Chapter II

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan Keuangan menurut Harahap (2007:105) sebagai berikut: “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”. Menurut Kieso, dkk (2002:2) pengertian laporan keuangan adalah : Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan yang menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter yang disajikan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas pemilik, serta catatan atas laporan keuangan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban keuangan perusahaan atas suatu aktivitas dalam menilai kondisi keuangan perusahaan. 2. Jenis-jenis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2007:106) Jenis-jenis Laporan Keuangan sebagai berikut:

Transcript of Chapter II

Page 1: Chapter II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan

Keuangan menurut Harahap (2007:105) sebagai berikut: “Laporan

keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu

perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.

Menurut Kieso, dkk (2002:2) pengertian laporan keuangan adalah :

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan yang menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter yang disajikan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas pemilik, serta catatan atas laporan keuangan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

merupakan bentuk pertanggungjawaban keuangan perusahaan atas suatu

aktivitas dalam menilai kondisi keuangan perusahaan.

2. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2007:106) Jenis-jenis Laporan Keuangan sebagai

berikut:

Page 2: Chapter II

”Jenis-jenis laporan keuangan utama dan pendukung terdiri dari: 1. Daftar neraca, menggambarkan posisi keuangan perusahaan

pada suatu tanggal tertentu 2. Perhitungan laba rugi, yang menggambarkan jumlah hasil,

biaya, dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. 3. Laporan sumber dan penggunaan dana, disini dimuat sumber

dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. 4. Laporan arus kas, disini digambarkan sumber dan penggunaan

kas dalam suatu periode. 5. Laporan harga pokok produksi, menggambarkan berapa unsure

dan apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang.

6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham.

7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan.

8. Laporan kegiatan keuangan, menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas.

Jenis-jenis Laporan Keuangan menurut Djarwanto (2004:5) adalah :

“Laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada

berbagai pihak terdiri dari Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Laba

Ditahan atau Laporan Modal Sendiri, Laporan Sumber dan Penggunaan

Modal Kerja, dan Laporan Arus Kas”.

Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa jenis-jenis laporan keuangan

yang umum digunakan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan

arus kas.

3. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan sangat berguna bagi pemakai informasi sebagai

dasar pengambilan keputusan demi perkembangan kondisi keuangan

perusahaan di masa yang akan datang. Tujuan Laporan Keuangan

Page 3: Chapter II

menurut Fraser (2008:1) sebagai berikut: “Laporan keuangan memiliki

kemampuan untuk menyajikan secara jelas kesehatan keuangan

perusahaan guna memberikan keputusan bisnis yang informatif”.

Tujuan Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia

(2009:5) :

Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan disusun

untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pemakai

informasi sebagai bahan dalam pertimbangan untuk mengambil keputusan.

4. Pengguna Laporan Keuangan

Para pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan

untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Pemakai

laporan keuangan dibedakan menjadi dua klasifikasi utama, yaitu :

1. Pemakai internal, yaitu pengambil keputusan yang secara langsung

berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan.

2. Pemakai eksternal, pengambil keputusan yang berkaitan dengan

hubungan mereka dengan perusahaan. (Stice,2004:10)

Menurut Harahap (2007:120) Pengguna Laporan Keuangan sebagai

berikut :

Page 4: Chapter II

Para pengguna laporan keuangan sebagai berikut: Pemegang saham, Investor, Analis pasar modal, Manajer, Karyawan dan serikat pekerja, Instansi pajak, Pemberi dana (kreditur), Supplier, Pemerintah atau lembaga pengatur resmi, Langganan atau lembaga konsumen, Lembaga swadaya masyarakat, peneliti/Akademis/Lembaga peringkat.

Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa para pemakai laporan

keuangan memiliki kepentingannya masing-masing terhadap laporan

keuangan suatu perusahaan. Pada umumnya laporan keuangan digunakan

untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut selama periode

yang bersangkutan sehingga para pemakai laporan keuangan dapat

mengambil keputusan terhadap rencana selanjutnya.

5. Karakteristik Laporan Keuangan

Informasi akuntansi harus mempunyai karakteristik tertentu, agar

dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan. Karakteristik Laporan

Keuangan menurut Soemarso (2005:362) : ”Karakteristik yang harus

melekat dalam informasi akuntansi sebagai berikut Dapat: dipahami,

Relevan, Keandalan, dapat dibandingkan”.

Menurut Harahap (2007:145) : ”Karakteristik laporan keuangan

sebagai berikut : Relevan, Dapat dimengerti, Daya uji, Netral, Tepat

waktu, Daya banding, Lengkap”.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik laporan

keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan

keuangan berguna bagi pengguna.

Page 5: Chapter II

B. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena ingin

mengetahui tingkat perkembangan suatu perusahaan guna meningkatkan

kualitas dan kinerja keuangan perusahaan. Menganalisis laporan keuangan

berarti mengevaluasi tiga karakteristik dari perusahaan, yaitu likuiditas,

profitabilitas, dan solvabilitasnya. Analisis Laporan Keuangan menurut

Harahap (2007:190) sebagai berikut:

Analisa laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif, maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Analisis Laporan Keuangan menurut Soemarso (2005:380) sebagai

berikut: “Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah

hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain

yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend)

suatu fenomena”.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya interpretasi atau

analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat

bermanfaat bagi pemakai informasi, untuk mengetahui keadaan dan

perkembangan keuangan suatu perusahaan sebagai dasar dalam proses

pengambilan keputusan.

Page 6: Chapter II

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk

menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan, dimana

dalam menganalisis laporan keuangan sebenarnya mempunyai tujuan yang

bermacam-macam. Tujuan Analisis Laporan Keuangan menurut Fraser

(2008:215) sebagai berikut: “Penting bahwa setiap analisis laporan

keuangan mencakup membaca dengan seksama catatan laporan keuangan

yang berguna untuk memberikan analisis tambahan dalam laporan tahunan

dan dengan sumber informasi lain yang terpisah dari laporan tahunan”.

Menurut Harahap (2007:195) tujuan Analisis Laporan Keuangan

sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan

untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan”.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis laporan

keuangan adalah untuk membantu pemakai informasi dalam

menginterpretasikan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi

keuangan perusahaan.

3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk

menentukan serta mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam

laporan keuangan sehingga dapat dimengerti oleh para pemakai informasi.

Metode Analisis Laporan Keuangan menurut Weygant (2008:389) terdiri

dari :

Page 7: Chapter II

1. Analisis horizontal, adalah mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode waktu tertentu.

2. Analisis vertikal, adalah mengevaluasi data laporan keuangan dengan menyatakan setiap pos dalam laporan keuangan sebagai persentase dari jumlah yang menjadi dasar.

3. Analisis rasio, menyatakan hubungan di antara pos-pos tertentu dari data laporan keuangan.

Teknik Analisis Laporan Keuangan menurut Harahap (2007:215)

sebagai berikut”:

a. Perbandingan laporan keuangan (perubahan tahun ke tahun) b. Seri trend atau angka indeks c. Laporan keuangan Common Size (bentuk awam), merupakan

analisis struktur laporan keuangan d. Analisis rasio e. Analisis khusus : ramalan kas, analisis perubahan posisi

keuangan, laporan variasi gross margin analisis break event, analisis dupont.

Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa metode dan teknik analisis

laporan keuangan manapun yang digunakan adalah merupakan suatu

permulaan dari proses analisis yang diperlukan dalam menganalisis

laporan keuangan, pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu

membuat data dapat lebih dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai

dasar dalam pengambilan keputusan.

C. Arus Kas

1. Pengertian Kas

Setiap perusahaan dalam menjalan usahanya selalu membutuhkan kas.

Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap karena itu kas sangat

penting dalam kelangsungan aktivitas perusahaan, sehingga memerlukan

Page 8: Chapter II

perhatian khusus, karena pengelolaan kas yang kurang efektif dapat

menyebabkan kelebihan dalam kas. Manajemen harus mendayagunakan

kas, khususnya kas atau uang yang sementara menganggur dan tidak

digunakan untuk melaksanakan kegiatan normalnya, hal ini diperlukan

untuk menghindari resiko rugi.

Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 21) mengemukakan definisi kas

yaitu : “Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun valuta

asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah, termasuk

pula dalam kas adalah mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan

masih dalam masa tenggang untuk penukarannya ke Bank Indonesia”.

Menurut Harahap (2007 : 258) pengertian kas adalah sebagai berikut:

Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut : 1) setiap saat dapat ditukar menjadi kas 2) tanggal jatuh temponya sangat dekat 3) kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat

harga.

Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan

perusahaan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga

posisi likuiditas dan untuk mengetahui defisit dan surplus kas. Perusahaan

yang memiliki kelebihan kas dapat dibelikan surat-surat berharga (efek

atau marketable securities atau temporary investment) yaitu obligasi,

saham biasa, dan saham preferen. Pembelian efek dilakukan untuk

menjaga likuiditas karena hakikatnya efek tersebut ialah uang tunai,

Page 9: Chapter II

artinya mudah dijual di pasar bursa dan untuk tujuan investasi sementara

untuk memperoleh keuntungan atas dasar pembedaan harga jual dan harga

beli.

2. Pengertian Laporan Arus Kas

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para

pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai

kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Menurut

Harahap (2007:243) mengemukakan bahwa ”Laporan arus kas adalah

suatu laporan yang bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan

tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu

perusahaan pada suatu periode tertentu”.

Laporan Arus Kas menurut Kieso (2002:372) sebagai berikut :

”Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas, dan

perubahan bersih kas dari kegiatan operasi, investasi, serta pembiayaan

perusahaan selama suatu periode, dalam bentuk yang dapat merekonsiliasi

saldo kas awal dan akhir”.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas merupakan

arus kas masuk dan arus kas keluar dalam suatu kegiatan perusahaan yang

meliputi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan serta sebagai dasar

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara

kas.

Page 10: Chapter II

3. Aktivitas Dalam Laporan Arus Kas

Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan pembayaran kas

berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan yang merupakan

aktivitas utama dalam bisnis perusahaan. Aktivitas Dalam Laporan Arus

Kas menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2.2) sebagai berikut :

1. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

2. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.

3. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.

Aktivitas Dalam Laporan Arus Kas menurut Kieso, dkk (2008:213)

sebagai berikut :

1. Aktivitas operasi (operating activities) meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih.

2. Aktivitas investasi (investing activities) meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik utang maupun ekuitas) serta property, pabrik, dan peralatan.

3. Aktivitas pendanaan (financing activities) melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi:

a. Perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasinya, dan

b. Peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa klasifikasi menurut

aktivitas memberikan informasi kepada para pengguna laporan untuk

mengetahui posisi keuangan perusahaan.

Page 11: Chapter II

4. Pengukuran Arus Kas

Pengukuran arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari

aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Aktivitas Operasi

menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2.2) sebagai berikut: “Aktivitas

operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan

perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang

bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan”.

Aktivitas Operasi menurut Wild (2005:6) sebagai berikut: ”Aktivitas

operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba”.

Alasan Pengukuran Arus Kas menggunakan Arus Kas Dari Aktivitas

Operasi dan kaitannya dengan Likuiditas menurut. Wild (2005:17)

sebagai berikut: ”Arus kas dari operasi meliputi elemen pendanaan serta

bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun

solvabilitas jangka panjang”. Sedangkan menurut Soemarso (2005:335)

sebagai berikut: ”Apabila arus kas operasi mengalami surplus kas bersih

maka tidak mengakibatkan kesulitan likuiditas bagi perusahaan”.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas dari aktivitas

operasi dapat menilai seberapa besar perusahaan dalam memenuhi

kewajiban lancar saat jatuh tempo.

5. Metode Laporan Arus Kas

Untuk menyajikan laporan arus kas ini dapat digunakan dua metode.

Metode Arus Kas menurut Djarwanto (2004:125) yakni :

Page 12: Chapter II

1. Metode langsung (direct method), dalam metode ini pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari aktivitas operasi secara lengkap tanpa melihat laporan laba-rugi, dan baru dilanjutkan dengan aktivitas investasi dan keuangan.

2. Metode tidak langsung (indirect method) dalam metode ini penyajian laporan arus kas dimulai dari laba-rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turunya pos aktiva lancar dan utang lancar.

Menurut Wild (2005:6) metode Arus Kas sebagai berikut:

1. Metode tidak langsung (indirect method), laba bersih disesuaikan menghasilkan arus kas dari operasi

2. Metode langsung (direct method), menyesuaikan setiap pos laporan laba rugi untuk akrual terkait, sehingga menghasilkan format yang lebih baik untuk menilai jumlah arus kas masuk (keluar) operasi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan

metode langsung maka penerimaan dan pengeluaran kas bruto akan

diungkapkan, sedangkan dengan metode tidak langsung arus kas dari

aktivitas operasi diperoleh dengan jalan penyesuaian terhadap laba bersih

dari pengaruh transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dan

unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan aktivitas investasi

atau pendanaan.

D. Likuiditas

1. Pengertian Likuiditas

Likuiditas bagi perusahaan merupakan suatu pencerminan bahwa

seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

pendek yang segera harus dipenuhi. Likuiditas menurut Wild (2005:184)

Page 13: Chapter II

sebagai berikut : “Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya

perusahaan untuk memenuhi kas jangka pendek”.

Munawir (2007 : 31) mengemukakan definisi likuiditas sebagai

berikut : “Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat

ditagih”.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek saat jatuh

tempo.

2. Pengukuran Likuiditas

Rasio likuiditas berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan

tentang cara menilai dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan.

Rasio Likuiditas (liquidity ratio) mengukur kemampuan jangka pendek

perusahaan untuk membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo dan

memenuhi kebutuhan kas yang tak terduga (di luar prediksi perusahaan).

menurut Fraser (2008:221) sebagai berikut : “Rasio likuiditas yaitu

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan kas ketika

kebutuhan tersebut meningkat”.

Rasio Likuiditas yang dapat digunakan menurut Rahardjo (2007:116)

sebagai berikut :

1) Rasio Lancar (current ratio), adalah perbadingan antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek (hutang lancar).

Page 14: Chapter II

Rasio Lancar = Jumlah Aktiva Lancar x 100 % Jumlah Hutang Lancar

2) Rasio Cepat (quick ratio), adalah perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar.

Rasio Cepat = Jumlah Aktiva Lancar – Persediaan x 100% Jumlah Hutang Lancar

3) Rasio Kas (cash ratio), adalah perbandingan antara jumlah kas (termasuk yang tersimpan di Bank) dan surat berharga yang segera dapat diuangkan dengan jumlah hutang lancar.

Rasio Kas = Kas + Efek (Surat Berharga) x 100% Jumlah Hutang Lancar

Dari uraian tersebut dapat menjelaskan bahwa digunakan rasio lancar,

rasio cepat, dan rasio kas untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo.

E. Hubungan Arus Kas dan Likuiditas

Sebagai pihak yang menanamkan dana pada perusahaan, kreditor dan

investor berkepentingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajibannya. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat

penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan

dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh pihak yang bersangkutan. Laporan

keuangan akan lebih berarti bagi para pemakainya apabila dilakukan analisis

dan interpretasi atas laporan keuangan tersebut.

Salah satu teknik analisis yang digunakan adalah analisis terhadap

laporan arus kas. Analisis arus kas sering dipakai sebagai alat analisis yang

diharapkan dapat memberikan gambaran kesanggupan perusahaan dalam

memenuhi semua kewajiban dan membiayai operasi perusahaan. Laporan

Page 15: Chapter II

arus kas merupakan salah satu objek dari analisis terhadap laporan keuangan

terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam

memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu

indikator kemampuan dalam membayar kewajiban adalah likuiditas. Dengan

demikian laporan arus kas mempunyai pengaruh penting terhadap likuiditas.

Kas merupakan bentuk aktiva paling likuid, dimana diartikan kas

merupakan aktiva yang dapat dipergunakan dengan segera untuk memenuhi

kewajiban keuangan perusahaan. Likuiditas adalah menunjukkan

kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang

harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir, 2007 : 31). Likuiditas juga

merupakan salah satu faktor yang menentukan lancar tidaknya suatu

perusahaan. Untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, suatu

perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar, yaitu berupa aktiva-

aktiva lancar. Makin besar jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan seluruh

kewajiban yang harus segera dipenuhi, berarti semakin besar pula tingkat

likuiditasnya, dan juga sebaliknya.

Analisis rasio dimungkinkan dapat digunakan untuk menentukan tingkat

likuiditas perusahaan. Analisis rasio memberikan pengukuran likuiditas yang

cepat dan mudah. Rasio-rasio yang menggunakan kas sebagai salah satu

variabel bisa digunakan untuk menentukan likuiditas perusahaan.

Hubungan arus kas operasi dan likuiditas menurut Wild (2005:17)

sebagai berikut : “arus kas operasi meliputi elemen pendanaan serta

Page 16: Chapter II

bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun

solvabilitas jangka panjang”.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas dapat

memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan

kondisi likuiditas perusahaan di masa yang akan datang.

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian Variabel Peneliti

Hasil Penelitian

1. Ecatarina Febiola Annisa 2008

Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Likuiditas Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

Variabel independennya adalah arus kas operasi dan variabel dependennya adalah likuiditas

Arus kas operasi berpengaruh terhadap likuiditas sebesar 97,81%, sedangkan sisanya sebesar 2,19% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti leh penulis.

2. Didin Mulyadi 2010

Analisis Arus Kas Pengaruhnya Terhadap Tingkat Likuiditas pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung

Variabel independennya adalah arus kas, dan variabel dependennya adalah tingkat likuiditas

Perkembangan arus kas dan tingkat likuiditas pada PDAM kota Bandung, dari tahun 2000 – 2009 mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Arus kas berpengaruh positif terhadap tingkat likuiditas.

3. Sriwimerta 2010

Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang Terhadap Likuiditas Pada

Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Secara parsial, perputaran kas tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, tetapi

Page 17: Chapter II

Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

perputaran kas dan perputaran piutang, sedangkan variabel dependennya adalah likuiditas

perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Sedangkan secara simultan, perputaran kas dan perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.

Sumber : diolah oleh penulis (2011)

1. Ecatarina Febiola Annisa (2008)

Judul penelitian “Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Likuiditas

Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Penelitian ini

menggunakan arus kas operasi sebagai variabel independen dan likuiditas

sebagai variabel dependen dengan alat ukurnya current ratio. Penelitian

ini menggunakan metode analisis regresi linear sederhana. Hasil dari

penelitian ini adalah arus kas operasi berpengaruh terhadap likuiditas.

Dari penelitian ini diperoleh persamaan Y = 96,931 + 0,078X.

2. Didin Mulyadi (2010)

Judul penelitian “Analisis Arus Kas Pengaruhnya Terhadap Tingkat

Likuiditas Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung”.

Variabel independennya adalah arus kas dan variabel dependennya adalah

likuiditas yang diukur dengan quick ratio. Penelitian ini menggunakan

metode analisis regresi linear sederhana. Hasil dari penelitian ini adalah

Page 18: Chapter II

arus kas berpengaruh positif terhadap tingkat likuiditas, dari penelitian ini

diperoleh persamaan Y = -0,65 + 0,0364 X.

3. Sriwimerta (2010)

Judul penelitian “Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang Terhadap

Likuiditas Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Penelitian ini menggunakan perputaran kas dan piutang

sebagai variabel independen, dan likuiditas sebagai variabel dependen

yang diukur melalui current ratio. Penelitian ini menggunakan metode

analisis regresi. Hasil dari penelitian ini adalah secara parsial perputaran

kas tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, tetapi perputaran

piutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, dan secara simultan

perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuidtas. Dari

penelitian ini diperoleh Y = 1,566 – 0,141 – 0,320 + e

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

adalah :

a. Pada peneliti terdahulu populasinya adalah PT. PLN (persero) distribusi

Jawa Barat dan Banten, PDAM kota Bandung, dan perusahaan otomotif

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan penelitian yang

dilakukan penulis, populasinya adalah perusahaan-perusahaan real

estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Periode penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan peneliti

sebelumnya. Peneliti sebelumnya menggunakan data tahun 2000 –

Page 19: Chapter II

2006, 2000 – 2009 dan 2006 - 2008, sedangkan penulis menggunakan

data tahun 2007 – 2009.

c. Penelitian sebelumnya menilai pengaruh arus kas operasi terhadap

likuiditas dengan alat ukur cuurent ratio, sedangkan penelitian yang

digunakan penulis menilai pengaruh arus kas operasi terhadap tingkat

likuiditas dengan alat ukur cash ratio.

G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

1. Kerangka Konseptual

Gambar 2. 1

Kerangka Konseptual

Sumber : diolah oleh penulis (2011)

Arus kas perusahaan tercermin dalam laporan perubahan posisi

keuangan yang berbasis kas yaitu laporan arus kas. Laporan Informasi

yang diberikan berupa informasi penerimaan kas dan pengeluaran kas

suatu perusahaan pada sutau periode tertentu. Untuk melakukan transaksi

yang berhubungan dengan penerimaan atau pengeluaran kas diperlukan

arus kas yang baik agar transaksi itu berjalan dengan lancar tanpa

menimbulkan resiko. Sehingga apabila melakukan transaksi sebaiknya

dinilai dengan besarnya kas yang tersedia terutama dari aktivitas operasi.

Cash Ratio

(Y)

Arus Kas Aktivitas Operasi

(X)

Page 20: Chapter II

Perusahaan yang baik harus membuat perencanaan kas dan prosedur

laporan arus kas guna mendukung kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

Pada umumnya perusahaan harus dapat mempertahankan jumlah kas

yang dimiliki, agar dapat memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.

Tetapi hal ini tidak berarti perusahaan harus mempertahankan persediaan

kas dalam jumlah yang besar, karena semakin besar kas maka semakin

banyak uang yang tidak digunakan atau menganggur. Kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek dikenal

dengan istilah likuiditas.

Likuiditas pada dasarnya merupakan perbandingan antara aktiva

lancar dengan hutang lancar, maka jumlah piutang yang besar akan

mengakibatkan jumlah aktiva lancar yang besar pula. Jika aktiva lancar

bertambah sementara di sisi lain jumlah hutang lancar tetap maka hal ini

akan meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan. Untuk menentukan

tingkat perbandingan jumlah kas yang tersedia dengan kewajiban yang

harus segera dipenuhi, perusahaan harus melakukan analisis terhadap

tingkat likuiditas perusahaan dengan menggunakan analisis rasio

likuiditas.

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan

pada penelitian ini adalah rasio kas (Cash Ratio). Rasio kas merupakan

alat yang digunakan utuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia

untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari

tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro

Page 21: Chapter II

atau tabungan di bank yang dapat ditarik setiap saat. Nilai rasio yang

rendah menunjukkan adanya masalah likuiditas bagi perusahaan,

sedangkan angka yang tinggi berarti menunjukkan adanya kelebihan aktiva

lancar.

2. Hipotesis

Menurut Erlina (2008:49) “hipotesis adalah proposisi yang

dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Proposisi

merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal,

atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan

atau memprediksi fenomena-fenoma. Berdasarkan kerangka konseptual

yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini

adalah : “terdapat pengaruh arus kas aktivitas operasi terhadap tingkat

likuiditas”.