Chapter II

19
 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari pendengaran dan penglihatan. (Notoatmodjo. 2003) 2.1.2 Tingkat Pengetahuan Pengetahuan mencakup 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu : a) Know (Tahu) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b) Comprehension (Memahami) Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelas kan, menyebutkan contoh, menyimpulkannya terhadap objek yang telah di  pelajarinya. c) Aplication (Aplikasi) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang tekah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,  prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

description

aaaaa

Transcript of Chapter II

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengetahuan

    2.1.1. Definisi Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

    melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

    rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari pendengaran

    dan penglihatan. (Notoatmodjo. 2003)

    2.1.2 Tingkat Pengetahuan

    Pengetahuan mencakup 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

    a) Know (Tahu)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

    kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

    rangsangan yang telah diterima.

    b) Comprehension (Memahami)

    Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek

    yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

    Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkannya terhadap objek yang telah di

    pelajarinya.

    c) Aplication (Aplikasi)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang tekah

    dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

    diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

    prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

  • d) Analysis (Analisa)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

    ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

    dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    e) Synthesis (Sintesis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

    baru dari formulasi-formulasi yang ada.

    f) Evaluation (Evaluasi)

    Evaluation ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-penilaian itu didasarkan

    pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

    yang telah ada.

    Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahawa sebelum orang

    mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut

    terjadi proses yang berurutan (Notoatmodjo, 2003) yaitu :

    a. Awareness (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

    mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (Objek).

    b. Interest (daya tarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

    c. Evaluation (Menimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi

    dirinya.

    d. Trial (Mencoba) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

    dengan apa yang di kehendaki oleh stimulus.

    e. Adoption (Menerima) dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan

    pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

    Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

    perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap tahu di atas.

    (Notoatmodjo 2003)

  • 2.2. Sikap

    2.2.1 Definisi Sikap

    Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

    terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,

    tetapi merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

    sebagai suatu penghayatan terhadap objek . Sikap secara nyata menunjukkan

    konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang merupakan

    kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.

    Sikap mempunyai 3 komponen pokok :

    a. Afektif

    Merupakan aspek emosional dari faktor sosio psikologis atau evaluasi terhadap

    suatu objek.

    b. Kognitif

    Merupakan aspek intelektual, kepercayaan, ide dan konsep yang berkaitan

    dengan apa yang diketahui manusia.

    c. Konatif

    Merupakan aspek fungsional yang berhubungan dengan kebiasaan dan

    kemauan untuk bertindak.

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap secara utuh.

    Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi

    memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007).

    2.2.2. Tingkat Sikap

    Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu(Notoatmojo, 2003):

    a. Menerima (receiving)

    Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

    b. Merespon (responding)

    Merespon berarti memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan.

    c. Menghargai (valuing)

  • Pada tingkat menghargai, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan

    atau mendiskusikan suatu masalah.

    d. Bertanggung jawab (responsible)

    Bertanggung jawab berarti menerima semua resiko terhadap sesuatu yang telah

    dipilih.

    2.2.3 Ciri-ciri Sikap

    Sikap memiliki beberapa ciri yaitu: (Maulana, 2009).

    a. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui

    pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu.

    b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu,

    sehingga dapat dipelajari.

    c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.

    d. Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak objek.

    e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. Sikap mengandung faktor

    perasaan dan motivasi, hal ini yang membedakan dengan pengetahuan

    2.3. Tindakan

    2.3.1. Definisi Tindakan

    Tindakan atau praktik (practice) adalah suatu sikap belum otomatis yang

    terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Setelah seseorang mengetahui

    stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa telah yang

    diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekkan. Agar terwujudkan sikap menjadi

    suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan

    dari pihak lain.(Notoatmodjo, 2007)

    2.3.2. Tingkat Tindakan

    Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan: (Notoatmodjo, 2007).

    a. Persepsi (perception)

    Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

    diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

  • b. Respon terpimpin (guided response)

    Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

    contoh adalah merupakan indikator praktik yang kuat.

    c. Mekanisme (mecanism)

    Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau

    sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik

    tingkat tiga.

    d. Adopsi (adoption)

    e. Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

    baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi

    kebenaran tindakan tersebut.

    2.3.3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap dan

    Tindakan

    a. Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai

    dengan ulang tahunnya yang terakhir. Variabel umur merupakan sebuah

    konsep yang masih abstrak, bahkan cenderung menimbulkan variasi dalam

    pengukurannya.Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang,

    semakin bertambah umur maka semakin bertambah pula pengetahuan

    seseorang (Notoatmodjo, 2007). Semakin cukup umur seseorang, tingkat

    kematangan dan kekuatan akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Akan

    tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

    penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. (Nursalam,

    2001).

    b. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

    belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik mampu mengembangkan

    potensi yang ada didalam dirinya.

    c. Pendidikan dapat menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, semakin

    tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan kemampuannya semakin

    meningkat pula. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kualitas,

    melalui pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Dengan

  • pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mudah untuk menerima informasi

    baik dari orang lain maupun dari media informasi lainnya, sebaliknya tingkat

    pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang

    terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Nursalam, 2001). Menurut

    Notoatmodjo (2007), konsep dasar pendidikan merupakan suatu proses belajar

    yang berarti, didalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan

    atau perubahan ke arah yang lebih matang baik pada individu, kelompok

    maupun masyarakat.

    d. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa lamanya seseorang bekerja dapat

    berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh ditempat kerja, semakin lama

    seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang akan

    didapat.

    2.4. Kanker Payudara

    2.4.1. Anatomi Payudara

    Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua

    sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.

    Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara

    wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran,

    sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan

    lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium. (Snell, 2006)

    Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar.

    Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat

    dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. Kelenjar ini bersama-

    sama membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli

    (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama

    masa menyusui. (Snell, 2006)

  • Gambar 2.1: Anatomi Payudara

    Menurut Audrey et al, (2009), untuk mempermudah menyatakan letak suatu

    kelainan, payudara dibagi menjadi lima region, yaitu:

    a. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)

    b. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)

    c. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)

    d. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)

    e. Regio puting susu (nipple)

    2.4.2 Definisi Kanker Payudara

    Kanker payudara adalah massa ganas yang berasal dari pembelahan diluar

    kendali sel-sel yang ada di jaringan payudara. Kanker payudara dapat berasal dari

    jaringan payudara itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil

    metastase dari kanker lain (Azamris, 2006).

    Menurut Nurcahyo (2010) kanker payudara adalah terganggunya sistem

    pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara.

  • 2.4.3 Etiologi dan Faktor Resiko

    Mengikut Azamris (2006) etiologi yang jelas tidak diketahui, tetapi ada

    beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin

    menderita kanker payudara. Beberapa faktor resiko tersebut adalah.

    a. Usia.

    Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar

    ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.

    b. Pernah menderita kanker payudara.

    Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki

    resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang

    terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat

    meningkat sebesar 0.5-1% /tahun.

    c. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.

    Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki

    resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.

    d. Faktor genetik dan hormonal.

    Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya

    kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang mwanita memiliki

    salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara

    sangat besar. Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker

    payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2. Kenyataan ini menimbulkan

    dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang

    secara genetik mengalami kerusakan. Faktor hormonal juga penting karena

    hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa

    reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal

    karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang

    secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.

    e. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.

    Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah

    menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya

  • jumlah saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara

    (hiperplasia atipik).

    f. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia

    55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.

    Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara.

    Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita

    yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun. Demikian pula halnya

    dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause

    dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara

    g. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.

    Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang

    tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum

    diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan.

    Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga

    sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika

    pemakaiannya lebih lama.

    h. Obesitas pasca menopause.

    Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa

    penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara

    kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.

    i. Pemakaian alkohol.

    Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas /hari bisa meningkatkan resiko

    terjadinya kanker payudara.

    j. Bahan kimia.

    Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang

    menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri

    lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

    k. DES (dietilstilbestrol).

    Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko

    tinggi menderita kanker payudara.

  • l. Penyinaran.

    Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa

    kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. m. Faktor

    resiko lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim,

    ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga

    bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

    2.4.4. Klasifikasi Kanker Payudara

    Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker

    payudara diklasifikasikan sebagai berikut: (

    1. Non-invasif karsinoma

    Peter Devilee 2003).

    o Non-invasif duktal karsinoma o Lobular karsinoma in situ

    2. Invasif karsinoma

    o Invasif duktal karsinoma Papilobular karsinoma

    Solid-tubular karsinoma

    Scirrhous karsinoma

    Special types

    Mucinous karsinoma

    Medulare karsinoma

    o Invasif lobular karsinoma Adenoid cystic karsinoma

    karsinoma sel squamos

    karsinoma sel spindel

    Apocrin karsinoma

    Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus

    metaplasia

    Tubular karsinoma

    Sekretori karsinoma

    Lainnya

  • 3. Paget's Disease

    2.4.5. Stadium

    Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter

    saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh

    manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar

    maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau

    kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus

    dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang

    lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan

    dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,

    namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan

    klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union

    Against Cancer dari World Health Organization)/AJCC (American Joint

    Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan

    American College of Surgeons). (Djamaloeddin, 2005)

    Sistem TNM

    TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor ,

    "N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau

    penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum

    dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi

    (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut: ( Djamaloeddin,

    2005)

    T (tumor size), ukuran tumor :

    o T 0 : tidak ditemukan tumor primer o T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang o T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm o T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm o T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke

    kulit atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok,

  • edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan

    kecil di kulit di luar tumor utama

    N (node), kelenjar getah bening regional (kgb) :

    o N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla o N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan o N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan o N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula)

    atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum

    M (metastasis), penyebaran jauh :

    o M x: metastasis jauh belum dapat dinilai o M 0: tidak terdapat metastasis jauh o M 1: terdapat metastasis jauh

    Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut

    kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

    Stadium 0 : T0 N0 M0

    Stadium 1 : T1 N0 M0

    Stadium II A : T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0

    Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

    Stadium III A : T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2

    N2 M0

    Stadium III B : T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0

    Stadium III C : Tiap T N3 M0

    Stadium IV : Tiap T-Tiap N-M1

  • 2.4.6. Gejala Klinis Kanker Payudara

    Antara gejala klinis kanker payu dara adalah seperti berikut: (Purwoastuti,

    2008).

    Ada bejolan yang keras di payudara. Benjolan menyerupai bunga kubis dan

    mudah berdarah.

    Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan

    itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit

    atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.

    Puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus),

    mengeluarkan cairan atau darah

    Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah

    muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit kelihatan

    seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara. Borok itu

    semakin lama akan semakin membesar dan mendalam sehingga dapat

    menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.

    Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri

    pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok,

    atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul

    pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan

    penyebaran kanker ke seluruh tubuh

    Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk.

    Adanya benjolan-benjolan kecil

    Ada luka di payudara yang sulit sembuh

    Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak

    Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap

    harus diwaspadai)

    Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting

    Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal

    tidak terasa sakit

    Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.

    Metastase (menyebar) kekelenjar getah bening sekitar dan tubuh lain

  • 2.4.7. Patafisiologi Kanker Payudara

    Kanker payudara, seperti bentuk lain dari kanker, adalah hasil dari faktor

    lingkungan dan turun-temurun beberapa. Beberapa faktor-faktor ini meliputi: (San

    Antonio Breast Cancer Symposium)

    a) Lesi pada DNA seperti mutasi genetik. Mutasi yang dapat menyebabkan

    kanker payudara telah eksperimental dikaitkan dengan paparan estrogen.

    b) Kegagalan pengawasan kekebalan (Failure of immune surveillance), sebuah

    teori di mana sistem kekebalan tubuh menghilangkan sel-sel ganas sepanjang

    hidup seseorang.

    c) Faktor pertumbuhan abnormal sinyal dalam interaksi antara sel-sel stroma dan

    sel epitel dapat memfasilitasi pertumbuhan sel ganas.

    d) Cacat diwariskan dalam gen perbaikan DNA, seperti''''BRCA1,

    BRCA2''''dan''''TP53. Orang-orang di negara-negara berkembang melaporkan

    tingkat kejadian lebih rendah dibandingkan di negara maju.

    2.4.8. Diagnosa Kanker Payudara

    Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesa,

    pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga

    kesehatan.

    a) Anamnesa

    Pada anamnesa ditanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila dan riwayat

    penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple

    discharge, nipple retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa

    penebalan seperti kulit jeruk, ulserasi, dan perubahan warna kulit.

    b) Selain itu juga ditanyakan apakah terdapat penyebaran pada regio kelenjar

    limfe, seperti timbulnya benjolan di aksila, dan adanya benjolan di leher

    ataupun tempat lain. Adanya gejala metastase juga ditanyakan, seperti sesak

    napas atau batuk yang tidak sembuh meskipun sudah diobati, dan nyeri pada

    tulang belakang, serta rasa penuh di ulu hati (sebah).

  • c) Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, serta obat-obat yang digunakan

    dan jenis pengobatan yang didapat, serta faktor resiko kanker payudara pada

    pasien juga ditanyakan dalam anamnesa (Gleadle, 2007).

    d) Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dilakukan

    pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada

    kulit, antara lain : benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada kulit

    (skin dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul

    satelit, kelainan pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik (nipple

    retraction), eksema dan keluar cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan

    pada aksila atau tanda-tanda radang serta benjolan infra dan supra klavikula

    juga diperhatikan (Gleadle, 2007).

    e) Pada palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan bagian

    polar distal jari 2, 3, dan 4, dimana penderita dalam posisi berbaring dengan

    pundak diganjal bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi harus mencakup

    5 regio, terutama daerah lateral atas dan subareola, karena merupakan tempat

    lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan

    dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba seluruh bagian

    payudara bertahap. Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah lokasi

    benjolan (5 regio payudara, aksila, infra dan supra klavikula), konsistensi

    (keras, kenyal, lunak/fluktuasi), permukaan (licin rata, berbenjol-benjol),

    mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan sekitarnya), batas (tegas atau

    tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran (Gleadle, 2007).

    f) Pada saat palpasi daerah subareola amati apakah ada keluar sekret dari puting

    payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut. Sekret

    yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu, cairan jernih,

    bercampur darah, dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan untuk mengetahui

    apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada payudara didapati juga

    benjolan pada kelenjar getah bening aksila yang merupakan tempat penyebaran

    limfogen kanker payudara. Begitu juga dengan palpasi pada infra dan supra

    klavikula (Gleadle, 2007).

  • g) Pemeriksaan Tambahan :

    - Mamografi payudara

    - CT & MRI pada payudara

    - Ultrasonografi (USG)

    - Skrining tulang

    h) Pemeriksaan biopsi jarum halus

    Pada pemeriksaan ini dilakukan sitologi pada lesi atau luka yang secara klinis

    dan radiologik dicurigai merupakan suatu keganasan (Davey, 2006).

    i) Pemeriksaan Laboratorium dan Histopatologik

    Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan

    kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase. Pemeriksaan reseptor ER

    dan PR juga perlu dilakukan. Pemeriksaan tumor marker juga harus dilakukan

    untuk follow up (Davey, 2006).

    Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dijumpai adanya kelainan,

    baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka perlu

    dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa di

    bawah mikroskop dan dipastikan ada atau tidaknya sel kanker.

    j) Sebagai langkah pendeteksian dini, para wanita disarankan untuk melakukan

    pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di rumah atau pemeriksaan payudara

    oleh tenaga kesehatan secara rutin. Pada pemeriksaan ini, dapat ditemukan

    adanya benjolan pada payudara, baik disertai nyeri ataupun tanpa nyeri.

    Berdasarkan lokasinya, kanker payudara sering ditemukan pada

    (Hoskins et al, 2005):

    a. Kuadran atas bagian lateral : 50%

    b. Regio sentral (1cm dari areola mamma) : 17%

    c. Kuadran atas bagian medial : 15 %

    d. Kuadran bawah bagian lateral : 10 %

    e. Kuadran bawah bagian medial : 8 %

  • 2.4.9. Penatalaksanaan

    Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal adalah untuk

    mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Tumor primer

    biasanya dihilangkan dengan pembedahan, yaitu lumpectomy dimana tumor

    tersebut diangkat, atau dengan pembedahan mastectomy, dimana sebagian

    payudara yang mengandung sel kanker diangkat, atau seluruh payudara diangkat.

    Selain terapi pembedahan juga ada radioterapi adjuvan, dimana ini berfungsi

    untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah operasi. Selain

    pembedahan dan radioterapi, juga dilakukan kemoterapi dan terapi hormon

    (Davey, 2006).

    2.4.10. Pencegahan

    Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana untuk mencegah terjadinya

    kanker payudara. (WHO cancer prevention)

    a) Berolah raga secara teratur

    Berolah raga dapat menurunkan kadar estrogen yang terdapat dalam tubuh

    sehinggah mengurangi resiko kanker payudara.

    b) Jangan memasak daging terlalu matang

    Daging-daging yang dimasak/dipanggang menghasilkan senyawa karsinogenik.

    Semakin lama dimasak semakin banyak senyawa ini.

    c) Konsumsi buah dan sayuran

    Makanan dari tumbuh-tumbuhan banyak mengadung anti oksidan yang tinggi,

    diantara nya vitamin A,C,E dan mineral selenium, yang dapat mencegah

    kerusakan sel yang bisa menjadi penyebab kanker

    d) Konsumsi suplemen anti oksidan

    Suplemen tidak dapat digantikan dengan sayur dan buahan, tetapi suatu

    formula anti oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat mencegah

    kanker payudara.

    e) Konsumsi kacang-kacangan

    Selain dalam kedelai, fitro estrogen juga terdapat dalam kacang-kacangan

    lainya.

    f) Hindari Alkohol

  • Penelitian menunjukan bahawa alkohol meningkatkan kadar estrogen dalam

    darah

    g) Berjemur Di bawah matahari

    Sedikit sinar matahari pagi dapat membatu mencegah kanker payudara, karena

    pada saat matahari mengenai kulit, tubuh membuat vitamin D. Vitamin D akan

    membantu jaringan payudara menyerap kalsium sehingga mengurangi resiko

    kanker payudara.

    h) Jangan merokok

    Rokok mengandung nikotin yang bisa menyebankan kanker. Oleh karena itu

    dianjurkan wanita maupun pria jangan merokok.

    i) Memberikan ASI rutin

    Menyusui berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker payudara sebelum

    masa menopause.

    2.4.11. Komplikasi

    a) Lymphedema atau Lengan

    -

    Bengkak

    komplikasi dari

    b)

    operasi kanker payudara.(American Cancer Society)

    -Pengobatan kanker payudara dapat mengakibatkan osteoporosis.osteoporosis

    atau tulang menipis adalah salah satu komplikasi yang dapat terjadi setelah

    mengobati kanker payudara dengan hormon-blocking terapi, sebuah proses

    yang melibatkan pemblokiran hormon untuk mengobati kanker. Ini digunakan

    untuk menyusut dan mengendalikan kanker payudara.(Mayo Clinic)

    Osteoporosis

    c) Pengeluaran cairan pada puting (Nipple Discharge). (Mayo Clinic)

    2.4.12. Prognosis

    Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal

    seperti karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas,

    keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara

    merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan

    hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year

    survivak rate. (Breastcancer.Org )

  • Tabel 2.1 : Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun

    (Breastcancer.Org)

    Breast Cancer Stage 5-Year Survival Rate for Women

    0 93%

    I 88%

    IIA 81%

    IIB 74%

    IIIA 67%

    IIIB 41%

    IIIC 49%

    IV 15%

    Note: The numbers are correct as written -- stage IIIB has worse survival than

    stage IIIC.