Chapter II
-
Upload
rizal-ambarita -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of Chapter II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Mengenal Tanaman Jeruk
Jeruk (citrus sp) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama
Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia,
baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di pekarangan. Sebab tanaman
jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk di wilayah
Indonesia. Maka tidak mengherankan, kalau orang-orang dari Eropa tertarik
terhadap jeruk Indonesia dan kawasan Asia umumnya. Di Indonesia jeruk
merupakan komoditas buah-buahan terpenting ketiga setelah pisang dan mangga
bila dilihat dari luas pertanaman dan jumlah produksi per tahun (Soelarso, 1996).
Di Indonesia sejarah tanaman jeruk tidak begitu dikenal. Tanaman jeruk yang ada
sekarang ini adalah merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda.
Mereka mendatangkan jeruk-jeruk manis dan keprok dari Amerika, Italia. Namun
sampai sekarang beberapa jenis jeruk Indonesia tidak begitu jelas dari negara
mana asalnya. Terutama jenis jeruk siam, jeruk garut, dan jeruk batu.
Kemungkinan lain bahwa Indonesia beberapa tahun yang lalu telah menerima
bibit-bibit dari negara Cina maupun India, Birma dan Vietnam sedangkan untuk
jenis jeruk grape fruit dan van ouick jeruk pacitan asli dari Pulau Jawa (AAK,
1994).
Buah jeruk dari kawasan Asia memiliki warna dan bentuk yang khas dan menarik.
Di Eropa, umumnya hanya dikenal jeruk “Citroen” yaitu pada tahun ± 300 SM.
Jeruk manis baru dikenal pada tahun 1.400 M sedangkan jeruk manis dan jeruk
keprok Mandarin telah lama dikenal dan ditanam di Negara Cina. Jeruk manis
yang sudah lama dikenal dan ditanam lebih dari 27 macam, di samping jenis-jenis
jeruk lainnya (AAK, 1994).
Jeruk siam merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies jeruk yang sudah
dikenal dan dibudiayakan secara luas. Jeruk siam merupakan anggota dari
kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Memiliki nama
jeruk siam karena jeruk ini berasal dari Siam (Thailand). Di Thailand, jeruk siam
diberi nama Som Kin Wan. Sampai saat ini, belum ada data resmi mengenai
kapan dan di mana jeruk siam pertama kali didatangkan di Indonesia. Akan tetapi,
ada daerah yang mempunyai catatan yang cukup tentang kisah awal masuknya
jeruk siam di wilayahnya, seperti di Kalimantan Barat (Sarwono, 1994).
Jeruk siam adalah salah satu spesies buah jeruk yang telah banyak
dikembangbiakkan di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun pasarannya turun
naik dari waktu ke waktu, tetapi minat masyarakat terhadap jeruk tak pernah
hilang. Budidaya jeruk siam pun tergolong cukup fleksibel artinya bibit jeruk siam
bisa ditanam baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan cara
perawatan yang baik dan benar, akan didapatkan buah-buah kualitas tinggi dengan
rasa dan penampilan khas jeruk siam (Rismunandar, 1986).
Pada dasarnya jeruk siam mempunyai satu nenek moyang yang berasal dari Siam
(Muangthai). Orang Siam menyebut jenis jeruk ini dengan nama som kin wan.
Mungkin karena lidah orang Indonesia sulit untuk menyebutkan nama tersebut
sehingga terbiasa menyebutnya dengan nama Siam, Kelatahan ini terus berlanjut
sampai sekarang. Jeruk siam di Indonesia mempunyai banyak jenis tergantung
dari daerah asalnya seperti jeruk siam Pontianak, siam Simadu, siam Garut, siam
Palembang, siam Jati Barang, dan lain-lain. Dari berbagai nama tersebut, jeruk
siam Pontianak dan siam madu merupakan jenis jeruk siam yang paling dikenal
(Rismunandar, 1986).
Macam-macam jeruk siam tersebut tidak jauh berbeda satu dengan lainnya.
Perbedaannya biasanya dalam hal warna kulit, keharuman, dan rasa yang sedikit
berbeda. Perbedaan ini biasanya timbul karena berbeda daerah penanamannya.
Tempat penanaman yang berbeda tentunya mempunyai karakteristik faktor alam
yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap karakteristik buahnya (Joesoef,
1993).
Tipe tanah yang cocok untuk tanaman jeruk adalah lempung sampai lempung
berpasir. Jeruk membutuhkan tanah yang gembur dan subur, mengandung banyak
hawa udara (oksigen), bahan organik, dan air dalam tanah yang agak dalam.
Tanaman jeruk menghendaki tanah dengan PH 4–7,8. Hasil yang maksimal
didapat pada tanah dengan PH 6. Jeruk mengendaki air dalam tanah waktu musim
hujan 50 cm dan waktu musim kemarau 150 cm dalamnya dari permukaan tanah.
Jeruk siam dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah pada ketinggian kurang
dari 700 m dpl (di atas permukaan laut) sesuai dengan daerah asalnya di
Muangthai. Curah hujan optimal 1.500 mm/tahun dengan suhu optimal antara
250–30
0C. Tanaman jeruk juga membutuhkan banyak penyinaran matahari yaitu
sekitar 50–70% (Pracaya, 2003).
2.1.2 Botani Jeruk Siam
Jeruk siam hanya merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies dan varietas
jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Bisa dibayangkan, famili Rutaceae
saja memiliki anggota tidak kurang dari 1.300 spesies. Para ahli botani
mengelompokkan semua anggota famili ini kedalam 7 subfamili dan 130 genus.
Sedangkan yang menjadi induk tanaman jeruk adalah subfamili Aurantioidae
yang beranggotakan sekitar 33 genus. Subfamili ini masih dibagi-bagi lagi dalam
beberapa kelompok tribe dan subtribe. Jeruk tergolong dalam rumpun Citriae dan
subtribe Citrinae. Dari subtribe inilah berbagai jenis anggota tanaman jeruk
berasal, termasuk di dalamnya jeruk siam. Menurut AAK (1994), secara sistematis
klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut :
Famili : Rutacceae
Subfamili : Aurantioidae
Tribe : Citriae
Subtribe : Citrinae
Genus : Citrus
Subgenus : Eucitrus, papeda
Spesies : Citrus nobilis
Varietas : Citrus nobilis LOUR var. microcarpa Hassk (Ade, 2003).
Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut (bercabang
pendek kecil) serta akar-akar rambut. Panjang akar tunggang bisa mencapai 4 m.
Akar cabang yang mendatar bisa mencapai 6–7 m. Perakaran jeruk tergantung
pada banyaknya unsur hara di dalam tanah dan umumnya di kedalaman 0,15–0,50
m. Umumnya batang pohon jeruk siam yang dibudidayakan secara komersial
mempunyai tinggi antara 2,5–3 m tajuk pohon tidak beraturan, dahan kecil,
cabangnya banyak, tajuknya rindang dan letak dahan berpencar. pohon tersebut
biasanya berasal dari cangkokan atau okulasi. Untuk pohon dari okulasi,
tingginya ditentukan oleh penggunaan batang bawahnya. Pohon jeruk siam yang
menggunakan batang bawah JC (Japanese Citroen) biasanya memiliki tinggi
sekitar 272,5 cm, lingkar batang 16,8 cm, dan lebar tajuk sekitar 197,5–207,5 cm.
Daun jeruk berwarna hijau-tua mengkilat pada permukaan atas dan hijau-muda
pada permukaan bawah tangkai, daun bersayap dan pendek, kecil bentuk oval
dengan panjang 6–8 cm, lebar lebih kurang 4 cm, dan tangkai daun 1–1,5 cm.
Bunga jeruk berbentuk majemuk seperti anak payung, tandan atau malai
kebanyakan berkelamin 2, kelopak bunga berjumlah 4–5 ada yang menyatu ada
yang tidak. Mahkota bunga kebanyakan berjumlah 4–5 dan berdaun lepas.
Tonjolan dasar bunga berlekuk di dalam benang sari. Pada umumnya bunga jeruk
berwarna putih. Bunga yang paling lebat pada permulaan musim hujan antara
bulan Oktober–November dan lama bunga menjadi buah masak 7–9 bulan
(Soelarso, 1996).
Jeruk siam mempunyai ciri khas dengan kulit buahnya tipis sekitar 2 mm,
permukaannya halus, licin, mengkilap, dan menempel lekat pada daging buahnya.
Dasar buahnya berleher pendek dengan puncak berlekuk. Tangkai buahnya
pendek dengan panjang sekitar 3 cm dan berdiameter 2,6 mm. Biji buahnya
berbentuk oval, warnanya putih kekuningan dengan ukuran sekitar 0,9 cm x 0,6
cm, dan jumlah biji per buah sekitar 20 biji. Yang paling penting dari semua itu
adalah daging buahnya lunak dengan rasa manis dan harum. Lebih menarik lagi,
produksi buahnya cukup lebat dengan berat per buah sekitar 75,6 gram. Satu
pohon rata-rata dapat menghasilkan sekitar 7,3 kg buah. Biasanya buah sudah
dapat dipanen pada bulan Mei–Agustus (AAK, 1994).
2.1.3 Teknik Budidaya Jeruk Siam
2.1.3.1. Pembibitan
a. Persyaratan Bibit
Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa
penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip
dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan
batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki
sertifikasi penangkaran bibit. Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk
didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif. Kelebihan bibit dari biji adalah
mempunyai sistem perakaran yang baik. Akar tunggang yang dimilikinya
memungkinkan tanaman berumur lebih panjang karena kemampuan menyerap
hara juga lebih baik. Kekurangannya yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk mulai berproduksi. Kelebihan bibit cangkokan adalah sifatnya tidak
menyimpang dari induknya, lebih cepat berbuah, bentuk pohonnya lebih bagus,
banyak pohon sehingga tampak lebih rimbun, dan tidak meninggi. Kelebihan bibit
okulasi terletak pada perakaran yang kuat karena mempunyai akar tunggang.
Kekurangan bibit okulasi lebih lambat menghasilkan buah dibanding bibit
cangkokan. Kelebihan bibit stek diantaranya sifatnya sama dengan induk dan
cepat berproduksi tergantung bahan seteknya. Kekurangan, mudah mati ketika
disemaikan.
b. Teknik Penyemaian Bibit
a. Cara generative
Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji
dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2–3 hari hingga lendirnya
hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30–40
cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15–1,20 m membujur dari utara ke
selatan. Jarak petakan 0,5–1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1
kg/m². Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1–1,5 x 2 cm dan langsung
disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap, bibit dipindah tanam ke dalam
polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3–5 bulan. Media tumbuh
dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk
kandang, sekam, pasir (1:1:1).
b. Cara Vegetatif
Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan
mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/
rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya
adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit
virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan
oleh penangkar adalah Japanese Citroen, Rough Lemon, Cleopatra, Troyer
Citrange dan Carizzo Citrange.
2.1.3.2 Sistem Penanaman dan Jarak Tanam
Sistem penanaman ada bermacam-macam, di antaranya yaitu empat persegi
panjang, bujur sangkar, segi tiga sama kaki, segi tiga sama sisi, belah ketupat atau
heksagonal, dan diagonal seperti cara bujur sangkar, tetapi perpotongan diagonal
di tengah juga ditanami, sehingga ada 5 tanaman, kemudian tanaman tengah
dibongkar setelah tanaman besar dan rimbun. Jeruk siam bisa ditanaman di
lahan dengan kemiringan hingga 30 derajat atau tegalan sawah yang memenuhi
syarat tumbuh tanaman. Aturan jarak tanam yang cocok untuk jenis jeruk siam
adalah sebagai berikut 5 x 5 meter, 5 x 8 meter atau 6 x 6 meter.
2.1.3.3 Pengisian Lubang Tanam
Cara mengisi lubang tanam adalah sebagai berikut :
a. Tanah yang subur (biasanya tanah atas) dicampur dengan kompos atau pupuk
kandang yang telah menjadi tanah dengan perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4,
tergantung dari kesuburan tanahnya. Juga diberi campuran TSP, KCl atau
kalium sulfat, masing-masing lebih kurang 1 kg. Kalau PH tanah rendah diberi
kapur Dolomit.
b. Campuran tanah ini dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk lagi,
jangan diinjak-injak. Setelah terisi tanah kira-kira 30–40 cm, kalau ada
persediaan siramlah dengan air kompos atau air pupuk kandang atau air septic
tank (WC). Setiap lapisan setebal 30 cm siram lagi dengan air WC.
c. Pada waktu hampir penuh, diberi ajir bambu atau kayu di tengah lubang tanam.
Lubang dipenuhi sampai cembung, kemudian dibiarkan beberapa hari sampai
tanah stabil tidak turun lagi, bila belum penuh ditambah lagi tanah sampai
penuh, jangan diinjak-injak (Pracaya, 2003).
2.1.3.4 Penanaman
Penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu permulaan musim hujan supaya tidak
ada kesulitan dalam penyiraman. Pada waktu permulaan penanaman memerlukan
banyak air, jangan sampai kekeringan. Bibit yang ditanam bisa sistem stump,
cabutan, bibit yang dikeranjang atau dalam polybag (kantong plastik). Adapun
cara menanam pohon jeruk adalah sebagai berikut :
a. Di tempat ajir ditancapkan, dibuat lubang yang kira-kira lebar dan dalamnya
lebih besar dari pada keranjang atau polybag. Pada sistem cabutan, lubang
dibuat lebih lebar dari panjang akar serabut dan lebih dalam dari panjang akar
tunggang.
b. Keranjang atau polybag diiris atau digunting pelan-pelan, tanah jangan sampai
pecah, lalu dimasukkan ke dalam lubang sedalam leher akar. Kalau tanaman
berasal dari cabutan, akar serabut diatur ke segala jurusan, lurus, demikian juga
akar tunggang diluruskan ke bawah. Bila terlalu panjang bisa dipotong (lebih
baik dipotong dari pada membengkok). Bekas potongan dicat atau diberi meni.
Akar yang rusak lebih baik dipotong saja di tempat yang sehat. Daun dikupir
(dipotong) tinggal sepertiga panjang, untuk mengurangi penguapan.
c. Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditaburi Furadan,
Curaterr, Temik atau insektisida lainnya untuk mencegah serangan nematode
atau rayap. Tutuplah pelan-pelan dengan tanah yang subur dan halus sehingga
akar yang telah diatur tidak bengkok. Kemudian tanah sedikit ditekan pelan-
pelan dengan tangan, tanaman diusahakan dibuat tegak lurus. Setelah selesai
penanaman segera disiram sampai jenuh. Kalau tanah masih turun, ditambah
lagi tanahnya. Untuk memudahkan penyiraman supaya air tidak tersebar
kemana-mana, permukaan tanah di sekitar batang dibuat sedikit cekung.
d. Untuk menghindari kekeringan dan tumbuhnya gulma, di sekitar tanaman
diberi mulsa, yaitu penutup tanah dari jerami, daun bambu, daun kelapa, daun
alang-alang atau lainnya. Selain untuk mencegah kekeringan juga mengurangi
kepadatan tanah akibat siraman air hujan yang deras. Mulsa kalau membusuk
juga bisa menambah pupuk organik (Pracaya, 2003).
2.1.3.5 Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa tindakan seperti :
a. Penyiraman
Tanaman jeruk memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, pada waktu tidak
ada hujan perlu dilakukan penyiraman, apabila pada masa pembungaan dan
pembuahan. Untuk memudahkan penyiraman pada musim kemarau, dibuat
cekukan di sekitar batang. Akan tetapi sebaliknya, pada waktu musim hujan di
sekitar batang dibuat cembung supaya air cepat keluar dan tidak tergenang
(Pracaya, 2003).
Saluran air sebaiknya dibuat dengan arah yang lurus, jangan berbelok-belok.
Saluran air yang berbelok-belok dikhawatirkan pada saat turun hujan, dimana
arus air sangat deras, akan mengikis dasar saluran atau bagian tepi saluran dan
membentuk cekungan sehingga air akan menggenang terus (AAK, 1994).
b. Pemberian mulsa
Untuk mencegah supaya jangan cepat terjadi kekeringan dan juga mencegah
tumbuhnya gulma, perlu diberi mulsa. Pemberian mulsa pada waktu musim
hujan akan mengurangi kepadatan tanah dan erosi. Mulsa juga dapat
mempertahankan kelembaban tanah pada waktu musim kemarau sehingga akar
dapat mengisap unsur hara dan air dengan cukup (Pracaya, 2003).
c. Penyiangan
Bila tumbuh gulma segera disiang, supaya tidak banyak unsur hara tanah yang
terambil. Bila gulma berupa teki atau alang-alang ambillah umbi dan akar
rimpangnya supaya tidak tumbuh lagi karena kedua tanaman itu walaupun
sudah diberi mulsa masih bisa tumbuh dengan subur (Pracaya, 2003).
d. Penggemburan
Bila tanah telah kelihatan padat segera digemburkan supaya pertukaran udara
berjalan dengan baik, gas-gas racun di dalam tanah bisa keluar diganti oksigen
dari udara luar. Penggemburan jangan terlalu dalam, supaya tidak merusak
sistem perakaran tanaman jeruk. Bila perakaran yang besar luka segera diobati
dengan fungisida, supaya jangan menjadi tempat masuknya penyakit (Pracaya,
2003).
e. Pemangkasan
Pemangkasan hanya dilakukan bila ada cabang-cabang yang sakit misalnya
terserang jamur upas atau penyakit blendok, terserang benalu, cabang yang
hampir patah, terlalu rimbun sehingga sinar matahari tidak menembus ke
dalam tajuk pohon, tumbuh tunas-tunas di bawah okulasi atau sambungan,
pemangkasan bentuk supaya tanaman tidak begitu tinggi (Pracaya, 2003).
2.1.3.6 Pemupukan
Tanaman jeruk pada umumnya menyukai tanah yang gembur, yakni tanah yang
mengandung banyak humus, sirkulasi udara bagus, mudah memperoleh O2, kaya
akan bahan organik dan permukaan tanahnya agak dalam. Humus sangat
dibutuhkan tanaman, sebab di samping dapat mengatur kadar air dalam tanah dan
menampungnya, humus juga menahan zat-zat organik lainnya yang tidak mudah
ikut larut aliran air. Di samping itu, humus dibutuhkan untuk media pertumbuhan
mycorrhiza. Mycorrhiza yang bagi tanaman jeruk merupakan simbiosis
mutualisme. Dengan bantuan mycorrhiza ini, tanaman jeruk akan lebih mudah
menghisap zat-zat yang dibutuhkan.
Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk adalah unsur makro yaitu N
(Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium), S (Sulfat/Belerang), Mg (Magnesium), Ca
(Calsium). Unsur-unsur ini mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak,
dan unsur mikro yaitu Cu (Cupro/Kuningan), Zn (Zenk) unsur Bo (Borium) dan
Fe (Ferrium/Besi) diperlukan dalam jumlah yang amat kecil. Tetapi jika unsur-
unsur tersebut tidak ada akan mengakibatkan penghisapan zat lain menjadi
terbengkalai. Walaupun mikro elemen tersebut hanya dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang amat rendah, tetapi unsur itu penting sekali artinya bagi kehidupan
tanaman jeruk. Yang harus diperhatikan yaitu pemberian unsur mikro. Sebab jika
pemberian unsur ini tidak sesuai dengan dosis dan aturannya akan mengakibatkan
tanaman menderita keracunan. Jika kekurangan unsur mikro, akibatnya adalah
adanya beberapa bagian tanaman menjadi tidak sempurna (AAK, 1994).
Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur jeruk banyak
menguras ketersediaan hara tanah. Jeruk siam membutuhkan pupuk organik
(pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). Pupuk
organik dibutuhkan untuk meningkatkan kadar humus di dalam tanah sehingga
tanah yang padat dapat diubah menjadi remah. Sedangkan pupuk anorganik
diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan dua kali setahun pada
awal dan akhir musim hujan, masing-masing setengah dosis yang ditentukan.
Sedang untuk tanaman yang sudah berbuah, pemupukan dilakukan tiga kali
setahun. Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5
bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah
sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat
setelah panen.
Tanaman jeruk mempunyai kemampuan menyerap hara yang berkembang secara
bertahap. Makin bertambah umurnya makin bertambah kemampuan
penyerapannya. Hal ini disebabkan oleh perakaran jeruk yang makin berkembang.
Agar pupuk dapat diserap oleh akar secara optimum, maka pemupukannya
sebaiknya mengikuti petunjuk seperti berikut ini :
1. Buatlah alur melingkar kurang lebih 80 cm dari batang tanaman dengan lebar
dan kedalamannya 30 cm.
2. Gemburkan dasar tanah dengan garpu.
3. Masukkan ½ dosis pupuk ke dalam alur, lalu tutup dengan tanah setebal 10 cm
dan sisa pupuk dimasukkan lagi dan ditimbun dengan tanah.
4. Jarak melingkar pemupukan setiap tahun bergeser, jika pada tahun pertama
jaraknya 80 cm dari batang tanaman, maka pada tahun kedua menjadi 120 cm,
tahun ketiga 160 cm dan 200 cm untuk tahun keempat dan seterusnya.
2.1.3.7 Hama dan Penyakit
Penyakit dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman jeruk : akar, batang,
cabang, ranting, daun, bunga, pucuk-pucuk daun dan buah. Pada setiap areal
kebun, tingkat serangan penyakit tanaman jeruk berbeda-beda. Keadaan iklim,
kesuburan tanaman, kebersihan dan sinar matahari mempunyai pengaruh besar
terhadap perkembangbiakan penyakit. Perkembangan penyakit harus dicegah
sedini mungkin. Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang kebun jeruk dapat
dibedakan menjadi beberapa golongan, yakni Penyakit yang disebabkan oleh
jamur dan bakteri, Penyakit yang disebabkan oleh virus, Penyakit yang
disebabkan oleh nematode, Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan zat-zat
makanan (malnutrition).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para petani jeruk agar gejala-gejala
penyakit dapat diketahui dan diatasi secara dini adalah petani harus mengenal
gejala-gejala awal berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui dengan pasti
saat mulai berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui jenis tiap-tiap
penyakit, petani harus mengetahui cara-cara mengendalikan penyakit dan cara-
cara membasminya, petani harus mengetahui dampak negatif ataupun positif dari
usaha pencegahan dan pengendalian terhadap tanaman jeruk itu sendiri (AAK,
1994).
2.1.3.8 Panen
a. Pemetikan Buah Jeruk Siam
Pemetikan buah jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada saat yang tepat.
Setiap kelompok buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab di
antaranya pasti ada buah yang belum siap untuk dipetik. Oleh karena itu harus
dipetik pada gelombang berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemetikan buah jeruk adalah sebagai berikut :
Kulit buah harus sudah berubah warna, yakni kulit buah sudah orange atau
agak kekuningan.
Buah sudah tidak terasa terlalu keras lagi bila dipegang.
Buah bagian bawah sudah agak empuk dan jika dijentik dengan jari sudah
tidak berbunyi nyaring lagi.
Buah yang masih muda jangan dipetik, sebab rasanya masih masam dan
akan lekas berkerut-kerut jika disimpan terlalu lama.
Jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon, sebab buah jeruk
mudah menjadi kering, terutama bagian bawah, sehingga kualitasnya akan
menurun.
Untuk memperoleh kualitas jeruk yang baik, ada beberapa hal yang perlu
dihindari, antara lain :
jangan memetik buah sebelum embun pagi lenyap.
Tangkai buah yang terlalu panjang harus dipotong dengan gunting yang
tajam dan disisakan sekitar 1-2 cm dari buah. Tangkai buah yang terlalu
panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga dapat menyebabkan
pembusukan.
Usahakan agar buah jeruk tersebut tidak jatuh supaya daging buah dan
kulitnya tidak rusak.
Pemetikan buah jeruk di pohon yang tinggi harus dipergunakan tangga,
agar cabang dan ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik buah harus
membawa keranjang atau kantong yang dapat digantungkan pada leher.
Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon, karena cara ini
dapat merusak pohon, buah jeruk menjadi kotor, dan pohon yang dipanjat
dapat terkena kuman penyakit yang terbawa oleh kaki-kaki yang kotor.
b. Perlakuan Terhadap Buah Jeruk Setelah Dipetik
Buah jeruk yang telah dipetik harus dibersihkan dengan air sabun untuk
menghilangkan sisa obat-obat yang masih menempel.
Buah yang masih basah harus dikeringkan terlebih dahulu dengan kain lap.
Buah-buah yang sakit atau rusak harus dipisahkan dari buah yang sehat.
Buah-buah yang besar harus dipisahkan dari buah-buah yang kecil supaya
menjadi seragam, sehingga dapat menentukan harganya dengan mudah.
Sebelum buah jeruk dikirim ke lain daerah atau dipasarkan, perlu disimpan
selama 1–2 malam di tempat yang teduh dengan cara dihamparkan di atas
lantai yang kering dan jangan sampai tertumpuk.
Seandainya jeruk terpaksa ditumpuk, maka tumpukan jeruk tersebut tidak
boleh terlalu tinggi, karena udara di dalam tumpukan akan menjadi panas
dan lembab sehingga mudah menimbulkan pembiakan lapuk hijau atau biru.
2.2 Landasan Teori
Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila
petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki
sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi,
1995).
Usahatani pada skala usaha yang luas umumnya bemodal besar, berteknologi
tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersil, dan sebaliknya usahatani
skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat
usahatani sederhana dan sifat usahataninya subsistem, serta lebih bersifat untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Berhasil atau
tidaknya usahatani tidak terlepas dari karakteristik petani dalam menjalankan
usahataninya. Untuk itulah maka dalam menganalisis usahatani jeruk siam,
peneliti hendaknya memperhatikan berbagai karakteristik petani jeruk siam dalam
menjalankan usahataninya dan selalu mengingat untuk apa analisis tersebut
dilakukan. Karakteristik dari petani dalam usahatani yaitu sebagai berikut :
1.Umur
Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam
bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan
besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin
berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun
pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga
kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah,
2008).
2. Pengalaman Bertani
Pengalaman seseorang dalam bertani berpengaruh dalam menerima inovasi dari
luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih
mudah menerapkan inovasi dari pada pemula dalam berusahatani (Soekartawi,
1999).
3. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya
jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani melakukan banyak aktivitas
dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Soekartawi, 1989).
4. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana belajar bagi setiap orang, selanjutnya akan
menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan
peraktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi
relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005).
Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas
manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan
kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia.
Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah
(Kartasapoetra, 1994).
5. Luas Lahan
Lahan usahatani adalah lahan di darat maupun di air, yang di gunakan untuk usaha
budidaya tanaman, budidaya perairan, peternakan. Lahan usahatani bisa dimiliki
oleh individu, keluarga, komunitas, hingga perusahaan. Sebuah lahan usahatani
bisa seluas kurang dari satu hektar hingga beberapa ribu hektar. Lahan sebagai
salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang
mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya
produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang
digunakan (Mubyarto, 1994).
Meskipun demikian bukan berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin
efisien lahan tersebut. Bahkan lahan yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi
yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor
produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja, serta terbatasnya
persediaan modal untuk membiayai usahatani tersebut. Sebaliknya dengan lahan
yang luasnya relatif sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor
produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang
dibutuhkan tidak terlalu besar (Soekartawi, 1995).
Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa
faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah
bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar
tercapai efiisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun ekonomis
(Mubyarto, 1994).
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar
tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi
dikenal juga dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang
sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi
lahan, modal, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja, dan aspek manajemen
adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input)
dan produksi (output) biasanya di sebut dengan fungsi produksi (Soekartawi,
1989).
Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian.
Tanpa modal udah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal
dibutuhkan untuk penggandaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal
mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan
masukan (Daniel, 2002).
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani swasembada, khususnya
faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani
swasembada atau usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani
merupakan unsur penentu (Tohir, 1991).
Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani,
nelayan, peternak) untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan
dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil maksimal (Rahim dan
Hastuti, 2007).
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besar biaya tetap tidak tergantung
pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau
biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kalau menginginkan produksi yang
tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu di tambah dan
sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung besar kecilnya
produksi yang di inginkan (Soekartawi, 1995).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual. Pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam
memperoleh pendapatan yang tinggi maka petani harus mengupayakan
penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang
pasarnya baik dan mengupayakan biaya produksi yang rendah dengan megatur
biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input
yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efesien (Simajuntak, 2004).
Untuk menganalisa layak atau tidak layaknya usahatani yang dijalankan oleh
petani jeruk siam dapat dilihat melalui kriteria investasi. Beberapa kriteria yang
sering digunakan dalam analisis kelayakan yaitu :
1. Net Present Value (NPV)
NPV sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV dari suatu proyek
atau usaha merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit
(manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan
kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost/biaya. NPV adalah kriteria
investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah proyek fleksible atau
tidak (Soekartawi, 1995).
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan sebuah tingkat pengembalian yang dinyatakan dalam persen yang
identik dengan ongkos investasi. Dapat disebut pula sebagai nilai discount rate (i)
yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR merupakan tingkat
keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang postif ditanam
kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat i yang sama yang diberi
berbunga selama sisa umur proyek. Jadi bila IRR > discount factor proyek
dikatakan layak, dan sebaliknya IRR < discount factor proyek dikatakan tidak
layak (Prawirokusumo, 1990).
3. Net Benefit Cost Ratio (Benefit B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV
negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit)
yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka
proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan.
Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha
yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1995).
2.2 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Rumusan
Masalah
Variabel
Pengamatan
Metode
Analisis
Kesimpulan
1. Riduan
M.
Rumap
ea
Analisis
Usahatani
Jeruk
Manis
(Citrus)
Studi
Kasus:
Desa
Suka,
Kecamata
n Tiga
Panah,
Kabupaten
Karo
bagaimana
besar R/C
(revenue
per Cost)
per Ha
usahatani
jeruk di
daerah
penelitian?
bagaimana
hubungan
R/C per Ha
dengan luas
tanaman
jeruk petani
di daerah
penelitian?
Bagaimana
pengaruh
umur
tanaman
jeruk
terhadap
produksi
per Ha di
daerah
penelitian?
Aspek
ekonomi
uji
korelasi
sederhana
analisis
regersi
sederhana
Rata-rata besar R/C
sebesar 5,82 dengan
range R/C per Ha
sebesar 1,2 sampai
16,3 dalam artian
secara finansial
usahatani jeruk
manis layak
diusahakan
dari uji statistik
tidak ada hubungan
luas tanaman dengan
besar nya R/C per
Ha atau t-hitung
(1,33) < dari t-tabel
(2,502)
ada pengaruh nyata
antara umur
tanaman terhadap
produksi
2. Nuraida
Pane
Analisis
Usahatani
Berapa
besar total
Aspek
ekonomi
teori
pendapata
petani di desa Kuala
Dekah kecamatan
Buah
Duku
(Lansium
domesticu
m) Studi
Kasus :
Desa
Kuala
Dekah
Kecamata
n Biru-
Biru
Kabupaten
Deli
Serdang
biaya
produksi,
produktivit
as tenaga
kerja,
produktivit
as lahan,
total
penerimaan
dan
pendapatan
bersih pada
usahatani
duku di
daerah
penelitian ?
Apakah
usahatani
duku di
daerah
penelitian
layak untuk
diusahakan
?
Bagaimana
pengaruh
biaya
produksi,
produktivit
as tenaga
kerja dan
produktivit
as lahan
terhadap
pendapatan
usahatani
buah duku
di daerah
penelitian ?
n
analisis
kelayakan
analisis
uji
korelasi
karakterist
ik petani
terhadap
pendapata
n
Biru-Biru rata-rata
mengeluarkan biaya
produksi sebesar Rp.
49.531.680 per
petani, Rata-rata
produktivitas tenaga
kerja per petani
adalah 0,18
Ton/hkp, Rata-rata
produktivitas lahan
adalah 5,73 Ton/ha,
Rata-rata total
penerimaan per
petani adalah
sebesar Rp.
88.200.000 dan rata-
rata pendapatan
bersih per petani
sebesar Rp
38.668.320
Usahatani buah
duku ini layak untuk
diusahakan. Hal ini
karena umur
ekonomis pohon
duku bisa mencapai
sampai ratusan
tahun. Semakin tua
umur pohon duku
maka semakin
meningkat produksi
buah duku yang
dihasilkan.
Secara serempak
terdapat pengaruh
nyata biaya
produksi,
produktivitas tenaga
kerja dan
produktivitas lahan
terhadap pendapatan
usahatani buah
duku.
3. Whendr
o Ases
Siahaan
Analisis
Usahatani
Kakao
Studi
Kasus :
Desa
Kuala Lau
Bicik,
Kecamata
n
Kutalimba
ru,
Kabupaten
Deli
Serdang
Bagaimana
teknis
pengelolaan
usahatani
kakao di
daerah
penelitian?
Berapa
Biaya
produksi,
penerimaan
dan
pendapatan
usahatani
kakao di
daerah
penelitian?
Bagaimana
kelayakan
finansial
usahatani
kakao di
daerah
penelitian?
Aspek
ekonomi
Analisis
deskriptif
Tabulasi
sederhana
Analisis
Kelayaka
n
Teknologi budidaya
yang diterapkan
petani masih bersifat
sederhana, dan
ketersediaan input
(bibit, pupuk, obat-
obatan dan tenaga
kerja) di daerah
penelitian sudah
cukup tersedia.
Manfaat yang
diperoleh petani
berupa hasil
penjualan biji kakao
mereka, diamana
pendapatan bersih
yang diperoleh
petani adalah Rp.
27.684.866,49 per
petani,
Rp.29,979,618.06
per Ha.
Usahatani kakao di
daerah penelitian
secara ekonomi
layak diusahakan.
Hal ini dapat dilihat
dari hasil
perhitungan analisis
finansial diantaranya
NPV > 1 yaitu
sebesar
Rp.11.623.911,75;
nilai Net B/C yaitu
2,60 dan nilai IRR
sebesar 51,41.
4. Claudy
a
Rahmi
Analisis
Usahatani
Dan
Pemasaran
Jagung
Studi
Kasus
Desa
Pamah,
Kecamata
n Tanah
Pinem,
Kabupaten
Dairi
Berapa
besar
produktivit
as jagung di
daerah
penelitian
dan faktor-
faktor apa
yang
mempengar
uhi
produktivit
as jagung di
daerah
penelitian?
Bagaimana
struktur
biaya
produksi
usahatani
jagung di
daerah
penelitian?
Bagaimana
perkemban
gan harga
jagung di
daerah
penelitian?
Bagaimana
sistem
pemasaran
jagung dan
tingkat
efisiensi
pemasaran
jagung di
daerah
penelitian?
Aspek
ekonomi
Fungsi
Produksi
model
Coob-
Douglas
Fungsi
Pendapata
n model
Regresi
Linier
Berganda
Analisis
Regresi
model
Tren
Linier
Produktivitas jagung
di daerah penelitian
tergolong tinggi
struktur biaya
usahatani
didominasi oleh
biaya saprodi yang
terdiri dari biaya
bibit, biaya pupuk
dan biaya herbisida
Harga jagung di
Kabupaten Dairi
fluktuatif namun
cenderung
meningkat
sistem pemasaran
jagung di daerah
penelitian tergolong
efisien
5. Hosann
a sri
arta Br
Analisis
usahatani
kopi di
Bagaimana
tingkat
Aspek
ekonomi
Fungsi
Produksi
Tingkat produksi
kopi di daerah
karo kecamatan
simpang
empat,
kabupaten
karo
produksi
kopi di
daerah
penelitian?
Faktor-
faktor
produksi
apakah
yang
mempengar
uhi
produksi
kopi di
daerah
penelitian?
Bagaimana
kah tingkat
kelayakan
usahatani
kopi di
daerah
penelitian?
model
Coob-
Douglas
Analisis
regresi
linier
berganada
Analisis
finansial
(IRR,NPV
, Net B/C)
penelitian relatif
tinggi, karena
tingkat produktifitas
kopi sedikit lebih
besar dari pada
tingkat produktifitas
di kecamatan
simpang empat dan
9 kali lebih kecil
bila di bandingkan
dengan kabupaten
dairi yang
merupakan sentra
produksi kopi di
sumatera.
Faktor-faktor
produksi yang
mempengaruhi
produksi kopi
didaerah penelitian
adalah pupuk
organik, pupuk
anorganik dan
curahan tenaga
kerja. Faktor
produksi yang
berpengaruh nyata
terhadap produksi
secara serempak ada
pada umur 2– 4
tahun namun secara
parsial hanya
curahan tenaga kerja
yang berpengaruh
nyata. Sementara
pada umur 5–15
tahun baik secara
serempak dan
parsial tidak
berpengaruh nyata
terhadap produksi.
Usahatani kopi
secara finansial
layak untuk di
usahakan dan
dikembangkan hal
ini dapat dilihat
pada nilai NPV>0
yaitu sebesar
8.386.247,8, nilai
IRR>i (15%) yaitu
sebesar 16,95%
sedangkan nilai Net
B/C>1 yaitu sebesar
30,80.
2.4 Kerangka Pemikiran
Petani merupakan individu yang melakukan suatu kegiatan usahatani. Dalam hal
ini kegiatan usahatani yang dilakukan adalah usahatani jeruk siam. Usahatani
jeruk siam adalah usahatani yang memperoduksi buah jeruk siam sebagai
komoditas utama di dalam usahataninya.
Usahatani jeruk siam dibedakan menjadi dua yaitu usahatani jeruk siam yang baru
menghasilkan dan usahatani jeruk siam yang sudah lama menghasilkan. Petani
dalam menjalankan usahataninya pasti memiliki karakteristik yang berbeda.
Karakteristik petani dalam usahatani jeruk siam yaitu meliputi umur petani,
tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan, serta
modal.
Dalam menjalankan usahatani jeruk siam petani menggunakan faktor-faktor
produksi. Ketersediaan faktor produksi akan berpengaruh pada proses produksi
dan hasil produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi
penerimaan. Penerimaan juga dipengaruhi oleh harga jual produksi, dimana
penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga jual.
Pendapatan suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total
biaya produksi. Dari pendapatan bersih tersebut dapat dianalisis kelayakan
usahatani jeruk siam. Usahatani jeruk siam dikatakan layak apabila
menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang dijalankan
mengalamai kerugiaan atau jumlah pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari
jumlah total biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usahatani
tersebut.
Secara singkat skema kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut :
rxy rxy
Keterangan :
= Menyatakan hubungan
= Menyatakan pengaruh
rxy = Pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (Y)
Gamabar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kelayakan Dan Analisi Usahatani Jeruk
Siam
Usahatani Jeruk
Siam
Petani
Output
Input
Tanaman Sudah Lama Menghasilkan
Tanaman Baru Menghasilkan
Input
Output
Penerimaan
Penerimaan
Layak Tidak Layak
Pendapatan
Pendapatan
Karakteristik
petani:
- Umur
- Pengalaman
Bertani
- Pendidikan
- Luas Lahan
- Jumlah
Tanggungan
Keluarga
Tidak Layak Layak
Untuk lebih memperjelas pengaruh input terhadap output dalam usahatani jeruk
siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka akan
digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Input Terhadap Output
Pestisida
Bibit
Pestisida
Tenaga kerja
Pupuk
Tenaga Kerja
Bibit
Pupuk
Input Tanaman Baru
Menghasilkan
Input Tanaman Sudah
Lama Menghasilkan
Output (Produksi Jeruk)
2.5 Hipotesi Penelitian
Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan karakteristik petani usahatani jeruk siam yang baru
menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.
2. Ada perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam
yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah
penelitian.
3. Ada perbedaan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru
menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.
4. Ada perbedaan kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan
dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.