Chapter II

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Piperaceae dan Rubiaceae Piperaceae kebanyakan berupa terna, hanya kadang-kadang berupa tumbuhan berkayu sering kali memanjat dengan menggunakan akar-akar pelekat. Daun duduknya berbeda, tunggal, tepi rata, bertulang daun menyirip atau menjari, kerap kali berbau aromatis atau rasa pedas. Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang disebut bunga lada (amentum), masing-masing kecil tanpa hiasan bunga, berkelamin tunggal atau banci dengan 1-10 benang sari; putik terdiri dari 1-6 dan buah (kebanyakan 3) kepala putik beruang 1 dengan 1 bakal biji yang tegak pada dasarnya. Buahnya buah buni berbiji satu, dengan endosperm dan perisperm. Dalam biji terdapat sel-sel minyak atsiri (Steenis, 2005). Morfologi Piperaceae dapat dilihat pada Gambar 2.1.1 berikut ini : Gambar 2.1.1.Morfologi Piperaceae: a.diagram bunga, b. daun, c. bunga, d. Biji, e. Buah.(Koehler,1887). a b c e d Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II

Page 1: Chapter II

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Piperaceae dan Rubiaceae

Piperaceae kebanyakan berupa terna, hanya kadang-kadang berupa tumbuhan

berkayu sering kali memanjat dengan menggunakan akar-akar pelekat. Daun

duduknya berbeda, tunggal, tepi rata, bertulang daun menyirip atau menjari, kerap

kali berbau aromatis atau rasa pedas. Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang

disebut bunga lada (amentum), masing-masing kecil tanpa hiasan bunga, berkelamin

tunggal atau banci dengan 1-10 benang sari; putik terdiri dari 1-6 dan buah

(kebanyakan 3) kepala putik beruang 1 dengan 1 bakal biji yang tegak pada

dasarnya. Buahnya buah buni berbiji satu, dengan endosperm dan perisperm. Dalam

biji terdapat sel-sel minyak atsiri (Steenis, 2005). Morfologi Piperaceae dapat dilihat

pada Gambar 2.1.1 berikut ini :

Gambar 2.1.1.Morfologi Piperaceae: a.diagram bunga, b. daun, c. bunga, d. Biji, e.

Buah.(Koehler,1887).

a

b

c

e d

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

5

Rubiaceae umumnya berupa tumbuhan berkayu dapat berupa semak, perdu,

atau pohon-pohon jarang berupa herba dengan daun tunggal atau majemuk yang

duduk berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Daun penumpu terletak antara

tangkai daun, berlekatan berpasangan, kadang-kadang terbagi dalam tajuk. Bunga di

ketiak atau terminal, kadang-kadang tunggal, kebanyakan dalam berbagai bentuk

karangan bunga beraturan, kebanyakan berkelamin 2, kelopak dan mahkota berdaun

lekat. Bunga banci aktinomorf atau zygomorf biasanya berbilangan 4-5, kadang-

kadang lebih, biasanya membentuk bunga majemuk. Daun mahkota berlekatan, pada

bunga yang aktinomorf benang sari sama banyaknya dengan daun mahkota, pada

bunga yang zygomorf jumlah benang sari lebih sedikit, duduk berseling dengan daun-

daun mahkota. Dalam bunga biasanya terdapat cakram. Benang sari sama banyak

dengan tajuk mahkota dan berseling dengannya, tertancap pada tabung atau leher

mahkota. Kepala sari beruang. Bakal buah seluruhnya atau sebagian besar

tenggelam, beruang sampai banyak. Tangkai putik satu. Buah sangat bermacam-

macam: buah buni, buah batu atau pecah dalam kendaga, biji kebanyakan

mempunyai lembaga lurus atau bengkok (Tjitrosoepomo, 2004).

Pada umumnya Rubiaceae memiliki tipe daun penumpu (stipula)

interpetiolaris atau intrapetiolaris. Stipula sederhana, terkadang lebih besar dari

daun misalnya pada Gallium (Pandey,2003). Bunga majemuk, berkumpul

membentuk satu unit, misalnya pada Sacropcephalus, dan Morinda. Pada Gardenia

dan Randia juga beberapa jenis yang lain perbungaannya disusun oleh bunga yang

kecil yang terletak diantara terminal. Pada Coffea arabica bunganya terletak di

ketiak daun, dengan bunga hermaprodit tipe aktinomorf, dan terdiri atas empat atau

lima kelopak. Bunga lengkap dengan bakal buah yang epigin. Misalnya pada

Coprosoma. Corolla terdiri dari lima atau empat petal yang saling berlekatan,

dengan bentuk seperti corong.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

6

Morfologi Rubiaceae dapat dilihat pada Gambar 2.1.2 berikut ini :

Gambar 2.1.2.Morfologi Rubiaceae : a. Pertulangan daun, b.Perbungaan,

c.Androcium dan Gynocium, d. Stipula. e.Bakal buah, f.Mahkota, g.

Kelopak. (Robbrecht,1997)

Pada jenis Henriquezia, corolla zygomorf dan memiliki bibir. Androcium

terdiri atas lima atau empat stamen yang terletak di dalam atau di dekat rongga pada

tabung dan saling berlekatan dengan corolla. Secara umum bakal buahnya

tenggelam, namun pada genus Synaptanta yang terdapat di Australia bakal buahnya

setengah tenggelam. Pada Gaertnera dan Pogamea, memiliki bakal buah yang

menumpang. Tipe buah pada famili Rubiaceae adalah buah drupa, kapsul atau

berry. Buah-buah tersebut kering atau berdaging. Contoh jenis yang memiliki buah

berdaging adalah Randia, dan Mussaenda. Buah drupa contohnya adalah Coffea,

sedangkan buah kapsul contohnya adalah Gallium. Terdiri atas lima atau empat sepal

yang berlekatan, misalnya pada Mussaenda, dan Worscewiezia (Pandey,2003). Ordo

ini meliputi lima famili, yaitu: Rubiaceae, Adoxaceae, Dipsacaceae, Caprifoliaceae

dan Valerianaceae (Lawrence, 1995).

a

b

c

f d

g e

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

7

2.2. Distribusi Piperaceae dan Rubiaceae

Famili Piperaceae tersebar di daerah tropis dan sub tropis. Terutama di

Amerika Utara dan Selatan dan agak sedikit di Asia dan beberapa di Afrika

(Yongqian et al.,1999). Lada (Piper nigrum) berasal dari India. Tumbuh liar di

pegunungan Assam dan Burma Utara. Dari tempat asalnya kemudian menyebar ke

tempat - tempat lain. Pada abad ke-16 telah diketahui menyebar ke Thailand, Malaya

dan Jawa. Tumbuh baik di tanah yang mengandung humus dengan drainase yang

baik dan curah hujan yang cukup, pada ketinggian mulai dari 500 m dpl (Lembaga

Biologi Nasional – LIPI, 1980).

Famili Rubiaceae tersebar luas di seluruh dunia, dapat ditemukan di kawasan

tropis dan subtropis. Ditemukan melimpah di Amerika Utara dan Asia selatan.

Kawasan Asia terdiri dari 135 genus yang mewakili seluruh vegetasi maupun

tumbuhan bawah dari dataran rendah dan hutan hujan. Jenis ini juga tumbuh liar di

pematang sawah, tebing-tebing sungai, pinggir jalan, kebun atau di padang rumput.

Tumbuh dari dataran rendah sampai menengah dari ketinggian 10 sampai 600 meter

dari permukaan laut misalnya Hedyotis diffusa (Balgooy, 1998).

Balgooy (1998) mengemukakan bahwa, di daerah paleotropik terdapat genus

Gardenia yang tersebar di hutan hujan dataran rendah. Hedyotis tumbuh di dataran

rendah dan hutan pegunungan, Ixora tumbuh di hutan hujan dataran rendah,

Mussaenda tumbuh di hutan pegunungan dan dataran rendah, Nauclea tumbuh di

hutan hujan dataran rendah, Urophyllum tumbuh di hutan dataran rendah dan hutan

hujan pegunungan. Di daerah pantropikal terdapat genus Psychotria tumbuh di

dataran rendah dan hutan hujan dataran rendah dan Uncaria tumbuh di hutan primer

dataran rendah, dan hutan hujan sekunder, Cinchona legeriana, Cinchona

succirubra, Cinchona officinalis tersebar di daerah India Selatan.

Lubis (2008)menyatakan di Taman Wisata Alam Deleng Lancuk Kabupaten

Karo Sumatera Utara diperoleh 32 jenis yang terdiri dari 10 jenis Piperaceae dan 22

jenis Rubiaceae. Genus yang paling banyak ditemukan pada kawasan tersebut untuk

famili Piperaceae adalah genusPiper dan famili Rubiaceae adalah genus Hedyotis.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

8

Mulati (2004) menyatakan Uncaria gambir, dan Uncaria sclerophylla

ditemukan di Kawasan Hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser,

tumbuhan tersebutmerupakan tumbuhan memanjat. Wahyuni (2004) juga

menemukan beberapa jenis dari famili Rubiaceae dikawasan tersebut antara lain

Chasalia chartaceae, Coffea malayana, Hedyotis philippinensis, Ixora javanica,

Lasianthus stipularus, Lasianthus tomentosus, Pogostemon cablin, Peristomeris

malayana, Randia spinosa, jenis-jenis tersebut adalah tumbuhan semak. Mumpuni

(2004) menyatakan bahwa Argostemma involucrum., Argostemma subcrassum.

Nauclea mangayi, Psychotria stipulaceae, Opphiorhiza communis dan Randia

longiflora dapat ditemukan dikawasan tersebut.

Handayani (2004) juga mengemukakan bahwa jenis-jenis Rubiaceae yang

habitatnya berupa herba dapat ditemukan di Kawasan Hutan Tangkahan Taman

Nasional Gunung Leuser, beberapa diantaranya adalah Argostemma involutrata dan

Ophiorrhiza discolor. Ginting(2006) menambahkan genus yang paling banyak

ditemukan di Hutan Gunung Sinabung adalah genus Randiadiperoleh sebanyak 4

jenis.

2.3. Jenis-jenis Piperaceae dan Rubiaceae

Beberapa jenis Piperaceaedapat dilihat pada Gambar 2.3.1 dan 2.3.2. berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

9

2.3.1 Piper nigrum

Gambar 2.3.1 . Piper nigrum, a. Buah ,b. Daun, c.Batang. (Garmer, 2007)

Piper nigrum atau lada adalah jenis Piperaceae yang sangat dikenal.

Tumbuhan yang merambat. Batang berbuku-buku dan mempunyai akar pelekat

berwarna hijau kotor. Daunnya berbentuk bulat telur, tunggal, bertangkai dan

pangkal bentuk jantung, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm

bertangkai duduk berseling atau tersebar dengan tulang daun menyirip. Bunga

majemuk bentuk bulir, menggantung, panjang bulir 3,5 – 22 cm. Kepala putik 2-5

dan tangkai sari 0,5 – 1 mm, putih, hijau. Buah buni bulat, putih kehitaman. Akar

tunggang putih kotor. Terdapat dua jenis lada yang dikenal sebagai rempah-rempah

yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam adalah buah lada yang dipetik sebelum

masak kemudian dikeringkan sampai kulitnya menjadi hitam, sedangkan lada putih

adalah buah lada yang matang, direndam lalu dikupas dengan cara menggosoknya

dan dijemur hingga benar-benar kering ( Norhadijah,2009).

a

c

b

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

10

2.3.2 Peperomia pellucida

Gambar 2.3.2Peperomia pellucida; a. bunga, b. daun, c. batang (Garmer,2007)

Peperomia pellucida jenis Piperaceae yang berhabitus herba, tinggi 20-40 cm,

Batang tegak atau membubung, bercabang. Petiole 1-2 cm; Daun bulat telur

meruncing atau bulat telur segitiga panjang lebih kurang sama dengan lebar 1-3,5 cm

dengan dasar berbentuk jantung (Yongqian et al., 1999).

Beberapa jenis Rubiaceae dapat dilihat pada Gambar 2.3.3, 2.3.4, 2.3.5, dan

2.3.6berikut:

a

b

c

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

11

2.3.3 Cinchona sp.

Gambar 2.3.3 Cinchona sp. a. Batang, b. Bunga, c.Daun. (Garmer,2007)

Genus ini terdiri dari sekitar 25 spesies, berupa semak atau pohon kecil 5-15 m.

Daun oppsite atau lanset dengan panjang 10-40 cm. Bunga putih, pink atau merah

dan terletak di terminal dan buah kecil berbentuk kapsul. Beberapa diantaranya

adalah Cinchona calisaya, Cinchona ledgeriana, Cinchona succirubra, Cinchona

officinalis dan Cinchona pubescens (Taylor, 1995).

b

a

c

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

12

2.3.4 Ixora coccinea

Gambar 2.3.4 Ixora coccinea, a. Daun, b.Bunga, c. Batang. (Garmer, 2007 )

Ixora adalah salah satu jenis Rubiaceae yang sangat dikenal. Berupa perdu

yang tegak, tingginya 2-4 m. Daun penumpu bulat telur segitiga, meruncing bentuk

paku. Daun berhadapan, bertangkai pendek, bentuk memanjang bulat telur terbalik,

dengan pangkal dan ujung tumpul, tepi rata sedikit beringgit. Bunga harum, tersusun

dalam malai rata yang bertangkai, duduk atau bertangkai pendek, pada ujung tangkai

dengan 2 anak daun pelindung kecil. Beberapa diantaranya adalah Ixora grandiflora,

I. Stricta dan I. Coccinea (Steenis,2005).

2.3.5 Galium sp.

Gambar 2.3.5. Galium sp. a.Bunga, b. Internodus, c.Daun, d. Nodus, e. Batang.

(Garmer,2007).

b

a

c

a

b

c d

e

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

13

Genus Galium berupa annual parennial herbaceus. Ada sekitar 400 jenis dari

genus ini, dan tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Beberapa jenis jenis dari

genus ini antara lain adalah Galium aparne, G. Tricornutum, G. Aparine dan G.

Odoratum (Taylor,1995).

2.3.6 Rubia cardifolia

Gambar 2.3.6Rubia cordifolia, a. Bunga, b. Buah, c.Batang, d. Daun. (Garmer,2007)

Genus ini ada sekitar 60 jenis, parenial merambat atau herba memanjat dan

juga berupa semak kecil. Tingginya ± 1,5 m, daun selalu hijau dengan panjang 5 –

10cm. Bunga kecil dengan panjang 3 – 5 mm, dengan lima petal berwarna kuning

dan buah berwarna merah sampai ke hitam. Beberapa jenis dari genus ini adalah,

Rubia cordifolia, R. khasiana, R. sikkimensis dan R. tincrotum (Taylor, 1995). Suku

Piperacea mempunyai 3 anak suku (sub famili) Piper, Peperomia dan Heckeria,

sedangkan suku Rubiaceae terdiri dari 10 anak suku (sub famili) yaitu Rubia,

Cinchona, Coffea, Morinda, Ixora, Mussaenda, Gardenia, Uncaria, Urogaga dan

Pausingstalia.

c

d

a

b

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

14

2.4. Manfaat Piperaceae dan Rubiaceae

Piperaceae dan Rubiaceae sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh

masyarakat. Beberapa contoh jenis-jenis dari suku Piperaceae dan Rubiaceae dan

pemanfaatannya sebagai berikut (Steenis, 2005):

a. Piper nigrum : lada (Indonesia), buah untuk bumbu masak, butir-butir

ditumbuk atau tidak, berguna untuk bumbu masak. Dari perlakuan terhadap

buah tergantung apakah nanti diperoleh lada putih atau lada hitam. Selain itu

bangsa Portugis dan Belanda datang menjajah bangsa-bangsa di Asia

termasuk Indonesia antara lain disebabkan oleh komoditi rempah dan obat

termasuk lada.

b. Piper betle : sirih (Indonesia), sebagai bahan antiseptik atau sebagai obat,

dapat menyembuhkan penyakit mata, eksim, bau mulut, kulit gatal,

menghilangkan jerawat, pendarahan gusi, mimisan, bronkhitis, batuk,

sariawan, luka, keputihan, sakit jantung, sifilis, alergi/biduran, diare, sakit

gigi. Sirih juga dapat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan oleh

Bakteri dan jamur. Menyembuhkan luka pada kulit. Heyne (1987),

menambahkan bahwa cairan daun sirih dapat diisap untuk pengobatan

pendarahan hidung (noesbloeding).

c. Piper cubeba: Kemukus (Indonesia), kemukus ini terutama dipelihara sebagai

tanaman yang menghasilkan obat-obatan.

d. Piper retrofractum: Cabe Jawa (Indonesia), dapat digunakan sebagai tanaman

obat. Dapat menyembuhkan berbagai penyakit, seperti: kejang perut, muntah,

perut kembung, mulas, disentri, diare, sukar buang air besar, sakit kepala,

sakit gigi, batuk, demam, hidung berlendir, lemah syahwat, sukar melahirkan,

neurastinia, tekanan darah rendah, pencernaan terganggu, rematik, tidak

hamil, rahim dingin, badan lemah, stroke dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

15

e. Piper sarmentosum: Cabe Jawa (Indonesia), akar tumbuhan ini berkhasiat

untuk peluruh air seni, dan batu empedu.

f. Rubia tinctorum: Jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai penghasil zat warna,

terutama pada pabrik atau industri.

g. Cinchona ledgerina: Kina (Indonesia), kulit batang tumbuhan ini sangat

bermanfaat karena menghasilkan berbagai alkaloid seperti kinin, dapat diolah

menjadi obat untuk menyembuhkan penyakit Malaria dan gatal pada kulit.

h. Coffea arabica,Coffea robusta: Kopi (Indonesia), buah kopi dapat

dimanfaatkan untuk minuman yang memiliki kenikmatan yang spesial

terutama pada orang yang candu terhadap kopi, dan dapat juga dipakai untuk

menghilangkan rasa bau, sedangkan benalu yang hidup pada tumbuhan kopi

dapat dipakai sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

i. Morinda citrifolia: Mengkudu (Indonesia), sering disebut dengan buah Pace.

Dapat digunakan sebagai penghasil zat warna dapat dimakan sebagai sayur,

cairan buah Pace ini dapat dimanfaatkan sebagai obat tekanan darah tinggi,

dan berbagai jenis penyakit lainnya.

j. Musaenda frondosa: Bunga Nusa Indah (Indonesia), dimanfaatkan sebagai

tanaman hias di halaman rumah.

k. Gardenia augusta: Bunga Kaca Piring (Indonesia), dimanfaatkan sebagai

tanaman hias di halaman rumah atau perkarangan.

l. Uncaria gambir: Gambir (Indonesia), dimanfaatkan sebagai penghasil zat

samak terutama untuk industri kulit. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai

tambahan untuk makan sirih terutama pada acara adat istiadat.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

16

2.5. Deskripsi Area

2.5.1. Letak dan Luas Area

Secara administratif kawasan Hutan Aek Nauli terletak di lima kecamatan,

yaitu Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, Jorlang Hutaran dan Girsang

Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Terletak pada

02o40’00” – 02

o50’00’’ LU dan 98

o50’00’’ – 99

o10’00’’BT. Dengan luas areal ±

1900 ha dan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau umum melalui kota

Pematang Siantar selama ± 1 jam 30 menit. Peta daerah pada Lampiran L-1. Batas

Hutan Aek Nauli adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Danau Toba

Sebelah Selatan : Kecamatan Lumban Julu

Sebelah Barat : Danau Toba Parapat

Sebelah timur : Kecamatan Dolok Parmonangan (BKSDA 1

SUMUT, 2003)

Menurut historisnya, Hutan Aek Nauli pada awalnya adalah hutan primer,

karena musim kemarau sebahagian areal hutan terbakar. Areal Hutan Aek Nauli yang

terbakar dilakukan penanaman kembali sehingga saat ini Areal Hutan Aek Nauli

dibagi menjadi hutan primer, hutan sekunder dan hutan pinus. Hutan sekunder juga

dimanfaatkan untuk areal perkemahan, studi dan wisata panorama.

2.5.2. Topografi

Berdasarkan pengamatan dilapangan, pada umumnya Kawasan Hutan Aek

Nauli memiliki topografi yang relatif bergelombang sampai dengan curam dengan

ketinggian antara 1200 sampai 1700 m dpl. Kawasan Hutan Aek Nauli termasuk

hutan pegunungan. Menurut Steenis (2006), terdapat 3 subzona hutan pegunungan,

yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

17

1. Sub Montana (sub pegunungan atau disebut juga hutan pegunungan bawah)

antara ketinggian 1000 – 1500 m dpl.

2. Montana (hutan pegunungan atas) antara 1500 – 2400 m dpl.

3. Sub alpin lebih dari 2400 m dpl.

Jenis tanah di daerah penelitian adalah berliat halus, lempung berpasir, lempung

berliat dan lempung halus. Jenis batuan Tapanuli, Peusangan, Sihapas, Vulkan

Tersier dan Toba.

2.5.3. Tipe Iklim

Kawasan Hutan Aek Nauli berdasarkan Schmidt-Ferguson;1951 mempunyai

tipe iklim A (sangat basah). Berdasarkan informasi BKSDA 1 SUMUT (2003),

diperoleh data curah hujan di Kawasan Hutan Aek Nauli rata-rata ±7200 mm/bulan

selama sembilan bulan berturut-turut, kisaran suhu 150C-23

0C dan kelembaban

±95%. Sungai atau anak sungai yang terdapat di areal kerja adalah Bah Parlianan,

Bah Mabar, Bah Boluk, Bah Haposuk.

2.5.4. Vegetasi

Berdasarkan pengamatan di lapangan tipe vegetasi merupakan vegetasi dataran

tinggi, ditandai dengan pohon-pohon besar yang banyak ditumbuhi lumut.

Tumbuhan yang terdapat di Hutan Aek Nauli ini didominansi oleh jenis Pinus,

Calamus, Tumbuhan Paku dan Lumut. Banyak juga dijumpai berbagai jenis anggrek

pohon dan terrestrial, Zingiberaceae, Myrtaceae, Arecaceae dan Annonaceae.

Universitas Sumatera Utara