Chapter II

45
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Tekuk II.1.1 Umum dan Latar Belakang Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok- balok loteng, rangka atap, lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang untuk seterusnya akan melimpahkan semua beban tersebut ke pondasi. Dengan berbagai macam sebutan, seperti kolom, tiang, tonggak, dan batang desak, batang ini pada hakekatnya jarang sekali mengalami tekanan aksial saja.Apabila sebuah batang lurus dibebani gaya tekan aksial dengan pemberian beban semakin lama semakin tinggi, maka pada batang tersebut akan mengalami perubahan. Perubahan dari keadaan sumbu batang lurus menjadi sumbu batang melengkung dinamakan Tekuk. Pada hakekatnya batang yang hanya memikul tekan aksial saja jarang dijumpai dalam struktur namun bila pembebanan diatur sedemikian rupa hingga pengekangan ( restrain ) rotasi ujung dapat diabaikan atau beban dari batang- batang yang bertemu diujung kolom bersifat simetris dan pengaruh lentur sangat kecil dibandingkan dengan tekanan langsung maka batang tekan dapat direncanakan dengan aman sebagai kolom yang dibebani secara konsentris. Dari mekanika bahan diketahui bahwa hanya kolom yang sangat pendek dapat dibebani hingga mencapi tegangan lelehnya, sedangkan keadaan yang umum yaitu lenturan mendadak akibat ketidakstabilan terjadi sebelum kekuata Universitas Sumatera Utara

description

task

Transcript of Chapter II

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Teori Tekuk

    II.1.1 Umum dan Latar Belakang

    Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-

    balok loteng, rangka atap, lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya

    yang untuk seterusnya akan melimpahkan semua beban tersebut ke pondasi.

    Dengan berbagai macam sebutan, seperti kolom, tiang, tonggak, dan

    batang desak, batang ini pada hakekatnya jarang sekali mengalami tekanan aksial

    saja.Apabila sebuah batang lurus dibebani gaya tekan aksial dengan pemberian

    beban semakin lama semakin tinggi, maka pada batang tersebut akan mengalami

    perubahan. Perubahan dari keadaan sumbu batang lurus menjadi sumbu batang

    melengkung dinamakan Tekuk.

    Pada hakekatnya batang yang hanya memikul tekan aksial saja jarang

    dijumpai dalam struktur namun bila pembebanan diatur sedemikian rupa hingga

    pengekangan ( restrain ) rotasi ujung dapat diabaikan atau beban dari batang-

    batang yang bertemu diujung kolom bersifat simetris dan pengaruh lentur sangat

    kecil dibandingkan dengan tekanan langsung maka batang tekan dapat

    direncanakan dengan aman sebagai kolom yang dibebani secara konsentris.

    Dari mekanika bahan diketahui bahwa hanya kolom yang sangat pendek

    dapat dibebani hingga mencapi tegangan lelehnya, sedangkan keadaan yang

    umum yaitu lenturan mendadak akibat ketidakstabilan terjadi sebelum kekuata

    Universitas Sumatera Utara

  • bahan batang sepenuhnya tercapai. Keadaan demikian yang kita sebut dengan

    tekuk ( buckling ). Jadi pengetahuan tentang kestabilan batang tekan perlu bagi

    pembaca yang merencanakan struktur baja.

    Gambar II.1.1 Batang yang tertekuk akibat gaya aksial

    ( sumber : Salmon, 1992 )

    Latar belakang tekuk kolom pertama kali dikemukakan oleh Leondharrt

    Euler pada tahun 1759. Batang dengan beban konsentris yang semula lurus dan

    semua seratnya tetap elastis hingga tekuk terjadi akan mengalami lengkungan

    yang kecil pada gambar II.1.1. Walaupun Euler hanya menyelidiki batang yang

    dijepit disalah satu ujung dan bertumpu sederhana ( simply supported ) di ujung

    yang lainnya, logika yang sama dapat diterapkan pada kolom yang berperletakan

    sendi, yang tidak memiliki pengekangan rotasi dan merupakan batang dengan

    kekuatan tekuk terkecil. Kita akan mendapatkan rumus-rumus gaya kritis yang

    dapat diterima oleh suatu batang sebelum tekuk terjadi.

    Pendekatan Euler pada umumnya tidak digunakan untuk perencanaan

    karena tidak sesuai dengan percobaan, dalam praktek kolom dengan panjang

    umum tidak sekuat seperti yang dinyatakan oleh rumus-rumus Euler.

    Considere dan Esengger pada tahun 1889 secara terpisah menemukan

    bahwa sebagian dari kolom dengan panjang yang umum menjadi inelastic

    sebelum tekuk terjadi dan harga E yang dipakai harus memperhitungkan adanya

    jumlah serat yang tertekan dengan regangan diatas batas proporsional. Jadi

    Universitas Sumatera Utara

  • mereka menyadari bahwa sesungguhnya kolom dengan panjang yang umum akan

    hancur akibat tekuk inelastic dan bukan akibat tekuk elastic.

    Akan tetapi pengertian yang menyeluruh tentang kolom dengan beban

    konsentris baru dicapai pada tahun 1946 ketika Shanley menjabarkan teori yang

    sekarang ternyata benar. Ia mengemukakan bahwa hakekatnya kolom masih

    mampu memikul beban aksial yang lebih besar walaupun telah melentur, tetapi

    kolom mulai melentur pada saat mencapai beban yang disebut beban tekuk, yang

    menyertakan pengaruh inelastisitas pada sejumlah atau semua serat penampang

    lintang.

    Untuk menentukan kekuatan kolom dasar, kondisi kolom perlu didealisir

    dengan beberapa anggapan. Mengenai bahan, kita dapat menganggap :

    1. sifat tegangan-regangan tekan sama diseluruh titik pada penampang

    2. tidak ada tegangan internal seperti akibat pendinginan setelah

    penggilingan (rolling)

    3. kolom lurus sempurna dan prismatis

    4. resultante beban bekerja melalui sumbu pusat batang sampai batang mulai

    melentur

    5. kondisi ujung harus statis tertentu sehingga panjang antara sendi-sendi

    ekivalen dapat ditentukan.

    6. teori lendutan yang kecil seperti pada lenturan yang umum berlaku dan

    gaya geser dapat diabaikan.

    7. puntiran atau distorsi pada penampang lintang tidak terjadi selama

    melentur

    Universitas Sumatera Utara

  • Setelah anggapan-anggapan diatas dibuat, sekarang disetujui bahwa kekuatan

    suatu kolom dapat dinyatakan sebagai:

    Dimana : tegangan rata-rata pada penampang

    E t = modulus tangent pada P/A

    KL/r = angka kelangsingan effektif (ujung sendi ekivalen)

    Tekuk murni akibat beban aksial sesungguhnya hanya terjadi apabila

    anggapan dari(1) sampai (7) diatas berlaku.Kolom biasanya merupakan satu

    kesatuan dengan struktur,dan pada hakekatnya tidak dapat berlaku secara

    independent. Kolom dapat dibedakan menjadi dua kelompok :

    a. Kolom panjang, biasanya akan rusak akibat tekukan yang terjadi atau

    kelebihan lentur melintang.

    b. Kolom sedang, biasanya akan rusak akibat gabungan terjadinya

    kehancuran material dan tekukan.

    Tekuk dapat dibedakan atas tekuk elastis dan tekuk inelastis ( inelastic

    Buckling ). Kolom dengan panjang yang umum akan hancur akibat tekuk

    inelastic dan bukan akibat tekuk elastis. Pada kolom yang mengalami tekuk

    inelastis, modulus elastisnya pada saat terjadi tekuk lebih kecil dari harga

    awalnya. Dalam praktek, tekuk diartikan sebagai perbatasan antara lendutan stabil

    dan tak stabil pada batang tekan jadi bukan kondisi sesaat yang terjadi pada

    batang langsing elastic yang diisolir. Sering dikatakan bahwa beban tekuk praktis

    ini disebut beban batas (ultimate ).

    Universitas Sumatera Utara

  • II.1.2 Stabilitas dari Struktur Kolom

    Analisa stabilitas suatu struktur batang berkaitan erat dengan masalah

    kesetimbangan. Oleh karena itu pemahaman terhadap masalah kesetimbangan

    merupakan suatu hal yang penting.

    Konsep dari stabilitas sering diterangkan dengan menganggap

    kesetimbangan dari bola pejal dalam beberapa posisi seperti gambar 2.1.3.

    Gambar II.1.2a Stabilitas

    Sumber : Alexander Chajes, Principles of Stability Theory

    Walaupun bola dalam keadaan setimbang pada posisinya masing-masing,

    dalam pengamatan memperlihatkan adanya perbedaan dari ketiga keadaan

    tersebut.

    - Posisi a

    Bola berada pada permukaan yang cekung maka bila diberikan gangguan kecil dx,

    bola akan kembali keposisi semula setelah berisolasi beberapa kali.

    Keadaan kesetimbangan ini disebut dengan kesetimbangan stabil.

    - Posisi b

    Apabila bola berada pada permukaan yang datar, bila diberikan gangguan kecil dx

    maka gangguan kecil ini tidak akan merubah gaya-gaya kesetimbangan maupun

    energy potensial bola. Keadaan kesetimbangan ini disebut dengan kesetimbangan

    netral.

    Universitas Sumatera Utara

  • - Posisi c

    Bila bola berada pada permukaan yang cembung, diberikan gangguan kecil dx

    maka akan terjadi pergeseran mendadak ( progressive movement ). Kese

    timbangan ini disebut dengan kesetimbangan tidak stabil.

    Gambar II.1.2b Tekuk

    - Batang a, diberi muatan kecil, dari samping dimuati Q yang menekan

    batang maka akan terjaid lenturan . Bila gaya Q dihilangkan,

    lenturan hilang dan batang lurus kembali. Peristiwa ini disebut dengan

    bola dalam tempat yang cekung.

    - Batang b, ditekan dengan , dimana > . Dari samping ditekan Q

    maka terjadi lenturan , Q dihilangkan tetapi masih tetap ada. Keadaan

    ini disebut indifferent. Gaya disebut gaya , sedangkan tegangan

    (ss ) yang timbul dalam luas tampang disebut tegangan kritis (

    ).

    Universitas Sumatera Utara

  • - Batang c, ditekan dengan , dimana > tetapi masih dalam batas

    batang belum patah. Dari samping ditekan Q bahkan lebih kecil dari pada

    Q pada keadaan a. lengkung yang timbul akan menjalar terus sampai

    batang itu patah. Peristiwa ini disebut Labil

    II.1.3 Jenis-jenis Kegagalan Batang Tekan

    Dari mekanika bahan telah diketahui bahwa batang tekan yang pendek

    dapat dibebani sampai batang meleleh sedang batang tekan yang panjang akan

    runtuh akibat tekuk. Pada keadaan yang umum keruntuhan akibat tekan terjadi

    antara keruntuhan akibat kelelehan bahan dan akibat tekuk elastis, setelah bagian

    penampang lintang meleleh, keadaan ini disebut tekuk inelastis ( inelastic

    buckling ).

    Ada tiga macam keruntuhan batang yaitu :

    1. Keruntuhan akibat tegangan yang terjadi pada penampang yang telah

    melampaui kekuatan materialnya.

    2. Keruntuhan akibat batang tertekuk elastis ( elastic buckling ), ini terjadi

    pada bagian konstruksi yang langsing. Disini Hukum Hooke masih berlaku

    bagi serat penampang dan tegangan yang terjadi tidak melebihi batas

    proporsional.

    3. Keruntuhan akibat melelehnya sebagian serat yang disebut tekuk tak

    elastis. Keruntuhan semacam ini berada diantara kasus ( 1 ) dan ( 2 )

    Universitas Sumatera Utara

  • dimana pada saat menekuk sejumlah serat menjadi inelastis maka modulus

    elastis ketika tertekuk lebih kecil dari harga awalnya.

    II.2 Analisa Kolom

    Gambar II.2a Batang lurus yang dibebani gaya aksial

    Sebuah batang lurus dengan panjang L yang dibebani oleh gay aksial P

    seperti yang diperhatikan pada gambar II.2a uraian gaya-gaya yang bekerja pada

    potongan sejauh x dari tumpuan, diperlihatkan pada gambar II.2b dimana N dan Q

    adalah komponen gaya longitudinal dan transversal pada potongan itu, dan M

    adalah momen lentur.

    Gambar II.2b Potongan batang sejauh x dari tumpuan

    Pengaruh dari adanya rotasi struktur, persamaan kesetimbangan dari

    elemen kolom ramping yang terdeformasi diperlihatkan pada gambar II.2a.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar II.2c Kolom Terdeformasi

    Untuk deformasi yang kecil, maka dapat diasumsikan bahwa sudut putar

    adalahkecil. Dengan demikian sin dan cos secara berurutan dapat dianggap

    dan l.

    Persamaan kesetimbangan gaya dapat diperoleh dengan menguraikan

    masing-masing gaya yang bekerja sesuai dengan subu x dan y. Dari uraian gaya

    pafa sumbu x diperoleh :

    -N + ( N + dN ) Q + ( Q + dQ ) ( + d ) = 0

    + Q + = 0

    Dimana :

    = dN/dx

    = dQ/dx

    = d /dx

    dari uraian gaya pada sumbu y diperoleh :

    -Q + ( Q+dQ ) N ( N + dN )( + d ) = 0

    -N + + = 0

    Uraian Momen :

    M ( M + dM ) + Qdx = 0

    Q =

    Dimana :

    Universitas Sumatera Utara

  • M = dM/dx

    Untuk batang yang ramping dapat dianggap bahwa tegangan dan gaya

    geser melintang sangat kecil. Kita biasanya mengambil asumsi bahwa bentuk

    kuadratik yang menggambarkan interaksi nonlinear antara gaya geser yang kecil

    dan putaran dapat diabaikan. Dari asumsi yang diambil maka tiga persamaan

    kesetimbangan disederhanakan menjadi bentuk berikut :

    = 0 ( II.2a )

    - = 0 ( II.2b )

    Q = 0 ( II.2c )

    Bentuk dari tidak terdapat ada persamaan II.2b karena telah hilang

    akibat persamaan II.2a dengan mengeliminasi Q dari persamaan II.2c sehingga

    menghasilkan.

    = 0

    = - ( II.2d )

    Dimana I adalah momen Inersia dari penampang dan E adalah modulus

    elastis bahan. Persamaan II.2d kita subtitusikan kedalam persamaan II.2c

    diperoleh :

    = 0

    N = 0

    Untuk harga EI yang konstan, persamaan menjadi :

    = 0

    N = 0

    Persamaan II.2b merupakan bentuk kuadrik dalam variabel-variabel N dan

    Y. Oleh karena itu merupakan persamaan differensial non linier. Dari persamaan

    Universitas Sumatera Utara

  • II.2a terlibat bahwa N konstan sepanjang X dan dari kondisi batas x=0 dan x=1,

    kita lihat bahwa N = -P. Dengan demikian persamaann II.2b dapat disederhanakan

    menjadi bentuk lazim dikenal :

    P = 0 ( II.2e )

    Atau

    EI + P = 0 ( II.2f )

    Persamaan diatas adalah differensial dari kolom ramping yang mengalami

    tekukan. Dari persamaan dapat ditentukan besarnya pada saat struktur akan

    runtuh. Misalnya = dan subtitusikan kedalam persamaan sehingga

    diperoleh :

    + K = 0 ( II.2g )

    Persamaan umum dari persamaan differensial adalah :

    Y = A sin kx + B cos kx + Cx + D ( II.2h )

    Dimana : A, B, C, D adalah tetapan tertentu yang dapat ditentukan dengan

    menggunakan syarat-syarat batas yaitu kondisi batas ujung-ujung batang (

    boundary condition ).

    II.2.1 Kolom Euler

    Rumus kolom Euler diturunkan dengan membuat berbagai anggaan sebagai

    berikut :

    - Bahan elastic sehingga memenuhi Hukum Hooke

    - Material homogen sempurna dan isotropis

    - Batang pada mualnya lurus sempurna, prismatic dan beban terpusat

    dikerjakan sepanjang sumbu titik berat penampang

    Universitas Sumatera Utara

  • - Penampang batang tidak terpuntir, elemennya tidak dipengaruhi tekuk

    setempat dan distorsi lainnya selama melentur

    - Batang bebas dari tegangan residu

    - Ujung-ujung batang ditumpu sederhana. Ujung bawah ditumpu pada sendi

    yang tidak dapat berpindah, ujung atas ditumpu pada tumpuan yang dapat

    berotasu dengan bebas dan bergerak vertical tetapi tidak dapat bergerak

    horizontal.

    - Deformasi dari batang cukup kecil sehingga bentuk ( y ) dari persamaan

    kurva dapat diabaikan. Dari sini kurva dapat didekati

    dengan y.

    Gambar II.2.1a Kolom Euler

    Bahwa batang yang ditekan akan mengalami bentuk yang sedikit

    melengkung seperti pada gambar II.2.1a. Jika sumbu koordinat diambil seperti

    dalam gambar, momen dalam yang terjadi pada penampang sejauh x dari sumbu

    asal adalah :

    Mx = -EIy ( II.2.1.a)

    Dengan menyamakan momen lentur luar P.y, maka diperoleh persamaan :

    EIy + P.y = 0 (II.2.1.b)

    Universitas Sumatera Utara

  • Persamaan ( II.2.1.a) adalah persamaan differential linear dengan koefisien

    konstan dan dapat dirubah menjadi :

    y + k.y = 0 (II.2.1.b)

    dimana, k = (II.2.1.c)

    Penyelesaian umum persamaan (II.2.1.b)

    y = A sin kx + B cos kx (II.2.1.d)

    Untuk menentukan besaran konstanta A dan B, maka menggunakan syarat

    batas :

    y = 0 dan x = 0

    y = 0 dan x = 1

    Dengan memasukkan syarat batas pertama kedalam persamaan (II.2.1.d)

    maka diperoleh :

    B = 0

    Sehingga diperoleh :

    y = A sin kx (II.2.1.e)

    Dari syarat batas kedua diperoleh :

    A sin kl = 0 (II.2.1.f)

    Persamaan (II.2.1.f) dapat dipenuhi oleh tiga keadaan yaitu :

    a. Konstanta A = 0, yaitu tidak ada lendutan (II.2.1.g1)

    b. kl = 0, yaitu tidak ada beban luar (II.2.1.g2)

    c. kl = n, yakni syarat terjadi tekuk (II.2.1.g3)

    Universitas Sumatera Utara

  • Subtitusi persamaan (II.2.1.g3) kedalam persamaan (II.2.1.c) dan

    persamaan (II.2.1.e) diperoleh :

    (II.2.1.h)

    (II.2.1.i)

    Pada beban yang diberikan oleh persamaan (II.2.1.h) kolom berada dalam

    keadaan kesetimbangan dalam bentuk yang agak bengkok, dimana bentuk

    deformasinya diberikan oleh persamaan (II.2.1.i).

    Ragam (mode) tekuk dasar yaitu lendutan dengan lengkungan tunggal

    akan diperoleh jika nilai n diambil sama dengan 1, dengan demikian beban kritis

    Euler untuk kolom adalah :

    = (II.2.1.j)

    Dan persamaan lendutan menjadi :

    Y = A sin (II.2.1.k)

    Kelakuan kolom Euler dapat digambarkan secara grafik seperti pada

    gambar:

    =

    Gambar II.2.1b Grafik kolom Euler

    Dari grafik dapat dilihat bahwa sampai beban Euler dicapai, kolom harus

    tetap lurus. Pada beban Euler ada percabangan kesetimbangan yaitu kolom dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • a dcb

    d

    Gambar II.2.2.1

    tetap lurus atau dapat dianggap berubah bentuk dengan amplitude tidak tentu.

    Kelakuan ini menunjukkan bahwa keadaan kesetimbangan pada saat beban Euler

    merupakan transisi dari kesetimbangan stabil dan tidak stabil.

    II.2.2 Rumus Kolom Euler

    II.2.2.1 Kolom dengan Satu Ujung Terjepit dan yang lainnya Bebas

    Tinjau suatu sumbu-sumbu koordinat seperti ditunjukkan pada gambar,

    dimana kolom dalam kedudukan yang agak melengkung, menghasilkan momen

    lentur pada suatu penampang melintang sebesar :

    M = - P ( y ) ( II.2.2.1a)

    Dan persamaan differensial M=-EI menjadi :

    EI = P ( y ) ( II.2.2.1b)

    Karena ujung atas kolom adalah bebas, maka jelaslah bahwa tekuk pada

    kolom akan terjadi pada bidang dengan kekakuan lengkungan terkecil, yang

    dianggap merupakan bidang simetris.

    Nilai EI yang terkecil ini digunakan dalam persamaan ( II.2.2.1b ) diatas

    dan dengan memakai notasi sebelumnya yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • k =

    Kita dapat menuliskan persamaan dalam bentuk :

    + ky = k

    Penyelesaian umum dari persamaan ini adalah :

    Y = A cos kx + B sin kx +

    Dimana A dan B adalah konstanta integrasi, yang ditentukan dari syarat-

    syarat ujung jepit kolom yaitu :

    Y = = 0 pada x = 0

    Syarat-syarat ini dipenuhi jika :

    A = - B = 0

    Dan persamaan b menjadi :

    Y = ( 1 cos kx ) ( II.2.2.1c)

    Sedang syaraat pada ujung bebas kolom menghendaki bahwa

    Y = pada x = 1

    Yang memenuhi jika

    cos kl = 0

    Persamaan c menghendaki bahwa salah satu dan cos kl harus nol. Bila

    = 0, maka lengkungan tidak ada. Bila cos kl = 0, kita akan memperoleh hubungan

    Kl = ( 2n 1 ) /2 ( II.2.2.1d)

    Dimana n = 1, 2, 3, persamaan ini untuk menentukan nilai-nilai k

    sehubungan dengan bentuk tekukan yang terjadi.

    Nilai kl terkecil yang memenuhi persamaan ( II.2.2.1d) diperoleh dengan

    mengambil n = 1, memberikan nilai beban kritis terkecil yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • Kl = l =

    Atau = ( II.2.2.1e)

    Besaran kx dalam persamaan ( II.2.2.1c) untuk kasus ini berubah-ubah

    dari 0 s/d /2, dan bentuk lengkungan seperti ditunjukkan pada gambar diatas.

    Dengan mensubtitusikan n = 2, 3, . . . . kedalam persamaan ( II.2.2.1d),

    kita peroleh hubungannya dengan nilai-nilai beban kritis sebagai berikut :

    = =

    Besaran kx menurut persamaan (II.2.2.1c) dalam hal ini berubah dari 0 s/d

    3 /2, dari 0 s/d 5 /2, . . . , dan hubungannya dengan kurva lengkungan pada

    gambar (II.2.2.1c) dan gambar (II.2.2.1d). Untuk bentuk kurva lengkungan pada

    gambar (II.2.2.1c) diperlukan suatu gaya sebesar sembilan kali beban kritis

    terkecil, dan keadaan pada gambar (II.2.2.1d), diperlukan gaya sebesar dua puluh

    lima kali beban kritis terkecil.

    Bentuk-bentuk tekukan seperti itu hanya dapat terjadi pada batang yang

    sangat ramping, dan dengan memasang penyokong pada titik peralihan untuk

    mencegah lengkungan lateral. Sebaliknya bentuk tekukan ini adalah tidak stabil,

    dan mempunyai arti praktis yang kecil, sebab struktur telah mengalami suatu

    lengkungan yang besar pada saat beban mendekati nilai-nilai yang diberikan oleh

    persamaan (II.2.2.1e).

    Universitas Sumatera Utara

  • dGambar II.2.2.2

    II.2.2.2 Kolom dengan Kedua Ujungnya berupa Sendi

    Pada suatu kasus kolom dengan kedua ujungnya berupa sendi (gambar

    II.2.2.2), tampak dari kesimetrisannya bahwa tiap setengah panjang batang adalah

    mirip dengan batang pada gambar II.2.2.2. Karena itu beban kritis pada kasus ini

    diperoleh dengan mensubtitusikan l/2 untuk besaran l dalam persamaan, yang

    memberikan

    = = = ( II.2.2.2a)

    Kasus suatu batang dengan kedua ujung berupa sendi, mungkin dianggap

    lebih sering dalam prakteknya dari yang lain. Kasus ini disebut kasus dasar (

    fundamental case ) dari tekuk batang yang prismatic.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar II.2.2.3

    II.2.2.3 Kolom dengan Kedua Ujungnya Terjepit

    Bila kedua ujung kolom berupa jepitan ( gambar II.2.2.3), maka ada

    momen-momen reaksi yang mencegah ujung-ujung kolom dari perputaran selama

    tekukan terjadi. Momen-momen ujung dan gaya-gaya tekan aksial adalah ekivalen

    dengan gaya-gaya P yang bekerja eksentris seperti ditunjukkan pada gambar.

    Titik-titik peralihan ditempatkan dimana garis kerja gaya P memotong kurva

    lengkungan, sebab pada titik-titik ini momen lentur adalah nol.

    Titik-titik peralihan dan titik tengah bentang membagi batang atas empat

    bagian yang sama, yang masing-masing mirip dengan batang pada gambar . oleh

    karena itu beban kritis dalam kasus ini diperoleh dengan mensubtitusikan l/4

    untuk besaran l, yaitu:

    ( II.2.2.3a)

    ( II.2.2.3b)

    Universitas Sumatera Utara

  • ( a ) ( b )

    Gambar II.2.2.4

    dimana,

    Penyelesaian dari persamaan ini adalah :

    ( II.2.2.3c)

    Dari syarat batas :

    y = 0 pada x = 0

    y = 0 pada x = 0 didapat ;

    , dan

    Sehingga :

    ( II.2.2.3d)

    ( II.2.2.3e)

    Maka didapat :

    = ( II.2.2.3f)

    II.2.2.4 Kolom dengan Kedua Uujung Terjepit tetapi salah satu dapat

    bergeser arah Lateral

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar II.2.2.5

    Pada gambar II.2.2.4a tampak bahwa kolom bebas gerak arah lateral pada

    ujung atas tetapi dikendalikan sedemikian rupa, sehingga garis singgung pada

    kurva elastic tetap tegak. Dengan adanya titik peralihan pada pertengahan bentang

    (gambar II.2.2.4b), beban kritis didapatkan dengan mensubtitusikan l/2 untuk l

    dalam persamaan ( II.2.2.1e), dan dengan demikian dalam kasus ini juga berlaku

    rumus (II.2.2.2a).

    II.2.2.5 Kolom dengan ujung-ujung Terjepit dan Sendi

    Kita tinjau suatu penampang mn sejauh x dari sendi, dan dengan

    lengkungan sebesar y ( gambar ), memberikan momen lentur sebesar :

    Mx = P.y + H0.x ( II.2.2.5a)

    Dengan demikian persamaan menjadi :

    EI = -P.y H0.x ( II.2.2.5b)

    Dan dengan bantuan notasi k = P/EI, persamaan b dapat dituliskan dalam

    bentuk :

    + ky = - x ( II.2.2.5c)

    Universitas Sumatera Utara

  • Penyelesaian umum dari persamaan ini adalah :

    Y = A cos kx + B sin kx - x ( II.2.2.5d)

    Dimana A dan B adalah konstanta integrasi, yang ditentukan dari syarat-

    syarat ujung kolom yaitu :

    Y = 0 pada x = 0 dan x = l

    dy/dx = 0 pada x = l

    Dari syarat ujung y = 0 pada x = 0 diperoleh A = 0. Untuk y = 0 pada x = l

    memerlukan :

    B = ( II.2.2.5e)

    Sedang untuk dy/dx = 0 pada x = l memberikan :

    Tg kl =kl ( II.2.2.5f)

    Untuk memecahkan persamaan dipakai metoda grafis. Kurva-kurva pada

    \gambar menyatakan tg kl sebagai fungsi kl. Kurva-kurva ini menyinggung garis

    tegak kl = /2, 3 /2,. . . . pada titik jauh tak terhingga ( secara asimtotis ).

    /2 3 /2 2 5 /2

    Gambar II.2.2.6

    Universitas Sumatera Utara

  • Akar-akar persamaan ditunjukkan oleh titik perpotongan kurva dengan

    garis lurus y = kl. Akar terkecil adalah absis dari koordinat titik A yaitu sebesar :

    Kl = 4,493 radian

    Yang memberikan nilai beban kritis sebesar = = ( II.2.2.5g)

    Dalam setiap kasus yang telah diterangkan diatas, dianggap bahwa kolom

    bebas tertekuk dalam suatu arah, maka jelaslah bahwa besaran EI menyatakan

    kekakuan lengkung terkecil. Jika kolom dikekang sedemikian rupa, sehingga

    tekukan hanya mungkin dalam satu bidang utama saja, maka EI menyatakan

    kekakuan lengkung dalam bidang itu.

    Dalam pembicaraan sebelumnya juga dianggap bahwa batang sangat

    langsing, sehingga tegangan tekan terbesar yang terjadi selama tekukan masih

    dibawah batas proporsional bahan. Hanya dibawah persyaratan-persyaratan inilah

    rumus-rumus beban kritis diatas dapat berlaku. Untuk menentukan batas

    pemakaian rumus-rumus (Gambar III.5) ini, mari kita tinjau kasus dasar seperti

    yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan membagi beban kritis dari pers.

    Dengan luas penampang melintang A, dan mengambil

    r = ( II.2.2.5h)

    Dimana r menyatakan jari-jari putaran, besar tegangan tekan kritis adalah

    = ( II.2.2.5i)

    Tegangan ini hanya tergantung pada besaran E dan rasio kelangsingan l/r.

    Sebagai contoh, pada suatu struktur baja, batas proporsional 2100kg/cm dan E =

    2,1 x kg/cmkg/cm, maka didapat nilai l/r terkecil dari pers. ( II.2.2.5i) sebesar

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar II.2.2.7

    100. Karenanya, beban kritis pada kolom dari bahan ini, yang bersendi pada

    kedua ujungnya, dapat dihitung dengan pers. ,bila diinginkan rasio l/r lebih besar

    dari 100. Jika l/r lebih kecil dari 100, tegangan tekan sudah mencapai batas

    proporsional sebelum terjadi tekukan, sehungga pers ( II.2.2.5) tidak berlaku.

    Pers. ( II.2.2.5a) dapat dinyatakan secara grafis oleh kurva ACB pada

    gambar (II.2.7), dimana tegangan kritis digambarkan sebagai fungsi l/r. kurva

    mendekati sumbu mendatar secara asimtot, dan tegangan kritis mendekati nol

    dengan bertambahnya rasio kelangsingan. Kurva juga mendekati sumbu tegak

    secara asimtor tetapi yang berlaku hanya sepanjang tegangan yang masih

    dibawah batas proportiona bahan. Kurva pada gbr digambarkan untuk struktur

    baja seperti yang disebut diatas, dan titik C berhubungan dengan batas proportiona

    sebesar 2100kg/cm. jadi hanya bagian BC dari kurva yang memenuhi.

    Sekarang bandingkan kasus-kasus lain yang dinyatakan pada gambar

    II.2.2.1a, II.2.2.3, II.2.2.5 , analog didapat rumus tegangan-tegangan kritis sebagai

    berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • Tampak bahwa ketiga persamaan analog dengan pers.( II.2.2.5i), dimana

    panjang l sebenarnya digantikan dengan panjang reduksi L. Dengan demikian

    dapat dituliskan secara umum rumus tegangan sebagai berikut :

    ( II.2.2.5i)

    Dimana besaran L = 2l, l/2, atau 0,6991.

    II.3 Panjang Efektif

    Sejauh ini pembahasan mengenai kekuatan kolom mengasumsikan sendi

    dimana tidak ada kekangan rotasional momen. Kekangan momen nol pada ujung

    merupakan situasi paling lemah untuk batang tekan yang salah-satu ujungnya

    tidak dapat bergerak transversal relative terhadap ujung yang lainya. Untuk kolom

    berujung sendi semacam ini, panjang ekivalen ujung sedu kL merupakan panjang

    L sebenarnya, dengan demikian k = 1,0 seperti pada Gambar II.3. Panjang L

    ekivalen berujung sendi disebut panjang efektif.

    Untuk kebanyakan situasi nyata,kekangan momen pada ujung-ujung yang

    ditahan seperti pada Gamabr II.3.Dimana panjang efektif tereduksi. Dalam banyak

    situasi, sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin, untuk menilai secara tepat derajat

    kekangan momen yang disumbangkan oleh batang-batang berdekatan yang

    mengikat ke kolom, oleh pondasi setempat dan lapisan tanah daibawahnya dan

    interaksi penuh semua batang dalam struktur rangka baja.

    Baik apakah derajat ujung ditentukan dengan tepat atau tidak,desainer

    harus memahami konsep tentang braced frame (goyangan dicegah dengan sabuk

    penyokong ) dan unbraced frame ( tanpa sabuk penyokong,goyangan tidak

    dicegah).

    Universitas Sumatera Utara

  • Panjang efektif batang kolom pada suatu portal, bergantung pada jenis

    portal yang ditinjau, yaitu portal bergoyang dan portal tidak bergoyang. Portal tak

    bergoyang (yang disokong) adalah portal yang kestabilan lateralnya diberikan

    oleh penyambung yang memadai ke penopang diagonal ke dinding geser, ke

    struktur di dekatnya yang memiliki stabilitas lateral yang memadai, atau ke plat

    lantai atau penutup atap yang diikat secara horizontal terhadap dinding atau

    dengan system penopang yang sejajar dengan bidang portal. Atau dengan kaya

    lain portal tak bergoyang didefenisikan sebagai portal yang tekuk bergoyangnya

    dicegah oleh elemen penopang yang tidak termasuk rangka struktural itu sendiri.

    Faktor K untuk portal bergoyang adalah 0

  • Gambar II.3 Tekuk dengan nilai untuk kolom ideaL

    II.4 Tekuk Torsi

    Dalam merencanakan struktur, tegangan torsi atau sering juga disebut

    tegangan puntir, kadang-kadang merupakan tegangan yang sangat berpengaruh

    sehingga beberapa persyaratan harus ditetapkan. Profil yang paling efisien untuk

    memikul torsi ( puntir ) adalah profil bundar berongga cincin. Torsi adalah puntir

    yang terjadi pada batang lurus aabila batang tersebut dibebani momen yang

    cenderung menghasilkan rotasi terhadap sumbu longitudinal batang sehingga

    tegangan geser yang terjadi pada penampang akibat torsi akan mempengaruhi

    perencanaan struktur baja.

    Pengaruh puntir umumnya bersifat sekunder, walaupun tidak selalu

    merupakan pengaruh minor yang harus ditinjau secara gabungan dengan jenis

    pengaruh lainnya. Profil yang baik bagi kolom dan balok, yaitu profil yang

    bahannya jauh tersebar dari titik berat penampang, tetapi tidak efisien untuk

    menahan torsi. Penampang lingkaran berdinding tipis dan boks lebih kuat untuk

    memikul torsi daripada penampang dengan luas sama yang berbentuk kanal, I, T,

    siku, atau Z.

    Torsi timbul karena adanya gaya-gaya yang membentuk Koppel yang

    cenderung memuntir batang terhadap sumbu longitudinalnya. Seperti yang

    diketahui dari statika, momen kopel merupakan hasil dari gaya dan jarak tegak

    lurus antara garis kerja gaya. Satuan untuk momen pada USCS adalah ( lb-ft ) dan

    ( lb-in ), sedangkan untuk satuan SI adalah ( Nm ).

    Pemberian beban pada bidang yang tidak melalui pusat geser akan

    mengakibatkan batang terpuntir jika tidak dicegah oleh pengekang eksternal.

    Pusat geser adalah suatu titik pada penampang yang jika dilalui oleh gaya geser,

    Universitas Sumatera Utara

  • maka hanya mengalami lentur ditambah dengan geser tanpa adanya torsi. Pusat

    geser tidak selalu berimpit dengan titik berat penampang. Pada profil I simetris

    pusat geser berada pada titik berat penampangnya.

    Tegangan puntir akibat torsi terdiridari tegangan geser dan lentur.

    Tegangan harus digabungkan dengan tegangan geser dan lentur yang bukan akibat

    torsi. Tegangan puntir dapat dibedakan atas dua jenis yaitu puntir murni atau

    istilah umumnya puntir Saint-Venant dan puntir terpilin ( warping torsion ).

    Puntir murni terjadi bila penampang lintang yang datar sebelum torsi

    bekerja tetap datar dan elemen penampang hanya mengalami rotasi selama

    terpuntir. Batang bulat yang memikul torsi adalah satu-satunya keadaan puntir

    murni. Puntir terpilin adalah pengaruh keluar bidang yang timbul bila sayap-sayap

    berpindah secara lateral selama terpuntir, yang analog dengan lentur akibat beban

    luar lateral.

    1. Puntir murni ( Torsi Saint- Venant ).

    Seperti lengkungan lentur ( perubahan kemiringan per satuan luas panjang

    ) yang dapat dinyatakan sebagai M/EI = d y/ dx ( yakni momen dibagi

    kekakuan lentur samadengan lengkungan lentur ). Pada puntir murni

    momen torsi dibagi kekakuan puntir GJ sama dengan lengkungan puntir (

    perubahan sudut per satuan panjang ).

    Dimana :

    = GJ

    = Momen puntir murni ( Puntir Saint-Venant )

    = Modulus elastis geser = E/ [2(1+)], yang merupakan fungsi dari

    modulus elasitisitas tarik-tekan E dimana = poisson ratio = 0,3

    Universitas Sumatera Utara

  • = Konstanta puntir

    Dari persamaan diatas, tegangan akibat sebanding dengan jarak dari

    pusat puntir.

    2. Puntir terpilin ( Warping Torsion ).

    Jika suatu balok memikul torsi seperti pada gambar maka sayap tekan

    balok akan melengkung ke salah satu arah lateral dan sayap tariknya

    melengkung ke arah lateral lainnya.

    Bila penampang lintang berbentuk sedemikian rupa hingga dapat terpilin (

    penampang menjadi tidak datar lagi ) jika tidak dikekang, maka system

    yang dikekang akan mengalami tegangan. Keadaan terpuntir menunjukkan

    balok yang puntirannya dicegah diujung-ujung tetapi sayap atasnya

    melendut kea rah samping( lateral ) sebesar . Lenturan sayap ke

    samping ini menimbulkan tegangan normal lentur ( tarik dan tekan ) serta

    tegangan geser sepanjang lebar sayap.

    Dengan demikian energy regangan akibat torsi juga terdiri dari dua bagian

    dan dapat ditulis sebagai :

    UT = UTSV + UTW

    Dimana indeks TSV dan TW masing-masing menunjukkan kedua bagian

    tersebut diatas.

    II.4.1 Energi Regangan akibat Torsi Saint-Venant

    Universitas Sumatera Utara

  • +d

    d

    Gambar II.4.1 Torsi pada batang prismatik

    Tinjaulah momen torsi yang bekerja pada tampang bulat tertutup dalam

    gambar III.2.1 dibawah ini.

    Kita anggap pemilinan keluar bidang tidak terjadi atau dapat diabaikan

    pengaruhnya pada sudut puntir . Anggapan ini mendekati kenyataan bila ukuran

    penampang lintang sangat kecil dibanding panjang batang dan sudut lekukan

    penampang tidak besar. Juga, pada saat terpuntir penampang lintang dianggap

    tidak mengalami distorsi. Jadi, laju punter ( punter persatuan panjang ) dapat

    dinyatakan sebagai :

    (II.4.1a)

    Yang dapat dipandang sebagai lengkungan torsi ( laju perubahan sudut

    punter). Karena regangan diakibatkan oleh relative antara penampang lintang di z

    dan ( z + dz ), maka besarnya perpindahan di suatu titik sebangding dengan

    Sudut regangan perpindahan di suatu titik sebanding dengan jarak r dari

    pusat punter. Sudut regangan ( regangan geser ) disuatu elemen sejarak r dari

    pusat adalah :

    Universitas Sumatera Utara

  • (II.4.1b)

    Bila G adalah modulus geser, maka berdasarkan hokum Hooke tegangan

    geser v menjadi :

    (II.4.1c)

    Jadi seperti yang ditunjukkan pada gambar II.1.6b, torsi elementer adalah :

    (II.4.1d)

    Momen penahan keseimbangan total adalah ;

    (II.4.1e)

    Serta karena dan G konstan disebatang penampang, maka :

    (II.4.1f)

    Dengan :

    Persamaan ini dianggap sebagai analog dengan tekukan yakni momen

    lentur M sama dengan kekakuan EI kali lengkungan .

    Disini momen torsi ( ) sama dengan kekakuan punter GJ kali

    lengkungan punter ( laju perubahan sudut punter ).

    Energy regangan torsi :

    dimana

    (II.4.1e)

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar II.4.2a Torsi terpilin pada profil I

    Gambar II.4.2c Gaya lintang pelengkung lateral pada penampang berprofil I

    Irisan A-A

    Puntir dicegah di ujung ini

    Puntir dicegah di ujung ini

    Puntir sayap atas setelah terpuntir

    Gambar II.4.2b Puntiran pada penampang berprofil I

    Sehingga energy regangan total ( torsi murni ) untuk sepanjang bentang

    yang ditinjau adalah:

    (II.4.1f)

    Dengan :

    II.4.2 Energi Regangan akibat Torsi Warping

    Apabila sebuah balok I memikul momen torsi maka sayap tekan balok

    akan melengkung kesalah satu arah lateralnya dan sayap tariknya melengkung

    kearah lateral lainnya.

    Disini penampang terpilin tidak rata lagi jika dikekang.

    Universitas Sumatera Utara

  • Jadi puntir terpilin ( warping ) terdiri atas dua bagian :

    a. Rotasi elemen ( ), yakni akibat punitr murni

    b. Translasi yang balok melentur secara lateral, yakni akibat

    pemilinan.

    Untuk sudut yang kecil maka berlaku :

    (II.4.2a)

    (II.4.2b)

    Untuk satu sayap :

    (II.4.2c)

    Dimana :

    = Momen lentur lateral pada satu sayap

    = Momen inersia sayap terhadap sumbu y

    Sehingga persamaan (II.4.2c) menjadi :

    Karena : (II.4.2d)

    Universitas Sumatera Utara

  • Maka : (II.4.2e) Dari persamaan (II.4.2b) didapat :

    (II.4.2f)

    (II.4.2g)

    Dimana :

    yang disebut dengan konstanta warping.

    Jadi momen punter total merupakan jumlah dari bagian rotasi dan

    bagian lentur latar . Sehingga momen punter total ( ) :

    (II.4.2h)

    Untuk selanjutnya persamaan ini analog dengan persamaan lentur, yakni

    momen lentur M sama dengan kekakuan EI kali lengkungan . Disini momen

    torsi akibat warping sama dengan kekakuan punter ECw kali lengkungan punter

    pada sayap.

    Dimana persamaan variasi energy lentur adalah :

    (II.4.2i)

    Subtitusikan persamaan (II.4.2a) ke persamaan (II.4.2i) didapat :

    (II.4.2j)

    Universitas Sumatera Utara

  • Subtitusikan dengan konstanta warping menjadi :

    (II.4.2k)

    Maka persamaan energy regangan warping sepanjang bentang yang

    ditinjau adalah :

    (II.4.2l)

    Dengan demikian energy regangan total pada balok berpenampang I yang

    mengalami tekuk torsi diperoleh dengan menjumlahkan persamaan

    (II.4.2m)

    Dari persamaan regangan akibat lentur dan energy regangan akibat torsi

    sehingga didapat persamaan energy regangan total yang merupakan penjumlahan

    dari kedua energy regangan tersebut. Karena energy regangan akibat lentur pada

    saat terjadinya tekuk lentur dan tekuk torsi sekaligus sehingga dalam hal ini

    penampang berpindah sejauh U dan V yang menyebabkan energy regangan lentur

    menjadi dua, yaitu terhadap sumbu x dan sumbu y.

    II.4.3 Kombinasi Tekuk Lentur dan Tekuk Torsi

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar II.4.3 Defleksi dan Rotasi akibat Tekuk Lentur dan Tekuk Torsi

    v

    x'C'

    O

    yy

    u

    xo

    C

    oyo

    Pada kombinasi yang titik beratnya tidak berimpit dengan titik pusat geser,

    maka tekuk yang terjadi dapat berupa kmbinasi tekuk lentur dan tekuk torsi.

    Akibat tekuk lentur dan tekuk torsi pusat geser berpindah sejauh U dan V

    dan berotasi dengan sudut

    Dari syarat batas yang ada maka

    U = V = 0 pada saat z = 0 dan l.

    pada saat z = 0 dan l.

    pada saat z = 0 dan l.

    Persamaan U, V, dan yang memenuhi syarat-syarat batas yang ada :

    ( II.4.3a )

    ( II.4.3b )

    ( II.4.3c )

    Dari persamaan energy regangan akibat lentur dan energy regangan akibat

    torsi sehingga didapat persamaan energy regangan total yang merupakan

    penjumlahan dari kedua energy regangan tersebut. Karena energy regangan akibat

    Universitas Sumatera Utara

  • lentur pada saat terjadinya lentur dan tekuk torsi sekaligus sehingga dalam hal ini

    penampang berpindah sejauh U dan V yang menyebabkan energy regangan lentur

    menjadi dua, yaitu terhadap sumbu x dan sumbu y.

    Energy regangan total ( U ) = Energi Regangan Lentur + Energi Regangan

    Torsi.

    ( II.4.3d )

    Persamaan :

    Dimasukkan kedalam persamaan energy regangan total sehingga

    persamaannya menjadi :

    (

    II.4.3e )

    Dari identitas trigonometri didapat :

    Universitas Sumatera Utara

  • Dari persamaan di atas dicari nilai integral dari :

    Persamaan energy regangan total menjadi :

    ( II.4.3f )

    Dalam penyelesaian dengan metode energy didasarkan pada konsep

    kesamaan antara energy regangan dengan kerja gaya luar untuk seluruh struktur

    yang ditinjau. Oleh karena itu didalam penyelesaian persoalan, dibutuhkan

    penyamaan antara energy regangan dengan kerja luar maka perlu diperhatikan

    apakah struktur tersebut konservatif atau tidak.

    Suatu system dikatakan konservatif apabila system berdeformasi akibat

    pembebanan ditiadakan, system akan kembali ke posisi semula. Suatu system

    dikatakan non-konservatif bila terdapat kehilangan energy misalnya dalam bentuk

    gesekan, deformasi inelastic, dan lain-lain.

    Sehingga suatu system yang non-konservatif memiliki energy potensial

    system yang didefinisikan sebagai kemampuan gaya-gaya luar untuk melakukan

    kerja yang direpresentasikan sebagai pengurangan energy dari system.

    Besar energy potensial ( v ) terdiri dari 2 komponen yaitu gaya tekan

    aksial ( a )dan akibat lentur (b ).

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar II.4.3a Akibat Lenturan

    L

    b

    S

    x

    y

    Gambar II.4.3b Deformasi Lateral selama Lenturan

    v + dv

    u + du

    B

    A

    dz ds

    u v

    y

    x

    x

    z

    y

    ( II.4.3g )

    Akibat gaya tekan aksial ( a ) :

    Karena harganya kecil sehingga dapat diabaikan. Jadi pengaruh energy

    potensial ( v ) yang diperhitungkan hanya akibat lenturan saja.

    Akibat lenturan (b ) :

    ( II.4.3h )

    Dari teori phytagoras :

    ( II.4.3i )

    Dari teori binomial

    Dengan anggapan deformasi kecil maka persamaan diatas menjadi :

    ( II.4.3j )

    ( II.4.3k )

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar II.4.3c Perpindahan Akhir akibat Defleksi dan Rotasi

    P'

    P

    r b

    a

    0X

    Y

    x

    y

    shear center

    Sehingga didapat besar :

    ( II.4.3l )

    Perpindahan u dan v pada koordinat x dan y terjadi dari translasi pada

    pusat geser sebesar u dan v perpindahan rotasi dari pusat geser seperti pada

    gambar dibawah ini :

    Dari gambar didapat :

    Karena

    Sehingga :

    Maka perpindahan akhir dari penampang menjadi :

    Universitas Sumatera Utara

  • Sehingga persamaan b menjadi :

    ( II.4.3m )

    Dari persamaan energy potensial sebelumnya,

    sehingga persamaan energy potensial menjadi :

    ( II.4.3n )

    Dari ekspresi di bawah ini didapat hubungan :

    Dari hubungan diatas maka :

    Dengan memasukkan :

    Universitas Sumatera Utara

  • Maka

    ( II.4.3o )

    Jumlah energy regangan ditambah energy potensial menjadi :

    ( II.4.3p )

    Dari ekspressi yang sudah begitu familiar bagi kita:

    Persamaan energy total menjadi :

    ( II.4.3q )

    dimana

    ( II.4.3r )

    Karena maka persamaannya menjadi :

    Universitas Sumatera Utara

  • Nilai determinan persamaan diatas adalah

    Rumus diatas didapat dari Principles of Structural Stability Theory oleh

    Alexander Chajes, yang juga digunakan pada buku peraturan baja Indonesia

    metode Load and Resistance Factor Design ( LRFD ) dengan mengadopsi

    persamaan diatas dengan tegangan kritis.

    Jika penampang memiliki dua sumbu simetris dimana pusat geser dan titik

    beratnya berhimpitan dan

    ( II.4.3s)

    Sehingga akar persamaan diatas menjadi :

    Persamaan diatas menunjukkan bahwa akibat pembebanan akan

    menghasilkan tekuk lentur atau tekuk torsi

    Seandainya penampang hanya memiliki satu sumbu simetris katakanlah

    terhadap sumbu x sehingga

    ( II.4.3t )

    Universitas Sumatera Utara

  • Didapat

    dan

    Ekspresi menyatakan tekuk lentur terhadap sumbu y sedangkan

    persamaan kedua jika diselesaikan menyatakan kombinasi tekuk lentur dan tekuk

    torsi.

    Penyelesainnya adalah :

    ( II.4.3u )

    Dimana

    Dari penjelasan diatas terlihat pada persamaan

    Jika penampang memiliki dua sumbu simetris dimana pusat geser dan titik

    beratnya berimpitan maka penampang akan mengalami tekuk lentur atau tekuk

    torsi.

    Jika penampang memiliki satu sumbu simetris maka penampang akan

    mengalami tekuk lentur atau kombinasi tekuk lentur dan tekuk torsi.

    Jika penampang tidak memiliki sumbu simetris maka penampang akan

    mengalami tekuk dimana pembebanannya persamaan pangkat tiga yang

    pemecahannya dapat diselesaikan dengan kerja numeric. Bagaimanapun

    penampang yang tidak memiliki sumbu simetris jarang digunakan sehingga bukan

    merupakan masalah yang cukup serius.

    Jika penampang tidak memiliki sumbu simetris sehingga persamaan

    Universitas Sumatera Utara

  • Tidak dapat disederhanakan lagi. Persamaan diatas jika diselesaikan

    menjadi

    ( II.4.3v )

    Universitas Sumatera Utara