Chapter II

37
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1. Sejarah PT. Universal Pharmaceutical Industries didirikan pada tahun 1975 dan mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik pada tahun 1995. Saat ini dalam pembinaan untuk mendapatkan current Good Manufacturing Practice (cGMP). Kegiatan PT. Universal Pharmaceutical Industries meliputi pengadaan, penyediaan, penyaluran, dan pengembangan obat yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai saat ini terdiri dari 5 jenis yaitu: sediaan tablet non antibiotika, cairan oral antibiotika non beta laktam, cairan oral non antibiotika, cairan obat luar non antibiotika dan kapsul keras antibiotika non beta laktam. 2.2 Visi dan Misi A. Visi PT. Universal Pharmaceutical Industries berkomitmen untuk selalu memproduksi obat-obat yang memenuhi standar mutu dan akan selalu berusaha untuk menjunjung tinggi komitmen tersebut. B. Misi Industri farmasi adalah industri yang menyadari bahwa kesalahan yang kecil dalam pembuatan obat dapat menyebabkan hal yang membahayakan terhadap konsumen. Oleh karena itu, semua aspek dalam pembuatan obat harus terjaga kebenarannya dan pelaksanaannya baik proses pengolahan dan proses pengawasan mutu. Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II

Page 1: Chapter II

BAB II

TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI

2.1. Sejarah

PT. Universal Pharmaceutical Industries didirikan pada tahun 1975 dan

mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik pada tahun 1995. Saat ini

dalam pembinaan untuk mendapatkan current Good Manufacturing Practice

(cGMP).

Kegiatan PT. Universal Pharmaceutical Industries meliputi pengadaan,

penyediaan, penyaluran, dan pengembangan obat yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai saat ini terdiri dari 5

jenis yaitu: sediaan tablet non antibiotika, cairan oral antibiotika non beta laktam,

cairan oral non antibiotika, cairan obat luar non antibiotika dan kapsul keras

antibiotika non beta laktam.

2.2 Visi dan Misi

A. Visi

PT. Universal Pharmaceutical Industries berkomitmen untuk selalu

memproduksi obat-obat yang memenuhi standar mutu dan akan selalu berusaha

untuk menjunjung tinggi komitmen tersebut.

B. Misi

Industri farmasi adalah industri yang menyadari bahwa kesalahan yang

kecil dalam pembuatan obat dapat menyebabkan hal yang membahayakan

terhadap konsumen. Oleh karena itu, semua aspek dalam pembuatan obat harus

terjaga kebenarannya dan pelaksanaannya baik proses pengolahan dan proses

pengawasan mutu.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

2.3 Lokasi dan Sarana Produksi

PT. Universal Pharmaceutical Industries salah satu perusahaan swasta

nasional yang berlokasi di jalan K.L. Yos Sudarso No.347 BB Km 6,5 Tanjung

Mulia, Medan, Sumatera Utara.

Sumber arus listrik berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan

apabila arus terputus digunakan generator. Sumber air berasal dari air PDAM dan

sumur pompa. Bangunan penunjang lainnya terdiri dari kamar mandi dan pos

jaga.

Ruang produksi pada PT. Universal Pharmaceutical Industries meliputi

ruang produksi tablet, ruang produksi kapsul, ruang produksi sirup, ruang

produksi steril. Setiap tahapan dalam proses produksi misalnya penimbangan,

pencampuran, pengemasan dilakukan dalam ruangan yang terpisah.

Gudang bahan baku, gudang kemasan, ruangan produksi dan obat jadi

dibuat sedemikian rupa sehingga proses produksi berjalan efektif, waktu relatif

singkat dan kemungkinan terjadinya pencemaran silang dapat dihindari.

Keadaan ruangan produksi adalah sebagai berikut:

a. Lantai

Lantai ruangan produksi tablet, kapsul dan sirup terbuat dari semen yang

dilapisi epoksi sehingga lantai mempunyai permukaan yang rata, mudah

dibersihkan, tidak menahan partikel, tahan terhadap detergen dan desinfektan.

b. Dinding

Dinding ruangan terbuat dari tembok yang dilapisi dengan epoksi sehingga

permukaan dinding menjadi licin dan rata, kedap air, mudah dibersihkan, tahan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

terhadap detergen, desinfektan, tidak menahan partikel dan tidak menjadi tempat

bersarangnya binatang kecil.

c. Langit-langit

Langit-langit ruangan terbuat dari beton yang dilapisi epoksi sehingga

permukaan langit-langit menjadi licin dan rata, kedap air, mudah dibersihkan,

tahan terhadap detergen, tidak menahan partikel.

d. Pengaturan udara

Aliran udara yang digunakan dalam ruangan produksi tablet, kapsul dan

sirup telah melalui sistem AHU (Air Handling Unit). Tekanan udara diatur

sedemikian rupa sehingga tekanan udara pada koridor lebih tinggi daripada ruang

pengolahan.

2.4 Kebijakan Mutu

Industri farmasi adalah industri yang memiliki spesifikasi tersendiri

dimana konsumen tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan pemilihan

terhadap produk, dalam hal ini obat-obatan yang akan digunakan sehingga

kesalahan kecil dalam pembuatan obat dapat menyebabkan hal yang

membahayakan konsumen. Pemerikasaan yang dilakukan terhadap obat yang

diproduksi adalah pemeriksaan terhadap contoh dari setiap bets produksi, bukan

terhadap semua hasil bets produksi.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka semua aspek dalam pembuatan obat

harus benar-benar terjaga kebenaran dan pelaksanaanya baik dalam proses

pengolahan dan proses pengawasan mutu. Pencapaian mutu yang sesuai dengan

standar hanya dapat diperoleh dengan melaksanakan seluruh aspek dalam Cara

Pembuatan Obat yang Baik meliputi software, hardware dan brainware sesuai

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

dengan yang ditetapkan oleh pemerintah, dengan satu tujuan untuk menghasilkan

produk obat-obatan yang memenuhi standar mutu secara menyeluruh dan

berkesinambungan.

Untuk dapat melaksanakan hal tersebut PT. Universal Pharmaceutical

Industries membuat suatu komitmen sebagai acuan untuk selalu memproduksi

obat-obatan yang memenuhi standar mutu dan akan selalu berusaha untuk

menjunjung tinggi komitmen tersebut.

2.5 Cara Pembuatan Obat yang Baik

Industri farmasi diwajibkan melaksanakan CPOB berdasarkan keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 43/MenKes/SK/II/1988 tanggal 2 Pebruari 1988

ditetapkan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik dan keputusan DirJen

Pengawasan Obat dan Makanan DepKes RI No. 04510/A/SK/XII/1989 tentang

Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik.

Cara Pembuatan Obat yang Baik menyangkut seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu dan bertujuan:

a. Untuk menjamin bahwa produk obat senantiasa memenuhi persyaratan

mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

b. Sebagai pedoman yang jelas bagi semua pihak yang terlibat dalam

pembuatan obat.

c. Untuk menjamin konsistensi mutu obat dalam setiap pembuatannya.

Pelaksanaan CPOB di PT. Universal Pharmaceutical Industries meliputi

berbagai aspek, yaitu: personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan higiene,

produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, dokumentasi serta kualifikasi dan

validasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

2.5.1. Personalia

2.5.1.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan hendaklah sedemikian rupa, sehingga

bagian produksi dan bagian pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berbeda

yang mempunyai tanggung jawab masing-masing.

Prinsip struktur organisasi PT. Universal Pharmaceutical Industries sudah

sesuai dengan syarat CPOB yaitu telah memisahkan bagian produksi dan

pengawasan mutu yang masing-masing penanggungjawabnya adalah seorang

apoteker dan tidak saling bertanggungjawab antara satu dengan yang lain.

Struktur organisasi di PT. Universal Pharmaceutical Industries ditunjukkan pada

gambar di bawah ini:

Divisi Pemasaran Manager Pabrik

Administrasi Penanggung Jawab Produksi

Penanggung Jawab Pengawasan Mutu

Lab. Kimia Fisika Lab. Mikrobiologi

Produksi cairan oral

non antibiotika

Produksi cairan oral antibiotika non beta laktam

Produksi Tablet non Antibiotika

Produksi Cairan

Obat luar Non

Antibiotik

Produksi Kapsul Keras Antibiotika

non beta laktam

Divisi Pengadaan Barang

Gudang Sistem penunjang

Direktur

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Universal Pharmaceutical Industries

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

Jumlah karyawan di PT. Universal Pharmaceutical Industries ± 75 orang

yang terdiri dari: bagian pengolahan 15 orang, bagian pengawasan mutu 4 orang,

teknisi 2 orang, bagian gudang 6 orang, bagian pengemasan 40 orang, satpam 3

orang dan bagian administrasi 3 orang.

Penanggungjawab produksi dan pengawasan mutu bersama-sama

bertanggung jawab dalam menyusun dan mengesahkan prosedur-prosedur tertulis,

pemantauan dan pengawasan lingkungan pembuatan obat, kebersihan pabrik dan

validasi proses produksi, kalibrasi alat-alat pengukur, latihan personalia,

pemberian persetujuan terhadap pemasok bahan dan kontraktor, pengamanan

produk dan bahan terhadap kerusakan dan pemunduran mutu serta dalam

penyimpanan catatan-catatan.

Untuk menunjang tugas-tugasnya, penanggungjawab tiap-tiap bagian

menunjuk tenaga terampil dalam jumlah sesuai untuk melaksanakan supervisi

langsung di bagian produksi dan pengawasan mutu. Tiap supervisor

bertanggungjawab kepada penanggung jawab produksi dan pengawasan mutu.

Setiap bagian dalam struktur organisasi mempunyai tugas dan tanggungjawab

secara tertulis yang ditandatangani oleh masing-masing karyawan yang

bersangkutan sebagai pegangan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Berikut ini

contoh tugas dan tanggung jawab beberapa jabatan di PT. Universal

Pharmaceutical Industries:

a. Penanggung jawab produksi

Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

Penanggung jawab produksi harus seorang apoteker, mempunyai

pengalaman dalam produksi obat di bidang pembuatan dan perencanaan,

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

mempunyai pengetahuan mengenai mesin-mesin produksi CPOB,

mempunyai keterampilan penguasaan bahasa Inggris yang baik.

Uraian tugas secara umum

Bertanggung jawab dalam memproduksi obat-obatan dengan kualitas yang

baik dan dibuat dengan memperhatikan pelaksanaan CPOB dalam batas

waktu dan biaya yang telah ditetapkan.

Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab

- Bertanggung jawab atas terlaksananya pembuatan obat mulai dari

penimbangan bahan baku sampai pengiriman obat ke gudang obat

jadi.

- Memimpin dan mengarahkan secara teknis dan administrasi semua

pelaksanaan tugas di gudang, penimbangan, pengolahan dan

pengemasan.

- Bertanggung jawab untuk memeriksa catatan pengolahan bets dan

catatan pengemasan bets dan menjamin produksi dilaksanakan

sesuai dengan prosedur pengolahan induk dan prosedur

pengemasan induk.

- Jika ada kegagalan produksi mendiskusikannya dengan

penanggungjawab pengawasan mutu dan mencari sebab dan jalan

keluarnya.

- Bertanggung jawab agar alat-alat/mesin-mesin untuk keperluan

produksi dipakai dengan benar.

- Turut membantu pelaksanaan inspeksi CPOB dan menjaga

dilaksanakannya CPOB.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

- Menyusun rencana poduksi.

- Menjaga kebersihan di daerah produksi.

- Bertanggung jawab atas latihan karyawannya dan

pengembangannya serta menjaga disiplin semua karyawan yang

dibawahinya.

- Membuat anggaran tahunan untuk bagian produksi

- Mengusahakan perbaikan biaya produksi

Hubungan kerja keluar

- Menjaga hubungan kerja dengan penanggung jawab pengawasan

mutu, manajer pabrik, dan kepala bagian teknik

- Berhubungan dengan pemerintah

b. Penanggung jawab Pengawasan Mutu

Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

Penangung jawab pengawasan mutu harus seorang apoteker mempunyai

pengalaman dan pengetahuan dalam bidang analisis kimia dan

mikrobiologi, pemeriksaan bahan pengemas dan CPOB, serta

keterampilan penguasaan bahasa Inggris yang baik.

Uraian Tugas secara Umum

Bertanggungjawab atas mutu yang dihasilkan oleh industri sesuai dengan

peraturan pemerintah.

Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab

- Memimpin dalam melaksanakan tugas di laboratorium dalam

proses maupun dalam pelaksanaan CPOB.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

- Menetapkan mutu dari bahan awal, produk antara, produk ruahan,

dan obat jadi.

- Bertanggungjawab dan menjamin bahwa semua pemeriksaan

dilakukan dengan metode yang benar dan telah disetujui.

- Mengadakan penelitian untuk meningkatkan mutu obat dan

bekerjasama dengan bagian produksi.

- Bertanggungjawab atas pengadaan dan pembelian alat-alat serta

bahan pereaksi di laboratorium.

- Bertanggungjawab untuk pengembangan dan pelatihan karyawan,

menjaga disiplin dan melakukan evaluasi tahunan atas semua

karyawan yang dibawahinya.

- Bertanggungjawab agar alat-alat untuk analisis dipakai serta dijaga

dengan benar, dikalibrasi dan senantiasa tersedia suku cadangnya.

- Bertanggungjawab atas pelaksanaan inspeksi CPOB dan menjamin

pelaksanaan CPOB dengan benar.

- Membuat laporan bulanan.

- Bersama-sama dengan penangungjawab produksi melakukan

kualifikasi/validasi alat maupun proses.

- Memastikan bahwa semua prosedur analisa disimpan dengan baik

dan benar.

- Membuat anggaran tahunan bagian pengawasan mutu.

- Mengusahakan perbaikan biaya pengawasan mutu.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

Hubungan kerja keluar

- Menjaga hubungan yang baik dengan direktur, manajer pabrik, dan

penanggung jawab produksi

- Berhubungan dengan pemerintah.

2.5.1.2. Pelatihan

Demi menunjang kelancaran seluruh proses yang ada di PT.Universal

Pharmaceutical Industries maka dilakukan serangkaian pelatihan kepada

karyawan mengenai tugas dan tanggungjawabnya masing-masing sesuai dengan

prinsip CPOB. Untuk itu apoteker di PT.Universal Pharmaceutical Industries

bertanggungjawab dalam menyusun materi pelatihan dan jadwal pelatihan.

Pelatihan dilakukan secara berkesinambungan dan frekuensi yang

memadai untuk menjamin agar karyawan terbiasa melakukan tugas dan

tanggungjawabnya sesuai CPOB. Contoh prosedur tetap pelatihan karyawan,

jadwal pelatihan karyawan, program pelatihan dan pelaksanaan pelatihan di

PT.Universal Pharmaceutical Industries ditunjukkan pada Lampiran 1,2,3, dan 4.

2.5.2 Bangunan

Bangunan PT. Universal PI telah dibangun sesuai dengan persyaratan yang

telah ditetapkan oleh CPOB. Gedung permanen berlantai tiga, dan standar tiap-

tiap ruangan dibuat sesuai dengan tingkat penggunaanya dan telah memenuhi

persyaratan. PT.Universal PI mempunyai tiga kelas ruangan/area, yaitu:

a. Black Area

Black Area merupakan ruangan, dimana pada ruangan ini seluruh produk

obat sudah dalam keadaan tertutup dalam kemasan primer, dan pada

daerah ini tidak memerlukan penanganan khusus baik udara maupun

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

konstruksi bangunan. Contoh area ini yaitu kantor, loker, gudang bahan

baku, gudang obat jadi, gudang bahan pengemas primer dan sekunder,

ruang pencucian botol, ruang administrasi gudang, ruang pengemasan

sekunder, dan laboratorium kimia fisika.

b. Grey Area

Grey Area merupakan area produksi dimana proses produksi berlangsung.

Pada area ini kebebasan telah dikurangi, yaitu barang atau karyawan tidak

bebas memasuki area ini. Dilakukan penanganan khusus terhadap udara,

rancang bangun dan konstruksi ruangan, seperti lantai dan langit-langit

tidak boleh bercelah dan tahan terhadap bahan kimia, dinding harus

terbuat dari beton dan dicat dengan cat yang tahan dicuci, serta pintu dan

peralatan lainnya tidak boleh terbuat dari kayu. Sebelum memasuki grey

area, karyawan harus terlebih dahulu mencuci tangan dan kaki serta

menggunakan pakaian khusus dan bersih. Contoh area ini yaitu ruang

penimbangan bahan baku, ruang pengolahan sirup, ruang pengemasan

primer sirup, ruang pengolahan tablet, ruang pencetakan tablet, ruang

pengemasan primer tablet, dan ruang In Process Control (IPC).

c. White Area

White Area merupakan area produksi untuk sediaan steril. Untuk

memasuki white area, karyawan harus mencuci tangan dan kaki serta

mengganti pakaian dari grey area dengan pakaian khusus yang steril.

Peralatan yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu, demikian juga

ruangan harus dibersihkan dengan desinfektan. Contoh area ini yaitu

seluruh ruangan pada pembuatan obat steril.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

Di setiap area yang berbeda dibuat ruangan antara yang tujuannya untuk

mencegah kontaminasi udara. Persyaratan standar lingkungan produksi

ditunjukkan pada Lampiran 5.

2.5.3 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat harus memiliki rancang

bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, ditempatkan dengan

tepat dan harus terkualifikasi sehingga mutu setiap obat terjamin secara seragam

untuk setiap bets. Hal ini berguna untuk mempermudah pembersihan dan

perawatannya.

Pada PT. Universal PI tiap peralatan diberi nomor kode untuk

mempermudah kegiatan pembersihan, penggunaan, perawatan serta

dokumentasinya. Prosedur tertulis untuk pembersihan peralatan dan wadah yang

digunakan dalam pembuatan diletakkan atau ditempel dekat dengan peralatan. Hal

ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan kerja. Apoteker bertugas

membuat jadwal pembersihan dan perawatan alat serta mendokumentasikan

catatan tersebut. Contoh prosedur tetap pemakaian dan pembersihan alat

ditunjukkan pada Lampiran 6 dan 7.

2.5.4 Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia,

bangunan, peralatan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang dapat

merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran dihilangkan melalui

suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Tujuan sanitasi

dan higiene adalah untuk mencapai standar ruangan yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

PT. Universal PI telah melakukan sanitasi ruangan, bangunan dan

peralatan, hal ini telah dilakukan dengan membuat prosedur pembersihan alat dan

ruangan. Contoh prosedur tetap pembersihan ruangan dan sanitasi bangunan

ditunjukkan pada Lampiran 8 dan 9.

Selain itu juga dilakukan pemeriksaan kesehatan pada seluruh karyawan.

Jadwal pemeriksaan kesehatan juga disusun dan didokumentasikan. Pemeriksaaan

kesehatan ini bertujuan untuk menjamin higiene perorangan yang secara langsung

menjamin mutu produk yang dihasilkan. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan

higiene perorangan disusun suatu prosedur tetap penerapan higiene perorangan

yang ditunjukkan pada Lampiran 10.

2.5.5 Produksi

Proses produksi di PT. Universal PI meliputi pengolahan bahan awal

sampai terbentuknya obat jadi. Produksi harus dilaksanakan mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan sehingga menjamin obat yang dihasilkan sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditentukan.

Sebelum melaksanakan suatu produksi dilakukan perencanaan produksi

yang dilakukan sekali seminggu. Perencanaan produksi dibuat sesuai dengan

kebutuhan obat yang akan didistribusikan dari bagian pemasaran. Perencanaan

produksi bertujuan untuk menghindari kegagalan pelaksanaan produksi yang

terjadi karena sesuatu hambatan yang dapat diantisipasi sebelumnya, misalnya

jumlah bahan baku yang dibutuhkan, jumlah bahan pengemas, serta kesiapan

peralatan dan hal-hal penunjang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

Sistem penomoran bets satu siklus produksi secara rinci diperlukan untuk

memastikan bahan produk antara, produk ruahan, dan produk jadi setiap bets

dapat mudah dikenali.

Dalam proses produksi setiap sediaan harus dilengkapi dengan:

a. Dokumen produksi induk, untuk disimpan sebagai pedoman, meliputi

spesifikasi, komposisi, penimbangan, penentuan hasil tiap-tiap tahap, dan

pengujian terhadap sediaan.

b. Prosedur tetap pengolahan induk, memuat semua hal meliputi spesifikasi,

komposisi, peralatan, dan cara pelaksanaan tahap demi tahap. Kemudian

prosedur tersebut diturunkan menjadi prosedur pengolahan bets dan bila

telah digunakan dalam proses pengolahan akan menjadi catatan

pengolahan bets. Catatan ini merupakan riwayat lengkap dari satu bets

sediaan.

Bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan diberikan oleh

gudang bahan baku. Penimbangan dilaksanakan sesuai dengan surat permintaan

dari bagian pengolahan yang disetujui oleh penanggung jawab produksi. Untuk

dapat melaksanakan proses penimbangan dengan benar dan sama secara

berkesinambungan dibuatlah suatu prosedur tetap penimbangan dan penyerahan

bahan baku yang ditunjukkan pada Lampiran 11.

Gudang PT.Universal PI terdiri dari bangunan parmanen yang terletak

dilantai satu, yang berfungsi untuk menyimpan bahan awal dan obat jadi. Semua

bahan harus disimpan dengan memakai alas secara benar dan teratur untuk

mencegah agar tidak terjadinya campur baur antara bahan yang berbeda di dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

gudang dan juga untuk memudahkan prinsip-prinsip pemasukan dan pengeluaran

bahan dalam gudang. Pembagian gudang PT. Universal PI terdiri dari:

a. Gudang bahan baku

Gudang berada dalam satu atap dengan gudang bahan pengemas dan

gudang obat jadi. Tetapi diberi batas yang jelas antara satu bagian

dengan bagian yang lainnya. Untuk menyimpan bahan-bahan yang

berwadah kecil disimpan dalam rak lemari. Untuk bahan-bahan yang

dalam jumlah besar penyimpanannya satu sama lain harus terpisah

dengan jelas. Semua bahan baku yang masuk kedalam gudang dicatat

dalam kartu sediaan bahan baku. Untuk tata cara penerimaan dan

pengeluaran bahan baku disediakan suatu prosedur tetap tertulis

penerimaan, penyimpanan, dan penyerahan bahan awal. Contoh kartu

persediaan bahan baku ditunjukkan pada Lampiran 12.

b. Gudang bahan pengemas

Fungsi gudang ini adalah untuk menyimpan bahan-bahan pengemas

seperti etiket, kotak, dan brosur. Bahan–bahan pengemas tersebut

disimpan dengan menggunakan rak-rak berdasarkan jenis bahan. Bahan-

bahan pengemas seperti botol dan tutupnya, serta karton yang biasanya

dalam jumlah besar disimpan dalam ruangan yang terpisah. Setiap bahan

pengemas yang masuk ke gudang harus dicatat di kartu persediaan bahan

pengemas.

c. Gudang obat jadi

Fungsi gudang ini adalah untuk tempat menyimpan obat jadi yang telah

diperiksa oleh bagian pengawasan mutu dan telah memenuhi syarat-

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II

syarat yang ditentukan. Tiap-tiap jenis obat diberi batas yang jelas dan

diatur dengan baik sehingga memenuhi syarat penyimpanan First In

First Out (FIFO). Semua obat jadi yang masuk ke gudang dicatat pada

kartu persediaan obat jadi. Contoh kartu persediaan obat jadi

ditunjukkan pada Lampiran 13.

d. Gudang karantina

Fungsi gudang ini adalah untuk tempat penyimpanan bahan awal dan

obat jadi yang belum diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II

Alur karyawan masuk ke ruang produksi ditunjukkan pada gambar di

bawah ini:

Pintu Masuk/Keluar

Koridor Loker Pria Loker Wanita Ruang Antara Koridor

Bagian Produksi

Cairan Obat Luar

Bagian Produksi

Sirup

Bagian Produksi

Tablet

Bagian Produksi Kapsul

Gambar 2.2. Alur karyawan masuk ke ruang produksi

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II

Alur proses bahan awal sampai dengan obat jadi ditunjukkan pada

gambar dibawah ini:

Karantina bahan awal

Bagian penerimaan di gudang melakukan pencocokan surat pesanan dari si pengantar. Pemeriksaan kondisi kemasan, jumlah, berat dan beri etiket kuning.

Bahan baku masuk dari pemasok

Ditolak Diluluskan

Beri etiket merah oleh QC

Daerah bahan yang ditolak

Beri etiket pelulusan (hijau) oleh QC

Gudang bahan awal Disusun secara FIFO dan FEFO Catat pada kartu persediaan barang

Permintaan bahan dari bagian pengolahan sesuai dengan rencana produksi

Ruang antara

Periksa kesiapan alat dan ruang penimbangan, bagian penimbangan melakukan pembersihan wadah dan persiapan bahan-bahan yang akan ditimbang

Bagian QC: Pengambilan contoh berdasarkan prosedur tetap dan beri etiket putih.

Ruang Penimbangan

R. Pengolahan obat luar

R. Pengolahan kapsul

R. Pengolahan sirup

R. Pengolahan tablet/kaplet

Masing-masing bahan beri label produk dalam proses

Pelaksanaan penimbangan sesuai dengan surat permintaan dimulai dari bahan tambahan

Perbaikan

Diluluskan

P. antara

P. ruahan

Pengemasan

Ditolak

Karantina obat Jadi

Diluluskan

Gudang Obat Jadi

Lakukan pemeriksaan proses pengemasan

Pengambilan sample oleh QC

Diberi label diluluskan

Catatan pada kartu persediaan

Ambil sampel untuk pemeriksaan mutu oleh QC

Karantina

Ambil sampel untuk pemeriksaan mutu oleh QC

Beri label “Produk dalam proses”

Gambar 2.3 Alur Proses Bahan Awal Sampai Dengan Obat Jadi

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II

Alur proses pengolahan kapsul ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Penyerahan bahan baku

Uji homogenitas Uji kadar

Pengisian ke cangkang kapsul

Pemeriksaan akhir

Pemasangan etiket

Proses Pengemasan

Penyerahan bahan pengemas

Permintaan bahan pengemas

Bagian pengemasan

Produk ruahan

Produk antara

Pencampuran zat berkhasiat + bahan tambahan

Permintaan bahan baku

Bagian pengolahan kapsul Gudang

Pengambilan sampel untuk pengujian - Pemerian - Keragaman bobot - Waktu hancur - Disolusi - Kadar

Gudang

Karantina Obat Jadi

Ditolak Diluluskan

Karantina Obat Jadi Catatan pada kartu persediaan

Gudang Obat Jadi Perbaikan

Diluluskan

Diberi label diluluskan

Gambar 2.4 Alur Pengolahan Kapsul

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II

Alur proses pengolahan cairan obat luar ditunjukkan pada gambar di

bawah ini: Permintaan

bahan baku

Penyerahan bahan baku Permintaan Bahan Pengemas Penyerahan Bahan Pengemas

Gudang Gudang

Bahan Pelarut

Mixer

Penambahan Bahan Berkhasiat

Mixer

Gudang Bagian Pengemasan

Proses Pengemasan Primer

Karantina Obat Jadi

Pemeriksaan akhir oleh QC - Pemeriksaan etiket - Pemeriksaan

wadah

Ditolak Diluluskan

Karantina Obat Jadi Gudang Obat Jadi

Diluluskan

Perbaikan

Pengemasan Sekunder

Pengambilan Sampel untuk pengujian - Pemerian - Kadar - pH - Berat jenis

Pengambilan Sampel untuk pengujian - Pemeriksaan

kebocoran - Pemeriksaan berat

Bagian Pengolahan

Diberi label diluluskan

Catatan pada kartu persediaan

Gambar 2.5 Alur Proses Pengolahan Cairan Obat Luar

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II

Alur proses pengolahan sirup ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Penyerahan Bahan Baku

Permintaan Bahan Baku

Bagian Pengolahan Gudang

Pencampuran bahan pembawa

Produk antara Produk antara

Pendingin Penyaringan

Produk ruahan

Produk ruahan yang siap untuk diisi ke dalam botol

Bagian Pengemasan

Pengemasan primer

Pengemasan sekunder

Karantina Obat jadi

Ditolak

Penyaringan

Mixing

Penambahan Bahan Lain dan Pencukupan Volume

Pengambilan sampel untuk pengujian - Kebocoran - Volume yang

terpindahkan - Pemeriksaan berat

Pemeriksaan akhir oleh QC. - Etiket - Wadah

Permintaan Bahan Pengemas

Gudang

Penyerahan Bahan Pengemas

Diluluskan

Diluluskan Perbaikan

Gudang Obat Jadi Catatan

pada kartu persediaan

Diberi label diluluskan

Pengambilan sampel untuk pengujian - Pemerian - Kadar - Berat jenis - pH - Viskositas

Pencampuran

Pengambilan sampel untuk pengujian - Pemerian - Viskositas - Berat jenis - pH

Pengambilan sampel untuk pengujian - Pemerian - Kadar - Berat jenis - pH

Pencampuran bahan berkhasiat

Gambar 2.6 Alur Proses Pengolahan Sirup

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II

Alur proses pengolahan tablet ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Bagian pengolahan

Penyerahan bahan baku

Pengadukan (mixing)

Pencampuran bahan berkhasiat dengan bahan

tambahan

Permintaan bahan baku

Gudang

Pembuatan bahan pengikat

Pasta

Mixing Granulasi

Pengayakan granul basah

Pengayakan granul kering

Pemeriksaan Kadar Air (LOD)

Pengeringan

Penambahan pelicin Pengambilan sampel untuk pengujian: - kadar zat berkhasiat - kadar air

Granul siap untuk dicetak

Pencetakan

Produk ruahan

Bagian Pengemasan

Karantina obat jadi

Proses pengemasan

Pengambilan sampel Untuk pengujian: - Waktu hancur - Friabilitas - Keseragaman kadar - Keragaman bobot - Kekerasan - Disolusi

Pemasangan etiket

Pemeriksaan akhir

Penyerahan bahan pengemas

Permintaan bahan pengemas Gudang

Diberi label diluluskan Diluluskan

Gudang obat jadi Karantina obat jadi

Diluluskan

Perbaikan

Ditolak

Catatan pada kartu persediaan

Gambar 2.7 Alur Pengolahan Tablet

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II

2.5.6 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan

Obat Yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten

mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan

komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan

keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai

kepada distribusi produk jadi.

Pengawasan mutu obat harus dilaksanakan melalui sistem pengawasan

yang terencana dan terpadu. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua

kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, pemeriksaan dan pengujian

bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, uji stabilitas, program

pemantauan lingkungan, validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan

memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman Cara Pembuatan Obat yang

Baik, maka Departemen/Bagian Pengawasan Mutu memiliki kewenangan khusus

untuk memberikan keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan.

Pemeriksaan dilakukan terhadap bahan awal (bahan baku, bahan pengemas, dan

etiket) dan produk dalam proses (produk antara dan produk ruahan) serta obat

jadi.

2.5.6.1 Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Awal.

Bahan awal berupa bahan baku, bahan pengemas dan etiket yang telah

diterima dari pemasok diberi label kuning, kemudian dikarantina. Bagian

pengawasan mutu mengambil contoh bahan awal yang akan diperiksa kemudian

diberi label putih, yang menyatakan contoh sudah diambil oleh bagian

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter II

pengawasan mutu dan sedang diperiksa. Contoh label kuning dan putih dapat

dilihat pada Lampiran 15.

Pemeriksaan untuk bahan awal meliputi:

a. Bahan Baku

Pemeriksaan bahan baku meliputi pemeriksaan organoleptis (bentuk,

warna, bau, rasa), pemeriksaan secara kimia (kuantitatif, pH), serta

pemeriksaan secara fisika (kelarutan, berat jenis, viskositas, titik lebur).

b. Kemasan

Pemeriksaan kemasan meliputi pemeriksaan ukuran (panjang, lebar,

diameter, dan tebal), berat atau keseragaman berat, serta kerusakan dan

kebocoran.

c. Etiket

Pemeriksaan etiket meliputi pemeriksaan ukuran (panjang, lebar, diameter

dan tebal), kebenaran tulisan, desain, warna, kerapian cetakan serta tanda-

tanda khusus misalnya obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan

sebagainya.

a.1 Sampel bahan baku diambil dengan menggunakan alat thief sampler

untuk sampel padat dan dip tubes untuk sampel bahan cair dan setengah padat.

Pengambilan sampel bahan awal hendaklah mengikuti tiga pola berikut ini:

1. Pola n: hanya jika bahan yang diambil sampelnya diperkirakan homogen

dan diperoleh dari pemasok yang disetujui. Sampel dapat diambil dari bagian

manapun dari wadah (umunya lapisan atas).

Dimana n = 1 + √N n = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel

N = jumlah wadah yang diterima

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter II

Catatan: Apabila N≤ 4, maka sampel diambil dari tiap wadah.

2. Pola p: jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui dan

tujuan utama adalah untuk pengujian identitas.

Dimana p = 0,4 √N N = jumlah wadah yang diterima

p = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel

berdasarkan pembulatan di atas.

3. Pola r: jika bahan diperkirakan tidak homogen dan diterima dari pemasok

yang belum dikualifikasi. Pola ini dapat digunakan untuk produk herbal yang

digunakan sebagai bahan awal.

Dimana r = 1,5√N N = jumlah wadah yang diterima atau diambil

r = jumlah sampel yang diambil berdasarkan

pembulatan ke atas.

Pola pengambilan sampel yang digunakan oleh PT. Universal PI adalah pola n.

Bila bahan baku telah memenuhi syarat diberi label hijau pada wadahnya sebagai

tanda bahwa bahan baku tersebut dapat digunakan. Contoh label hijau dapat

dilihat pada Lampiran 15.

Bahan baku yang telah lulus pemeriksaan disimpan secara FIFO (First In

First Out) dan FEFO (First Expired First Out) di gudang bahan baku. Untuk

bahan baku yang tidak memenuhi syarat diberi label merah pada wadahnya

sebagai tanda bahwa bahan tersebut tidak boleh dipakai untuk diproduksi dan

akan dikembalikan kepada pemasok. Contoh label merah dapat dilihat pada

Lampiran 15.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter II

a.2 Pola pengambilan sampel bahan pengemas hendaklah memperhatikan

hal berikut: jumlah yang diterima, mutu yang dipersyaratkan, sifat bahan (bahan

pengemas primer dan/atau bahan pengemas cetak), metode produksi dan

pengetahuan tentang pelaksanaan sistem Pemastian Mutu dipabrik pembuat bahan

pengemas berdasarkan audit.

Pola pengambilan sampel.

Jumlah unit sampel yang diperiksa sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam

pola pengambilan sampel. Apabila jumlah unit yang ditemukan cacat sama atau

kurang dari angka numerik pelulusan maka lots atau bets bersangkutan diluluskan.

Apabila jumlah unit yang ditemukan cacat sama atau lebih dari angka numerik

penolakan maka lot atau bets bersangkutan ditolak.

2.5.6.2 Pemeriksaan dan Pengujian Produk Dalam Proses.

Pemeriksaan produk dalam proses meliputi pemeriksaan terhadap proses

yaitu produk antara dan produk ruahan. Bagian pengawasan mutu akan

mengawasi bahan produk yang akan diperiksa. Pengawasan selama

berlangsungnya proses pengolahan ini bertujuan untuk mencegah terlanjur

diproduksinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi. Pengawasan dilakukan

dengan cara mengambil contoh dan mengadakan pemeriksaan dan pengujian

terhadap produk yang dihasilkan pada langkah-langkah tertentu dari proses

pengolahan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk sediaan selama proses

pengolahannya, meliputi:

1. Produk antara

Pemeriksaan granul kering untuk sediaan tablet menggunakan alat

Moisture Analyzer Balance. Alat bekerja secara otomatis, apabila sampel yang

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter II

dianalisis sudah kering, sistem akan berhenti dan hasilnya akan terlihat pada layar

monitor.

Pemeriksaan homogenitas granul dilakukan untuk sediaan kapsul

sedangkan pemeriksaan terhadap pemerian, viskositas, pH, berat jenis dan kadar

dilakukan untuk sediaan sirup.

2. Produk ruahan

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar zat berkhasiat,

waktu hancur, disolusi, keseragaman kandungan, keragaman bobot untuk sediaan

tablet dan kapsul serta pemeriksaan pemerian, viskositas, pH, berat jenis dan

kadar untuk sediaan sirup. Seluruh pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan

masing-masing monografi sediaan sesuai Farmakope Indonesia edisi IV.

3. Pemeriksaan obat jadi

Pemeriksaan obat jadi meliputi pemerian (warna, bau, rasa, bentuk tablet),

diameter, bobot rata-rata, keseragaman sediaan, kekerasan, waktu hancur,

friabilitas dan ketebalan yang dilakukan pada saat pencetakan tablet. Setelah

seluruh tablet selesai dicetak dilakukan pemeriksaan kembali terhadap:

i. Pemerian

Dilakukan secara visual, meliputi warna, bau, rasa dan bentuk tablet.

ii. Keseragaman sediaan

Ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragaman bobot atau

keseragaman kandungan. Metode keragaman bobot digunakan pada tablet yang

mengandung zat aktif sebesar 50 mg atau lebih, 50% atau lebih dari bobot

sediaan. Jika zat aktif pada tablet tersebut kurang maka digunakan metode

keseragaman kandungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter II

Cara kerja:

a. Keragaman bobot

Timbang dengan teliti 10 tablet, satu demi satu, dan dihitung bobot rata-

rata. Dari hasil penetapan kadar diperoleh seperti tertera pada masing-masing

monografi, hitung jumlah zat aktif masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan

zat aktif terdistribusi homogen.

b. Keseragaman kandungan

Timbang dengan teliti 10 tablet, satu demi satu, seperti tertera pada

masing-masing monografi. Jika jumlah zat aktif dalam satuan dosis tunggal

kurang dari yang dibutuhkan dalam penetapan kadar, atur derajat pengenceran

dari larutan dan atau volume alikuot sehingga kadar zat aktif dalam larutan akhir

lebih kurang sama seperti yang tertera pada prosedur Penetapan Kadar; atau jika

penetapan kadar dilakukan secara titrasi, gunakan titran yang lebih encer, bila

perlu digunakan volume titran yang memadai seperti yang tertera pada titrimetri.

Kriteria:

Keseragaman sediaan dipenuhi jika jumlah kadar zat aktif pada masing-masing

dari 10 tablet terletak antara 85,0–115,0% dari yang tertera pada etiket dan

simpangan baku relatif ≤ 6,0%. Jika 1 tablet terletak di luar rentang 85,0–115,0%

dan tidak ada satupun yang terletak diantara rentang 75,0–125,0% dari yang

tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif > 6,0% atau kedua kondisi

tidak terpenuhi dilakukan 20 tablet tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak

lebih dari 1 tablet dari 30 tablet terletak direntang 85,0–115,0% yang tertera pada

etiket dan tidak ada 1 tablet pun yang terletak diluar rentang 75,0–125.0% dari

yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif lebih dari 7,8%.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Chapter II

iii. Waktu hancur

Pemeriksaan menggunakan Desintegration tester.

Cara kerja:

Ke dalam masing-masing tabung dimasukkan 1 tablet, masukkan 1 cakram pada

tiap tabung dan jalankan alat. Gunakan air bersuhu 37°C ± 2°C sebagai media,

kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Jika semua tablet tidak

hancur secara merata, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Pengujian

memenuhi syarat bila tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus

hancur semua.

iv. Disolusi

Pemeriksaan menggunakan Dissolution tester.

Cara kerja:

Masukkan sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera pada masing-

masing monografi dalam satu wadah, pasang alat, biarkan media disolusi hingga

27°C ± 0,5°C dan angkat termometer. Masukkan 1 tablet ke dalam alat, hilangkan

gelembung udara dari permukaan sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada

kecepatan yang tertera pada masing-masing monografi. Dalam interval waktu

yang ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan pada

daerah pertengahan antara permukaan media disolusi dan bagian atas keranjang

berputar atau alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding wadah. Lakukan

penetapan seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali

dinyatakan lain dari masing-masing monografi persyaratan dipenuhi apabila

jumlah zat aktif yang terlarut dalam sediaan yang diuji sesuai dengan tabel

penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai 3 tahap kecuali bila hasil pengujian

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Chapter II

memenuhi S1 dan S2, harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang

tertera pada masing-masing monografi, dinyatakan dalam peresentase kadar pada

etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q. Kriteria

penerimaan uji disolusi ditunjukkan pada tabel 2.1:

Tabel 2.1 Kriteria Penerimaan Uji Disolusi

Tahap Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang

dari Q + 5% S2 6 Rata-rata dari unit sediaan (S1 +

S2) adalah ≥Q dan tidak satu unit pun sediaan yang <Q-15%

S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3 ) dan tidak ada 2 unit sediaan yang <Q-15%, serta tidak satu pun yang <Q-25%.

v. Kekerasan tablet

Alat yang digunakan adalah Strong Cobb, pengujian dilakukan terhadap 6 tablet.

Cara kerja:

Sebuah tablet diletakkan mendatar 2 sisi alat. Tekan tombol start (S), maka kedua

sisi akan menjepit tablet hingga tablet pecah. Pada alat akan tertera angka yang

menunjukkan kekerasan tablet. Tablet dinyatakan memenuhi syarat bila

mempunyai kekerasan 4-8 kg.

vi. Friabilitas

Alat yang digunakan Roche friabilitor.

Cara kerja:

Timbang 20 tablet, catat beratnya misal a gram. Masukkan ke dalam alat dan

tekan tombol sehingga alat berputar, setelah 4 menit (100 kali putaran) keluarkan

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Chapter II

20 tablet tadi dan bersihkan dari debu. Timbang kembali beratnya misalnya b

gram. Rumus untuk menghitung friabilitas:

Friabilitas = a – b x 100% = x% a

Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 0,8% (x < 0,8)

vii. Kadar zat berkhasiat

Pemeriksaan kadar zat berkhasiat dilakukan berdasarkan masing-masing

monografi sesuai Farmakope Indonesia edisi IV ataupun Farmakope lainnya.

viii. Diameter dan tebal tablet, diukur dengan menggunakan alat caliper.

2.5.6.3 Pemeriksaan Akhir Obat Jadi

Pemeriksaan yang dilakukan pengawasan mutu meliputi identifikasi dan

kontrol jumlah selama pengemasan. Setelah obat dikemas maka dilakukan

pemeriksaan yang meliputi kontrol, jumlah dan kebenaran isi, kerapian

pengemasan, dan kelengkapan lainnya. Apabila telah memenuhi syarat maka

bagian pengawasan menempel label finished pack analysis pada boks yang

ditanda tangani dan ditanggung jawabi oleh analis yang bersangkutan.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan mutu produk yang dikemas telah

sesuai dengan pengemasannya. Bagian pengemasan obat jadi akan mengirimkan

produk yang sudah selesai dikemas ke gudang obat jadi.

Mutu produk obat jadi tidak hanya ditentukan oleh hasil akhirnya saja

tetapi dibangun dari keseluruhan tahap proses produksi. Oleh karena itu perlu

adanya pengawasan mutu mulai dari bahan baku dan bahan kemas, penimbangan,

pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan obat jadi untuk menjamin mutu obat

yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Selain itu juga

dilakukan pengujian stabilitas secara berkala terhadap retained sample obat jadi

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Chapter II

sampai satu tahun setelah habis masa edarnya. Terhadap contoh pertinggal

senantiasa dilakukan pengujian secara berkala sampai masa simpannya habis.

2.5.7 Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan Cara

Pembuatan Obat yang Baik. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk

mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan

perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin, dan

disamping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal penarikan kembali obat

jadi atau terjadi penolakan yang berulang.

Hendaklah dibuat daftar inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan

minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai CPOB

yang mencakup antara lain:

1. Personalia

2. Pemeliharaan Bangunan termasuk fasilitas personil dan peralatan

3. Penyimpanan bahan awal dan bahan jadi

4. Produksi

5. Sanitasi dan Higiene

6. Pengawasan mutu

7. Dokumentasi

8. Validasi dan kalibrasi alat

9. Prosedur penarikan kembali obat jadi dan penanganan keluhan

10. Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindak lanjut/tindak perbaikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Chapter II

Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang paling sedikit

terdiri dari tiga anggota yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing

dan memahami CPOB. Anggota tim dapat dibentuk dari dalam atau luar

perusahaan. Tiap anggota hendaklah independen dalam melakukan inspeksi dan

evaluasi. Inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilakukan minimal satu kali

dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap

inspeksi diri.

2.5.8 Penanganan Keluhan Terhadap Produk Penarikan Kembali Produk

dan Produk Kembalian.

Keluhan dan laporan dapat menyangkut kualitas, efek samping yang

merugikan atau masalah medis lain. Semua laporan dan keluhan hendaklah

diselidiki dan dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai.

Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau

beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi.

Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak

memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping

yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh

obat jadi tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis

obat jadi yang bersangkutan.

2.5.9 Dokumentasi

Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi

yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi, catatan dan laporan

serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan pelaksanaan,

pengendalian serta evaluasi rangkaian seluruh kegiatan pembuatan obat.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Chapter II

Sistem dokumentasi dilakukan untuk menggambarkan riwayat lengkap

dari setiap batch suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta

penelusuran kembali terhadap batch produk yang bersangkutan. Dokumen ini

disimpan sampai waktu 2 tahun setelah masa expired date dari produk yang

bersangkutan.

2.5.10 Kualifikasi dan Validasi

Validasi adalah tindakan pembuktian yang terdokumentasi dengan cara

yang sesuai bahwa tiap bahan, proses prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan

atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa

mencapai hasil yang diinginkan.

Validasi proses dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Validasi prospektif yang berdasarkan protokol validasi yang dilakukan

sebelum produk dipasarkan.

b. Validasi concurrent yang berdasarkan data yag diperoleh selama proses

terkini, dimana proses tersebut telah berjalan tetapi belum pernah

divalidasi.

c. Validasi retrospektif yang berdasarkan kajian dan analisis data historis.

d. Validasi ulang yang berdasarkan kajian data pengulangan validasi, antara

lain periodik dan perubahan yang signifikan dalam proses.

Tujuan pelaksanaan validasi adalah untuk pemastian mutu, penghematan

biaya dan untuk pengendalian mutu produk yang dihasilkan aman dan terjamin

mutunya oleh suatu tim validasi yang dapat bekerja sesuai tanggung jawabnya.

Untuk melakukan validasi di PT. Universal PI disusun suatu rencana induk

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Chapter II

validasi yang menguraikan program kegiatan validasi di pabrik secara

keseluruhan berdasarkan cara pembuatan obat yang baik.

Tujuan pembuatan rencana induk validasi adalah:

1. Mengidentifikasi hal-hal yang akan di validasi

2. Menetapkan cara-cara pemeriksaan

3. Menguraikan dengan jelas prosedur dan protokol pemeriksaan

4. Menetapkan penanggung jawab pelaksanaan pemeriksaan

5. Membuat laporan pemeriksaan dan dokumentasi

Rencana induk validasi tersebut memuat:

a. Organisasi dari tim validasi

b. Ruang lingkup yang harus divalidasi, yaitu fasilitas/bangunan, sistem

penunjang yang kritis, peralatan (kualifikasi instalasi, kualifikasi

operasional, kualifikasi kinerja), kalibrasi instrument, kualifikasi operator,

metoda analisa, prosedur pengolahan, prosedur pengemasan dan prosedur

pembersihan.

c. Format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan

jadwal pelaksanaan.

d. Pengendalian perubahan.

e. Acuan dokumen yang digunakan.

Contoh rencana induk validasi ditunjukkan pada Lampiran 14.

Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut

kualifikasi. Kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan

validasi di industri farmasi. Kualifikasi terdiri dari empat tingkatan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Chapter II

a. Kualifikasi Desain/ Design Qualification (DQ)

Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam melakukan validasi

terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.

b. Kualifikasi Instalasi/ Instalation Qualification (IQ)

Kualifikasi hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan

baru atau yang dimodifikasi, mencakup:

• Instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang hendaklah sesuai dengan

spesifikasi dan gambar teknik yang didesain.

• Pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan

peralatan dari pemasok.

• Ketentuan dan persyaratan kalibrasi.

• Verifikasi bahan konstruksi

c. Kualifikasi Operasional/ Operational Qualification (OQ)

Kualifikasi operasional hendaklah dilakukan setelah kualifikasi instalasi

selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi operasional hendaklah

mencakup:

• Kalibrasi

• Prosedur pengoperasian dan pembersihan

• Pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Chapter II

d. Kualifikasi Kinerja/ Performance Qualification (PQ)

Kualifikasi kinerja hendaklah dilakukan setelah kualifikasi operasional

selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi kinerja hendaklah

mencakup:

• Pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang

memenuhi spesifikasi atau produk simulasi.

• Uji meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional.

Universitas Sumatera Utara