Chapter II

22
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut. Herrianto (2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Menurut Nurmianto (2003) beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh tenaga kerja dalam jangka waktu tertentu. Semua pekerjaan harus selalu diusahakan dengan sikap kerja yang ergonomis. Beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit atau kurang (Munandar, 2008). 2.1.1. Beban kerja berlebih Beban kerja berlebih, timbul sebagai akibat dari kegiatan yang terlalu banyak diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. Munandar (2008) menyatakan bahwa beban kerja berlebih secara fisik dan mental adalah melakukan terlalu banyak kegiatan baik fisik maupun mental, dan ini dapat merupakan sumber stres pekerjaan. Beban kerja berlebih, akan membutuhkan waktu untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak untuk menyelesaikan semua tugas yang telah ditetapkan, dan Universitas Sumatera Utara

description

lallala

Transcript of Chapter II

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Beban Kerja

    Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima

    oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan

    kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut.

    Herrianto (2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang

    harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu

    tertentu dalam keadaan normal. Menurut Nurmianto (2003) beban kerja adalah

    sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh tenaga kerja dalam

    jangka waktu tertentu. Semua pekerjaan harus selalu diusahakan dengan sikap kerja

    yang ergonomis. Beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja berlebih dan beban

    kerja terlalu sedikit atau kurang (Munandar, 2008).

    2.1.1. Beban kerja berlebih

    Beban kerja berlebih, timbul sebagai akibat dari kegiatan yang terlalu banyak

    diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. Munandar

    (2008) menyatakan bahwa beban kerja berlebih secara fisik dan mental adalah

    melakukan terlalu banyak kegiatan baik fisik maupun mental, dan ini dapat

    merupakan sumber stres pekerjaan.

    Beban kerja berlebih, akan membutuhkan waktu untuk bekerja dengan jumlah

    jam yang sangat banyak untuk menyelesaikan semua tugas yang telah ditetapkan, dan

    Universitas Sumatera Utara

  • ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan diharapkan dapat

    diselesaikan secara cepat, dalam waktu sesingkat mungkin. Waktu merupakan salah

    satu ukuran, namun bila desakan waktu dapat menyebabkan timbulnya banyak

    kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan pekerja menurun, maka itulah yang

    merupakan cerminan adanya beban kerja berlebih.

    Adanya beban berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik pada kesehatan

    pekerja. Menurut Munandar (2008) yang mengutip pendapat Friedmen dan

    Rosenman (1974) menunjukkan bahwa desakan waktu tampaknya memberikan

    pengaruh tidak baik, pada sistem cardiovasculer, terutama serangan jantung prematur

    dan tekanan darah tinggi.

    2.1.2. Beban kerja terlalu sedikit atau kurang

    Beban kerja terlalu sedikit atau kurang, merupakan sebagai akibat dari terlalu

    sedikit pekerjaan yang akan diselesaikan, dibandingkan waktu yang tersedia menurut

    standar waktu kerja, dan ini juga akan menjadi pembangkit stres. Pekerjaan yang

    terlalu sedikit dibebankan setiap hari, dapat mempengaruhi beban mental atau

    psikologis dari tenaga kerja. Berdasarkan pendapat Munandar (2008) dapat

    disimpulkan bahwa beban kerja terlalu sedikit, karena tenaga kerja tidak diberi

    peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya atau untuk

    mengembangkan kecakapan potensinya secara penuh. Keadaan ini menimbulkan

    kebosanan dan akan menurunkan semangat kerja serta motivasi kerja, timbul rasa

    ketidakpuasan bekerja, kecenderungan meninggalkan pekerjaan, depresi, peningkatan

    kecemasan, mudah tersinggung dan keluhan psikosomatik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.3. Beban kerja berdasarkan jenis pekerjaan

    Berdasarkan jenis pekerjaan, beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja

    ringan, sedang dan berat. Menurut WHO dalam Santoso (2004) penggolongan

    pekerjaan/beban kerja meliputi kerja ringan yaitu jenis pekerjaan di kantor, dokter,

    perawat, guru dan pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan mesin). Kerja

    sedang adalah jenis pekerjaan pada industri ringan, mahasiswa, buruh bangunan,

    petani, kerja di toko dan pekerjaan rumah tangga (tanpa menggunakan mesin). Kerja

    berat adalah jenis pekerjaan petani tanpa mesin, kuli angkat dan angkut, pekerja

    tambang, tukang kayu tanpa mesin, tukang besi, penari dan atlit.

    2.1.4. Faktor yang memengaruhi beban kerja

    Menurut Tarwaka (2004) secara umum beban kerja dipengaruhi oleh berbagai

    faktor yang sangat kompleks, baik faktor external maupun internal. Pengaruh faktor

    external adalah faktor yang mempengaruhi beban kerja yang berasal dari luar tubuh

    pekerja antara lain tugas-tugas yang dilakukan bersifat fisik seperti tempat kerja,

    sarana kerja dan sikap kerja. Selain itu organisasi kerja juga dapat memengaruhi

    beban kerja seperti, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam

    dan sistem pengupahan. Lingkungan kerja dapat memberikan beban tambahan pada

    pekerja seperti suhu udara, intensitas penerangan, kebisingan, pencemaran udara,

    bakteri, virus, parasit, jamur dan serangga.

    2.1.5. Kapasitas kerja

    Kapasitas Kerja merupakan berat ringannya beban kerja yang dapat diterima

    oleh tenaga kerja, dan dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seseorang

    Universitas Sumatera Utara

  • tenaga kerja dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya. Semakin

    berat beban kerja, akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa

    kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

    Herrianto ( 2010 ) menyatakan bahwa untuk pekerjaan manual di sektor

    industri yang menggunakan waktu selama 8 jam per hari, seseorang dapat bekerja

    paling banyak 33 %, dari kapasitas maksimal tanpa merasa kelelahan. Sedangkan

    untuk pekerjaan manual selama 10 jam per hari, seseorang dapat bekerja hanya 28 %,

    dari kapasitas maksimal tanpa merasa kelelahan. Kapasitas kerja individu tergantung

    pada derajat kebugaran tubuh, kapasitas kerja otot dan kapasitas kerja jantung.

    2.1.6. Waktu kerja

    Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan

    pekerjaan, yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah

    penggunaan tenaga dan penggunaan organ tubuh secara terorganisasi dalam waktu

    tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka

    akan menambah berat beban kerja yang diterimanya dan sebaliknya jika waktu yang

    digunakan oleh tenaga kerja itu dibawah waktu kerja sebenarnya maka akan

    mengurangi beban kerja. Sumamur (2009) menyatakan bahwa aspek terpenting

    dalam hal waktu kerja meliputi, lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik,

    hubungan antara waktu kerja dan istirahat, dan waktu bekerja menurut periode waktu

    (pagi, sore, dan malam hari)

    Lamanya seseorang bekerja secara normal dalam sehari pada umumnya 8 jam,

    sisanya 16 jam lagi dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat,

    Universitas Sumatera Utara

  • istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan,

    biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal,

    bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas. Bekerja dalam waktu yang

    berkepanjangan, timbul kecenderungan terjadi kelelahan, gangguan kesehatan,

    penyakit dan kecelakaan kerja serta ketidakpuasan. Dalam seminggu, seseorang

    umumnya dapat bekerja dengan baik selama 40 jam.

    Menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat 1, setiap pengusaha wajib

    melaksanakan ketentuan waktu kerja meliputi, 7 jam dalam sehari dan 40 jam

    seminggu untuk 6 hari kerja, atau 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari

    kerja. Ketentuan ini tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.

    Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja tersebut, wajib

    membayar upah kerja lembur. Selanjutnya pasal 79 ayat 1, pengusaha wajib memberi

    waktu istirahat dan cuti kepada pekerja. Waktu istirahat dan cuti meliputi, istirahat

    antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam, setelah bekerja selama 4 (empat)

    jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja, istirahat

    mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu, dan cuti tahunan

    sekurang-kurangnya 12 hari kerja, setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama

    12 bulan secara terus menerus.

    2.1.7. Dampak beban kerja berlebih terhadap tenaga kerja

    2.1.7.1. Penurunan berat badan

    Beban kerja yang terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan drastis

    berat badan yang bersangkutan. Ukuran berat badan seseorang umumnya tergantung

    Universitas Sumatera Utara

  • dari keseimbangan antara asupan zat gizi dengan penggunaan zat gizi atau

    aktivitasnya. Beban kerja berlebih, mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap

    pekerja, karena itu kebutuhan akan zat gizi sesorang tenaga kerja, harus sesuai

    dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperti beban kerja berlebih,

    akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak (Munandar, 2008).

    2.1.7.2. Timbulnya stres pekerjaan

    Beban kerja yang berlebihan dapat menimbulkan stres, karena kebutuhan

    untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak, baik secara fisik maupun

    mental, sehingga merupakan sumber stres pekerjaan. Hal ini didukung oleh penelitian

    Prihatini (2007) ada hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di tiap ruang

    rawat inap di RSUD Sidikalang.

    2.1.7.3. Penyakit akibat kerja

    Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan pekerja menderita

    gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. Prihatini (2007) yang mengutip

    penelitian Suciani (2006), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

    antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar.

    Menurut Sihombing (2010 ) bekerja dapat berdampak buruk terhadap kesehatannya,

    terutama bagi pekerja berat, karena status kesehatan pekerja sangat berhubungan

    dengan pekerjaannya.

    2.1.7.4. Kelelahan kerja

    Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh, agar tubuh

    terhindar dari kerusakan lebih lanjut, semuanya berakibat kepada penurunan daya

    Universitas Sumatera Utara

  • kerja. Kelelahan diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja,

    dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan

    kegiatan yang harus dilakukan (Sumamur, 2009). Menurut penelitian Masnelly

    Lubis (2007) ada pengaruh signifikan antara beban kerja terhadap efektifitas

    pekerjaan perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan.

    Semakin berat beban kerja atau semakin lama waktu kerja seseorang maka

    akan timbul kelelahan kerja. Beban kerja berlebih dapat menimbulkan kelelahan. Hal

    ini didukung oleh Penelitian Febriani (2010) ada pengaruh beban kerja terhadap

    kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta. Selanjutnya

    Budiono dkk, (2003) terdapat dua jenis kelelahan meliputi, kelelahan otot dan

    kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai dengan gejala tremor atau rasa nyeri yang

    terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk

    bekerja.

    Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai

    cara, dengan pengelolaan waktu bekerja dan lingkungan tempat kerja. Banyak hal

    dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat

    yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis.

    Pemanfaatan masa libur, rekreasi, kecukupan gizi, penerapan ergonomi yang

    bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, adalah merupakan upaya yang

    sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.8. Analisis beban kerja

    Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja yang

    digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu

    tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan

    berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang

    tepat dilimpahkan kepada seorang pekerja. Menurut Suyudi (2004), analisa beban

    kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah

    semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan

    persatuan kerja.

    2.1.8.1. Perhitungan beban kerja

    Perhitungan beban kerja merupakan suatu usaha pengamatan dan pengukuran

    waktu, terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, secara sistematis.

    Perhitungan ini, menjurus kepada penyelidikan terhadap seluruh aspek yang

    memengaruhi pekerja dan sangat diperlukan bagi perusahaan untuk menjaga

    kesetabilan produktivitas yang tinggi atau menaikkan produktivitas kerja yang masih

    rendah. Namun pengukuran kerja pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    seberapa besar beban kerja seorang pekerja dapat memengaruhi status gizinya, karena

    agar pekerja itu tetap sehat dan produktif maka asupan gizinya harus disesuaikan

    dengan berat ringannya pekerjaan yang dilakukannya.

    Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk perhitungan beban kerja,

    tergantung dari tujuan melakukan perhitungan beban kerja tersebut, salah satunya

    adalah (Motion and Time Study) analisis gerak dan waktu (Barnes, 1980). Pada

    Universitas Sumatera Utara

  • metode ini peneliti mengamati pergerakan dan waktu dari seorang pekerja mulai dari

    awal sampai selesai suatu pekerjaan yang dikerjakan. Metode ini sesuai untuk

    perhitungan beban kerja, jika tujuannya untuk mengetahui seberapa besar beban kerja

    yang diterima oleh seorang pekerja.

    Asri (1979) yang mengutip pendapat Mundel (1973) alat analisis yang umum

    dipakai untuk mengukur kerja dikenal analisa gerak dan waktu (Motion and Time

    Study). Analisis gerak dan waktu yang dibutuhkan dalam suatu keadaan tertentu

    untuk suatu kegiatan yang dilakukan pekerja dengan bantuan alat pengukur stopwatch

    dan alat tulis.

    Secara terperinci prosedur pengukuran kerja dengan metode analisa gerak dan

    waktu dapat dibagi seperti langkah-langkah berikut, pertama mempersiapkan

    peralatan yang dipakai dalam perhitungan beban kerja , alat utama yang digunakan

    adalah stopwatch untuk mengukur waktu, dan alat tulis untuk membuat catatan yang

    akan berguna dalam pengukuran. Kedua, memilih pekerja yang tepat, berpengalaman

    dan terlatih dalam bidangnya atau disebut sebagai pekerja normal. Pada saat

    pengukuran harus diperhatikan waktu nyata dari suatu pekerjaan, dan sesudah itu,

    menghitung waktu normal, menetapkan waktu cadangan (kelonggaran) dan waktu

    standar.

    Menghitung waktu normal dapat dilakukan dengan menghitung waktu kerja

    nyata dari suatu kegiatan mulai dari awal sampai selesai kegiatan tersebut dengan

    bantuan alat pengukur waktu stopwatch oleh pekerja yang dianggap sebagai pekerja

    normal (pekerja yang mempunyai kemampuan jasmani, memiliki keterampilan dan

    Universitas Sumatera Utara

  • pengetahuan untuk pekerjaan yang bersangkutan). Menghitung waktu normal secara

    lebih akurat dapat dilakukan dengan memilih 5 orang pekerja untuk melakukan suatu

    kegiatan yang sama dengan menghitung waktu kerja mulai dari awal sampai selesai

    pekerjaan tersebut, kemudian waktu dari masing-masing 5 orang pekerja tadi diambil

    waktu rata-ratanya, waktu itulah ditetapkan sebagai waktu normal dari kegiatan

    tersebut.

    Waktu cadangan yang disebut dengan waktu kelonggaran (allowances) adalah

    waktu yang digunakan keperluan ( rest ) istirahat, keperluan pribadi dan (delay)

    kelambatan kerja ( Barnes, 1980). Waktu kelonggaran diperlukan rata-rata 30% dari

    jumlah jam kerja formal (Kep/75/M.Pan/7/2004). Jam kerja formal 8 jam per hari

    untuk 5 hari kerja atau 7 jam per hari untuk 6 hari kerja. Waktu standar adalah waktu

    normal ditambah waktu kalonggaran (Asri, 1979).

    Pengukuran kerja untuk seorang pekerja dengan merangkai semua kegiatan

    yang akan dilakukan dalam satu hari, lalu dijumlahkan semua waktu normal dari

    setiap kegiatan tersebut dan ditambah waktu kelonggaran, kemudian sesuaikan

    dengan jam kerja formal, apakah waktu kerja pekerja tersebut masih sesuai dengan

    standar yang ditetapkan pemerintah atau berlebih.

    Yodhia (2009) menyatakan bahwa metode analisa beban kerja adalah proses

    untuk menghitung beban kerja suatu posisi/sub posisi dan juga kebutuhan jumlah

    orang untuk mengisi posisi/sub posisi tersebut. Dalam metode ini terdapat tiga

    tahapan utama yaitu, pertama menentukan output utama dari suatu fungsi/sub fungsi

    dan kemudian mengidentifikasi rangkaian aktivitas kerja yang dibutuhkan untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • menghasilkan output tersebut. Kedua, membuat rangkaian aktivitas menjadi satuan

    tugas yang lebih spesifik. Ketiga menghitung jumlah waktu total yang dibutuhkan

    untuk menyelesaikan per kelompok tugas tersebut. Dari jumlah total jam kegiatan ini

    kemudian dapat diprediksi berapa kebutuhan jumlah pegawai yang diperlukan untuk

    menyelesaikan keseluruhan tugas dan dapat diprediksi bahwa waktu kerja dari

    pekerja itu sesuai dengan waktu kerja formal atau lebih.

    2.1.9. Beban kerja pada pekerja peternakan ayam

    Peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo termasuk industri rumah tangga

    yang merupakan wadah lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja. Di desa ini terdapat 38

    kandang peternakan ayam broiler, dengan jumlah tenaga kerja 67 orang, dan

    mempekerjakan 2 atau 3 orang tenaga kerja untuk setiap kandang, umumnya 1

    keluarga (suami, istri dan anak yang sudah dewasa), waktu/jam kerjanya 24 jam

    selama 1 periode atau lebih kurang 40 hari.

    Kegiatan pokok pada peternakan ayam broiler ini adalah mengangkat dan

    mengangkut pakan ternak sebanyak lebih kurang 14 ton atau 350 kg dalam sehari,

    selama 1 periode (mulai anak ayam masuk kedalam kandang sampai ayam panen).

    Anak ayam yang masuk kedalam kandang masih berusia 2 hari, harus dibangunkan

    dimalam hari agar dapat makan terus menerus, situasi ini berlangsung lebih kurang

    10 hari. Selanjutnya memberi makan 2 kali sehari, dan mencampur vitamin kedalam

    air minum serta membagikannya ketempat minum ayam 4 kali sehari.

    Pekerja juga harus membersihkan tempat makan dan minum ayam 2 kali

    sehari sebanyak lebih kurang 80 buah, menjaga sirkulasi dan suhu udara dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • ruangan, serta mengganti atal 2 minggu sekali dalam setiap periode. Selanjutnya, bila

    ayam telah panen harus membersihkan kandang dan peralatan secara keseluruhan

    sampai bersih (mencuci dengan air dan menyemprot formalin) untuk dapat digunakan

    pada periode berikutnya ( data survei awal 5 Februari 2011).

    2.2. Gizi Tenaga Kerja

    Gizi kerja merupakan gizi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk memenuhi

    kebutuhan gizi sesuai dengan pekerjaannya, agar derajat kesehatan tetap baik,

    kapasitas kerja maksimal serta produktivitas kerja tercapai setinggi-tingginya.

    Dengan gizi kerja diharapkan para pekerja dapat mewujudkan dan meningkatkan

    derajat kesehatan dan kesejahteraannya, memelihara kemampuan bekerja dan

    produktivitas kerjanya pada tingkat yang optimal, bahkan bila mungkin lebih

    ditingkatkan (Santoso, 2004).

    Menurut Surat Edaran Menaker dan Transmigrasi No.01/Men/1979, tentang

    pengadaan kantin dan ruang makan. Pengembangan penerapan gizi kerja antara lain,

    dengan pengadaan kantin dan ruang tampat makan tenaga kerja. Kantin untuk tenaga

    kerja hendaknya harga makanan dan minuman diupayakan secara layak dengan

    kemampuan daya beli tenaga kerja serta selalu diusahakan agar nilai gizi makanan

    tetap mendapat perhatian yang utama. Zat makanan tersebut dan kalori yang

    ditimbulkannya, penting peranannya untuk memenuhi kalori, agar pekerjaan dapat

    dilakukan dan banyaknya kalori yang diperlukan sesuai dengan berat ringannya

    pekerjaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.1. Kebutuhan gizi tenaga kerja

    Kebutuhan akan zat makanan tergantung kepada usia, jenis kelamin dan

    beban kerja. Zat makanan yang dibutuhkan tubuh meliputi keseluruhan zat gizi, yang

    paling sesuai adalah makanan seimbang. Hal ini didukung oleh Santoso (2004)

    proporsi zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus seimbang, agar zat gizi tersebut dapat

    digunakan didalam tubuh dengan sempurna adalah makanan yang komposisi gizinya

    terdiri atas karbohidrat (60-70%), protein (12-15%), lemak (20-25%), cukup vitamin

    dan juga cukup mineral.

    Kebutuhan zat gizi tersebut diperoleh melalui pola makan yang baik dan

    sehat. Pola makan pekerja sebaiknya memenuhi tiga kriteria yaitu jumlah makanan

    yang dikonsumsi sesuai atau seimbang antara kebutuhan dengan penggunaan kalori,

    jenis dari makanan yang dikonsumsi bervariasi sumbernya. Jadwal makan teratur

    sebaiknya tiga kali per hari yaitu dianjurkan makan pagi hari untuk mendapatkan

    kalori kerja di awal bekerja.

    Menurut Mitayani dan Sartika (2010) gizi seimbang adalah makanan yang

    dimakan harus beraneka ragam, memenuhi syarat kecukupan gizi (empat sehat lima

    sempurna). Sebaiknya makanan, sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan kalori,

    batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan kalori.

    Biasakan makan pagi sebelum pergi bekerja, makanlah makanan yang bersumber zat

    besi, cukup vitamin dan mineral, cukup air putih dan hindari minuman alkohol.

    Berdasarkan pendapat Sumamur (2009) dapat disimpulkan bahwa pengaruh

    frekwensi makan tiga kali sehari, komposisi makanan, dan memberi kesempatan

    Universitas Sumatera Utara

  • makan pada saat-saat istirahat kerja, dapat mengurangi kelelahan kerja, bahkan

    meningkatkan daya kerja. Makan di pagi hari sebelum berangkat kerja, mempunyai

    pengaruh penting pada produktivitas kerja dan makanan sebaiknya mudah dicerna,

    yang penting berfungsi menambah kalori untuk bekerja. Kebutuhan kalori kerja dapat

    dipenuhi melalui asupan makanan berimbang, sehingga tidak perlu ditambah

    frekwensi makan, kecuali makanan selingan pada waktu istirahat, begitu juga dengan

    zat gizi lainnya seperti protein, vitamin dan mineral.

    Tenaga kerja membutuhkan makanan yang cukup dan bergizi, untuk

    memelihara kondisi tubuh agar selalu prima. Bahan makanan yang dibutuhkan oleh

    tenaga kerja adalah bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi masyarakat pada

    umumnya, ditambah dengan kebutuhan kalori untuk keperluan melaksanakan

    pekerjaan. Kekurangan zat gizi mengakibatkan gangguan kesehatan dan produktivitas

    kerja. Tingkat gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor penentu derajat

    produktivitas kerjanya. Pekerja berat, jika tidak diimbangi dengan gizi yang cukup,

    biasanya akan mengalami penurunan berat badan. Makanan dan beban kerja serta

    faktor lingkungan kerja, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling

    memengaruhi.

    Banyaknya kalori dari makanan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan

    tubuh sesuai dengan klasifikasi pekerjaan/aktivitas fisik, secara parktis dapat

    ditentukan sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.1. Kebutuhan Kalori Sesuai Kerja

    No Jenis Kerja Laki-laki Kebutuhan kalori/hari

    (Kkal)

    Wanita Kebutuhan kalori/hari

    (Kkal) 1 2 3

    Ringan Sedang Berat

    2400 2600

    3000

    2000 2400

    2600 Sumber : Santoso (2004)

    2.2.2. Dampak gizi kurang pada pekerja

    Sampai saat ini keadaan gizi kurang, khususnya kekurangan energi protein,

    masih merupakan masalah gizi, terutama di negara-negara miskin dan negara sedang

    berkembang. Penyebab kekurangan gizi antara lain faktor ekonomi, khususnya

    pengupahan yang rendah atau pendapatan, ketidaktahuan dan kebiasaan makan.

    Masalah kurang energi protein adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang dapat

    menurunkan kualitas fisik serta meningkatkan risiko kesakitan dan kematian.

    Manifestasi kurang energi protein, tercermin dalam bentuk fisik.

    Seorang tenaga kerja hanya dapat bekerja, selama ia memiliki kalori yang

    diperoleh dari makanan. Gizi kerja yang baik, sesuai dengan beban kerja yang

    diterimannya akan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja, sehingga angka

    kesakitan yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja maupun penyakit umum dapat

    ditekan seminimum mungkin dan angka mangkir kerja karena sakit juga akan turun

    dengan sendirinya, yang pada akhirnya produktivitas akan meningkat.

    Kekurangan gizi mempunyai dampak yang negatif, karena orang yang

    menderita kekurangan gizi khususnya kalori akan memengaruhi kemampuan kerja,

    waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya pun semakin panjang, sehingga

    Universitas Sumatera Utara

  • produktivitas menurun. Adapun akibat dari gizi kurang terhadap tenaga kerja sebagai

    berikut :

    2.2.2.1.Penurunan berat badan

    Berat badan merupakan petunjuk utama untuk mengetahui individu itu

    kekurangan atau kelebihan masukan kalori dari makanan. Kebutuhan akan zat gizi

    tidak dapat dipenuhi hanya dengan satu atau dua jenis bahan makanan saja, karena

    pada umumnya tidak ada satu bahan makanan yang mengandung zat gizi secara

    lengkap. Bila asupan makanan tidak dipilih sesuai dengan gizi yang diperlukan maka

    tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi.

    Keadaan gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor penentu tingkat

    produktivitasnya. Beban kerja terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan

    drastis berat badan (Rahmawati, 2008). Penurunan berat badan sebagai pertanda

    kurang gizi yang dapat berakibat tenaga kerja mudah sakit.

    2.2.2.2. Penurunan daya tahan tubuh

    Pekerja akan mudah terkena penyakit jika menderita gizi kurang. Gizi kurang

    menyebabkan kekebalan tubuh menurun, dan dapat menjadi sakit sehingga angka

    absen kerja meningkat serta biaya berobat yang harus dikeluarkan perusahaan akan

    meningkat pula. Kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan

    kemampuan untuk bekerja, yang berarti menurunnya prestasi, daya kerja,

    produktivitas, dan kualitas hidup akibat sering sakit, karena pekerja yang sehat

    ditentukan dari asupan gizi yang baik (Kurniasih, 2010).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.2.3. Anemia

    Anemia gizi adalah masalah masyarakat pada umumnya, namun pada tenaga

    kerja juga cukup tinggi yaitu prevalensi anemia gizi pada tenaga kerja dapat

    mencapai sekitar 50 %, penyebabnya antara lain kekurangan gizi makanan secara

    keseluruhan terutama defisiensi zat besi. Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan

    dimana kadar haemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai

    normal untuk kelompok umur yang bersangkutan. Anemia gizi disebabkan oleh

    defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada

    asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk) dan kecacingan yang

    masih tinggi.

    Tabel 2.2. Kadar Haemoglobin (Hb) Sebagai Indikator Anemia.

    No Usia / jenis kelamin Kadar HB (g/l)2 1 2 3 4 5 6

    Anak 6 bulan 5 tahun Anak 5-11 tahun Anak 12-13 tahun Wanita tidak hamil Wanita hamil Laki-laki dewasa

    < 11,0 < 11,5 < 12,0 < 12,0 < 11,0 < 13,0

    Sumber : Fatmah (2010).

    Jumlah zat besi dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin dan

    kondisi fisiologis tubuh (hamil). Zat besi bersumber dari asupan makanan setiap hari,

    dimana dalam tubuh sebagian disimpan di hati dalam bentuk ferritin, apabila

    konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, maka zat besi dari ferritin dimobilisasi

    untuk memproduksi haemoglobin. Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah

    mengangkut oksigen (O2) dan CO2 serta untuk pembentukan darah. Jumlah zat besi

    Universitas Sumatera Utara

  • yang harus diserap tubuh setiap hari 1 mg yang terkandung dalam makanan. Anemia

    juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani untuk produktivitas kerja, karena

    sel-sel tubuh tidak tercukupi kebutuhannya akan oksigen (Khomsan, 2010).

    2.2.3. Status Gizi

    Status gizi pada dasarnya merupakan keadaan konsumsi makanan yang kita

    makan setiap hari, atau merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan zat gizi

    dan suplai zat gizi. Jadi untuk mengetahui seberapa jauh seseorang telah

    memperhatikan kecukupan jumlah makanan serta mutu gizinya dengan jelas akan

    tercermin dalam status gizi. Menurut Waspadji (2010) yang mengutip pendapat

    Habict (1979), status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan

    karena adanya keseimbangan antara pemasukan gizi, dan pengeluaran yang terlihat

    melalui suatu indikator status gizi. Menurut Almatsier (2009) status gizi adalah

    keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dan

    dapat dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik/normal dan lebih.

    2.2.4. Penilaian status gizi

    Untuk mengetahui status gizi pekerja dapat dilakukan dengan penilaian status

    gizi secara langsung dan penilaian tidak langsung. Penilaian status gizi secara

    langsung adalah dengan pemeriksaan secara antropometri, biokimia, klinis dan

    biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung adalah dengan pemeriksaan survei

    makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Waryana, 2010).

    Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan,

    berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh. Pengukuran antropometri

    Universitas Sumatera Utara

  • bertujuan mengetahui status gizi berdasarkan satu ukuran menurut ukuran lainnya,

    misalnya berat badan dan tinggi badan menurut umur (BB dan TB/U) berat badan

    menurut tinggi badan (BB/TB), Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U), lingkar

    lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB) (Sibagariang, 2010).

    Dari beberapa cara pengukuran status gizi, pengukuran antropometri

    merupakan cara yang paling sering digunakan karena memiliki beberapa kelebihan

    yaitu alat mudah diperoleh, pengukuran mudah dilakukan, biaya murah, hasil

    pengukuran mudah disimpulkan, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan

    dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu. Penilaian berdasarkan pengukuran indeks

    massa tubuh (IMT) adalah untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18

    tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran berat dan tinggi badan (Arisman, 2007).

    Cara penilaiannya dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini dan

    selanjutnya hasil perhitungan indeks massa tubuh disesuaikan dengan tabel 2.3

    Tabel 2.3. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh

    No Status gizi Laki-laki Perempuan 1 Kurus 23,8 Sumber : Irianto, (2007)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3. Landasan Teori

    Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara

    asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan antara pengeluaran energi lebih

    banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi dan begitu

    juga sebaliknya akan terjadi kelebihan, jika berlangsung lama akan timbul masalah

    gizi (Waspadji, 2010).

    Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi

    dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisen

    akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik,

    perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat

    setinggi mungkin (Almatsier, 2001)

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut UNICEF (1998) gizi kurang disebabkan oleh beberapa faktor yang

    kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, tidak langsung, pokok

    masalah dan akar masalah seperti dibawah ini :

    Dampak

    Penyebab

    lansung

    Penyebab

    tdk langsung

    Pokok masalah Kurang pendidikan, pengetahuan, penghasilan, keterampilan ibu

    di masyarakat

    Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan.

    Akar

    masalah

    Gambar 2.1 Teori menurut UNICEF (1998)

    Status gizi

    Aktivitas fisik, Beban kerja

    Asupan gizi Penyakit

    Infeksi

    Kebutuhan Aktifitas, Gizi kerja

    Tdk cukup persediaan pangan

    Pola asuh anak tdk memadai

    Sanitasi lingkungan, air bersih, pelay.kes. yg tdk memadai

    Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya manusia

    Krisis ekonomi, politik dan sosial

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

    Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual dalam

    penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

    Pada kerangka konsep, variabel bebas penelitian ini adalah beban kerja

    dengan sub variabel waktu kerja dan jenis kegiatan. Waktu kerja meliputi waktu kerja

    kurang, jika para pekerja di peternakan ayam bekerja kurang dari 8 jam per hari, dan

    waktu kerja berlebih, jika ternyata waktu kerjanya lebih dari waktu standar yaitu

    lebih dari 8 jam per hari. Sedangkan jenis pekerjaan meliputi pekerjaan ringan,

    sedang dan pekerjaan berat seperti angkut dan angkat pakan ternak. Beban kerja dan

    asupan kalori sangat berkaitan dan akan memengaruhi status gizi pekerja.

    Beban Kerja :

    - Waktu kerja - Jenis kegiatan

    Status Gizi Pekerja

    Asupan kalori

    Universitas Sumatera Utara