Chapter II

23
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tumbuhan Kentang mempunyai sifat menjalar, batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50 - 120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun berwarna hijau kemerah- merahan atau keungu - unguan. Bunganya berwarna kuning keputihan atau ungu. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus ( Setiadi, F.Surya., 2000). 2.1.1 Sistematika Tumbuhan Dalam taksonomi tumbuhan, katuk diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum tuberosum L. (Setiadi, F.Surya., 2000). 2.1.2 Nama Daerah Luwi kumeli di Jawa barat, gantang di Aceh dan Minangkabau, gentang atau gadung lepar di Karo, gentang atau gadung lepar di Lampung, kentang atau Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II

  • 16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Morfologi Tumbuhan

    Kentang mempunyai sifat menjalar, batangnya berbentuk segi empat,

    panjangnya bisa mencapai 50 - 120 cm, dan tidak berkayu. Batang dan daun

    berwarna hijau kemerah- merahan atau keungu - unguan. Bunganya berwarna

    kuning keputihan atau ungu. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil

    bahkan sangat halus ( Setiadi, F.Surya., 2000).

    2.1.1 Sistematika Tumbuhan

    Dalam taksonomi tumbuhan, katuk diklasifikasikan sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Kelas : Dicotyledoneae

    Ordo : Solanales

    Famili : Solanaceae

    Genus : Solanum

    Spesies : Solanum tuberosum L. (Setiadi, F.Surya., 2000).

    2.1.2 Nama Daerah

    Luwi kumeli di Jawa barat, gantang di Aceh dan Minangkabau, gentang

    atau gadung lepar di Karo, gentang atau gadung lepar di Lampung, kentang atau

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    ubi mandira di Palembang, ubi kumaden dan di Sumba disebut keteki jawa

    (Setiadi, F.Surya., 2000).

    2.1.3 Kandungan Kimia

    Kandungan kimia dari kentang (Solanum tuberosum L.) antara lain :

    karbohidrat 19 g, pati 15 g, serat pangan 2,2 g. Lemak 0,1 g, protein 2 g, Air 75 g

    (Anonim, 2010).

    2.1.4 Indikasi

    1.Menambah berat badan.

    Kentang kaya akan karbohidrat dan sedikit protein. Sangat sesuai untuk mereka

    yang kurus dan ingin menambah bobot tubuh (Anonim, 2010).

    2. Pencernaan.

    Karena kaya akan karbohidrat, maka kentang juga mudah dicerna tubuh.

    Makanya kentang sering digunakan sebagai makanan bagi pasien, bayi dan

    mereka yang sulit mencerna tapi memerlukan energi (Anonim, 2010).

    3.Kesehatan kulit.

    Vitamin C dan B kompleks serta mineral seperti potassium, magnesium,

    fosfro dan seng sangat baik untuk kulit. Dan semuanya ada di kentang. Secara

    tradisional kentang juga sering digunakan untuk menghilangkan jerawat atau noda

    diwajah (Anonim, 2010).

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    .4.Rematik.

    Vitamin, kalsium dan magnesium pada kentang dapat membantu mengurangi

    rematik. (Anonim, 2010)

    5.Peradangan.

    Kentang sangat efektif untuk penanganan radang, baik internal maupun eksternal

    karena sarat akan vitamin C, potassium dan vitamin B6 (Anonim, 2010).

    6.Fungsi otak.

    Baik buruknya fungsi kinerja otak sangat tergantung pada kadar glukosa, suplai

    oksigen, beberapa jenis vitamin B kompleks, beberapa hormon, asam amino dan

    asam lemak omega 3. Kesemua itu bisa didapatkan dengan mengonsumsi kentang.

    Umbi kentang berkhasiat sebagai obat luka bakar, terutama pada bagian kulitnya.

    Selain itu, kentang dijadikan pengganti nasi bagi penderita penyakit kencing

    manis (diabetes melitus). Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber karbohidrat

    dengan kalori yang rendah. Kentang biasanya diolah menjadi perkedel, keripik

    (Anonim, 2010).

    2.2 Uraian Tentang Pati

    Starch (pati) atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut

    dalam air, serbuk putih, tidak berasa dan tidak berbau. Pati merupakan bahan

    utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa

    (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Sumber pati utama di

    Indonesia adalah beras. Disamping itu dijumpai beberapa sumber pati lainnya

    Universitas Sumatera Utara

  • 19

    yaitu : jagung, kentang, tapioka, sagu, gandum, dan lain-lain. Hewan dan manusia

    juga mejadikan pati sebagai sumber energi penting (Whistler, L. Roy. dkk, 1984).

    Di Indonesia, pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin,

    dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras sedangkan

    amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat

    pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Pati digunakan sebagai

    bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan cair seperti sup dan

    sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai komponen perekat, campuran

    kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika. Dalam bentuk aslinya secara alami

    pati merupakan butiran-butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan

    ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan

    untuk identifikasi. Selain ukuran granula karakteristik lain adalah bentuk,

    keseragaman granula (Whistler, L. Roy. dkk, 1984).

    Pati tersusun paling sedikit oleh tiga komponen utama yaitu amilosa, amilopektin

    dan material antara seperti, protein dan lemak (Bank dan Greenwood, 1975).

    Umumnya pati mengandung 15 30% amilosa, 70 85% amilopektin dan 5

    10% material antara. Struktur dan jenis material antara tiap sumber pati berbeda

    tergantung sifat-sifat botani sumber pati tersebut. Secara umum dapat dikatakan

    bahwa pati biji-bijian mengandung bahan antara yang lebih besar dibandingkan

    pati batang dan pati umbi (Whistler, L. Roy.dkk, 1984).

    Granula pati bervariasi dalam bentuk dan ukuran, ada yang berbentuk bulat, oval,

    atau bentuk tak beraturan demikian juga ukurannya, mulai kurang dari 1 mikron

    sampai 150 mikron ini tergantung sumber patinya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 20

    Tabel 1. Karakteristik Granul Pati

    SUMBER Diameter

    Kisaran (m) Rata-rata (m)

    Jagung 21 96 15

    Kentang 15 100 33

    Ubi jalar 15 55 25 50

    Tapioka 6 36 20

    Gandum 2 38 20 22

    Beras 3 9 5

    Sifat-sifat pati sangat tergantung dari sumber pati itu sendiri. Beberapa sifat dari

    pati singkong (tapioka), jagung, kentang, gandum yaitu :

    Tabel 2. Sifat Granula Beberapa Jenis Pati

    Pati Tipe Diameter Bentuk

    Jagung Biji- bijian 15 m Melingkar, Poligonal

    Kentang Umbi-umbian 33 m Oval, bulat

    Gandum Biji-bijian 15 m Melingkar

    Tapioka Umbi- umbian 33 m Oval

    1.Amilosa

    Menurut Wikipedia Indonesia, amilosa merupakan polisakarida, polimer yang

    tersusun dari glukosa sebagai monomernya. Tiap-tiap monomer terhubung dengan

    ikatan 1,4- glikosidik. Amilosa merupakan polimer tidak bercabang yang

    bersama-sama dengan amilopektin menjadi komponen penyusun pati. Dalam

    masakan, amilosa memberi efek keras bagi pati atau tepung (Whistler, L.

    Roy.dkk, 1984).

    Universitas Sumatera Utara

  • 21

    Gambar 1. Rumus Struktur Amilosa

    2. Amilopektin

    Menurut Wikipedia Indonesia, amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun

    dari monomer G-glukosa. Amilopektin merupakan molekul raksasa dan mudah

    ditemukan karena menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersama-sama

    dengan amilosa. Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin

    berbeda dengan amilosa, yang terlihat dari karakteristik fisiknya. Secara

    struktural, amilopektin terbentuk dari rantai glukosa yang terikat dengan ikatan

    1,4-glikosidik, sama dengan amilosa. Namun demikian, pada amilopektin

    terbentuk cabang-cabang (sekitar tiap 20 mata rantai glukosa) dengan ikatan 1,6-

    glikosidik. Amilopektin tidak larut dalam air. Dalam produk makanan amilopektin

    bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan

    yang berasal dari pati yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan,

    porus, garing dan renyah. Kebalikannya pati dengan kandungan amilosa tinggi,

    cenderung menghasilkan produk yang keras, karena proses mekarnya terjadi

    secara terbatas (Whistler, L. Roy.dkk, 1984).

    Universitas Sumatera Utara

  • 22

    Gambar 2. Rumus Struktur Amilopektin

    2.3. Uraian Uji Spesifikasi Eksipien Tablet

    1. Sudut Angkat

    Metode sudut angkat telah digunakan sebagai metode tidak langsung untuk

    mengukur kemampuan alir serbuk karena hubunganya dengan kohesi partikel.

    Banyak metode sering digunakan untuk menetapkan sudut angkat dan salah

    satunya sering digunakan adalah metode corong.

    Serbuk seberat 100 g dilewatkan melalui corong, dan jatuh ke atas sehelai kertas

    grafik. Setelah onggokan serbuk membentuk kerucut stabil, sudut angkat di ukur.

    Metode ini desebut uji sudut angkat. Untuk kebanyakan serbuk farmasetik

    (massa tablet), nilai sudut angkat bberkisar dari 250 sampai 450, dengan nilai yang

    rendah menunjukkan karakteristik yang lebih baik.

    Sudut serbuk yang tidak kohesif mengalir baik, menyebar, membentuk

    timbunan yang rendah. Bahan yang lebih kohesif membentuk timbunan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 23

    lebih tinggi yang kurang menyebar. Defenisi sudut istirahat adalah sudut

    permukaan bebas dari tumpukkan serbuk dengan bidang horizontal (Siregar,

    Charles J.P. dan Wikarsa, S., 2010).

    2. Bobot Jenis Nyata

    Bobot jenis nyata ditetapkan sebagai massa suatu serbuk dibagi dengan

    volume. Bobot jenis nyat diperoleh dari pembagian bobot jenis sampel dalam

    gram dengan volume akhir sampel dalam cm3 yang berada dalam gelas takar.

    Bobot jenis nyata suatu serbuk terutama tergantung pada distribusi ukuran

    partikel, bentuk partikel, dan kecendrunagn partikel menempel satu dengan yang

    lain. Partikel dapat dipadatkan untuk menghilangkan celah besar di antara

    permukaan permukaanya, sehingga menghasilakan serbuk yang ringan atau

    serbuk dengan bobot jenis rendah. Partikel partikel yang kecil dapat berpindah

    di antara partikel yang besar untuk membentuk serbuk berat atau serbuk dengan

    bobot jenis tertinggi (Siregar, Charles J.P. dan Wikarsa,S., 2010).

    3. Bobot Jenis Benar

    Bobot jenis benar adalah suatu karakteristik bahan penting, yang

    digunakan untuk pengujian identitas dan kemurnian. Penetuan bobot jenis benar

    berlangsung dengan Piknometer. Untuk serbuk yang memiliki pori dan ruang

    rongga, maka bobot jenis tidak lagi terdefenisi jelas, lebih banyak harus dibedakan

    antara bobot jenis benar dengan bobot jenis nyata (Voight, 1994) .

    4. Bobot Jenis Mampat

    Bobot jenis mampat diperoleh melalui timbunan serbuk yang diisikan

    dalam keadaan longgar setelah berulang kali diketuk. Ini dilakukan didalam gelas

    ukur.

    Universitas Sumatera Utara

  • 24

    Dinyatakan dalam L/Kg. Jumlah ketukan dicatat melalui suatu alat penghitung.

    Contoh diketuk sebanyak 1250 kali yang diperoleh dari pernyataan 100 gr sebuk

    menempati suatu gelas ukur sebesar 50 ml, maka volume nyata sebesar 0,80 ml/g.

    Bobot mampat sebesar 100 g/80 ml= 1,25 g/ml. Hasil ketukan dibaca pada skala

    gelas ukur (Voight, 1994).

    5. Faktor Hausner

    Metode Hausner dinyatakan dengan membagi bobot mampat nyata dan

    bobot jenis benar.

    Tabel 3. Hubungan Faktor Hausner dan Mampu Alir Serbuk

    Semakin tinggi faktor Hausner, maka semakin buru sifat aliran serbuk (Siregar,

    Charles J.P. dan Wikarsa,S., 2010).

    6. Porositas

    Porositas adalah celah suatu serbuk atau granul berpori pori yang

    diperoleh dari volume antarcelah yang berhubungan dengan volume bobot jenis

    nyata, tidak termasuk pori pori interpartikel. Porositas total serbuk berpori

    terdiri atas celah antarpartikel, dan juga pori pori di dalam partikel (Siregar,

    Charles J.P. dan Wikarsa,S., 2010).

    % Faktor Hausner Sifat Aliran

    5 15 Baik sekali

    12 16 Baik

    18 21 Agak baik

    25 32 Buruk

    33 38 Sangat buruk

    >40 Sangat sangat buruk

    Universitas Sumatera Utara

  • 25

    7. Uji Kompressibilitas

    Uji kompresibilitas dilakukan untuk menentukan apakah tablet dapat dicetak

    dengan metode cetak langsung dan pengaruh kekerasan daripada tablet apabila

    dilakukan dengan metode cetak langsung.

    8. Uji Distribusi Partikel

    Uji distribusi partikel ini dilakukan untuk menentukan seberapa besar dari

    serbuk tersebut yang apabila dicetak menjadi tablet dapat terdistribusi didalam

    tubuh.Dan dalam hal ini mempengaruhi daripada farmakodinamika dan

    Farmakokinetika obat didalam tubuh.

    9. Uji Sudut Angkat

    Uji Sudut angkat merupakan sudut yang terbentuk dari serbuk uji. Serbuk diuji

    dengan menggunakan corong, bidang datar dan kertas saring yang nantinya akan

    menentukan seberapa lebar dari diameter serbuk dan tinggi tumpukan dari

    tersebut. Dalam hal ini dapat menentukan eksipien tersebut sebagai pelicin dari

    tablet.

    10. Uji Viskositas

    Uji viskositas menetukan dalam waktu dan suhu berapa serbuk yang diuji

    membentuk gelatin. Ini dilakukan berdasarkan hukum Stokes :

    n x = nair x x x tx

    air x tair.

    Universitas Sumatera Utara

  • 26

    2.4. Bahan Tambahan Pada Tablet

    Komposisi umum dari tablet adalah zat brkhasiat, bahan pengisi, bahan

    pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang kadang

    dapat ditambahkan bahan pewangii (flavouring agent), bahan pewarna (coloring

    agent) dan bahan- bahan lainya (Ansel, 1989) .

    a. Pengisi

    Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan mssa yang dibutuhkan. Sifatnya harus

    netral secara kimia dan fisiologi, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik

    (Voight, 1994). Bahan bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol,

    amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium

    karbonat (Soekemi, dkk., 1987).

    b. Pengikat

    Untuk membrikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin

    penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butiran granulat (Voight, 1994).

    Pengikat yang umum digunakan yaitu ; amilum, gelatin, glukosa, gom arab,

    natrium alginat, cmc, polivinilpirilidon, dan veegum (Soekemi, dkk., 1987).

    c. penghancur

    untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak denga cairan saluran

    pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman,dkk.,1994). Bahan yang

    digunakan sebagai pengembang yaitu : amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan

    clays (Soekemi, dkk., 1987).

    Universitas Sumatera Utara

  • 27

    d. Pelicin

    Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul granul pada corong pengisi,

    mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antar

    butir butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin

    yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi,

    amilum maydis (Soekemi, dkk., 1987).

    Metode Pembuatan Sediaan Tablet

    1. Cetak Langsung

    Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuranbahan obat bahan

    pembantu tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk bahan-

    bahan tertentu saja yang berbentuk kristal/ butir-butir granul yang mempunyai

    sifat-sifat yang diperlukan untuk membuat tablet yang baik.

    Keuntungan utama dari cetak langsung ini adalah untuk bahan obat yang peka

    lembab dan panas, dimana stabilitasnya terganggu akibat pekerjaan granulasi,

    tetapi dapat dibuat menjadi tablet. Meskipun demikian hanya sedikit bahan obat

    yang mampu dicetak secara langsung, seperti ammonium bromide, ammonium

    klorida, kalium bromide, kalium klorida, natrium bromide, natrium klorida,

    heksamin (Voigt, R., 1995).

    2. Granulasi Kering

    Disebut juga slugging atau prekompresi. Cara ini sangat tepat untuk tabletasi zat-

    zat yang peka suhu atau bahan obat yang tidak stabil dengan adanya air. Obat dan

    bahan pembantu pada mulanya dicetak dulu, artinya mula-mula dibuat tablet yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 28

    cukup besar, yang massanya tidak tertentu. Selanjutnya terjadi penghancuran

    tablet yang dilakukan dalam mesin penggranul kering, atau dalam hal yang

    sederhana dilakukan di atas sebuah ayakan. Granulat yang dihasilkan kemudian

    dicetak dengan takaran yang dikehendaki (Voigt, R., 1995).

    3. Granulasi Basah

    Pada teknik ini juga memerlukan langkah-langkah pengayakan, penyampuran dan

    pengeringan. Pada granulasi basah, granul dibantuk dengan suatu bahan pengikat.

    Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat

    yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk.

    Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada kelarutannya dan tergantung

    pada komponen campuran. Karena massa hanya sampai konsistensi lembab bukan

    basah seperti pasta, maka bahan pengikat yang ditambahkan tidak boleh

    berlebihan (Banker, G.S dan Anderson, N.R., 1994) .

    Pada proses pengayakan, mengubah massa lembab menjadi kasar, gumpalan-

    gumpalan granul dengan melewatkan massa pada ayakan. Tujuannya agar granul

    lebih kompak, meningkatkan luas permukaan untuk memudahkan pengeringan.

    Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk

    menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan-gumpalan

    granul dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum

    (Banker, G.S dan Anderson, N.R., 1994).

    Universitas Sumatera Utara

  • 29

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Metode yang digunakan adalah metode eksperimental meliputi pengumpulan dan

    pengolahan sampel, pemeriksaan karakteristik dari pati kentang ( Solanum

    tuberosum L ) serta pengujian spesifikasi eksipien tablet.

    3.1 Alat-alat

    Alat-alat yang dinakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

    laboratorium, pipet tetes, kertas saring, kaca objek, cawan porselen, Blender,

    eksikator, mikroskop (Olympus), oven listrik (Stork), neraca analitik (Vibra AJ),

    dan penangas air (Yenaco), Viskosimeter Oswold, Alat Uji Distribusi Partikel (

    Shakker ).

    3.2 Bahan-bahan

    Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah, kentang

    kuning dan kentang putih, pati dari jenis kentang, Cornstarch, aquadest, Larutan

    Iodine.

    3.3. Metode Penelitian

    3.3.1. Prosedur Isolasi Pati Kentang :

    Cara kerjanya ;

    Pati kentang dapat diperoleh dengan cara menimbang umbi kentang sebanyak 1

    kg kemudian dikupas dan dicuci. Kentang dihaluskan dengan menggunakan

    blender sampai diperoleh masa seperti bubur. Masa seperti bubur tersebut

    direndam selama 24 jam dan dilanjutkan dengan memeras menggunakan kain

    blacu warna putih dan bersih. Fitrat diendapkan lebih kurang selama 24 jam, lalu

    Universitas Sumatera Utara

  • 30

    filtrat dibuang dan dilakukan pencucian dengan cara menambahkan aquadest

    secara berulang ulang sampai diperoleh pati yang putih. Pati yang diperoleh

    selanjutnya dikeringkan pada lemari pengering pada suhu 40 420C selama lebih

    kurang 24 jam.

    3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

    Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan

    mikroskopik, penetapan susut pengeringan, penetapan kadar abu.

    3.4.1. Pemeriksaan Makroskopik

    Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau dan

    rasa pati dari beberapa jenis kentang.

    3.4.2. Pemeriksaan Mikroskopik

    Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia dengan cara

    menaburkan serbuk simplisia di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan

    aquadest kemudian ditutupi dengan cover glass (kaca penutup) setelah itu dilihat

    dibawah mikroskop.

    Gambar mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 2,halaman 41.

    3.4.3. Susut Pengeringan

    Cara kerja :

    Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke

    dalam botol timbang bermulut lebar yang sudah konstan, keringkan pada bsuhu

    1050 C dan didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang. Hal ini dilakukan

    sampai didapat berat yang konstan. Kadar air dihitung dalam persen (WHO,

    1992).

    Universitas Sumatera Utara

  • 31

    Hasil perhitungan susut pengeringan dapat dilihat pada Lampiran 3,halaman 46.

    3.4.4. Penetapan kadar abu total

    Cara kerja :

    Sebanyak 5 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan ke

    dalam cawan porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus

    dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 500 -

    600 C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh

    bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara

    (WHO, 1992).

    Hasil perhitungan kadar abu total dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 47.

    3.5. Uji Spesifikasi Eksipien Tablet

    3.5.1. Pemeriksaan Sudut Angkat

    Cara Kerja :

    Zat uji di masukkan ke dalam kaca silinder dengan tinggi dan diameter

    tertentu dan diketakkan diatas bidang datar yang telah dialasi. Zat uji di rataka,

    silinder kaca diangkat secara perlahan lahan dan tegak lurus sampai semua zat

    uji tidak ada yang tertinggal. Kemudian di ukur puncak timbunan dan

    diameternya.

    Sudut angkat ( ) dihitung dengan persamaan ( Voight, 1994 ).

    Tg ( ) = anjariTumpukJari

    ncakTumpukaxTinggiPun

    2

    Universitas Sumatera Utara

  • 32

    3.5.2. Bobot Jenis Nyata.

    Cara Kerja :

    Zat uji di keringkan sampai diperoleh berat konstan, ditimbang sebanyak 10 g

    serbuk (W), dimasukkan ke dalam gelas ukur 20 ml yang terpasang pada Tap

    Volumeter, permukaan zat uji di ratakan, dicatat volume serbuk (V). Bobot jenis

    nyata dapat dihitung dengan persamaan ( Voight, 1994 ).

    Bobot Jenis Nyata = VW

    3.5.3. Bobot Jenis Benar

    Penentuan bobot jenis benar dilakukan dengan menggunakan Piknometer dan

    pelarut yang tidak melarutkan serbuk tersebut.

    Piknometer kosong yang telah diketahui volumenya (a) dan ditimbang beratnya

    (b) kemudian diisi air dan ditimbang lagi (c) ( Voight,1994 ).

    Bobot jenis air dapat dihitung dengan persamaan :

    air = abc

    Cara Kerja :

    Serbuk sebanyak 2 g yang telah dikeringkan hingga berat konstan

    dimasukkan ke dalam Piknometer, kemudian ditimbang (d), lalu ditambahkan air

    ke dalam piknometer sampai penuh (e) ( Voight,1994 ).

    Bobot jenis dihitung dengan persamaan :

    Rumus: BJ benar = )()(

    )(ecbd

    bd+

    X air

    Universitas Sumatera Utara

  • 33

    3.5.4. Bobot Jenis Mampat

    Cara Kerja :

    Zat uji di keringkan hingga konstan sebanyak 10 g serbuk (W) dimasukkan ke

    dalam gelas ukur 20 ml, permukaan zat uji di ratakan kemudian gelas ukur

    dihentakkan sebanyak 1250 kali. Catat volumenya (Vt) kemudian ulangi

    hentakkan sebanyak 1250 kali catat volume ( Vt I). Jika selisih Vt I dan Vt tidak

    lebih dari 2ml, maka dipakai Vt (Voight, 1994).

    Bobot jenis mampat di hitung dengan persamaan :

    Bj Mampat (g/ml) = VtW

    3.5.5. Penentuan Faktor Hausner ( FH )

    Merupakan perbandingan Bobot jenis mampat dengan Bobot jenis nyata

    ( Voight, 1994 ).

    Penentuan Faktor Hausner dapat dihitung dengan persamaan :

    fH = BJBenar

    BJmampat X 100%

    3.5.6. Porositas

    Porositas (E) dihitung dengan persamaan (Voight, 1994) :

    E = BjBenar

    BjNyata1X 100%

    3.5.7. Kompresibilitas

    Kompresibilitas zat uji dapat di uji dengan persamaan (Voight, 1994):

    Kompresibilitas = Bj Mampat Bj Nyata X 100%

    Bj Nyata

    Universitas Sumatera Utara

  • 34

    3.5.8. Uji Viskositas

    Cara Kerja :

    Sebanyak 5% (b/v) serbuk disuspensikan dalam air. Kemudian di panaskan

    diatas penangas air pada suhu masing masing 300C dan 600C. Suspensi pada

    temperature tersebut di biarkan selama 5 menit sambil diaduk. Viskositas diukur

    dengan Viskosimeter Bola Jatuh (Voight, 1994).

    3.5.9. Uji Iodine

    Uji ini untuk menentukan kandungan pati secara kualitatif.

    Cara Kerja :

    Sebanyak 0,5 g serbuk dimasukkan ke dalam cawan poeselin, di tetesi dengan

    larutan iodine dan diencerkan dengan aquadest sebanyak 2 ml. Dalam hal ini

    apabila berwarna biru tua mengandung amilosa dan berwarna violet maka

    mengandung amilopektin (Whistler, L. Roy. dkk, 1984).

    3.6. Pembuatan Tablet Isoniazid

    Pembuatan tablet dilakukan secara granulasi basah dan bobot tablet adalah 250

    mg. Dilakukan amilum solani sebagai pengembang pada konsentrasi 5% dan

    sebagai pembandingnya adalah cornstrach dengan konsentrasi 5%.

    Universitas Sumatera Utara

  • 35

    Formula tablet Isoniazid :

    R/ Isoniazid 100 mg

    Amilum solani x %

    Talkum 1 %

    Magnesium stearat 1 %

    Musilago amili 10% qs

    Laktosa qs ad 250 mg

    m.f. tab dtd No. C

    Tabel 4. Formula Tablet Isoniazid

    Keterangan :

    F1 = Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Amilum solani 5%

    F2 = Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Cornstarch 5%

    3.6.2. Pembuatan Granul Isoniazid

    Tablet dibuat dengan cara granulasi basah. Sebagai bahan pengembang digunakan

    cornstarch dan bahan pengikat digunakan mucilago amilum manihot 10%.

    Isoniazid, amilum solani (pengembang dalam), dan laktosa dimasukkan ke dalam

    lumpang lalu digerus homogen, ditambahkan bahan pengikat sedikit demi sedikit

    Komposisi F1 F2

    Isoniazid (g) 10 10

    Amilum solani (g) 1,25 -

    Talcum (g) 0,25 0,25

    Mg Stearat (g) 0,25 0,25

    Mucilago amili 10% (g) 0,75 0,75

    Corn starch (g) - 1,25

    Laktosa (g) 12,5 12,5

    Universitas Sumatera Utara

  • 36

    sampai diperoleh massa yang kompak kemudian digranulasi dengan ayakan mesh

    12. Granulat basah dikeringkan pada suhu 40C - 60C dalam lemari pengering.

    Setelah kering, granul diayak dengan ayakan mesh 14 lalu ditimbang. Kemudian

    ditambahkan talkum, magnesium stearat dan pengembang luar, diaduk homogen.

    3.6.3.Uji Preformulasi

    Uji preformulasi dilakukan terhadap massa yang telah menjadi granul dan

    telah ditambah pelicin dan pengembang luar.

    3.6.4. Sudut Diam

    Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong yang

    berdiameter atas 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Seratus gram

    granul dimasukkan ke dalam corong, permukaannya diratakan, lalu penutup

    bawah corong dibuka dan dibiarkan granul mengalir melalui corong dan

    ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus :

    tg = 2h/D

    Keterangan : = sudut diam

    h = tinggi kerucut (cm)

    D = diameter (cm)

    Syarat: 20 < < 40 (Cartensen, 1977)

    3.6.5. Waktu alir

    Penetapan laju alir dilakukan dengan menggunakan corong berdiameter

    atas 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Seratus gram granul

    dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai, permukaannya diratakan.

    Penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch dihidupkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 37

    Stopwatch dihentikan jika seluruh granul telah habis melewati corong dan dicatat

    waktu alirnya.

    Syarat : talir < 10 detik (Cartensen, 1977)

    3.6.6. Indeks tap

    Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml dan diukur volume

    awalnya (V1) lalu dihentakkan sehingga diperoleh volume akhirnya (V2) yang

    konstan. Indeks tap dihitung dengan rumus :

    I = 1

    21V

    VV x 100%

    Keterangan :

    V1 = volume sebelum hentakan

    V2 = volume setelah hentakan

    Syarat : I 20% (Guyot, 1978)

    3.7. Evaluasi Tablet

    3.7.1. Pemeriksaan Bentuk dan Rupa

    Tablet diperiksa bentuk dan rupanya secara visual.

    3.7.2. Pemeriksaan Waktu Hancur

    Alat : Disintegration tester

    Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Satu buah tablet dimasukkan ke

    dalam masing-masing tabung dari keranjang. Masukkan satu cakram pada tiap

    tabung dan jalankan alat. Gunakan air bersuhu 37C 2C sebagai media.

    Kemudian alat dijalankan. Waktu hancur tablet dicatat yaitu sejak dinaikturunkan

    sampai dengan tablet hancur. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian

    tablet yang tertinggal pada kawat kasa.

    Universitas Sumatera Utara

  • 38

    Syarat: Waktu hancur tablet Isoniazid tidak boleh lebih dari 15 menit (Ditjen

    POM, 1979).

    3.7.3. Pemeriksaan Kekerasan Tablet

    Alat : Strong Cobb Hardness Tester.

    Sebuah tablet diletakkan di antara anvil dengan punch, lalu tablet tersebut dijepit

    dengan cara mengatur skrup pemutar sampai tanda stop menyala. Knop ditekan

    sampai tablet pecah. Pada saat tersebut, angka yang ditunjukkan jarum skala

    menunjukkan kekerasan tablet. Pemeriksaan kekerasan tablet dilakukan sebanyak

    5 tablet dan dihitung rata-ratanya.

    Syarat : Kekerasan tablet 4 8 kg (Parrot, 1971).

    3.7.4. Pemeriksaan Friabilitas

    Alat : Roche Friabilator

    Sebanyak 20 tablet ditimbang, misalkan beratnya a g. Dimasukkan ke

    dalam alat friabilator, lalu tekan tombolnya sehingga alat berputar selama 4 menit

    (100 kali putaran). Tablet dikeluarkan, dibersihkan dari debu dan ditimbang

    beratnya, misalnya b g. Maka friabilitas tablet adalah :

    a

    ba

    Syarat : Kehilangan bobot 0,8 % (Voigt, 1994).

    Universitas Sumatera Utara