Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI
description
Transcript of Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI
![Page 1: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/1.jpg)
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Cara sederhana untuk mendeskripsikan gempa bumi yaitu sebuah getaran
dinamis yang akan menyebabkan bergeraknya lempeng bumi. Banyak definisi ditulis
oleh peneliti tentang teori gempa bumi, apa yang menyebabkan gempa bumi dan apa
hubungan itu dengan teori lempeng. Bab ini akan melihat lebih detail tentang dasar
gempa, jenis-jenis gelombang, bagaimana mengukur gempa bumi dan ukur yang
telah digunakan untuk menentukan gempa.
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin
dan bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini
terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini sedemikian
panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak
sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi.
Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan terapung di atas
mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu
lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng
saling menjauhi (spreading), saling mendekati (collision) dan saling geser
(transform). (Sumber:BMKG)
Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling
menjauhi, saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini
berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-
15 cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci,
sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat
Universitas Sumatera Utara
![Page 2: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/2.jpg)
13
batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut
sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.
Begitu dahsyatnya pengaruh dan efek gempa bumi yang berpotensi
meluluhlantakkan konstruksi bangunan didaerah tersebut. Sehingga seharusnya
diperlukan perhitungan yang akurat terhadap perencanaan konstruksi bangunan
tersebut. Bab ini juga akan menjelaskan tentang pengenalan menara air tangki, jenis
menara tangki air yang ada, pengaruh sloshing terhadap menara tangki air, dan
uraian sederhana tentang hubungan antara menara tangki air dan tingkat teori
kebebasan.
2.2. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng
bumi). Frekuensi pada suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi
yang dialami selama periode waktu.
Menurut teori tektonik lempeng, permukaan bumi tektonik berisi piring juga
dikenal sebagai piring litosfer. Setiap lempeng terdiri dari kerak dan semakin kaku
bagian dari mantel atas. Gempa ini terkait dengan gerakan antara piring tersebut
terhadap batas-batas dari tempat aslinya (Robert, 2002).
Goncangan gempa bisa sangat hebat dan dampak yang ditimbulkannya juga
tidak kalah dahsyat. Gempa merupakan salah satu fenomena alam yang
menimbulkan bencana. Akibat gempa bumi antara lain: bangunan roboh, kebakaran,
Universitas Sumatera Utara
![Page 3: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/3.jpg)
Universitas Sumatera Utara
![Page 4: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/4.jpg)
Universitas Sumatera Utara
![Page 5: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/5.jpg)
16
2.3. Pengukuran Seismik
Ada dua cara dasar untuk mengukur beban gempa atau kekuatan sebuah
gempa. Pertama didasarkan pada besarnya gempa dan kedua didasarkan pada
intensitas kerusakan. Besarnya diukur dengan mendapatkan jumlah energi yang
dilepaskan dari gempa bumi, dan intensitas didasarkan pada kerusakan bangunan dan
reaksi manusia.
2.3.1. Kekuatan Gempa Bumi
Pada tahun 1935, Profesor Charles Richter, dari California Institute
of Technology telah mengembangkan skala gempa berkekuatan gempa
dangkal dan lokal di California selatan. Ini skala besar sering disebut sebagai
Richter, besaran skala yang dikembangkan untuk gempa dangkal dan lokal
(Roberts, 2002).
Magnitude adalah ukuran dari total energi yang dilepaskan selama
gempa bumi oleh menggunakan alat yang disebut seismograf. Richter telah
merancang besarnya skala dari nilai terkecil akibat gempa bumi dapat
direkam dan tidak ada batas atas untuk mendapatkan besarnya nilai kekuatan
gempa tersebut. Seringkali data dari seismograf yang terletak pada jarak yang
berbeda dari pusat gempa memiliki nilai yang berbeda dari besarnya Richter.
Hal ini karena tempat yang berbeda memiliki berbagai jenis tanah dan kondisi
batuan yang berbeda pula dan juga karena gelombang seismik tidak
melepaskan jumlah energi yang sama ke segala arah.
Universitas Sumatera Utara
![Page 6: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/6.jpg)
Universitas Sumatera Utara
![Page 7: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/7.jpg)
18
2.4. Gempa di Indonesia
Sejumlah wilayah di Indonesia berualang kali dilanda gempa bumi. Dalam
retang waktu yang terbilang singkat gempa mengguncang Tasikmalaya, Yogyakarta,
Aceh, Nusa Tenggara Barat, Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Akibat gempa tidak hanya
merusakan bangunan, namun banyak menelan korban jiwa.
Potensi gempa di Indonesia memang terbilang besar, sebab berada dalam
pertemuan sejumlah lempeng tektonik besar yang aktif bergerak. Daerah rawan
gempa tersebut membentang di sepanjang batas lempeng tektonik Australia dengan
Asia, lempeng Asia dengan Pasifik dari timur hingga barat Sumatera sampai selatan
Jawa, Nusa Tenggara, serta Banda. Kemudian interaksi lempeng India-Australia,
Eurasia dan Pasifik yang bertemu di Banda serta pertemuan lempeng Pasifik-Asia di
Sulawesi dan Halmahera. Terjadinya gempa juga berkaitan dengan sesar aktif. Di
antaranya sesar Sumatera, sesar Palu, atau sesar di yang berada di Papua. Ada juga
sesar yang lebih kecil di Jawa seperti sesar Cimandiri, Jawa Barat.
Berhubung sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi baik
waktu, tempat dan intensitas gempa di Indonesia, maka zona-zona yang masuk rawan
gempa harus mendapat perhatian. Ada dua pendekatan untuk mengantisipasi
terjadinya gempa agar tidak menimbulkan dampak yang besar.
Pertama, pendekatan struktural yakni mengikuti kaidah-kaidah konstruksi
yang benar dan memasukan parameter kegempaan dalam mendirikan bangunan,
seperti rumah tahan gempa. Rumah jenis ini tidak identik mahal namun dibangun
sederhana tapi memerhatikan parameter kegempaan. Kedua, pendekatan
nonstruktural dengan membuat peta rawan bencana gempa. Informasi potensi gempa
ini dimasukan dalam perencanaan wilayah.
Universitas Sumatera Utara
![Page 8: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/8.jpg)
19
Tabel 2.2. Daftar gempa Bumi besar (di atas skala Richter 5) di Indonesia
(Diurutkan menurut tanggal paling lama hingga tahun 2010)
Sumber Wikipedia Indonesia:
Tanggal kekuatan Episentrum Area Korban tewas
25 November
1833
8.8-9.2 Mw 2.5°LU-
100.5°BT
Sumatera
20 September
1899
7.8 Kota Ambon 3.280
2 Februari 1938 8.5 5.05°LU-
131.62°BT
Pulau Banda
dan Pulau Kai
14 Agustus 1968 7.8 Sulawesi Utara 392
26 Juni 1976 7.1 Papua 9.000
19 Agustus 1977 8.0 Kepulauan
Sunda
2.200
12 Desember
1992
7.5 Pulau Flores 2.100
2 Juni 1994 7.2 Banyuwangi 200
4 Mei 2000 6.5 Kepulauan
Banggai
54
4 Juni 2000 7.3 Bengkulu >100
12 November
2004
7.3 Alor 26
26 Desember
2004
9.3 Samudra
Hindia
Nanggroe Aceh
Darussalam dan
sebagian
Sumatera Utara
131.028 tewas
dan sekitar
37.000 orang
hilang
28 Maret 2005 8.2 2.04°LU -
97°BT
Pulau Nias
27 Mei 2006 5.9 7.977°LS
110.318°BT
Bantul,
Yogyakarta
Daerah
Istimewa
Yogyakarta dan
Klaten
6.234
17 Juli 2006 7.7 9.334°LS-
107.263°BT
Samudra
Hindia
Ciamis dan
Cilacap
>400
11 Agustus 2006 6.0 2.374°LU-
96.321°BT
Pulau Simeulue
6 Maret 2007 6.4 Mw, 6.3
Mw
0.49°LS-
100.529°BT
Solok, Kota
Solok, Tanah
Datar, dan Kota
Bukittinggi
>60
12 September
2007
7.7 4.517°LS-
101.382°BT
Kepulauan
Mentawai
10
26 November
2007
6.7 8.294°LS-
118.36°BT
Sumbawa >3
17 November
2008
7.7 Sulawesi
Tengah
4
Universitas Sumatera Utara
![Page 9: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/9.jpg)
20
4 Januari 2009 7.2 Manokwari 2
2 September 2009 7.3 8.24°LS-
107.32°BT
Tasikmalaya
dan Cianjur
>87
30 September
2009
7.6 Mw 0.725°LS-
99.856°BT
Padang
Pariaman, Kota
Pariaman, Kota
Padang, dan
Agam
1.115
1 Oktober 2009 6.6 Mw 2.44°LS-
101.59°BT
Kerinci 2
9 November 2009 6.7 8.24°LS-
118.65°BT
Pulau Sumbawa 1
25 Oktober 2010 7.7 3.61°LS-
99.93°BT
Sumatera Barat 408 orang tewas
2.5. Tangki
Tangki termasuk struktur cangkang tipis. Struktur cangkang tipis adalah
nama yang diberikan pada struktur yang bagian utamanya terdiri dari pelat dan
lembaran baja, yang membentuk cangkang baja. Struktur cangkang tipis ini
digunakan untuk menyimpan ataupun mengolah gas, cairan, atau material lepas
lainnya. Menurut fungsinya struktur cangkang dibedakan menjadi :
1) Penampung gas: untuk menyimpan dan mendistribusikan gas;
2) Tangki dan bendungan: untuk menyimpan air, hasil minyak, dan jenis
cairan lainnya;
3) Gudang: sebagai tempat penyimpanan material lepas (bijih tambang,
batubara, semen, dan lain-lain);
4) Struktur khusus dari besi dan baja, industri kimia dan industri cabang
lainnya (tanur tinggi, alat pemanas dengan tenaga gas, berbagai
peralatan kimia ukuran besar, dan lain-lain);
5) Pipa berdiameter besar dan pipa saluran yang terbuat dari besi dan
baja.
(Mukhanov, 1968: 454)
Universitas Sumatera Utara
![Page 10: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/10.jpg)
21
2.5.1. Desain Tangki berdasarkan Peraturan API Standar 650
Desain tangki berdasarkan peraturan API Standar 650 Edisi ke-10
Adendum 4 (2005) yang merupakan salah satu acuan dasar dalam
penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Perencanaan ketahanan gempa untuk tangki ini mengambil peraturan
API Standar 650 Edisi ke-10 Apendiks E sebagai acuan dasar.
Tujuan utama dari perencanaan ketahanan gempa adalah supaya tidak
terdapat korban jiwa dan tangki tidak mengalami kerusakan fatal pada saat
gempa terjadi. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa tangki tidak akan
mengalami kerusakan sama sekali.
Desain tangki ini adalah berdasarkan metode ASD (Allowable Stress
Design) dengan kombinasi beban tertentu. Kombinasi beban dari peraturan
yang lain tidak disarankan, dan mungkin akan menyebabkan perlunya
modifikasi metode desain pada subbab ini supaya menghasilkan solusi yang
praktis dan masuk akal. Metode pada peraturan ini menggunakan analisis
gaya lateral ekuivalen yang mengaplikasikan gaya statis lateral menjadi
model matematik linear dari tangki didasarkan pada dinding kaku, model
fixed based.
Ketentuan pergerakan tanah pada desain ini diambil dari ASCE 7
yang acuannya adalah pergerakan gempa maksimum dan didefinisikan
sebagai pergerakan yang dikarenakan kejadian dengan probabilitas
terlampauinya gempa rencana adalah sebesar 2% dalam periode 50 tahun
(interval terjadinya gempa yang melampaui gempa rencana adalah kira-kira
setiap 2.500 tahun).
Universitas Sumatera Utara
![Page 11: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/11.jpg)
22
Prosedur desain pseudo-dynamic yang terdapat dalam peraturan API
Standar 650 Edisi ke-10 Adendum 4 Apendiks E didasarkan pada metode
analisis spektrum respons dan memisalkan dua mode respons tangki dan
isinya – impulsive dan convective. Analisa dinamik tidak termasuk dan juga
tidak diperlukan dalam ruang lingkup peraturan API.
Prosedur perencanaan didasarkan pada spektrum respons dengan 5%
redaman untuk mode impulsive dan spektrum dengan 0,5% redaman untuk
mode convective. Tangki ditopang pada tanah dengan penyesuaian pada
karakteristik tanah tempat tangki dibangun.
2.5.1.1. Cangkang Tangki (Badan Tangki)
Tebal cangkang perlu harus lebih besar dari ketebalan
cangkang rencana, termasuk juga tebal korosi yang diijinkan atau
ketebalan cangkang yang diperoleh dari tes hidrostatik, tetapi
ketebalan cangkang tidak boleh kurang dari yang tertera pada Tabel
2.3.
Tabel 2.3. Ketebalan Minimum Pelat (API Standard 650, 2005 : 3-6)
Diameter Nominal Tangki
(m)
Ketebalan Nominal Pelat
(mm)
< 15 5
15 sampai < 36 6
36 sampai 60 8
> 60 10
Tegangan yang dihitung untuk setiap lapisan cangkang tangki
tidak boleh lebih besar dari tegangan yang diijinkan untuk material
Universitas Sumatera Utara
![Page 12: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/12.jpg)
23
tertentu yang digunakan untuk lapisan-lapisan tangki. Tidak ada
lempeng cangkang yang boleh lebih tipis daripada lempeng di
atasnya.
Cangkang tangki harus diperiksa kestabilannya untuk menahan
tekuk akibat beban angin rencana. Jika diperlukan untuk memperkuat
kestabilan tangki, cincin pengaku penahan angin pada tengah badan
tangki, ketebalan pelat-cangkang yang diperbesar, atau keduanya
harus digunakan.
Beban radial tersendiri pada badan tangki, seperti yang
disebabkan oleh beban yang besar oleh platform dan tempat jalan yang
ditinggikan (elevated walkway), harus didistribusikan oleh bagian
struktur kanal, tulangan pelat, atau bagian tambahan permanen lain.
2.5.1.2. Atap
Jenis-jenis atap yang digunakan adalah sebagain berikut:
1) Atap konus berpenopang (supported cone roof) adalah suatu atap
yang berbentuk menyerupai konus dan ditumpu pada bagian utamanya
dengan rusuk di atas balok penopang ataupun kolom, atau oleh rusuk
di atas rangka dengan atau tanpa kolom.
2) Atap konus berpenopang tersendiri (self-supported cone roof)
adalah atap yang berbentuk menyerupai konus dan hanya ditopang
pada keliling konus.
Universitas Sumatera Utara
![Page 13: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/13.jpg)
24
3) Atap kubah berpenopang tersendiri (self-supported dome roof)
adalah atap yang dibentuk menyerupai permukaan bulatan dan hanya
ditopang pada keliling kubah.
4) Atap payung berpenopang tersendiri (self-supported umbrella roof)
adalah atap kubah yang telah dimodifikasi yang dibentuk sedemikian
sehingga bagian-bagian horizontalnya berbentuk poligon biasa dengan
sisi sebanyak pelat-pelat atap dan akan ditopang hanya pada
kelilingnya.
2.5.1.3. Berat Efektif Produk (Isi Tangki)
Berat efektif Wi dan Wc dapat diperoleh dengan menambahkan
berat total produk, Wp, dengan perbandingan Wi/Wp dan Wc/Wp,
secara berurutan, persamaan (2.1) sampai (2.2).
Jika D/H lebih besar dari atau sama dengan 1,333, berat
impulsive efektif:
(
)
Jika D/H kurang dari 1,333, berat impulsive efektif:
[
]
Berat convective efektif didefinisikan sebagai berikut:
(
)
Universitas Sumatera Utara
![Page 14: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/14.jpg)
25
2.5.2. Jenis-Jenis Tangki
Tangki sebagai tempat penyimpanan cairan dapat dibedakan
menjadi dua jenis menurut cara perletakannya, yaitu jenis tangki di
permukaan tanah dan jenis tangki menara (Mukhanov, 1968: 466).
2.5.1.1. Tangki di permukaan tanah
Tangki silinder di permukaan tanah dengan dasar yang rata
ditempatkan di atas bantalan tanah yang dipadatkan, digunakan
sebagai tempat penyimpanan produk minyak. (Mukhanov, 1968:
466)
Selama masa penyimpanan produk minyak, terjadi
evaporasi (penguapan) dalam tangki, yang kemudian gas-gas ini
akan mengumpul di bawah atap tangki. Banyaknya evaporasi yang
terjadi ini bervariasi tergantung pada perubahan temperatur dan lama
pengisian ataupun pengosongan tangki, dan evaporasi (penguapan)
yang terjadi tentu akan menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah
volume produk minyak. Untuk mengurangi kehilangan yang terjadi
akibat evaporasi, tangki dengan berbagai tipe dipergunakan.
(Mukhanov, 1968: 466)
Untuk penyimpanan produk minyak dengan berat jenis
ringan yang mempunyai tekanan penguapan kecil (kerosin, bahan
bakar diesel, dan sebagainya) dan juga produk-produk minyak
olahan, tangki yang digunakan adalah tangki bertekanan rendah
dengan tekanan internal sebesar 200 mm w.g. (0,02 kg/cm2) dan
kekedapan udara izin sebesar 25 mm w.g. (Mukanov, 1968: 466)
Universitas Sumatera Utara
![Page 15: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/15.jpg)
26
Untuk penyimpanan produk minyak dengan tekanan
penguapan tinggi (berbagai jenis bahan bakar, berbagai jenis
minyak, dan sebagainya), diperlukan penggunaan tangki silinder
bertekanan lebih tinggi (0,2 – 0,3 kg/cm2). Tangki dengan pontoon
ataupun dengan atap tidak tetap (floating roof) juga dapat digunakan.
(Mukanov, 1968: 467)
2.5.2.2. Menara Tangki Air
Secara umum, menara tangki air adalah salah satu
fasilitas penyimpanan air untuk mendistribusikan air bersih untuk
wilayah tertentu secara efisien. Menara tangki air terdiri dari tangki
yang ditinggikan didukung oleh struktur apakah struktur ruang
(gulungan) atau struktur padat.
Menara tangki air dirancang sesuai dengan kebutuhan air
yang diperlukan pada suatu kawasan. Menara tangki air di tempat-
tempat tertentu dirancang untuk tujuan estetika dan sebagai icon/ciri
khas tempat-tempat tertentu. Beberapa tangki air diubah menjadi
apartemen atau penthouse eksklusif sebagai tempat hidup (Sara
Hamm, 2004).
Definisi lain menyatakan menara tangki air sebagai
fasilitas penyimpanan terdiri dari menara dan tangki penyimpanan
untuk menyediakan air yang diolah sebelum itu didistribusikan.
Sistem distribusi air harus memiliki penyimpanan sehingga ia
mampu untuk menyediakan untuk keperluan dasar rumah tangga,
Universitas Sumatera Utara
![Page 16: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/16.jpg)
27
penggunaan komersial, industri dan untuk memenuhi kebutuhan
dalam keadaan darurat.
Tujuan utama dari desain menara tangki air untuk
memasok air yang dibutuhkan untuk kawasan tertentu. Menara air
harus memiliki ketinggian yang cukup untuk menekan air ke titik-
titik yang diinginkan. Jika tidak, beberapa masalah yang akan
mungkin terjadi seperti; aliran air tidak mencapai pengguna dengan
cukup atau tekanan terlalu rendah. Tujuan lain lebih lanjut dari
sebuah menara air adalah untuk pasokan air yang cukup selama
pemakaian maksimal dan mampu memasok air saat atau selama
listrik padam (air hanya bergantung pada gravitasi untuk ditekan
kesegala jaringan).
Tangki yang ditempatkan di atas menara didesain dengan
kapasitas yang bervariasi dari 100 sampai 3.000 meter kubik. Ciri-
ciri yang membedakan jenis tangki menara dengan tangki di
permukaan tanah adalah bentuk bagian bawah tangki. Seperti yang
telah tercatat dalam peraturan, bentuk bagian bawah tangki menara
adalah bentuk revolusi sebuah bentuk cangkang yang tidak
sempurna, ataupun kombinasi dari bentuk cangkang tersebut.
(Mukhanov, 1968: 476)
Universitas Sumatera Utara
![Page 17: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/17.jpg)
Universitas Sumatera Utara
![Page 18: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/18.jpg)
29
direncanakan dalam keadaan elastis atau dengan faktor modifikasi
respons yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan portal
daktail pada struktur bangunan.
Banyak tangki yang tidak dirancang dengan baik
mengalami kerusakan berat pasca gempa. (Housner, 1963, Maholtra,
2000). Berikut ini diberikan jenis kegagalan yang terjadi pada
umumnya pada tangki:
Yielding on tank wall
Pelelehan pada dinding tangki disebabkan gaya hydrostatic
dan hydrodynamic akibat gempa menyebabkan tegangan tarik
arah melingkar telah mencapai tegangan leleh material.
Buckling on tank wall
Tekuk ini terjadi akibat gaya tekan pada dinding tangki yang
diakibatkan momen guling. Pada tangki slender tekuk ini
dikenal sebagai diamond buckling, sedangkan pada tanki lebar
dikenal sebagai elephant foot buckling. Contoh kegagalan ini
diberikan pada gambar 2.4(a) dan 2.4(b)
Sloshing effect
Sloshing disebabkan goncangan pada permukaan air pada
peristiwa gempa. Sloshing dapat mengakibatkan dinding
bagian atas atau tutup tanki rusak. Disamping itu akibat
sloshing yang membutuhkan free board lebih besar supaya isi
tanki tidak tumpah keluar bila tangki tidak tertutup.
Universitas Sumatera Utara
![Page 19: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/19.jpg)
Universitas Sumatera Utara
![Page 20: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/20.jpg)
31
2.5.4. Pengoperasian Menara Tangki Air
Tinggi dari menara tersebut memberikan tekanan hidrostatik
untuk penyediaan kebutuhan air, dan dilengkapi dengan pompa
untuk memompa air ke atas menara. Volume reservoir/tangki dan
diameter pipa menyediakan dan mempertahankan laju aliran.
Penggunaan mesin pompa untuk mendistribusikan air cukup mahal.
Oleh karena itu untuk mengurangi biaya, pompa aktif hanya untuk
memompa air hingga keatas reservoir. Menara air mengurangi
pemakaian kebutuhan listrik sehingga mengurangi biaya produksi.
2.6. Sloshing
Pada struktur menara tangki yang mengalami pembebanan horizontal
(gempa), akan terjadi gaya lateral pada dasar tangki akibat goncangan air. Tangki air
seolah-olah mempunyai dua massa, yaitu massa air yang berosilasi di permukaan air
dan massa gabungan antara tangki dengan bagian air yang berada di bagian dasar
tangki yang tidak berosilasi.
Pada air yang bergoncang (terjadi sloshing) akan menyebabkan tekanan
hidrodinamik di dinding tangki yang dipengaruhi oleh fungsi potensial kecepatan air
dalam tangki tersebut. Dengan mengintegrasikan tekanan hidrodinamik air sepanjang
tangki akan diperoleh gaya dinamik lateral dan momen dinamik yang bekerja pada
dasar tangki.
Dari model Housner (Faltinsen & Timokha 2009) dapat dihasilkan persamaan
untuk gaya lateral dan momen guling yang sama dengan gaya dinamik lateral dan
momen dinamiknya. Dengan demikian diperoleh massa ekuivalen untuk air yang
Universitas Sumatera Utara
![Page 21: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/21.jpg)
Universitas Sumatera Utara
![Page 22: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/22.jpg)
33
2.7. Metode Multimodal untuk sloshing dalam tangki melingkar dua dimensi
Sloshing harus dipertimbangkan pada struktur yang mengandung cairan
dengan permukaan bebas ataupun pada semua kendaraan yang bergerak. Perhitungan
hidrodinamika sloshing cukup rumit, tergantung pada bentuk tangki, kedalaman
cairan dan kondisi darurat yang terjadi. Untuk perhitungannya dibutuhkan kombinasi
dari teori, komputasi dinamika fluida (CFD) dan percobaan-percobaan.
Kita harus membedakan dari sudut pandang fisik antara aliran arus global dan
lokal terkait dengan dampak antara permukaan bebas dan struktur tangki. Metode ini
berkonsentrasi pada arus global dan beban hidrodinamik yang dihasilkan karena
untuk memaksa agar sloshing dua dimensi melintang dalam tangki yang berbentuk
silinder.
Metode ini juga diperlukan dalam memprediksi dinamika pada tangki
kendaraan dan struktur yang relevan, misalnya untuk wadah penyimpanan yang
terkena beban gempa bumi, gerakan gelombang cairan dalam tangki truk, tangki
kapal selam, tangki kereta api dan lain-lain.
Metode multimodal telah banyak digunakan untuk analisis tangki silinder
tegak, tangki silinder horizontal, tangki persegi dua dimensi dan tiga dimensi.
Metode ini menggunakan penjabaran dari teori Fourier dalam hal mode sloshing
alami sehingga gerakan cairan dijelaskan dengan persamaan modal, yaitu persamaan
diferensial biasa untuk sambungan koordinat bebas dari sebuah tinggi permukaan.
Fakta bahwa analitis mode alami untuk bentuk tangki tersebut memberikan
hasil yang tepat untuk koefisien hidrodinamika persamaan modal. Metode ini dapat
memberikan hasil yang akurat untuk karakteristik hidrodinamika dan beban dalam
Universitas Sumatera Utara
![Page 23: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/23.jpg)
Universitas Sumatera Utara
![Page 24: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/24.jpg)
35
(Sumber: A Multimodal Method for Liquid Sloshing)
Dalam keadaan yang bergoyang, cairan yang terkandung di dalam
tangki akan menempati arah dua dimensi, Q0, dengan permukaan bebas, Σ0
seperti pada gambar 2.10 (a). Tangki silinder horisontal dua dimensi
mengalami gerakan pada bidang Oyz yang dipengaruhi oleh kecil besarnya
kecepatan perpindahan Vo = (0, Voy, Voz) = (0, ˙ η2, ˙ η3), dan gangguan
sudut (sekitar sumbu X0, rol) dengan ω kecepatan instan sudut = (ω1, 0, 0) =
(η4, 0, 0) digambarkan dalam gambar 2.10 (b). Sloshing tangki dua dimensi
dengan poros di pusat lingkaran koordinat Oyz.
Kecepatan cair mutlak pada tangki = (0, v, w) dijelaskan dengan
potensi kecepatan Φ (y, z, t) (va = ∇ Φ = (0, ∂ Φ / ∂ y, ∂ Φ / ∂ z)). Nilai batas
yang sesuai (lihat Faltinsen & Timokha 2009) diformulasikan terhadap Φ dan
perpindahan vertikal cukup kecil dari permukaan bebas yang ditunjukkan
oleh persamaan z = ζ (y, t):
+
= 0 dalam Q0 (2.1a)
= η2n2 + η3n3 dalam S0 (2.1b)
η3 + η4y +
dalam Σ0 (2.1c)
= 0 dalam Σ0 (2.1d)
∫
(2.1e)
Dimana, g adalah percepatan gravitasi, n = (0, n2, n3) adalah normal,
persamaan z = z0 menentukan permukaan bebas, Σ0, dalam sistem koordinat
Universitas Sumatera Utara
![Page 25: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/25.jpg)
36
Oyz, y0 adalah setengah dari panjang Σ0 sedangkan S0 adalah bagian
permukaan dalam tangki dibawah Σ0 (diilustrasikan pada Gambar 1).
Persamaan (2.1e) menyatakan persamaan volume cairan dua dimensi.
|Q0| = ∫ (
√
)
… (2.2)
2.8. Metode Dinamika untuk Sloshing pada tangki Silinder dua
dimensi.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
rincian penerapan dari teori sloshing modal linier (elemen penting
dari teori ini diberikan dalam Lampiran I) untuk pemodelan
dinamika dari sebuah menara tangki.
Jenis menara tangki-tangki tidak hanya mencakup tangki
penampungan air tetapi juga tangki di pabrik-pabrik kimia dengan
bentuk yang relatif kecil berbentuk silinder, bola ataupun kubus dan
balok. Bagian bawah tangki ini tetap kaku dengan bagian atas
menara sehingga sumbu simetri bertepatan dengan satu sama lain.
Bagian bawah menara tersebut secara kaku dijepit ke tanah.
Dalam dunia kontruksi teknik sipil dan jaringan kawasan
perindustrian sangat penting dalam mendesign menara tangki
tersebut dalam keadaan safety selama dan setelah gempa bumi untuk
memenuhi kebutuhan air bersih dan menghindari ledakan ataupun
kerusakan lingkungan.
Pada tahun 1957, Housner menghitung tekanan hidrodinamik
air pada dinding tangki dengan suatu metode analisis kemudian dia
Universitas Sumatera Utara
![Page 26: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/26.jpg)
37
menggantikan tekanan air dengan model massa pegas. Model ini
didasarkan pada sifat dari dinding tangki. Kemudian ia
mengembangkan model dua massa untuk menara tangki air.
Pada tahun 1979, Fisher memecahkan persamaan tekanan
hidrodinamik dengan mempertimbangkan fleksibilitas dinding dan
sloshing yang terjadi.
Pada tahun 1985, Haroun kemudian menyajikan model
sloshing yang lebih lengkap dari metode pegas dan massa impulsive,
dimana fleksibilitas dan massa struktur yang berada di bawah juga
dipertimbangkan.
Para peneliti kemudian berkonsentrasi terutama pada
fenomena nonlinier seperti tumpah besar (great sloshing), tangki
yang bergerak atau geometri tangki yang berbeda.
Permodelan tangki air dapat disederhanakan dengan
menggunakan beberapa peraturan, antara lain AWWA, API dan
UBC. AWWA menggunakan model massa tunggal untuk
perhitungan dasar geser dan model dua massa untuk
memperhitungkan momen guling.
2.9. Hidrodinamika dalam Tangki Cairan
Penelitian ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
Cairan adalah mampat dan inviscid.
Perpindahan permukaan air kecil.
Universitas Sumatera Utara
![Page 27: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/27.jpg)
38
Tangki tinggi silinder dengan jari-jari "R", dinding kaku dan menara
tangki fleksibel (kolom).
Perangsangan dasar horisontal saja.
Materi adalah linear dan interaksi dasar tanah diabaikan.
Dasar struktur tetap. efek Δp dan derajat rotasi kebebasan sekitar
sumbu θ = 0 diabaikan.
Berdasarkan persamaan asumsi Laplace akan mendominasi
persamaan dalam media cairan:
∇2 ϕ = 0 (1)
Kondisi batas dalam hal ini adalah sebagai berikut:
= 0 di bagian bawah (2)
= 0 di dinding (3)
+ g
+ r. cos a (t) = 0 di permukaan air (4)
Dimana (r, z, θ) adalah parameter dimensi silinder, dengan percepatan
horisontal pada dasar θ = 0 dan t adalah waktu.
Jika λn adalah akar turunan n dari fungsi Bessel pada kondisi batas yang
disebutkan dan dengan metode pemisahan parameter, kita akan memperoleh
persamaan:
ϕ (r, θ, z, t) = cos θ ∑
,
- ,
-
,
- (5)
Dengan menggabungkan persamaan (4) dan (5), maka frekuensi sloshing
dalam mode ke-n akan menjadi:
= √
,
- (6)
Universitas Sumatera Utara
![Page 28: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/28.jpg)
39
Karena:
(r, θ, z, t) = - ρ *,
- + (7)
Dimana adalah tekanan dinamis. Sehingga:
(r, θ, z, t) = [ ∑ ,
∫
- ,
- ,
-
,
-
]
2.9.1. Model Dinamika Sederhana dari Cairan.
Massa cairan yang terkonsentrasi serta kekakuan dihitung
dalam setiap mode untuk membentuk model yang bisa
disederhanakan. Persamaan antara gaya geser dan momen guling
dalam dalam permodelan ini akan menjadi dasar untuk mencari
massa cairan yang terkonsentrasi dan sifat pegas.
Gaya geser dan momen guling dihitung dengan persamaan
berikut:
Q(t) = ∫ ∫
(9)
R(t)=∫ ∫
+
∫ ∫
(10)
Bagian pertama dari persamaan 10 berhubungan dengan tekanan
pada dinding dan bagian kedua berkaitan dengan tekanan pada dasar
tangki.
Jika = ρπ R2H dan,
=
Universitas Sumatera Utara
![Page 29: Chapter II ANALISA RESPON MENARA TANGKI](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022033019/563dbb71550346aa9aad34f6/html5/thumbnails/29.jpg)
40
Massa impulsif dan kedudukannya dihitung berdasarkan frekuensi
dari gaya geser dasar dan momen guling, yaitu sebagai berikut:
= * ∑
+ (11)
= H [
∑
,
-
*
+ ] (12)
Sehingga perhitungan frekuensi akan berpengaruh terhadap Q(t) dan
M(t), dengan adalah massa sloshing dalam “nth” dan : tinggi
sloshing:
=
,
- (13)
=
*
+ (14)
= *
+ (15)
Kekakuan dari gaya pegas disimulasikan pada mode nth kemudian
membentuk persamaan gaya geser yang dihitung dengan metode
analitik sehingga hasil persamaannya sebagai berikut:
-
Pada menara tangki air, pendekatan model pegas ( ) dan juga massa
impulsif air, ( ) dan dinding dan massa dasar tangki dapat
disatukan.
Dan akhirnya model dinamik dapat disederhanakan seperti
pada Gambar (1), di mana t adalah waktu, percepatan horizontal di θ
Universitas Sumatera Utara