Chapter II

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelayanan Kesehatan Kesehatan merupakan hal yang sangat penting yang diperlukan oleh setiap manusia untuk melaksanakan aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu sehat merupakan hak manusia yang paling mendasar, maka setiap manusia berhak untuk sehat (Depkes, 2001). Menurut UU No.23 tahun 1992 pasal 1 ayat 1, “Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Menurut H.L. Blum dalam Notoatmodjo (2003), dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat ada beberapa faktor yang saling memengaruhi yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Menurut Levey dan Loomba dalam Azwar (1996), pelayanan kesehatan dasar adalah setiap upaya untuk secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. 2.1.1. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan Beberapa syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik menurut Azwar (1996) adalah sebagai berikut : 8 Universitas Sumatera Utara

description

hh

Transcript of Chapter II

Page 1: Chapter II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelayanan Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting yang diperlukan oleh setiap

manusia untuk melaksanakan aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu sehat

merupakan hak manusia yang paling mendasar, maka setiap manusia berhak untuk

sehat (Depkes, 2001).

Menurut UU No.23 tahun 1992 pasal 1 ayat 1, “Sehat adalah suatu keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan setiap orang dapat hidup

produktif secara sosial dan ekonomis”.

Menurut H.L. Blum dalam Notoatmodjo (2003), dalam upaya peningkatan

status kesehatan masyarakat ada beberapa faktor yang saling memengaruhi yaitu :

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.

Menurut Levey dan Loomba dalam Azwar (1996), pelayanan kesehatan dasar

adalah setiap upaya untuk secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

2.1.1. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Beberapa syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik menurut Azwar

(1996) adalah sebagai berikut :

8

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

1. Tersedia dan Berkesinambungan

Pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat

berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

oleh masyarakat, tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat

ada pada setiap saat dibutuhkan.

2. Dapat Diterima dan Wajar

Pelayanan kesehatan dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat

wajar, artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan

dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar bukanlah pelayanan

kesehatan yang baik.

3. Mudah Dicapai

Pelayanan kesehatan mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian

ketercapaian yang dimaksudkan terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian

untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan

distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang

terlalu berkonsetrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan

didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan yang baik. Apabila fasilitas kesehatan ini

mudah dijangkau dengan alat transportasi yang tersedia, maka fasilitas kesehatan

tersebut akan banyak dipergunakan.

4. Mudah Dijangkau

Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Hal ini

dapat dilihat dari sudut biaya. Biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

harus sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah

pelayanan kesehatan yang baik.

5. Bermutu

Pengertian pelayanan kesehatan yang bermutu (quality) adalah pelayanan

kesehatan yang menunjukkan kepada tingkat kesempurnaan, disatu pihak dapat

memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

2.1.2. Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan terjadi secara bertahap (hirarkis), mulai dari kebutuhan yang

paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa keamanan dan

perlindungan, kebutuhan akan rasa kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, dan

kebutuhan akan aktualisasi diri. Teori ini dikenal dengan “Five Hierarchy of need”

dari Maslow (Tjiptoherijanto dkk, 1994).

Menurut Bradshaw dalam Tjiptoherijanto (1994), mengatakan bahwa pada

prakteknya ada empat definisi yang berbeda mengenai need atau kebutuhan yang

lazimnya digunakan oleh peneliti dan pengambil kebijakan, yaitu :

1. Kebutuhan normative (normative need), terjadi manakala kebutuhan yang timbul

pada individu umumnya dipengaruhi faktor nilai, lingkungan sosial, dan hukum.

2. Kebutuhan yang dirasakan (felt need), terjadi manakala masyarakat menghendaki

pelayanan kesehatan, hal ini berkaitan dengan persepsi perorangan tentang

pelayanan kesehatan, sehingga dengan jelas akan berbeda dengan orang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

3. Kebutuhan yang diekspresikan (expressed need), yaitu “felt need” yang berubah

menjadi permintaan. “Expressed need” ini biasa disebut dengan demand atau

permintaan yang efektif.

4. Kebutuhan comparative need, yaitu kebutuhan yang dalam pemenuhannya

berbeda antara satu individu dengan individu lainnya atau antara daerah yang satu

dengan yang lainnya.

2.2. Utilisasi Pelayanan Kesehatan

Hakekat dasar penyelenggaraan pelayanan kesehatan menurut Aswar (1996)

adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan

kesehatan terhadap kesehatan sedemikian rupa sehingga kesehatan para pemakai jasa

pelayanan kesehatan tersebut tetap terpelihara. Bertitik tolak dari hakekat dasar ini,

maka pelayanan kesehatan dapat dikategorikan sempurna bila memenuhi kebutuhan

dan tuntutan setiap konsumen (pasien) yang terkait dengan timbulnya rasa puas

terhadap pelayanan kesehatan.

Arrow dalam Tjiptoherijanto (1994), utilisasi pelayanan kesehatan sangat erat

kaitannya dengan waktu kapan kita memerlukan pelayanan kesehatan, dan seberapa

jauh efektifitas pelayanan tersebut. Hubungan antara keinginan sehat dan permintaan

(demand) akan pemanfaatan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana

tetapi sebenarnya sangat kompleks, penyebab utamanya adalah misalnya karena

persoalan informasi yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada

masyarakat. Dari informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

terpengaruh untuk mengambil keputusan melakukan permintaan akan pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

2.2.1. Model Perilaku Kesehatan dalam Utilisasi Pelayanan Kesehatan

Menurut Muzaham (1995), beberapa model perilaku kesehatan dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan yang telah digolongkan oleh beberapa ahli, yaitu :

1. Model Suchman

Yang terpenting dalam model Suchman adalah menyangkut pola sosial dari

perilaku sakit yang tampak pada cara orang mencari, menemukan, dan melakukan

perawatan medis, dimana latar belakang budaya memengaruhi hubungan antar

kelompok sosial dengan orientasi medis. Pendekatan yang digunakan berkisar

pada empat unsur yang merupakan faktor utama dalam perilaku sakit, yaitu : 1)

perilaku itu sendiri, 2) sekuensinya, 3) tempat atau ruang lingkup, dan 4) variasi

perilaku selama tahap-tahap perawatan.

2. Model Hochbaum, Kasl dan Cobb, Rosenstock

Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model) ini berasal dari teori dalam

bidang psikologi dan ilmu perilaku. Dalam model HBM ini dapat dipahami

bahwa perbedaan faktor demografis, personal, struktural, dan sosial memengaruhi

perilaku kesehatan, namun semua variabel itu sebenarnya memengaruhi persepsi

dan motivasi individu, bukan berfungsi sebagai penyebab langsung dari suatu

tindakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

3. Model Fabrega

Merupakan suatu teori tentang pengambilan keputusan. Model ini merupakan

hasil pendekatan antropologi, yang menitikberatkan pada “proses informasi yang

diharapkan seseorang pada saat kejadian sakit dan pengambilan keputusan

pengobatan”.

4. Model Mechanic

Suatu model mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan cara orang

melihat, menilai serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit.

5. Model Andersen

Model ini menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga, dan menyatakan bahwa hal itu

tergantung pada : 1) predisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan

kesehatan, 2) kemampuan mereka untuk melaksanakannya, dan 3) kebutuhan

mereka terhadap jasa pelayanan tersebut.

6. Model Anderson dan Bartkus

Model ini memformulasikan berbagai alternatif pelayanan kesehatan setelah

terdapat keputusan seseorang untuk minta pertolongan kepada tenaga

professional. Model ini mencoba mengaitkan karakteristik sosiodemografi dengan

kebutuhan kesehatan, ekonomi, ekologi serta variabel-variabel sosiopsikologi.

7. Model Kosa dan Robertson

Dalam model ini meliputi empat komponen utama yaitu : 1) penilaian tentang

suatu gangguan kesehatan, 2) peningkatan rasa khawatir karena persepsi tentang

gejala penyakit, 3) penerapan pengetahuan sendiri terhadap kesehatan, dan 4)

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

bentuk tindakan untuk menghilangkan kekhawatiran dan gangguan kesehatan

tersebut.

8. Model Antonovsky dan Kats

Suatu model terpadu yang bertujuan untuk membuat kategori tentang berbagai

tipe variabel yang berbeda menurut pola tindakan tertentu, dan membuat

spesifikasi mengenai kaitan antara semua variabel tersebut, dimana ketiga

golongan variabel tersebut adalah motivasi predisposisi, variabel kendala,

variabel kondisi.

9. Model Langlie

Model perilaku pencegahan gangguan kesehatan dengan cara menggabungkan

variabel-variabel sosiopsikologi dan model kepercayaan kesehatan dengan

karakteristik kelompok sosial dari formulasi Suchman, dan juga bermanfaat untuk

mencari perbedaan antara berbagai bentuk perilaku pencegahan gangguan

kesehatan.

2.3. Beberapa Faktor dalam Utilisasi Pelayanan Kesehatan.

Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2003), dalam Behavioral Model

of Health Service Use, bahwa faktor-faktor dalam utilisasi pelayanan kesehatan

adalah faktor prediposisi (demografi, struktur sosial, kepercayaan konsumen

terhadap pelayanan kesehatan), faktor pemungkin (keluarga, masyarakat), dan

faktor kebutuhan (perceived need dan evaluated need).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

1) Faktor Predisposisi, terdiri dari :

• Demografi : umur, jenis kelamin, status pernikahan.

• Struktur Sosial : pendidikan, ras, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, suku,

agama.

• Kepercayaan konsumen terhadap pelayanan kesehatan : nilai terhadap penyakit,

sikap dan kemampuan petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, pengetahuan

tentang penyakit.

2) Faktor Pemungkin, terdiri dari :

• Keluarga : Pendapatan, asuransi kesehatan, jenis dan asset dari sumber daya

keluarga.

• Masyarakat : Rasio antara jumlah pasien dengan fasilitas kesehatan yang tersedia,

harga dari setiap pelayanan kesehatan, karakter penduduk.

3) Faktor Kebutuhan

Faktor predisposisi dan faktor pemungkin untuk mencari pengobatan dapat

terwujud dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini

dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau perceived (subject assesment) dan

evaluated (clinical diagnosis)

Pendapat ini didukung oleh Cumming dkk (Muzaham,1995), suatu kategori

variabel utama yang muncul dari analisis terhadap model-model yang terdahulu

bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh :

1. Perihal yang menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan, seperti

kemampuan individu membayar biaya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan,

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

kesadaran mereka untuk menggunakan pelayanan kesehatan dan tersedianya

fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Perihal yang menyangkut sikap individu terhadap pelayanan kesehatan seperti

kepercayaan terhadap manfaat pengobatan dan kepercayaan terhadap kualitas

pelayanan yang tersedia.

3. Perihal yang menyangkut ancaman penyakit seperti persepsi individu terhadap

gejala-gejala penyakit dan kepercayaan terhadap gangguan serta akibat-akibat

penyakit tersebut.

4. Perihal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang penyakit.

5. Perihal yang berkaitan dengan interaksi sosio individu, norma sosial dan struktur

sosial.

6. Perihal yang berkaitan dengan karakteristik demografi (status sosial, penghasilan

dan pendidikan).

2.4. Tujuan Penggunaan Model Pelayanan Kesehatan

Anderson dan Newman dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa

model penggunaan pelayanan kesehatan ini dapat membantu/ memenuhi satu atau

lebih tujuan berikut:

1. Untuk menggambarkan hubungan kedua belah pihak antara faktor-faktor penentu

dari penggunaan pelayanan kesehatan.

2. Untuk meringankan peramalan kebutuhan-kebutuhan masa depan pelayanan

kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

3. Untuk menentukan ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan

kesehatan yang tidak seimbang.

4. Untuk menyarankan cara-cara memanipulasi kebijaksanaan yang berhubungan

dengan variabel-variabel agar memberikan perubahan-perubahan yang

diinginkan.

5. Untuk menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek pemeliharaan

atau perawatan kesehatan yang baru.

2.5. Pelayanan Persalinan

2.5.1. Persalinan

Menurut WHO dalam Depkes RI (1999), peristiwa bersalin meliputi :

1. Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian ibu hamil yang diwakili oleh terbukanya

serviks dan berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir

cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh si

ibu.

2. Persalinan normal

Persalinan normal merupakan persalinan spontan, letak belakang kepala pada

kehamilan aterem, dan berlangsung tanpa komplikasi (berlangsung maksimal 18

jam)

3. Jenis persalinan

Jenis persalinan terdiri dari a) Spontan: yaitu persalinan yang berlangsung tanpa

usaha dari luar, b) Induksi: yaitu persalinan yang dilakukan dengan cara

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

menimbulkan suatu rangsangan terlebih dahulu misalnya amniotomi dan

pitosin, c) Tindakan : terdiri dari 2 jenis yaitu operatif section caesaria (SC) dan

salat-alat : yaitu forcef, vacum ekstraksi.

4. Persalinan lama

Persalinan lama merupakan persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang

dimulai dari tanda-tanda persalinan.

5. Faktor resiko kehamilan dan kematian ibu

Faktor resiko kehamilan dan kehamilan ibu yaitu setiap faktor yang berhubungan

dengan meningkatnya kesakitan dan kematian ibu dan bayi yaitu antara lain :

tinggi badan kurang dari 145cm, HB kurang dari 11 gr%, tingkat sosioekonomi

rendah, tekanan darah 140/90 mmHg, jarak usia anak kurang dari 2 tahun,

pendidikan ibu rendah, anak lebih dari 5 (multigravida), umur ibu kurang dari 20

tahun (primigravida), umur ibu lebih dari 35 tahun ( primitua).

Faktor penyebab kematian ibu:

a. Perdarahan 30-36%

b. Infeksi 20-25%

c. Gestosi (keracunan pada saat kehamilan) sekitar 15-17 %.

6. Masa nifas yaitu masa setelah persalinan sampai 6 minggu

7. Masa laktasi yaitu proses pembentukan dan pemberian ASI

8. Neonatus adalah bayi yang berumur 0-30 hari.

Bila seseorang ibu hendak bersalin, selalu didahului dengan gejala-gejala untuk

bersalin. Tanda-tanda persalinan benar yaitu his teratur, menimbulkan rasa nyeri pada

panggul, dan mengeluarkan lendir bercampur darah.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

Jika tanda-tanda persalinan yang benar diatas semakin jelas, maka secepatnya

diambil tindakan untuk pertolongan persalinan.

2.5.2. Kebijaksanaan Operasional dan Penatalaksanaan Pertolongan Persalinan

Menurut WHO dalam Depkes RI (1999), kebijaksanaan operasional

pertolongan persalinan terdiri dari : 1) Penanganan persalinan adalah pertolongan

persalinan yang terjadi di tingkat pelayanan kesehatan, 2) Tingkat pelayanan

kesehatan primer hanya dibenarkan menangani persalinan normal, sedangkan pasien

dengan faktor risiko termasuk risiko tinggi harus ditangani oleh tenaga professional

dan dirujuk ke RS, 3) Setiap ada kelainan persalinan segera dilaporkan dan

dikonsultasikan kepada dokter kecuali keadaan gawat darurat. Pasien dalam keadaan

gawat darurat segera dirujuk ke RS dan sebelumnya harus diberikan pertolongan

pertama dahulu, 4) Pemeliharaan kesehatan ibu pada masa nifas yang dilakukan oleh

tenaga medis dan para medis di institusi maupun dirumah, 5) Pada persalinan normal

dianjurkan pemberian ASI sedini mungkin, 6) Pelayanan medis kontrasepsi diberikan

sedini mungkin.

Menurut WHO dalam Depkes RI (1999), penatalaksanaan pertolongan

persalinan adalah sebagai berikut :

1. Tempat persalinan

Persalinan normal yang dapat dilakukan di Puskesmas yang tersedia ruangan

untuk persalinan dan ruang rawat inap setelah persalinan.

2. Penolong Persalinan

Persalinan dapat ditolong oleh: dokter umum, bidan, pembantu bidan, perawat.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

3. Pemeriksaan Pasien

a. Pemeriksaan Fisik : kesadaran, anemis, tensi darah, nadi, pernafasan, oedema

b. Pemeriksaan Obstetri : Tinggi fundus uteri, letak janin, his, denyut jantung,

cairan yang keluar pervaginum, pemeriksaan dalam : persalinan vagina touche

(keadaan vagina, tebal, pembukaan, ketuban, presentasi kepala, posisi kepala,

Kerangka Konsep

Konsep penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi dan faktor

pemungkin terhadap keinginan ibu hamil dalam memanfaatkan Rawat Inap

Khusus Bersalin Puskesmas Padang Bulan, faktor predisposisi yaitu pendidikan,

pekerjaan, kepercayaan ibu hamil terhadap pelayanan petugas kesehatan,

kepercayaan ibu hamil terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, dan faktor

pemungkin yaitu pendapatan dan asuransi kesehatan terhadap keinginan ibu hamil

dalam memanfaatkan Rawat Inap Khusus Bersalin di Puskesmas Padang Bulan

2009, dimana konsep tersebut diambil dari teori Anderson dalam Notoadmodjo

(2003).

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Predisposisi: Pendidikan Pekerjaan Kepercayaan Ibu Hamil terhadap

Pelayanan Petugas Kesehatan Kepercayaan Ibu Hamil terhadap

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Faktor Pemungkin : Pendapatan Asuransi Kesehatan

Keinginan Ibu Hamil dalam Memanfaatkan Rawat Inap Khusus Bersalin Puskesmas 1. Ingin Memanfaatkan 2. Tidak Ingin Memanfaatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat didefinisikan konsep dari

faktor-faktor diatas yaitu :

1. Faktor Predisposisi ialah faktor-faktor yang mempermudah terwujudnya perilaku

kesehatan dan tidak bertentangan dengan keyakinan ibu hamil dalam

memanfaatkan Rawat Inap Khusus Bersalin Puskesmas sebagai tempat persalinan,

yaitu faktor predisposisi yaitu pendidikan, pekerjaan, kepercayaan ibu hamil

terhadap pelayanan petugas kesehatan, kepercayaan ibu hamil terhadap fasilitas

pelayanan kesehatan, dan faktor pemungkin yaitu pendapatan dan asuransi

kesehatan terhadap keinginan ibu hamil dalam memanfaatkan Rawat Inap Khusus

Bersalin di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2009.

2. Faktor Pemungkin ialah faktor-faktor yang mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan ibu hamil untuk menjangkau Puskesmas sebagai

tempat persalinan, yaitu : pendapatan dan asuransi kesehatan.

3. Pemanfaatan Rawat Inap Khusus Bersalin Puskesmas yaitu total jumlah ibu hamil

yang mempunyai keinginan untuk memanfaatkan Rawat Inap Khusus Bersalin

Puskesmas sebagai tempat persalinan.

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitiannya

adalah ada pengaruh faktor predisposisi yaitu faktor predisposisi yaitu pendidikan,

pekerjaan, kepercayaan ibu hamil terhadap pelayanan petugas kesehatan, kepercayaan

ibu hamil terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, dan faktor pemungkin yaitu

pendapatan dan asuransi kesehatan terhadap keinginan ibu hamil dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

memanfaatkan Rawat Inap Khusus Bersalin di Puskesmas Padang Bulan Medan

tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara