Chapter II

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori. 2.1.1 Konsep Keuangan Daerah 2.1.1.1 Pengertian Keuangan Daerah. Istilah keuangan daerah tidak terlepas dan selalu terkait dengan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) karena keuangan daerah tersebut telah ditetapkan dalam APBD. Pengertian keuangan daerah menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dan tentunya dalam batas-batas kewenangan daerah. Keuangan daerah dituangkan sepenuhnya kedalam APBD. APBD menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.58 Tahun 2005 Tentang pengelolaan keuangan daerah yaitu anggaran pendapatan dan belanja daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan daerah . Selanjutnya pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam konteks ini pengelolaan keuangan daerah difokuskan kepada pengelolaan APBD sebagai wujud Universitas Sumatera Utara

description

ASP

Transcript of Chapter II

 

  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori.

2.1.1 Konsep Keuangan Daerah

2.1.1.1 Pengertian Keuangan Daerah.

Istilah keuangan daerah tidak terlepas dan selalu terkait dengan anggaran

pendapatan belanja daerah (APBD) karena keuangan daerah tersebut telah ditetapkan

dalam APBD. Pengertian keuangan daerah menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan

bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk

didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

daerah tersebut dan tentunya dalam batas-batas kewenangan daerah.

Keuangan daerah dituangkan sepenuhnya kedalam APBD. APBD menurut

peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.58 Tahun 2005 Tentang pengelolaan

keuangan daerah yaitu anggaran pendapatan dan belanja daerah yang selanjutnya

disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas

dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan daerah .

Selanjutnya pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam konteks ini

pengelolaan keuangan daerah difokuskan kepada pengelolaan APBD sebagai wujud

Universitas Sumatera Utara

 

  

perencanaan oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yaitu entitas

penyusun/pengguna APBD untuk pelayanan publik.

2.1.1.2 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Dalam arti luas, anggaran daerah atau anggaran sektor publik memiliki

beberapa fungsi yaitu sebagai : (1) instrument politik, (2) instrument kebijakan fiscal,

(3) instrument perencanaan dan (4) instrument pengendalian (Halim 2001).

Sedangkan menurut Noordiawan, Putra, Rahmawati (2008) anggaran sektor

publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu : (1) sebagai alat perencanaan, (2)

alat pengendalian (3) alat kebijakan fiscal, (4) alat politik, (5) alat koordinasi dan

komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi dan alat menciptakan ruang

publik. Mardiasmo (2002) memberikan fungsi anggaran dengan hal yang sama

dengan Noordiawan dengan kawan-kawan.

Menurut Renyowijoyo (2008) fungsi anggaran adalah (1) sebagai pedoman

pemerintah dalam mengelola Negara dalam periode mendatang, (2) alat pengawas

bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan pemerintah, (3) alat pengawasan terhadap

kemampuan pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut diatas bahwa anggaran berfungsi

sebagai perencanaan, pengendalian, kebijakan, alat politik dan penetapan tentang apa

yang akan dilakukan pada periode tahun berikutnya yang berpengaruh penting dalam

akuntansi dan pelaporan keuangan.

2.1.1.3 Norma Umum Anggaran Sektor Publik.

Universitas Sumatera Utara

 

  

Agar strategi yang telah ditetapkan dapat dicapai, maka pemerintah daerah

perlu untuk tetap memiliki komitmen bahwa anggaran daerah adalah perwujudan

amanat rakyat kepada pihak eksekutif dan legislatif, dalam rangka mencapai

peningkatan kesejahtraan masyarakat. Oleh karena itu anggaran sektor publik atau

anggaran daerah harus mengacu pada prinsip prinsip berikut (Halim 2001): (1)

keadilan anggaran, (2) efisiensi dan efektifitas anggaran (3) anggaran berimbang dan

deficit, (4) displin anggaran, (5) transparansi dan akuntabiltas anggaran.

2.1.1.4 Siklus/Daur Anggaran

Dalam Undang Undang No. 17/2003 ditetapkan bahwa APBN merupakan

wujud pengelolaan keuangan Negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang

undang, terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.

Pendapatan Negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan

hibah, sedangkan belanja Negara dipergunakan untuk keperluan tugas pemerintah

pusat dan daerah, yang diperinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

Pembiayaan diterima dari surplus tahun lalu dan cadangan, serta digunakan untuk

membayar defisit anggaran tahun lalu, membayar hutang, dan pembentukan dana

cadangan.

Daur anggaran merupakan suatu proses anggaran yang terus menerus,

dimulai penyusunan anggaran sampai pada pengesahan pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran oleh DPR.

Daur anggaran pemerintah RI dikelompokkan dalam 5 tahap (Renyowijoyo

2008 dalam bukunya Sugijanto,et al., 1995) :

Universitas Sumatera Utara

 

  

1. Penyusunan dan pengajuan RUU-APBN dan penetapan UU-APBN oleh DPR.

2. Pembahasan dan pengesahan RUU- APBN dan penetapan UU- APBN oleh DPR.

3. Pelaksanaan anggaran, akuntansi dan pelaporan keuangan Negara oleh

Pemerintah.

4. Pemeriksaan pelaksanaan anggaran, akuntansi dan laporan keuangan oleh BPK.

5. Pembahasan dan persetujuan Laporan pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN

dan penetapan UU-Laporan Pertanggungjawaban APBN oleh DPR.

Mardiasmo (2002 : 70) Prinsip-prinsip pokok siklus anggaran perlu diketahui

dengan baik oleh penyelenggara pemerintahan. Pada dasarnya prinsip-prinsip dan

mekanisme penganggaran relatif tidak berbeda antara sektor swasta dengan sektor

publik. Mardiasmo dalam bukunya (Henley 1990). Siklus anggaran meliputi empat

tahap yang terdiri atas : (1) Tahap persiapan anggaran (preparation), (2) Tahap

ratifikasi (ratification), (3) Tahap implementasi (implementation) dan (4) Tahap

pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation).

2.1.2 Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.

Menurut Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 bagian ke empat pasal 10, bagian ke lima pasal 11,

bagian keenam pasal 12, bagian ketujuh pasal 13, dan bagian kedelapan pasal 14

bahwa Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang terdiri dari : (1) Kepala SKPD

(2). Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Barang (3) Pejabat

Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD (4) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (5)

Bendahara Penerima dan Bendahara Pengeluaran. Masing – masing pejabat pengelola

Universitas Sumatera Utara

 

  

anggaran/pengguna barang tersebut mempunyai tugas dan tanggung jawab yang

berbeda-beda.

2.1.3 Good Governance (Kepemerintahan yang Baik)

Pengertian good governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-

urusan publik. Good governance dapat tercapai apabila beberapa hal dibawah ini

dipedomani dalam pengelolaan APBD. Selanjutnya Mardiasmo (1999, 2006)

mengemukakan elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk

mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi, akuntabilitas, value for

money, kejujuran, transparansi dan pengawasan.

Konsep Good Governance, Good Financial Governance merupakan konsep

baru yang di adopsi dari luar diperkenalkan di Indonesia oleh lembaga-lembaga donor

World Bank, Asian Developmen Bank (ADB) dan United Nation Developmen

Program (UNDP). Good Governance sebagai suatu kesuksesan pemerintah dalam

mengelola keuangan untuk pelayanan umum yang baik.

World Bank dalam Maryono, Warella, Kismartini (2007) mengusung tiga

indikator yang perlu diperhatikan dalam good governance yaitu : (1) bentuk rejim

politik, (2) proses dimana kekuasaan digunakan dalam manajemen-manajemen

sumber daya social dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan, (3) kemampuan

pemerintah untuk mendesain, mempormulasikan, melaksanakan kebijakan, dan

melaksanakan fungsi-fungsinya.

ADB mengartikulasikan empat elemen penting dari good governance yaitu:

(1) akuntabilitas, (2) partisipasi, (3) terprediksi, (4) transparansi. UNDP

Universitas Sumatera Utara

 

  

menyebutkan enam indikator kesuksesan good governance yaitu: (1) mengikut

sertakan semua, (2) transparan dan bertanggung jawab, (3) efektif dan adil (4)

menjamin adanya supremasi hukum, (5) menjamim bahwa priortas-prioritas politik,

sosial ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat, (6) memperhatikan

kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam proses pengambilan

keputusan menyangkut alokasi sumber daya pembangunan.

Saragih (2003) dalam Maryono, Warella, Kismartini (2007) mengatakan

terdapat lima prinsip dasar dalam mengelola keuangan publik yaitu : (1) transparansi,

(2) efisisen, (3) efektif, (4) akuntabilitas, (5) partisipasi.

World Bank dalam Mardiasmo (2002) menetapkan prinsip-prinsip pokok

dalam penganggaran dan manajemen keuangan daerah antara lain : (1) Komprehensip

dan displin, (2) fleksibilitas, (3) terperediksi, (4) kejujuran (5) informasi, (6)

Transparansi dan akuntabilitas. ADB memberikan indicator ataupun prinsip-prinsip

good financial governance yaitu : (1) transparansi of financial reporting, (2)

Reliability of financial reporting, (3) accounting and auditing standards, (4) strength

of the accounting and auditing profesinal, (5) legal and regulatory framework.

Karakteristik Good Governace menurut UNDP dalam Mardiasmo (2002)

(1) participation, (2) rule of law, (3) transparency, (4) responsiveness, (5) consensus

orientation, (6) equity, (7) efficiency and effectiveness, (8) Accountability, (9)

strategic vision.

Dari berbagai elemen manajemen keuangan daerah dapat disimpulkan

bahwa akuntabilitas, transparansi, pengawasan dan akuntansi diperlukan untuk

Universitas Sumatera Utara

 

  

mengontrol kebjikan keuangan daerah tersebut. Pencapaian good governance, good

financial governance juga tidak terlepas dari hal tersebut diatas.

2.1.3.1 Akuntabilitas

Secara umum dalam setiap pengelolaan APBD selalu di kaitkan dengan

akuntabilitas publik. Hal ini dapat dilihat dari defenisi akuntabilitas yang merupakan

hal yang penting untuk menjamin efisiensi dan efektivitas. Keterkaitan atau

pentingnya akuntabilitas dalam pengelolaan APBD dapat dilihat bahwa akuntabilitas

dengan seberapa baik prosedur hukum yang diikuti untuk membentuk keputusan

administrasi publik yang harus dihormati oleh para pegawai sipil dan otoritas publik.

Akuntabilitas mencakup eksistensi dari suatu mekanisme yang meyakinkan politisi

dan pejabat pemerintahan terhadap aksi perbuatannya dalam penggunaan sumber-

sumber publik dan kinerja prilakunya. Akuntabilitas juga berkaitan erat dengan

pertanggungjawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau

target kebijaksanaan atau program.

Mardiasmo (2002) Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang

amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan melaporkan,

dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya

kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk

meminta pertanggungjawaban tersebut.

Mardiasmo (2002) dalam bukunya (Ellwood 1993) menjelaskan terdapat

empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu :

(1) Akuntabilitas kejujuran dan hukum (Accoutability for probity and legality), (2)

Universitas Sumatera Utara

 

  

Akuntabilitas proses (process accountability), (3) Akuntabilitas program (program

accountability) (4) Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Menurut Sulistoni (2003) pemerintah yang accountabel memiliki ciri ciri

sebagai berikut : (1) Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan secara terbuka,

cepat, tepat kepada masyarakat, (2) Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan

bagi publik, (3) Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam

proses pembangunan dan pemerintahan, (4) Mampu menjelaskan dan

mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional, dan (5)

Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah. Melalui pertanggung

jawaban public, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program

dan kegiatan pemerintah.

Akuntabililtas pengelolaan APBD adalah kewajiban Pemerintah Daerah

untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan

mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang terkait dengan penerimaan dan

penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk

meminta pertanggungjawaban tersebut (DPRD dan masyarakat). Aspek penting yang

harus dipertimbangkan ialah : (1) Legalitas penerimaan dan pengeluaran daerah.

Setiap transaksi yang dilakukan harus dapat dilacak otoritas legalnya (2) Pengelolaan

(stewardship) keuangan daerah secara baik, perlindungan asset fisik dan financial,

mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus. Prinsip prinsip keuangan daerah

meliputi : (1) Adanya suatu system akuntansi dan system anggaran yang dapat

menjamin bahwa pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara konsisten sesuai

dengan peraturan perundang undangan yang berlaku (2) Pengeluaran daerah yang

Universitas Sumatera Utara

 

  

dilakukan berorientasi pada pencapaian visi, misi, tujuan sasaran dan hasil (manfaat)

yang akan dicapai.

Mursyidi (2009) Akuntabilitas. Mempertanggungjawabkan pengelolaan

sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2.1.3.2 Transparansi

Selain adanya akuntabilitas dalam siklus anggaran, transparansi anggaran

juga diperlukan untuk meningkatkan pengawasan. Transparansi merupakan salah satu

prinsip good governance. Mardiasmo (2006). Transparansi dibangun atas dasar arus

informasi yang bebas, seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi

perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang

tersedia harus memadai agar dapat di mengerti dan dipantau.

Transparansi bermakna tersedianya informasi yang cukup, akurat dan tepat

waktu tentang kebijakan public, dan proses pembentukannya. Informasi adalah suatu

kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah.

Dengan ketersediaan informasi, masyarakat dapat ikut sekaligus mengawasi sehingga

kebijakan publik yang muncul bisa memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat,

serta mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya akan

menguntungkan salah satu kelompok masyarakat saja secara tidak proporsional.

Menurut Sopamah dan Mardiasmo (2003) anggaran yang disusun oleh pihak

eksekutip dikatakan transparansi jika memenuhi kriteria berikut : (1) Terdapat

Universitas Sumatera Utara

 

  

pengumuman kebijakan anggaran, (2) Tersedia dokumen anggaran dan mudah

diakses, (3) Tersedia laporan pertanggungjwaban yang tepat waktu (4)

Terakomodasinya suara/usulan rakyat (4) Terdapat system pemberian informasi

kepada publik.

Menurut Hadi Sumarsono (2003) Transparansi adalah keterbukaan

pemerintah dalam membuat kebijakan kebijakan keuangan daerah, sehingga dapat

diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi pengeloalan

keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara

pemerintah daerah dengan masyarakatnya, sehingga tercipta Pemerintah Daerah yang

bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsip terhadap aspirasi dan kepentingan

masyarakat.

Menurut Mursyidi (2009) Transparansi. Memberikan informasi keuangan

yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa

masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas

pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan

kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang undangan.

Dengan demikian dapat dikatakan transparansi merupakan yang tidak

terpisah dalam pencapaian pengelolaan keuangan pemerintah dan pemerintahan yang

baik.

2.1.3.3 Pengawasan

Pengawasan adalah pengukuran kinerja dan pengambilan tindakan untuk

menjamin hasil yang diinginkan. Merupakan peran penting dan positif dalam proses

Universitas Sumatera Utara

 

  

manajemen. Menjamin segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya dan sesuai

waktunya.

Pengawasan diperlukan untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah

disusun dalam APBD dapat berjalan secara efisien, efektif dan ekonomis.

Memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai dengan mandat, visi, misi,

tujuan serta target-target operasi organisasi. Mengetahui tingkat akuntabilitas kinerja

tiap instansi yang akan dijadikan parameter penilaian keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan. Dari sisi akuntabilitas, system pengawasan akan memastikan bahwa dana

pembangunan digunakan sesuai dengan etika dan aturan hukum dalam rangka

memenuhi rasa keadilan.

Pengawasan menurut Keputusan Presiden No. 74 Tahun 2001 Tentang Tata

Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pasal 1 ayat (6) menyebutkan

bahwa Pengawasan Pemerintah Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan

untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana ketentuan

peraturan perundang undangan yang berlaku.

Berdasarkan ruang lingkup pengawasan Fatchurrochman (2002)

membedakannya menjadi dua yaitu : (1) Pengawasan internal yang terdiri dari

pengawasan melekat dan pengawasan fungsional, dan (2) Pengawasan Eksternal.

Intruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 menyebutkan adanya dua jenis pengawasan

yaitu pengawasan atasan langsung dan pengawasan fungsional. Pengawasan Melekat

(WASKAT) adalah suatu pengawasan yang merupakan bagian integral dari suatu

manajemen yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (1) Penggarisan struktur

Universitas Sumatera Utara

 

  

organisasi dengan pembagian tugas beserta uraiannya yang jelas. (2) Rincian

kebijakan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis dan dapat menjadi pedoman

bagi yang menerima pelimpahan wewenang dari atasan. (3) Rencana kerja yang

menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar

kegiatan tersebut dan hubungan antara berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus

dicapai. (4) Prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari

atasan kepada bawahan. (5) Pencatatan hasil kerja serta pelaporan yang merupakan

alat bagi atasan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi pengambilan

keputusan serta penyusunan, baik mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai

pengelolaan keuangan. (6) Pembinaan personel yang terus menerus agar pelaksanaan

menjadi unsur yang mampu melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya

dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan maksud serta kepentingan

tugasnya.

Pengawasan fungsional yang berasal dari lingkungan internal organisasi pemerintah,

atau juga yang dikenal sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). APIP

terdiri dari BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) IRJEN

(Inspektorat Jendral Departemen) atau Unit Pengawas Lembaga Non Departemen,

IRWIL (Inspektorat Wilayah), Badan Pengawas Daerah (Bawasda), SPI (Satuan

Pengawas Intern).

Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau

atasan langsung suatu organisasi terhadap kinerja bawahan dengan tujuan untuk

mengetahui atau menilai apakah kerja yang telah ditetapkan telah dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan atau peraturan perundang undangan yang berlaku. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara

 

  

pengawasan fungsional adalah pengawasan internal yang dilakukan oleh aparat

fungsional baik yang berasal dari lingkungan internal departeman, lembaga Negara

atau BUMN termasuk pengawasan dari lembaga khusus pengawasan.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan dapat berupa pengawasan secara

langsung dan tidak langsung serta preventip dan reprentive. Pengawasan langsung

dilakukan secara pribadi dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri

ditempat pekerjaan dan meminta secara langsung dari pelaksana dengan cara

inspeksi. Sedangkan pengwasan tidak langsung dilakukan dengan cara mempelajari

laporan yang diterima dari pelaksana. Pengawasan preventive dilakukan melalui pre

audit yaitu sebelum pekerjaan dimulai. Pengawasan represif dilakukan melalui post

audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi).

Pengawasan legislatif dilakukan oleh DPRD terhadap penyelenggaaraan

Pemerintahan sesuai dengan tugas, wewenang dan haknya melalui dengar pendapat,

kunjungan kerja dan pembentukan Panitia Khusus (Pansus) dan atau Panitia Kerja

(Panja) agar terdapat jaminan terciptanya pola pengelolaan anggaran daerah yang

terhindar dari praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), baik mulai proses

perencanaan, pengesahan, pelaksanaan serta pertanggungjawaban. Disamping DPRD

mengawasi secara langsung tentang mekanisme anggaran, DPRD juga menggunakan

aparat pengawasan eksternal pemerintah, yang independent terhadap lembaga

eksekutif di daerah yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

2.1.3.4 Value for Money.

Universitas Sumatera Utara

 

  

Tuntutan baru (transparansi dan akuntabilitas) dalam organisasi sektor

publik harus memperhatikan value for money (VfM) dalam menjalankan aktivitasnya.

Renyowijoyo (2008), Mardiasmo (2006) menyatakan Value for Money merupakan

konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga jenis

elemen utama yaitu, ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Ekonomi, merupakan perolehan masukan (input) dengan kualitas dan

kuantitas tertentu dengan harga terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara

masukan (yang terjadi) dengan nilai masukan (yang seharusnya). Ekonomi terkait

dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir sumber daya yang

digunakan, dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.

Efisiensi, merupakan pencapaian keluaran (output) yang maksimum dengan

masukan tertentu dengan penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran

tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan keluaran/masukan (output/input) yang

dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.

Efektifitas, merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang

ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan

output. Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, sedang

tambahannya dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan

(equality). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan social (social opportunity)

yang sama untuk mendapatkan pelayanan public yang berkualitas dan kesejahtraan

ekonomi. Selain keadilan perlu dilakukan distribusi secara merata (equality).

Penggunaan dana publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok

tertentu saja, melainkan dilakukan secara merata.

Universitas Sumatera Utara

 

  

Kinerja anggaran pada dasarnya adalah system penyusunan dan pengelolaan

anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja

tersebut harus dapat memanfaatkan uang sebaik mungkin dengan konsep value for

money yang berorientasi kepada kepentingan publik. Hal ini berarti dalam

pengelolaan keuangan daerah tersebut harus mencerminkan tiga pilar utama yaitu

ekonomis, efisien, efektifitas. (1) Ekonomis, merupakan ukuran pengunaan dana

masyarakat sesuai kebutuhan sesungguhnya (2) Efisien, merupakan ukuran

penggunaan dana masyarakat (public money) yang dapat menghasilkan output

maksimal (berdaya guna). (3) Efektifitas, merupakan ukuran seberapa jauh tingkat

out put, kebijakan dan prosedur dapat mencapai tujuan kepentingan publik.

Peran pemerintah daerah tidak lagi merupakan alat kepentingan pemerintah

pusat, melainkan alat untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah.

Konsep value for money (VFM) ini penting bagi pemerintah daerah sebagai pelayan

masyarakat, karena implementasinya akan memberikan manfaat seperti : (1)

Efektifitas pelayan public, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran (2)

Meningkatkan mutu pelayanan public (3) Biaya pelayanan yang murah, karena

hilangnya inefisiensi dan penghematan dalam penggunaan resources (4) Alokasi

belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik (5) Meningkatkan public cost

awareness sebagai akar pelaksanaan pertanggungjawaban publik.

Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber

kebocoran dana dan institusi yang selalu merugi.Tuntutan baru muncul agar

organisasi sector public memperhatikan Value for money dalam menjalankan

Universitas Sumatera Utara

 

  

aktivitasnya. Ulum (2009) Pembahasan value for money menyangkut apa yang

dikenal dengan 3E.

Ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas

tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less). Pengertian ekonomi

(hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara

hati-hati atau cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan

operasional dikatakan ekonomis apabila dapat menghilangkan atau mengurangi biaya

yang tidak perlu.

Efisiensi berhubungan dengan produktifitas. Pengukuran efisiensi dilakukan

dengan menggunakan perbandingan antara autput yang dihasilkan terhadap input

yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien

apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan menggunakan

sumber daya dan dana yang serendah -rendahnya (spending well)

Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target

kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan

tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila

proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa ketiga pokok bahasan value for money

sangat terkait satu dengan yang lain. Dalam konteks otonomi daerah value for money

merupakan jembatan untuk mengantar pemerintah daerah mencapai good

governance, yaitu pemerintah daerah yang transparan, ekonomis, efisien, efektif,

responsip dan akuntabel. Vlaue for Money tersebut harus dioperasionalkan dalam

pengelolaan keuangan daerah atau APBD.

Universitas Sumatera Utara

 

  

2.1.4 Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Pengawasan Terhadap

Pengelolaan APBD

Salah satu bagian dari literature akuntansi keprilakuan (behavioral

accounting) adalah bagian yang membahas hubungan antara akuntabilitas,

transparansi, pengawasan dengan pengelolaan keuangan. Akuntabilitas, transparansi,

pengawasan merupakan pendekatan yang secara umum dapat meningkatkan mutu

pengelolaan APBD.

Sulistoni (2003) menyatakan salah satu ciri akuntabilitas adalah mampu

memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan dan

pemerintahan. Sopamah dan Mardiasmo (2003) APBD yang transparan jika

memenuhi terakomodasinya suara/usulan rakyat. Sedangkan pengawasan APBD

diperlukan agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana ketentuan

perundang undangan yang berlaku.

Dengan demikian dapat disimpulkan keterlibatan masyarakat dalam

pengelolan APBD, akan menciptakan pengelolaan APBD yang baik. Pengelolaan

APBD yang baik adalah (1) penggunaan anggaran yang hemat, (2) sesuai dengan

kebutuhan publik, (3) adil dan merata (4) dapat dipertanggungjwabkan kepada publik.

2.1.4 Standar Akuntansi Pemerintahan dan Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah.

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) adalah prinsip akuntansi yang

diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan

Universitas Sumatera Utara

 

  

demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam

upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah Indonesia.

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan Negara/Daerah adalah penyampaian laporan

pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang telah diterima secara umum. Hal

tersebut diatur dalam Undang-Undag No.17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara

yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah

yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif

yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi

tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan persyaratan normatif yang

diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang

dikehendaki.

1. Relevan. Laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang termuat

didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna, dengan membantu

mereka mengevaluasi masa lalu, memprediksi masa depan, mengoreksi hasil

evaluasi mereka masa lalu.

Informasi yang relevan : (a) memiliki manfaat umpan balik, (b) memiliki

manfaat prediktif, (c) tepat waktu, (d) lengkap.

2. Andal. Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur serta

Universitas Sumatera Utara

 

  

dapat diverifikasi. Informasi yang andal memenuhi karakteristik : (a) Penyajian

jujur, (b) dapat diverifikasi, (c) netralitas.

3. Dapat dibandingkan. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih

berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan entitas pelaporan

keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada

umumnya.

4. Dapat dipahami. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat

dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang

disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan

yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dan penyusunan standar akuntansi,

oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan

kegiatannya, serta oleh pengguna keuangan dalam memahami laporan keuangan yang

disajikan. Prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan

pemerintah adalah sebagai berikut : (a) basis akuntansi, (b) prisip nilai historis, (c)

prinsip realisasi, (d) prinsip substansi mengungguli bentuk formal, (e) prinsip

periodisitas, (f) prinsip konsistensi, (g) prinsip pengungkapan lengkap, (h) prinsip

penyajian wajar.

Laporan realisasi anggaran menyajikan ihktisar sumber, alokasi, dan

pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah pusat/daerah, yang

menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode

laporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh laporan realisasi anggaran terdiri

Universitas Sumatera Utara

 

  

dari pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan. Masing-masing unsur mempunyai

defenisi yang ditentukan.

Keberhasilan seorang pemimpin daerah selalu diukur dengan pendekatan

makro. Wujud dari keberhasilan pemerintah yang menggunakan pendekatan makro

adalah pembangunan secara fisik semakin meningkat. Ada satu pendekatan yang

jarang diperhatikan oleh masyarakat adalah kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (LKPD) Budiarta (2008). LKPD dianggap baik jika mendapat wajar tanpa

pengecualian. Sejak diperlakukannya otonomi daerah setiap pemerintah provinsi

maupun kabupaten/kota diwajibkan untuk menerbitkan laporan keuangan sebagai

pertanggungjawaban telah berakhirnya tahun anggaran.

2.1.5 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Menurut Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah Bab I Tentang Ketentuan Umum pasal 1 poin 14 mengartikan

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat

daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/barang. Poin 17

mengartikan pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan pengguna

anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

Point 18 mengartikan Kuasa pengguna anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa

untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan

sebagian tugas dan fungsi SKPD.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan instrumen manajemen

pembangunan daerah. Aspek – aspek dalam manajemen pembangunan daerah

Universitas Sumatera Utara

 

  

terwadahi dalam satu atau beberapa SKPD. Penyusunan kebijakan dan koordinasi di

wadahi dalam satu wadah sekretariat, pengawasan di wadahi dalam bentuk

inspektorat, perencanaan diwadahi dalam bentuk badan, unsur pendukung dalam

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di wadahi dalam

lembaga teknis daerah. Kinerja SKPD menentukan kinerja pada tiap aspek

manajemen pembangunan daerah, yang pada gilirannya, menentukan kinerja daerah

dalam mewujudkan kesejahtraan rakyat di daerah. (PP. Nomor : 41 Tahun 2007

Tentang Organisasi Peragkat Daerah).

Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar No. 10 Tahun 2007 Tentang Pokok

Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang

selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah perangkat pada pemerintah daerah selaku

pengguna anggaran/barang.

2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoritical Mapping)

Sopanah dan Wahyudi (2004) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik

Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan

Daerah (APBD) Kota Malang, diperoleh hasil dari berbagai hipotesis bahwa dari

sample masyarakat , pengetahuan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap

pengawasan keuangan daerah. Sampel Dewan, pengetahuan anggaran juga

berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah.

Sementara sampel masyarakat intraksi pengetahuan anggaran dengan

akuntabilitas publik berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD. Sampel

Universitas Sumatera Utara

 

  

Dewan instraksi pengetahuan anggaran dengan akuntabilitas public berpengaruh

signifikan terhadap pengwasan APBD. Sampel masyarakat intraksi pengetahuan

anggaran dengan partisipasi masayarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap

pengawasan APBD. Sampel Dewan intraksi pengetahuan anggaran dengan partisipasi

masyarakat berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD. Sampel masyarakat

intraksi antara pengetahuan anggaran dengan transparansi kebijakan publik tidak

berpengaruh secara signifikan. Sampel dewan, intraksi antara pengetahuan anggaran

dengan transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh secara siginifikan.

Basri (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan

Dewan Tentang Anggaran Pada Pengawasan Keuangan Daerah. Populasi penelitian

ini adalah anggota DPRD Propinsi Riau dan Kota Pekanbaru. Sampel penelitian ini

adalah seluruh anggota DPRD dengan pertimbangan seluruh anggota DPRD ikut

mengevaluasi laporan pertanggungjawaban dari pemerintah daerah dan mengesahkan

anggaran yang diajukan oleh pemerintah daerah serta mengawasi pelaksanaan APBD.

Variabel yang digunakan adalah Pengetahuan Dewan tentang anggaran

sebagai variabel bebas berpengaruh terhadap variabel Pengawasan sebagai variabel

terikat. Sedangkan variaebl moderatingnya adalah transparansi. Sebaliknya

transparansi kebijakan publik tidak dapat dibuktikan pengaruhnya terhadap

pengawasan.

Berikut review penelitian terdahulu :

Universitas Sumatera Utara

 

  

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu ( Theoretical Mapping) No Nama Peneliti

dan Tahun Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Dari Penelitian

Pengetahuan Anggaran

Pengetahuan anggaran berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD)

Akuntabiltas Pubilik

Pengetahuan anggraan dengan akuntabilitas public berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD

Partisipasi Masyarakat

Pengetahuan anggraan dengan partisipasi masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD

1

Sopamah dan Isa Wahyudi (2004)

Pengaruh Akuntabilitas Pubilik, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Pubilik Terhadap Antara Pengetahuan Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

Transparai Kebijakan Publik

Pengetahuan anggraan dengan transparansi kebijakan public tidak berpengaruh tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan APBD

Pengetahuan Anggaran

Pengetahuan anggaran berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD)

Pengawasan Keuangan Daerah

Pengawasan Keuangan Dearah dipengaruhi oleh pengetahuan Dewan, dan partisipasi masyarakat.

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD

2

Yesi Mutia Basri (2008)

Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Pada Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

Transparai Kebijakan Publik

Transparansi kebijakan public tidak berpengaruh terhadap pengawan keuangan Dearah.

Universitas Sumatera Utara