Chapter ii

53
BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN A. Gambaran Umum Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama dengan lembaga perbankan, namun dilihat dari padanan istilah dan penekanan kegiatan usahanya antara lembaga pembiayaan dan lembaga keuangan berbeda. Istilah lembaga pembiayaan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris financing institution. Lembaga pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan pada fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat 38 . Adapun lembaga keuangan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris financial institution. Sebagai badan usaha, lembaga keuangan menjalankan usahanya di bidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk membiayai usaha produktif dan kebutuhan konsumtif, maupun jasa keuangan bukan pembiayaan. Kegiatan usaha lembaga keuangan lebih menekankan pada fungsi keuangan yaitu jasa keuangan pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan. Dengan demikian, istilah lembaga pembiayaan lebih sempit pengertiannya dibanding istilah lembaga keuangan, lembaga pembiayaan adalah bagian dari lembaga keuangan. Lembaga pembiayaan terdapat unsur-unsur sebagai berikut: a. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. 38 Sunaryo, Op. cit, hal. 1. Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter ii

Page 1: Chapter ii

BAB II

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

A. Gambaran Umum Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama dengan

lembaga perbankan, namun dilihat dari padanan istilah dan penekanan kegiatan

usahanya antara lembaga pembiayaan dan lembaga keuangan berbeda. Istilah

lembaga pembiayaan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris financing

institution. Lembaga pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan pada

fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan

tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat38.

Adapun lembaga keuangan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris

financial institution. Sebagai badan usaha, lembaga keuangan menjalankan usahanya

di bidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk membiayai usaha produktif dan

kebutuhan konsumtif, maupun jasa keuangan bukan pembiayaan. Kegiatan usaha

lembaga keuangan lebih menekankan pada fungsi keuangan yaitu jasa keuangan

pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan. Dengan demikian, istilah lembaga

pembiayaan lebih sempit pengertiannya dibanding istilah lembaga keuangan, lembaga

pembiayaan adalah bagian dari lembaga keuangan.

Lembaga pembiayaan terdapat unsur-unsur sebagai berikut: a. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk

melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.

38 Sunaryo, Op. cit, hal. 1.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter ii

b. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas dengan cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan.

c. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan uang untuk suatu keperluan. d. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau

barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik dan sebagainya. e. Tidak menarik dana secara langsung (non deposit taking) artinya tidak

mengambil uang secara langsung baik dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan surat sanggup bayar kecuali hanya untuk dipakai sebagai jaminan utang kepada bank yang menjadi kreditornya.

f. Masyarakat, yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat, yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.39

Peranan lembaga pembiayaan mempunyai peran yang penting sebagai salah

satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang

pertumbuhan perekonomian nasional. Dikatakan penting karena siapapun orangnya

baik pribadi ataupun badan usaha tentu memerlukan dana untuk memenuhi

kebutuhannya. Sebagai sumber pembiayaan alternatif karena di luar lembaga

pembiayaan masih banyak lembaga keuangan lain yang dapat memenuhi bantuan

dana, seperti pegadaian, pasar modal, bank, dan sebagainya. Meskipun demikian

dalam kenyataannya tidak semua pelaku usaha dapat dengan mudah mengakses dana

dari setiap jenis sumber dana tersebut disebabkan oleh masing-masing lembaga

keuangan ini menerapkan ketentuan yang tidak dengan mudah dapat dipenuhi oleh

pihak yang membutuhkan dana.

Bank yang selama ini sudah dikenal luas oleh masyarakat ternyata tidak

mampu memenuhi berbagai keperluan dana yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Kesulitan masyarakat mengakses dana dari bank ini disebabkan antara lain jangkauan

39 Ibid, hal.12.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter ii

penyebaran kredit bank yang belum merata, keharusan bank menerapkan prinsip

prudent banking, keharusan debitur untuk menyerahkan jaminan, dan terbatasnya

kemampuan permodalan bank sendiri. Mengingat banyaknya kendala untuk

memperoleh dana dari bank ini, lembaga pembiayaan merupakan salah satu sumber

dana alternatif yang penting dan potensial yang patut dipertimbangkan.

Kegiatan lembaga pembiayaan ini sesuai dengan isi Keppres No. 61 tahun

1998 tentang Lembaga Pembiayaan, yang kemudian ditindaklanjuti oleh Keputusan

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 1251/KMK.103/1988 tentang

Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang termasuk dalam

kegiatan lembaga pembiayaan yaitu:

1. Sewa Guna Usaha

Sewa guna usaha merupakan satu bentuk usaha yang dapat dijadikan alternatif

guna mengatasi kesulitan permodalan dalam rangka pembiayaan suatu perusahaan.

Kehadiran sewa guna usaha bagi suatu perusahaan mempunyai peranan penting

dalam membantu para pengusaha di Indonesia, baik bagi usaha kecil, menengah,

ataupun usaha besar. Melalui kegiatan sewa guna usaha para pengusaha tersebut akan

dengan cepat dan dapat mengatasi cara pembiayaan untuk memperoleh alat-alat

perlengkapan maupun barang-barang modal yang mereka perlukan.

Pengertian sewa guna usaha merupakan terjemahan yang diambil dari bahasa

Inggris leasing yang berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum

sebagai sewa-menyewa. Sewa guna usaha mengandung ciri-ciri objeknya berupa

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter ii

barang modal, pembayarannya secara berkala dalam jangka waktu tertentu, adanya

hak opsi serta penghitungan nilai sisa atas objeknya.

Menurut Pasal 1 angka (9) Keppres Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga

Pembiayaan sewa guna usaha adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan

dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara finance lease maupun operating

lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu

berdasarkan pembayaran secara berkala. Dari pengertian sewa guna usaha terkandung

beberapa unsur yaitu:

a. Pembiayaan perusahaan tidak dilakukan dalam bentuk sejumlah dana, tetapi dalam

bentuk peralatan atau barang modal yang akan digunakan dalam proses produksi.

b. Penyediaan barang modal. Peralatan atau barang modal ini biasanya disediakan

oleh pabrikan atau supplier atas biaya dari lessor untuk dipergunakan oleh lessee.

c. Pembayaran sewa secara berkala. Lessee membayar harga barang modal kepada

lessor secara angsuran, sebagai imbalan penggunaan barang modal berdasarkan

perjanjian sewa guna usaha.

d. Dalam jangka waktu tertentu (long term).

e. Jangka waktu tertentu, yaitu lamanya waktu sewa guna usaha yang dimulai sejak

diterimanya barang modal oleh lessee sampai dengan perjanjian sewa guna usaha

berakhir.

f. Adanya hak pilih (opsi) bagi lessee. Pada akhir masa leasing, lessee mempunyai

hak untuk menentukan apakah dia ingin membeli barang modal tersebut,

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter ii

memperpanjang perjanjian sewa guna usaha, ataukah mengembalikan barang

modal tersebut kepada lessor.

g. Nilai sisa (residual value) yaitu nilai barang modal pada akhir masa sewa guna

usaha yang telah disepakati oleh lessor pada lessee pada awal masa sewa guna

usaha.

Terjadinya transaksi sewa guna usaha dilatar belakangi karena tidak cukupnya

dana lessee untuk membeli barang modal, sehingga menghubungi lessor untuk

membiayainya. Dengan demikian, dalam sewa guna usaha ada pihak utama yang

terlibat di dalamnya, yaitu lessor sebagai perusahaan pembiayaan, lessee sebagai

pihak yang di biayai dalam memperoleh barang modal, dan supplier sebagai penyedia

atau penjual barang modal. Berdasarkan transaksi yang terjadi antara lessor dan

lessee ini maka sewa guna usaha secara umum dibedakan antara finance lease dan

operating lease. Perbedaan pokok diantara dua jenis sewa guna usaha adalah adanya

hak opsi bagi lessee pada jenis finance lease, adapun dalam operating lease tidak

adanya hak opsi pada lessee.

2. Modal Ventura

Keberadaan usaha modal ventura ini kedepan mempunyai prospek yang cukup

baik mengingat peranan yang sangat penting bagi perkembangan usaha, khususnya

bagi usaha kecil di Indonesia.

Istilah modal ventura sudah meluas penggunaanya, baik dikalangan dunia

usaha maupun dalam tata pergaulan hukum di Indonesia. Istilah modal ventura

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter ii

merupakan terjemahan dari terminologi bahasa Inggris, Venture capital yang berarti

sesuatu yang mengandung resiko atau dapat pula berarti sebagai usaha. Secara harfiah

modal ventura berarti modal yang diinvestasikan pada suatu usaha yang mengandung

resiko, yang disebut risk capital. Dikatakan mengandung resiko dalam investasi ini

tidak menekankan pada aspek jaminan (collateral), melainkan pada prospek

kelayakan dari usaha yang dibiayai.

Selanjutnya menurut Pasal 1 angka (11) bahwa perusahaan modal ventura

adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan

modal kedalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee company) untuk jangka

waktu tertentu. Di dalam pengertian ini mengandung beberapa unsur dari:

a. adanya badan usaha (company),

b. bidang usaha, yaitu kegiatan pembiayan (finance business),

c. bentuk kegiatan yaitu penyertaan modal (equity participation),

d. pada perusahaan pasangan usaha (investee company).

Karakteristik modal ventura dalam menjalankan usahanya dilakukan dengan

cara penyertaaan modal ke dalam perusahaan pasangan usaha. Dalam melakukan

penyertaan modal tersebut perusahaan modal ventura tidak sekedar merupakan

semacam lembaga yang bersifat philantropik dan charity yang menjalankan usahanya

berdasarkan tanggung jawab sosial dan belas kasihan. Perusahaan modal ventura

adalah lembaga bisnis yang bertolak pada high risk dan high return investment serta

bukan suatu usaha yang spekulatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter ii

Konsep dasar modal ventura adalah pembiayaan dalam bentuk penyertaan

modal equity ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha. Penyertaan modal oleh

ventura ini tidak dapat disamakan dengan penyertaan biasa, dan tidak juga semua

penyertaan modal pada perusahaan lain dapat digolongkan sebagai pembiayaan

modal ventura. Pembiayaan modal ventura mempunyai ciri-ciri atau karakteristik

yang membedakannya dengan usaha lain sekalipun usaha tersebut sejenis, beberapa

karakteristik pada usaha modal ventura tersebut adalah:

a. Badan pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha bukan dalam bentuk

pinjaman (loan), tetapi dalam bentuk penyertaan modal (equity participation)

atau setidaknya pinjaman yang dapat dialihkan ke equity,

b. Bantuan pembiayaan bersifat sementara, sampai pada waktunya dilakukan

divestasi, dengan ketentuan tidak boleh melebihi jangka waktu 10 (sepuluh)

tahun,

c. Penyertaan modal bersifat jangka panjang (long term), biasanya diatas 3 (tiga)

tahun,

d. Pembiayaan ini beresiko tinggi (high risk) karena tidak didukung oleh

jaminan (collateral),

e. Motif utama tetap bisnis, yaitu mengharapkan keuntungan yang tinggi berupa

capital gain sebagai imbalan atau resiko yang tinggi,

f. Perusahaan modal ventura terlibat dalam managemen pada perusahaan

pasangan usaha,

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter ii

g. Investasi modal biasanya dilakukan terhadap perusahaan yang tidak punya

akses untuk memperoleh kredit dari bank,

h. Umumnya ditujukan kepada perusahaan kecil atau perusahaan baru, tetapi

memiliki potensi besar untuk berkembang,

i. Pemodal ventura merupakan personifikasi manusia unggul yang mampu

mencari dan melihat peluang bisnis, professional, inovatif dan dinamis, serta

memiliki enterprenuership.

Pelaksanaan penyertaan modal oleh perusahaan modal ventura pada

perusahaan pasangan usaha dapat dilakukan secara langsung dalam bentuk

penyertaan modal saham ataupun secara tidak langsung, baik dalam obligasi konversi

atau dengan sistem bagi hasil. Meskipun idealnya penyertaan modal dilakukan dalam

saham, namun dalam praktek bentuk bagi hasil yang sering diterapkan, keadaan ini

tidak terlepas karena masih adanya beberapa kendala dan keterbatasan baik dari pihak

perusahaan modal ventura maupun pihak perusahaan pasangan usaha sehingga tidak

mungkin dilakukan penyertaan modal secara langsung dalam bentuk saham.

3. Anjak Piutang

Persaingan dalam dunia bisnis mengakibatkan terjadinya pergeseran orientasi

dari pola pasar penjual kepada pola pasar pembeli. Kondisi yang demikian ini

mendorong setiap perusahaan untuk melakukan berbagai cara supaya meningkatkan

omset penjualan yang pada akhirnya meningkatkan laba, yaitu antara lain dengan

kebijakan berupa pemberian fasilitas pembayaran secara kredit kepada pembeli.

Namun demikian peningkatan penjualan secara kredit ini bisa meningkatkan semakin

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter ii

rumitnya administrasi penjualan sehubungan dengan penagihan piutang dan resiko

tidak dilunasinya piutang tersebut. Peningkatan penjualan secara kredit juga

mengakibatkan peningkatan kebutuhan modal kerja yang disebabkan semakin

besarnya modal kerja yang tertanam di dalam piutang.

Pengertian anjak piutang dalam bahasa Inggris sering disebut factoring

merupakan suatu istilah yang berasal dari gabungan kata anjak yang artinya pindah

atau alih, dan piutang yang berarti tagihan sejumlah uang. Berdasarkan arti kata

tersebut, secara sederhana anjak piutang berarti pengalihan piutang dari pemiliknya

kepada pihak lain.

Menurut Pasal 1 angka (8) anjak piutang adalah: Badan usaha yang

melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan penagihan serta

pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi

perdagangan dalam dan luar negeri.

Menurut Abdulkadir Muhammmad dan Rilda Murniati merinci unsur-unsur

utama pengertian anjak piutang sebagai berikut:

a. Subjek anjak piutang, adalah perusahaan anjak piutang (factoring company),

klien (supplier), dan nasabah (customer).

b. Objek anjak piutang yaitu piutang jangka pendek milik klien.

c. Peristiwa anjak piutang, yaitu kontrak pengalihan piutang jangka pendek

antara pihak klien dan perusahaan anjak piutang.

d. Hubungan anjak piutang, hubungan kewajiban hak antara klien dan

perusahaan anjak piutang. Klien berkewajiban menjual dan menjamin serta

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter ii

mengalihkan piutang jangka pendek hasil transaksi perdagangan kepada

perusahaan anjak piutang. Adapun perusahaan anjak piutang berkewajiban

membiayai dalam bentuk pembelian atau pengalihan piutang jangka pendek

hasil transaksi perdagangan, menatausahakan utang tersebut dan menagih

piutang perusahaan klien.

e. Jangka waktu anjak piutang, yaitu sesuai dengan piutang jangka pendek.

Piutang perdagangan jangka pendek umumnya berkisar antara 30 (tiga puluh)

sampai 90 (sembilan puluh) hari. Hal ini berarti setelah penyerahan barang

kepada pembeli (debitur), penjual harus menunggu pembayaran sampai

penjualan kredit itu jatuh tempo40.

Transaksi anjak piutang dilakukan dengan membuat suatu perjanjian yang

bentuknya tertulis yang disebut dengan perjanjian anjak piutang (factoring

agreement). Perjanjian anjak piutang ini bisa dibuat dalam bentuk akta otentik yang

dibuat oleh notaris atau akta di bawah tangan. Adapun isi dari perjanjian antara lain

memuat tentang ketentuan umum, keabsahan piutang, pengalihan resiko, pengalihan

piutang, pemberitahuan, syarat pembayaran, perubahan persyaratan, tanggung jawab

klien terhadap nasabah, dan jaminan klien. Atas dasar isi yang termuat dalam

perjanjian serta ciri-ciri anjak piutang ini, kegiatan anjak piutang tidak bisa

disamakan dengan kredit bank terlebih dengan debt collector meskipun jika dicari

juga akan ada kemiripannya.

40 Ibid, hal. 228.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter ii

4. Kartu Kredit

Penggunaan alat bayar dalam bentuk uang dan cek telah lama dipakai

manusia, dalam perkembangannya penggunaan kedua alat pembayaran tersebut

ternyata dirasakan belum praktis dan tidak aman. Maka berkembanglah bentuk alat

bayar lain, yaitu kartu kredit. Di Indonesia perkembangan penggunaan kartu kredit

sebagai alat pembayaran sangat pesat terutama di kalangan lapisan masyarakat

menengah dan atas. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari beberapa adanya

faktor, antara lain faktor keamanan, kemudahan, kepraktisan, dan bonafiditas, atau

prestise dari penggunaan kartu kredit. Dengan demikian menggunakan kartu kredit

transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan aman, mudah, dan lancar sekaligus

bisa meningkatkan prestise seseorang.

Pengertian kartu kredit merupakan salah satu alat bayar dalam transaksi

perdagangan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Istilah kartu kredit

dalam bahasa Inggris disebut credit card yang didalamnya mencantumkan identitas

pemegang kartu kredit dan penerbit, yaitu bank dan perusahaan pembiayaan. Selain

menunjukkan identitas pemegang dan penerbit istilah kartu kredit menunjukkan cara

pembayaran yang dilakukan dengan tidak menggunakan uang tunai, meskipun

transaksinya dilakukan secara tunai. Umumnya kartu kredit dibuat dari bahan plastik

dan berukuran kecil, sehingga istilah kartu kredit sering disebut juga kartu plastik.

Dengan bentuk dan ukuran yang kecil, menjadikan kartu kredit sebagai alat bayar

yang aman, praktis, mudah, dan meningkatkan prestise bagi pemegangnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter ii

Menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, kartu kredit adalah alat

pembayaran melalui jasa bank atau perusahaan pembiayaan dalam transaksi jual beli

barang dan jasa, atau alat untuk menarik uang tunai dari bank.41 Berdasarkan

perjanjian tersebut peminjam memperoleh pinjaman dana dari bank atau perusahaan

pembiayaan. Peminjam dana adalah pihak yang menerima kartu kredit, yang disebut

juga pemegang kartu, dan bank atau perusahaan pembiayaan pihak yang

menyerahkan kartu kredit yang disebut penerbit.

Sebagai salah bentuk alat pembayaran, kartu kredit memiliki karakteristik

sendiri yang berbeda dengan jenis alat pembayaran lainya. Secara yuridis

karekteristik kartu kredit ditinjau dari KUHPerdata sebagai (perjanjian) dan dari segi

KUHDagang sebagai (surat berharga).

Dilihat KUHPerdata pembiayaan kredit meliputi 2 (dua) jenis perjanjian, yaitu

perjanjian penerbit kartu kredit dan perjanjian pengguna kartu kredit. Dalam

KUHPerdata perjanjian penerbit kartu kredit digolongkan dalam perjanjian pinjam

pakai habis. Adapun perjanjian penggunaan kartu kredit digolongkan dalam

perjanjian jual beli bersyarat. Dilihat dari KUHDagang meskipun kartu kredit mirip

dengan surat berharga, namun karena kartu kredit hanya memenuhi 1 (satu) dari

3 (tiga) fungsi utama surat berharga, yaitu sebagai alat bayar, maka kartu kredit

secara hukum tidak dapat dikatakan sebagai surat berharga.

41 Ibid, hal. 230.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter ii

5. Perdagangan Surat Berharga

Perdagangan surat berharga (securities company) adalah kegiatan pembiayaan

dalam bentuk surat berharga. Dalam perkembangannya bidang usaha surat berharga

ini dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1256/KMK. 00/1989 dikeluarkan

dari lingkup usaha lembaga pembiayaan. Kegiatan perdagangan surat berharga ini

sangat terkait dengan kegiatan di bidang pasar modal, sehingga pengaturan dan

pembinaan kegiatannya dialihkan kepada Bapepam sebagai otoritas pasar modal.

6. Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah consumer

finance. Pembiayaan konsumen ini pada hakikatnya sama saja dengan kredit

konsumen (consumer credit). Bedanya hanya terletak pada lembaga yang

membiayainya. Pembiayaan konsumen biaya diberikan oleh perusahaan pembiayan

(financing company), sedangkan kredit konsumen biaya diberikan oleh Bank.

Secara substansial, pengertian pembiayaan konsumen pada dasarnya tidak

berbeda dengan kredit konsumen. Menurut A. Abdurrahman sebagaimana disitir oleh

Munir Fuady bahwa kredit konsumen adalah�kredit yang diberikan kepada konsumen

guna pembelian barang konsumsi dan jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman yang

digunakan untuk tujuan produktif atau dagang.�42

Berdasarkan definisi di atas, Abdulkadir Muhammmad dan Rilda Murniati

telah merinci unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian pembiayaan konsumen

sebagai berikut :

42 Munir Fuady, Op.cit, hal. 205.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter ii

a. Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum pembiayaan

konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen (kreditur), konsumen

(debitur), dan penyedia barang (pemasok, supplier).

b. Objek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan dipakai untuk

keperluan hidup atau keperluan rumah tangga, misalnya televisi, kulkas,

kendaraan bermotor, dan lain-lain.

c. Perjanjian, yaitu perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara

perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual-beli antara pemasok

dan konsumen. Perjanjian ini didukung oleh dokumen-dokumen.

d. Hubungan hak dan kewajiban, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen wajib

membiayai harga pembeliaan barang yang diperlukan konsumen dan

membayarnya secara tunai kepada pemasok. Konsumen wajib membayar secara

angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen, dan pemasok wajib

menyerahkan barang kepada konsumen.

e. Jaminan, yaitu terdiri atas jaminan utama, jaminan pokok, dan jaminan tambahan.

Jaminan utama berupa kepercayaan terhadap konsumen (debitur) bahwa

konsumen dapat dipercaya untuk membayar angsurannya sampai selesai. Jaminan

pokok secara fidusia berupa barang yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan

konsumen dimana semua dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh perusahaan

pembiayaan konsumen (fiduciary transfer of ownership) sampai angsuran terakhir

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter ii

dilunasi. Adapun jaminan tambahan berupa pengakuan hutang (promissory notes)

dari konsumen43.

Selanjutnya, berdasarkan definisi beserta unsur-unsur sebagaimana diuraikan

di atas, dapat diidentifikasi karakteristik dari pembiayaan konsumen serta

perbedaannya dengan kegiatan sewa guna usaha, khususnya dalam bentuk financial

lease. Karakteristik dari pembiayaan konsumen, yaitu sebagai berikut:

a. Sasaran pembiayaan jelas, yaitu konsumen yang membutuhkan barang-barang

konsumsi.

b. Objek pembiayan berupa barang-barang untuk kebutuhan atau konsumsi

konsumen.

c. Besarnya pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan konsumen

kepada masing-masing konsumen relatif kecil, sehingga;

d. Resiko pembiayaan relatif lebih aman karena pembiayaan tersebar pada banyak

konsumen.

e. Pembayaran kembali oleh konsumen kepada perusahaan pembiayaan konsumen

dilakukan secara berkala/angsuran.

Ada 2 (dua) sumber hukum perdata untuk kegiatan pembiayaan konsumen

yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang perdata.

I. Asas Kebebasan Berkontrak

Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan pembiayaan konsumen selalu

dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar

43 Ibid, hal. 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter ii

kepastian hukum (legal certainty). Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat

berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak para pihak yang memuat rumusan

kehendak berupa hak dan kewajiban dari perusahaan pembiayaan konsumen

sebagai pihak penyedia dana (fund lender), dan konsumen sebagai pihak

pengguna dana (fund user).

II. Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement) merupakan

dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat secara sah dengan

memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320

KUHPerdata. Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan

berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak, yaitu perusahaan pembiayaan

konsumen dan konsumen (Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata). Konsekuensi

yuridis selanjutnya, perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan iktikad baik

(in good faith) dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral

unvoidable). Perjanjian pembiayaan konsumen berfungsi sebagai dokumen

bukti yang sah bagi perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen.

a. Undang-Undang di Bidang Hukum Perdata

Perjanjian pembiayaan konsumen merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus

yang tunduk pada ketentuan Buku III KUHPerdata. Sumber hukum utama

pembiayaan konsumen adalah ketentuan mengenai perjanjian pinjam pakai habis

dan perjanjian jual beli bersyarat yang diatur dalam KUHPerdata. Kedua sumber

hukum utama tersebut dibahas dalam konteksnya dengan pembiayaan konsumen.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter ii

a) Perjanjian pinjam pakai habis

Perjanjian pembiayaan dan konsumen yang terjadi antara perusahaan

pembiayaan konsumen dan konsumen digolongkan ke dalam �perjanjian

pinjam pakai habis� yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUHPerdata. Pasal

1754 KUHPerdata menyatakan bahwa pinjam pakai habis adalah perjanjian,

dengan mana pemberi pinjaman menyerahkan sejumlah barang pakai habis

kepada peminjam dengan syarat bahwa peminjam akan mengembalikan

barang tersebut kepada pemberi pinjaman dalam jumlah dan keadaan yang

sama.

Dalam pengertian barang habis pakai termasuk juga sejumlah uang yang

dipinjamkan oleh pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman adalah perusahaan

pembiayaan konsumen yang berkedudukan sebagai kreditor, sedangkan

peminjam adalah konsumen yang berkedudukan sebagai debitur. Karena

barang habis pakai yang dipinjam itu sejumlah uang, maka menurut ketentuan

Pasal 1765 KUHPerdata pihak-pihak (perusahaan pembiayaan konsumen dan

konsumen) boleh memperjanjikan pengembalian uang pokok ditambah

dengan bunga. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

perjanjian pembiayaan konsumen tergolong perjanjian khusus yang objeknya

adalah barang habis pakai yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUHPerdata.

Dengan demikian, ketentuan pasal-pasal tersebut berlaku terhadap dan sejauh

relevan dengan perjanjian pembiayaan konsumen, kecuali apabila dalam

perjanjian diatur secara khusus menyimpang.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter ii

b) Perjanjian jual beli bersyarat

Perjanjian jual beli bersyarat adalah perjanjian yang terjadi antara konsumen

sebagai pembeli, dan produsen (supplier) sebagai penjual, dengan syarat

bahwa yang melakukan pembayaran secara tunai kepada penjual adalah

perusahaan pembiayaan konsumen. Perjanjian jual beli ini merupakan

perjanjian accesoir dari perjanjian pembiayaan konsumen sebagai perjanjian

pokok. Perjanjian jual beli ini digolongkan ke dalam perjanjian jual beli yang

diatur dalam Pasal 1457-1518 KUHPerdata, tetapi pelaksanaan pembayaran

digantungkan pada syarat yang disepakati dalam perjanjian pokok, yaitu

perjanjian pembiayan konsumen. Menurut Pasal 1513 KUHPerdata bahwa

pembeli wajib membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat yang

ditetapkan menurut perjanjian. Syarat waktu dan tempat pembayaran dalam

perjanjian pokok, yaitu pembayaaran secara tunai oleh perusahaan

pembiayaan konsumen ketika penjual menyerahkan nota pembelian yang

ditandatangani oleh pembeli.

Dalam perjanjian jual beli, penjual setuju menjual barang secara secara tunai

kepada pembeli. Penjual setuju bahwa harga akan dibayar oleh perusahaan

pembiayaan konsumen ketika surat tanda pembelian diserahkan kepada

perusahaan yang bersangkutan. Syarat perjanjian tersebut mengikat penjual

dan pembeli sama mengikatnya dengan perjanjian jual beli yang terjadi antara

kedua belah pihak. Perusahaan pembiayaan konsumen juga terikat karena

ketika terjadi perjanjian pembiayaan konsumen sebagai perjanjian pokok,

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter ii

perusahaan pembiayaan konsumen akan membayar harga pembelian barang

yang dibeli oleh konsumen dari penjual (supplier).

7. Pentingnya Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang

secara formal di Indonesia masih relatif baru. Keberadaan pembiayaan konsumen

menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Pesatnya pertumbuhan bisnis

pembiayaan konsumen ini sekaligus menunjukkan tingginya minat masyarakat untuk

membeli barang-barang dengan cara mencicil seiring dengan meningkatnya taraf

hidup masyarakat lapisan menengah ke bawah.

Perkembangan pembiayaan konsumen juga disebabkan oleh adanya

kendala-kendala bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk mengakses dana dari

sumber pembiayaan lain, sehingga mereka lebih menyukai dan memanfaatkan jasa

pembiayaan konsumen. Menurut Abdulkadir Muhammmad dan Rilda Murniati

adalah alasan yang mendorong perkembangan pembiayaan konsumen karena

keterbatasan sumber dana formal, koperasi simpan pinjam sulit berkembang, dan

bank tidak melayani pembiayaan konsumen, pembiayaan lintah darat yang

mencekik.44 Alasan ini pada dasarnya sekaligus menunjukkan arti pentingnya

pembiayaan konsumen sebagai alternatif sumber pembiayaan bagi masyarakat,

khususnya para konsumen. Alasan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Keterbatasan sumber dana formal

44 Ibid, hal. 28.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter ii

Di dalam masyarakat sebenarnya sudah ada lembaga pembiayaan yang bernama

Perum Pegadaian. Namun dalam lembaga ini sistem pembiayaan yang diterapkan

kurang fleksibel, ada keharusan menyerahkan barang jaminan, tidak sesuai

dengan tingkat kebutuhan masyarakat, dan tidak menjangkau masyarakat luas

selaku konsumen. Kondisi tersebut berbeda dengan pembiayaan konsumen,

dimana sistem pembiayaanya fleksibel, tidak memerlukan penyerahan barang

jaminan, menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan konsumen, jumlah pembayaran

setiap angsuran relatif kecil, sehingga terasa sangat meringankan konsumen. Hal

inilah yang mendorong akan arti pentingnya keberadaan lembaga pembiayaan

konsumen bagi masyarakat.

b. Koperasi simpan pinjam sulit berkembang

Koperasi simpan pinjam sebenarnya merupakan salah bentuk usaha pembiayan

konsumen yang tepat bagi masyarakat lapisan bawah yang berpenghasilan

rendah. Koperasi ini membeli barang-barang berdasarkan kebutuhan konsumen

langsung dari pemasok secara tunai, kemudian dijual secara kredit kepada

masyarakat konsumen. Namun dalam kenyataannya koperasi simpan pinjam

belum mampu berfungsi sebagai pembiayaan konsumen hal ini dipengaruhi oleh

berbagai sebab antara lain, oleh managemen koperasi ditangani oleh orang-orang

yang tidak profesional, pembinaan dan pengawasan koperasi lebih menekankan

akan keberadaannya, koperasi tidak mampu menghimpun modal dalam jumlah

yang cukup besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter ii

c. Bank tidak melayani pembiayaan konsumen

Konsumen umumnya adalah masyarakat yang berpenghasilan rendah yang sulit

mengakses bank untuk memperoleh kredit ukuran kecil. Bank pada umumnya

tidak melayani pemberian kredit yang bersifat konsumtif dan ukuran kecil.

Di samping itu, bank selalu menerapkan prinsip jaminan dalam pemberian kredit.

Hal ini sulit dipenuhi oleh konsumen karena dirasakan berat, keadaan ini menjadi

dorongan terhadap keberadaan dan perkembangan lembaga pembiayaan

konsumen yang mampu menampung kebutuhan konsumen secara wajar.

d. Pembiayaan lintah darat yang mencekik

Setiap pembiayaan yang diterapkan oleh lintah darat bersifat tradisional dengan

bunga yang sangat tinggi, bahkan jauh melebihi batas kewajaran yang berlaku

dalam dunia bisnis. Sistem penagihan yang sangat ketat dengan ancaman

penarikan barang jika menunggak, sehingga merupakan momok yang ditakuti

oleh konsumen. Memang disatu sisi lintah darat sebagai penolong konsumen,

namun disisi lain dia berfungsi sebagai pencekik leher konsumen. Keadaan ini

mendorong arti pentingnya keberadaan dan perkembangan lembaga pembiayan

konsumen yang menerapkan sistem pembiayaan secara fleksibel sesuai dengan

kebutuhan tingkat kemampuan konsumen.

8. Jaminan dalam Pembiayaan Konsumen

Sebagai salah satu bentuk usaha dari lembaga pembiayaan konsumen, pada

dasarnya tidak menekan pada aspek jaminan. Namun karena pembiayaan konsumen

merupakan lembaga bisnis, maka dalam kegiatan pembiayaan perusahaan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter ii

pembiayaan konsumen tidak bisa steril dari unsur resiko. Oleh karena itu, dalam

praktek perusahaan pembiayaan konsumen akan meminta jaminan tertentu guna

mengamankan pembiayaan yang diberikan. Menurut Munir Fuady Jaminan yang ada

dalam pembiayaan konsumen pada prinsipnya sama dengan jaminan dalam kredit

bank, khususnya kredit konsumen yaitu jaminan utama, jaminan pokok, dan jaminan

tambahan.45

a. Jaminan Utama

Sebagai pembiayan dalam bentuk kredit, jaminan utamanya adalah

kepercayaan dari perusahaan pembiayaan konsumen (kreditor) kepada konsumen

(debitor) bahwa pihak konsumen dapat dipercaya dan sanggup membayar secara

berkala sampai lunas atas pembiayaan yang telah diterimanya. Perusahaan

pembiayaan konsumen juga menerapakan prinsip-prinsip umum yang berlaku pada

perkreditan. Prinsip yang dimaksud adalah the 5 c�s of credit, yaitu; collateral,

capacity, character, capital, condition of economy.

b. Jaminan Pokok

Di samping jaminan utama untuk lebih mengamankan dana yang telah

diberikan kepada konsumen, perusahaan pembiayaan konsumen biasanya meminta

jaminan pokok yaitu berupa barang yang dibeli dengan dana dari perusahaan

pembiayaan konsumen. Jika dana dari perusahaan pembiyaan konsumen oleh

konsumen digunakan untauk membeli mobil, maka mobil yang bersangkutan menjadi

jaminan pokoknya. Biasanya jaminan tersebut dibuat dakam bentuk fiduciary transfer

45Ibid, hal. 57.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter ii

of ownership (fidusia). Karena adanya fidusia ini maka biasanya seluruh dokumen

yang berkaitan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh

pihak perusahaan pembiayaan konsumen sampai angsuran dilunasi oleh konsumen.

c. Jaminan Tambahan

Walaupun tidak seketat pada jaminan untuk memberi kredit bank, dalam

praktek seiring juga perusahaan pembiyaan konsumen meminta jaminan tambahan

atas transaksi pembiayaan konsumen. Biasanya jaminan tambahan terhadap transaksi

sepert ini berupa pengakuan utang, kuasa menjual barang, dan assigment of prosceed

(cessie) dari asuransi. Disamping itu sering juga diminta persetujuan suami/isteri

untuk konsumen pribadi dan persetujuan Komisaris/RUPS untuk konsumen

perusahaan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

B. Bentuk dan Isi Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Perjanjian pembiayaan konsumen termasuk dalam bentuk perjanjian kredit

yang mana pihak-pihak pemberi biaya berkewajiban memberi sejumlah uang untuk

pembelian suatu barang dan pihak konsumen membayar kembali uang tersebut secara

cicilan. Perjanjian mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian,

pengelolaan maupun penatalaksanan kredit itu sendiri. Menurut Cb. Gatot Wardoyo

yang disitir oleh Djumhana perjanjian mempunyai beberapa fungsi diantaranya:

a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit

merupakan suatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang

mengikutinya misalnya: perjanjian pengikatan jaminan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter ii

b. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan hak dan

kewajiban diantara kreditur dan debitur.

c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.46

Di dalam prakteknya pembiayan konsumen perjanjian kredit umumnya dibuat

dalam bentuk perjanjian baku atau disebut juga perjanjian standart.

Menurut J. Satrio merumuskan perjanjian standart, sebagai perjanjian tertulis yang bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu, yang mengandung syarat-syarat baku, yang oleh salah satu pihak kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk disetujui.47

Ciri dari perjanjian standart adanya sifat uniform atau keseragaman dari

syarat-syarat perjanjian untuk semua perjanjian untuk sifat yang sama. Syarat-syarat baku dalam perjanjian adalah syarat konsep tulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian yang akan masih dibuat yang jumlahnya tidak tertentu, tanpa merundingkan terlebih dahulu isinya.48

Dalam perjanjian standart, adakalanya konsumen bertemu dengan klausula

yang menentukan bahwa pihak yang memperjanjikan klausula itu, membebaskan diri atau membatasi diri dari tanggung jawab yang timbul dari akibat peristiwa tertentu, yang sebenarnya menurut hukum menjadi tanggungannya. Klausula pembebanan seperti itu disebut klausula eksenoratie. 49

Klausula ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, dapat terbentuk

pembebasan sama sekali dari tanggung jawab yang harus dipikul oleh pihaknya

apabila terjadi ingkar janji atau wanprestasi, dapat pula berbentuk pembatasan ganti

rugi yang dapat dituntut dapat pula berbentuk kewajiban untuk tunduk pada syarat,

yang ditentukan kemudian oleh salah satu pihak.

46 M. Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cita Aditya Bakti, Bandung, 2008,

hal. 228. 47 J. Satrio, Beberapa Segi Hukum Standarisasi Perjanjian Kredit, Disampaikan pada

Seminar Masalah Standar Kontrak Dalam Perjanjian Kredit, Surabaya: 11 Desember 1993. 48 Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.2. 49 J. Satrio, hal.30.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter ii

1. Pihak-pihak yang Terkait dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Dalam perjanjian kredit, ada tiga (3) pihak yang terkait di dalamnya yaitu:

a. Supplier, merupakan showroom atau dealer yang menyediakan kendaraan yang

dibutuhkan oleh masyarakat.

b. Debitor, merupakan anggota masyarakat yang menerima kredit.

c. Batavia Prosperindo Finance, suatu perusahaan pembiayaan yang merupakan

salah satu lembaga keuangan yang memberikan kredit pada masyarakat.

Secara skematis dapat digambarkan ;

a. Hubungan Antara Debitor dengan Showroom

Hubungan antara debitor dengan showroom, dimulai dengan adanya

kedatangan calon debitor tersebut ketika melakukan pilihan terhadap kendaraan yang

diminatinya. Showroom akan menawarkan pemberian secara tunai atau kredit.

Hubungan ini akan berakhir setelah debitor membayar uang muka bagi pembelian

kendaraan secara kredit ditambah dengan biaya administrasinya, dan showroom

DEBITOR

SUPPLIER BATAVIA PROSPERINDO FINANCE

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter ii

menyerahkan kendaraan tersebut setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan

dari Batavia Prosperindo Finance.

b. Hubungan Antara Showroom dengan Batavia Prosperindo Finance

Showroom menawarkan pembelian kendaraan secara kredit yang akan

dibiayai oleh PT. Batavia Prosperindo Finance kepada pembelinya, dengan

menghubungi staf bagian kredit marketing perusahaan. Di pihak lain, perusahaan

membiayai pembelian kendaraan tersebut sebesar harga jual tunainya, dikurangi uang

muka yang telah dibayar, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa

showroom menjual kendaraan tersebut secara tunai. Hubungan antara showroom dan

Batavia Prosperindo Finance untuk satu transaksi penjualan kendaraan akan berakhir

setelah showroom menyerahkan BPKB kendaraan yang digunakan sebagai jaminan

hutang debitor.

c. Hubungan antara debitor dengan Batavia Prosperindo Finance

Batavia Prosperindo Finance memberikan fasilitas kredit sehingga debitor

dapat memiliki kendaraan yang diinginkan dengan cepat dan mudah. Di pihak lain,

debitor berkewajiban mengembalikan pokok pinjaman tersebut ditambah dengan

bunga yang telah disepakati bersama untuk jangka waktu tertentu, dengan cara

mengangsurnya secara bulanan. Sebelum fasilitas kredit dicairkan, kedua belah pihak

menandatangani suatu surat perjanjian yang berisikan hak dan kewajiban masing-

masing yang berbentuk �Perjanjian Pembiayaan dengan Menyerahkan Hak Milik

Secara Fidusia�. Artinya, kendaraan yang dibiayai tetap dipegang dan dipergunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter ii

oleh debitor, tetapi debitor tidak lagi sebagai pemilik melainkan hanya sebagai

peminjam atau pemakai saja dari kreditor, selama kewajibannya belum dibayar lunas.

Dalam perjanjian bentuk ini, kreditor hanya mempunyai hak menahan BPKB

kendaraan saja. Hubungan antara debitor dan Batavia Prosperindo Finance berakhir

ketika debitor melunasi seluruh hutangnya, dan menerima kembali BPKB yang

dijaminkannya.

2. Proses Pelaksanaan Kredit

a. Prosedur Pelaksanaan Kredit

PT. Batavia Prosperindo Finance memberikan suatu fasilitas pembiayaan bagi

pembelian kendaraan bermotor roda empat secara kredit, baik kendaraan niaga

maupun kendaraan non-niaga yang sekaligus merupakan jaminan bagi kredit yang

diberikannya. Dalam melaksanakan perjanjian pembiayaan debitor harus terlebih

dahulu mengetahui syarat-syarat permohonan kredit. Dengan demikian, setelah

memperhatikan syarat-syarat permohonan kredit tersebut dapat memutuskan apakah

ia mampu atau tidak untuk melakukan perjanjian tersebut.

Dalam jual-beli mobil secara kredit di PT. Batavia Prosperindo Finance bukan

berarti pembeli langsung membeli/melihat barang di PT. Batavia Prosperindo

Finance, tetapi Batavia Prosperindo Finance hanya memberikan pendanaan bagi

konsumen yang diuraikan di atas. Prosedur yang digunakan oleh PT. Batavia

Prosperindo Finance dalam aktivitasnya memberikan fasilitas pembiayaan pada

debitor adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter ii

Pertama, customer datang langsung ke supplier yang telah menjadi rekanan

PT. Batavia Prosperindo Finance, untuk memilih sendiri kendaraan yang diminatinya.

Disini customer akan dilayani oleh seorang staff customer service ataupun langsung

ditangani oleh salah seorang sales officer supplier dan pada saat ini akan dibicarakan

mengenai besarnya uang muka kendaraan, biaya administrasi yang dibebankan,

tingkat bunga dan jangka waktu kredit beserta dengan syarat-syarat lainnya yang

telah menjadi ketentuan sesuai dengan status calon debitor.

Setelah mendapat kesempatan mengenai semua hal-hal tersebut di atas, pihak

supplier akan menghubungi bagian kredit marketing PT. Batavia Prosperindo Finance

untuk dipertemukan dengan calon debitor. Staff kredit marketing inilah yang akan

melayani dan memproses pembiayaan lebih lanjut. Calon debitor yang ingin

memperoleh bantuan dana, ia harus mengajukan permohonan dengan mengisi

formulir aplikasi. Formulir aplikasi ini harus diisi oleh calon debitor dengan data-data

dirinya secara benar dan lengkap. Data-data yang diisi customer:

a. Apakah sudah pernah dibiayai oleh PT.Batavia Prosperindo Finance atau

belum pernah, status, nomor KTP/KIMS, nama pemohon.

b. Tempat tinggal dan tanggal lahir, jenis kelamin, status pernikahan, nama

suami/istri, jumlah tanggungan.

c. Alamat lengkap.

d. Nomor telepon, status rumah, mulai menempati, pendidikan terakhir.

e. Nama kantor/perusahaan, bidang usaha, jabatan, mulai berkerja.

f. Alamat kantor/perusahaan dan nomor telepon.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Chapter ii

g. Pekerjaan sebelumnya, jangka waktu pekerjaan sebelumnya, belum 1 tahun,

jabatan, mulai bekerja, alamat untuk keperluan surat-menyurat.

h. Gaji dan penghasilan kotor rata-rata perbulan pemohon.

i. Penghasilan tambahan perbulan pemohon dan suami-istri, total penghasilan

kotor perbulan.

j. Nama, alamat dan nomor telepon orang yang dapat dihubungi jika ada

keperluan mendadak.

k. Jika ada pinjaman maka harus dicantumkan data penjamin dalam formulir

aplikasi yang lain.50

Setelah data diri pemohon diisi, maka showroom akan mengisi data-data

kendaraan yang dimaksud. Data-data kendaraan ini diisi guna sebagai salah satu

pertimbangan perusahaan dalam hal menyetujui atau menolak permohonan

pembiayaan. Di samping itu mengisi data-data yang diharuskan dalam formulir

aplikasi, pemohon juga harus melengkapi dokumen-dokumen lain yang tercantum

di dalam formulir aplikasi pembiayaan, yaitu:

1. Jika pemohon berstatus seorang karyawan maka ia harus menyatakan:

a. Foto copy KTP pemohon, suami-istri/dan penjamin (jika diperlukan).

b. Foto copy Kartu Keluarga.

c. Keterangan penghasilan/slip gaji.

2. Jika pemohon berstatus wiraswasta, maka ia harus menyatakan:

a. Foto copy KTP pemohon, suami-istri dan penjamin (jika diperlukan).

50Formulir Permohonan Kredit, PT. Batavia Prosperindo Finance.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Chapter ii

b. Foto copy Kartu Keluarga.

c. Rekening koran 3 bulan terakhir.

d. Foto copy SIUP.

e. Foto copy NPWP.

f. Foto copy laporan keuangan .

3. Jika pemohon berprofesi tertentu, maka ia harus menyatakan:

a. Foto copy KTP pemohon, suami-istri, penjamin.

b. Foto copy Kartu Keluarga.

c. Keterangan penghasilan.

d. Foto copy izin praktek.

4. Jika pemohon adalah Perseroan Terbatas (PT) atau badan hukum, maka yang

harus dilampirkan:

a. Foto copy KTP, Komisaris dan Direktur, atau yang diberi kuasa.

b. Rekening koran 3 bulan terakhir.

c. Foto copy SIUP.

d. Foto copy NPWP.

e. Foto copy TDP/TDR.

f. Foto copy laporan keuangan.

g. Foto copy akte pendirian perusahaan dan perubahannya.51

Informasi mengenai prosedur permohonan pembiayaan dapat dilakukan oleh

calon debitor baik dengan cara menelepon, melalui surat ataupun dengan datang

51Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Chapter ii

langsung ke kantor perwakilan perusahaan, yang akan ditangani oleh staff customer

service. Bagian ini akan tetap memonitor lebih lanjut calon debitor yang ialah

menghubungi, tetapi belum mengisi aplikasi kredit. Setelah itu staff customer service

segera menghubungi bagian kredit marketing untuk segera melaksanakan survey, dan

melengkapi kekurangan serta memeriksa keabsahan dokumen. Formulir aplikasi yang

diisi oleh calon debitor diserahkan kepada bagian kredit marketing untuk diproses

lebih lanjut. Formulir aplikasi yang diisi oleh calon debitor pada bagian kredit

marketing untuk diproses lebih lanjut. Sales officer supplier membawa aplikasi yang

telah diisi untuk diberikan kepada SSO (Showroom Service Officer). Setelah itu dari

SSO ke SRO (Showroom Retention Officer) untuk memproses formulir aplikasi dan

diregistrasi. Disini data calon debitor dan atau keluarganya dimasukkan ke dalam file

dan daftar bad customer, untuk mengetahui apakah calon debitor tersebut merupakan

customer baru atau repeat order dan tidak termasuk bad customer. Jika customer

repeat order maka diperiksa sejarah pembayaran dan saldo piutangnya.

Dari SRO beralih ke scoring officer yang bertugas memasukkan data

ke komputer dan dilanjutkan ke kredit analis. Analis kredit merapukan serangkaian

pekerjaan penguraian dari segala aspek keuangan. Gunanya untuk mengetahui

kemungkinan dapat atau tidaknya suatu permohonanan kredit dipertimbangkan.

Penyusunan laporan analisis yang diperlukan, akan berisi penguraian dan kesimpulan

serta penyajian berbagai alternatif sebagai bahan pertimbangan, untuk pengambilan

keputusan pimpinan dari adanya permohonan kredit. Kredit analis adalah pekerjaan

yang meliputi:

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Chapter ii

a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitor,

b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang

diajukan calon debitor,

c. Pemeriksaan atau penyidikan atas kebenaran dana kewajiban mengenai

hal-hal yang dikemukakan calon debitor dan informasi lainnya yang

diperoleh,

d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah

dilaksanakan.52

Dalam melakukan penyidikan dikenal adanya prinsip penilaian 5C, yaitu:

a. Character, untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas serta itikad baik dari

calon debitor.

b. Capacity, penilaian mengenai sejauhmana kemampuan calon debitor untuk

mengembalikan kredit yang akan diterimanya tepat pada waktunya. Penilaian

tersebut dapat diketahui melalui catatan perusahaan di masa lalu. Dapat juga

dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung.

c. Capital, penilaian yang dilakukan atas jumlah modal sendiri yang dimiliki calon

debitor.

d. Collateral, penilaian terhadap jaminan yang diserahkan calon debitor yang

jumlahnya harus cukup untuk menutupi kerugian, apabila di masa depan kredit

yang diberikan tidak tertagih.

52 Blueprint Training, PT.Batavia Prosperindo Finance.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Chapter ii

e. Condition of Economic, situasi dan kondisi ekonomi, sosial politik yang

mempengaruhi keadaan perekonomian setiap saat yang mungkin akan

mempengaruhi kelancaran usaha dari calon debitor.

Lalu dilanjutkan dengan survei atas nama domisili dan memastikan alamat

koresponden serta data yang diberikan oleh calon debitor. Bila ada data yang tidak

lengkap, maka diminta calon debitor untuk melengkapinya, baik pengisian formulir

aplikasi permohonan pembiayaan, tanda tangan, peta domisili ataupun data lainnya.

Hasil survei diberikan kepada kredit analis, setelah dilihat hasil penyidikan

diberikan oleh OH (Operational Head), disini OH akan membuat permohonan

tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila diterima maka keputusan OH diberikan

kepada kredit analis lagi dan dilanjutkan pada bagian dokumen proses cek. Apabila

bagian ini datanya kurang maka akan terjadi panding atau dibatalkan. Bila tidak ada

masalah langsung ke bagian A/P Payment dan Banking untuk menandatangani

kontrak. Setelah perjanjian pembiayaan itu disetujui maka staff kredit marketing

menyiapkan dokumen pembiayaan dan customer dapat segera melakukan

pembayaran uang muka kendaraan ditambah dengan biaya administrasi kepada

supplier atau menitipkannya ke teller perusahaan.53

Dalam penandatanganan kontrak perjanjian pembiayaan antara debitor dengan

Batavia Prosperindo Finance dilakukan di atas kertas bermaterai, tanpa menggunakan

jasa seorang notaris. Begitu perjanjian selesai dilaksanakan, maka perusahaan dapat

meminta supplier untuk menyerahkan kendaraan yang telah ditentukan sebelumnya

53Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Chapter ii

kepada debitor. Penyerahan kendaraan tersebut dibuktikan dengan adanya faktur

tanda terima penyerahan barang yang masing-masing yang ditandatangani oleh

debitor dan supplier.

Customer menerima BPKB kendaraan baru dari showroom dan diperiksa

kelengkapan seperti BPKB dan faktur blangko kwitansi dan bila kendaraan bekas

pakai ditambah dengan nomor rangka, nomor mesin dan foto copy KTP sesuai

dengan nama yang tertera pada BPKB. Juga diperiksa keabsahan semua BPKB

dengan sinar ultraviolet, cek tulisan dan ciri-ciri lain. Setelah diterima dokumen

pembiayaan yang bercap lunas maka foto copy kontrak perjanjian dan kartu

pembayaran angsuran dikirim kepada konsumen disertai dengan tanda tangan debitor

pada surat pengantarnya.54

3. Jenis-jenis Kredit

Adapun jenis kredit yang dipakai di dalam pemberian fasilitas dari Batavia

Prosperindo Finance pembiayaan adalah sebagai berikut:55

1. Kredit menurut Jaminannya

Dalam pemberian fasilitas kredit, debitur wajib menyerahkan barang

jaminannya berupa kendaraan yang biayai Batavia Prosperindo Finance,

dimana BPKB disimpan perusahaan sementara waktu, selama kredit belum

dibayar lunas. BPKB diterima langsung dari showrooom untuk menjaga

keamanan.

54Ibid. 55Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Chapter ii

2. Kredit menurut sifat penggunaanya.

Fasilitas kredit yang diberikan PT. Batavia Prosperindo finance kepada

debitur hanya untuk pembelian kendaraan bermotor roda roda 4 (empat) ke

atas. Kendaraan tersebut dapat berupa kendaraan non niaga yaitu kendaraan

yang khusus untuk kepentingan pribadi dan kendaraan niaga yaitu kendaraan

yang dipakai dalam jasa pengangkutan umum baik barang atau manusia.

Sehingga jenis kredit tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan sifat

penggunaannya, menjadi kredit konsumtif untuk kendaraan non niaga dan

kredit produktif untuk kendaraan niaga.

3. Kredit menurut jangka waktu

Fasilitas kredit yang diberikan PT. Batavia Prosperindo finance dapat

mencakup kurun waktu 1 (satu) sampai 4 (empat) tahun.

Menurut jangka waktunya, dapat dikelompokkan menjadi kredit jangka

pendek untuk pemberian kredit selama 1 (satu) tahun, dan kredit jangka menengah

untuk pemberian kredit 2 (dua) dan 3 (tiga) tahun dan kredit jangka panjang untuk

pemberian kredit selama 4 (empat) tahun. Penentuan lamanya jangka waktu kredit

yang dapat dinikmati debitur selain merupakan permohonan debitor sendiri pada saat

pengisian formulir aplikasi permohonan debitor, juga merupakan pertimbangan yang

diambil oleh perusahaan dengan mengubah jangka waktu kredit, setelah mengadakan

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Chapter ii

survey untuk menilai kemampuan debitor yang bersangkutan dalam mengembalikan

hutangnya, dengan terlebih dahulu meminta persetujuan calon debitor.56

4. Hak dan Kewajiban Penerima dan Pemberi Kredit

1. Hak Debitur

a. Menerima dan menikmati kendaraan tersebut beserta perlengkapannya,

dalam keadaan baik dan terjamin bahwa tidak ada pihak lain yang

menuntutnya.

b. Menerima faktur dan BPKB atas kendaraan atas kendaraan tersebut bila

angsurannya telah dilunasi.

c. Memperoleh pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor yang

diinginkan.

d. Dalam hal apabila terjadi penjualan kendaraan bermotor tersebut dan hasil

penjualannya dipergunakan untuk memenuhi kewajiban debitur, dan

ternyata ada sisa, maka debitur berhak atas sisa tersebut.

e. Dalam pemakaian kendaraan bermotor tersebut selama uang angsuran

belum lunas maka hak debitur hanya sebagai pemakai.

3. Kewajiban debitur

b. Membayar setiap angsuran tepat pada waktunya sebagaimana yang telah

ditentukan.

c. Memelihara kendaraan tersebut, memperbaiki segala kerusakan apabila

terjadi hal-hal tersebut.

56Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Chapter ii

d. Melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan

perjanjian pembiayaan.

e. Membayar denda apabila terlambat membayar angsuran sebesar 0,5%

per hari.

f. Menyerahkan BPKB atas kendaraan bermotor yang menjadi objek

perjanjian pembiayaan sebagai jaminan.

g. Membayar pajak dan beban lain atas kendaraan mobil tersebut.

h. Mengasuransikan kendaraan mobil tersebut pada perusahaan asuransi

i. Memberitahu secara tertulis kepada kreditur mengenai alamat yang akan

dipergunakan untuk surat-menyurat sehubungan dengan perjanjian

pembiayaan dengan menyerahkan hak milik secara fidusia.

j. Menyerahkan down payment sesuai dengan kesepakatan dengan pihak

Batavia Prosperindo Finance dari harga kendaraan.

k. Apabila terjadi penjualan kendaraan mobil tersebut dan hasilnya

dipergunakan untuk memenuhi kewajiban debitur dan ada sisanya, maka

debitur berhak atas sisa hasil penjualan tersebut.

l. Bila angsuran telah lunas, maka debitur berhak memperoleh hak miliknya

yang diserahkan secara fidusia kepada kreditur sebagai jaminan.

A. Hak Kreditur (Batavia Prosperindo Finance)

b. Menerima uang angsuran dalam waktu yang telah ditentukan dalam

perjanjian hingga lunas seluruhnya sebesar harga dari kendaraan mobil.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Chapter ii

c. Berhak sewaktu-waktu jika dianggap perlu memasuki tempat-tempat dimana

kendaraan itu disimpan untuk memeriksa kendaraan agar dalam keadaan baik

dan terpelihara.

d. Berhak memperoleh pembayaran denda 0, 5% per hari dari debitur yang lalai

melaksanakan kewajibannya.

e. Menyesuaikan jumlah kewajiban pembayaran debitur jika terjadi tindakan

moneter pemerintah Republik Indonesia.

f. Menagih secara seketika dan sekaligus tanpa pemberitahuan terlebih dahulu

kepada kreditur.

g. Memegang copy faktur dan BPKB yang diterbitkan atas kendaraan bermotor

sebagai jaminan dan mempergunakannya bila perlu.

h. Menentukan jumlah tagihan terhadap debitur.

i. Mengambil dan menguasai kendaraan tersebut dan berhak pula dengan

pertolongan pihak yang berwenang mengambil atau menyita kendaraan

mobil tersebut untuk keperluan eksekusi/penjualan.

j. Mengalihkan haknya kepada kreditur lain.

k. Pemberitahuan alamat surat-menyurat debitur untuk keperluan perjanjian

pembiayaan yang dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Chapter ii

B. Kewajiban Batavia Prosperindo Finance

a. Menyerahkan kendaraan kepada debitur, apabila debitur telah

menandatangani surat perjanjian dan membayar uang muka ditambah dengan

biaya administrasi serta asuransi,

b. Menyediakan dana guna pembelian mobil yang dibutuhkan oleh debitur,

c. Menyerahkan surat-surat bukti kepemilikan kendaraan tersebut (copy faktur

dan BPKB) apabila debitur telah melunasi angsuran mobil tersebut,

d. Menjamin bahwa kendaraan mobil tersebut bebas dari sitaan dan gangguan

dari pihak lain.57

5. Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Perjanjian Pembiayaan Secara Kredit di Batavia Prosperindo Finance

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon pembeli:

1. Debitur (pembeli) memberi kuasa yang tidak dapat dicabut kembali oleh

kreditur untuk dan atas nama serta guna kepentingan debitur mempergunakan

dana yang diperoleh dan pencairan fasilitas pembiayaan ini untuk pembayaran

harga barang kepada penjual serta menerima tanda terima pembayaran dari

penjual yang juga merupakan bukti penerimaan pinjaman dari kreditur kepada

debitur.

2. Pencairan fasilitas kredit ini dilakukan setelah debitur memenuhi seluruh

kewajiban yang ditentukan oleh kreditur.

57Perjanjian Kredit, PT.Batavia Prosperindo Finance.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Chapter ii

3. Debitur wajib membayar setiap angsuran tepat waktu sebagai mana ditentukan

dalam perjanjian tidak dapat mengguanakan alasan apapun untuk menunda

pembayaran atau membuat permohonan penjadwalan kembali pembayaran

atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada debitur.

4. Untuk setiap hari keterlambatan membayar jumlah uang yang seharusnya

dibayar oleh debitur kepada kreditur, debitur membayar kepada kreditur

denda keterlambatan atas jumlah uang tersebut atau sisanya sebesar 0,5%

per hari, denda mana dapat ditagih secara seketika dan sekaligus tanpa

diperlukan teguran untuk itu oleh kreditur kepada debitur.

5. Apabila terjadi tindakan moneter oleh pemerintah Indonesia, maka kreditur

dapat menyesuaikan jumlah kewajiban pembayaran debitur kepada kreditor

sebagaimana akan diberitahukan secara tertulis kepada debitor dan debitor

wajib mengikuti penyesuaian tersebut.

6. Semua pembayaran harus dilakukan kepada dan di kantor kreditur atau

di tempat lain yang sewaktu-waktu ditentukan oleh kreditur.

7. Pembayaran dengan cheque dan giro bilyet, dianggap sebagai pembayaran

apabila cheque dan giro bilyet tersebut telah diuangkan dan dipindah bukukan

dengan cara sebagai mana mestinya, dan pembayaran dengan cheque dan giro

bilyet dibuat atas nama kreditur dan kata-kata pembawa agar dicoret.

8. Seluruh hutang debitur kepada kreditur, oleh kreditur dapat ditagih seketika

sekaligus tanpa pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu oleh kreditur

kepada debitur apabila:

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Chapter ii

b. Debitur mengajukan permohonan untuk dinyatakan pailit atau debitur

mengajukan permohonan penundaan pembayaran hutang-hutangnya,

c. Harta kekayaan debitur atau seluruhnya disita oleh pihak lain,

d. Debitur meninggal dunia, kecuali bila penerima hak atau para ahli

warisnya dapat memenuhi semua kewajiban debitur dan dalam hal ini

disetujui oleh kreditur,

e. Debitur ditaruh di bawah pengampuan (Onder Curatele Gesteld) atau

karena sebab atau apapun tidak cakap atau berhak atau berwenang bagi

untuk melakukan tindakan pengurusan atau pemilikan atas dan terhadap

harta kekayaannya baik sebagian atau seluruhnya,

f. Debitur lalai dalam membayar salah satu angsuran atau angsurannya, atau

debitur sering melalaikan kewajibannya,

g. Barang jaminan tersebut dipindahtangankan atau dijaminkan kepada pihak

ketiga, tanpa mendapat persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari

kreditur,

h. Debitur tersangkut dalam kasus suatu perkara pidana.

9. Untuk menjamin pembayaran seluruh kewajiban pembayaran debitur kepada

kreditur, baik yang timbul dari perjanjian ini dan atau perjanjian lainnya

dibuat oleh debitur dan kreditur, maka debitur dengan ini menyerahkan

kepada kreditur hak miliknya secara fidusia atas barang dan jaminan lainnnya

yang tercantum dalam 4 butir perjanjian pembiayaan dengan menyerahkan

hak milik secara fidusia atau secara bersama-sama disebut �barang� dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Chapter ii

syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang lazim dipergunakan dengan

menyerahkan hak milik secara fidusia antara lain:

a. Barang tersebut tetap dipegang oleh debitur, tetapi debitur tidak lagi

sebagai pemilik melainkan sebagai peminjam atau pemakai saja dari

kreditur.

b. Debitur mengetahui dan menyetujui bahwa faktur atau BPKB akan

dikeluarkan atas nama debitur, akan tetapi selama hutang debitur kepada

kreditur belum dibayar lunas, maka surat-surat bukti kepemilikan

kendaraan bermotor tersebut akan ditahan dan disimpan kreditur dan

untuk dipergunakan dimana dan bilamana perlu debitur dengan cara dan

alasan apapun juga tidak berhak untuk meminta atau meminjam BPKB

dan faktur tersebut di atas selama seluruh hutang debitur kepada kreditur

belum dibayar lunas.

c. Debitur dilarang untuk meminjamkan, menyewakan, mengalihkan,

menjaminkan atau menyerahkan penguasaan atau penggunaan atas barang

tersebut kepada pihak ketiga dengan jalan apapun juga.

d. Debitur wajib memelihara dan mengurus barang tersebut sebaik-baiknya

dan melakukan segera pemeliharaan dan perbaikan atas biaya sendiri dan

bila ada bagian dari kendaraan yang diganti atau ditambah, maka itu

termasuk dalam penyerahan secara fidusia kepada kreditur.

e. Kreditur atau kuasanya berhak untuk sewaktu-waktu jika dianggap perlu

memasuki tempat-tempat dimana orang tersebut disimpan atau terdapat,

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Chapter ii

atau diduga oleh kreditur berada di tempat tertentu untuk memeriksa

keadaanya serta melihat adanya. Kreditur berhak pula atas biaya debitur

agar barang tersebut dalam keadaan baik dan terpelihara, yaitu dalam hal

debitur lalai melakukan sendiri.

f. Segala pajak dan beban lainnya yang sekarang telah dan atau kemudian

hari akan dikenakan terhadap barang wajib dipikul dan dibayar

seluruhnya oleh debitur. Debitur harus mengasuransikan barang tersbut

kepada bahaya/kecelakaan dengan premi yang dibayar oleh debitor.

Apabila debitur lalai mengasuransikan barang tersebut maka segala resiko

terhadap kecelakaan dan kehilangan sepenuhnya ditanggung oleh debitur.

Pelanggaran terhadap ketentuan ini tidak dapat dijadikan alasan untuk

tidak melaksanakan atau menunda kewajiban pembayaran angsuran

debitur kepada kreditur.

g. Apabila tidak melunasi hutangnya, atau tidak memenuhi kewajibannya

kepada atau terhadap kreditur, maka kreditur berhak dan dengan diberi

kuasa dengan hak substitusi oleh debitur untuk secara di bawah tangan

atau dengan perantara pihak lain siapapun adanya barang tersebut di atas,

demikian dengan harga pasar dengan layak dan syarat-syarat serta

ketentuan yang dianggap baik oleh kreditur.

h. Setelah barang ditarik atau diambil oleh kreditur, debitur melepaskan

haknya untuk membayar jumlah angsuran yang telah lewat waktu jatuh

tempo tersebut dan kreditur berhak penuh melaksanakan penjualan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 44: Chapter ii

barang yang diambil tersebut. Untuk menghadap kepada siapapun dan

dimanapun, memberikan dan meminta keterangan membuat atau

menyuruh pembuat akta atau perjanjian antara lain: akta jual-beli, atau

risalah lelangnya, menandatangani tanda penerimanya, menyerahkan

barang tersebut kepada yang berhak menerimanya dan selanjutnya

melakukan tindakan tanpa ada yang dikecualikan guna tercapainya

penjualan tersebut di atas, kreditur berkewajiban untuk setelah dari uang

hasil penjualan dibayarkan ke semua ongkos pajak lainnya,

mempergunakan sisa uang hasil penjualan itu untuk melunasi semua

hutang dan dendanya dan memenuhi semua kewajiban debitur, kepada

atau terhadap kreditur, maka debitur tetap berkewajiban wajib membayar

sisa hutang tersebut kepada kreditor tersebut dalam waktu 2 minggu

setelah pemberitahuan kreditur kepada debitur.

i. Kreditur pada waktu menggunakan haknya berdasarkan perjanjian ini dan

atau surat perjanjian lainnya yang dibuat oleh kreditur, berhak untuk

menentukan sendiri seluruh jumlah penagihannya terhadap debitor baik

yang berupa pokok hutang atau sisa pokok hutang, denda, biaya

pelelangan atu penjualan, honorarium pengacara atau kuasa untuk

menagih serta biaya-biaya atau jumlah uang lainnya yang wajib

ditanggung atau dibayar oleh debitur. Debitur dengan ini melepaskan

semua haknya untuk mengajukan keberadaan atau tuntutan hasil penjualan

barang dan potongannya serta jumlah hutangnya atau sisa hutang bunga

Universitas Sumatera Utara

Page 45: Chapter ii

dan biaya-biaya lain, denda, ongkos yang bersangkutan dengan

pengambilan kembali dan penjualan barang sebagaimana yang diuraikan

di atas.

j. Dengan tidak mengurangi kewajiban debitur untuk membayarkan, maka

dalam hal ini terlambat diserahkannya barang tersebut dari debitur atau

pihak lain yang menguasai barang tersebut dan atau berhak pula dengan

pertolongan alat-alat negara yang berwenang mengambil atau menyita

barang-barang tersebut untuk keperluan eksekusi atau penjualan satu dan

lainnya atas biaya dan resiko segalanya berada di debitur.

k. Semua piutang kreditur terhadap debitur berdasarkan perjanjian ini atau

perjanjian lainnya antara debitur dengan kreditur dapat dialihkan oleh

kreditur pada pihak lain, siapapun adanya dan debitur dengan ini

memberikan persetujuan di muka atau pengalihan tersebut, tanpa

diperlukan pemberitahuan resmi atau dalam bentuk apapun juga.

l. Semua kuasa tersebut di dalam akta ini bersifat tetap dan tidak dapat

ditarik kembali, selama debitor masih mempunyai hutang kepada kreditor

atau belum memnuhi semua kewajibannya terhadap kreditor.

m. Debitor wajib memberitahukan secara tertulis kepada kreditor mengenai

alamat yang akan digunakan untuk surat-menyurat sehubungan dengan

perjanjian ini, dan alamat baru setiap kali debitor pindah alamat.

n. Apabila timbul perselisihan sebagai akibat dari perjanjian, pertama-tama

akan diselesaikan secara musyawarah antar kedua belah pihak, tetapi

Universitas Sumatera Utara

Page 46: Chapter ii

apabila tercapai penyelesaian dalam musyawarah, kedua belah pihak

sepakat agar sengketa yang timbul diselesaikan di Pengadilan Negeri.58

C. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Eksekusi Objek Jaminan Fidusia Lembaga Pembiayaan Konsumen

Sebelum terjadinya eksekusi ada beberapa tahapan yang harus dipenuhi agar

kekuatan eksekutorial dari Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia dapat dapat

terpenuhi adapun tahapan-tahapan sebagai berikut:

Dalam Pasal 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia menegaskan bahwa:

a. 1. Akta Jaminan Fidusia yang dibuat wajib di daftarkan

2. Pendaftaran Jaminan Fidusia meliputi:

a. Akta jaminan Fidusia yang berada dalam negeri.

b. maupun yang di luar negeri.

Tujuannya adalah memenuhi azas publisitas dan keterbukaan, mengenai segala

keterangan yang ada di Kantor Pendaftaran Fidusia terbuka untuk umum selain

itu tujuan dari pendaftaran ini adalah sebagai jaminan kepastian terhadap kreditor

lain mengenai kebenaran benda yang dibebani dengan jaminan fidusia.

b. Selanjutnya di dalam Pasal 12 ayat (1) Pendaftaran dilakukan di tempat kedudukan

penerima fidusia.

c. Tempat pendaftaran dimana kedudukan dari penerima fidusia.

d. Permohonan pendaftaran bisa dilakukan oleh penerima fidusia atau kuasanya atau

juga boleh diwakilkan Pasal 13 ayat (1).

58Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: Chapter ii

e. Pencatatan jaminan fidusia dalam Pasal 13 ayat (2).

f. Tata cara pendaftaran sesuai aturan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun

2000, tanggal 28 September 2000.

Dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, dasar lahirnya

hak eksekusi:

1. Adanya cidera janji

Adapun cidera janji yang diatur dalam KUHPerdata Pasal 1243 unsur-unsurnya

antara lain:

1. Lalai memenuhi perjanjian,

2. Tidak memenuhi prestasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

2. Dalam perjanjian telah diatur secara rinci mengenai hal-hal yang berkenaan

dengan cidera janji (event of default) di dalam kontrak.

Cidera janji bisa berupa lalainya debitur memenuhi pelunasannya pada saat

utangnya sudah matang untuk ditagih, maupun tidak dipenuhi janji-janji yang

diperjanjikan, baik dalam perjanjian pokok maupun dalam perjanjian

penjaminannya, sekalipun utangnya sendiri belum matang untuk ditagih. Salah

bentuk dari bentuk cidera janji ini adalah kredit macet.

Kredit macet tidak terjadi begitu saja secara mendadak, pada sebagian besar

kejadian berbagai macam gejala penurunan pada ketetapan pembayaran pada setiap

bulannya. Dari beberapa bentuk penyimpangan yang sering muncul ke permukaan

adanya permintaan debitur untuk memperpanjang jangka waktu kredit yang telah

Universitas Sumatera Utara

Page 48: Chapter ii

ditetapkan dalam perjanjian kredit pada awalnya. Selain itu adanya keterlambatan

pembayaran bunga atau cicilan kredit yang telah jatuh tempo.

Faktor-faktor penyebab kredit macetmenurut AHok, Supervisor pada PT. Batavia

Prosperindo Finance59 dapat dikategorikan dalam 3 bagian:

1. Karakter debitur.

a. Adanya debitur yang berwatak buruk dan dari semula memang tidak berminat

untuk melunasi utangnya.

b. Debitur yang berwatak jujur, tetapi tertimpa musibah sehingga tidak mampu

memenuhi kewajibannya.

2. Kondisi ekonomi

a. Terjadinya penurunan pendapatan bagi debitur sehingga tidak dapat

melakukan pembayaran atau cicilan.

b. Bangkrutnya usaha yang selama ini dijalankan oleh debitur sehingga sulit

baginya untuk melakukan pembayaran cicilan pada kredit kendaraan

bermotor.

3. Krisis global

a. Terjadi pemutusan kerja pada debitur pada debitur.

b. Peningkatan suku bunga yang melonjak tajam.

Ketika para pihak membuat suatu perjanjian, tentunya mereka mengharapkan

agar perjanjian itu dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam perjanjian

59Wawancara dengan AHok, Supervisor pada PT. Batavia Prosperindo Finance, tanggal 5 Juni

2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: Chapter ii

pembiayan ini debitor mengharapkan agar barang yang dipakai menjadi miliknya

sedangkan kreditor mengharapkan angsuran dibayar tepat pada waktunya. Namun

kadang-kadang perjanjian yang telah dibuat tidak dapat terlaksana sebagaimana

mestinya seperti yang diharapkan. Tidak terlaksananya atau tidak melakukan apa

yang diperjanjikan disebut wanprestasi. Menurut Subekti membagi wanprestasi

menjadi 4 (empat) macam:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan,

2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan,

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat,

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.60

Tiga macam wanprestasi yang pertama biasanya terjadi pada perjanjian untuk

memberikan sesuatu. Pembagian wanprestasi seperti di atas memang agak terperinci,

biasanya bentuk wanprestasi yang pertama dan keempat digabung menjadi satu.

Yaitu menjadi tidak memenuhi prestasi sama sekali, sehingga menjadi 3 (tiga) macam

wanprestasi:

a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali,

b. Terlambat memenuhi prestasi,

c. Memenuhi prestasi tidak baik atau tidak sempurna.

�Wanprestasi terjadi apabila seorang debitor tidak dapat membuktikan bahwa

tidak dapatnya ia melakukan prestasi adalah diluar kesalahannya atau dengan kata

lain tidak tidak dapat membuktikan adanya force majeur, jadi dalam hal ini debitor

60 R. Subekti, Op. cit, hal.147.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: Chapter ii

jelas bersalah.�61Menurut Pasal 7 huruf (f) Perjanjian Pembiayaan Konsumen

menyebutkan bahwa dalam hal terjadinya suatu peristiwa atas kendaran tersebut yang

dijaminkan secara fidusia baik berupa kerusakan sebagian maupun musnah ataupun

hilang tanpa dapat diperoleh kembali baik kendaraan tersebut diasuransikan atau

tidak oleh penerima kredit. Penerima kredit tetap mengikatkan diri dan berjanji serta

bertanggung jawab penuh atas penyelesaian/pelunasan berdasarkan perjanjian ini

seluruhnya tanpa kecuali.

Berdasarkan ketentuan pasal 7 huruf (f) Perjanjian Pembiayaan Konsumen

pihak debitur tetap bertanggung jawab atas perikatan perjanjian tersebut meskipun

telah nyata bahwa adanya ketidaksengajaan dari debitur dalam hal ini keadaan

memaksa.

Menurut analisis penulis bahwa ketentuan dalam pasal ini tidak ada

keseimbangan antara hak debitur dengan hak kreditur, padahal Undang-Undang

dalam hal ini KUHPerdata sudah jelas mengatur mengenai force majeur apabila bisa

dibuktikan maka pihak debitur terlepas dari segala tuntutan tersebut.

Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak

yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk

memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak

pun yang dirugikan karena wanprestasi. Tindakan wanprestasi dapat terjadi karena:

a. Karena kesengajaan,

b. Karena kelalaian.

61 A. Qirom Syamsudin Meliala, Op.cit. hal. 26.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: Chapter ii

c. Tanpa kesalahan (tanpa kesengajaan atau kelalaian)

Jenis-jenis prestasi yang dilakukan debitor dapat dilihat dari tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 Jenis-Jenis Prestasi

No. Jenis-Jenis Prestasi Jumlah Persentase (%)

1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali

- -

2. Terlambat memenuhi prestasi 13 65% 3. Memenuhi prestasi secara tidak

baik/tidak sempurna 4 20%

4. Memenuhi prestasi dengan baik 3 15% Jumlah 20 100%

Sumber: Data diolah dari PT.Batavia Prosperindo Finance dari 2009-2010.

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa debitor mempunyai 4 (empat) kriteria

dalam hal melaksanakan kewajibannya. Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa 65%

dari nasabah atau debitur terlambat memenuhi prestasi dalam hal ini pembayaran

angsuran yang dilakukan oleh nasabah tidak tepat waktu sebagaimana yang telah

ditentukan tanggalnya di dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Prestasi yang

dipenuhi terlambat tetapi tidak sampai pada penarikan barang jaminan hanya sudah

ada denda dan bunga dari tagihan pokok. Dari 20% nasabah yang memenuhi prestasi

secara tidak baik dengan ketentuan prestasi dilakukan tetapi tidak sempurna. Menurut

data lapangan pada PT. Batavia Prosperindo Finance bahwa besarnya jumlah nasabah

yang terlambat atau tidak sempurna dalam pemenuhan prestasi tersebut dipengaruhi

juga oleh lamanya jangka waktu kredit yakni dalam kurun waktu 2 sampai 3 tahun.

Namun demikian Pihak PT. Batavia Prosperindo Finance mempunyai solusi-solusi

Universitas Sumatera Utara

Page 52: Chapter ii

untuk menyelesaikan masalah keterlambatan memenuhi kewajibannya. Pihak Batavia

Prosperindo Finance masih memberikan keringanan untuk debitor agar tidak sampai

dilakukan eksekusi yang berakibat fatal bagi debitor.

Sejak kapan debitor wanprestasi, didalam praktek dianggap bahwa

wanprestasi tidak secara otomatis terjadi, kecuali apabila telah disepakati oleh para

pihak, bahwa prestasi itu ada sejak tanggal yang disebutkan dalam perjanjian telah

lewat waktunya. Sehingga untuk memastikan sejak kapan adanya wanprestasi,

diadakan upaya hukum yang dinamakan �in gebreke stelling� yakni penentuan mulai

terjadinya wanprestasi atau istilah lain disebut �somasi�.

Dalam hal hapusnya perjanjian positif tidak perlu dilakukan in gebreke

stelling, sedangkan pada hapusnya perjanjian yang negatif in gebreke stelling perlu

dilakukan, yang positif artinya kreditur tidak mendapat untung.62

Dengan demikian baru dapat dinyatakan wanprestasi, kalau sudah diperingati

terlebih dahulu oleh kreditor. Peringatan ini disebut �somasi� yaitu perintah dari

kreditor kepada debitor supaya melaksanakan prestasi yang telah ditentukan dalam

perjanjian. Somasi dapat berupa adanya perintah dalam bentuk surat, telegram.

Dari hasil penelitian suatu kredit dikategorikan macet pada PT. Batavia

Prosperindo Finance cabang Medan tertundanya pembayaran atau terjadi kelalaian

pelaksanaan pembayaran yang telah ditentukan dalam perjanjian kredit. Oleh karena

itu apabila debitur tidak memenuhi kewajiban membayar angsuran yang telah

ditentukan jumlahnya di dalam perjanjian sampai perjanjian utang-piutang itu

62 A. Qirom Syamsudin Meliala, Op.cit, hal. 28.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: Chapter ii

berakhir maka debitor tersebut dikatakan telah melakukan wanprestasi.

Keterlambatan pada H-1 (lewat satu hari) dihubungi melalui telepon, apabila belum

juga ada pembayaran angsuran sampai pada H-7 (lewat tujuh hari) dikeluarkan surat

teguran (somasi), sampai pada H-21 (lewat dua puluh satu hari). Adanya peringatan

yang dilakukan pihak finance dengan surat teguran atau somasi dengan melalui

beberapa tahap:

1. Peringatan pertama merupakan teguran awal yang disampaikan oleh PT. Batavia

Prosperindo Finance kepada debitur untuk senantiasa berbuat sebagaimana yang

telah diperjanjikan.

2. Peringatan kedua pada hakikatnya merupakan peringatan yang disampaikan oleh

pihak Batavia Prosperindo Finance untuk menindkalanjuti peringatan pertama

yang juga belum dipenuhi oleh debitur, pada peringatan kedua ini lebih tegas dari

peringatan pertama, dengan harapan agar debitur benar-benar melaksanakan apa

yang menjadi kewajibannya.

3. Peringatan ketiga merupakan teguran akhir yang dilakukan PT. Batavia

Prosperindo Finance terhadap debitur yang tetap tidak memenuhi apa yang

menjadi kewajibannya meskipun telah diperingatkan sebelumnya. Jika debitur

tetap tidk mengindahkan peringatan terakhir ini maka kendaraan debitur yang

sebagai jaminan tersebut dapat ditarik dengan berdasarkan surat kuasa menarik

objek jaminan fidusia yang telah dibuat sebelumnya bersamaan dengan akta

fidusia.

Universitas Sumatera Utara