Chapter II.pdf
-
Upload
exel-dua-cincin -
Category
Documents
-
view
35 -
download
5
Transcript of Chapter II.pdf
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengenalan Karet Sintetik
Karet alam hanya dihasilkan oleh negara-negara beriklim tropis, sehingga
produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan karet dunia. Hal ini mendorong negara-
negara Barat untuk melakukan serangkaian penelitian dan produksi karet sintetik.
Karet sintetik pertama dibuat di Jerman disaat Perang Dunia I, yaitu polidimetil butadiena
(karet metil). Produksi karet ini terhenti saat PD I selesai. Komersialisasi karet sintetik
dilakukan dalam tahun 1926, juga di Jerman, dengan nama Buna. Karet buna dibuat
dengan cara polimerisasi butadiena dengan menggunakan natrium sebagai pencepat
(accelerator). Sejak saat itu produksi karet sintetik berkembang pesat, dan dewasa ini
karet sintetik memenuhi sebanyak dua pertiga daripada kebutuhan karet dunia.
Umumnya karet sintetik diklasifikasikan kedalam 2(dua) kelompok utama,yaitu :
a. Kegunaan Umum
Karet jenis ini sebanyak 60 persen untuk keperluan pembuatan ban pneumatik.
Contoh: karet SBR,poliisoprena,polibutadiena,EPDM
b. Kegunaan Khusus
Karet jenis ini untuk keperluan pembuatan produk-produk karet yang tahan terhadap
aksi bahan kimia. Contoh : karet-karet IIR,polikloroprena, NBR
2.2 Karet Untuk Kegunaan Umum
2.2.1 Karet Stirena Butadiena
Universitas Sumatera Utara
Karet Stirena Butadiena adalah karet sintetik yang paling populer, merupakan
kopolimer acak dari butadiena dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi
dengan cara polimerisasi emulsi
Dibanding karet alam, karet Stirena Butadiena memiliki beberapa kelebihan seperti :
tidak memerlukan proses mastikasi, lebih toleran terhadap extender oil tanpa menyebabkan
terjadinya penurunan sifat (deteoriozation in properties), dan ketahanan terhadap penuaan
dan abrasi seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga tidak tahan terhadap minyak api,
karena gugus sisi (stirena) yang besar, maka karet Stirena Butadiena merupakan polimer
amorfus yang tidak menguat sendiri (self reinforced rubber), sehingga perlu penambahan
pengisi penguat saat komponding. Seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga
divulkanisasi dengan mengguanakan sistem vulkanisasi sulfur terakselerasi, oleh karena
ikatan gandanya lebih sedikit dibandingkan karet alam maka jumlah hidrogen alilik juga lebih
sedikit, sehingga jumlah sulfur yang dipakai tidak sebanyak yang digunakan untuk karet
alam, tetapi bahan pencepat digunakan lebih banyak
2.2.2 Karet Polibutadiena (Butadiene Rubber/BR)
Dibuat dengan cara polimerisasi emulsi dan larutan, Polimerisasi larutan
menghasilkan karet karet BR yang stereo regular, untuk keperluan pembuatan ban yang lebih
tahan terhadap abrasi jalan raya, lebih lentur dan resilien dibanding karet alam. Polimerisasi
emulsi menghasilkan polimer campuran yang acak (Cis dan Trans poli butadiene).Kegunaan
utama adalah sebagai bahan untuk pembuat ban, karena dapat meningkatkan ketahanan
abrasi. Digunakan secara adonan (campuran ) dengan karet SBR maupun karet alam,
kelebihan terutama dalam mengurangi terjadinya pemanasan dalam (hysteresis) pada produk
ban
2.2.3 Karet Isobutilena-Isoprena (Isobutylene-Isoprena Rubber/IIR)
Universitas Sumatera Utara
Karet Butil (IIR) terdiri dari kopolimer isobutilena dan Isoprena merupakan karet
yang tidak tahan terhadap minyak dan api, tidak berkutub (nonpolar) tapi sangat tahan
terhadap beberapa pelarut polar seperti ester fosfat. Karet yang dapat mengkristal sehingga
mempunyai kekuatan gum (vulkanisasi tanpa pengisi penguat) yang tinggi. Kegunaan utama
untuk pipa gas, berbagai barang mekanik, tube dalam untuk ban pneumatic, produk karet
yang terkena sinar matahari, barang-barang untuk kegunaan suhu tinggi seperti gasket,pipa
dan selang radiator,penebalan kabel,produk tahan bahan kimia atau barang-barang yang tahan
terhadap bahan kimia seperti pembuatan pipa untuk industri kimia
2.3 Karet Untuk Kegunaan Khusus
2.3.1 Karet Akrilonitril Butadiena (NBR)
Disebut juga dengan karet nitril, seperti karet stirena butadena, diproduksi dengan
cara polimerisasi emulsi. Karet nitril terdiri dari kopolimer butadiena dan akrilonitril. Jenis
karet nitril tergantung kepada kandungan akrilonitril (25 s/d 50%), gugus akrilonitril (AcN)
menyebabkan karet ini berkutub serta tahan terhadap bahan yang tidak berkutub seperti
minyak bumi/minyak mineral, dan gugus akrilonitril pada sisi tulang belakang molekul karet
ini menghalangi terjadinya penghabluran atau penguatan sendiri. Semakin meningkat kadar
akrilonitril, maka semakin baik ketahanan pengembangan rantai molekul (swelling
resistance), suhu peralihan glass (Tg), kekerasan, kekuatan tarik. Semakin buruk resiliens,
sifat-sifat elastisitas ( terutama suhu rendah).
2.3.2 Karet Polikloroprena (CR)
Polikloroprena terdiri dari 88-92 persen gugus-gugus trans-1,4-kloro-2-butenilena,7-
12 persen cis-1,4 dan penambahan 1,2 yaitu 1,5 persen dan penambahan 3,4,1 persen.
Kehadiran atom klorin yang bermuatan negatif menjadikan polimer ini berkutub dan tahan
Universitas Sumatera Utara
terhadap serangan minyak. Kebanyakan kloroprena mempolimer dalam konfigurasi trans.
Akibatnya suatu polimer yang menguat sendiri dihasilkan. CR banyak digunakan karena
sifatnya yang tahan terhadap serangan ozon, minyak, panas, dan lentur. Ia juga mempunyai
ketahanan kepada cuaca sekitaran. Sifat-sifat dinamik yang amat baik,rintangan api dan juga
rintangan lelasan. Antara kegunaan CR dalam industri ialah dalam pembuatan hose tube, hose
hidraulik, tube dan penutup untuk kegunaan industri, dalam automotif untuk pembuatan tube,
barangan teracuan dan tali sawat berprestasi tinggi. Dalam industri pembinaan-pipa gasket,
gasket pelabuhan dan filem untuk bumbung bangunan.
2.3.3 Elastomer Uretana
Uretana dihasilkan dengan mereaksikan bahan-bahan yang mengandung hidroksil
dengan bahagian yang bersentuhan dengan bahan organik isosianat. Dengan pemilihan
isosianat, poliol dan bahan pematangan yang sesuia, resin penyalutan, busa uretana,polimer
cair dan polimer gam dapat dihasilkan polimer gam yang digunakan dalam industri karet
dibuat dengan mereaksikan poliol yang berlebih sedikit dengan isosianat. Untuk pematangan
dengan sulfur,sedikit monomer tak jenuh digunakan. Polimer yang terhasil adalah tahan
kepada ozon dan mempunyai sifat-sifat penuaan yang baik. Ia juga tahan kepada minyak dan
mempunyai kekeuatan tensil,koyok yang tinggi serta rintangan lelasan yang amat baik.
2.3.4 Elastomer Polisulfida
Elastomer polisulfida juga dinamakan “Thiokol” oleh Thiokol Chemical Corporation.
Thiokol digunakan dalam pembuatan barangan mekanik dan hose karena sifat keboleh
telapannya yang rendah dan ketahanannya kepada pelarut keton dan ester. Ia juga digunakan
dalam sektor pembinaan dan marina karena ketahanan cuaca persekitaran yang baik,
merupakan polimer yang stabil dan tahan kepada bahan kimia serta untuk membuat bahan
tampal. Polimer polisulfida disediakan dengan reaksi kimia kondensasi dengan mereaksikan
Universitas Sumatera Utara
dihalida organik dengan larutan cairan natrium polisulfida dalam kehadiran agen penyebaran
dan pembahasan. Hasil ini kemudian dibasuh untuk menyingkirkan garam terlarut dan
seterusnya digumpalkan dengan asam. Reaksi kimia seperti ditunjukkan dibawah
ClCH2CH2CL + Na2S4 (CH2CH2S4)11 + 2 NaCl
Dua jenis Thiokol dihasilkan.(Indra Surya,.2006)
Peremahan karet memungkinkan pembersihan karet dengan lebih sempurna dan
memungkinkan tercapainya hasil yang lebih seragam. Kedua sifat inilah kebersihan dan
uniformitas karet sangat penting bagi karet alam, karena justru kekurangan dalam dua hal ini
menyebabkan kurang menariknya karet alam terhadap karet sintetis. Dengan cara peremahan
ini maka upgrading karet-karet mutu rendah dapat dilaksanakan lebih muda.(Sumarno
kartowardojo.1970)
2.4 Perbedaan Karet Alam dan karet sintetis
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah prroduksi dan konsumsinya jauh dibawah
karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat
digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit
ditandingi oleh karet sintetis. Ada pun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam
dibanding karet sintetis adalah
- Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna,
- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah.
- Mempunyai daya aus yang tinggi,
- Tidak mudah panas (low heat build up),dan
- Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakkan (groove cracking resistance)
Universitas Sumatera Utara
Walaupun demikian,karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat
kimia dan harganya yang cendrung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak
yang menginginkan karet sintetisdalam jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau
suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet
alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang
bergejolak. Harga bisa turun drastis sehingga merusak pasaran dan merisaukan para
produsennya. Kadang-kadang karena suatu sebab seperti keluarnya peraturan pemerintah di
negara produsen yang menginginkan suatu kondisi tertentu terhadap industri karet dalam
negrinya,maka akan mempengaruhi pasaran internasional. Suatu kebijaksanaan politik entah
itu dari pihak penguasa maupun pemerintah memiliki pengaruh yang besar terhadap usaha
perkarettan alam secara luas.
Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun
bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli, karet alam akan tetap mempunyai pngsa pasar
yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap
pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam.
2.5 Beberapa jenis karet beserta standart mutunya.
1. Bahan olah karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari
pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah karet bukan
produksi perkebunan besar, melainkan merupakan bokar (bahan olah karet rakyat)
karena biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet.
Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 macam : lateks
kebun,sheet angin,slab tipis dan lump segar.
Universitas Sumatera Utara
a. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.
Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan atau
tanpa bahan pemantap ( zat anti koagulan). Lateks kebun mutu 1 mempunyai
kadar karet kering 28% dan lateks kebun mutu 2 mempunyai kadar karet kering
20%.
b. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring
dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling
tetapi belum jadi. Sheet angin mutu 1 mempunyai kadar karet kering 90% dan
sheet angin mutu 2 mempunyai kadar karet kering 80%. Tingkat ketebalan
pertama 3mm dan tingkat ketebalan kedua 5mm.
c. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut. Slab tipis mutu 1 mempunyai kadar karet kering
70% dan slab tipis mutu 2 mempunyai kadar karet kering 60%. Tingkat ketebalan
pertama 30mm dan tingkat ketebalan kedua 40mm
d. Lump segar adalah bahan oalh karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks
kebun yang terjadi secara ilmiah dalam amngkuk penampungan. Lump segar mutu
1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar mutu 2 mempunyai kadar
karet kering 50%. Tingkat ketebalan pertama 40mm dan tingkat ketebalan kedua
60mm.
2. Karet Alam Konvensional
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. Jenis itu
pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe.
Jenis-jenis karet olahan yang tegolong konvensional beserta standar mutunya menurut
Green Book adalah sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
a. Ribbed smoked seheet atau biasa disingkat RSS adalah jenis karet berupa
lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.
b. White crepe dan pale crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna putih atau
muda. White crepe dan pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.
c. Estate brown crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna coklat. Disebut
estate brown crepe karena banyak dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar
atau estate.
d. Thin brown crepe remilis, jenis ini merupakan crepe coklat yang tipis karena
digiling ulang. Bahan pembuat crepe ini sama dengan bentuk crepe lain, tetepi
digiling lagi untuk menghasilkan crepe yang tebalnya sesuai dengan yang telah
ditentukan.
e. Combo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump,scrap
pohon,potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.
f. Thick blanket crepes ambers, jenis ini merupakan crepe blanket yang tebal dan
berwarna coklat, biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses pengasapan,
dan lump serta scrap dari perkebunan atau kebun rakyat yang baik mutunya.
g. Flat bark crepe, sebenarnya jenis ini merupakan karet tanah atau earth rubber,
yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah,
termasuk scrap tanah yang berwarna hitam.
h. Pure smoked blanket crepe jenis ini merupakan crepe yang diperoleh dari
penggilingan karet asap yang khusus berasal dari ribbed smoked sheet, termasuk
juga block sheet atau sheet bongkah atau dari sisa potongan ribbed smoked sheet.
3. Lateks pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran
atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui
Universitas Sumatera Utara
proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau
centrifuged lateks biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-
bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Standar mutu lateks pekat baik lateks
pusingan atau lateks dadih dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 2.1 STANDAR MUTU LATEKS PEKAT
Lateks pusingan (Centrifugated latex)
Lateks dadih (Creamed Latex)
1. Jumlah padatan (total solids) minimum 2. Kadar Karet Kering (KKK) minimum 3. Perbedaan angka butir 1 dan 2 maksimum 4.Kadar amoniak (berdasar jumlah air yang
terdapat dalam lateks pekat) minimum 5. Viskositas maksimum pada suhu 25oC 6. Endapan (sludge) dari berat basah maksimum 7. Kadar koagulan dari jumlah padatan, maksimum 8. Bilangan KOH (KOH number) maksimum 9. Kemantapan mekanis (mechanical stability) minimum 10.Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan
maksimum 11.Persentase kadar mangan dari jumlah padatan
maksimum 12.Warna 13.Bau setelah dinetralkan dengan asam borat
61,5% 60,0% 2,0% 1,6% 50 Centipoises 0,10% 0,08% 0,80 475 detik 0,001% 0,001% Tidak biru Tidak kelabu Tidak boleh Berbau busuk
64,0% 62,0% 2,0% 1,6% 50 Centipoises 0,10% 0,08% 0,80 475 detik 0,001% 0,001% Tidak biru Tidak kelabu Tidak boleh Berbau busuk
Sumber : Thio Goan Loo,1980.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Cara memperlakukan lateks
a. Penggumpalan lateks
Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, penggumpalan lateks hasil
penyadapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Hal ini pertama-tama berlaku untuk
alat-alat yang dalam pekerjaan penggumpalan lateks bersentuhan dengannya. Selain dari
kemungkinan terjadinya prokoagulasi dan terbentuknya lump sebelum lateks sampai di
pabrik untuk diolah.
Untuk menghindarkan terjadinya prakoagulasi tersebut, usaha menghindarkan masuknya
kotoran kedalam
Lateks tidak hanya dilakukan pada saat penyadapan, tetapi juga dalam persiapan sebelum
penyadapan dimulai. Usaha-usaha membersihkan bidang sadap, talang atau spout, saluran
sadap,mangkok dan ember pengumpul sebelum dan pada saat menyadap merupakan
pekerjaan yang perlu diperhatikan benar-benar. Penggumpalan lateks dilaksanakan 3-4 jam
setelah penyadapan dilakukan. Tetapi pada pohon-pohon yang aliran lateksnya lambet
berhenti (late drops) dapat dilakukan penggumpalan kedua.
Lateks dari mangkok dituangkan kedalam ember pemupul (kenclang). Untuk
membersihkan lateks dalam mangkok harus menggunakan spatel, jangan sekali-kali
menggunakan kain,rumput-rumputan atau daun-daun kering. Bila lateks dalam emberb
pemupul sudah terkumpul banyak, lateks dipindahkan kedalam ember pengumpul (oblong)
yang ukurannya lebih besar. Wktu menuangkan lateks dari ember pemupul kedalam ember
pengumpul harus ditumpahkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya
prakoagulasi. Setelah selesai pengumpulan lteks, ember-ember pengumpul janganlah ditaruh
ditempat yang panas atau kena sinar matahari langsung, karena kenaikan suhu didalam cairan
lateks dapat mengakibatkan pemuaian butir-butir karet sehingga akan terjadi prakoagulasi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam keadaan tertentu, pada saat pengumpulan lateks biasa juga menggunakan obat
anti koagulasi (antikoagulan) untuk mencegah terjadinya prakoagulasi. Akan tetapi
pemakaian anti koagulan ini harus dibatasi sampai batas yang sekecil-kecilnya, karena
biayanya cukup besar dan kadang-kadang lateks yang dibubuhi antikoagulan memerlukan
larutan obat koagulan (misalnya asam semut) yang terpaksa kadarnya harus dinaikkan.
Penambahan asam yang berlebihan dalam proses koagulasi juga dapat menghambat proses
pengeringan.
Bahan kimia yang digunakan sebagai antikoagulan adalah larutan soda (Na2CO3),
amoniak (NH3) dan Natrium-sulfit (Na2SO3). Kebutuhan antikoagulan untuk tiap liter lateks
kebun adalah sebanyak 5-10 cc larutan Natrium-sulfit 10%.
b. Penerimaan lateks
Jika pembayaran upah para penyadap dilakukan untuk setiap satuan bobot karet
kering, atau diberikan suatu premi tambahan untuk kelebihan hasil yang diperoleh diatas
ketetapan yang sudah ditentukan, maka seharusnya untuk kedua keadaan tersebut ditentukan
pendapatan tiap hari untuk tiap penyadap. Walaupun penyadapan dilakukan dengan upah
harian,pengawasan atas tiap penyadap seorang demi seorang juga perlu, baik pemeriksaan
atas produki maupun kadar karet dari lateks hasil sadapannya. Dari lateks hasil
penyadapannya dapat ditentukan :
1. Bobot atau isi lateks
2. Kadar karet kering (KKK)
c. Pengangkutan lateks
setelah lateks hail sadapan terkumpul seluruhnya, lateks dari tangki
penerima/pengumpulan yang berada dilokasi tempat pengumpulan hasil, kemudian diangkut
dengan tangki pengankut ke pabrik. Tangki pengangkut ada yang ditarik dengan traktor,dan
ada pula yang terpasang pada truk-truk tangki. Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus
Universitas Sumatera Utara
dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat
terjadinya prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut
perlu diberi obat anti koagulan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi didalam tangki.
Volume tangki pengangkut biasanya antara 2000 -3000 liter. Tangki dibuat dari bahan
aluminium dan dirancang sedemikian rupa. Sehingga mudah dipasang dan dilepas pada/dari
alat penarik (truk/traktor) dan dengan mudah dibersihkan.
d.Penggumpalan gumpalan karet mutu rendah
Selain hasil yang berupa lateks,dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan
bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut dapat
berupa :
1. Skrep (scrap) adalah bekuan lateks pada irisan/alur sadapan. Skrep berbentuk pita
panjang yang dapat diambil dari alur sadap sesaat sebelum penyadapan dilakukan.
2. Lump tanah atau kret tanah adlah lateks yang membeku pada tanah diperoleh
terutama pada penyadapan yang mangkoknya tiap hari diangkat dari batang.
3. Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok, lump mangkok
diperoleh pada penyadapan yang mangkoknya dibiarkan tetap berada pada pohon (
tidak diangkat).
2.7 Faktor –faktor yang mempengaruhi kualitas lateks
Lateks sebagai bahan baku erbaga asil karet ,harus memiliki kualitas yang baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ualitas lateks, di antaranya adalah :
1. Faktor di kebun (jenis klon,sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain)
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi,musim kemarau keadaan
lateks tidak stabil)
3. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangkutan (yang baik
terbuat dari alumunium atau baja tahan karat)
Universitas Sumatera Utara
4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki,jarak,jangka waktu)
5. Kualitas air dalam pengolahan
6. Bahan-bahan kimia yang dgunakan
7. Komposisi lateks
Dari bahan-bahan yang terkandung dalam lateks segar masih terdapat fraksi
kuning latoid (2-10 ppm),enzim peroksidase dan tyrozinase. Fraksi kuning dianggap
normal bila mencapai 0,1 – 1,0 mg tiap 100 gram lateks kering.
Kandungan karet kering untuk sit (sheet) dan krep (crepe) adalah ±93%,
sedangkan kandungan air antara 0,3-0,9%. Bila kadar air lebih tinggi yang disebabkan
oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanannya dalam ruangan yang
lembab,maka pertumbuhan bakteri dan jemur akan terjadi dan lazimnya disertai
dengan timbulnya bintik-bintik warna dipermukaan lembaran. Bintik-bintik ini
merusak kualitas dan menyebabkan prouk tersebut tidak disukai dalam perdagangan.
Tabel 2.2 Kandungan bahan-bahan dalam lateks segar dan lateks yang dikeringkan
No Bahan Lateks segar (%)
Lateks yang dikeringkan (%)
1 Kandungan karet 35,62 88,28 2 Resin 1,65 4,10 3 Protein 2,03 5,04 4 Abu 0,70 0,84 5 Zat gula 0,34 0,84 6 Air 59,62 1,00
(Djoehana Setyamidjaj,1993)
Sifat limbah setelah perlakuan dengan Buckom LAWT-60
Hasil pengujian sifat karet mentah serta kompon dan vulkanis ACS, asal karet
yang diperoleh dari penggumpalan limbah lateks dengan Buckom LAWT-60. Sebagai
Universitas Sumatera Utara
bahan penggumpal Buckom LAWT-60 ini sangat reaktif. Reaktivitas Buckom
LAWT-60 ini menurun bila limbah lateks tersebut mengandung amoniak.
Penggumpaln limbah lateks baik dengan Buckom LAWT-60 maupun dengan asam
semut jelas memperbaiki mutu limbah , khususnya limbah hasil penggumpalan
dengan Buckom LAWT-60, selain memberikan nilai BOD dan COD yang lebih
rendah, pH-nya mendekati netral.(Balai Penelitian Perkebunan sungai Putih ,1988)
Amoniak sebagai bahan pemantap lateks pekat mempunyai kelemahan yaitu
baunya merangsang kuat sehingga merupakan salah satu masalah dalam pengolahan
selanjutnya. Hal ini menyebabkan berkembangnya pengawetan lateks pekat dengan
kadar amonia rendah. Dalam pengawetan dengan kadar ammonia rendah selalu
ditambahkan bahan pengawet kedua yaitu asam lemak untuk meningkatkan waktu
pemantapan mekaniknya.
Amoniak anhidra adalah gas amoniak yang dicairkan dengan suatu tekanan tertentu
yang dikemas dalam suatu tabung baja berkapasitas 50-75 kg sedangkan larutan
amoniak adalah gas amoniak yang dialirkan kedalam air biasanya berkonsentrasi 20%
(Solichin,1988).
Bilangan asam lemak mudah menguap ( volatile fatty acid ) didefinisikan sebagai
jumlah asam lemak eteris rantai pendek, yang terdapat dalam lateks pekat yang
mengandung 100 gram padatan total. Nilai ini menggambarkan tingkat kebusukkan
lateks pekat. Semakin tinggi nilai volatile fatty acid akan semakin buruk kualitas
lateks pekat tersebut.(Stanley,H. 1988).
Karet merupakan polimer alam terpenting dan dipakai secara luas dilihat dari sudut
industri. Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui
polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Hampir semua karet alam diperoleh
sebagai lateks yang terdiri dari sekitar 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain,
Universitas Sumatera Utara
termasuk asam lemak, gula, protein, sterol, ester, dan garam. Karet guayule
merupakan kekecualian, yang diperoleh melalui pulping dan parboling tumbuhan
sebelum dimurnikan. Residu panen selulosik (bagasse) merupakan sumber alkohol
fermentasi yang potensial. Karet termasuk polimer dengan berat molekul sangat tinggi
(rata-rata sekitar 1 juta) dan amforsus, meskipun menjadi terkristalisasi secara acak
pada suhu rendah.
Lateks bisa dikonversi kekaret busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh
vulkanisasi. Sarung tangan karet dan balon biasanya dibuat dengan mengkoting lateks
diatas cetakannya sebelum vulkanisasi. Sebagian besar karet Havea (sekitar 65%)
digunakan dalam pembuatan ban, tetapi juga ditemukan dalam sekelompok produk-
produk komersial termasuk alas kaki,segel karet. Weather striping, shock absurver,
insulasi listrik, asesoris olah raga, dan lain-lain. Semuanya memakai karet dalam
bentuk yang tervulkanisasi. Salah satu diantara beberapa aplikasi karet yang tidak
tervulkanisasi adalah bentuk kerisut yang, karena ketahanan abrasinya istemewa,
diapakai untuk tapak sepatu. Satu bentuk lain dari karet alam adalah getah perca
(gutta-percha) yang juga diperoleh dalam bentuk lateks dari pepohonan (misalnya,
Pallaquium oblongifolium dan pohon-pohon serupa terutama berasal dari Asia
Tenggara). Gutta-percha memiliki struktur trans 1,4-poliisoprena. Ia jauh lebih keras
dan kurang dapat larut daripada karet Hevea dan eksis dalam bentuk kristal
(Stevens,2001).
Dalam perdagangan karet sering terdapat keluhan atau tuntutan mengenai mutu karet
tersebut. Sebagai contoh, jepang sering mengeluh karena karet yang diimpor
mempunyai sifat viskositas yang tinggi/ rendah, tidak seragam , dan sebagainya. Salah
satu negara pengimpor karet Indonesia adalah jepang yang setiap tahunnya mencapai
Universitas Sumatera Utara
sekitar 27.000 ton. Karet mentah yang diimpor ini kira-kira 68% berupa karet
konvensional, sedang sisanya berupa karet spesifikasi teknis.
Kebutuhan akan karet spesifikasi teknis, sebagian besar diimpor Jepang dari
Muangthai, Malaysia, dan Singapura. Hanya sebagian kecil saja jepang mengimpor
karet spesifikasi teknis dari indonesia kurang baik mutunya dan kurang seragam.
Terhadap karet mentah dilakukan pengujian analisa kimia dan fisika sesuai dengan
karet spesifikasi teknis, yaitu ; kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, Po dan
PRI.
Disamping itu juga ditentukan kadar nitrogen, kadar gel, jumlah molekul rata-rata,
berat molekul rata-rata. Pembuatan kompon dilakukan dengan “ Bunbury Mixer”
yang mempunyai kapasitas 2,200 ml.
Kompon nonproduktif terdiri dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang,
digiling dengan Banbury Mixer. Suhu penggilingan 80-90oC. Kompon yang diperoleh
lalu dibuat lembaran yang tebalnya 5-5,2 mm dengan menggunakan sheeting
mill.lembaran didinginkan didalam air, kemudian dicelupkan didalam larutan MgCO3
untuk mencegah kelengketan.
Kompon produktif dibuat dari kompon nonproduktif ditambah dengan belerang.
Pencampuran dilakukan juga dengan “Sheeting Mill”. Hasil yang diperoleh ditimbang
untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut.
Lembaran lalu dicelupkan didalam larutan MgCO3 kemudian dibiarkan pada suhu
kamar sela 16-24 jam.
Universitas Sumatera Utara