Chapter II

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Mengenal Tanaman Jeruk Jeruk (citrus sp) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di pekarangan. Sebab tanaman jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk di wilayah Indonesia. Maka tidak mengherankan, kalau orang-orang dari Eropa tertarik terhadap jeruk Indonesia dan kawasan Asia umumnya. Di Indonesia jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting ketiga setelah pisang dan mangga bila dilihat dari luas pertanaman dan jumlah produksi per tahun (Soelarso, 1996). Di Indonesia sejarah tanaman jeruk tidak begitu dikenal. Tanaman jeruk yang ada sekarang ini adalah merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda. Mereka mendatangkan jeruk-jeruk manis dan keprok dari Amerika, Italia. Namun sampai sekarang beberapa jenis jeruk Indonesia tidak begitu jelas dari negara mana asalnya. Terutama jenis jeruk siam, jeruk garut, dan jeruk batu. Kemungkinan lain bahwa Indonesia beberapa tahun yang lalu telah menerima bibit-bibit dari negara Cina maupun India, Birma dan Vietnam sedangkan untuk jenis jeruk grape fruit dan van ouick jeruk pacitan asli dari Pulau Jawa (AAK, 1994). Buah jeruk dari kawasan Asia memiliki warna dan bentuk yang khas dan menarik. Di Eropa, umumnya hanya dikenal jeruk “ Citroen” yaitu pada tahun ± 300 SM.

description

gxvbb

Transcript of Chapter II

Page 1: Chapter II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Mengenal Tanaman Jeruk

Jeruk (citrus sp) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama

Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia,

baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di pekarangan. Sebab tanaman

jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk di wilayah

Indonesia. Maka tidak mengherankan, kalau orang-orang dari Eropa tertarik

terhadap jeruk Indonesia dan kawasan Asia umumnya. Di Indonesia jeruk

merupakan komoditas buah-buahan terpenting ketiga setelah pisang dan mangga

bila dilihat dari luas pertanaman dan jumlah produksi per tahun (Soelarso, 1996).

Di Indonesia sejarah tanaman jeruk tidak begitu dikenal. Tanaman jeruk yang ada

sekarang ini adalah merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda.

Mereka mendatangkan jeruk-jeruk manis dan keprok dari Amerika, Italia. Namun

sampai sekarang beberapa jenis jeruk Indonesia tidak begitu jelas dari negara

mana asalnya. Terutama jenis jeruk siam, jeruk garut, dan jeruk batu.

Kemungkinan lain bahwa Indonesia beberapa tahun yang lalu telah menerima

bibit-bibit dari negara Cina maupun India, Birma dan Vietnam sedangkan untuk

jenis jeruk grape fruit dan van ouick jeruk pacitan asli dari Pulau Jawa (AAK,

1994).

Buah jeruk dari kawasan Asia memiliki warna dan bentuk yang khas dan menarik.

Di Eropa, umumnya hanya dikenal jeruk “Citroen” yaitu pada tahun ± 300 SM.

Page 2: Chapter II

Jeruk manis baru dikenal pada tahun 1.400 M sedangkan jeruk manis dan jeruk

keprok Mandarin telah lama dikenal dan ditanam di Negara Cina. Jeruk manis

yang sudah lama dikenal dan ditanam lebih dari 27 macam, di samping jenis-jenis

jeruk lainnya (AAK, 1994).

Jeruk siam merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies jeruk yang sudah

dikenal dan dibudiayakan secara luas. Jeruk siam merupakan anggota dari

kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Memiliki nama

jeruk siam karena jeruk ini berasal dari Siam (Thailand). Di Thailand, jeruk siam

diberi nama Som Kin Wan. Sampai saat ini, belum ada data resmi mengenai

kapan dan di mana jeruk siam pertama kali didatangkan di Indonesia. Akan tetapi,

ada daerah yang mempunyai catatan yang cukup tentang kisah awal masuknya

jeruk siam di wilayahnya, seperti di Kalimantan Barat (Sarwono, 1994).

Jeruk siam adalah salah satu spesies buah jeruk yang telah banyak

dikembangbiakkan di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun pasarannya turun

naik dari waktu ke waktu, tetapi minat masyarakat terhadap jeruk tak pernah

hilang. Budidaya jeruk siam pun tergolong cukup fleksibel artinya bibit jeruk siam

bisa ditanam baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan cara

perawatan yang baik dan benar, akan didapatkan buah-buah kualitas tinggi dengan

rasa dan penampilan khas jeruk siam (Rismunandar, 1986).

Pada dasarnya jeruk siam mempunyai satu nenek moyang yang berasal dari Siam

(Muangthai). Orang Siam menyebut jenis jeruk ini dengan nama som kin wan.

Mungkin karena lidah orang Indonesia sulit untuk menyebutkan nama tersebut

sehingga terbiasa menyebutnya dengan nama Siam, Kelatahan ini terus berlanjut

Page 3: Chapter II

sampai sekarang. Jeruk siam di Indonesia mempunyai banyak jenis tergantung

dari daerah asalnya seperti jeruk siam Pontianak, siam Simadu, siam Garut, siam

Palembang, siam Jati Barang, dan lain-lain. Dari berbagai nama tersebut, jeruk

siam Pontianak dan siam madu merupakan jenis jeruk siam yang paling dikenal

(Rismunandar, 1986).

Macam-macam jeruk siam tersebut tidak jauh berbeda satu dengan lainnya.

Perbedaannya biasanya dalam hal warna kulit, keharuman, dan rasa yang sedikit

berbeda. Perbedaan ini biasanya timbul karena berbeda daerah penanamannya.

Tempat penanaman yang berbeda tentunya mempunyai karakteristik faktor alam

yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap karakteristik buahnya (Joesoef,

1993).

Tipe tanah yang cocok untuk tanaman jeruk adalah lempung sampai lempung

berpasir. Jeruk membutuhkan tanah yang gembur dan subur, mengandung banyak

hawa udara (oksigen), bahan organik, dan air dalam tanah yang agak dalam.

Tanaman jeruk menghendaki tanah dengan PH 4–7,8. Hasil yang maksimal

didapat pada tanah dengan PH 6. Jeruk mengendaki air dalam tanah waktu musim

hujan 50 cm dan waktu musim kemarau 150 cm dalamnya dari permukaan tanah.

Jeruk siam dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah pada ketinggian kurang

dari 700 m dpl (di atas permukaan laut) sesuai dengan daerah asalnya di

Muangthai. Curah hujan optimal 1.500 mm/tahun dengan suhu optimal antara

250–30

0C. Tanaman jeruk juga membutuhkan banyak penyinaran matahari yaitu

sekitar 50–70% (Pracaya, 2003).

Page 4: Chapter II

2.1.2 Botani Jeruk Siam

Jeruk siam hanya merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies dan varietas

jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Bisa dibayangkan, famili Rutaceae

saja memiliki anggota tidak kurang dari 1.300 spesies. Para ahli botani

mengelompokkan semua anggota famili ini kedalam 7 subfamili dan 130 genus.

Sedangkan yang menjadi induk tanaman jeruk adalah subfamili Aurantioidae

yang beranggotakan sekitar 33 genus. Subfamili ini masih dibagi-bagi lagi dalam

beberapa kelompok tribe dan subtribe. Jeruk tergolong dalam rumpun Citriae dan

subtribe Citrinae. Dari subtribe inilah berbagai jenis anggota tanaman jeruk

berasal, termasuk di dalamnya jeruk siam. Menurut AAK (1994), secara sistematis

klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut :

Famili : Rutacceae

Subfamili : Aurantioidae

Tribe : Citriae

Subtribe : Citrinae

Genus : Citrus

Subgenus : Eucitrus, papeda

Spesies : Citrus nobilis

Varietas : Citrus nobilis LOUR var. microcarpa Hassk (Ade, 2003).

Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut (bercabang

pendek kecil) serta akar-akar rambut. Panjang akar tunggang bisa mencapai 4 m.

Akar cabang yang mendatar bisa mencapai 6–7 m. Perakaran jeruk tergantung

pada banyaknya unsur hara di dalam tanah dan umumnya di kedalaman 0,15–0,50

m. Umumnya batang pohon jeruk siam yang dibudidayakan secara komersial

Page 5: Chapter II

mempunyai tinggi antara 2,5–3 m tajuk pohon tidak beraturan, dahan kecil,

cabangnya banyak, tajuknya rindang dan letak dahan berpencar. pohon tersebut

biasanya berasal dari cangkokan atau okulasi. Untuk pohon dari okulasi,

tingginya ditentukan oleh penggunaan batang bawahnya. Pohon jeruk siam yang

menggunakan batang bawah JC (Japanese Citroen) biasanya memiliki tinggi

sekitar 272,5 cm, lingkar batang 16,8 cm, dan lebar tajuk sekitar 197,5–207,5 cm.

Daun jeruk berwarna hijau-tua mengkilat pada permukaan atas dan hijau-muda

pada permukaan bawah tangkai, daun bersayap dan pendek, kecil bentuk oval

dengan panjang 6–8 cm, lebar lebih kurang 4 cm, dan tangkai daun 1–1,5 cm.

Bunga jeruk berbentuk majemuk seperti anak payung, tandan atau malai

kebanyakan berkelamin 2, kelopak bunga berjumlah 4–5 ada yang menyatu ada

yang tidak. Mahkota bunga kebanyakan berjumlah 4–5 dan berdaun lepas.

Tonjolan dasar bunga berlekuk di dalam benang sari. Pada umumnya bunga jeruk

berwarna putih. Bunga yang paling lebat pada permulaan musim hujan antara

bulan Oktober–November dan lama bunga menjadi buah masak 7–9 bulan

(Soelarso, 1996).

Jeruk siam mempunyai ciri khas dengan kulit buahnya tipis sekitar 2 mm,

permukaannya halus, licin, mengkilap, dan menempel lekat pada daging buahnya.

Dasar buahnya berleher pendek dengan puncak berlekuk. Tangkai buahnya

pendek dengan panjang sekitar 3 cm dan berdiameter 2,6 mm. Biji buahnya

berbentuk oval, warnanya putih kekuningan dengan ukuran sekitar 0,9 cm x 0,6

cm, dan jumlah biji per buah sekitar 20 biji. Yang paling penting dari semua itu

adalah daging buahnya lunak dengan rasa manis dan harum. Lebih menarik lagi,

produksi buahnya cukup lebat dengan berat per buah sekitar 75,6 gram. Satu

Page 6: Chapter II

pohon rata-rata dapat menghasilkan sekitar 7,3 kg buah. Biasanya buah sudah

dapat dipanen pada bulan Mei–Agustus (AAK, 1994).

2.1.3 Teknik Budidaya Jeruk Siam

2.1.3.1. Pembibitan

a. Persyaratan Bibit

Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa

penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip

dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan

batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki

sertifikasi penangkaran bibit. Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk

didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif. Kelebihan bibit dari biji adalah

mempunyai sistem perakaran yang baik. Akar tunggang yang dimilikinya

memungkinkan tanaman berumur lebih panjang karena kemampuan menyerap

hara juga lebih baik. Kekurangannya yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk mulai berproduksi. Kelebihan bibit cangkokan adalah sifatnya tidak

menyimpang dari induknya, lebih cepat berbuah, bentuk pohonnya lebih bagus,

banyak pohon sehingga tampak lebih rimbun, dan tidak meninggi. Kelebihan bibit

okulasi terletak pada perakaran yang kuat karena mempunyai akar tunggang.

Kekurangan bibit okulasi lebih lambat menghasilkan buah dibanding bibit

cangkokan. Kelebihan bibit stek diantaranya sifatnya sama dengan induk dan

cepat berproduksi tergantung bahan seteknya. Kekurangan, mudah mati ketika

disemaikan.

Page 7: Chapter II

b. Teknik Penyemaian Bibit

a. Cara generative

Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji

dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2–3 hari hingga lendirnya

hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30–40

cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15–1,20 m membujur dari utara ke

selatan. Jarak petakan 0,5–1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1

kg/m². Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1–1,5 x 2 cm dan langsung

disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap, bibit dipindah tanam ke dalam

polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3–5 bulan. Media tumbuh

dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk

kandang, sekam, pasir (1:1:1).

b. Cara Vegetatif

Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan

mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/

rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya

adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit

virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan

oleh penangkar adalah Japanese Citroen, Rough Lemon, Cleopatra, Troyer

Citrange dan Carizzo Citrange.

2.1.3.2 Sistem Penanaman dan Jarak Tanam

Sistem penanaman ada bermacam-macam, di antaranya yaitu empat persegi

panjang, bujur sangkar, segi tiga sama kaki, segi tiga sama sisi, belah ketupat atau

heksagonal, dan diagonal seperti cara bujur sangkar, tetapi perpotongan diagonal

Page 8: Chapter II

di tengah juga ditanami, sehingga ada 5 tanaman, kemudian tanaman tengah

dibongkar setelah tanaman besar dan rimbun. Jeruk siam bisa ditanaman di

lahan dengan kemiringan hingga 30 derajat atau tegalan sawah yang memenuhi

syarat tumbuh tanaman. Aturan jarak tanam yang cocok untuk jenis jeruk siam

adalah sebagai berikut 5 x 5 meter, 5 x 8 meter atau 6 x 6 meter.

2.1.3.3 Pengisian Lubang Tanam

Cara mengisi lubang tanam adalah sebagai berikut :

a. Tanah yang subur (biasanya tanah atas) dicampur dengan kompos atau pupuk

kandang yang telah menjadi tanah dengan perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4,

tergantung dari kesuburan tanahnya. Juga diberi campuran TSP, KCl atau

kalium sulfat, masing-masing lebih kurang 1 kg. Kalau PH tanah rendah diberi

kapur Dolomit.

b. Campuran tanah ini dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk lagi,

jangan diinjak-injak. Setelah terisi tanah kira-kira 30–40 cm, kalau ada

persediaan siramlah dengan air kompos atau air pupuk kandang atau air septic

tank (WC). Setiap lapisan setebal 30 cm siram lagi dengan air WC.

c. Pada waktu hampir penuh, diberi ajir bambu atau kayu di tengah lubang tanam.

Lubang dipenuhi sampai cembung, kemudian dibiarkan beberapa hari sampai

tanah stabil tidak turun lagi, bila belum penuh ditambah lagi tanah sampai

penuh, jangan diinjak-injak (Pracaya, 2003).

2.1.3.4 Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu permulaan musim hujan supaya tidak

ada kesulitan dalam penyiraman. Pada waktu permulaan penanaman memerlukan

banyak air, jangan sampai kekeringan. Bibit yang ditanam bisa sistem stump,

Page 9: Chapter II

cabutan, bibit yang dikeranjang atau dalam polybag (kantong plastik). Adapun

cara menanam pohon jeruk adalah sebagai berikut :

a. Di tempat ajir ditancapkan, dibuat lubang yang kira-kira lebar dan dalamnya

lebih besar dari pada keranjang atau polybag. Pada sistem cabutan, lubang

dibuat lebih lebar dari panjang akar serabut dan lebih dalam dari panjang akar

tunggang.

b. Keranjang atau polybag diiris atau digunting pelan-pelan, tanah jangan sampai

pecah, lalu dimasukkan ke dalam lubang sedalam leher akar. Kalau tanaman

berasal dari cabutan, akar serabut diatur ke segala jurusan, lurus, demikian juga

akar tunggang diluruskan ke bawah. Bila terlalu panjang bisa dipotong (lebih

baik dipotong dari pada membengkok). Bekas potongan dicat atau diberi meni.

Akar yang rusak lebih baik dipotong saja di tempat yang sehat. Daun dikupir

(dipotong) tinggal sepertiga panjang, untuk mengurangi penguapan.

c. Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditaburi Furadan,

Curaterr, Temik atau insektisida lainnya untuk mencegah serangan nematode

atau rayap. Tutuplah pelan-pelan dengan tanah yang subur dan halus sehingga

akar yang telah diatur tidak bengkok. Kemudian tanah sedikit ditekan pelan-

pelan dengan tangan, tanaman diusahakan dibuat tegak lurus. Setelah selesai

penanaman segera disiram sampai jenuh. Kalau tanah masih turun, ditambah

lagi tanahnya. Untuk memudahkan penyiraman supaya air tidak tersebar

kemana-mana, permukaan tanah di sekitar batang dibuat sedikit cekung.

d. Untuk menghindari kekeringan dan tumbuhnya gulma, di sekitar tanaman

diberi mulsa, yaitu penutup tanah dari jerami, daun bambu, daun kelapa, daun

alang-alang atau lainnya. Selain untuk mencegah kekeringan juga mengurangi

Page 10: Chapter II

kepadatan tanah akibat siraman air hujan yang deras. Mulsa kalau membusuk

juga bisa menambah pupuk organik (Pracaya, 2003).

2.1.3.5 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa tindakan seperti :

a. Penyiraman

Tanaman jeruk memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, pada waktu tidak

ada hujan perlu dilakukan penyiraman, apabila pada masa pembungaan dan

pembuahan. Untuk memudahkan penyiraman pada musim kemarau, dibuat

cekukan di sekitar batang. Akan tetapi sebaliknya, pada waktu musim hujan di

sekitar batang dibuat cembung supaya air cepat keluar dan tidak tergenang

(Pracaya, 2003).

Saluran air sebaiknya dibuat dengan arah yang lurus, jangan berbelok-belok.

Saluran air yang berbelok-belok dikhawatirkan pada saat turun hujan, dimana

arus air sangat deras, akan mengikis dasar saluran atau bagian tepi saluran dan

membentuk cekungan sehingga air akan menggenang terus (AAK, 1994).

b. Pemberian mulsa

Untuk mencegah supaya jangan cepat terjadi kekeringan dan juga mencegah

tumbuhnya gulma, perlu diberi mulsa. Pemberian mulsa pada waktu musim

hujan akan mengurangi kepadatan tanah dan erosi. Mulsa juga dapat

mempertahankan kelembaban tanah pada waktu musim kemarau sehingga akar

dapat mengisap unsur hara dan air dengan cukup (Pracaya, 2003).

c. Penyiangan

Bila tumbuh gulma segera disiang, supaya tidak banyak unsur hara tanah yang

terambil. Bila gulma berupa teki atau alang-alang ambillah umbi dan akar

Page 11: Chapter II

rimpangnya supaya tidak tumbuh lagi karena kedua tanaman itu walaupun

sudah diberi mulsa masih bisa tumbuh dengan subur (Pracaya, 2003).

d. Penggemburan

Bila tanah telah kelihatan padat segera digemburkan supaya pertukaran udara

berjalan dengan baik, gas-gas racun di dalam tanah bisa keluar diganti oksigen

dari udara luar. Penggemburan jangan terlalu dalam, supaya tidak merusak

sistem perakaran tanaman jeruk. Bila perakaran yang besar luka segera diobati

dengan fungisida, supaya jangan menjadi tempat masuknya penyakit (Pracaya,

2003).

e. Pemangkasan

Pemangkasan hanya dilakukan bila ada cabang-cabang yang sakit misalnya

terserang jamur upas atau penyakit blendok, terserang benalu, cabang yang

hampir patah, terlalu rimbun sehingga sinar matahari tidak menembus ke

dalam tajuk pohon, tumbuh tunas-tunas di bawah okulasi atau sambungan,

pemangkasan bentuk supaya tanaman tidak begitu tinggi (Pracaya, 2003).

2.1.3.6 Pemupukan

Tanaman jeruk pada umumnya menyukai tanah yang gembur, yakni tanah yang

mengandung banyak humus, sirkulasi udara bagus, mudah memperoleh O2, kaya

akan bahan organik dan permukaan tanahnya agak dalam. Humus sangat

dibutuhkan tanaman, sebab di samping dapat mengatur kadar air dalam tanah dan

menampungnya, humus juga menahan zat-zat organik lainnya yang tidak mudah

ikut larut aliran air. Di samping itu, humus dibutuhkan untuk media pertumbuhan

mycorrhiza. Mycorrhiza yang bagi tanaman jeruk merupakan simbiosis

Page 12: Chapter II

mutualisme. Dengan bantuan mycorrhiza ini, tanaman jeruk akan lebih mudah

menghisap zat-zat yang dibutuhkan.

Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk adalah unsur makro yaitu N

(Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium), S (Sulfat/Belerang), Mg (Magnesium), Ca

(Calsium). Unsur-unsur ini mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak,

dan unsur mikro yaitu Cu (Cupro/Kuningan), Zn (Zenk) unsur Bo (Borium) dan

Fe (Ferrium/Besi) diperlukan dalam jumlah yang amat kecil. Tetapi jika unsur-

unsur tersebut tidak ada akan mengakibatkan penghisapan zat lain menjadi

terbengkalai. Walaupun mikro elemen tersebut hanya dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang amat rendah, tetapi unsur itu penting sekali artinya bagi kehidupan

tanaman jeruk. Yang harus diperhatikan yaitu pemberian unsur mikro. Sebab jika

pemberian unsur ini tidak sesuai dengan dosis dan aturannya akan mengakibatkan

tanaman menderita keracunan. Jika kekurangan unsur mikro, akibatnya adalah

adanya beberapa bagian tanaman menjadi tidak sempurna (AAK, 1994).

Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur jeruk banyak

menguras ketersediaan hara tanah. Jeruk siam membutuhkan pupuk organik

(pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). Pupuk

organik dibutuhkan untuk meningkatkan kadar humus di dalam tanah sehingga

tanah yang padat dapat diubah menjadi remah. Sedangkan pupuk anorganik

diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan dua kali setahun pada

awal dan akhir musim hujan, masing-masing setengah dosis yang ditentukan.

Sedang untuk tanaman yang sudah berbuah, pemupukan dilakukan tiga kali

setahun. Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5

Page 13: Chapter II

bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah

sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat

setelah panen.

Tanaman jeruk mempunyai kemampuan menyerap hara yang berkembang secara

bertahap. Makin bertambah umurnya makin bertambah kemampuan

penyerapannya. Hal ini disebabkan oleh perakaran jeruk yang makin berkembang.

Agar pupuk dapat diserap oleh akar secara optimum, maka pemupukannya

sebaiknya mengikuti petunjuk seperti berikut ini :

1. Buatlah alur melingkar kurang lebih 80 cm dari batang tanaman dengan lebar

dan kedalamannya 30 cm.

2. Gemburkan dasar tanah dengan garpu.

3. Masukkan ½ dosis pupuk ke dalam alur, lalu tutup dengan tanah setebal 10 cm

dan sisa pupuk dimasukkan lagi dan ditimbun dengan tanah.

4. Jarak melingkar pemupukan setiap tahun bergeser, jika pada tahun pertama

jaraknya 80 cm dari batang tanaman, maka pada tahun kedua menjadi 120 cm,

tahun ketiga 160 cm dan 200 cm untuk tahun keempat dan seterusnya.

2.1.3.7 Hama dan Penyakit

Penyakit dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman jeruk : akar, batang,

cabang, ranting, daun, bunga, pucuk-pucuk daun dan buah. Pada setiap areal

kebun, tingkat serangan penyakit tanaman jeruk berbeda-beda. Keadaan iklim,

kesuburan tanaman, kebersihan dan sinar matahari mempunyai pengaruh besar

terhadap perkembangbiakan penyakit. Perkembangan penyakit harus dicegah

sedini mungkin. Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang kebun jeruk dapat

dibedakan menjadi beberapa golongan, yakni Penyakit yang disebabkan oleh

Page 14: Chapter II

jamur dan bakteri, Penyakit yang disebabkan oleh virus, Penyakit yang

disebabkan oleh nematode, Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan zat-zat

makanan (malnutrition).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para petani jeruk agar gejala-gejala

penyakit dapat diketahui dan diatasi secara dini adalah petani harus mengenal

gejala-gejala awal berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui dengan pasti

saat mulai berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui jenis tiap-tiap

penyakit, petani harus mengetahui cara-cara mengendalikan penyakit dan cara-

cara membasminya, petani harus mengetahui dampak negatif ataupun positif dari

usaha pencegahan dan pengendalian terhadap tanaman jeruk itu sendiri (AAK,

1994).

2.1.3.8 Panen

a. Pemetikan Buah Jeruk Siam

Pemetikan buah jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada saat yang tepat.

Setiap kelompok buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab di

antaranya pasti ada buah yang belum siap untuk dipetik. Oleh karena itu harus

dipetik pada gelombang berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pemetikan buah jeruk adalah sebagai berikut :

Kulit buah harus sudah berubah warna, yakni kulit buah sudah orange atau

agak kekuningan.

Buah sudah tidak terasa terlalu keras lagi bila dipegang.

Buah bagian bawah sudah agak empuk dan jika dijentik dengan jari sudah

tidak berbunyi nyaring lagi.

Page 15: Chapter II

Buah yang masih muda jangan dipetik, sebab rasanya masih masam dan

akan lekas berkerut-kerut jika disimpan terlalu lama.

Jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon, sebab buah jeruk

mudah menjadi kering, terutama bagian bawah, sehingga kualitasnya akan

menurun.

Untuk memperoleh kualitas jeruk yang baik, ada beberapa hal yang perlu

dihindari, antara lain :

jangan memetik buah sebelum embun pagi lenyap.

Tangkai buah yang terlalu panjang harus dipotong dengan gunting yang

tajam dan disisakan sekitar 1-2 cm dari buah. Tangkai buah yang terlalu

panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga dapat menyebabkan

pembusukan.

Usahakan agar buah jeruk tersebut tidak jatuh supaya daging buah dan

kulitnya tidak rusak.

Pemetikan buah jeruk di pohon yang tinggi harus dipergunakan tangga,

agar cabang dan ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik buah harus

membawa keranjang atau kantong yang dapat digantungkan pada leher.

Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon, karena cara ini

dapat merusak pohon, buah jeruk menjadi kotor, dan pohon yang dipanjat

dapat terkena kuman penyakit yang terbawa oleh kaki-kaki yang kotor.

b. Perlakuan Terhadap Buah Jeruk Setelah Dipetik

Buah jeruk yang telah dipetik harus dibersihkan dengan air sabun untuk

menghilangkan sisa obat-obat yang masih menempel.

Buah yang masih basah harus dikeringkan terlebih dahulu dengan kain lap.

Page 16: Chapter II

Buah-buah yang sakit atau rusak harus dipisahkan dari buah yang sehat.

Buah-buah yang besar harus dipisahkan dari buah-buah yang kecil supaya

menjadi seragam, sehingga dapat menentukan harganya dengan mudah.

Sebelum buah jeruk dikirim ke lain daerah atau dipasarkan, perlu disimpan

selama 1–2 malam di tempat yang teduh dengan cara dihamparkan di atas

lantai yang kering dan jangan sampai tertumpuk.

Seandainya jeruk terpaksa ditumpuk, maka tumpukan jeruk tersebut tidak

boleh terlalu tinggi, karena udara di dalam tumpukan akan menjadi panas

dan lembab sehingga mudah menimbulkan pembiakan lapuk hijau atau biru.

2.2 Landasan Teori

Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan

memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila

petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki

sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut

menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi,

1995).

Usahatani pada skala usaha yang luas umumnya bemodal besar, berteknologi

tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersil, dan sebaliknya usahatani

skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat

usahatani sederhana dan sifat usahataninya subsistem, serta lebih bersifat untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Berhasil atau

Page 17: Chapter II

tidaknya usahatani tidak terlepas dari karakteristik petani dalam menjalankan

usahataninya. Untuk itulah maka dalam menganalisis usahatani jeruk siam,

peneliti hendaknya memperhatikan berbagai karakteristik petani jeruk siam dalam

menjalankan usahataninya dan selalu mengingat untuk apa analisis tersebut

dilakukan. Karakteristik dari petani dalam usahatani yaitu sebagai berikut :

1.Umur

Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam

bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan

besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin

berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun

pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga

kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah,

2008).

2. Pengalaman Bertani

Pengalaman seseorang dalam bertani berpengaruh dalam menerima inovasi dari

luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih

mudah menerapkan inovasi dari pada pemula dalam berusahatani (Soekartawi,

1999).

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan

dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya

jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani melakukan banyak aktivitas

dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Soekartawi, 1989).

Page 18: Chapter II

4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar bagi setiap orang, selanjutnya akan

menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan

peraktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi

relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005).

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas

manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan

kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia.

Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah

(Kartasapoetra, 1994).

5. Luas Lahan

Lahan usahatani adalah lahan di darat maupun di air, yang di gunakan untuk usaha

budidaya tanaman, budidaya perairan, peternakan. Lahan usahatani bisa dimiliki

oleh individu, keluarga, komunitas, hingga perusahaan. Sebuah lahan usahatani

bisa seluas kurang dari satu hektar hingga beberapa ribu hektar. Lahan sebagai

salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang

mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya

produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang

digunakan (Mubyarto, 1994).

Meskipun demikian bukan berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin

efisien lahan tersebut. Bahkan lahan yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi

yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor

produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja, serta terbatasnya

persediaan modal untuk membiayai usahatani tersebut. Sebaliknya dengan lahan

Page 19: Chapter II

yang luasnya relatif sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor

produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang

dibutuhkan tidak terlalu besar (Soekartawi, 1995).

Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa

faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah

bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar

tercapai efiisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun ekonomis

(Mubyarto, 1994).

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar

tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi

dikenal juga dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang

sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi

lahan, modal, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja, dan aspek manajemen

adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input)

dan produksi (output) biasanya di sebut dengan fungsi produksi (Soekartawi,

1989).

Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian.

Tanpa modal udah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal

dibutuhkan untuk penggandaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal

mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan

masukan (Daniel, 2002).

Page 20: Chapter II

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani swasembada, khususnya

faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani

swasembada atau usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani

merupakan unsur penentu (Tohir, 1991).

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani,

nelayan, peternak) untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan

dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil maksimal (Rahim dan

Hastuti, 2007).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed

cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan

sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun

produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besar biaya tetap tidak tergantung

pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau

biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kalau menginginkan produksi yang

tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu di tambah dan

sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung besar kecilnya

produksi yang di inginkan (Soekartawi, 1995).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan

harga jual. Pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam

memperoleh pendapatan yang tinggi maka petani harus mengupayakan

penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang

pasarnya baik dan mengupayakan biaya produksi yang rendah dengan megatur

Page 21: Chapter II

biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input

yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efesien (Simajuntak, 2004).

Untuk menganalisa layak atau tidak layaknya usahatani yang dijalankan oleh

petani jeruk siam dapat dilihat melalui kriteria investasi. Beberapa kriteria yang

sering digunakan dalam analisis kelayakan yaitu :

1. Net Present Value (NPV)

NPV sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV dari suatu proyek

atau usaha merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit

(manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan

kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost/biaya. NPV adalah kriteria

investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah proyek fleksible atau

tidak (Soekartawi, 1995).

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan sebuah tingkat pengembalian yang dinyatakan dalam persen yang

identik dengan ongkos investasi. Dapat disebut pula sebagai nilai discount rate (i)

yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR merupakan tingkat

keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang postif ditanam

kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat i yang sama yang diberi

berbunga selama sisa umur proyek. Jadi bila IRR > discount factor proyek

dikatakan layak, dan sebaliknya IRR < discount factor proyek dikatakan tidak

layak (Prawirokusumo, 1990).

3. Net Benefit Cost Ratio (Benefit B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV

negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit)

Page 22: Chapter II

yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka

proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan.

Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha

yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1995).

2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul

Penelitian

Rumusan

Masalah

Variabel

Pengamatan

Metode

Analisis

Kesimpulan

1. Riduan

M.

Rumap

ea

Analisis

Usahatani

Jeruk

Manis

(Citrus)

Studi

Kasus:

Desa

Suka,

Kecamata

n Tiga

Panah,

Kabupaten

Karo

bagaimana

besar R/C

(revenue

per Cost)

per Ha

usahatani

jeruk di

daerah

penelitian?

bagaimana

hubungan

R/C per Ha

dengan luas

tanaman

jeruk petani

di daerah

penelitian?

Bagaimana

pengaruh

umur

tanaman

jeruk

terhadap

produksi

per Ha di

daerah

penelitian?

Aspek

ekonomi

uji

korelasi

sederhana

analisis

regersi

sederhana

Rata-rata besar R/C

sebesar 5,82 dengan

range R/C per Ha

sebesar 1,2 sampai

16,3 dalam artian

secara finansial

usahatani jeruk

manis layak

diusahakan

dari uji statistik

tidak ada hubungan

luas tanaman dengan

besar nya R/C per

Ha atau t-hitung

(1,33) < dari t-tabel

(2,502)

ada pengaruh nyata

antara umur

tanaman terhadap

produksi

2. Nuraida

Pane

Analisis

Usahatani

Berapa

besar total

Aspek

ekonomi

teori

pendapata

petani di desa Kuala

Dekah kecamatan

Page 23: Chapter II

Buah

Duku

(Lansium

domesticu

m) Studi

Kasus :

Desa

Kuala

Dekah

Kecamata

n Biru-

Biru

Kabupaten

Deli

Serdang

biaya

produksi,

produktivit

as tenaga

kerja,

produktivit

as lahan,

total

penerimaan

dan

pendapatan

bersih pada

usahatani

duku di

daerah

penelitian ?

Apakah

usahatani

duku di

daerah

penelitian

layak untuk

diusahakan

?

Bagaimana

pengaruh

biaya

produksi,

produktivit

as tenaga

kerja dan

produktivit

as lahan

terhadap

pendapatan

usahatani

buah duku

di daerah

penelitian ?

n

analisis

kelayakan

analisis

uji

korelasi

karakterist

ik petani

terhadap

pendapata

n

Biru-Biru rata-rata

mengeluarkan biaya

produksi sebesar Rp.

49.531.680 per

petani, Rata-rata

produktivitas tenaga

kerja per petani

adalah 0,18

Ton/hkp, Rata-rata

produktivitas lahan

adalah 5,73 Ton/ha,

Rata-rata total

penerimaan per

petani adalah

sebesar Rp.

88.200.000 dan rata-

rata pendapatan

bersih per petani

sebesar Rp

38.668.320

Usahatani buah

duku ini layak untuk

diusahakan. Hal ini

karena umur

ekonomis pohon

duku bisa mencapai

sampai ratusan

tahun. Semakin tua

umur pohon duku

maka semakin

meningkat produksi

buah duku yang

dihasilkan.

Secara serempak

terdapat pengaruh

nyata biaya

produksi,

produktivitas tenaga

kerja dan

produktivitas lahan

terhadap pendapatan

usahatani buah

Page 24: Chapter II

duku.

3. Whendr

o Ases

Siahaan

Analisis

Usahatani

Kakao

Studi

Kasus :

Desa

Kuala Lau

Bicik,

Kecamata

n

Kutalimba

ru,

Kabupaten

Deli

Serdang

Bagaimana

teknis

pengelolaan

usahatani

kakao di

daerah

penelitian?

Berapa

Biaya

produksi,

penerimaan

dan

pendapatan

usahatani

kakao di

daerah

penelitian?

Bagaimana

kelayakan

finansial

usahatani

kakao di

daerah

penelitian?

Aspek

ekonomi

Analisis

deskriptif

Tabulasi

sederhana

Analisis

Kelayaka

n

Teknologi budidaya

yang diterapkan

petani masih bersifat

sederhana, dan

ketersediaan input

(bibit, pupuk, obat-

obatan dan tenaga

kerja) di daerah

penelitian sudah

cukup tersedia.

Manfaat yang

diperoleh petani

berupa hasil

penjualan biji kakao

mereka, diamana

pendapatan bersih

yang diperoleh

petani adalah Rp.

27.684.866,49 per

petani,

Rp.29,979,618.06

per Ha.

Usahatani kakao di

daerah penelitian

secara ekonomi

layak diusahakan.

Hal ini dapat dilihat

dari hasil

perhitungan analisis

finansial diantaranya

NPV > 1 yaitu

sebesar

Rp.11.623.911,75;

nilai Net B/C yaitu

2,60 dan nilai IRR

sebesar 51,41.

Page 25: Chapter II

4. Claudy

a

Rahmi

Analisis

Usahatani

Dan

Pemasaran

Jagung

Studi

Kasus

Desa

Pamah,

Kecamata

n Tanah

Pinem,

Kabupaten

Dairi

Berapa

besar

produktivit

as jagung di

daerah

penelitian

dan faktor-

faktor apa

yang

mempengar

uhi

produktivit

as jagung di

daerah

penelitian?

Bagaimana

struktur

biaya

produksi

usahatani

jagung di

daerah

penelitian?

Bagaimana

perkemban

gan harga

jagung di

daerah

penelitian?

Bagaimana

sistem

pemasaran

jagung dan

tingkat

efisiensi

pemasaran

jagung di

daerah

penelitian?

Aspek

ekonomi

Fungsi

Produksi

model

Coob-

Douglas

Fungsi

Pendapata

n model

Regresi

Linier

Berganda

Analisis

Regresi

model

Tren

Linier

Produktivitas jagung

di daerah penelitian

tergolong tinggi

struktur biaya

usahatani

didominasi oleh

biaya saprodi yang

terdiri dari biaya

bibit, biaya pupuk

dan biaya herbisida

Harga jagung di

Kabupaten Dairi

fluktuatif namun

cenderung

meningkat

sistem pemasaran

jagung di daerah

penelitian tergolong

efisien

5. Hosann

a sri

arta Br

Analisis

usahatani

kopi di

Bagaimana

tingkat

Aspek

ekonomi

Fungsi

Produksi

Tingkat produksi

kopi di daerah

Page 26: Chapter II

karo kecamatan

simpang

empat,

kabupaten

karo

produksi

kopi di

daerah

penelitian?

Faktor-

faktor

produksi

apakah

yang

mempengar

uhi

produksi

kopi di

daerah

penelitian?

Bagaimana

kah tingkat

kelayakan

usahatani

kopi di

daerah

penelitian?

model

Coob-

Douglas

Analisis

regresi

linier

berganada

Analisis

finansial

(IRR,NPV

, Net B/C)

penelitian relatif

tinggi, karena

tingkat produktifitas

kopi sedikit lebih

besar dari pada

tingkat produktifitas

di kecamatan

simpang empat dan

9 kali lebih kecil

bila di bandingkan

dengan kabupaten

dairi yang

merupakan sentra

produksi kopi di

sumatera.

Faktor-faktor

produksi yang

mempengaruhi

produksi kopi

didaerah penelitian

adalah pupuk

organik, pupuk

anorganik dan

curahan tenaga

kerja. Faktor

produksi yang

berpengaruh nyata

terhadap produksi

secara serempak ada

pada umur 2– 4

tahun namun secara

parsial hanya

curahan tenaga kerja

yang berpengaruh

nyata. Sementara

pada umur 5–15

tahun baik secara

serempak dan

parsial tidak

berpengaruh nyata

terhadap produksi.

Usahatani kopi

Page 27: Chapter II

secara finansial

layak untuk di

usahakan dan

dikembangkan hal

ini dapat dilihat

pada nilai NPV>0

yaitu sebesar

8.386.247,8, nilai

IRR>i (15%) yaitu

sebesar 16,95%

sedangkan nilai Net

B/C>1 yaitu sebesar

30,80.

2.4 Kerangka Pemikiran

Petani merupakan individu yang melakukan suatu kegiatan usahatani. Dalam hal

ini kegiatan usahatani yang dilakukan adalah usahatani jeruk siam. Usahatani

jeruk siam adalah usahatani yang memperoduksi buah jeruk siam sebagai

komoditas utama di dalam usahataninya.

Usahatani jeruk siam dibedakan menjadi dua yaitu usahatani jeruk siam yang baru

menghasilkan dan usahatani jeruk siam yang sudah lama menghasilkan. Petani

dalam menjalankan usahataninya pasti memiliki karakteristik yang berbeda.

Karakteristik petani dalam usahatani jeruk siam yaitu meliputi umur petani,

tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan, serta

modal.

Dalam menjalankan usahatani jeruk siam petani menggunakan faktor-faktor

produksi. Ketersediaan faktor produksi akan berpengaruh pada proses produksi

dan hasil produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi

penerimaan. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga jual produksi, dimana

penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual.

Page 28: Chapter II

Pendapatan suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total

biaya produksi. Dari pendapatan bersih tersebut dapat dianalisis kelayakan

usahatani jeruk siam. Usahatani jeruk siam dikatakan layak apabila

menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang dijalankan

mengalamai kerugiaan atau jumlah pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari

jumlah total biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usahatani

tersebut.

Secara singkat skema kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut :

rxy rxy

Keterangan :

= Menyatakan hubungan

= Menyatakan pengaruh

rxy = Pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (Y)

Gamabar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kelayakan Dan Analisi Usahatani Jeruk

Siam

Usahatani Jeruk

Siam

Petani

Output

Input

Tanaman Sudah Lama Menghasilkan

Tanaman Baru Menghasilkan

Input

Output

Penerimaan

Penerimaan

Layak Tidak Layak

Pendapatan

Pendapatan

Karakteristik

petani:

- Umur

- Pengalaman

Bertani

- Pendidikan

- Luas Lahan

- Jumlah

Tanggungan

Keluarga

Tidak Layak Layak

Page 29: Chapter II

Untuk lebih memperjelas pengaruh input terhadap output dalam usahatani jeruk

siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka akan

digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Input Terhadap Output

Pestisida

Bibit

Pestisida

Tenaga kerja

Pupuk

Tenaga Kerja

Bibit

Pupuk

Input Tanaman Baru

Menghasilkan

Input Tanaman Sudah

Lama Menghasilkan

Output (Produksi Jeruk)

Page 30: Chapter II

2.5 Hipotesi Penelitian

Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ada perbedaan karakteristik petani usahatani jeruk siam yang baru

menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

2. Ada perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam

yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah

penelitian.

3. Ada perbedaan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru

menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

4. Ada perbedaan kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan

dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.