Chapter II.pdf
Transcript of Chapter II.pdf
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Rumah
Rumah adalah tempat untuk berlindung dari pengaruh alam sekitarnya
(misalnya : hujan, matahari dan lain-lain), serta merupakan tempat untuk beristirahat
setelah bertugas memenuhi kebutuhan sehari-hari (Suharmadi, 1985). Rumah yang
dihuni banyak orang akan menimbulkan akibat-akibat yang buruk pada kesehatan dan
akan merupakan sumber yang potensial terhadap penyakit-penyakit infeksi.
Disamping itu juga akan menuntut fasilitas sanitasi dan penyediaan udara yang lebih
banyak. Sebaliknya rumah yang kecil bisa dianggap rumah yang baik dan memenuhi
persyaratan –persyaratan kesehatan (Lubis, 1985).
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian plus prasarana dan sarana lingkungan, sedangkan
pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun kawasan peKelurahanan, berfungsi sebagai
tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan
penghidupan.
Pemukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di
dalamnya. Perumahan merupakan wadah, sedangkan pemukiman merupakan paduan
antara wadah fisik. Bagian pemukiman yang disebut sebagai wadah merupakan
Universitas Sumatera Utara
paduan unsur, yaitu alam (tanah, air, dan udara), lindungan (bangunan rumah,
pelayanan sosial, industri dan transportasi), jaringan (sistem air bersih, listrik,
komunikasi, saluran air, tata letak fisik) sedang isinya adalah manusia dan masyarakat
(Kusnoputranto, 2000).
Upaya pengendalian resiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman dan
melindungi keluarga dari dampak kualitas lingkungan perumahan dan rumah tinggal
yang tidak sehat, telah diatur dalam Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang persyaratan kesehatan perumahan (Depkes RI, 1999).
2.2. Sanitasi Rumah
Pengertian sanitasi rumah adalah sebagai usaha pengendalian dari semua
faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya
tahan hidup manusia. Sanitasi rumah adalah usaha pengawasan terhadap suatu tempat
yang dipakai untuk berlindung yang dapat memberikan rasa nyaman dan bebas
kemungkinan-kemungkinan penyebaran penyakit terutama infeksi saluran pernafasan
serta merangsang penghuni agar terbiasa dengan pola hidup sehat (Kusnoputranto,
1986).
Universitas Sumatera Utara
2.3. Rumah Sehat
2.3.1. Arti dan Fungsi Rumah
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan rumah sebagai tempat
untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani, rohani dan sosial. Artinya dalam
rumah diperlukan segala fasilitas untuk tumbuh dan berkembang. Fasilitas tersebut
harus ada di dekat rumah seperti sekolah, toko, pasar, tempat kerja, fasilitas air
bersih, sanitasi dan lain-lain (Wahyuningsih, 1999).
Rumah sehat adalah tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk
beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun mental.
APHA (American Public Health Asociation) telah merumuskan 4 (empat)
fugnsi pokok dari rumah sebagai tempat tinggal yang sehat bagi setiap manusia dan
keluarganya selama hidupnya, meliputi (Wahyuningsih, 1999) :
1. Tempat untuk memenuhi kebutuhan jasmani (fisik) manusia yang pokok
2. Tempat untuk memenuhi kebutuhan rohani (psikis) manusia yang pokok
3. Tempat berlindung terhadap penularan penyakit menular
4. Tempat berlindung terhadap gangguan kecelakaan
Menurut Azwar (1990), rumah sebagai tempat untuk berlindung mempunyai
arti sebagai berikut :
1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan
kewajiban sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan
bagi segenap anggota keluarga yang ada.
3. Sebagai tempat melindungi diri dari bahaya yang mengancam
4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan sampai saat ini.
5. Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang yang dimiliki terutama
masih ditemui pada masyarakat kelurahanan.
2.3.2. Persyaratan Lingkungan Dalam Rumah Sehat
Persyaratan kesehatan suatu rumah tinggal sesuai dengan Permenkes
No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain :
1) Debu total tidak lebih dari 150 µg/m3
2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam
3) Timah hitam (Pb) tidak melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus mempunyai persyaratan fisik dan biologis sebagai
berikut :
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
Universitas Sumatera Utara
b. Dinding :
1) Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi
untuk pengaturan sirkulasi udara.
2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, kamar mandi dan ruang
bermain anak.
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a. Suhu udara berkisar antara 18-300C
b. Kelembaban udara berkisar antara 40-70%
c. Konsentrasi gas SO2, tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
e. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m2
Universitas Sumatera Utara
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas
lantai.
6. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus, nyamuk ataupun lalat yang bersarang di dalam rumah
7. Penyediaan air
a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 60 liter/hari/orang
b. Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau
air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Limbah
a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran
terhadap permukaan tanah serta air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang
dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah usia 5 tahun (Depkes RI, 1999).
2.4. Pencemaran Udara Pada Lingkungan Dalam Rumah
Udara yang bersih merupakan komponen utama dalam rumah dan sangat
diperlukan oleh manusia untuk hidup sehat. Sirkulasi udara yang bersih berkaitan
Universitas Sumatera Utara
dengan masalah ventilasi rumah yang tidak mempunyai jendela dan lubang angin
menyebabkan udara yang tercemar tidak dapat keluar. Pencemaran udara yang diduga
banyak timbul adalah CO, selain itu juga terdapat bahan pencemar lainnya seperti
NH3 dan H2S. Semua gas-gas ini di dalam ambang tertentu dapat menimbulkan
gangguan seketika, sedangkan dalam jumlah besar dapat menyebabkan iritasi pada
saluran nafas (Achmadi, 1989).
Gangguan pada saluran pernafasan disebabkan oleh infeksi kuman yang
ditunjang oleh :
1. Tata Ruang dan Kepadatan Hunian
a. Tata Ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan
fungsinya. Penataan ruang dalam rumah harus disesuaikan dengan persyaratan
kesehatan rumah, misalnya pemisahan kamar tidur dan dapur dari ruang
lainnya, jumlah kamar tidur yang cukup untuk seluruh anggota keluarga,
jendela yang dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan
udara dapat bertukar dan lain sebagainya akan memperkecil resiko terjadinya
penularan penyakit infeksi. Rancangan ruang termasuk peletakan dan
pemilihan bahan bangunan untuk jendela, pintu dan ventilasi di tiap ruang,
ikut menentukan adanya kualitas udara yang baik dalam rumah.
b. Kepadatan hunian
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman
penyebab penyakit menular, seperti gangguan saluran pernafasan dan diare.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam
rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat
udara dalam rumah mengalami pencemaran karena kadar CO2 dalam rumah
akan cepat meningkat dan akan menurunkan O2 yang ada di udara.
Kepadatan hunian dapat dilihat dari :
1) Kepadatan hunian rumah.
Standar minimal yang dibutuhkan dalam menentukan luas lantai
bangunan, yaitu 14 m2 untuk orang pertama dan 9 m2 untuk setiap
penambahan 1 orang (Depkes RI, 1994).
2) Kepadatan hunian kamar tidur
a) Ukuran kamar tidur yang ideal minimal 9 m2 untuk orang dewasa dan
anak-anak di atas 5 tahun, sedangkan untuk anak anak pra sekolah
ukuran minimal 4,5 m2 dan tidak dianjurkan digunakan untuk lebih
dari 2 orang dalam satu ruang tidur.
b) Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih
dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah usia 5
tahun (Permenkes No. 829/1999).
2. Sumber Polutan udara
Manusia setiap detik, selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara rata-
rata manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya tanpa udara lebih dari tiga
menit, karena udara berbentuk gas, ia terdapat dimana-mana, sebagai akibatnya
manusia tidak pernah memikirkannya ataupun memperhatikannya. Udara bebas
yang ada di sekitar manusia dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas lingkungan akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Untuk
itu perlu dilakukan pengendalian untuk mengurangi polusi udara. Sebelum
melakukan pengendalian kita harus mengetahui dahulu sumber-sumber
pencemaran, jenis pencmar dan lain sebagainya.
Sumber pencemaran dapat dibagi 2, yaitu (Kusnoputranto, 2000)
a. Alamiah
Zat pencemar yang terbentuk secara alamiah dapat berasal dari dalam tanah,
hutan/pegunungan (radon, methane, uap air/kelembaban)
b. Aktivitas manusia
1) Pencemaran akibat lalu lintas : CO,debu, karbon, Pb, Nitrogen oksida.
2) Pencemaran industri : NOx, SO2, Ozon, Pb, VOC
3) Rumah tangga : pembakaran
Sumber bahan pencemar yang berasal dari luar ruang
a. Karena aktivitas manusia, yaitu pembangunan industri, pabrik dan lalu lintas.
Zat pencemar utama yang dihasilkan adalah karbon monoksida, debu karbon,
timah hitam, nitrogen oksida, sulfur oksida, ozone, senyawa-senyawa organik
yang mudah menguap, asap dan partikulat.
b. Karena proses alam , yaitu letusan gunung berapi, serbuk tepung sari, spora
yang terbawa angin, kebakaran hutan, debu akibat erosi dan lain-lain
Sumber pencemar yang berasal dari dalam ruang
a. Pencemar yang dilepas dari bangunan dan isinya, seperti asbestos,
formaldehyd, senyawa organik mudah menguap, ozon.
Universitas Sumatera Utara
b. Pencemar akibat aktivitas manusia, seperti yang berasal dari asap tembakau,
kegiatan memasak di dapur, insektisida/pestisida, pembersih ruang.
2.5. ISPA
Penyakit infeksi saluran pernafasan di Indonesia masih tergolong dalam
penyakit-penyakit utama penyebab kematian. Penyakit ini sering terdapat di
lingkungan pemukiman kumuh dengan penduduk yang padat dan miskin. Dimana
dalam pemukiman kumuh biasanya sejumlah anggota keluarga menempati satu
rumah kecil dengan ventilasi dan pencahayaan yang tidak memadai serta tidak adanya
kamar tidur dan dapur yang terpisah dari ruangan lainnya, sehingga ruangan menjadi
lembab. Kondisi seperti ini menyebabkan tingkat kepadatan kuman menjadi tinggi
dan kross infeksi meningkat (Depkes RI, 1999).
ISPA merupakan padanan dari Acute Respiratory Infection. Istilah ISPA
mengandung 3 (tiga) unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Yang
dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran
pernafasan adalah organ mulai hidung sampai sampai dengan paru serta organ-organ
seperti sinus, ruang tengah telinga dan pleura. Sedangkan yang dimaksud dengan
infeksi akut adalah yang berlangsung dari 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk
menunjukkan berlangsungnya proses akut. Walaupun pada beberapa kasus dapat
melebihi 14 hari (Depkes RI, 1995).
Universitas Sumatera Utara
2.5.1. Penyebab Infeksi Pernafasan Akut (ISPA)
Infeksi saluran pernafasan Akut disebabkan oleh virus, bakteri dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari Genus streptokokus, stafilokokus,
pneumokokus, hemofillus, bordetella dan korinebekterium. Virus penyebab ISPA
antara lain golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus para influenza dan virus
campak), adenoveirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus dan lain-lain. Di
negara-negara berkembang umumnya kuman penyebab pneumonia adalah
streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenza. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa ISPA adalah merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme
ke dalam tubuh dalam hal ini saluran pernafasan dan berkembang biak sampai
menimbulkan gejala penyakit dalam waktu yang berlangsung sampai 14 hari (Depkes
RI, 2002).
2.5.2. Tanda dan Gejala Klinis ISPA Secara Umum
Derajat serangan ISPA tergantung pada spesifikasi pejamu meliputi jenis
kelamin, usia dan kekebalan seseorang. Dalam hal ini ISPA lebih mudah terjadi pada
anak pra sekolah dan anak-anak dengan gejala batuk, pilek dan panas.
Program pemberantasan ISPA mengklasifikasikan ISPA dalam 3 tingkatan
yaitu :
1. ISPA ringan : ditandai secara klinis oleh batuk, pilek, bisa disertai demam, sakit
kepala, sakit tenggorokan dan mungkin kesulitan nafas.
2. ISPA sedang : ditandai secara klinis oleh batuk, adanya nafas cepat, dahak kental
dan tenggorokan berwarna merah
Universitas Sumatera Utara
3. ISPA berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam,
demam tinggi, cuping hidung bergerak jika bernafas dan muka kebiruan
Depkes membedakan ISPA dengan pneumonia. ISPA dikelompokkan
terhadap anak pra sekolah dan anak pra sekolah penderita batuk yang tidak
menunjukkan gejala frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (Depkes RI, 1995).
Perlu diingat bahwa pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA
dititik beratkan pada penanggulangan pneumonia. Adapun klasifikasi pneumonia
adalah :
1. Pneumonia berat
Ditandai dengan adanya tarikan dinding dada ke dalam. Penderita pneumonia
berat juga mungkin disertai dengan nafas cuping hidung kembang kempis waktu
bernafas, suara rintihan, kulit kebiruan karena kekurangan oksigen.
2. Pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam tapi disertai adanya nafas cepat.
3. Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.
Agen dari penyakit ISPA adalah virus dan bakteri yang mempunyai jenis
lebih dari 300 macam, dimana penularannya dapat melalui kontak langsung dengan
penderita atau melalui udara kepada orang rentan. Pada infeksi saluran pernafasan
atas 90%-95% penyebab adalah virus.
Universitas Sumatera Utara
Di negara berkembang faktor lingkungan dan individu seperti berat badan
lahir rendah, keadaan gizi yang buruk, pencemaran udara dalam rumah dan kepadatan
penghuni rumah dapat meningkatkan resiko penyakit ISPA.
2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiko Kejadian ISPA
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi resiko kejadian ISPA adalah :
1. Umur
Anak dengan umur <2 tahun merupakan resiko terjadinya pneumonia hal ini
disebabkan karena anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan
saluran pernafasan relatif sempit. Prevalensi ISPA bagian bawah (pneumonia)
lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih muda. Hasil SDKI tahun 1991
menunjukkan prevalensi pneumonia paling tinggi pada kelompok umur 12-23
bulan. Sedangkan SDKI 1994 dan 1997 prevalensi paling tinggi pada kelompok
kecil resiko meninggal dibanding dengan usia muda (Yuliastuti, dkk, 1992).
2. Gizi
Anak yang gizinya kurang atau buruk akan lebih mudah terjangkit penyakit
menular atau penyakit infeksi. Jika gizi anak kurang, bahan-bahan yang
diperlukan untuk pertahanan tubuh tidak akan mencukupi. Bayi yang biasanya
mendapat Asi biasanya kebal tahan terhadap ISPA diperkirakan di dalam. ASI
terdapat zat anti terhadap kuman penyakit ISPA.
Universitas Sumatera Utara
3. Kekebalan
Bayi baru lahir biasanya mempunyai kekebalan terhadap penyakit dipteri dan
campak sampai umur 4-9 bulan. Kekebalan ini didapat dari ibunya waktu dalam
kandungan. Setelah umur tersebut kekebalan menghilang atau berkurang oleh
karena itu diusahakan agar timbul lagi dengan cara membuat zat anti. Zat anti
terbentuk jika ada rangsangan dari luar yang mendorong terjadinya zat anti ini.
Pada anak yang lebih besar (5-7 tahun), kekebalan terhadap berabgai penyakit
dapat timbul jika sudah tertular oleh penyakit tertentu. Biasanya kekebalan ini
timbul setelah anak menderita penyakit ringan. Pada bayi kekebalan dapat timbul
dengan memberikan imunisasi terhadap penyakit tertentu.
4. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak
diimunisasi berarti diberi kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Tingkat
kekebalan terhadap penyakit tertentu belum tentu kebal terhadap penyakit lain
(Notoatmodjo, 1997).
Penyakit campak dan pertusis merupakan dua penyakit saluran nafas yang
mempunyai angka kematian yang relatif tinggi. Infeksi virus campak pada saluran
pernafasan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada mukosa. Pada
umumnya komplikasi penyakit campak dapat menyebabkan terjadinya diare
kronis dan pnemonia. Untuk penyakit pneumonia adanya infeksi sekunder bakteri
dan virus akibat komplikasi dengan penyakit campak. Pemberian imunisasi
campak, DPT, pada anak dapat menurunkan insiden campak sekaligus pneumonia
Universitas Sumatera Utara
dan lebih dari 90% kematian karena pneumonia komplikasi dengan pertusis
(Kartasasmita, 1994).
5. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga meliputi unsur pendidikan, pengetahuan,
pekerjaan orang tua serta penghasilan kelaurga. Tingkat pendidikan masyarakat
yang rendah menyebabkan hasil yang diperoleh juga rendah. Tingkat penghasilan
keluarga yang rendah menyebabkan orang tua sulit menyediakan fasilitas
perumahan yang baik, perawatan kesehatan dan gizi anak yang memadai.
Keadaan ini menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena
penyakit infeksi (Sarimawar, 1999).
2.7. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi ISPA
Penyakit gangguan saluran pernafasan dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan :
1. Ventilasi
Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Udara yang dikeluarkan waktu
ekspirasi, dengan cepat akan berdifusi dengan udara luar, sehingga perubahan
komposisi dengan cepat berdifusi dengan udara luar, sehingga perubahan
komposisi dengan cepat berdifusi dengan udara luar (Lubis, 1985). Ventilasi ada
2 (dua), yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Secara alamiah berarti
terjadinya pertukaran udara dari luar ke dalam ruangan dan sebaliknya dengan
Universitas Sumatera Utara
pemasangan jendela, pintu atau lubang penghawaan sebagai ventilasi sedangkan
secara mekanis berarti pertukaran udara dengan adanya alat-alat bantu.
Tujuan dari pengadaan lubang ventilasi diantaranya yaitu :
a. Menyediakan udara segar
b. Membersihkan udara kotor
c. Menghilangkan bau-bauan yang kurang sedap.
d. Membuang debu dan gas
Luas ventilasi untuk semua ruangan dalam rumah harus cukup luas sehingga
dapat terjadi pertukaran udara dengan baik dan tidak menimbulkan udara
berhenti. Menurut Kepmenkes No. 829 tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan
perumahan, luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai.
2. Kelembaban
Kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan kuman penyakit. Kelembaban
yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan
dan perkembangan. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan
penyakit. Kelembaban di dalam rumah disebabkan oleh 3 (tiga) faktor (Lubis,
1985).
a. Kelembaban yang naik dari tanah
b. Merembes melalui dinding
c. Bocor melalui atap
Universitas Sumatera Utara
Usaha–usaha untuk mencegah terjadinya hal ini adalah drainage yang baik, di
sekitar rumah, lantai kedap air dan membuat lapisan yang menahan lembab (damp
proof courses). Kelembaban di dalam rumah harus lebih rendah atau sama dengan
kelembaban di luar rumah. Kelembaban relatif yang lokal untuk dalam rumah
adalah 40 – 50%.
Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan selalu basah. Air tanah
ini bisa merembes ke lantai atau dinding melalui daya tarik kapiler dari pori-pori
yang ada di lantai dan di dinding. Oleh karena itu lantai dan dinding bagian
bawah perlu dibnuat dari bahan yang kedap air (Lubis, 1985).
3. Kepadatan Hunian (Over Crowding)
Over crowding menimbulkan efek-efek negatif terhadap kesehatan fisik dan
mental maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di rumah yang
padat penghuninya cepat terjadi.
Rumah tinggal dinyatakan over crowding bila jumlah yang tidur di rumah
tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan bermur di atas 10 tahun
dan bukan berstatus sebagai suami isteri, tidur di dalam satu kamar.
b. Jumlah orang di dalam rumah dibanding dengan luas lantai telah melebihi
ketentuan yang telah ditetapkan, misalnya luas lantai kurang dari 8 m2
digunakan lebih dari 2 orang (Lubis, 1985).
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Konsep
2.9. Hipotesa
1. Ada hubungan ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak pra sekolah.
2. Adanya hubungan kelembaban dengan kejadian ISPA pada anak pra sekolah.
3. Ada hubungan konstruksi dinding rumah dengan kejadian ISPA pada anak pra
sekolah
4. Ada hubungan kepadatan hunian kamar tidur dengan kejadian ISPA pada
anak pra sekolah.
5. Ada hubungan bahan bakar untuk memasak dengan kejadian ISPA pada anak
pra sekolah.
6. Ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak pra
sekolah.
7. Ada hubungan penggunaan pengendali serangga dengan kejadian ISPA pada
anak pra sekolah.
Kondisi lingkungan dalam rumah 1. Ventilasi 2. Kelembaban 3. Konstruksi dinding 4. Kepadatan hunian kamar
tidur 5. Sumber polusi udara
• Bahan bakar untuk memasak
• Kebiasaan merokok • Penggunaan bahan
pengendali serangga
Kejadian ISPA pada Anak pra sekolah
Karakteristik anak pra sekolah:
1. Jenis kelamin 2. Umur 3. Imunisasi
Universitas Sumatera Utara