Chapter II

11
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai konsep diri. Fitts (dalam Agustiani, 2006), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Agustiani (2006) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang dia peroleh dari interaksi dengan lingkungan. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Stuart dan Sundeen(dalam Keliat, 1992), bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Dengan kata lain, konsep diri didefenisikan sebagai pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri (Calhoun dan Acocella, 1990). Berzonsky (1981), mengemukakan bahwa konsep diri adalah gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian berdasarkan harapannya yang merupakan gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan moral. Sejalan dengan defenisi tersebut Kobal dan Musek (2002) Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. Universitas Sumatera Utara

description

aq

Transcript of Chapter II

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai konsep diri. Fitts

(dalam Agustiani, 2006), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan kerangka

acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Agustiani

(2006) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki

seseorang mengenai dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang

dia peroleh dari interaksi dengan lingkungan. Penjelasan tersebut sejalan dengan

pendapat Stuart dan Sundeen(dalam Keliat, 1992), bahwa konsep diri adalah

semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang

dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal

ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan

orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan

objek, tujuan serta keinginannya. Dengan kata lain, konsep diri didefenisikan

sebagai pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri

(Calhoun dan Acocella, 1990).

Berzonsky (1981), mengemukakan bahwa konsep diri adalah gambaran

mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian

berdasarkan harapannya yang merupakan gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis,

sosial, dan moral. Sejalan dengan defenisi tersebut Kobal dan Musek (2002)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara

mendefenisikan konsep diri sebagai suatu kesatuan psikologis yang meliputi

perasaan-perasaan, evaluasi-evaluasi, dan sikap-sikap kita yang dapat

mendeskripsikan diri kita. Demikian juga Paik dan Micheal (2002) menjelaskan

konsep diri sebagai sekumpulan keyakinan-keyakinan yang kita miliki mengenai

diri kita sendiri dan hubungannya dengan perilaku dalam situasi-situasi tertentu.

Konsep diri juga dapat diartikan sebagai penilaian keseluruhan terhadap

penampilan, perilaku, perasaan, sikap-sikap, kemampuan serta sumber daya yang

dimiliki seseorang (Labenne dan Greene, 1969). Konsep diri sebagai suatu

penilaian terhadap diri juga dijelaskan dalam defenisi konsep diri yang

dikemukakan oleh Partosuwido, dkk (1985) yaitu bahwa konsep diri adalah cara

bagaimana individu menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap diri

sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini, dan dilakukan, baik ditinjau dari

segi fisik, moral, keluarga, personal, dan sosial.

Pengertian konsep diri yang digunakan dalam penelitian adalah defenisi

konsep diri yang dikemukakan oleh Calhoun dan Acocella (1990), yaitu bahwa

konsep diri adalah pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya

sendiri.

2. Pembentukan Konsep Diri

Perkembangan konsep diri merupakan suatu proses yang terus berlanjut di

sepanjang kehidupan manusia. Symonds (dalam Agustiani, 2006) menyatakan

bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat individu dilahirkan,

melainkan berkembang secara bertahap seiring dengan munculnya kemampuan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara

perseptif. Selama periode awal kehidupan, perkembangan konsep diri individu

sepenuhnya didasari oleh persepsi mengenai diri sendiri. Lalu seiring dengan

bertambahnya usia, pandangan mengenai diri sendiri ini mulai dipengaruhi oleh

nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain (Taylor dalam

Agustiani, 2006).

Mead (dalam Calhoun & Acocella, 1995) menjelaskan bahwa konsep diri

berkembang dalam dua tahap: pertama, melalui internalisasi sikap orang lain

terhadap kita; kedua melalui internalisasi norma masyarakat. Dengan kata lain,

konsep diri merupakan hasil belajar melalui hubungan individu dengan orang lain.

Hal ini sejalan dengan istilah istilah “looking glass self” yang dikemukakan oleh

Cooley (dalam Baumeister, 1999), yaitu ketika individu memandang dirinya

berdasarkan interpretasi dari pandangan orang lain terhadap dirinya.

3. Dimensi-Dimensi Konsep Diri

Calhoun dan Acocella menjelaskan bahwa konsep diri terdiri atas tiga dimensi

yang meliputi:

1. Pengetahuan terhadap diri sendiri yaitu seperti usia, jenis kelamin,

kebangsaan, suku pekerjaan dan lain-lain, yang kemudian menjadi daftar

julukan yang menempatkan seseorang ke dalam kelompok sosial,

kelompok umur, kelompok suku bangsa maupun kelompok-kelompok

tertentu lainnya.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara

2. Pengharapan mengenai diri sendiri yaitu pandangan tentang kemungkinan

yang diinginkan terjadi pada diri seseorang di masa depan. Pengharapan

ini merupakan diri ideal

3. Penilaian tentang diri sendiri yaitu penilaian antara pengharapan mengenai

diri seseorang dengan standar dirinya yang akan menghasilkan rasa harga

diri yang dapat berarti seberapa besar seseorang menyukai dirinya sendiri.

4. Sumber Informasi Untuk Konsep Diri

Calhoun dan Acocella (1990) mengungkapkan ada beberapa sumber informasi

untuk konsep diri seseorang, yaitu:

1. Orang tua

Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami dan yang paling

berpengaruh. Orang tua sangat penting bagi seorang anak, sehingga apa yang

mereka komunikasikan akan lebih berpengaruh daripada informasi lain yang

diterima anak sepanjang hidupnya. Orang tua memberikan arus informasi yang

konstan mengenai diri anak. Orang tua juga membantu dalam menetapkan

pengharapan serta mengajarkan anak bagaimana menilai dirinya sendiri.

Pengharapan dan penilaian tersebut akan terus terbawa sampai anak menjadi

dewasa.

2. Teman sebaya

Setelah orang tua, kelompok teman sebaya juga cukup mempengaruhi konsep

diri individu. Penerimaan maupun penolakan kelompok teman sebaya terhadap

seorang anak akan berpengaruh pada konsep diri anak tersebut. Peran yang diukir

anak dalam kelompok teman sebayanya dapat memberi pengaruh yang dalam

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara

pada pandangannya tentang dirinya sendiri dan peranan ini, bersama dengan

penilaian diri yang dimilikinya akan cenderung terus berlangsung dalam

hubungan sosial ketika ia dewasa.

3. Masyarakat

Sama seperti orang tua dan teman sebaya, masyarakat juga memberitahu

individu bagaimana mendefenisikan diri sendiri. Penilaian dan pengharapan

masyarakat terhadap individu dapat masuk ke dalam konsep diri individu dan

individu akan berperilaku sesuai dengan pengharapan tersebut.

4. Belajar

Konsep diri merupakan hasil belajar. Belajar dapat didefenisikan sebagai

perubahan psikologis yang relatif permanen yang terjadi dalam diri seseorang

sebagai akibat dari pengalaman. Dalam memperlajari konsep diri, terdapat tiga

faktor utama yang harus dipertimbangkan, yaitu: asosiasi, ganjaran dan motivasi.

5. Jenis-Jenis Konsep Diri

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), dalam perkembangannya konsep diri

terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

1. Konsep Diri Positif

Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu

dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep

diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki

konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang

sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara

terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa

adanya.

Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan

yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan

besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya

serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.

2. Konsep diri negatif

Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe,

yaitu:

a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak

memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-

benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang

dihargai dalam kehidupannya.

b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa

terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga

menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari

seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang

tepat.

B. Pekerja Seks Komersial

1. Pengertian Pekerja Seks Komersial

Pekerjaan seks komersial adalah suatu ketetapan atau ketentuan dimana terjadi

penukaran layanan jasa seksual untuk memperoleh pembayaran atau untuk

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara

memperoleh material. Pekerja seks komersial merupakan istilah baru yang

digunakan untuk menggantikan istilah sebelumnya yaitu wanita tunasusila atau

pekerja seks komersial (Wijaya, 2003). Pekerja seks komersial adalah wanita yang

kelakuannya tidak pantas dan bisa mendatangkan mala/celaka dan penyakit, baik

kepada diri sendiri ataupun orang lain yang bergaul dengan dirinya, maupun

kepada dirinya sendiri. Pekerja seks komersial merupakan profesi yang berupa

tingkah laku bebas lepas tanpa kendali dan cabul, karena adanya pelampiasan

nafsu seks dengan lawan jenisnya tanpa mengenal batas-batas kesopanan

(Kartono, 2005).

Dalam bukunya, Patologi Sosial, Kartono (2005) menuliskan bahwa pekerja

seks komersial merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan

memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang

untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran. Kartono juga

menyebutkan bahwa pekerja seks komersial ialah perbuatan perempuan ataupun

laki-laki yang menyerahkan badannya untuk berbuat cabul secara seksual yang

mendapatkan upah. Defenisi tersebut sejalan dengan Subadra (2007) yang

menjelaskan bahwa pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual

dirinya dengan melakukan hubungan seks untuk tujuan ekonomi. Subadra (2007)

juga menjelaskan terdapat dua pelaku pekerja seks komersial yaitu; laki-laki yang

sering disebut sebagai gigolo dan perempuan yang sering disebut wanita tuna

susila (WTS).

Pengertian pekerja seks komersial yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengertian pekerja seks komersial perempuan yang dikemukakan oleh Subadra

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara

(2007) yaitu bahwa pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual dirinya

dengan melakukan hubungan seks untuk tujuan ekonomi, dalam hal ini seorang

perempuan.

2. Latar Belakang dan Motivasi Pekerja Seks Komersial

Vansenbeeck (2001) menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi motivasi

maupun latar belakang seseorang bekerja sebagai pekerja seks komersial, antara

lain:

1. Faktor ekonomi, yaitu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

dirinya maupun keluarganya. Beberapa faktor yang juga termasuk di

dalamnya yaitu: kurangnya keterampilan, rendahnya tingkat pendidikan,

faktor migrasi, faktor gaya hidup, dan lain-lain.

2. Faktor penipuan, yaitu menjadi korban penipuan oleh pihak-pihak tertentu

yang menawarkan pekerjaan lain kepada mereka namun pada akhirnya

dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial. Beberapa faktor yang juga

termasuk di dalamnya yaitu: keluarga bermasalah, rasa ingin tahu, dan

lain-lain.

3. Faktor kekerasan seksual, yaitu menjadi korban kekerasan seksual

terutama pada masa kanak-kanak. Namun faktor ini tidak terlalu banyak

ditemukan di antara para pekerja seks komersial.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara

C. Konsep Diri Pekerja Seks komersial

Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual dirinya dengan

melakukan hubungan seks untuk tujuan ekonomi (Subadra, 2007). Para pekerja

seks komersial, dalam menjalani pekerjaannya, dianggap telah melanggar norma

dan moralitas, namun sebagai individu, para pekerja seks komersial tersebut tidak

terlepas dari lingkungan sosialnya (Iwansain, 2007). Masyarakat memandang

pekerja seks komersial sebagai hal yang negatif. Hampir setiap masyarakat yang

berada di sekitar para pekerja seks komersial merasa terganggu dengan

keberadaan pekerja seks komersial tersebut (Astri, dkk, 2006).

Berbagai pandangan masyarakat seperti yang diberikan kepada pekerja seks

komersial tersebut, merupakan salah satu bentuk pengaruh lingkungan dalam

terbentuknya konsep diri para pekerja seks komersial. Konsep diri merupakan

kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan (Fitts dalam Agustiani,

2006). Menurut Berzonsky (1981), konsep diri adalah gambaran mengenai diri

seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian berdasarkan

harapannya yang merupakan gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan

moral. Terbentuknya konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor

usia, faktor tingkat pendidikan, dan faktor lingkungan (Berzonsky, 1981). Konsep

diri berkembang melalui dua tahap: pertama, melalui internalisasi sikap orang lain

terhadap individu; kedua melalui internalisasi norma masyarakat (Mead dalam

Calhoun dan Acocella, 1995).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita lihat bagaimana sikap masyarakat

terhadap para pekerja seks komersial yang dapat berpengaruh terhadap konsep diri

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara

para pekerja seks komersial tersebut. Ketika masyarakat memberikan pandangan

yang negatif kepada para pekerja seks komersial, para pekerja seks komersial

tersebut dapat menginternalisasi pandangan masyarakat tersebut ke dalam dirinya.

Pandangan negatif yang diinternalisasi tersebut akan menjadi cermin bagi para

pekerja seks komersial untuk memandang diri mereka sendiri, baik secara fisik,

moral, sosial dan psikis mereka. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap konsep

diri mereka. Demikian juga sebaliknya, jika masyarakat memberikan pandangan

yang positif kepada para pekerja seks komesial, pandangan tersebut juga akan

berpengaruh kepada konsep diri para pekerja seks komersial tersebut.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara

Paradigma

PSK

Perilaku seks bebas

Bertentangan dengan norma dan ajaran agama

Penilaian dan perlakuan negatif dari lingkungan/masyarakat

Konsep Diri

Konsep diri positif Konsep diri negatif

Sumber pembentukan konsep diri:

- Orang tua - Teman - Masyarakat - Belajar

Alasan: - masalah ekonomi - korban penipuan - kekerasan seksual

- penolakan masyarakat - dijauhi dan dikucilkan dari

lingkungan - dipandang sebagai biang

penyakit

Dimensi konsep diri: - pengetahuan - pengharapan - penilaian

internalisasi

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Universitas Sumatera Utara