek terhadap PDB terus diupayakan menurun sebagai cerminan untuk mengurangi

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter II.pdf

ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri, sekaligus mencerminkan adanya

upaya untuk mencapai fiscal sustainability sebagai sasaran strategis dari APBN.

Pembiayaan proyek dimanfaatkan untuk pembangunan sumber daya manusia di

bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahtraan sosial, penyediaan sarana dan

prasarana transportasi, di bidang pertanian, tenaga listrik, dan pengairan. Di samping

itu juga akan dimanfaatkan untuk pengadaan prasarana pendukung Hankam,

telekomunikasi, dan pembangunan prasarana perkotaan.

2.3.1. Akibat Ekonomis Pengeluaran Pemerintah

Pengusahaan kegiatan ekonomis oleh pemerintah (melalui pengeluaran

pemerintah) serta pemindahan daya beli dari satu kelompok orang ke kelompok yang

lain secara potensial, dapat mempunyai pengaruh yang berarti terhadap rumah tangga

dan sektor swasta dalam perekonomian, antara lain :

a. Efek yang bersifat alokasi dan efisiensi

Secara sadar pemerintah mengalokasikan kembali sumber-sumber ekonomi

dan berbagai barang dan jasa dengan memproduksi barang-barang umum dan

jasa-jasa umum yang mempunyai keuntungan eksternal. Kegiatan alokasi ini

mengubah pengalihan sumber-sumber ekonomi karena pemberi dan penerima

masing-masing mempunyai pola-pola pengeluaran yang berlainan. Secara

langsung pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi kesejahteraan melalui

realokasi dari faktor-faktor produksi. Pemerintah dapat mempengaruhi

efisiensi dalam melakukan kegiatan ekonomi. Adapun efek pengeluaran

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter II.pdf

pemerintah dari alokasi ini dapat ditempuh dengan cara seperti penyediaan

barang-barang publik, kegiatan transfer dan pengenaan pembangunan pajak.

b. Efek yang menyangkut penyediaan factor-faktor produksi

pemerintah dapat mempengaruhi tingkat GNP rill dengan mengubah

persediaan dari berbagai faktor yang dapat dipakai dalam produksi melalui

program-program pembiayaannya, yang dapat mengubah kesediaan dari

pemilik faktor-faktor untuk menyediakan faktor-faktor tersebut.

c. Efek yang menyangkut redistribusi/pembagian pendapatan dari

pendapatan nasional.

Pemerintah mempengaruhi pola redistribusi pendapatan rill melalui

penyediaan keuntungan di satu pihak dan pengeluaran pendapatan rill dari

sektor swasta atau pendapatan dipihak lain, hasil akhirnya adalah satu pola

pendapatan yang lain daripada bila tidak ada campur tangan pemerintah.

d. Efek mengenai stabilitas

Pertumbuhan program pengeluaran serta pembiayaan akan mempengaruhi

tingkat pencapaian full employment dengan mengubah pengeluaran total

dalam perekonomian dan juga mampu meningkatkan GNP yang berarti

mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.

2.3.2. Infrastruktur

Infrastruktur merujuk pada sistem phisik yang menyediakan transportasi,

pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter II.pdf

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan

ekonomi (Robert, 2005:8)

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial

dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastrukut

dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-

peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibuthkan untuk berfungsinya

sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Robert, 2005:9). Definisi teknik juga

memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem infrastruktur dan mengatakan

infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan

pelayanan publik yang penting.

Sebagai salah satu konsep pola pikir dibawah ini diilustrasikan diagram

sederhana bagaimana peran infrastruktur. Diagram ini menunjuk bahwa secara ideal

lingkungan alam merupakan pendukung dari sistem infrastruktur, dan sistem ekonomi

diduku ng oleh sistem infrastruktur. Sistem sosial sebagai obyek dan sasaran didukung

oleh sistem ekonomi.

Sumber : Pengantar Manajemen infrastruktur (Robert : 9)

Gambar 2.1 Hubungan antara sistem sosial, ekonomi, infrastruktur dan lingkungan alam yang

harmoni.

Social System

Physical Infrastructur

Natural Environment

Economic System

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter II.pdf

Dari gambar di atas dapat dikatakan bahwa lingkungan alam merupakan

pendukung dasar dari semua sistem yang ada. Peran infrastruktur sebagai mediator

antara sistem ekonomi dan sosial dalam tatanan kehidupan manusia dengan

lingkungan alam menjadi sangat penting. Infrastruktur yang kurang akan memberikan

dampak yang besar bagi manusia. Sebaliknya, infrastruktur yang terlalu berlebihan

untuk kepentingan umat manusia tanpa memperhatikan kapasitas daya dukung

lingkungan akan merusak alam yang pada hakekatnya akan merugikan manusia

termasuk makhluk hidup lain. Berfungsi sebagai suatu sistem sosial dan sistem

ekonomi, maka infrastruktur perlu dipahami dan dimengerti secara jelas terutama

bagi penentu kebijakan

2.3.3. Teori Pengeluaran Pemerintah

1. Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes

Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y= C+I+G merupakan

pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam

perekonomian tertutup. Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional. Y

merupakan pendapatan nasional, C merupakan pengeluaran konsumsi, dan G

merupakan Pengeluaran pemerintah. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y

serta mengamati dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi

Pengeluaran pemerintah dalam pembentukan pendapatan nasional.

Menurut Keynes, untuk menghindari timbulnya stagnasi dalam perekonomian,

pemerintah berupaya untuk meningkatkan jumlah pengeluaran pemerintah (G)

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter II.pdf

dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional, sehingga dapat

mengimbangi kecendrungan mengkonsumsi (C) dalam perekonomian.

Perpajakan dan pengeluaran pemerintah saling berkaitan dalam pengertian

fiskal atau anggaran pendapatan dan belanja pemerintah secara keseluruhan.

Pengeluaran total dalam perekonomian dikurangi efek pengganda dari peningkatan

pajak dan pemotongan pajak merupakan kebijakan dimana pemerintah melaksanakan

anggaran surplus dalam menekan pengeluaran pemerintah. Jika tujuannya adalah

untuk meningkatkan pengeluaran, maka pemerintah mengoperasikan anggaran defisit

dengan mengurangi pajak dan meningkatkan pengeluaran pemerintah. Suatu

penurunan dalam pengeluaran pemerintah dan peningkatan dalam pajak dari aliran

sirkulasi pendapatan nasional akan mengurangi permintaan agregat dan melalui

proses pengganda (multiplier effect) akan memberikan penurunan tekanan inflasi

ketika perekonomian mengalami peningkatan kegiatan yang berlebihan (over-

heating). Sebaliknya adanya peningkatan dalam pengeluaran pemerintah dan

penurunan dalam pajak, maka suatu suntikan (injection) ke dalam aliran sirkulasi

pendapatan nasional akan menaikkan permintaan agregat dan melalui efek pengganda

akan menciptakan tambahan lapangan pekerjaan.

2. Teori Wagner

Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang

semakin besar terhadap GNP. Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian

apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan

meningkat. Terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Chapter II.pdf

timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan, dan sebagainya.

Hukum tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

PPk

PkPP >1

1

t

t

PPkPkPP >

2

2

t

t

PPkPkPP >......>

nt

nt

PPkPkPP

Keterangan :

PkPP = Pengeluaran pemerintah per kapita

PPk = Pendapatan nasional per kapita

1,2,..,n = Indeks waktu (tahun)

Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut organic

theory of state yaitu teori yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas

bertindak, terlepas dengan masyarakat yang lain. Menurut Wagner, ada lima hal yang

menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu :

a. Tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan,

b. Kenaikan tingkat pendapatan masyarakat,

c. Urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi,

d. Perkembangan demografi,

e. Ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan

pemerintah.

Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara industri-industri dan

hubungan antara industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan kompleks

sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif menjadi semakin besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Chapter II.pdf

Namun teori Wagner memiliki kelemahan yaitu tidak didasari pada teori pemilihan

barang-barang publik.

3. Teori Peacock dan Wiseman

Peacock dan wiseman mengemukakan perkembangan pengeluaran pemerintah

yang didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk

memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang

semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar,

sehingga teori peacock dan wiseman merupakan dasar dari pemungutan suara.

Peacock dan wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat

mempunyai tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat

memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah

membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka memiliki

kesediaan untuk membayar pajak. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala bagi

pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena.

Dalam teorinya peacock dan wiseman menyatakan bahwa perkembangan

ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif

pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran

pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu dalam keadaan normal,

meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang menjadi semakin

besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Chapter II.pdf

Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena ada perang,

maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang.

Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak juga harus meningkat, dan pemerintah

meningkatkan penerimaannya dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana

sawsta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek

pengalihan (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial menyebabkan

aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Selain itu banyak aktivitas

pemerintah yang baru kelihatan setelah terjadinya perang, yang disebut efek inspeksi

(inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya

konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah, yang disebut efek konsentrasi

(concentration effect).

Efek atau gangguan lain dari adanya gangguan sosial adalah apa yang disebut

dengan efek inspeksi yang timbul karena masyarakat sadar akan adanya hal-hal yang

perlu ditangani pemerintah setelah selesainya gangguan sosial tersebut.

Dalam teori peacock dan wiseman mereka mengemukakan bahwa adanya

toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan tetapi mereka tidak menyatakan

pada tingkat berapakah toleransi pajak tersebut.

2.4. Indeks Kepercayaan Konsumen

2.4.1. Pengertian Indeks Kepercayaan Konsumen

Indeks Kepercayaan Konsumen adalah indeks yang mengukur tingkat

kesehatan keuangan, potensi konsumsi dan keyakinan konsumen untuk berbelanja

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Chapter II.pdf

akan menentukan kesehatan ekonomi dan bisnis suatu negara (Bank Indonesia).

Indikator ini disusun oleh Bank Indonesia.

2.4.2. Metodologi

Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan sejak

Oktober 1999. Sejak Januari 2007 survei dilaksanakan terhadap kurang lebih 4.600

rumah tangga sebagai responden (stratified random sampling) di 18 kota : Jakarta,

Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Bandar Lampung, Palembang,

Banjarmasin, Padang, Pontianak, Samarinda, Manado, Denpasar, Mataram, Pangkal

Pinang, Ambon dan Banten. Secara statistik dengan tingkat kepercayaan 99%, jumlah

sample tersebut memiliki sampling error 2%. Pengumpulan data dilakukan sebagian

melalui wawancara telepon dan sebagian lagi secara langsung kepada responden

secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance + 100),

sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti

pesimis.

2.4.3. Keyakinan Dan Sikap Konsumen

Keyakinan dan sikap konsumen merupakan komponen psikologi konsumen

yang mempengaruhi perilaku konsumen baik itu dalam proses pengambilan

keputusan pembelian maupun perilaku dalam hal keputusan untuk tidak lagi

menggunakan produk. (Erna, 2008 : 93).

Secara sadar maupun tidak tindakan konsumen dipengaruhi oleh sikap dan

keyakinannya. Ketika konsumen memiliki sikap negatif pada kondisi saat ini maupun

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Chapter II.pdf

memiliki ekspektasi negatif terhadap kondisi perekonomian masa mendatang maka

secara sadar maupun tidak sadar akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk

melakukan pembelian. Konsumen cenderung menahan uang yang dimiliki sampai

benar-benar yakin kondisi ekonomi akan baik. Walaupun begitu beberapa ahli masih

berpendapat bahwa bagaimana sikap terbentuk dan sejauh mana pengaruhnya masih

merupakan misteri karena keseluruhan proses ini terjadi dalam benak konsumen.

2.4.4. Pengaruh Faktor Bukan Harga Atas Permintaan.

Hukum permintaan hanya menekankan perhatiannya kepada pengaruh harga

suatu barang kepada jumlah barang yang akan diminta sedangkan dalam kenyataan

sebenarnya banyaknya permintaan atas sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor

lain. Faktor-faktor tersebut adalah (Sahat, 2007 : 12) :

1. Selera

2. Banyaknya konsumen pembeli

3. Pendapatan konsumen

4. Harga barang-barang lain

5. Ekspektasi

Ekspektasi atau ramalan mengenai masa mendatang merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi permintaan yang berkaitan dengan kepercayaan

konsumen. Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa yang

akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga-

harga akan menjadi bertambah tinggi di masa depan akan mendorong mereka untuk

membeli lebih banyak pada masa ini, untuk menghemat pengeluaran pada masa yang

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Chapter II.pdf

akan datang. Sebaliknya bahwa ramalan bekerja akan bertambah sukar diperoleh dan

kegiatan ekonomi akan mengalami resesi akan mendorong orang lebih berhemat

dalam pengeluarannya dadn mengurangi permintaan.

2.5. Jumlah Penduduk

2.5.1. Penduduk dan Pembangunan Ekonomi

Pertambahan penduduk bukanlah merupakan suatu masalah, melainkan

sebaliknya justru merupakan unsur penting yang akan memacu pembangunan

ekonomi. Populasi yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber

permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian akan

menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala

ekonomi (economics of scale) produk yang menguntungkan semua pihak,

menurunkan biaya–biaya produksi, dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran

tenaga kerja murah dalam jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya

merangsang produksi agregat yang lebih tinggi lagi (Todaro, 2003 ).

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dinamika dalam

perkembangan ekonomi jangka panjang, bersama dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi, sumber daya alam, dan kapasitas produksi yang terpasang, dalam

masyarakat yang bersangkutan. Keempat faktor dinamika itu harus dilihat dalam

kaitan interaksinya satu dengan yang lainnya. Namun diantaranya peranan sumber

daya manusia mengambil tempat yang sentral, khususnya dalam pembangunan

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Chapter II.pdf

ekonomi negara – negara berkembang dimana kesejahteraan manusia dijadikan tujuan

pokok dari ekonomi masyarakat.

Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian, dalam konteks pasar ia

berada baik di sisi permintaan maupun di sisi penawaran. Di sisi permintaan jumlah

penduduk yang besar merupakan pangsa pasar yang baik dan penduduk adalah

konsumen, sumber permintaan akan barang – barang dan jasa dan di sisi penawaran

penduduk yang besar juga sangat menguntungkan penduduk dalam hal produsen.

Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap penduduk menjadi

terpecah dua, ada yang mengatakan penduduk yang besar akan menghambat

pembangunan serta beban dari pembangunan dan sebagian ahli mengatakan

penduduk sebagai pemicu pembangunan. Jumlah penduduk yang besar akan

memperkecil pendapatan perkapita dan akan menimbulkan masalah ketenagakerjaan

dan dalam kaca mata modern penduduk justru dipandang sebagai pemicu

pembangunan.

Suatu kejadian produksi berlangsung adalah berkat adanya orang yang

membeli dan mengkonsumsi barang – barang yang dihasilkan dan konsumsi inilah

sebagai permintaan agregat yang pada gilirannya peningkatan konsumsi agregat

memungkinkan usaha – usaha produktif yang berkembang dan dalam arti luas

perkembangan perekonomian secara keseluruhan (Dumairi dalam Sirojuzilam 2008).

Dengan kata lain, dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk

adalah perluasan pasar. Luas pasar barang – barang dan jasa ditentukan oleh dua

faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk. Maka apabila

penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar juga akan bertambah pula. Karena

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Chapter II.pdf

peranannya ini, maka perkembangan penduduk akan merupakan perangsang bagi

sektor produksi untuk meningkatkan kegiatannya. Dan akhirnya, pertambahan

penduduk dapat menciptakan dorongan untuk mengembangkan teknologi. Peran ini

terlihat nyata di sektor pertanian. Di negara maju sejak beberapa abad yang lalu

pertambahan penduduk merupakan salah satu faktor penting yang menimbulkan

perbaikan teknologi pertanian. Perkembangan penduduk yang bertambah cepat

bersama dengan perbaikan jaringan pengangkutan dan pertambahan tingkat

pendapatan, akan selalu memperluas pasar bagi hasil – hasil pertanian. Pasar yang

bertambah luas merangsang peningkatan produktivitas sektor tersebut dan ini dicapai

dengan mempertinggi teknologi bercocok tanam.

Bertitik tolak dalam masalah penduduk dan angkatan kerja baik secara

kuantitatif maupun kualitatif wajib diberi perhatian yang utama dalam ekonomi

pembangunan, karena kenaikan jumlah penduduk secara otomatis akan menaikkan

jumlah angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja

secara tradisional dianggap salah satu faktor yang positif yang memacu pertumbuhan

ekonomi, jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya akan

lebih besar.

Pertambahan penduduk dipandang sebagai faktor pendorong karena,

perkembangan itu memungkinkan pertambahan jumlah tenaga kerja dari masa ke

masa. Selanjutnya, pertambahan penduduk dan pemberian pendidikan kepada mereka

sebelum menjadi tenaga kerja, memungkinkan sesuatu masyarakat memperoleh

bukan saja tenaga kerja yang ahli, akan tetapi juga tenaga kerja terampil, terdidik, dan

entrepreneur yang berpendidikan. Biasanya tiga kelompok tenaga kerja yang

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Chapter II.pdf

disebutkan belakangan ini lebih besar jumlahnya apabila tingkat pembangunan yang

lebih tinggi, pertambahan penduduk dapat memberikan sumbangan yang lebih besar

bagi pengembangan kegiatan ekonomi.

2.5.2 Posisi Penduduk Dalam Teori Pertumbuhan Ekonomi

Analisis ekonomi tentang posisi penduduk sebenarnya sudah dimulai sejak

Adam Smith ( 1723 – 1790 ) yang mengemukakan bahwa sistem produksi suatu

negara terdiri dari tiga unsur pokok yaitu:

a. Sumber – sumber manusiawi ( jumlah penduduk )

b. Sumber – sumber alam

c. Stok kapital yang ada

Menurut Smith, sumber – sumber alam yang tersedia merupakan batas

maksimum bagi pertumbuhan perekonomian. Namun Smith kurang menekankan

aspek penduduk dengan menganggap, bahwa penduduk memiliki peran pasif yang

hanya berfungsi sebagai penyedia tenaga kerja dalam proses produksi (pertumbuhan

ekonomi).

Analisis posisi penduduk dalam pembangunan ekonomi makin berkembang

sejalan dengan munculnya pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan ekonomi

yang dikemukakan oleh berbagai ekonom selalu disinggung tentang posisi penduduk

dalam pembangunan ekonomi. Sebab pertumbuhan ekonomi selalu terkait dengan

jumlah penduduk. Pertumbuhan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan

output perkapita dalam jangka panjang. Istilah ‘ perkapita ‘ selalu menunjukkan ada

dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya ( GDP ) dan sisi jumlah

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Chapter II.pdf

penduduknya. Dengan demikian proses kenaikan output perkapita harus dianalisa

dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan GDP total dan apa yang terjadi dengan

jumlah penduduk. Dengan kata lain, teori tersebut harus mencakup teori mengenai

pertumbuhan GDP total dan teori megenai pertumbuhan jumlah penduduk.

Deskripsi tentang posisi penduduk dalam teori ekonomi juga telah

dikemukakan oleh Ananta dalam bukunya Mutu Modal Manusia : Suatu Pemikiran

Mengenai Kualitas Penduduk. Bab I dari buku tersebut menguraikan khusus tentang

posisi penduduk dalam berbagai teori ekonomi. Perhatian terhadap penduduk

berfluktuasi dari teori ekonomi yang satu ke teori ekonomi yang lain. Namun

umumnya penduduk dianalisis sebatas sebagai penyedia tenaga kerja. Itulah sebabnya

ekonomi ketenagakerjaan yang menganalisis permintaan dan penawaran tenaga kerja

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ekonom jaman klasik umumnya lebih

memperhatikan peran penduduk dalam pertumbuhan ekonomi. Pada model klasik

variabel pekerja mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Perhatian ini berlangsung hingga jaman Keynes. Keynes juga melihat

penduduk dalam kaitan dengan employment. Keynes membahas permintaan tenaga

kerja secara lebih mendalam dibanding penawaran tenaga kerja. Posisi penduduk

dalam kajian ekonomi kemudian hilang sejak Hicks dan Hansen mengajukan model

IS – LM. Di sini pasar kerja hilang dari analisis. Sejak itu analisis ekonomi (

khususnya ekonomi makro ) kehilangan minat pada masalah penduduk. Masalah

kependudukan seolah – olah bukan lagi bidang yang perlu ditekuni oleh ekonom.

Kerangka IS – LM sempat mendominasi buku teks ekonomi makro hingga awal

dasawarsa tujuh puluhan. Perhatian ekonom terhadap masalah penduduk kembali

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Chapter II.pdf

muncul ketika para ekonom negara maju tertarik pada perekonomian negara

berkembang. Kajian ekonomi di negara berkembang kemudian dikaitkan dengan

kondisi dan dinamika penduduk negara tersebut. Muncullah kemudian kajian yang

membahas tentang ekonomi pembangunan yang sebagian isinya sebagian mengkaji

masalah – masalah kependudukan dari perspektif ekonomi.

2.5.3. Teori Batas Pertumbuhan

Pada tahun 1972 terbit buku yang amat popular yang mengkaji dampak dari

pertumbuhan penduduk yang demikian cepat. Buku The Limits To Growth membahas

tentang berbagai keterbatasan kemampuan sumber daya dalam menyediakan berbagai

kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk yang demikian cepat.

Ide buku ini pada dasarnya sejalan dengan asumsi Malthus yang menyatakan

bahwa penduduk tumbuh sesuai dengan deret ukur ( exponential growth ) sementara

pangan tumbuh secara deret hitung ( linier growth ). Bedanya analisis dalam buku ini

lebih tajam dan luas dengan dilengkapi data dan model analisis yang disebut sebagai

“model dunia “. Model dunia yang dipakai dibuat khusus untuk meneliti lima

kecenderungan utama yang dihadapi dunia yaitu (a) industrialisasi yang makin cepat;

(b) pertumbuhan penduduk yang makin cepat; (c) kurang gizi yang merajalela; (d)

makin susutnya unrenewable resources, dan (e) lingkungan hidup yang semakin

rusak.

Pengaruh pertumbuhan penduduk pada pembangunan ekonomi telah menarik

perhatian para ahli ekonomi sejak Adam Smith menulis bukunya Wealth of Nations.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Chapter II.pdf

Adam Smith menulis, “ Buruh tahunan setiap bangsa merupakan kekayaan yang pada

mulanya memasok bangsa dengan segala kenyamanan hidup yang diperlukan “.

Hanya Malthus dan Ricardo yang mencanangkan tanda bahaya mengenai dampak

pertumbuhan penduduk pada perekonomian. Tetapi kekhawatiran mereka terbukti

tak berdasar karena pertumbuhan penduduk di Eropa Barat justru mempercepat

proses industrialisasi. Pertumbuhan penduduk membantu ekonomi negara tersebut

karena mereka sudah makmur, punya modal melimpah sedang buruh kurang. Di

negara seperti itu, kurva penawaran buruh pada sektor industri bersifat elastis

sehingga tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi bagaimanapun justru akan

menaikkan produktivitas. Kenyataannya, kenaikan jumlah penduduk menghasilkan

GNP ( produk nasional bruto ) yang lebih tinggi ketimbang sekedar proporsional.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Chapter II.pdf

2.6. Kerangka Konseptual

Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variabel-variabel yang saling

mempengaruhi terhadap dependennya dalam bentuk gambar kerangka konseptual.

Dalam gambar di bawah ini terlihat Upah (X1), Pengeluaran Pembangunan

(X2), Indeks Kepercayaan Konsumen (X3) dan Jumlah Penduduk (X4) menentukan

Foreign Direct Investement (Y).

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian Analisis Determinan Foreign Direct Investment

di Indonesi

Upah (X1)

Pengeluaran Pembangunan

(X2) FDI (Y)

IKK (X3)

Jumlah Penduduk

(X4)

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Chapter II.pdf

2.7. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi

objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris.

Berdasarkan permasalahan, maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Upah memiliki pengaruh yang negatif untuk keseimbangan jangka pendek dan

jangka panjang terhadap Foreign Direct Investment di Indoensia, Cateris

Paribus

2. Pengeluaran Pembangunan memiliki pengaruh yang positif untuk

keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang terhadap Foreign Direct

Investment di Indoensia, Cateris Paribus

3. Indeks Kepercayaan Konsumen memiliki pengaruh yang positif untuk

keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang terhadap Foreign Direct

Investment di Indonesia, Cateris Paribus

4. Jumlah Penduduk memliki pengaruh yang positif untuk keseimbangan jangka

pendek dan jangka panjang terhadap Foreign Direct Investemnt di Indonesia,

Cateris Paribus

Universitas Sumatera Utara