Chapter II

download Chapter II

of 18

description

mata jurnal

Transcript of Chapter II

  • BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    2.1. Definisi

    Retinoblastoma adalah suatu keganasan intraokular primer yang

    paling sering pada bayi dan anak dan merupakan tumor neuroblastik

    yang secara biologi mirip dengan neuroblastoma dan meduloblastoma

    (Skuta et al. 2011) (Yanoff M, 2009)

    2.2. Epidemiologi

    Retinoblastoma merupakan tumor intraokular yang paling

    sering pada anak-anak dan berjumlah sekitar 3% dari seluruh tumor pada

    anak.

    Frekuensi retinoblastoma 1:14000 sampai 1:20000 kelahiran hidup,

    tergantung Negara. Di Amerika Serikat diperkirakan 250-300 kasus baru

    Retinoblastoama setiap tahun.

    Kasus retinoblastoma bilateral secara khas didiagnosis pada tahun

    pertama kehidupan dalam keluarga dan pada kasus sporadik unilateral

    didiagnosis antara umur 1-3 tahun. Onset diatas 5 tahun jarang terjadi.

    (Skuta et al. 2011)(Kanski J Jack, 2007) (Clinical Opthalmology, 2007)

    Epidemiologi retinoblastoma : (Skuta et al. 2011) (Clinical

    Opthalmology, 2007)

    - Tumor intraokular paling sering pada anak

    5

    Universitas Sumatera Utara

  • - Tumor intraokular ketiga paling sering dari seluruh tumor

    intraokular setelah melanoma dan metastasis pada seluruh

    populasi

    - Insiden 1: 14 000 1: 20 000 kelahiran hidup

    - 90 % dijumpai sebelum umur 3 tahun

    - Terjadi sama pada laki-laki dan perempuan

    - Terjadi sama pada mata kiri dan kanan

    - Tidak ada predileksi ras

    - 60-70% unilateral (rata-rata umur saat diagnosis 24 bulan)

    - 30-40% bilateral (rata-rata umur saat diagnosis 14 bulan)

    Di Inggris sekitar 40 sampai dengan 50 kasus baru terdiagnosa

    setiap tahun. Banyak anak-anak didiagnosa sebelum usia mereka 5

    tahun. Di Inggris dengan kasus bilateral yang terdapat sejak usia pertama

    kehidupan rata-rata didiagnosa saat usia 9 bulan. Pada kasus unilateral

    didiagnosa antara 24 dan 30 bulan. (http://en.wikipedia.org/wiki/

    retinoblastoma. Selama bertahun-tahun, dilaporkan usia rata-rata

    diagnosis 18 bulan, dengan usia rata-rata diagnosis kasus bilateral terjadi

    pada 12 bulan dan kasus unilateral pada 24 bulan. Baru-baru ini, peneliti

    Eropa telah mempertanyakan dasar pada asumsi yang

    dibuat e

    pidemiologi telah melaporkan bahwa usia saat diagnosis kasus

    unilateral mungkin sama dengan kasus bilateral. (Epidemiologi

    Retinoblastoma, 2012)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3 Etiologi

    Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak

    pada lengan panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode

    protein pRB, yang berfungsi supresor pembentukan tumor. pRB adalah

    nukleoprotein yang terikat padaDNA (Deoxiribo Nucleid Acid) dan

    mengontrol siklus sel pada transisi dari fase S. Jadi mengakibatkan

    perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum berakhir. (Skuta et

    al. 2011)

    Gen retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang

    adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit

    yang herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel tubuhnya;

    apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami

    mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang

    nonherediter, kedua alel gen retinoblastoma normal di sel retina yang

    sedang tumbuh diinaktifkan oleh mutasi spontan.(Yanoff, 2009)

    2.4 Patofisiologi

    Teori tentang histogenesis dari retinoblastoma yang paling banyak

    dipakai adalah secara umum berasal dari sel prekursor multipotensial

    mutasi pada lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat

    berkembang pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular,

    tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang

    akan dipaparkan di bawah ini.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pola Penyebaran Tumor (Skuta et al. 2011) (Kanski, 2007)

    1. Pola pertumbuhan

    Retinoblastoma intraokular dapat menampakkan sejumlah pola

    pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai

    gambaran massa putih sampai coklat muda yang menembus membran

    limiting interna. Retinoblastoma endofitik kadang berhubungan dengan

    vitreus seeding. Sel-sel dari retinoblastoma yang masih dapat hidup

    terlepas dalam vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat

    menimbulkan perluasan tumor melalui mata. Vitreous seeding

    sebagian kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip

    endopthalmitis, vitreous seeding mungkin juga memasuki bilik mata

    depan, dimana dapat berkumpul di iris membentuk nodule atau

    menempati bagian inferior membentuk pseudohypopyon

    Tumor eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada

    ruang subretinal, jadi mengenai pembuluh darah retina yang sering

    kali terjadi peningkatan diameter pembuluh darah dan lebih pekat

    warnanya. Pertumbuhan retinoblastoma eksofitik sering dihubungkan

    dengan akumulasi cairan subretina yang dapat mengaburkan tumor

    dan sangat mirip ablasio retina eksudatif yang memberi kesan suatu

    Coats disease lanjut. Sel retinoblastoma mempunyai kemampuan

    untuk implant dimana sebelumnya jaringan retina tidak terlibat dan

    tumbuh. Dengan demikian membuat kesan multisentris pada mata

    dengan hanya tumor primer tunggal. Sebagaimana tumor tumbuh,

    Universitas Sumatera Utara

  • fokus kalsifikasi yang berkembang memberikan gambar khas chalky

    white appearance.

    Invasi saraf optikus; dengan penyebaran tumor sepanjang ruang

    subarachnoid ke otak. Sel retinoblastoma paling sering keluar dari

    mata dengan menginvasi saraf optikus dan meluas kedalam ruang

    subrahnoid. Diffuse infiltration retina

    Pola yang ketiga adalah retinoblastoma yang tumbuh

    menginfiltrasi luas yang biasanya unilateral, nonherediter, dan

    ditemukan pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor

    dijumpai adanya injeksi conjunctiva, anterior chamber seeding,

    pseudohypopyon, gumpalan besar sel vitreous dan tumor yang

    menginfiltrasi retina, karena masa tumor yang dijumpai tidak jelas,

    diagnosis sering dikacaukan dengan keadaan inflamasi seperti pada

    uveitis intermediate yang tidak diketahui etiologinya. Glaukoma

    sekunder dan rubeosis iridis terjadi pada sekitar 50% kasus.

    Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak

    dan tulang.(Kanski:2007) (Vaughan, 2010)

    Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk masuk

    ke orbita. Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis

    sebagaimana tumor tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel

    tumor menginvasi trabecular messwork, memberi jalan masuk ke

    limphatik conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan

    cervical yang dapat teraba. (Skuta et al. 2011)

    Universitas Sumatera Utara

  • Di Amerika Serikat, pada saat diagnosis pasien, jarang dijumpai

    dengan metastasis sistemik dan perluasan intrakranial. Tempat

    metastasis retinoblastoma yang paling sering pada anak mengenai

    tulang kepala, tulang distal, otak, vertebra, kelenjar limphe dan viscera

    abdomen.(Clinical Opthalmology, 2007) (Skuta et al. 2011)

    2.5. Manifestasi Klinis

    Tanda-tanda retinoblastoma yang paling sering dijumpai adalah

    leukokoria (white pupillary reflex) yang digambarkan sebagai mata yang

    bercahaya, berkilat, atau cats-eye appearance, strabismus dan inflamasi

    okular. Gambaran lain yang jarang dijumpai, seperti heterochromia,

    hyfema, vitreous hemoragik, sellulitis, glaukoma, proptosis dan hypopion.

    Tanda tambahan yang jarang, lesi kecil yang ditemukan pada

    pemeriksaan rutin. Keluhan visus jarang karena kebanyakan pasien anak

    umur prasekolah. (Skuta et al. 2011)

    Tanda Retinoblastoma :

    Pasien umur < 5 tahun

    Leukokoria (54 62 %)

    Strabismus (18%-22%)

    Hypopion

    Hyphema

    Heterochromia

    Spontaneous globe perforation

    Universitas Sumatera Utara

  • Proptosis

    Katarak

    Glaukoma

    Nystagmus

    Tearing

    Anisocoria

    Pasien umur > 5 tahun

    Leukokoria (35%)

    Penurunan visus (35%)

    Strabismus (15%)

    Inflamasi (2%-10%)

    Floater (4%)

    Nyeri (4%)

    2.6 Klasifikasi

    Klasifikasi Reese-Ellsworth adalah metode penggolongan

    retinoblastoma intraokular yang paling sering digunakan, tetapi klasifikasi

    ini tidak menggolongkan retinoblastoma ekstraokular. Klasifikasi diambil

    dari perhitungan jumlah, ukuran, lokasi tumor dan dijumpai atau tidak

    dijumpai adanya vitreous seeding.

    Universitas Sumatera Utara

  • Klasifikasi Reese-Ellsworth

    Group I

    a. Tumor Soliter, ukuran kurang dari 4 diameter disc, pada atau

    dibelakang equator

    b. Tumor Multipel, ukuran tidak melebihi 4 diameter disc, semua

    pada atau dibelakang equator

    Group II

    a. Tumor Soliter, ukuran 4-10 diameter disc, pada atau dibelakang

    equator

    b. Tumor Multipel, ukuran 4-10 diameter disc, dibelakang equator

    Group III

    a. Ada lesi dianterior equator

    b. Tumor Soliter lebih besar 10 diameter disc dibelakang equator.

    Group IV

    a. Tumor Multipel, beberapa besarnya lebih besar dari 10 diameter

    disc

    b. Ada lesi yang meluas ke anterior ora serrata

    Group V

    a. Massive Seeding melibatkan lebih dari setengah retina

    b. Vitreous seeding

    Childrens Oncology Group (COG) sekarang ini melakukan evaluasi

    sebuah sistem klasifikasi internasional yang baru, yang akan digunakan

    Universitas Sumatera Utara

  • pada percobaan klinis serial yang akan datang. (Skuta et al. 2011)

    International Classification: (Skuta et al. 2011) (Shui H Lee,

    2009)

    (Shui

    H Lee, 2009)

    Group A Tumor kecil, ukuran < 3mm

    Group B tumor besar, ukuran >3mm

    Macula

    Juxtapapillary

    Sub-retinal fluid

    Lokasi di makula (< 3 mm dari Foveola)

    Lokasi di Juxtapapillary

    - (< 1.5 mm dari papil)

    - Dengan cairan sub retina, 3 mm dari margin

    Group C penyebaran local, retinoblastoma dengan :

    Penyebaran Sub-retina < 3mm dari RB

    Penyebaran vitreous < 3 mm dari RB

    Penyebaran sub-retina dan Vitreous < 3 mm dari RB

    Group D Penyebaran diffuse RB dengan :

    Cairan Sub-retinal > 3mm dari RB

    Penyebaran Sub-retinal > 3mm dari RB

    Penyebaran Vitreous > 3 mm dari RB

    Penyebaran sub-retinal dan Vitreous > 3 mm dari RB

    Universitas Sumatera Utara

  • Group E Penyebaran ekstensive RBMelibatkan > 50% dari bola mata

    atau ;

    Neovascular glaucoma

    Media opaque akibat perdarahan bilik mata depan, viterous atau

    ruang sub retina

    Invasi nervus optic post laminar, koroid (>2mm), sclera, orbit,

    dan bilik mata depan

    Pthisis bulbi post RB

    Selulitis orbita yang merupakan tumor nekrosis aseptik

    2.7 Diagnosis

    Pemeriksaan dengan keadaan anastesi (Examination under

    anesthesia / EUA) diperluan pada semua pasien untuk mendapatkan

    pemeriksaan yang lengkap dan menyeluruh. Lokasi tumor multipel harus

    dicatat secara jelas. Tekanan intra okular dan diameter cornea harus

    diukur saat operasi. USG dapat membantu dalam diagnosis

    retinoblastoma yang menunjukkan ciri khas kalsifikasi dalam tumor

    meskipun dapat terlihat juga pada CT Scan, MRI lebih disukai sebagai

    modal diagnostik untuk menilai nervus optikus, orbita dan otak. MRI tidak

    hanya memberikan resolusi jaringan lunak yang lebih baik, tapi juga

    menghindari bahaya terpapar radiasi. Studi terbaru menganjurkan

    evaluasi metastasis sistemik, khususnya sumsum tulang dan lumbal

    punksi. tidak di indikasikan pada anak tanpa abnormalitas neurologis atau

    Universitas Sumatera Utara

  • adanya bukti perluasan ekstraokular. Jika diperkirakan adanya perluasan

    ke saraf optikus, lumbal punksi dilakukan. Orang tua dan saudara

    kandung harus diperiksa untuk membuktikan retinoblastoma atau retinoma

    yang tidak diterapi, sebagai bukti untuk predisposisi heriditer terhadap

    penyakit.

    Rata-rata umur pada saat diagnosis tergantung riwayat keluarga

    dan lateral penyakit :

    - Pasien dengan riwayat keluarga retinoblastoma yang diketahui : 4

    bulan

    - Pasien dengan penyakit bilateral : 14 bulan

    - Pasien dengan penyakit unilateral : 24 bulan

    Sekitar 90% kasus didiagnosis pada pasien umur dibawah 3 tahun. (Skuta

    et al. 2011)

    2.8 Gambaran histologis

    Tumor terdiri dari sel basophilic kecil ( retinoblast), dengan nukleus

    hiperkhromotik besar dan sedikit sitoplasma. Kebanyakan retinoblastoma

    tidak dapat dibedakan, tapi macam-macam derajat diferensiasi

    retinoblastoma ditandai oleh pembentukan rosettes, yang terdiri dari 3

    tipe : (kanski.2007)(Sehu W.2005)

    1. Flexner-wintersteiner rosettes, yang terdiri dari lumen central yang

    dikelilingi oleh sel kolumnar tinggi. Nukleus sel ini lebih jauh dari

    lumen.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Homer-Wright rosettes, rosettes tidak mempunyai lumen dan sel

    terbentuk mengelilingi masa proses eosinophilik

    3. Flerettes adalah fokus sel tumor, yang mana nenunjukkan diferensiasi

    fotoreseptor, kelompok sel dengan proses pembentukan sitoplasma

    dan tampak menyerupai karangan bunga.

    2.9 Penatalaksanaan

    Saat retinoblastoma pertama di terapi yang paling penting dipahami

    retinoblastoma adalah suatu keganasan. Saat penyakit ditemukan pada

    mata, angka harapan hidup melebihi 95% di negara barat. Walaupun

    dengan penyebaran ekstraokular, angka harapan hidup menurun sampai

    kurang dari 50%. Selanjutnya dalam memutuskan strategi terapi, sasaran

    pertama yang harus adalah menyelamatkan kehidupan, kemudian

    menyelamatkan mata, dan akhirnya menyelamatkan visus. Managemen

    modern retinoblastoma intraokular sekarang ini dengan menggabungkan

    kemampuan terapi yang berbeda mencakup enukleasi, eksenterasi,

    kemoterapi, photocoagulasi, cryoteerapi, external-beam radiation dan

    plaque raditherapy. (Skuta et al. 2011)

    Penatalaksanaan retinoblastoma berubah secara dramatis pada

    dekade yang lalu dan terus berkembang. External Beam radiotherapy

    jarang digunakan sebagai terapi utama retinoblastoma intraokular karena

    berhubungan dengan deformitas kraniofacial dan tumor sekunder pada

    daerah radiasi. Enukleasi primer pada retinoblastoma unilateral lanjut

    Universitas Sumatera Utara

  • masih direkomendasikan untuk menghindari efek samping kemoterapi

    sistemik Dihindari manipulasi yang tidak diperlukan pada bola mata dan

    sepanjang saraf optikus untuk menghindari penyebaran tumor ke

    ekstraokular. (Skuta et al.2011)

    1. Enukleasi

    Enukleasi masih menjadi terapi definitif untuk retinoblastoma,

    pada kebanyakan kasus operasi reseksi yang menyeluruh dari

    penyakit, khususnya enukleasi dipertimbangkan sebagai intervensi

    yang tepat jika

    Tumor melibatkan lebih dari 50% bola mata

    Dugaan terlibatnya orbita dan nervus optikus

    Melibatkan segmen anterior dengan atau tanpa glaukoma

    neovaskular.

    2. Kemoterapi

    Pemberian kemoterapi sistemik mengurangi ukuran tumor,

    berikutnya dapat menggunakan gabungan fokal terapi dengan laser,

    cryotherapy atau radiotherapy, perubahan ini dapat terjadi sebagai

    akibat kamajuan dalam terapi kedua tumor otak dan metastasis

    retinoblastoma. Sekarang ini regimen kombinasi bermacam-macam

    seperti carboplatin, vincristine, etoposide dan cyclosporine. Anak-anak

    yang mendapat obat kemoterapi secara intravena setiap 3-4 minggu

    untuk 4-9 siklus kemoterapi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kemoterapi sistemik primer (chemoreduction) diikuti oleh terapi

    lokal (gabungan) sekarang secara lebih sering digunakan vision-

    sparing tecnique. Kebanyakan studi chemoreduction untuk

    retinoblastoma menggunakan vincristine, carboplatin, dan

    epipodophyllotoxin, lainya etoposide atau teniposide, tambahan lainya

    cyclosporine. Agen pilihan sebaiknya bervariasi dalam jumlah dan

    siklus menurut lembaga masing-masing. Kemoterapi jarang berhasil

    bila digunakan sendiri, tapi pada beberapa kasus terapi lokal

    (cryotherapy, laser photocoagulation, thermotherapy atau plaque

    radiotherapy) dapat digunakan tanpa khemoterapi. Efek samping terapi

    chemoreduction antara lain hitung darah yang rendah, rambut rontok,

    tuli, toksisitas renal, gangguan neurologik dan jantung. Pemberian

    kemoterapi lokal sedang diteliti, berpotensi meminimalkan komplikasi

    sistemik.

    3. Periocular Chemotherapy

    Periocular chemotherapy yang akan datang dimasukkan dalam

    COG trial berdasarkan pada data terbaru penggunaan carboplatin

    subconjunctiva sebagai terapi retinoblastoma pada percobaan klinis

    phase 1 dan 2, keduanya baik vitreous seeding dan tumor retina

    didapati adanya respon terhadap terapi ini. Toksisitas lokal minor

    berupa orbit myositis pernah dilaporkan setelah pemberian carboplatin

    subconjuctiva dan respon terhadap kortikosteroid oral, dan reaksi yang

    lebih berat termasuk optik atropi pernah dilaporkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Photocoagulation dan Hyperthermia

    Xenon dan orgon laser (532 nm) secara tradisional digunakan

    untuk terapi retinoblastoma yang tinggi apek kurang dari 3mm dengan

    dimensi basal kurang dari 10 mm, 2-3 siklus putaran photocoagulation

    merusak suplai darah tumor, selanjutnya mengalami regresi. Laser

    yang lebih berat digunakan untuk terapi langsung pada permukaan

    tumor. Laser diode (8-10mm) digunakan sebagai hyperthermia.

    Penggunaan langsung pada permukaan tumor menjadikan temperatur

    tumor sampai 45-60oC dan mempunyai pengaruh sitotoksik langsung

    yang dapat bertambah dengan kemoterapi dan radioterapi.

    5. Cryotherapy

    Juga efektif untuk tumor dengan ukuran dimensi basal kurang

    dari 10mm dan ketebalan apical 3mm. Cryotherapy digunakan dengan

    visualisasi langsung dengan triple freeze-thaw technique. Khususnya

    laser photoablation dipilih untuk tumor pada lokasi posterior dan

    cryoablation untuk tumor yang terletak lebih anterior.Terapi tumor yang

    berulang sering memerlukan kedua tekhnik tersebut. Selanjut di follow

    up pertumbuhan tumor atau komplikasi terapi.

    6. External-beam Radiation Therapy

    Tumor retinoblastoma respon terhadap radiasi, digunakan teknik

    terbaru yang dipusatkan pada terapi radiasi megavoltage, sering

    memakai lens-sparing technique, untuk melepaskan 4000-4500 cGy

    dengan interval terapi lebih dari 4-6 minggu. Khusus untuk terapi

    Universitas Sumatera Utara

  • pada anak retinoblastoma bilateral yang tidak respon terhadap laser

    atau cryoterapi. Keselamatan bola mata baik, dapat dipertahankan

    sampai 85%. Fungsi visual sering baik dan hanya dibatasi oleh lokasi

    tumor atau komplikasi sekunder.

    Dua hal penting yang membatasi pada penggunaan external beam

    radiohterapy dengan teknik sekunder adalah :

    1. Gabungan mutasi germline gen RB1 dengan peningkatan umur

    hidup pada resiko kedua, tidak tergantung pada keganasan primer

    (seperti osteosarcoma) yang dieksaserbasisi oleh paparan external

    beam radiotherapy.

    2. Sequele yang dihubungkan dengan kekuatan radiotheraphy

    meliputi midface hypoplasia, radiation induced-cataract, dan

    radiation optic neuropathy dan vasculopathy.

    Bukti menunjukkan kemampuan terapi yang dikombinasi

    menggunakan external beam radiotherapy dosis rendah dan

    chemotherapy diperbolehkan untuk meningkatkan keselamatan

    bola mata dengan menurunkan morbiditas radiasi. Sebagai

    tambahan penggunaan kemoterapi sistemik dapat memperlambat

    kebutuhan external beam radiotherapy, memberikan

    perkembangan orbita yang baik dan secara bermakna menurunkan

    resiko malignansi sekunder sewaktu anak berumur satu tahun.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7. Plaque Radiotherapy (Brachytherapy)

    Radioactive plaque terapi dapat digunakan pada terapi

    penyelamatan mata dimana terapi penyelamatan bola mata gagal

    untuk menghancurkan semua tumor aktif dan sebagai terapi utama

    terhadap beberapa anak dengan ukuran tumor relatif kecil sampai

    sedang.

    Teknik ini secara umum dapat digunakan pada tumor yang

    dengan diameter basal kurang dari 16mm dan ketebalan apical 8mm.

    Isotop yang lebih sering digunakan adalah lodine 125 dan ruthenium

    106.

    2.10 Prognosa (Skuta et al. 2011)

    Anak-anak dengan retinoblastoma intraokular yang mendapat

    perawatan medis modern mempunyai prognosis yang baik untuk bertahan

    hidup. Dinegara berkembang laju keselamatan hidup pada anak lebih dari

    95%. Kebanyakan faktor resiko penting yang dihubungkan dengan

    kematian adalah tumor yang meluas ke ekstraokular, secara lansung

    melalui sclera, atau yang lebih sering dengan invasi saraf optikus,

    khususnya pada pembedahan reseksi margin. Anak yang bertahan

    dengan retinoblastoma bilateral meningkatkan insiden keganasan non

    okular dikemudian hari. Kira-kira waktu laten untuk perkembangan tumor

    sekunder 9 tahun dari penatalaksaan retinoblastoma primer. Mutasi RBI

    Universitas Sumatera Utara

  • dihubungkan dengan insiden 26,5% perkembangan tumor sekunder

    dalam 50 tahun pada pasien yang di terapi tanpa terpapar terapi radiasi.

    External beam radiotherapy menurunkan periode laten,

    meningkatkan insidensi tumor sekunder pada 30 tahun pertama

    kehidupan, sebagaimana proporsi tumor meningkat baik pada kepala dan

    leher. Jenis tumor sekunder yang paling sering tampak pada pasien ini

    adalah osteogenic sarcoma. Keganasan sekunder lain yang relatif sering

    adalah pinealoma, tumor otak, cutaneous melanoma, soft tissue sarcoma,

    dan tumor-tumor primitive yang tidak diklasifikasikan.

    Universitas Sumatera Utara