Chapter II.pdf

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Rumah Rumah adalah tempat untuk berlindung dari pengaruh alam sekitarnya (misalnya : hujan, matahari dan lain-lain), serta merupakan tempat untuk beristirahat setelah bertugas memenuhi kebutuhan sehari-hari (Suharmadi, 1985). Rumah yang dihuni banyak orang akan menimbulkan akibat-akibat yang buruk pada kesehatan dan akan merupakan sumber yang potensial terhadap penyakit-penyakit infeksi. Disamping itu juga akan menuntut fasilitas sanitasi dan penyediaan udara yang lebih banyak. Sebaliknya rumah yang kecil bisa dianggap rumah yang baik dan memenuhi persyaratan –persyaratan kesehatan (Lubis, 1985). Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian plus prasarana dan sarana lingkungan, sedangkan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun kawasan peKelurahanan, berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Pemukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di dalamnya. Perumahan merupakan wadah, sedangkan pemukiman merupakan paduan antara wadah fisik. Bagian pemukiman yang disebut sebagai wadah merupakan Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II.pdf

Page 1: Chapter II.pdf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Rumah

Rumah adalah tempat untuk berlindung dari pengaruh alam sekitarnya

(misalnya : hujan, matahari dan lain-lain), serta merupakan tempat untuk beristirahat

setelah bertugas memenuhi kebutuhan sehari-hari (Suharmadi, 1985). Rumah yang

dihuni banyak orang akan menimbulkan akibat-akibat yang buruk pada kesehatan dan

akan merupakan sumber yang potensial terhadap penyakit-penyakit infeksi.

Disamping itu juga akan menuntut fasilitas sanitasi dan penyediaan udara yang lebih

banyak. Sebaliknya rumah yang kecil bisa dianggap rumah yang baik dan memenuhi

persyaratan –persyaratan kesehatan (Lubis, 1985).

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau hunian plus prasarana dan sarana lingkungan, sedangkan

pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik

berupa kawasan perkotaan maupun kawasan peKelurahanan, berfungsi sebagai

tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan

penghidupan.

Pemukiman adalah perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada di

dalamnya. Perumahan merupakan wadah, sedangkan pemukiman merupakan paduan

antara wadah fisik. Bagian pemukiman yang disebut sebagai wadah merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II.pdf

paduan unsur, yaitu alam (tanah, air, dan udara), lindungan (bangunan rumah,

pelayanan sosial, industri dan transportasi), jaringan (sistem air bersih, listrik,

komunikasi, saluran air, tata letak fisik) sedang isinya adalah manusia dan masyarakat

(Kusnoputranto, 2000).

Upaya pengendalian resiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman dan

melindungi keluarga dari dampak kualitas lingkungan perumahan dan rumah tinggal

yang tidak sehat, telah diatur dalam Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999

tentang persyaratan kesehatan perumahan (Depkes RI, 1999).

2.2. Sanitasi Rumah

Pengertian sanitasi rumah adalah sebagai usaha pengendalian dari semua

faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat

menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya

tahan hidup manusia. Sanitasi rumah adalah usaha pengawasan terhadap suatu tempat

yang dipakai untuk berlindung yang dapat memberikan rasa nyaman dan bebas

kemungkinan-kemungkinan penyebaran penyakit terutama infeksi saluran pernafasan

serta merangsang penghuni agar terbiasa dengan pola hidup sehat (Kusnoputranto,

1986).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II.pdf

2.3. Rumah Sehat

2.3.1. Arti dan Fungsi Rumah

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan rumah sebagai tempat

untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani, rohani dan sosial. Artinya dalam

rumah diperlukan segala fasilitas untuk tumbuh dan berkembang. Fasilitas tersebut

harus ada di dekat rumah seperti sekolah, toko, pasar, tempat kerja, fasilitas air

bersih, sanitasi dan lain-lain (Wahyuningsih, 1999).

Rumah sehat adalah tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk

beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani

maupun mental.

APHA (American Public Health Asociation) telah merumuskan 4 (empat)

fugnsi pokok dari rumah sebagai tempat tinggal yang sehat bagi setiap manusia dan

keluarganya selama hidupnya, meliputi (Wahyuningsih, 1999) :

1. Tempat untuk memenuhi kebutuhan jasmani (fisik) manusia yang pokok

2. Tempat untuk memenuhi kebutuhan rohani (psikis) manusia yang pokok

3. Tempat berlindung terhadap penularan penyakit menular

4. Tempat berlindung terhadap gangguan kecelakaan

Menurut Azwar (1990), rumah sebagai tempat untuk berlindung mempunyai

arti sebagai berikut :

1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan

kewajiban sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II.pdf

2. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan

bagi segenap anggota keluarga yang ada.

3. Sebagai tempat melindungi diri dari bahaya yang mengancam

4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan sampai saat ini.

5. Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang yang dimiliki terutama

masih ditemui pada masyarakat kelurahanan.

2.3.2. Persyaratan Lingkungan Dalam Rumah Sehat

Persyaratan kesehatan suatu rumah tinggal sesuai dengan Permenkes

No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

1. Bahan bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat

membahayakan kesehatan, antara lain :

1) Debu total tidak lebih dari 150 µg/m3

2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam

3) Timah hitam (Pb) tidak melebihi 300 mg/kg.

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya

mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah

Komponen rumah harus mempunyai persyaratan fisik dan biologis sebagai

berikut :

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II.pdf

b. Dinding :

1) Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi

untuk pengaturan sirkulasi udara.

2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.

c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

d. Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi

dengan penangkal petir

e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang

keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, kamar mandi dan ruang

bermain anak.

f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat

menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan

mata.

4. Kualitas Udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :

a. Suhu udara berkisar antara 18-300C

b. Kelembaban udara berkisar antara 40-70%

c. Konsentrasi gas SO2, tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

d. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam

e. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m2

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II.pdf

5. Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas

lantai.

6. Binatang penular penyakit

Tidak ada tikus, nyamuk ataupun lalat yang bersarang di dalam rumah

7. Penyediaan air

a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 60 liter/hari/orang

b. Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau

air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

9. Limbah

a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak

menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran

terhadap permukaan tanah serta air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur

Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang

dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah usia 5 tahun (Depkes RI, 1999).

2.4. Pencemaran Udara Pada Lingkungan Dalam Rumah

Udara yang bersih merupakan komponen utama dalam rumah dan sangat

diperlukan oleh manusia untuk hidup sehat. Sirkulasi udara yang bersih berkaitan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II.pdf

dengan masalah ventilasi rumah yang tidak mempunyai jendela dan lubang angin

menyebabkan udara yang tercemar tidak dapat keluar. Pencemaran udara yang diduga

banyak timbul adalah CO, selain itu juga terdapat bahan pencemar lainnya seperti

NH3 dan H2S. Semua gas-gas ini di dalam ambang tertentu dapat menimbulkan

gangguan seketika, sedangkan dalam jumlah besar dapat menyebabkan iritasi pada

saluran nafas (Achmadi, 1989).

Gangguan pada saluran pernafasan disebabkan oleh infeksi kuman yang

ditunjang oleh :

1. Tata Ruang dan Kepadatan Hunian

a. Tata Ruang

Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan

fungsinya. Penataan ruang dalam rumah harus disesuaikan dengan persyaratan

kesehatan rumah, misalnya pemisahan kamar tidur dan dapur dari ruang

lainnya, jumlah kamar tidur yang cukup untuk seluruh anggota keluarga,

jendela yang dibuka pada siang hari agar cahaya matahari dapat masuk dan

udara dapat bertukar dan lain sebagainya akan memperkecil resiko terjadinya

penularan penyakit infeksi. Rancangan ruang termasuk peletakan dan

pemilihan bahan bangunan untuk jendela, pintu dan ventilasi di tiap ruang,

ikut menentukan adanya kualitas udara yang baik dalam rumah.

b. Kepadatan hunian

Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman

penyebab penyakit menular, seperti gangguan saluran pernafasan dan diare.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II.pdf

Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam

rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat

udara dalam rumah mengalami pencemaran karena kadar CO2 dalam rumah

akan cepat meningkat dan akan menurunkan O2 yang ada di udara.

Kepadatan hunian dapat dilihat dari :

1) Kepadatan hunian rumah.

Standar minimal yang dibutuhkan dalam menentukan luas lantai

bangunan, yaitu 14 m2 untuk orang pertama dan 9 m2 untuk setiap

penambahan 1 orang (Depkes RI, 1994).

2) Kepadatan hunian kamar tidur

a) Ukuran kamar tidur yang ideal minimal 9 m2 untuk orang dewasa dan

anak-anak di atas 5 tahun, sedangkan untuk anak anak pra sekolah

ukuran minimal 4,5 m2 dan tidak dianjurkan digunakan untuk lebih

dari 2 orang dalam satu ruang tidur.

b) Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih

dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah usia 5

tahun (Permenkes No. 829/1999).

2. Sumber Polutan udara

Manusia setiap detik, selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara rata-

rata manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya tanpa udara lebih dari tiga

menit, karena udara berbentuk gas, ia terdapat dimana-mana, sebagai akibatnya

manusia tidak pernah memikirkannya ataupun memperhatikannya. Udara bebas

yang ada di sekitar manusia dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II.pdf

Kualitas lingkungan akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Untuk

itu perlu dilakukan pengendalian untuk mengurangi polusi udara. Sebelum

melakukan pengendalian kita harus mengetahui dahulu sumber-sumber

pencemaran, jenis pencmar dan lain sebagainya.

Sumber pencemaran dapat dibagi 2, yaitu (Kusnoputranto, 2000)

a. Alamiah

Zat pencemar yang terbentuk secara alamiah dapat berasal dari dalam tanah,

hutan/pegunungan (radon, methane, uap air/kelembaban)

b. Aktivitas manusia

1) Pencemaran akibat lalu lintas : CO,debu, karbon, Pb, Nitrogen oksida.

2) Pencemaran industri : NOx, SO2, Ozon, Pb, VOC

3) Rumah tangga : pembakaran

Sumber bahan pencemar yang berasal dari luar ruang

a. Karena aktivitas manusia, yaitu pembangunan industri, pabrik dan lalu lintas.

Zat pencemar utama yang dihasilkan adalah karbon monoksida, debu karbon,

timah hitam, nitrogen oksida, sulfur oksida, ozone, senyawa-senyawa organik

yang mudah menguap, asap dan partikulat.

b. Karena proses alam , yaitu letusan gunung berapi, serbuk tepung sari, spora

yang terbawa angin, kebakaran hutan, debu akibat erosi dan lain-lain

Sumber pencemar yang berasal dari dalam ruang

a. Pencemar yang dilepas dari bangunan dan isinya, seperti asbestos,

formaldehyd, senyawa organik mudah menguap, ozon.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II.pdf

b. Pencemar akibat aktivitas manusia, seperti yang berasal dari asap tembakau,

kegiatan memasak di dapur, insektisida/pestisida, pembersih ruang.

2.5. ISPA

Penyakit infeksi saluran pernafasan di Indonesia masih tergolong dalam

penyakit-penyakit utama penyebab kematian. Penyakit ini sering terdapat di

lingkungan pemukiman kumuh dengan penduduk yang padat dan miskin. Dimana

dalam pemukiman kumuh biasanya sejumlah anggota keluarga menempati satu

rumah kecil dengan ventilasi dan pencahayaan yang tidak memadai serta tidak adanya

kamar tidur dan dapur yang terpisah dari ruangan lainnya, sehingga ruangan menjadi

lembab. Kondisi seperti ini menyebabkan tingkat kepadatan kuman menjadi tinggi

dan kross infeksi meningkat (Depkes RI, 1999).

ISPA merupakan padanan dari Acute Respiratory Infection. Istilah ISPA

mengandung 3 (tiga) unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Yang

dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam

tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran

pernafasan adalah organ mulai hidung sampai sampai dengan paru serta organ-organ

seperti sinus, ruang tengah telinga dan pleura. Sedangkan yang dimaksud dengan

infeksi akut adalah yang berlangsung dari 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk

menunjukkan berlangsungnya proses akut. Walaupun pada beberapa kasus dapat

melebihi 14 hari (Depkes RI, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II.pdf

2.5.1. Penyebab Infeksi Pernafasan Akut (ISPA)

Infeksi saluran pernafasan Akut disebabkan oleh virus, bakteri dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari Genus streptokokus, stafilokokus,

pneumokokus, hemofillus, bordetella dan korinebekterium. Virus penyebab ISPA

antara lain golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus para influenza dan virus

campak), adenoveirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus dan lain-lain. Di

negara-negara berkembang umumnya kuman penyebab pneumonia adalah

streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenza. Dari pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa ISPA adalah merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme

ke dalam tubuh dalam hal ini saluran pernafasan dan berkembang biak sampai

menimbulkan gejala penyakit dalam waktu yang berlangsung sampai 14 hari (Depkes

RI, 2002).

2.5.2. Tanda dan Gejala Klinis ISPA Secara Umum

Derajat serangan ISPA tergantung pada spesifikasi pejamu meliputi jenis

kelamin, usia dan kekebalan seseorang. Dalam hal ini ISPA lebih mudah terjadi pada

anak pra sekolah dan anak-anak dengan gejala batuk, pilek dan panas.

Program pemberantasan ISPA mengklasifikasikan ISPA dalam 3 tingkatan

yaitu :

1. ISPA ringan : ditandai secara klinis oleh batuk, pilek, bisa disertai demam, sakit

kepala, sakit tenggorokan dan mungkin kesulitan nafas.

2. ISPA sedang : ditandai secara klinis oleh batuk, adanya nafas cepat, dahak kental

dan tenggorokan berwarna merah

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II.pdf

3. ISPA berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam,

demam tinggi, cuping hidung bergerak jika bernafas dan muka kebiruan

Depkes membedakan ISPA dengan pneumonia. ISPA dikelompokkan

terhadap anak pra sekolah dan anak pra sekolah penderita batuk yang tidak

menunjukkan gejala frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam (Depkes RI, 1995).

Perlu diingat bahwa pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA

dititik beratkan pada penanggulangan pneumonia. Adapun klasifikasi pneumonia

adalah :

1. Pneumonia berat

Ditandai dengan adanya tarikan dinding dada ke dalam. Penderita pneumonia

berat juga mungkin disertai dengan nafas cuping hidung kembang kempis waktu

bernafas, suara rintihan, kulit kebiruan karena kekurangan oksigen.

2. Pneumonia

Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam tapi disertai adanya nafas cepat.

3. Bukan pneumonia

Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.

Agen dari penyakit ISPA adalah virus dan bakteri yang mempunyai jenis

lebih dari 300 macam, dimana penularannya dapat melalui kontak langsung dengan

penderita atau melalui udara kepada orang rentan. Pada infeksi saluran pernafasan

atas 90%-95% penyebab adalah virus.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II.pdf

Di negara berkembang faktor lingkungan dan individu seperti berat badan

lahir rendah, keadaan gizi yang buruk, pencemaran udara dalam rumah dan kepadatan

penghuni rumah dapat meningkatkan resiko penyakit ISPA.

2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiko Kejadian ISPA

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi resiko kejadian ISPA adalah :

1. Umur

Anak dengan umur <2 tahun merupakan resiko terjadinya pneumonia hal ini

disebabkan karena anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan

saluran pernafasan relatif sempit. Prevalensi ISPA bagian bawah (pneumonia)

lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih muda. Hasil SDKI tahun 1991

menunjukkan prevalensi pneumonia paling tinggi pada kelompok umur 12-23

bulan. Sedangkan SDKI 1994 dan 1997 prevalensi paling tinggi pada kelompok

kecil resiko meninggal dibanding dengan usia muda (Yuliastuti, dkk, 1992).

2. Gizi

Anak yang gizinya kurang atau buruk akan lebih mudah terjangkit penyakit

menular atau penyakit infeksi. Jika gizi anak kurang, bahan-bahan yang

diperlukan untuk pertahanan tubuh tidak akan mencukupi. Bayi yang biasanya

mendapat Asi biasanya kebal tahan terhadap ISPA diperkirakan di dalam. ASI

terdapat zat anti terhadap kuman penyakit ISPA.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II.pdf

3. Kekebalan

Bayi baru lahir biasanya mempunyai kekebalan terhadap penyakit dipteri dan

campak sampai umur 4-9 bulan. Kekebalan ini didapat dari ibunya waktu dalam

kandungan. Setelah umur tersebut kekebalan menghilang atau berkurang oleh

karena itu diusahakan agar timbul lagi dengan cara membuat zat anti. Zat anti

terbentuk jika ada rangsangan dari luar yang mendorong terjadinya zat anti ini.

Pada anak yang lebih besar (5-7 tahun), kekebalan terhadap berabgai penyakit

dapat timbul jika sudah tertular oleh penyakit tertentu. Biasanya kekebalan ini

timbul setelah anak menderita penyakit ringan. Pada bayi kekebalan dapat timbul

dengan memberikan imunisasi terhadap penyakit tertentu.

4. Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak

diimunisasi berarti diberi kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Tingkat

kekebalan terhadap penyakit tertentu belum tentu kebal terhadap penyakit lain

(Notoatmodjo, 1997).

Penyakit campak dan pertusis merupakan dua penyakit saluran nafas yang

mempunyai angka kematian yang relatif tinggi. Infeksi virus campak pada saluran

pernafasan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada mukosa. Pada

umumnya komplikasi penyakit campak dapat menyebabkan terjadinya diare

kronis dan pnemonia. Untuk penyakit pneumonia adanya infeksi sekunder bakteri

dan virus akibat komplikasi dengan penyakit campak. Pemberian imunisasi

campak, DPT, pada anak dapat menurunkan insiden campak sekaligus pneumonia

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II.pdf

dan lebih dari 90% kematian karena pneumonia komplikasi dengan pertusis

(Kartasasmita, 1994).

5. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga meliputi unsur pendidikan, pengetahuan,

pekerjaan orang tua serta penghasilan kelaurga. Tingkat pendidikan masyarakat

yang rendah menyebabkan hasil yang diperoleh juga rendah. Tingkat penghasilan

keluarga yang rendah menyebabkan orang tua sulit menyediakan fasilitas

perumahan yang baik, perawatan kesehatan dan gizi anak yang memadai.

Keadaan ini menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena

penyakit infeksi (Sarimawar, 1999).

2.7. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi ISPA

Penyakit gangguan saluran pernafasan dipengaruhi oleh beberapa faktor

lingkungan :

1. Ventilasi

Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang

menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Udara yang dikeluarkan waktu

ekspirasi, dengan cepat akan berdifusi dengan udara luar, sehingga perubahan

komposisi dengan cepat berdifusi dengan udara luar, sehingga perubahan

komposisi dengan cepat berdifusi dengan udara luar (Lubis, 1985). Ventilasi ada

2 (dua), yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Secara alamiah berarti

terjadinya pertukaran udara dari luar ke dalam ruangan dan sebaliknya dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II.pdf

pemasangan jendela, pintu atau lubang penghawaan sebagai ventilasi sedangkan

secara mekanis berarti pertukaran udara dengan adanya alat-alat bantu.

Tujuan dari pengadaan lubang ventilasi diantaranya yaitu :

a. Menyediakan udara segar

b. Membersihkan udara kotor

c. Menghilangkan bau-bauan yang kurang sedap.

d. Membuang debu dan gas

Luas ventilasi untuk semua ruangan dalam rumah harus cukup luas sehingga

dapat terjadi pertukaran udara dengan baik dan tidak menimbulkan udara

berhenti. Menurut Kepmenkes No. 829 tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan

perumahan, luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%

dari luas lantai.

2. Kelembaban

Kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan kuman penyakit. Kelembaban

yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan

dan perkembangan. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan

penyakit. Kelembaban di dalam rumah disebabkan oleh 3 (tiga) faktor (Lubis,

1985).

a. Kelembaban yang naik dari tanah

b. Merembes melalui dinding

c. Bocor melalui atap

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II.pdf

Usaha–usaha untuk mencegah terjadinya hal ini adalah drainage yang baik, di

sekitar rumah, lantai kedap air dan membuat lapisan yang menahan lembab (damp

proof courses). Kelembaban di dalam rumah harus lebih rendah atau sama dengan

kelembaban di luar rumah. Kelembaban relatif yang lokal untuk dalam rumah

adalah 40 – 50%.

Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan selalu basah. Air tanah

ini bisa merembes ke lantai atau dinding melalui daya tarik kapiler dari pori-pori

yang ada di lantai dan di dinding. Oleh karena itu lantai dan dinding bagian

bawah perlu dibnuat dari bahan yang kedap air (Lubis, 1985).

3. Kepadatan Hunian (Over Crowding)

Over crowding menimbulkan efek-efek negatif terhadap kesehatan fisik dan

mental maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di rumah yang

padat penghuninya cepat terjadi.

Rumah tinggal dinyatakan over crowding bila jumlah yang tidur di rumah

tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan bermur di atas 10 tahun

dan bukan berstatus sebagai suami isteri, tidur di dalam satu kamar.

b. Jumlah orang di dalam rumah dibanding dengan luas lantai telah melebihi

ketentuan yang telah ditetapkan, misalnya luas lantai kurang dari 8 m2

digunakan lebih dari 2 orang (Lubis, 1985).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II.pdf

2.8. Kerangka Konsep

2.9. Hipotesa

1. Ada hubungan ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak pra sekolah.

2. Adanya hubungan kelembaban dengan kejadian ISPA pada anak pra sekolah.

3. Ada hubungan konstruksi dinding rumah dengan kejadian ISPA pada anak pra

sekolah

4. Ada hubungan kepadatan hunian kamar tidur dengan kejadian ISPA pada

anak pra sekolah.

5. Ada hubungan bahan bakar untuk memasak dengan kejadian ISPA pada anak

pra sekolah.

6. Ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak pra

sekolah.

7. Ada hubungan penggunaan pengendali serangga dengan kejadian ISPA pada

anak pra sekolah.

Kondisi lingkungan dalam rumah 1. Ventilasi 2. Kelembaban 3. Konstruksi dinding 4. Kepadatan hunian kamar

tidur 5. Sumber polusi udara

• Bahan bakar untuk memasak

• Kebiasaan merokok • Penggunaan bahan

pengendali serangga

Kejadian ISPA pada Anak pra sekolah

Karakteristik anak pra sekolah:

1. Jenis kelamin 2. Umur 3. Imunisasi

Universitas Sumatera Utara