Chapter II

23
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta menjadi referensi bagi para peneliti selanjutnya yang dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian yang akan datang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai pasar uang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak (Tandelilin, 2001: 25). Sedangkan menurut Abdul (2005: 1), Pasar modal secara formal dapat diartikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang diperjual belikan. Sekuritas di indonesia yang umumnya diperdagangkan ialah saham, obligasi, dan reksa dana. Menurut Dermawan (2007: 188) pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. 2.2. Reksa Dana Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Universitas Sumatera Utara

description

good

Transcript of Chapter II

Page 1: Chapter II

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta menjadi referensi bagi

para peneliti selanjutnya yang dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk

penelitian yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Modal

Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai pasar uang

memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak (Tandelilin, 2001: 25).

Sedangkan menurut Abdul (2005: 1), Pasar modal secara formal dapat diartikan

sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang

diperjual belikan. Sekuritas di indonesia yang umumnya diperdagangkan ialah saham,

obligasi, dan reksa dana. Menurut Dermawan (2007: 188) pasar modal yang efisien

didefinisikan sebagai pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan

semua informasi yang relevan.

2.2. Reksa Dana

Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan

bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

Manajer Investasi. Reksa Dana menurut Gunawan dan Almira (2006: 7) merupakan

suatu bentuk pemberian jasa yang didirikan untuk membantu investor yang ingin

berpartisipasi dalam pasar modal tanpa adanya keterlibatan secara langsung dlam

prosedur,administrasi,dan analisis dalam sebuah pasar modal. Dalam kamus

keuangan Reksa Dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang

terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual

saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga

nilai aktiva bersih.

2.2.1. Jenis-Jenis Reksa Dana

Pada umumnya semua reksa dana memiliki kesamaan struktur namun berbeda

tujuannya. Membedakan reksa dana dibedakan melalui beberapa sudut pandang yaitu

dari segi sifat, instrumen reksa dana, segi hukum dan dari klasifikasi lainnya.

2.2.1.1.Reksa Dana Dilihat dari Segi Sifat

Menurut Gunawan dan Almira (2006: 10) dilihat dari segi sifatnya, reksa dana

dibagi atas:

1. Open-end Fund

Open-end Fund atau Reksa dana terbuka mempunyai arti bahwa reksa dana

memberi kemungkinan bagi investor untuk membeli saham atau unit penyertaan

dari reksa dana dan dapat menjual kembali pada reksa dana tanpa dibatasi jumlah

saham atau unit penyertaan yang diterbitkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

2. Closed-end Fund

Closed-end Fund adalah suatu bentuk reksa dana di Amerika Serikat yang serupa

dengan reksa dana tertutup di Indonesia. closed-end fund disebut juga dengan

reksa dan tertutup yang hanya ada dalam reksa dana berbentuk perseroan terbatas

dan reksa dana ini melakukan operasi dengan jumlah saham yang tetap dan tidak

mengatur secara reguler penerbitan saham baru.

3. Unit Investment Trusts

Unit Investment Trusts merupakan suatu perusahaan dibidang investasi yang

memebeli portofolio efek (berdasarkan pada perjanjian Trust Indenture) dengan

menggunakan kumpulan dana dari pemegang saham atau unit penyertaan.

2.2.1.2. Reksa Dana Dilihat dari Instrumen Reksa Dana Melakukan Investasi

Berdasarkan instrumen dimana reksa dana melakukan investasi, maka reksa

dana dibagi menjadi empat kategori (Gunawan dan Almira, 2006: 24):

1. Reksa Dana Pasar Uang ( Money Market)

Reksa dana ini melakukan pilihan investasi pada jenis instrumen investasi pasar

uang dengan masa jatuh tempo kurang dari satu tahun dan mempunyai tingkat

resiko lebih rendah dibanding investasi lainnya. Bentuk instrumen investasinya

antara lain ialah Time Deposit (Deposito Berjangka), Certificate of Deposit

(Sertifikat Deposito), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Berharga Pasar

Uang (SBPU).

2. Reksa Dana Obligasi

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

Reksa dana ini mempunyai jenis portofolio investasi dalam efek yang berbentuk

surat utang, seperti obligasi dengan komposisi jumlah minimal sebanyak 80%

dari total asetnya. Instrumen obligasi yang paling banyak diminati oleh Manajer

Investasi adalah jenis Surat Utang Negara (Government Bond) yang diterbitkan

oleh Pemerintah Indonesia.

3. Reksa Dana Saham

Reksa Dana Saham ialah reksa dana yang portofolio investasinya pada instrumen

berbentuk saham (equity) dengan jumlah sekurang-kurangnya 80% dari total aset

investasi. Investor yang membeli reksa dana saham akan mendapatkan hasil

keuntungan yang berbentuk dividen dan capital gain.

4. Reksa Dana Campuran

Reksa dana ini mengalokasikan dana investasinya dalam bentuk portofolio

investasi yang bervariasi. Instrumen reksa dana campuran dapat berbentuk saham

dan dikombinasikan dengan instrumen obligasi.

2.2.1.3. Reksa dana Berdasarkan Bentuk Hukum

Menurut Mangasa (2010: 188) Reksa dana berdasarkan bentuk hukum dibagi

atas:

1. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (PT)

Reksa Dana berbentuk perseroan adalah suatu perusahaan yang kegiatannya

usahanya secara khusus menghimpun dana dengan menjual saham reksa dana,

dan selanjutnya dana yang diperoleh dengan penjualan saham reksa dana tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan

pasar uang seperti saham-saham, surat utang obligasi, deposito dan lain-lain.

Ketentuan mekanisme kegiatan reksa dana berbentuk perseroan juga dapat

bersifat tertutup dan terbuka dimana semua kekayaannya wajib disimpan pada

bank kustodian sesuai dengn kontrak pengelolaan dan penyimpanan kekayaan

reksa dana yang dibuat oleh direksi dengan manajer investasi sebagai pihak yang

mengelola reksa dana dan bank kustodian sebagai pihak yang menyimpan atau

pengamanan dari seluruh aset reksa dana.

2. Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) adalah kontrak antara

Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang unit

penyertaan dimana manajer investasi diberikan wewenang untuk mengelola

portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk

melaksanakan penitipan kolektif. Reksa dana berbentuk KIK juga hanya

diperkenakan bersifat terbuka, yang berarti penjualan unit penyertaan reksa dana

(redemtion) oleh nasabah wajib dibeli oleh manajer investasi yang bersangkutan.

Disamping klasifikasi reksa dana yang telah dikemukan tersebut, reksa dana

juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis reksa dana sebagai berikut

(Mangasa, 2010: 194):

1. Reksa Dana Saham

Reksa Dana Saham (Equity Fund) adalah reksa dana yang melakukan investasi

sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

ekuitas atau saham. Reksa dana ini mengupayakan untuk memperoleh capital

gain dalam jangka panjang. Dengan komposisi saham sebagai komposisi utama

dalam portofolio reksa dana saham, maka secara teoritis pergerakan harga atau

NAB reksa dana saham akan lebih fluktuatif atau lebih beresiko dibandingkan

dengan jenis reksa dana lainnya, dalam jangka panjang reksa dana saham akan

memberikan potensi pertumbuhan NAB yang lebih besar dibandingkan dengan

jenis reksa dana lainnya.

2. Reksa Dana Pendapatan Tetap

Reksa dana pendapatan tetap (fixed income) adalah reksa dana yang portofolio

efeknya sekurang-kurangnya 80% terdiri dari efek-efek yang bersifat utang.

Reksa dana ini mengkhususkan pada efek yang memberikan pendapatan secara

tetap.

3. Reksa Dana Pasar Uang

Reksa dana pasar uang adalah reksa dana dimana portofolio asetnya terdiri dari

sekurang-kurangnya 80% dalam bentuk efek bersifat utang jangka pendek dengan

jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksa dana ini mengutamakan investasi pada

jenis-jenis efek di pasar uang dengan orientasi pendapatan jangka pendek, seperti

deposito ,Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat-surat utang jangka pendek

lainnya.

4. Reksa Dana Campuran

Reksa dana campuran (Balance Fund) adalah komposisi yang portofolionya tidak

mengacu kepada komposisi sekurangkurangnya 80% untuk saham, surat utang

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

dan pasar uang pada masing-masing reksa dana saham, reksa dana berpendapatan

tetap atau reksa dana pasar uang. Reksa dana campuran dapat melakukan

investasi baik pada efek utang maupun ekuitas atau saham dan pasar uang dengan

porsi yang berbeda-beda. Tujuan reksa dana campuran dimaksudkan agar

Manajer Investasi dapat lebih fleksibel melakukan diversifikasi terhadap

portofolio reksa dana yang dikelolanya.

5. Reksa Dana Terproteksi

Pengertian reksa dana terproteksi menurut peraturan Bapepem-LK No.IV.C.4

adalah reksa dana yang memberikan jaminan kepada para investor bahwa dana

yang diinvestasikannya tidak akan mengalami kerugian, karena dana yang

diinvestasikan para investor pada produk reksa dana terproteksi diharapkan

sekurang-kurangnya tetap sama denga jumlah investasi awal.

6. Reksa Dana Penjaminan

Reksa dana penjaminan adalah reksa dana yang memberikan jaminan atas nilai

investasi awal pada saat jatuh tempo. Namun penjaminan bukan oleh manajer

investasi, tetapi melalui penjaminan oleh pihak ketiga seperti bank asuransi dan

sebagainya. Investasi reksa dana penjaminan adalah pada efek utang dengan

peringkat layak investasi, sekurang-kurangnya 80% dari NAB.

7. Reksa Dana Indeks

Reksa Dana Indeks adalah reksa dana yang portofolio efeknya terdiri atas efek

yang menjadi bagian dari suatu indeks yang menjadi acuannya sekurang-

kurangnya 80% dari NAB diinvestasikan pada efek yang merupakan bagian dari

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

kumpulan efek yang ada dalam indeks tersebut. Dimana pembobotan masing-

masing efek antara 80%-120%.

8. Reksa Dana Syariah

Reksa dana syariah merupakan suatu produk keuangan yang harus mengacu pada

sistem keuangan islam. Misalnya tidak diinvestasikan pada saham-saham atau

obligasi dari perusahaan yang produknya bertentangan dengan syariah islam,

seperti pabrik makanan dan minuman yang mengandung alkohol, daging babi,

rokok, jasa keuangan konvensional seperti produk perbankan yang menggunakan

bunga sebagai imbal hasilnya, seperti bisnis hiburan yang berbau maksiat.

9. Reksa Dana Exchange Trade Fund (ETF)

Reksa dana Exchange Trade Fund (ETF) adalah suatu bentuk reksa dana karena

seluruh portofolio reksa dana dikelola oleh manajer investasi dan disimpan oleh

bank kustodian, aset portofolio reksa dana ETF mengacu kepada suatu indeks

tertentu seperti reksa dana yang kinerjanya pada indeks LQ-45.

10. Reksa Dana Real Estat (Dire)

Reksa dana real estat adalah suatu jenis reksa dana dimana manajer investasi

membeli dan mengelola gedung seperti misalnya gedung perkantoran atau

apartemen.

2.2.2. Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

Menurut Mangasa (2010: 158) Ukuran dari nilai portofolio efek suatu reksa

dana adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV). Dengan

demikian kinerja suatu produk reksa dana dapat dilihat dari NAB masing-masing

reksa dana yang menjadi satuan dari nilai aset suatu reksa dana. Nilai Aktiva Bersih

suatu reksa dana dapat berfluktuasi walaupun fluktuasi reksa dana tersebut tidak

sesering dan sebesar fluktuasi dari saham.

Secara umum NAB suatu reksa dana dangat tergantung kepada kinerja

sekuritas yang menjadi portofolio reksa dana yang bersangkutan yaitu apabila harga

pasar dari aset-aset yang menjadi portofolio reksa dana mengalami kenaikan, maka

secara otomatis NAB reksa dana yang bersangkutan juga akan mengalami kenaikan

dan sebaliknya apabila aset-aset dalam prtofolio reksa dana mengalami penurunan di

pasar maka otomatis total NAB reksa dana yang bersangkutan juga akan mengalami

penurunan. Nilai Aktiva Bersih (NAB) dapat ditulis dengan formula:

NAB = Market value of asset – liabilities / shares outstanding

2.2.3. Return Reksa Dana

Reksa dana (mutual fund) merupakan portofolio yang dibentuk oleh

perusahaan reksa dana dan dijual kembali kepada masyarakat dalam bentuk unit

penyertaan. Salah satu tujuan dari reksa dana adalah untuk meminimumkan resiko

tidak sistematik (dengan membentuk portofolio) dan untuk menghasilkan return yang

tinggi (Jogiyanto, 2013: 605). Perhitungan return portofolio dapat dihitung dengan

cara sebagai berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

Rp =NABt − NABt−1

NABt−1

Notasi :

Rp = Return portofolio

NABt = NAB yang merupakan nilai portofolio periode sekarang (t)

NABt-1 = NAB yang merupakan nilai portofolio periode tahun lalu (t-1)

Perhitungan portofolio diatas hanya melibatkan satu periode saja, yaitu antara

waktu membeli portofolionya sampai waktu menjual portofolionya. Jika investasi

portofolio melibatkan beberapa periode, maka perhitungan return rata-rata dapat

dilakukan dengan cara rata-rata geometrik dan rata-rata timbangan rupiah (rupiah-

weighted). Return rata-rata geometrik (geometric mean) disebut juga dengan istilah

return timbangan waktu (time-weighted return) yang dapat dihitung dengan rumus:

RG = [(1+R1) + (1+R2) ... (1+ Rn)]1/n – 1

Notasi :

RG = Rata-rata Geometrik

Ri = return untuk periode ke-i

n = Jumlah dari return

2.2.4. Kinerja Reksa Dana

Untuk mengukur kinerja reksa dana terdapat beberapa model return sesuaian

-resiko (risk-adjusted return):

a. Reward To variability ( Sharpe Measure )

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukuran ini dilakukan dengan

membagi return lebih (excess return) dengan variabilitas (variability) return

portofolio. Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Sharpe

(Sharpe Measure) atau disebut dengan Reward to Variability ( RVAR). Adapun

rumus perhitungan RVAR ialah sebagai berikut:

RVAR = 𝑇𝑅𝑝������−𝑅𝑏𝑟������

𝜎𝑝

Notasi:

RVAR = reward to variability atau pengukur Sharpe

𝑇𝑅𝑝������ = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu

𝑅𝑏𝑟����� = rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu

𝜎𝑝 = variabilitas yang diukur dengan deviasi standar dari return potofolio

dalam perioda tertentu

𝑇𝑅𝑝������ − 𝑅𝑏𝑟����� = return lebih (excess return) portofolio

Nilai RVAR menunjukkan kinerja dari portofolio, semakin besar nilai RVAR

maka semakin baik kinerja dari portofolionya.

b. Reward To Volatility (Treynor Measure)

kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi

return lebih ( excess return) dengan volatilitas ( risikio sitematik beta dari aktiva)

portofolio. Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Treynor

(Treynor Measure) atau disebut juga dengan reward to valatility (RVOL).

Adapun rumus perhitungan RVOL ialah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

RVOL = 𝑇𝑅𝑝������−𝑅𝑏𝑟������

𝛽𝑝

Notasi :

RVOL = reward to volatility atau pengukur Treynor

𝑇𝑅𝑝������ = rata-rata return total portofolio perioda tertentu

𝑅𝑏𝑟����� = rata-rata return aktuiva bebas risiko perioda tertentu

𝛽𝑝 = volatilitas yang diukur dengan beta portofolio perioda tertentu

𝑇𝑅𝑝������ − 𝑅𝑏𝑟����� = return lebih (excess return) portofolio

Nilai RVOL menunjukkan kinerja portofolio, semakin besar nilai RVOL semakin

baik kinerja portofolionya. Berbeda dengan Sharpe, Treynor membagi return

lebih portofolio (reward) dengan beta portofolio. Treynor beragumentasi bahwa

portofolio yang dibentuk mestinya adalah portofolio optimal, maka risiko unik

(unsystematic risk) dapat diabaikan dan yang maih tertinggal adalah resiko

sistematik (systematic risk) yang diukur dengan beta.

c. Reward to Market Risk

Karena skala pembagi antara pengukur Sharpe dan pengukur Treynor berbeda,

maka hasil keduanya tidak dapat dibandingkan. Sehingga solusinya ialah dengan

memodifikasi pengukuran Treynor dengan menggunakan pembagi yang sama

dengan yang digunakan sharpe. Nilai pembagi di pengukur Treynor ini akan

dimodifikasi supaya mempunyai skala persentase dengan merubah risiko

sistematik dan skala desimal menjadi rieiko sistematik dalam skala persentase.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

Nilai risiko sistematik adalah sebesar βp2 • 𝜎M2. Adapun pengukuran Reward to

Market Risk (RMAR) ialah sebagai berikut:

RMAR = 𝑇𝑅𝑝������−𝑅𝑏𝑟������

𝛽𝑝 .𝜎𝑚

RMAR = reward to market risk atau pengukur Treynor modifikasian

βp • 𝜎M = risiko pasar (risiko sistematik) portofolio dalam perioda tertentu.

d. Reward to Diversification

Pengukur Reward to Market Risk (RMAR) sebagai modifikasi dari pengukur

Treynor masih belum dapat menjelaskan seberapa besar diversifikasi yang

seharusnya dicapai oleh portofolio. Besarnya diversifikasi yang tidak dilakukan

oleh portofolio adalah sebesar risiko total yang terjadi (𝜎p) dikurangi dengan

risiko sistematiknya(βp . 𝜎M) atau sebesar (𝜎p - βp . 𝜎M). Nilai ini adalah besarnya

diversifikasi yang tidak mampu dilakukan oleh portofolio. Semakin besar nilai

(𝜎p - βp . 𝜎M) semakin jelek kinerja dari portofolionya. Dengan demikian Reward

to Diversification (RDIV) dapat dirumuskan sebagai:

RDIV = 𝑇𝑅𝑝������−𝑅𝑏𝑟������

𝜎𝑝− 𝛽𝑝.𝜎𝑚

Notasi :

RDIV = reward to diversification

βp . 𝜎M = risiko pasar portofolio jika terjadi diversifikasi penuh

(𝜎p - βp . 𝜎M) = risiko yang tidak mampu didiversifikasi oleh portofolio

e. Jensen’s Alpha

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

Pengukuran Jensen’s Alpha adalah pengukuran yang dikembangkan dari CAPM.

Pengukuran Jensen’s Alpha atau disebut juga dengan nama pengukur return

diferensial (Jensen’s differential return measure) adalah selisih antara return rata-

rata portofolio dengan nilai menurut CAPM sebagai berikut:

αP = ( 𝑇𝑅𝑝������ − 𝑅𝑏𝑟�����) - 𝛽𝑝(𝑅𝑚����� − 𝑅𝑏𝑟�����)

αP = Jensen’s Alpha

𝑇𝑅𝑝������ = rata-rata return portofolio perioda tertentu

𝑅𝑏𝑟����� = rata-rata return aktiva bebas risiko perioda tertentu

𝑇𝑅𝑝������ − 𝑅𝑏𝑟����� = rata-rata premium risiko portofolio (portofolio risk premium)

𝑅𝑚����� − 𝑅𝑏𝑟�����) = rata-rata premium risiko pasar (market risk premium)

f. Rasio Informasi

Pengukuran ini merupakan rasio antar alpha (αp) dengan risiko unik portofolio

atau risiko nonsistematik portofolio yang disebut sebagai tracking error dari

industri (σep) sebagai berikut ini:

RI= ∝𝑝𝜎𝑒𝑝

Notasi:

RI = rasio informasi

αp = alpha portofolio

σep = risiko unik portofolio

Nilai rasio informasi ini mengukur return tidak normal per unit risiko yang dapat

didiversifikasi dengan memegang portofolio indeks pasar.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

2.2.5. Resiko Reksa Dana

Resiko-resiko investasi di Reksa Dana Gunawan dan Almira (2009: 21):

1. Resiko menurunnya Nilai Aktiva Bersih / Net Asset Value Unit Penyertaan

Penurunan NAB/NAV Unit Penyertaan dapat disebabkan oleh harga pasar dari

instrumen investasi yang dimasukkan ke dalam portofolio Reksa Dana mengalami

penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal.

2. Resiko Likuiditas

Likuiditas merupakan salah satu syarat penting dalam melakukan investasi agar

pengelolaan dana dapat dlakukan secara maksimal. Tanpa adanya likuiditas,

investor dapat mengalami kesulitan dana dalam bentuk kerugian tunai akibat tidak

dapat menjual portofolio investasinya. Pemilik reksa dana yang akan menjual

kembali unit penyertaannya diharapkan dapat menerima uang tunai secepat

mungkin. Potensi risiko likuiditas dapat terjadi apabila pemegang unit penyertaan

pada salah satu manajer investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara

besar-besaran) atas unit penyertaan reksa dana. Penundaan pembayaran atau

kesulitan likuiditas dapat dialami oleh manajer investasi dan bank pembayar

apabila belum terdapat dana yang cukup pada hari penarikan dana secara besar-

besaran tersebut. Hal ini bisa terjadi apabila pemegang unit penyertaan reksa dana

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II

melakukan penjualan kembali kepada satu manajer investasi dalam jumlah yang

cukup besar.

3. Resiko pasar

Resiko pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami

penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar

obligasi secara drastis. Keadaan ini biasa disebut dengan kondisi bearish, yaitu

harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga

yang sangat drastis.

4. Resiko default

Jenis resiko default merupakan kategori resiko yang paling fatal. Risiko default

terjadi, misalnya jika pihak manajer investasi membeli obligasi yang emitmennya

mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak mampu membayar bunga. Untuk

menghindari risiko default, pihak manajer investasi biasanya melakukan seleksi

peringkat (rating) obligasi yang layak dijadikan portofolio investsi reksa dana

mereka.

2.2.6. Variabel yang mempengaruhi kinerja reksa dana

Menurut Allison dalam Woelandari (2009) adapun variabel yang

memengaruhi kinerja reksa dana ialah:

1. Fund Return

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II

Fund Return merupakan dasar perhitungan kinerja portofolio termasuk reksa dana

adalah dalam bentuk imbal hasil (return). Adapun pengukuran fund return dapat

dilihat dari:

a. Annual return

annual return merupakan peningkatan nilai dari sebuah investasi yang

dinyatakan dalam bentuk persentase setiap tahunnya

b. Annual return after tax (distribusi dan penjualan)

Annual return after tax merupakan peningkatan nilai dari sebuah investasi

yang dinyatakan dalam bentuk persentase tiap tahunnya setelah dikenakan

pajak

Variabel kontrol :

a. Low (variabel kepemilikan)

Variabel ini menjelaskan mengenai besarnya kepemilikan unit penyertaan

oleh Manajer Investasi.

b. Fund Expense Ratio yang merupakan ratio beban investasi

c. Systematic risk (beta)

Systematic risk merupakan risiko yang berasal dari faktor-faktor yang

mempengaruhi perusahaan secara langsung, seperti ketidakpastian kondisi

ekonomi (gejolak kurs tukar mata uang,tingkat inflasi dan tingkat suku bunga

yang tidak menentu) dan ketidakpastian politik.

d. Inflows

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II

Inflows = [Total Net Assetst / Total Net Assetst-1 – ( NAVt + Divt + Gainst) /

NAVt-1 ] / (1+ANNRTNt /2)

e. Bond

Bond merupakan persentase jumlah asset yang diinvestasikan ke dalam

obligasi

2. Fund Turn Over

Fund Turn Over merupakan persentase dari besarnya dana yang dimiliki setelah

mengalami perubahan selama kurun waktu satu tahun atau dapat juga diartikan

jumlah kotor dari penjualan dibagi dengan seluruh aset dalam reksa dana. Adapun

variabel kontrol ialah sebagai berikut:

a. Low (variabel kepemilikan)

Variabel ini menjelaskan mengenai besarnya kepemilikan unit penyertaan

oleh Manajer Investasi.

b. Inflows

Inflows = [Total Net Assetst / Total Net Assetst-1 – ( NAVt + Divt + Gainst) /

NAVt-1 ] / (1+ANNRTNt /2)

c. Netta yaitu total aktiva bersih

3. Fund Tax Cost

Fund Tax Cost dapat diukur melalui tiga ukuran sebagai berikut:

a. Ratio of Long Term to Total Capital Gain (Lttot)

Ratio of Long Term to Total Capital Gain (Lttot) merupakan rasio dari

investasi jangka panjang terhadap total keuntungan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II

b. Paid Cost to Gain (Pctgain)

Pctgain merupakan pembayaran keuntungan dari saham yang dipersentasekan

pada nilai aktiva bersih

c. Paid Cost to Tax (Pcttax)

Paid Cost to Tax (Pcttax) merupakan besarnya beban pengenaan pajak pada

nilai aktiva bersih (NAB).

Pcttax = (𝑙𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑐𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑎𝑖𝑛 x 𝑡𝑎𝑥)+ (𝑠ℎ𝑜𝑟𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑐𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑎𝑖𝑛 x 𝑡𝑎𝑥)+ (𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 x 𝑡𝑎𝑥)𝑁𝑒𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒

2.3. Kepemilikan Insider

Kepemilikan Insider atau Insider Ownership adalah kepemilikan manajerial

dan merupakan variabel determinan yang penting dalam kebijakan deviden suatu

perusahaan. Serta Insider Ownership juga merupakan persentase atas kepemilikan

saham dan option yang dimiliki oleh direksi dan komisaris perusahan. Insider

Ownership terjadi apabila pemegang saham suatu perusahaan sekaligus bertindak

sebagai manajer perusahaan.

Teori pecking order hypotheses mengasumsikan bahwa keberadaan

kepemilikan insider tidak memberikan pengaruh terhadap keputusan capital

expenditures perusahaan karena teori hipotesis ini berasumsi bahwa perusahaan telah

melakukan pembelanjaan modal sesuai dengan yang seharusnya dilakukan oleh

perusahaan tanpa mengorbankan kepentingan pihak manapun. Sedangkan

berdasarkan teori managerial hypotheses yang menitikberatkan pada pemisahan

antara fungsi kepemilikan dan fungsi kontrol pada perusahaan mengasumsikan bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II

manajer yang kepemilikan sahamnya pada kepemilikan insider kurang dari seratus

persen akan mendapat insentif dan kesempatan untuk melakukan tindakan yang

menguntungkan bagi kepentingan dirinya serta mengesampingkan keuntungan

pemilik lain. Insentif tersebut muncul karena manajer menikmati keuntungan

nonfinansial dari tindakan pengambilan keputusan yang mengesampingkan

pemaksimalan nilai, tanpa harus menanggung beban finansial yang mungkin muncul.

Ketidakmampuan pemegang saham untuk melakukan tindakan pengawasan

terhadap setiap tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen memunculkan celah

bagi manajer untuk melakukan tindakan moral hazard. Oleh karena itu, Perbedaan

kepentingan antara manajer dengan pemegang saham menyebabkan munculnya

perbedaan preferensi antara manajer dan pemegang saham mengarah pada

penggunaan beberapa mekanisme untuk menyelaraskan kepentingan kedua pihak

tersebut yang mana salah satu mekanismenya ialah adanya kepemilikan insider atau

insider ownership.

Rumus kepemilikan insider atau insider ownership:

INSIDER = Jumlah saham yang dimiliki komisaris dan direkturTotal saham

2.4. Agency Costs

Menurut Dermawan (2007: 234) Agency Costs atau Biaya Keagenan adalah

biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan utang dan melibatkan hubungan

antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini mucul

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II

dari problem keagenan (agency problem). Dalam mengatasi masalah keagenan,

adanya kepemilikan saham oleh manajerial (kepemilikan insider) dapat digunakan

untuk mengurangi agency cost.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian Evans (2008) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial

berhubungan positif terhadap return perusahaan dan berhubungan negatif terhadap

turn over perusahaan serta tidak memiliki hubungan terhadap fund tax burden.

Berdasarkan hasil penelitian Harjito (2006) disimpulkan bahwa hubungan

saling mengganti antara kebijakan hutang, insider ownership dan kebijakan hutang

dalam peranan pengawasan masalah agensi tidak sepenuhnya terjadi di Indonesia.

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Woelandari Oetami (2009)

menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan unit penyertaan oleh

manajer investasi dengan return sebelum dikenakan pajak pada reksa dana saham dan

besarnya kepemilikan unit penyertaan manajer investasi berpengaruh pada dana yang

diinvestasikan pada investasi jangka panjang serta terdapat hubungan antara

kepemilikan unit penyertaan oleh manajer investasi dengan turn over reksa dana

saham.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu ialah

terletak pada periode yang digunakan dalam penelitian ini selama empat tahun,

penelitian ini juga menggunakan sampel data yang lebih baru, serta pada penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II

ini fund tax cost yang digunakan ialah berfokus dengan mengukur besarnya beban

pengenaan pajak pada nilai aktiva bersih.

2.6. Kerangka Konseptual

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat

beberapa penelitian yang membuktikan bahwa ada pengaruh dan ada yang tidak

berpengaruh kepemilikan insider dengan fund return, fund turn over, dan fund tax

cost.

Fund return merupakan dasar perhitungan kinerja portofolio dalam bentuk

imbal hasil (return) dan menjelaskan bagaimana return saham reksa dana dipengaruhi

oleh besarnya kepemilikan unit penyertaan oleh manajer investasi. Semakin

meningkatnya kepemilikan unit penyertaan oleh manajer investasi maka imbal hassil

akan meningkat.

Fund turn over merupakan jumlah kotor dari penjualan yang dibagi dengan

seluruh asset reksa dana. Semakin tinggi perputaran portofolio maka akan semakin

sering manajer investasi melakukan aktivitas trading.

Fund tax cost adalah analisis untuk mengetahui sejauh mana pajak

mempengaruhi pemilihan investasi oleh manajer investasi dan hubungannya dengan

kepemilikan unit penyertaan dengan manajer investasi. Koefisien kepemilikan unit

penyertaan manajer investasi yang negatif menunjukkan bahwa setiap peningkatan

kepemilikan unit penyertaan oleh manajer investasi akan menyebabkan rasio dari

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II

investasi jangka panjang terhadap total keuntungan reksa dana mengalami penurunan

dans sebaliknya.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Analisis Kepemilikan Insider dengan Fund Return, Fund Turn Over, dan Fund Tax Cost Reksa Dana Saham Periode 2010-2013

2.7. Hipotesis Penelitian

FUND RETURN

KEPEMILIKAN INSIDER

FUND TURN OVER

FUND TAX COST

Universitas Sumatera Utara