Chapter II

21
ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB), KADAR AIR, DAN KADAR KOTORAN PADAMINYAK KELAPA SAWIT (CPO) HASIL OLAHAN PT. MOPOLI RAYA ACEH TAMIANG KARYA ILMIAH LAHUDDIN RANGKUTI 042401061 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 Universitas Sumatera Utara

description

tara

Transcript of Chapter II

  • ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB), KADAR AIR, DAN KADAR KOTORAN

    PADAMINYAK KELAPA SAWIT (CPO) HASIL OLAHAN PT. MOPOLI RAYA

    ACEH TAMIANG

    KARYA ILMIAH

    LAHUDDIN RANGKUTI 042401061

    DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

    ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

    2007

    Universitas Sumatera Utara

  • PERSETUJUAN

    Judul : ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB),

    KADAR AIR, DAN KADAR KOTORAN PADA

    MINYAK KELAPA SAWIT HASIL OLAHAN PT

    MOPOLI RAYA ACEH TAMIANG

    Kategori : KARYA ILMIAH

    Nama : LAHUDDIN RANGKUTI

    Nomor Induk Mahasiswa : 042401061

    Departemen : KIMIA

    Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PEMGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    Disetujui Medan, Mei 2007

    Diketahui / Disetujui oleh Departemen Kimia FMIPA USU Komoisi Pembimbing Ketua, Pembimbing, Dr. Rumondang Bulan Nasution, M.Sc N I P . 131 459 466 N I P. 131 684 894

    Drs. Adil Ginting, M.Sc

    Universitas Sumatera Utara

  • PERNYATAAN

    ANALISA KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB), KADAR AIR, DAN KADAR KOTORAN PADA MINYAK KELAPA SAWIT HASIL OLAHAN PT MOPOLI

    RAYA ACEH TAMIANG

    KARYA ILMIAH Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.

    Medan, Mei 2007

    Lahuddin Rangkuti 042401061

    Universitas Sumatera Utara

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di Pabrik bertujuan untuk

    memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup

    panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan tandan

    buah segar (TBS) ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingnya.

    Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit baik pada industri pangan

    maupun non-pangan, maka mutu hasil olahan harus selalu diawasi, sebab sangat

    menentukan harga dan komoditasnya.

    Industri pangan dan non-pangan selalu menghendaki minyak sawit dalam

    mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit yang dalam keadaan segar, asli, murni, dan

    tidak bercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air, logam-logam (dari alat

    selama dalam proses pengolahan).

    Adapun mutu minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

    Kadar Asam lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan Kadar Kotoran.

    Berdasarkan hal tersebut di atas penulis berkeinginan dan tertarik membuat karya

    ilmiah dengan judul : Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan

    Kadar Kotoran Hasil Olahan PT. Mopoli Raya Aceh Tamiang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2

    1.2 Permasalahan

    Kriteria mutu minyak kelapa sawit ditentukan oleh kadar Asam Lemak Bebas

    (ALB), Kadar Air, dan Kadar Kotoran dengan standard maksimal kadar ALB =

    2,5 3 %, Air = 0,15 % dan Kotoran = 0,020 %. Untuk mendapatkan kadar ALB,

    air dan kotoran yang diharapkan sesuai dengan standard, perlu dilakukan

    pengendalian baik dari bahan baku, maupun proses pengolahan di pabrik.

    Disini penulis mengambil permasalahan apakah kadar asam lemak bebas, air

    dan kotoran pada Crude Palm Oil (CPO) hasil olahan PT. Mopoli Raya sesuai

    dengan standard mutu Crude Palm Oil (CPO) yang ditetapkan oleh perusahaan. Dan

    apabila kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran tidak sesuai dengan

    standard Nasional Indonesia apa yang akan dilakukan oleh pabrik untuk mengatasi

    hal tersebut.

    1.3 Tujuan

    - Untuk mengetahui mutu Crude Palm Oil (CPO) hasil olahan PT. Mopoli

    Raya Aceh Tamiang.

    - Untuk melihat secara langsung penerapan ilmu kimia pada proses pengolahan

    kelapa sawit di PT. Mopoli Raya Aceh Tamiang.

    1.4 Manfaat

    Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi penulis tentang proses

    pengolahan tandan buah segar menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan hal-hal yang

    dapat mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit sehingga dapat diketahui bagaimana

    cara mengatasinya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak Sawit

    Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak. Selain

    kelapa, kacang-kacangan dan jagung. Dimana dalam perkembangannya melalui salah

    satu produknya yaitu minyak sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara

    lain :

    a. Mampu mengganti kelapa sebagai sumber bahan baku mentah bagi industri

    pangan maupun non-pangan dalam negeri.

    b. Ditetapkan sebagai primadona ekspor non-migas Indonesia yang sangat

    dinanti-nantikan sumbangsihnya bagi pemasukan devisa.

    Ada beberapa tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu

    dapat dibedakan atas warna kulit buahnya, berdasarkan ketebalan tempurung,

    penampung irisan buah, kandungan minyak dalam buah kelapa sawit dapat

    dibedakan atas tiga varietas, yaitu :

    1. Dura, dengan tempurung yang tebal yaitu antara 2 8 mm, daging buang

    berlapis tipis dan kandungan minyaknya rendah.

    2. Pisifera, dengan biji yang kecil dan mempunyai tempurung yang sangat tipis

    tetapi daging buahnya tebal sehingga kandungan minyaknya tinggi.

    3. Tennera, varietas mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya

    yaitu Dura dan Pisifera dengan tempurung tipis dengan ketebalan 0,5 4 mm,

    Universitas Sumatera Utara

  • 4

    persentase daging buah terhadap buah tinggi sehingga kandungan minyak

    yang dihasilkan lebih banyak.

    Berdasarkan warna kulitnya ada tiga varietas kelapa sawit yang dikenal yaitu :

    1. Nigrescens, buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah

    menjadi jingga kehitam-hitaman sewaktu telah masak.

    2. Virescens, buah berwarna hijau pada waktu muda dan ketika masak menjadi

    jingga kemerahan tetapi ujungnya tetap kehijauan.

    3. Albescens, pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan sedangkan setelah

    masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.

    Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 4 tahun dan buahnya

    menjadi masak 5 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa

    sawit dapat dilihat perubahan warna kulitnya, dari hijau pada buah muda menjadi

    merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu kandungan minyak pada buah

    telah maksimal jika terlalu matang buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai

    tandannya.

    2.2 Kriteria Matang Panen

    Suatu areal tanaman belum menghasilkan baru dapat dialihkan menjadi tanaman

    menghasilkan bila tanaman 60% atau lebih telah matang panen dan berat jenjangnya

    kira-kira 40 Kg atau lebih.

    Buah yang telah matang akan lepas dari gulirnya yang disebut membrondol.

    Keadaan ini digunakan sebagai tolak ukur kematangan buah, semakin banyak buah

    yang membrondol maka buah dinyatakan semakin matang. Untuk mempermudah

    Universitas Sumatera Utara

  • 5

    pengolahan dan penyeragaman kualitas tandan maka ketepatan kriteria matang panen

    yang didasarkan pada kandungan dalam tandan semaksimal mungkin.

    Tujuan dari budidaya kelapa sawit ialah untuk memproduksi minyak dan inti

    sawit. Oleh sebab itu ukuran yang dipakai bukan berat tandan per Ha, akan tetapi

    jumlah minyak dan inti sawit per Ha. Kandungan minyak sebagai ukuran

    kematangan dianjurkan agar buah yang dipanen adalah buah brondol, akan tetapi hal

    ini tidak memungkinkan karena mengalami kesulitan pengutipan brondolan dan

    kemungkinan besar persentase asam lemak bebas akan semakin tinggi.

    2.2.1 Kandungan Asam Lemak Dalam Minyak sawit

    Asam lemak merupakan karboksilat alifatik. Asam lemak terutama terdapat sebagai

    ester di dalam lemak dan minyak alami, tetapi juga sebenarnya ditemukan dalam

    bentuk tidak teresterifikasi sebagai asam lemak bebas, yaitu bentuk transfor yang ada

    di dalam plasma darah. Asam lemak yang terdapat dalam bentuk alami biasanya

    merupakan derivat rantai lurus dan mengandung atom karbon dalam jumlah yang

    genap karena senyawa tersebut disintesis dari dua karbon. Rantai tersebut bisa

    berupa rantai jenuh (tidak mempunyai ikatan rangkap) atau rantai tidak jenuh

    (mengandung satu atau lebih ikatan rangkap).

    2.3 Mutu Minyak Kelapa Sawit

    Dalam perdagangan minyak kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan

    menjadi dua arti, yang pertama adalah mutu minyak sawit yang benar-benar murni

    dan tidak bercampur dengan pengotor dapat ditentukan dengan menilai sifat fisik dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 6

    kimianya antara lain asam lemak bebas (ALB), kadar air, dan kotoran serta logam-

    logam yang diukur berdasarkan spesifik standar mutu internsional.

    Tabel 1. Standar Mutu CPO dan PKO

    Prameter Standar lama Standar baru

    Special Quality Regular CPO ALB %

  • 7

    a. Asam Lemak Benas (ALB)

    Asama lemak bebas dalam konsentrasi tinggi ikut dalam minyak sawit sangat

    merugikan. Tingginya asam lemak bebas mengakibatkan rendemen minyak turun,

    untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas

    dalam minyak sawit.

    Kenaikan asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat buah dipanen sampai

    diolah di pabrik. Kenaikan asam lemak bebas ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa

    pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak

    bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman,

    dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka akan semakin

    banyak asam lemak bebas yang terbentuk.

    Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk

    menekan terjadinya Asam Lemak Bebas dalam minyak kelapa sawit. Sedangkan

    pemetikan setelah batas panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan

    menyebabkan kelukaan pada buah yang lainnya akan menstimulir penguraian enzim

    pada buah, sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan akhirnya terjangkit pada

    buah sawit yang masih utuh, sehingga kadar asam lemak bebas meningkat. Dari

    uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar asam lemak bebas

    yang relative tinggi dalam minyak kelapa sawit antara lain : pemanenan buah kelapa

    sawit yang tidak tepat waktu, keterlambatan dalam proses pengumpulan dan

    pengangkutan buah, penumpukan buah terlalu lama, dan proses hidrolisa selama

    pemerosesan di dalam pabrik. Sifat-sifat dan komposisi asam lemak bebas dalam

    minyak kelapa sawit :

    Universitas Sumatera Utara

  • 8

    Asam lemak yang ditemukan di dalam, biasanya merupakan asam-asam

    monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom

    genap. Asam-asam lemak yang ditemukan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

    asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam-asam lemak tidak jenuh berada

    dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, dan berbeda dengan asam lemak jenuh

    dalam bentuk molekul keseluruhannya.

    Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh menimbulkan

    kemungkinan terjadinya isomer yang terjadi pada posisi ikatan rangkap. Asam lemak

    dapat digolongkan berdasarkan berat molekul dan drajat ketidak jenuhannya.

    Keduanya akan mempengaruhi sifat-sifat larutannya dalam air, dan kelarutan garam-

    garamnya dalam alkohol dan air.

    Asam lemak dengan atom C lebih dari duabelas tidak larut dalam air dingin

    maupun air panas, asam lemak dari C4, C6, C8, dan C10 dapat menguap dan asam

    lemak C12 dan C14 sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang mempunyai

    berat molekul rendah dan tidak jenuh lebih mudah larut dalam alkohol daripada

    garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh.

    Asam-asam lemak dengan jumlah atom C genap mempunyai nama umum

    sebagai berikut :

    C4 = Asam butirat (asam butanoat)

    C6 = Asam kaproad (asam heksanoat)

    C8 = Asam kapirat (asam oktanoat)

    C10 = Asam kaprat (asam dekanoat)

    C12 = Asam laurat (asam dodekanoat)

    Universitas Sumatera Utara

  • 9

    C14 = Asam miristat ( asam tetradekanoat)

    C16 = Asam plamitat (asam hesadekanoat)

    C18 = Asam stearat

    C24 = Asam lignoserat

    C18:1 = Asam oleat (asam 9-oktadekanoat)

    C18:2 = Asam linoleat (asam 9, 12, 15-oktadekatrionat)

    C20:4 = Asam arakidonat (asam 5, 8, 11, 14-eikosatetraenoat).

    Asam Lemak

    (7)

    Tabel 2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit mentah dan minyak ini kelapa

    sawit.

    Minyak Kelapa Sawit

    (%)

    Minyak Inti Sawit

    (%)

    Asam Kaprilat - 3 4

    Asam Kaproat - 3 7

    Asam Laurat - 46 52

    Asam Mirisat 1,1 2,5 14 27

    Asam Palmitat 40 46 6,5 9

    Asam Stearat 3,6 4,7 1 2,5

    Asam Oleat 39 45 13 19

    Asam Linoleat 7 11 0,5 2

    b. Kadar Air

    Meskipun kadar asam lemak bebas rendah, tetapi ini belum menjamin

    kemantapan mutu minyak kelapa sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga

    dengan cara membuang zat yang mudah menguap, air dalam hal ini merupakan salah

    satu zat yang mudah menguap bila berada pada suhu di atas 1000C. Untuk

    melakukan penguapan ini dapat dilakukan dengan peralatan yang modern.

    Universitas Sumatera Utara

  • 10

    c. Kadar Kotoran

    Walaupun bahan baku minyak kelapa sawit selalu dibersihkan sebelum

    digunakan pada industri yang bersangkutan, namun banyak yang beranggapan dan

    menuntut bahwa kebersihan serta kemurnian minyak kelapa sawit merupakan

    tanggung jawab sepenuhnya oleh pihak produsen.

    Untuk mendapatkan minyak yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara

    membuang kotoran, hal ini dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, sedangkan

    untuk minyak kasar yang jernih diolah lagi pada sludge sentrifugasi. Sehingga

    apabila suatu perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit dapat menekan kadar

    kotoran dengan tingkat yang sekecil-kecilnya, maka minyak tersebut sudah memiliki

    syarat menjadi minyak yang mantap.

    2.3.2 Kegunaan Minyak Kelapa Sawit

    Kegunaan minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut :

    a. Penggunaan secara umum :

    1. Bahan pembuat mentega, minyak goreng, kue, atau biskuit.

    2. Bahan industri kimia, pertekstilan, farmasi, kosmetika, geliserin dan

    sebagainya.

    3. bahan pembuat sabun, detergen, pomade, dan sebagai produk lainnya.

    b. Selain menghasilkan minyak, hasil samping dari proses buah sawit adalah

    sebagai berikut :

    1. Ampas dan tandan buah diabukan dan digunakan sebagai pupuk kalium.

    2. Ampas inti sawit (bungkil) dapat digunakan sebagi makanan ternak.

    3. Cangkang atau tempurung (endocarp) dapat diubah menjadi arang (charcoal)

    atau sebagai pengeras jalan di kebun.

    Universitas Sumatera Utara

  • 11

    BAB 3

    METODOLOGI, DATA, DAN PEMBAHASAN

    3.1 Metodologi

    3.1.1 Bahan yang digunakan

    - Crude Palm Oil (CPO)

    - n-Heksan

    - Metylalkohol

    - Penolptalein

    - KOH 0,1 N

    3.1.2 Alat yang digunakan

    - Buret

    - Erlenmeyer

    - Oven

    - Neraca Analitis

    - Gelas Ukur

    - Beaker glass

    - Desikator

    - Petridis

    - Penjepit tabung

    - Corong penyaring

    - Kertas saring whatman

    Universitas Sumatera Utara

  • 12

    3.1.3 Prosedur Analisa

    3.1.3.1 Penentuan Asam Lemak Bebas (ALB)

    - Ditimbang sample sebanyak 3,0 gram dimasukkan kedalam Erlenmeyer.

    - Ditambahkan 4 ml metylalkohol dan 2,5 ml n-Hexana

    - Ditambahkan 3 tetes indicator Phenolptalein

    - Dititrasi dengan larutan KOH yang telah diketahui normalitasnya sampai

    terjadi perubahan warna.

    - Dicatat volume KOH yang terpakai.

    3.1.3.2 Penentuan Kadar Air

    - Ditimbang cawan kosong

    - Ditambahkan sample sebanyak 10 gram ke dalam wadah.

    - Dimasukkan ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 105 1100

    - Didinginkan di desicator selama 30 menit.

    C

    - Ditimbang (wadah + sampel ) sampai mencapai bobot konstan.

    3.1.3.3 Penentuan Kadar Kotoran

    - Ditimbang beaker glass kosong, dimsukkan sampel 10 gram kedalam

    beaker glass tersebut.

    - Ditambahkan dengan n-Hexan sampai sampel mencair

    - Dibilas kertas saring dengan n-Hexan dan dikeringkan.

    - Dimasukkan dalam oven selama 60 menit pada suhu 100-1050

    - Didinginkan dalam desicator dan ditimbang beratnya

    C.

    - Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 13

    - Disiram sisa minyak dengan n-Hexan hingga tidak ada lagi sisa dalam beaker

    glass.

    - Dibilas kertas saring dengan n-Hexan sampai kertas saring berwarna putih

    bersih dari minyak. Sehingga hanya kotoran yang tinggal pada kertas saring

    tersebut.

    - Dikeringkan kertas saring dalam oven pada suhu 1050

    - Didinginkan dalam desicator 30 menit, lalu ditimbang.

    C selama 1,5 jam

    Universitas Sumatera Utara

  • 14

    3.2 Data Analisa

    Tabel 3.1. Data analisa kadar Asam Lemak Bebas (ALB)

    Tanggal Massa

    Sampel (gr)

    Normalitas

    KOH

    Volume

    Titrasi (ml)

    Kadar ALB (%)

    As. Palmitat As. Laurrat As. Oleat As. Stearat

    30

    Januaru

    2007

    I 3.0150 0.1 N 4.,5 3,82 2,98 4,20 4,23

    II 3.0405 0.1 N 4,7 3,95 3,09 4,35 4,39

    III 3.0154 0.1 N 4,1 3,48 2,71 3,83 3,86

    Rata Rata 4,4 3,75 2,92 4,12 4,16

    %1001000

    . XxSampelBerat

    asamBMxKOHNxTitrasiVolumeALBKadar =

    Keterangan :

    BM asam palmitat = 256

    BM asam laurat = 200

    BM asam oleat = 282

    BM asam stearat = 284

    NB. Analisa ini dilakukan pada minyak hasil olahan pada tangki penyimpanan tanggal

    30 Januari 2007.

    Universitas Sumatera Utara

  • 15

    Tabel 3.2. Data analisa kadar air

    Tanggal Brt cwn kosong

    (gr)

    Brt smpl

    (gr)

    Brt smpl stlh di

    oven (gr) Kadar air

    10 Januari

    2007 37,4236 10,3630 49,7866 0,092

    %100)(

    XdiovensebelumsampelBerat

    diovensetelahsampelBrtCwnBrtsampelBeratAirKadar

    +=

    NB. Analisa ini dilakukan pada minyak hasil olahan pada tangki penyimpanan

    tanggal 10 Januari 2007.

    Tabel 3.3. Data analisa kadar kotoran

    Tanggal Brt

    sampel (gr)

    Brt kertas

    saring awal

    (gr)

    Brt kertas

    saring akhir

    (gr)

    Kadar kotoran

    (%)

    10 Januari 2007 10,2485 0,3187 0,3149 0,037

    %100kerker

    XsampelBerat

    akhirsaringtasBeratawalsaringtasBeratAirKadar

    =

    NB. Analisa ini dilakukan pada minyak hasil olahan pada tangki penyimpanan

    tanggal 10 Januari 2007.

    Universitas Sumatera Utara

  • 16

    3.3 Pembahasan

    Dari analisa yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa kadar asam lemak

    bebas, kadar air, dan kadar kotoran adalah sebagai berikut : Untuk analisa kadar

    asam lemak bebas pada CPO I sebesar 3,82%, CPO II sebesar 3,95%, dan pada CPO

    III sebesar 3,48%. Untuk analisa kadar air sebesar 0,092%. Analisa ini dilakukan

    pada tanggal 10 Januari 2007. dan analisa kadar kotoran diperoleh sebesar 0,033%.

    Dari analisa dan data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa PT. Mopoli

    Raya Aceh Tamiang layak bersaing dipasaran, karena sudah memenuhi standar yang

    ditetapkan perusahaan yang juga telah sesuai dengan standar mutu ekspor Indonesia,

    yaitu untuk asam lemak bebas maksimum sebesar 5%, untuk kadar kotoran sebesar

    0,5%, dan untuk kadar kotoran sebesar 0,05%.

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    BAB 4

    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1. Kesmpulan

    Pabrik kelapa sawit PT. Mopoli Raya Aceh Tamiang telah memenuhi standar mutu

    minyak kelapa sawit, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dan

    standar mutu ekspor Indonesia, yaitu maksimum 5% untuk asam lemak bebas, 0,2%

    untuk kadar air, dan 0,02% untuk kadar kotoran.

    4.2. Saran

    Untuk lebih meningkatkan hasil dan mutu dari minyak kelapa sawit, maka perlu

    diperhatikan dan ditingkatkan pengendalian mutu dan pengawasan terhadap produksi

    dan parameter parameter seperti Asam Lemak Bebas (ALB), kandungan Air, dan

    kadar kotoran sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih memuaskan lagi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Anonymus. 1997. Diktat Pengolahan Kelapa Sawit. Bagian Teknik PT Mopoli Raya, Gedong Biara Aceh Tamiang.

    2. Departemen Perindustirian dan Perdagangan. 1998. Penelitian Proses

    Pengawetan Crode Palm Oil. Penerbit Balai Industri, Medan 3. Lubis A.U. dan P.M. Naibaho. 1995. Prosfek Pengembangan Industri Hilir

    Pengolah Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. 4. Mangoesoekardjo, S. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada

    Universitas Press, Yogyakarta. 5. Satyawibawa dan Yustina, E.W. 1992. Kelapa Sawit. Penerbit Penebar Swadaya,

    Jakarta. 6. Tim Penulis, PS. 1992, Kelapa Sawit, Usaha Budaya, Pemanfaatan Hasil dan

    Aspek Pemasaran, Cetakan I, Penerbit Swadaya, Jakarta.

    Universitas Sumatera Utara

    Cover ( Sampul Depan)Pernyataan & PersetujuanBab. I, II, III, IV