Chapter II

18
BAB II TINJAUAN TEORI B. SEJARAH NOLA J. PENDER Nola J. Pender dilahirkan tanggal 16 Agustus 1941 di Lansig, Michigan. Ketertarikan pada keperawatan bermula saat Nola J. Pender berusia 7 tahun, pada saat mengamati para perawat yang sedang memberi asuhan keperawatan pada bibinya di rumah sakit. Keinginannya untuk memberikan perawatan kepada orang lain dikembangkan melalui pengalaman dan pendidikan yang ia yakini sebagai profesi yang menolong orang lain. Pada tahun 1962 meraih gelar diploma keperawatan dan selanjutnya diterima bekerja di unit bedah di RS Michigan. Tahun 1964, meraih BSN di Universitas State Michigan di East Lansig, dan gelar MA pada bidang pertumbuhan dan perkembangan dari Universitas Michigan diraih pada tahun 1965. Gelar Ph.D di bidang psikologi dan pendidikan diraih tahun 1969 dari Universitas North Western di Evanston, Illinois. Pernikahannya dengan Albert Pender seorang asisten professor pada bidang bisnis dan ekonomi memberikan inspirasi menghasilkan sebuah tulisan tentang keperawatan dalam perspektif ekonomi. Tahun 1975, Dr. Pender mempublikasikan model konsepsual kesehatan preventif. Dasar studinya adalah bagaimana individu membuat keputusan tentang perawatan kesehatan mereka sendiri dalam konteks keperawatan. Artikel tersebut mengidentifikasi faktor-faktor yang ditemukan dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang diperlukan individu dalam pencegahan penyakit. Pada tahun 1982, edisi pertama promosi kesehatan dalam praktek keperawatan dipublikasikan dengan konsep promosi optimal tentang kesehatan dan perlunya pencegahan penyakit. Model promosi kesehatan pertama kali diterbitkan tahun 1987 dan mengalami revisi tahun 1996. Universitas Sumatera Utara

description

ners

Transcript of Chapter II

Page 1: Chapter II

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

B. SEJARAH NOLA J. PENDER

Nola J. Pender dilahirkan tanggal 16 Agustus 1941 di Lansig, Michigan.

Ketertarikan pada keperawatan bermula saat Nola J. Pender berusia 7 tahun, pada

saat mengamati para perawat yang sedang memberi asuhan keperawatan pada bibinya

di rumah sakit. Keinginannya untuk memberikan perawatan kepada orang lain

dikembangkan melalui pengalaman dan pendidikan yang ia yakini sebagai profesi

yang menolong orang lain.

Pada tahun 1962 meraih gelar diploma keperawatan dan selanjutnya diterima

bekerja di unit bedah di RS Michigan. Tahun 1964, meraih BSN di Universitas State

Michigan di East Lansig, dan gelar MA pada bidang pertumbuhan dan perkembangan

dari Universitas Michigan diraih pada tahun 1965. Gelar Ph.D di bidang psikologi dan

pendidikan diraih tahun 1969 dari Universitas North Western di Evanston, Illinois.

Pernikahannya dengan Albert Pender seorang asisten professor pada bidang

bisnis dan ekonomi memberikan inspirasi menghasilkan sebuah tulisan tentang

keperawatan dalam perspektif ekonomi. Tahun 1975, Dr. Pender mempublikasikan

model konsepsual kesehatan preventif. Dasar studinya adalah bagaimana individu

membuat keputusan tentang perawatan kesehatan mereka sendiri dalam konteks

keperawatan. Artikel tersebut mengidentifikasi faktor-faktor yang ditemukan dalam

pengambilan keputusan dan tindakan yang diperlukan individu dalam pencegahan

penyakit. Pada tahun 1982, edisi pertama promosi kesehatan dalam praktek

keperawatan dipublikasikan dengan konsep promosi optimal tentang kesehatan dan

perlunya pencegahan penyakit. Model promosi kesehatan pertama kali diterbitkan

tahun 1987 dan mengalami revisi tahun 1996.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

 

C. PROMOSI KESEHATAN

Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup yang lebih sehat,

menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, memperkuat tindakan

masyarakat, mengorientaikan kembali pelayanan kesehatan, dan membangun

kebijakan publik yang sehat (Pender, 1996 : 3). Kesehatan individu dan keluarga

ditandai dengan efektifnya dalam komunitas, lingkungan dan masyarakat dimana

mereka hidup. Perawat mengerti dan memikirkan dari usaha peningkatan derajat

kesehatan. Dunn telah menetapkan skema untuk upaya peningkatan derajat kesehatan:

1. Kesehatan individu.

Individu berperan dalam penentuan status kesehatan mereka sendiri. Peningkatan

derajat kesehatan individu itu pada tingkat membuat keputusan pribadi dan

praktek. Setiap derajat peningkatan harus mempertimbangkan dalam formulasi

kesehatan nasional melalui usaha peningkatan derajat kesehatan.

2. Kesehatan keluarga.

Keluarga berperan dalam perkembangan dari kepercayaan kesehatan dan tindakan

kesehatan. Masing-masing keluarga mempunyai sebuah karakter yang berbeda ,

nilai, peran, dan kekuatan struktur. Gaya orang tua dan lingkungan keluarga dapat

memberikan kesehatan atau sebaliknya. Lebih banyak perhatian harus diberikan

kepada perkembangaan strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

3. Kesehatan komunitas.

Berdasarkan pendapat dunn, kesehatan kelompok yang baik perilaku mampu

memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompok.

4. Kesehatan lingkungan.

Tingkat dari kesehatan lingkungan yang baik berefek luaske individu, keluarga ,

dan komunitas dapat sampai kepotensi optimal mereka. Kesehatan lingkungan

yang baik adalah manifestasi dalam keharmonisan dan keseimbangan diantara dua

manusia dan disekeliling mereka.

5. Kesehatan masyarakat.

Sebuah masyarakat yang baik adalah semua anggota masyarakat mempunyai

standart hidup dan cara dari hidup menemukan kebutuhan dasar manusia dan

mengajak dalam beraktifitas yang cepat kepotensi mereka. Sebuah masyarakat

yang baik anggota masyarakat mau membantu dan bertanggungung jawab untuk

kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

 Teori Pemahaman Untuk Promosi Kesehatan & Proteksi Kesehatan

1. Theory Of Reasoned Action & Theory Of Planned Behavior

Teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah suatu kemauan dibawah control bukan

sebagai hambatan untuk menunjukkan perilaku. Kepercayaan merupakan dasar

dari pondasi dalam struktur konseptual, dengan memperhatikan perilaku. Model

ini memperhatikan prediksi dan bergantian, sehingga perilaku mengikutinya

2. Social Cognitive Theory (Self-Efficacy)

Teori kognitif social adalah sebuah pendekatan teori yang menjelaskan perilaku

manusia. Dengan perspektif individu merupakan adanya suatu kekuatan pada

dirinya bukan control yang otomatis pada stimulus ekternal. Perilaku manusia

menerangkan adanya kejadian secara timbal balik pada semua tindakan yang

dapat menentukan adanya interaksi dengan yang lainnya. Persepsi self-efficacy

adalah memprtimbangkan salah satu kekuatan untuk menyelesaikan sebuah

tingkatan penampilan dalam perilaku yang spesifik.

3. The Theory Of Interpersonal Behavior

Sebuah model perilaku meliputi afektif dan psikologis dalam kekuatan habit yang

menerangkan perilaku ini merupakan factor yang memberikan perhatian dalam

model-model perilaku lainnya.

4. Cognitive Evaluation Theory

Motifasi manusia adalah dasar dari sebuah susunan dalam kebutuhan

psikologisnya : dari penentuan dirinya, kompetensi dan hubungan interpersonal.

Menentukan dirinya dan motivasi intrinsic (IM) adalah konsep utama dalam teori.

Motivasi intrinsic adalah energy dalam kebutuhan dalam dirinya dan hubungan

dalam kompetensi untuk nilai perilaku personal.

5. The Interaction Model Of Clien Health Behavior

Model interaksi kesehatan klien berfokus pada karakteristik dari klien dan factor

eksternal pada klien untuk menyediakan keterangan secara komprehensif pada

tindakan langsung terhadap pengurangan resiko dan promosi kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

 

D. MODEL PROMOSI KESEHATAN MENURUT NOLA J. PENDER

1. Pengertian Teori Model Promosi Kesehatan (Health Promotion Model/HPM)

Model Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi

manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi.

Model ini mengintegrasikan teori nilai harapan (Expectancy-Value) dan teori

kognitif sosial (Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia

dilihat sebagai fungsi yang holistik. Bagan HPM dapat dilihat sebagai berikut

Model Promosi Kesehatan menurut Pender

Sumber : Tomey dan Alligod, 2006. Nursing Theorist and Their Work Philladelphia.Mosby.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

 

2. Komponen Teori Model Promosi Kesehatan

Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai berikut :

a. Teori Nilai Harapan (Expectancy-Value Theory)

Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional dan ekonomis.

Seseorang akan mulai bertindak dan perilakunya akan tetap digunakan dalam

dirinya, ada 2 hal pokok yaitu :

1) Hasil tindakan bernilai positif

2) Pengambilan tindakan untuk menyempurnakan hasil yang diinginkan.

b. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)

Teori model interaksi yang meliputi lingkungan, manusia dan perilaku yang

saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada:

1) Pengarahan diri (self direction)

2) Pengaturan diri (self regulation)

3) Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy).

Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan dasar:

1) Simbolisasi yaitu proses dan transformasi pengalaman sebagai petunjuk

untuk tindakan yang akan datang.

2) Pikiran ke depan, mengantisipasi kejadian yang akan muncul dan

merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang bermutu

3) Belajar dari pengalaman orang lain. Menetapkan peraturan untuk generasi

dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa perlu melakukan trial dan

error

4) Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi evaluasi diri

untuk memotivasi dan mengatur perilaku, mengatur lingkungan eksternal

untuk menciptakan motivasi dalam bertindak.

5) Refleksi diri, berpikir tentang proses pikir seseorang dan secara aktif

memodifikasinya.

Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi dan refleksi

diri. Kepercayaan diri terdiri dari :

1) Pengenal diri (self atribut)

2) Evaluasi diri (self evaluation)

3) Kemajuan diri (self efficacy).

Kemajuan diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan-

tindakan tertentu yang berkembang melalui pengalaman, belajar dari

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

 pengalaman orang lain, persuasi verbal dan respons badaniah terhadap situasi

tertentu. Kemajuan diri merupakan fungsi dari kemampuan (capability) yang

berlebihan yang membentuk kompetensi dan kepercayan diri. Kemajuan diri

adalah konstruksi sentral dari HPM.

3. Asumsi dari Model Promosi Kesehatan

1. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar mereka tetap hidup dan dapat

mengekspresikan keunikannya.

2. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya,

termasuk penilaian terhadap kemampuannya.

3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan mencoba

mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas.

4. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.

5. Individu dalam biopsikososial yang kompleks berinteraksi dengan

lingkungannya secara terus menerus, menjelmakan lingkungan yang diubah

secara terus menerus.

6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal yang

perpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya.

7. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah penting

untuk perubahan perilaku.

4. Proposisi Model Promosi Kesehatan

a. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi

kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

b. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan

keuntungan yang bernilai bagi dirinya.

c. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan melakukan

tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku nyata.

d. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk melakukan

tindakan dan perbuatan dari perilaku.

e. Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan akan menghasilkan sedikit

rintangan pada perilaku kesehatan spesifik.

f. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat

menambah hasil positif.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

 g. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku,

maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.

h. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu

menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang

sudah ada.

i. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber

interpersonal yang penting yag mempengaruhi, menambah atau mengurangi

keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.

j. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau

mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan.

k. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih

memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu

yang lama.

l. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan perilaku

yang diharapkan dimana seseorang mempunyai kontrol yang sedikit kebutuhan

yang diinginkan tidak tersedia.

m. Komitmen pada rencana kegiatan kurang menunjukkan perilaku yang

diharapkan ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga lebih suka pada

perilaku yang diharapkan.

n. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan

lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

 

Kerangka Konseptual Model Promosi Kesehatan

Hubungan dg Perilaku

sebelumnya

FaktorPribadi; biologis,Psikologis, sosialbudaya

SIFAT 2 & PENGALAMAN

INDIVIDU

PRILAKU SPESIFIKPENGETAHUAN & SIKAP

HASIL PERILAKU

Komitmenpd RencanaTindakan

Kebutuhan bersaingsegera (kontrol

rendah) & Pilihan-2 (kontrol tinggi)

Model PrilakuPromosi

Kesehtan(HPM)

Tindakan terkait ygmempengaruhi

Kemajuan – diriYg dirasakan

Penghambat2 untukbertindak yg dirasakan

Keuntungan2 daritindakan yg dirasakan

Pengaruh hub. interpersonal (Klg,Klmpk,

provider), norma, dukungan & model.

Pengaruh situasional; pilihan, sifat kebutuhan,

estetika

Revisi Model Promosi Kesehatan (Dari Pender, N.J, Murdaugh, C.L., & Parsons, M.A

(2002). Promosi kesehatan dalam praktik keperawatan dikutip dari Tomey & Alligood (2006)

hal 458.

Penjelasan Bagan Model Promosi Kesehatan

1. Karakteristik dan pengalaman individu

a. Perilaku sebelumnya

Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung dalam

pelaksanaan perilaku promosi kesehatan.

1) Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi kesehatan

saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan, yang mempermudah seseorang

melaksanakan perilaku tersebut secara otomatis.

2) Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self eficacy, manfaat,

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

 hambatan, dan pengaruh aktivitas yang muncul dari perilaku tersebut.

Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik sebelum, saat itu ataupun setelah

perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam memori sebagai informasi

yang akan dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku tersebut di

kemudian waktu.

Perawat dapat membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif

bagi masa depan dengan memfokuskan pada manfaat perilaku tersebut, membantu

pasien bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan perilaku tersebut dan

meningkatkan level/ kadar eficacy dan pengaruh positif melalui pengalaman yang

sukses dan feed back yang positif.

b. Faktor Personal

Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis, dan sosial budaya. Faktor – faktor

ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk secara alami oleh

target perilaku.

1) Faktor Biologis Personal

Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status pubertas,

status menopause, kapasitas aerobik, kekuatan, kecerdasan atau keseimbangan

2) Faktor Psikologis Personal

Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harga diri, motivasi,

kemampuan personal, status kesehatan, dan definisi sehat

3) Faktor sosial kultural

Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi

2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific Cognitions and Affect)

a. Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions)

Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada antisipasi

terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi manfaat merupakan

representasi mental dari konsekuensi perilaku positif. Berdasarkan teori expecting

value.

b. Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Bariers to Actions)

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

 Hambatan yang diantisipasi telah secara berulang terlihat dalam penelitian

empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu perilaku yang nyata dan

perilaku actual yang dilaksanakan. Dalam hubungannya dengan perilaku promosi

kesehatan, hambatan-hambatan ini dapat berupa imaginasi maupun nyata. Hambatan

ini terdiri atas : persepsi mengenai ketidaktersediaan, tidak menyenangkan, biaya,

kesulitan atau penggunaan waktu untuk tindakan-tindakan khusus. Hambatan-

hambatan ini sering dilihat sebagai suatu blocks, rintangan, dan personal cost dari

perilaku yang diberikan. Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan

perilaku-perilaku yang merusak kesehatan seperti merokok, atau makan makanan

tinggi lemak untuk mengadopsi perilaku / gaya hidup yang lebih sehat juga dapat

menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya membangunkan motivasi untuk

menghindari perilaku-perilaku yang diberikan.

Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi maka tindakan ini

tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak tinggi dan hambatan rendah

kemungkinan untuk melakukan tindakan lebih besar. Barier tindakan seperti yang

dilukiskan dalam HPM mempengaruhi promosi kesehatan secara langsung dengan

bertindak sebagai blocks terhadap tindakan seperti penurunan komitmen untuk

merencanakan tindakan.

c. Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)

Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment / keputusan

dari kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan tindakan secara

nyata. Tidak ada concern dengan satu ketrampilan yang dimiliki tetapi alasan dari apa

yang dapat dilakukan dengan apapun ketrampilan yang dimiliki. Judgment dari

personal efficacy dibedakan dari harapan yang ada dalam tujuan. Perceived self

efficacy adalah adalah judgment dari kemampuan untuk menyelesaikan tingkat

performance yang pasti, dimana tujuannya atau harapannya adalah suatu judgment

dari suatu konsekuensi (contohnya benefit dan cost ) sebanyak perilaku yang akan

dihasilkan. Persepsi dari ketrampilan dan kompetensi dalam domain motivasi individu

untuk melibatkan perilaku-perilaku yang mereka lalui. Perasaan efficacy dan dan

ketrampilan dalam performance seseorang sepertinya mendorong untuk melibatkan/

menjalankan perilaku yang lebih banyak daripada perasaan ceroboh dan tidak

terampil.

Pengetahuan individu tentang self efficacy didasarkan pada 4 type informasi :

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

 1) Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan secara nyata dan

evaluksan akan secara nyata dan evaluasi performance yang berhubungan dengan

beberapa standar pribadi atau umpan balik yang diberikan oleh orang lain.

2) Pengalaman – pengalaman dari mengobservasi performance orang lain dan

hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan umpan balik dari orang lain.

3) Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa ia mempunyai kemampuan untuk

melaksanakan tindakan tertentu.

4) Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) dari mana seseorang

menyatakan kemampuannya.

Dalam HPM, selt eficacy yang diperoleh dipengaruhi oleh aktivity related affeck.

Makin positif affeck, makin besar persepsi eficacynya , sebaliknya self eficacy

mempengaruhi hambatan tindakan, dimana eficacy yang tinggi akan mengurangi

persepsi terhadap hambatan untuk melaksanakan perilaku yang ditargetkan. Self

eficacy memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung dengan harapan

eficacy dan secara tidak langsung dengan mempengaruhi hambatan dan

komitmen dalam melaksanakan rencana tindakan.

d. Activity-Related Affect (Afek/sikap yang berhubungan dengan Aktivitas)

Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu perilaku,

didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri. Respon afektif ini dapat ringan,

sedang atau kuat dan secara sadar di namai, disimpan di dalam memori dan

dihubungkan dengan pikiran-pikiran perilaku selanjutnya. Respon-respon afektif

terhadap perilaku khusus terdiri atas 3 komponen yaitu : emosional yang muncul

terhadap tindakan itu sendiri (activity-related), menindak diri sendiri (self-related ),

atau lingkungan dimana tindakan itu terjadi (context-related ).

Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan mempengaruhi apakah individu

akan mengulang perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku lamanya. Perasaan

yang tergantung pada perilaku ini telah diteliti sebagai determinan perilaku kesehatan

pada penelitian terakhir. Afek yang berhubungan dengan perilaku mencerminkan

reaksi emosional langsung terhadap pemikiran tentang perilaku tersebut, yang bisa

positif atau negative – Apakah perilaku tersebut menggembirakan, menyenangkan,

dapat dinikmati, membingungkan, atau tidak menyenangkan. Perilaku yang

berhubungan dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan yang negative

kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku, bisa menimbulkan perasaan positif

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

 dan negative. Dengan demikian, keseimbangan relative di antara afek positif dan

negative sebelum, saat dan setelah perilaku tersebut merupakan hal yang penting

untuk diketahui. Activity-related Affect ini berbeda dari dimensi evaluasi terhadap

sikap yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Dimensi evaluasi terhadap sikap

lebih mencerminkan evaluasi afektif pada hasil spesifik dari suatu perilaku dari pada

respon terhadap sifat stimulus perilaku itu sendiri.

Untuk beberapa perilaku yang diberikan, rentang penuh dari perasaan negative

dan positif harus diuraikan sehingga keduanya dapat diukur secara akurat. Dalam

beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan negatif diuraikan secara lebih

luas dari pada perasaan positif. Hal ini tidak mengherankan karena kecemasan,

ketakutan dan depresi telah diteliti lebih banyak dibandingkan perasaan senang,

gembira dan tenang. Berdasarkan teori kognitif social, terdapat hubungan antara self-

efficacy dan activity-related affect. McAulay dan Courneya menemukan bahwa

respon afek positif saat latihan merupakan predictor yang penting terhadap efficacy

setelah latihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa respon emosional

dan pengaruhnya terhadap keadaan psikologis saat melakukan suatu perilaku berperan

sebagai sumber informasi efficacy. Dengan demikian, activity-related Affect

dikatakan mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung maupun tidak langsung

melalui self-efficacy dan komitmen terhadap rencana tindakan.

e. Interpersonal Influences

Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai perilaku,

kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain. Kesadaran ini bisa atau tidak bisa

sesuai dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh interpersonal pada perilaku

promosi kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara kandung), teman, dan

petugas perawatan kesehatan. Pengaruh interpersonal meliputi : norma (harapan dari

orang-orang yang berarti), dukungan sosial (dorongan instrumental dan emosional)

dan modeling pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus seseorang). Tiga

proses interpersonal ini pada sejumlah penelitian kesehatan tampak mempredisposisi

seseorang untuk melaksanakan perilaku promosi kesehatan.

Norma sosial membentuk standar pelaksanaan yang dapat dipakai atau ditolak oleh

individu. Dukungan social untuk suatu perilaku menyediakan sumber-sumber

dukungan yang diberikan oleh orang lain. Modeling menggambarkan komponen

berikutnya dari perilaku kesehatan dan merupakan strategi yang penting bagi

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

 perubahan perilaku dalam teori kognitif social. Pengaruh interpersonal mempengaruhi

perilaku promosi kesehatan secara langsung maupun tidak langsung melalui tekanan

social atau dorongan untuk komitmen terhadap rencana tindakan.

Individu sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap harapan, contoh dan

pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang cukup untuk berperilaku dalam

cara yang konsisten dengan pengaruh interpersonal, individu mungkin akan

melakukan perilaku-perilaku yang akan menimbulkan pujian dan dukungan social

bagi mereka. Agar pengaruh interpersonal memiliki efek, individu haruslah

menyelesaikan perilaku tersebut, harapan dan input orang lain, memahaminya dan

menyatukannya ke dalam kesadaran yang mewakili perilaku yang telah diberikan.

Kemungkinan untuk mempengaruhi orang lain dapat bervariasi perkembangannya dan

lebih khusus tampak pada orang dewasa. Beberapa kebudayaan mungkin lebih

menekankan pada pengaruh interpersonal dari pada yang lainnya. Contohnya,

familismo di antara populasi Hispanic dapat mendorong seseorang untuk

melaksanakan perilaku khusus bagi kebaikan keluarga dari pada bagi pencapaian

personal.

f. Pengaruh Situasional (Situational Influences)

Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau keadaan dapat

memudahkan atau menghalangi suatu perilaku.Pengaruh situasi pada perilaku promis

kesehatan meliputi persepsi terhadap pilihan yang ada, kharakteristik permintaan, dan

ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan dimana perilaku tersebut dilakukan. Kaplan dan

Kaplan, dalam kerja mereka di lingkungan yang dikembalikan natural, telah

menekankan kesadaran bagaimana lingkungan atau keadaan situasional dapat

mempengaruhi kesehatan dan perilaku kesehatan. Individu tertarik dan lebih

kompeten dalam perilakunya di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka

rasa lebih cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan yang

berhubungan dari pada yang asing, lingkungan yang aman dan meyakinkan dari pada

lingkungan yang tidak aman dan mengancam. Lingkungan yang menarik juga lebih

diinginkan untuk melaksanakan perilaku kesehatan.

Dalam HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai pengaruh langsung

atau tidak langsung pada perilaku kesehatan. Situasi dapat secara langsung

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

 mempengaruhi perilaku dengan menyediakan suatu lingkungan yang diisi dengan

petunjuk-petunjuk yang akan menimbulkan tindakan. Sebagai contoh, sutau

lingkungan yang di tulis dilarang merokok akan menciptakan kharakteristik perilaku

tidak merokok dilingkungan tersebut seperti yang diminta. Peraturan perusahaan

untuk menggunakan alat pelindung pendengaran akan menciptakan perilaku

menggunakannya. Ke dua situasi ini mendukung komitmen untuk tindakan kesehatan.

Pengaruh situasional telah memberikan sedikit perhatian pada penelitian HPM

sebelumnya dan dapat diteliti lebih lanjut sebagai determinan yang secara potensial

penting bagi perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang sebagai kunci penting dalam

mengembangkan stategi baru yang lebih efektif untuk memfasilitasi penerimaan dan

pemeliharaan perilaku kesehatan.

3. Hasil Perilaku

Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari suatu

peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke arah perilaku

kecuali kebutuhan berkompetisi yang tidak dapat dihindari oleh individu atau pilihan

berkompetisi tidak ditolak oleh individu.

a. Tanggung Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA)

Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi daripada tidak. Menurut

Ajzen dan Fishbein, kesengajaan adalah faktor utama yang menentukan kemauan

berperilaku. Tanggung dalam merencanakan tindakan pada HPM yang telah direvisi

menunjukkan pokok yang mendasari proses kognitif:

1) Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu dan tempat

yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara sendirian, dengan

mengabaikan pilihan berkompetensi

2) Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk mendapatkan,

membawa dan memperkuat perilaku

3) Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada tempat yang

berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya merupakan kemungkinan yang

disengaja dan yang lebih lanjut bahwa perencanaan tindakan (POA) yang

dikembangkan oleh perawat dan klien akan sukses di implementasikan.

Contohnya, strategi perjanjian terdiri dari tindakan/aksi persetujuan satu sama lain

dimana tanggung jawab satu kelompok dengan pemahaman bahwa kelompok lain

akan menyedikan beberapa penghargaan yang nyata atau kekuatan jika kelompok

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

 pertama bertanggung jawab secara terus menerus. Strategi-strategi dapat dipilih

oleh klien untuk memberikan kekuatan terhadap perilaku kesehatan menurut

pilihan mereka sendiri dan berdasarkan tahap perubahan yang mereka hadapi.

Tanggung jawab sendiri tanpa strategi-strategi dari teman sejawat sering

mengahasilkan “tujuan yang baik” namun gagal membentuk suatu nilai perilaku

kesehatan.

b. Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan Pilihan-Pilihan

Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk pada alternatif

perilaku yang memaksakan kedalam kebingungan sebagai bagian dari aksi yang

mungkin terjadi sebelumnya dan segera diharapkan menjadi perilaku promosi

kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan berkompetisi dipandang sebagai perilaku

alternatif dimana individu relatif memiliki level kontrol yang rendah karena

ketergantungan terhadap lingkungan seperti bekerja atau tanggung jawab perawatan

keluarga. Kegagalan berespon terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang

tidak menguntungkan untuk diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan

berkompetisi dipandang sebagai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang

bersifat lebih yang mana individu relatif menggunakan level kontrol yang tinggi.

Mereka dapat mengeluarkan perilaku promosi kesehatan dan setuju menjadi perilaku

kompetisi. Tingkat dimana individu mampu melawan pilihan kompetensi tergantung

pada kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh dari “memberi” pilihan

kompetensi adalah memilih makanan tinggi lemak daripada rendah lemak karena rasa

atau selera pilihan; mengemudi dengan melewati pusat rekreasi; selalu berlatih

berhenti di mall (suatu pilihan untuk melihat-lihat atau belanja daripada berolahraga).

Kedua kebutuhan kompetisi dan pilihan dapat menggelincirkan suatu yang rencana

tindakan yang salah satunya telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat berbeda dari

rintangan yang harus dibawa oleh individu dan perilaku yang tidak diantisipasi

berdasarkan pada kebutuhan eksternal atau hasil yang tidak baik/menguntungkan

dapat terjadi. Pilihan kompetisi dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan

waktu, karena pilihan kompetisi adalah dorongan terakhir yang didasari pada hirarki

pilihan yang menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan kesehatan yang positif.

Ada terdapat bermacam kemampuan individu untuk mendukung perhatian dan

menghindari gangguan. Beberapa individu dapat mempengaruhi perkembangan atau

secara biologis menjadi lebih mudah dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II

 Hambatan pilihan kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri dan

mengontrol kemampuan. Komitmen yang kuat untuk merencanakan tindakan dapat

mendukung pengabdian untuk melengkapai suatu perilaku mengingat kebutuhan akan

kompetisi atau pilihan. Didalam HPM, kebutuhan kompetisi dengan segera dan

pilihan secara langsung mempengaruhi kemungkinan terjadinya perilaku kesehatan

sebagaimana pengaruh tanggung jawab moderat.

c. Perilaku Promosi Kesehatan

Variabel pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku sehingga disini

memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku promosi kesehatan adalah titik

akhir atau hasil tindakan pada HPM. Bagaimanapun, harus dicatat bahwa perilaku

promosi kesehatan pada akhirnya adalah langsung bertujuan untuk mencapai hasil

kesehatan yang positif bagi klien. Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika

berintegrasi menjadi gaya hidup sehat yang meliputi semua aspek kehidupan,

menghasilkan pengalaman kesehatan yang positif disepanjang proses kehidupan.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II

E. KOMPONEN PARADIGMA MENURUT NOLA J. PENDER

MANUSIA LINGKUNGAN KESEHATAN KEPERAWATAN

a. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar tetap hidup dimana mereka dapat mengekspresikan keunikannya.

b. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya, termasuk penilaian terhadap kemampuannya.

c. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan mencoba mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas.

d. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.

e. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya.

a. Individu dalam biopsikososial yang kompleks berinteraksi dengan lingkungannya secara terus menerus, menjelmakan lingkungan yang diubah secara terus menerus.

b. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal yang perpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya.

c. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah penting untuk perubahan perilaku.

a. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

b. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada.

c. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal yang penting yag mempengaruhi, menambah atau mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.

d. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan.

e. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik

a. Perawat membantu pasien

membentuk perilaku yang

positif bagi masa depan dengan

memfokuskan pada manfaat

perilaku tersebut

b. membantu pasien bagaimana

mengatasi rintangan dalam

melaksanakan perilaku tersebut

dan meningkatkan level/ kadar

eficacy dan pengaruh positif

melalui pengalaman yang sukses

dan feed back yang positif.

c. Keperawatan berfokus pada

individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II

 

f. Individu sebagai subyek asuhan keperawatan sebagai model promosi kesehatan, yang perlu dilakukan pengkajian kesehatan secara sistematik

lebih memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama.

f. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara