Chapter II

18
Gambar 1. Scanning Electron Microscope (SEM), dengan pembesaran 20x. Menunjukkan bahwa terdapat smear layer pada permukaaan saluran akar yang terinstrumentasi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kesuksesan perawatan endodontik dari pulpa gigi yang tidak sehat tergantung pada beberapa faktor seperti cleaning dan shaping yang baik, desinfeksi dan obturasi yang adekuat pada saluran akar. Tetapi preparasi saluran akar (cleaning and shaping) dengan instrumen endodonti akan menyebabkan terbentuknya lapisan mikro pada dinding saluran akar, yang dikenal sebagai smear layer yang mana telah menjadi perdebatan oleh para endodontis. 5 2.1 Smear Layer dalam Endodontik Endodonti smear layer telah dikenal sebagai lapisan material yang menutupi/melapisi dinding saluran akar yang dipreparasi. Material tersebut selalu dihasilkan ketika permukaan dentin dipreparasi. Menurut Madder et al serta Safer dan Zapke bahwa smear layer ditemukan hanya pada bagian yang terinstrumentasi dari dinding saluran akar, dan tidak ditemukan pada daerah yang tidak terinstrumentasi. 19 Universitas Sumatera Utara

description

chapter 2

Transcript of Chapter II

  • Gambar 1. Scanning Electron Microscope (SEM), dengan pembesaran 20x. Menunjukkan bahwa terdapat smear layer pada permukaaan saluran akar yang terinstrumentasi

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Kesuksesan perawatan endodontik dari pulpa gigi yang tidak sehat tergantung

    pada beberapa faktor seperti cleaning dan shaping yang baik, desinfeksi dan obturasi

    yang adekuat pada saluran akar. Tetapi preparasi saluran akar (cleaning and shaping)

    dengan instrumen endodonti akan menyebabkan terbentuknya lapisan mikro pada

    dinding saluran akar, yang dikenal sebagai smear layer yang mana telah menjadi

    perdebatan oleh para endodontis.5

    2.1 Smear Layer dalam Endodontik Endodonti smear layer telah dikenal sebagai lapisan material yang

    menutupi/melapisi dinding saluran akar yang dipreparasi. Material tersebut selalu

    dihasilkan ketika permukaan dentin dipreparasi. Menurut Madder et al serta Safer dan

    Zapke bahwa smear layer ditemukan hanya pada bagian yang terinstrumentasi dari

    dinding saluran akar, dan tidak ditemukan pada daerah yang tidak terinstrumentasi.19

    Universitas Sumatera Utara

  • Sejak smear layer dideskripsikan untuk pertama kali, maka smear layer

    menjadi kontroversi dan terus didiskusikan. Alasan utamanya adalah karena

    morfologi, komposisi dan karakter biologisnya yang masih belum diketahui. Tetapi

    banyak kontroversi pada para peneliti bahwa apakah smear layer harus dihilangkan

    atau tidak tersebut dari permukaan saluran akar. Argumen utama dari para ilmuan

    untuk penyingkiran smear layer, bahwa kenyataannya lapisan ini mengisi tubulus

    dentin pada saluran akar dan mengakibatkan medikasi saluran akar terhambat dan

    menurunkan efek desinfektan selama perawatan endodonti.5

    Smear layer mengandung sejumlah besar bahan organik yang dapat bertindak

    sebagai pemicu untuk faktor iritasi pada saluran akar dan dapat mempengaruhi

    penyakit lebih parah pada struktur periapeks dari gigi. Ketika lapisan smear layer

    diangkat dari dinding saluran akar sebelum obturasi, maka adaptasi serta adhesi dari

    material akan menjadi meningkat, sehingga dapat mencegah terjadinya mikrolekage.

    Pada saat saluran akar dipreparsi manual/mekanik, struktur spesifik langsung

    terbentuk pada permukaan dentin, yang mana melapisi tekstur dentin dan menutup

    tubulus dentin. Lapisan ini merupakan konsekuensi dari instrumentasi yang terdiri

    dari partikel organik dan anorganik dari dentin yang dipreparasi, fragmen-fragmen

    pulpa yang vital ataupun nekrotik, sel-sel odontoblas, mikroorganisme dan sel-sel

    darah.5

    Hasil analisis dengan scanning electron microscope (SEM), smear layer pada

    saluran akar terlihat tidak beraturan dengan permukaan yang berbutir-butir. Smear

    layer terdiri atas dua bagian, yaitu : (a) superfisial, lapisan tipis dan melekat pada

    dinding dentin dan (b) underlying, yang mana melekat pada dentin di tubulus

    dentinnya.5,19 Secara kimia, smear layer punya dua komponen yaitu organik dan

    anorganik. Organik terdiri dari fiber-fiber kolagen dentin dan glycosaminoglycane

    yang berasal dari matriks ekstraseluler. Beberapa yang didominasi oleh anorganik

    adalah hidroksiapatit, bakteri (saluran akar yang terkontaminasi dengan instrumen

    yang tidak steril).5

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2. Penentuan skor Torabinejad dengan menggunakan SEM pada pembesaran 1000x. (1) = tidak ada smear layer pada permukaan saluran akar; seluruh tubulus bersih dan terbuka.; (2) = moderate smear layer. Tidak ada smear layer yang terlihat pada permukaan saluran akar, tetapi tubulus dentin terdapat smear layer; (3) = heavy smear layer. Smear layer melapisi permukaan saluran akar dan tubulus dentin.

    Variasi dari ketebalan dan komposisi smear layer pada permukaan saluran

    akar disebabkan oleh anatomi saluran akar, sifat jaringan dentin (usia pasien,

    nektrotik/vitalnya jaringan pulpa), teknik preparasi (manual, mekanik), kuantitas dan

    tipe bahan irigasi contohnya teknik irigasi (ukuran jarum, blunt perforated needle).5

    Ketebalan dari smear layer juga tergantung pada keadaan dentin, apakah dentin

    terpreparasi dalam keadaan kering atau basah.6 Ahlquist et al mengatakan bahwa

    saluran akar yang dipreparasi secara manual menghasilkan smear layer yang lebih

    sedikit dibandingkan dengan rotary instrumen.19

    Ketebalan lapisan smear layer tergantung pada instrumentasi. Kedalaman

    superfisial adalah 1-2 m, walaupun kedalaman lapisan yang masuk kedalam tubulus

    Universitas Sumatera Utara

  • dentin dapat mencapai 40 m.5,6 Branstrom dan Johnson serta Mader et al

    menyimpulkan bahwa fenomena dapat masuknya smear layer ke dalam tubulus

    dentin merupakan aksi dari bur/instrument. Cengiz et al memperkirakan bahwa

    penetrasi smear layer kedalam tubulus dentin terjadi karena adanya aksi kapiler yang

    menghasilkan gaya adhesive antara tubulus dentin dan material smear layer.6

    Banyak bakteri yang dapat terdeteksi pada smear layer yang ada pada dinding

    saluran akar. Mengingat bahwa kompleksnya morfologi saluran akar dan beberapa

    permukaan saluran akar yang tidak dapat dicapai instrumentasi endodontik. Maka

    sangat mungkin beberapa jumlah bakteri tertinggal dalam saluran akar. Itu berarti

    bahwa bakteri pada seluruh permukaan saluran akar dan di tubulus dentin dari saluran

    akar dapat terinfeksi. Bakteri tersebut kemungkinan dapat berkembang pada smear

    layer ini.5

    Banyak hal yang dapat mempengaruhi terbentuknya smear layer. Beberapa

    hal diantaranya sesuatu yang dapat tidak dapat dimodifikasi seperti morfologi saluran

    akar, kurva saluran akar dan beberapa hal yang dapat dimodifikasi adalah pemilihan

    instrumentasi, teknik preparasi (step-back , crown-down) dan lainnya.5

    2.2 Irigasi dalam Perawatan Endodonti Dari tahun ke tahun, banyak jenis bahan irigasi yang telah digunakan dan

    dikembangkan untuk mencapai kesuksesan endodonti dalam melarutkan jaringan dan

    mencegah kontaminasi ulang dari bakteri. Kesuksesan perawatan saluran akar

    ditentukan berdasarkan diagnosa dan perencanaan perawatan yang akan diberikan

    mengaplikasikan pengetahuan tentang morfologi gigi dan anatomi saluran akar dan

    melakukan debridemen, desinfeksi dan obturasi.4

    Saluran akar dapat dibentuk dengan manual atau rotary instrumen seiring

    dengan irigasi untuk mengangkat jaringan nekrotik, mikroba/biofilm, dan sisa-sisa

    dari saluran akar. Beberapa penelitian dengan menggunakan teknik canggih seperti

    microcomputed tomography (CT) scanning telah menunjukkan bahwa masih terdapat

    beberapa daerah didinding saluran akar yang tidak tersentuh oleh instrumen, maka

    dari itu peneliti tersebut menekankan pentingnya irigasi dalam cleaning dan shaping

    Universitas Sumatera Utara

  • pada saluran akar. Bahan irigasi yang optimal biasanya merupakan gabungan dari dua

    atau beberapa larutan irigasi untuk mencapai tujuan irigasi yang aman dan efektif,

    karena tidak semua larutan irigasi memiliki seluruh sifat-sifat ideal dari larutan

    irigasi. Oleh karena itu, banyak senyawa digunakan sebagai bahan irigasi yang telah

    dimodifikasi secara kimia dan telah dikembangkan untuk meningkatkan penetrasi dan

    efektivitas dari bahan irigasi.4

    Syarat ideal dari bahan irigasi :1,4,7

    Membantu debridement dari saluran akar

    Melarutkan debris dan jaringan nekrotik pada daerah yang tidak dapat

    dicapai saat instrumentasi. Bahan irigasi dapat melarutkan dan memisahkan

    jaringan lunak dan jaringan keras serta sisa-sisa debris. Dan juga memiliki

    kemampuan melarutkan bahan anorganik.

    Tegangan permukaan yang rendah. Larutan irigasi harus memiliki tegangan

    permukaan yang rendah agar dapat dengan mudah mengalir pada daerah

    yang tidak tercapai.

    Tidak toksik, sterilisasi dan desinfeksi

    Lubrikasi akan membantu instrumen pada saat menyusuri saluran akar

    Mengangkat smear layer. Larutan irigasi harus dapat mencegah

    terbentuknya smear layer selama instrumentasi dan setelah itu mengangkat

    smear layer tersebut.

    2.3 Jenis bahan irigasi 2.3.1 Sodium Hipoklorit

    Sodium hipoklorit merupakan larutan berwarna hijau kuning dengan bau yang

    kuat dari klorin serta mudah larut dengan air dan akan terurai oleh cahaya. Sodium

    hipoklorit diperkenalkan pertama kali saat Perang Dunia I oleh Henry Drysdale Dakin

    untuk merawat luka infeksi.7 Sodium hipoklorit adalah irigasi alkalin yang memiliki

    pH 11-12.Pada tahun 1936 oleh walker menyarankan menggunakan sodium

    Universitas Sumatera Utara

  • hipoklorit untuk perawatan saluran akar. Oleh Grossman mendemonstrasikan tentang

    kemampuan soda chlorinated (sodium hipoklorit 5%) dalam melarutkan jaringan.7

    Sekarang ini konsentrasi dari sodium hipoklorit masih menjadi perdebatan beberapa

    peneliti menyarankan 5.25% (Harisson), yang lain menyatakan konsentrasi 3% atau

    0.5% ( Spangberg et al, Baumgartner dan Cuenin ).3

    Sodium hipoklorit telah digunakan sebagai salah satu bahan irigasi yang

    efektif terhadap bakteri spektrum luas dan melarutkan jaringan nekrotik.

    Keuntungannya juga sebagai desinfektan dengan melepaskan chloramies.8 Menurut

    Spanberg bahwa sodium hipoklorit 0.5% cukup untuk membuktikan dalam

    membunuh kuman dengan toksisitas yang rendah dibandingkan dengan sodium

    hipoklorit 5%.7

    Sodium hipoklorit meningkatkan kemampuannya dalam melarutkan jaringan

    jika terjadi peningkatan temperatur dari larutan tersebut. Sodium hipoklorit dapat

    melarutkan sisa pulpa (vital atau nekrotik), komponen organik dari dentin, komponen

    organik dari smear layer. Tetapi sodium hipoklorit belum memiliki kemampuan yang

    sempurna dalam mengangkat smear layer.21

    Telah diteliti sodium hipklorit beraksi dengan organik dan asam lemak maka

    akan berubah membentuk sabun (soap) dan glycerol (alkohol) dari asam lemak, yang

    mana dapat menurunkan tegangan permukaan.20,21

    Gambar 3. Reaksi Sodium Hipoklorit dan Asam Lemak

    Sodium hipoklorit juga dapat menetralisir asam amino menjadi air dan garam.

    HOCl- merupakan senyawa yang dihasilkan dari sodium hipoklorit, saat berkontak

    dengan jaringan organik maka jaringan tersebut akan larut, dan akan menghasilkan

    Gliserin Asam lemak Natrium Hidroksida

    Sabun

    Universitas Sumatera Utara

  • chlorine yang mana akan berkombinasi dengan protein amino yang disebut

    chloramines yang dapat menghambat metabolisme sel dari bakteri.20,21

    Gambar 4. Reaksi Sodium Hipoklorit dan Asam amino

    Gambar 5. Reaksi Chloramine

    Bagaimanapun juga telah dibuktikan bahwa sodium hipoklorit toksik terhadap

    jaringan vital, dapat menyebabkan hemolisis, ulser, dan kematian jaringan (Phasley et

    al). Oleh Becking melaporkan 3 kasus karena terjadi ekstrusi sodium hipoklorit ke

    jaringan periapikal yang mana menyebabkan pembengkakan, rasa sakit, dan parastesi.

    Oleh Kaufman dan Keila melaporkan adanya kasus hipersensitivitas terhadap sodium

    hipoklorit. Oleh Ehrich et al melaporkan adanya pasien yang tidak menyukai rasa dari

    sodium hipoklorit. Sodium hipoklorit juga korosif terhadap metal dan dapat

    merusakkan instrumen saat instrumentasi.3,8

    Asam amino Natrium Hidroksida

    Garam Air

    Asam amino Asam Hipoklorit

    Chloramine Air

    Universitas Sumatera Utara

  • Adapun keuntungan dari sodium hipoklorit:7

    Kemampuan mengalirkan debris dari saluran akar

    Kemampuan melarutkan jaringan

    Aksi antimikrobialnya dan bleaching

    Aksi lubrikasi

    Sedangkan, kerugiannya dari sodium hipoklorit:7

    Akan menyebabkan iritasi pada jaringan jika terjadi ekstrusi ke jaringan

    periapikal.

    Dapat menyebakan inflamasi ginggiva

    Karena tegangan permukaannya tergolong tinggi sehingga kemampuan dalam

    melembabkan dentin berkurang.

    Memiliki bau yang tidak menyenangkan

    Memiliki rasa yang tidak enak

    Uap dari sodium hipoklorit tersebut dapat mengiritasi mata

    Memiliki sifat korosif sehingga dapat merusak instrumen.

    2.3.2 Hidrogen Peroksida

    Hidrogen peroksida merupakan larutan irigasi yang tidak memiliki bau tidak

    sedap. Larutan irigasi yang biasa digunakan adalah 3% hidrogen peroksida. Larutan

    ini sangat tidak stabil dan sangat mudah terdekomposisi oleh panas dan cahaya.

    Larutan ini akan cepat berdekompisisi menjadi H2O + (O) (air dan oksigen). Saat

    larutan berkontak dengan enzim-enzim katalase yang ada dijaringan dan peroksida

    maka (O) akan memiliki efek sebagai bakterisidal. Tetapi reaksi ini tidak akan

    bertahan lama dan akan berkurang karena adanya komponen organik dari debris.

    Senyawa (O) jika berekasi dengan komponen organik dari jaringan akan

    menghasilkan gelembung-gelembung sehingga dapat mengangkat jaringan nekrotik

    dan debris-debris yang ada ke permukaan.7

    Bagaimanapun juga hydrogen peroksida tidak dapat digunakan sebagai larutan

    irigasi tunggal, karena dapat berekasi dengan debris debris dipulpa dan darah

    Universitas Sumatera Utara

  • sehingga memproduksi gas yang dapat meningkatkan tekanan di dalam gigi sehingga

    menghasilkan rasa sakit.7

    2.3.3 Klorheksidin

    Klorheksidin pertama kali dikembangan pada tahun 1940 pada penelitian

    laboratorium dan merupakan basa kuat dan bentuknya lebih stabil. Klorheksidin

    cukup popular sebagai larutan irigasi dan medikamen intrakanal. Larutan ini

    menunjukkan aktifitas yang optimal sebagai antimikrobial pada pH 5.5-7.0.7

    Klorheksidin biasa digunakan sebagai desinfeksi karena antimikrobial

    spektrum luas dan memiliki toksisitas yang rendah. Salah satu sifat yang sangat

    popular dari klorheksidin adalah subtansivitasnya karena CHX dapat berikatan

    dengan jaringan keras dan tetap bersifat antimikrobial. Pada konsentrasi 2 dan 0.2%

    klorheksidin akan menyebabkan aktivitas antimikrobial yang berkelanjutan selama 72

    jam jika digunakan sebagai bahan irigasi. Mekanisme antibakterinya terkait dengan

    stuktur molekul cationic bisbiguanide. Klorheksidin dapat menembus dinding sel

    mikroba atau lapisan terluar dari membrane tersebut dan menyerang sitoplasma

    bakteri atau plasma membran dari jamur.4,7

    Klorheksidin dapat digunakan sebagai irigasi pada konsentrasi 2%. Pada

    klorheksidin 2%, larutan ini sifat antimicrobial sama dengan 5.25% sodium hipoklorit

    dan lebih efektif terhadap Enterecoccus faecalis. Beberapa penelitian telah

    membandingkan efek antibakteri pada sodium hipoklorit dan 2% klorheksidin

    terhadap infeksi intrakanal. Hasilnya sedikit menunjukkan atau hampir tidak ada

    perbedaan dari efektivitas antimicrobial dari masing-masing larutan.4

    Klorheksidin dapat bekerja sebagai antiseptik yang mana sangat berguna

    dalam mengontrol plak didalam rongga mulut pada konsentrasi 0.2%. Pada

    konsentrasi rendah sifatnya akan menjadi bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi

    yang tinggi klorheksidin akan menyebabkan koagulasi dan presipitasi dari sitoplasma

    dan bersifat bakterisid.7 Klorheksidin tidak memiliki beberapa karakteristik yang

    tidak diinginkan dari sodium hipoklorit (seperti bau yang tidak menyenangkan dan

    iritasi pada jaringan periapikal). Bagaimanapun juga, klorheksidin tidak memiliki

    Universitas Sumatera Utara

  • kemampuan melarutkan jaringan dan mengangkat smear layer, oleh karena itu bahan

    tersebut tidak dapat menggantikan sodium hipoklorit.4

    Adapun keuntungan dan kegunaan dari klorheksidin:7

    1. Pada konsentrasi 2% larutan ini dapat digunakan sebagai bahan irigasi

    2. Pada konsentrasi 0.2% larutan ini dapat digunakan sebagai control plak

    3. Lebih efektif terhadap bakteri gram positif

    Sedangkan kerugian dari klorheksidin :7

    1. Tidak disarankan sebagai standar bahan irigasi untuk perawatan endodonti

    2. Tidak dapat melarutkan sisa-sisa jaringan nekrotik

    2.3.4 Ethylene Diaminetetraacetate (EDTA)

    Untuk membersihkan saluran akar dibutuhkan bahan irigasi yang dapat

    melarutkan bahan organik dan inorganik. EDTA efektif melarutkan senyawa

    anorganik. Larutan ini hampir tidak memiliki efek terhadap jaringan organik dan jika

    larutan ini digunakan secara tunggal maka EDTA tidak memiliki sifat antibakterial.4

    EDTA merupakan bahan irigasi chelator yang paling sering digunakan dalam

    perawatan saluran akar. Bahan irigasi chelator amat penting dalam pembersihan

    saluran akar karena kemampuannya dalam mengeliminasi jaringan anorganik seperti

    smear layer.5 Konsentrasi EDTA yang biasa digunakan dalam perawatan saluran akar

    adalah 10-17%.4,22 Bentuk sediaan EDTA terdapat 2 tipe, yaitu berbentuk pasta dan

    berbentuk cairan. Penelitian Chen & Chang menunjukkan bahwa EDTA dalam

    bentuk cairan lebih efektif dalam mengeliminasi smear layer, terutamanya pada 1/3

    apikal saluran akar. Peneliti berpendapat bahwa EDTA yang berbentuk pasta tidak

    dapat mengalir ke 1/3 apikal saluran akar karena konsistensinya yang lebih padat.23

    EDTA yang biasa digunakan adalah konsentrasi 17%. Beberapa kasus

    melaporkan beberapa konsentrasi yang lebih rendah dari EDTA (10%, 5% ataupun

    1%) dapat mengangkat smear layer dan hampir sama efektifnya dengan NaOCl.4

    EDTA tidak mempunyai efek antibakteri dan tidak dapat melarutkan jaringan organik

    sehingga smear layer tidak dapat dieliminasi dengan hanya aplikasi EDTA. Hal ini

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 6. Struktur Senyawa Kitin

    karena smear layer terdiri dari jaringan anorganik dan organik, yaitu debris dentin,

    sisa jaringan pulpa, sisa sel odontoblast, mikroorganisme dan sel-sel darah.5 Maka,

    kombinasi NaOCl dan EDTA secara penggantian dianjurkan untuk mendapatkan efek

    eliminasi smear layer dan mikroorganisme yang maksimum.22

    Mekanisme EDTA dalam mengeliminasi jaringan anorganik merupakan

    demineralisasi jaringan anorganik sehingga terlarut dalam bahan irigasi.22 EDTA

    bereaksi dengan jaringan anorganik dan menggantikan ion kalsium dengan ion

    natrium sehingga membentuk senyawa yang dapat terlarut dalam bahan irigasi.23

    Maka, waktu aplikasi EDTA harus dikendali dengan baik agar tidak terjadi

    demineralisasi pada dentin radikular yang dapat melemahkan struktur jaringan gigi.

    Waktu aplikasi EDTA yang dianjurkan adalah 1 menit.24

    2.4 Kitosan Kitosan adalah poli-(2-amino-2-deoksi--(1-4)-D-glukopiranosa) dengan

    rumus molekul (C6H11NO4)n yang diperoleh dari deasitilasi kitin. Kitosan juga

    dijumpai secara alamiah di beberapa organisme. Proses deasitilasi kitosan dapat

    dilakukan dengan cara kimiawi maupun enzimatik. Proses kimiawi menggunakan

    basa, misalnya NaOH, dan dapat menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi

    yang tinggi, yaitu mencapai 85-93%. Namun, proses kimiawi menghasilkan kitosan

    dengan bobot molekul yang beragam dan deasitilasinya juga sangat acak, sehingga

    sifat fisik dan kimia kitosan itu tidak seragam. Proses enzimatik dapat menutupi

    kekurangan proses kimiawi. Pada dasarnya deasetilasi secara enzimatik bersifat

    selektif dan tidak merusak struktur rantai kitosan, sehingga menghasilkan kitosan

    dengan karakteristik yang lebih seragam agar dapat memperluas bidang aplikasinya.13

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 7. Struktur Senyawa Kitosan (dari hasil deasetilasi dengan NaOH Pekat)

    Kitosan larut pada kebanyakan larutan asam organik pada pH sekitar 4,0,

    tetapi tidak larut pada pH lebih besar dari 6,5, juga tidak larut dalam pelarut air,

    alkohol dan aseton. Dalam asam mineral pekat seperti HCl dan HNO3, kitosan larut

    pada konsentrasi 0,15-1,1%, tetapi tidak larut pada konsentrasi 10%. Kitosan tidak

    larut dalam H2SO4 pada berbagai konsentrasi, sedangkan didalam H3PO4 tidak larut

    pada konsentrasi 1% sementara pada konsentrasi 0,1% sedikit larut. Perlu untuk kita

    ketahui, bahwa kelarutan kitosan dipengaruhi oleh bobot molekul, derajat deasitilasi,

    dan rotasi spesifiknya yang beragam bergantung pada sumber dan metode isolasi

    serta transformasinya.13

    Berdasarkan viskositasnya, berat molekul kitosan terbagi tiga, yaitu: kitosan

    bermolekul rendah, bermolekul sedang dan bermolekul tinggi. Kitosan bermolekul

    rendah dengan berat molekul dibawah 400.000 Mv dan bermolekul sedang dengan

    berat molekul 400.000-800.000 Mv berasal dari hewan laut dengan cangkang atau

    kulit yang lunak misalnya udang, cumi-cumi dan rajungan. Untuk kitosan bermolekul

    tinggi biasanya berasal dari hewan laut bercangkang keras, misalnya kepiting, kerang

    dan blangkas, dengan berat molekulnya 800.000-1.100.000 Mv.14

    Ciri-ciri kitosan bergantung pada sumber (asal) bahan baku, derajat deasetilasi

    (DD), distribusi gugus asetil, gugus amino, panjang rantai dan distribusi bobot

    molekul. Sifat-sifat kitosan dihubungkan dengan adanya gugus-gugus amino dan

    hidroksil yang terikat. Adanya gugus tersebut menyebabkan kitosan mempunyai

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 8. Cangkang Blangkas (Tachypleus gigas)

    reaktifitas kimia yang tinggi dan penyumbang sifat polielektrolit kation, sehingga

    dapat berperan sebagai amino pengganti (amino exchanger).25

    2.4.1 Kitosan Blangkas

    Kitosan blangkas merupakan kitosan bermolekul tinggi yang diperoleh dari

    cangkang blangkas. Kitosan Blangkas yang diuji oleh Trimurni et al mempunyai

    derajat deasetilasi 84,20% dengan berat molekul 893.000 MV.14

    Dari penelitian tersebut diketahui bahwa kitosan molekul tinggi yang

    diperoleh dari blangkas dapat memacu dentinogenesis jika dipakai sebagai bahan

    pulp caping.14 Tarigan Gita dan Trimurni juga membuktikan bahwa kitosan blangkas

    dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.26 Feby dan Trimurni juga

    membuktikan bahwa kitosan blangkas bermolekul tinggi memiliki efek antibakteri

    terhadap Fusobacterium nucleatum.27 Daya hambat kitosan terhadap bakteri

    disebabkan karena terjadinya proses pengikatan sel bakteri pada dindingnya oleh

    kitosan. Kitosan tersebut memiliki gugus NH2 yang merupakan sisi reaktif yang dapat

    berikatan dengan protein dinding sel bakteri, terjadinya proses pengikatan ini

    disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan antara kitosan dengan permukaan sel

    bakteri.25

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4.2 Aplikasi Klinis Kitosan

    Aplikasi kitosan banyak dimanfaatkan di berbagai bidang, diantaranya bidang

    pangan, mikrobiologi, kesehatan, dan pertanian. Aplikasi kitosan dalam bidang

    pangan salah satunya sebagai makanan berserat sehingga dapat meningkatkan massa

    feses, menurunkan respon glisemik dari makanan, dan menurunkan kadar kolesterol

    (Brine et al). Dalam bidang kesehatan kitosan dapat berperan sebagai antibakteri,

    antikoagulan dalam darah, pengganti tulang rawan, pengganti saluran darah,

    antitumor (penggumpal) sel-sel leukimia (Brine et al).28

    Dalam bidang kesehatan, kitosan relatif banyak digunakan karena dapat

    berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein. Dalam kedokteran gigi,

    Kitosan telah diteliti oleh Sapeli et al dan Muzzarelli et al pada perawatan jaringan

    periodontal baik dengan pemakaian kitosan bubuk maupun kitosan membran. Chung

    et al menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas antibakterial kitosan

    yang menghambat permukaan dinding sel bakteri. Kitosan dan derivatnya (75% DD

    dan 95%) terbukti lebih efektif untuk bakteri gram negatif daripada bakteri gram

    positif. 28

    Silvia et al meneliti tentang kitosan 0,2% dan EDTA 17%. Dari peneitian

    tersebut diketahui bahwa kitosan 0,2% sudah dapat mengangkat smear layer dan

    memiliki kemampuan yang sama dengan EDTA 17 %.16 Serta Flamini et al telah

    meneliti kitosan (arcos organic) terhadap lama waktu pengaplikasiannya saat

    digunakan sebagai bahan irigasi. Dari penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa

    kitosan 0,2% sudah dapat mengangkat smear layer dan kemampuannya hampir sama

    dengan EDTA 15%.29 Pimenta et al juga meneliti tentang pengaruh kitosan 0,2%

    dengan terhadap keuatan dentin. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kitosan

    memiliki sifat chelating jika digunakan sebagai bahan irigasi, tetapi dapat

    menyebabkan erosi dentin walaupun tidak mengenai intertubular dentin.18

    2.5 Teknik Irigasi Penggunaan bahan irigasi yang efektif dan efisien pada perawatan akar tidak

    terlepas dari jenis teknik irigasi dengan agitasi apa yang digunakan oleh dokter gigi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Teknik agitasi dapat menggunakan manual atau mesin. Penggunaan teknik tersebut

    memiliki keunggulan dalam menghantarkan bahan irigasi hingga ke struktur anatomi

    saluran akar yang kompleks dan sulit. Teknik irigasi dengan agitasi manual adalah

    teknik pemberian larutan irigasi ke saluran akar menggunakan tangan tanpa

    menggunakan mesin. Contoh teknik irigasi tersebut adalah irigasi syringe dengan

    jarum/kanula, brushes, dan irigasi manual-dinamik. Sedangkan irigasi dengan agitasi

    mesin adalah teknik irigasi menggunakan rotary brushes, getaran sonik, getaran

    ultrasonik, dan alternasi tekanan.24,41

    2.5.1 Teknik Irigasi Manual

    Teknik irigasi manual secara pasif (jarum/kanula) merupakan teknik irigasi

    konvensional yang menggunakan syringe dan telah banyak dianjurkan sebagai

    metode yang efisien dalam pemberian bahan irigasi sebelum ditemukan aktivasi

    ultrasonic pasif. Teknik ini masih digunakan secara luas baik oleh dokter gigi umum

    dan dokter gigi spesialis endodontik. Teknik tersebut dilakukan dengan pemberian

    bahan irigasi ke saluran akar melalui jarum/kanula dengan diameter yang bervariasi

    baik secara pasif atau dengan agitasi. Teknik terbaru dilakukan dengan menggerakkan

    jarum masuk dan keluar saluran akar. Desain jarum terbaru dikembangkan untuk

    meningkatkan aktivasi hidrodinamik bahan irigasi dan menurunkan ekstrusi

    apeks.30,31

    Jarum yang digunakan dalam teknik ini ada 2 tipe, yaitu jarum ujung terbuka

    (open-ended) dan jarum ujung tertutup (close-ended).32-4 Setiap tipe desain jarum

    memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Jarum ujung terbuka dapat

    menghasilkan tekanan shear dinding yang tinggi sehingga dapat meningkatkan

    kemampuan membersihkan debris dentin pada dinding saluran akar.33 Jarum ujung

    terbuka juga dapat memasukkan bahan irigasi ke jarak yang lebih dalam dan jauh dari

    ujung jarum sehingga penggantian bahan irigasi dalam saluran akar lebih efisien jika

    dibandingkan dengan jarum ujung tertutup.34 Akan tetapi, jarum ujung terbuka dapat

    meningkatkan tekanan pada apikal sehingga menyebabkan ekstrusi bahan irigasi ke

    jaringan periapikal sedangkan jarum ujung tertutup dapat menghindari ekstrusi bahan

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 9. Irigasi manual dengan menggunakan jarum two side vented

    irigasi ke jaringan periapikal karena lubang jarum berada di lateral sehingga tekanan

    tidak menuju ke arah apikal, tetapi ke arah dinding saluran akar.33-5

    Selain itu, penetrasi ujung jarum dalam saluran akar yang lebih dekat ke ujung

    apikal, jumlah bahan irigasi yang lebih banyak, dan ukuran jarum irigasi yang lebih

    kecil juga dapat meningkatkan efisiensi teknik tersebut.33-4 Akan tetapi, dengan

    penetrasi jarum dalam saluran akar yang lebih dalam, kemungkinan terjadinya

    ekstrusi bahan irigasi ikut meningkat. Hal ini disebabkan jumlah vortex yang

    terbentuk dalam saluran akar akan berkurang. Vortex merupakan aliran berpola siklus

    yang dapat meningkatkan tekanan shear dinding dan kadar penggantian bahan irigasi.

    Kecepatan aliran akan berkurang dengan setiap vortex ke arah apikal sehingga dengan

    bertambah banyaknya vortex yang terbentuk, kecepatan aliran pada foramen apikal

    berkurang, kemungkinan ekstrusi bahan irigasi dan debris ikut berkurang.33

    Ukuran jarum irigasi juga berperan dalam mempengaruhi ekstrusi bahan

    irigasi dan debris sewaktu irigasi. Menurut penelitian Boutsioukis et al, dengan

    ukuran jarum yang semakin kecil, kecepatan aliran bahan irigasi akan semakin

    berkurang. Kecepatan aliran yang dihasilkan pada jarum 30G lebih rendah

    dibandingkan dengan jarum 27G dan 25G, yaitu 0,22ml/detik, 0,29ml/detik dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 0,39ml/detik. Maka dari itu, dengan berkurangnya kecepatan aliran bahan irigasi,

    kemungkinan terjadi ekstrusi juga akan berkurang.35

    Teknik lain dari teknik irigasi manual adalah teknik secara manual-dinamik

    dan brushes. Teknik irigasi secara manual dinamik bertujuan agar larutan irigasi

    dapat berkontak dengan daerah apeks saluran akar, karena adanya efek vapor lock.

    Oleh Machtou dan Caron menunjukkan bahwa pergerakan kon utama gutaperca

    secara lembut naik dan turun 2 hingga 3 mm (irigasi manual-dinamik) sepanjang

    saluran akar dapat menghasilkan efek hidrodinamik. Hal ini efektif dan secara

    signifikan meningkatkan perpindahan dan pertukaran cairan irigasi. Walaupun

    penggunaan irigasi manual-dinamik telah disarankan sebagai metode irigasi saluran

    akar yang sederhana dan cost-effective, prosedur penelitian secara in vitro tersebut

    sulit diterapkan pada praktik klinis.30,31

    Teknik irigasi manual dengan brushes tidak secara langsung mengeluarkan

    cairan irigasi ke dalam saluran akar. Penggunaan teknik ini adalah sebagai pelengkap

    untuk debridement dinding saluran akar atau agitasi cairan irigasi. Pengginaan alat ini

    secara tidak langsung mempengaruhi perpindahan cairan irigasi didalam saluran akar.

    Contohnya adalah jarum irigasi ukuran 30G yang dilapisi dengan brushes (NaviTip

    FX).30,31

    2.5.2 Teknik Irigasi Machine-assisted

    Teknik irigasi dengan agitasi machine-assisted adalah teknik pemberian bahan

    irigasi ke saluran akar menggunakan mesin. Contoh teknik irigasi tersebut adalah

    teknik irigasi menggunakan rotary brushes, getaran sonik, getaran ultrasonik, dan

    alternasi tekanan.30,31

    Teknik irigasi dengan rotary brushes terdiri dari lengan dan bagian brush

    yang meruncing. Brush terbaru memiliki bulu yang meluas secara radial dari pusat

    kawat inti. Pada fase debridement, microbrush berotasi sekitar 300rpm, menyebabkan

    perubahan bentuk pada iregularitas saluran akar. Hal tersebut menyebabkan

    perpindahan debris. Salah satu contohnya adalah canalbrush.30,31

    Universitas Sumatera Utara

  • Teknik irigasi sonik berbeda dengan irigasi ultrasonik karena digunakan

    dengan frekuensi yang lebih rendah (1-6 kHz) dan menghasilkan shear stress lebih

    rendah. Energy sonic juga menghasilkan amlitudo yang lebih baik secara signifikan

    atau pergerakan unjung instrument back-and-forth yang lebih baik. Terdapat satu

    nodus pada perlekatan file dan satu antinodus pada ujung tip file. Model getaran

    seperti ini terbukti efisien untuk debridement saluran akar, karena teknik ini tidak

    terpengaruhi oleh beban dan menunjukkan amplitude yang besar. Contoh alat irigasi

    ini adalah system Endoactivator.30,31

    Teknik irigasi ultrasonik jika dibandingkan dengan energi sonik, bahwa energi

    ultrasonik menghasilkan frekuensi tinggi tetapi amplitudo yang rendah. File tersebut

    didesain untuk osilasi dengan frekuensi ultrasonic antara 25-30 kHz, yang berada

    pada rentang diluar persepsi pendengaran manusia. Alat tesebut dioprasikan dengan

    getaran transversal dengan karakteristik pola nodus dan antinodus sepanjang tip.

    Terdapat dua tipe irigasi ultrasonik yaitu kombinasi instrumentasi ultrasonik dan

    irigasi yang simultan (Ultrasonic Instrumentation / UI) dan irigasi ulrtasonik pasif

    tanpa menggunakan instrumentasi simultan (Passive Ultrasonic Instrumentation /

    PUI). Penggunaan teknik irigasi ultrasonik merupakan salah satu teknik irigasi

    menggunakan mesin yang telah lama digunakan untuk meningkatkan bahan irigasi

    didalam anatomi saluran akar.30,31

    Teknik irigasi dengan alternasi tekanan merupakan teknik yang tidak

    melebarkan saluran akar karena tidak menyebabkan instrumentasi mekanis pada

    dinding saluran akar. Pada teknik ini pembersihan saluran akar dan pelarut debri

    organic termasuk matriks predentin kolagen, dapat dicapai dengan penggunaan

    larutan irigasi yang dimasukkan dan dikeluarkan ke dalam saluran akar menggunakan

    alternasi tekanan. Teknik tersebut menghasilkan bubble implosion dan turbulensi

    hidrodinamik yang memfasilitasi penetrasi larutan irigasi kedalam ramifikasi saluran

    akar. Walaupun teknik tersebut cenderung aman pada studi in vivo di binatang, teknik

    tersebut tidak dilanjutkan pada mausia karena teknik tersebut lebih sulit dilakukan di

    lingkungan rongga mulut.30,31

    Universitas Sumatera Utara